Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

“HIPERTENSI”

A. Konsep dasar medis


1. Latar Belakang
Hipertensi secara umum dapat didefinisikan sebagai tekanan sistolik lebih dari
140 mmHg dan tekanan diastolic lebih dari 90 mmHg.Tekanan darah manusia secara
alami berfluktasi sepanjang hari.Tekanan darah tinggi menjadi masalah hanya bila
tekanan darah tersebut persisten.Tekanan darah tersebut membuat sistem sirkulasi dan
organ yang mendapat suplai darah (termasuk jantung dan otak) menjadi tegang
(Alfeus Manuntung, 2018).
Menurut WHO batas normal tekanan darah 120-140 mmHg tekanan sistolik
dan 80-90 mmHg tekanan diastolic.Seorang dinyatakan mengidap hipertensi bila
tekanan darahnya>140/90 mmHg. Sedangkan menurut JNC VII 2003 tekanan darah
pada orang dewasa dengan usia di atas 18 tahun diklasifikasikan menderita hipertensi
stadium 1 apabila tekanan sistoliknya 140-159 mmHg dan tekanan diastoliknya 90-99
mmHg. Diklasifikasikan menderita hipertensi stadium II apabila tekanan sistoliknya
lebih dari 180 mmHg dan tekanan diastoliknya lebih dari 116 mmHg.Hipertensi pada
lansia didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolic 90
mmHg (Alfeus Manuntung, 2018).
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih
tinggi diperoleh pada saat jantung berkontaksi (sistolik), angka yang lebih rendah
diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolic).Tekanan darah kurang dari 120/80
mmHg didefinisikan sebagai “normal”.Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi
kenaikan tekanan sistolik dan diastolic.Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah
140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali dalam jangka beberapa
minggu (Alfeus Manuntung, 2018).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik
lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang.
Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten)
dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung
koroner) dan otak (menyebabkan stroke).
Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah arteri dimana tekanan
darah sistol lebih atau sama dengan 140 mmHg atau tekanan diastol lebih atau sama
dengan 90 mmHg atau keduanya.Hipertensi disebut sebagai thesilentkiller karena
sering tidak menunjukkan gejala apapun selama sepuluh sampai duapuluh tahun dan
biasanya baru diketahui apabila telah terjadi komplikasi pada organ target seperti
jantung, ginjal, otak dan mata sehingga pengobatannya terlambat dan mengurangi
harapan hidup karena kelemahan fungsi organ-organ tersebut yang berakibat
kecacatan bahkan kematian.
Hipertensi dapat didefinisian sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90mmHg (Smith
tom,1995).Menurut WHO ,penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan
sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama
atau lebih besar 95mmHg.
2. Klasifikasi Hipertensi

Kategori Sistolik, mmHg Diastolik, mmHg


Normal <130 <85
Normal Tinggi 130-139 85-89
Hipertensi
Stadium 1 (Ringan) 140-159 90-99
Stadium 2 (Sedang) 160-169 100-109
Stadium 3 (Berat) 160-209 110-119
Stadium 4 (Sangat ≥210 ≥120
Berat)
3. Etiologi
Penyebab hipertensi pada lanjut usia dikarenakan terjadinya perubahan
perubahan pada elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan
menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun, sehingga kontraksi dan volumenya pun ikut menurun,
kehilangan elastisitas pembuluh darah karena kurang efektifitas pembuluh darah
perifer untuk oksigen, meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
(Brunner&Suddarth, 2000). Meskipun hipertensi primer belum diketahui pasti
penyebabnya, namun beberapa data penelitian telah menemukan beberapa faktor
yang sering menyebabkan hipertensi, yaitu:
a. Faktor Keturunan
Jika seseorang memiliki orang-tua atau saudara yang memiliki
tekanan darah tinggi, maka kemungkinan ia menderita tekanan darah
tinggi lebih besar. Statistik menunjukkan bahwa masalah tekanan darah
tinggi lebih tinggi pada kembar identik daripada yang kembar tidak
identik. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa ada bukti gen yang
diturunkan untuk masalah tekanan darah tinggi. Faktor genetik tampaknya
bersifat mulifaktorial akibat defek pada beberapa gen yang berperan pada
pengaturan tekanan darah.
b. Ciri Perseorangan Usia
Penelitian menunjukkan bahwa seraya usia meningkat. Anda
tidak dapat mengharapkan bahwa tekanan darah anda saat muda akan
sama ketika anda bertambah tua. Namun anda dapat mengendalikan agar
jangan melewati batas atas yang normal.Jenis kelamin; laki – laki lebih
mudah terkena hipertensi dari pada perempuan.Ras; ras kulit hitam lebih
banyak terkena hipertensi daripada ras kulit putih.
c. Kebiasaan Hidup
Konsumsi garam tinggi (lebih dari 30 gram); garam dapat
meningkatkan tekanan darah dengan cepat pada beberapa orang,
khususnya bagi penderita diabetes, penderita hipertensi ringan, orang
dengan usia tua, dan mereka yang berkulit hitam.
Makan berlebihan (kegemukan); orang yang memiliki berat badan
di atas 30 persen berat badan ideal, memiliki kemungkinan lebih besar
menderita tekanan darah tinggi.Kandungan lemak yang berlebih dalam
darah Anda, dapat menyebabkan timbunan kolesterol pada dinding
pembuluh darah.
Hal ini dapat membuat pembuluh darah menyempit dan akibatnya
tekanan darah akan meningkat. Stres; stres dan kondisi emosi yang tidak
stabil juga dapat memicu tekanan darah tinggi.Merokok; merokok juga
dapat meningkatkan tekanan darah menjadi tinggi.Kebiasan merokok
dapat meningkatkan risiko diabetes, serangan jantung dan stroke.
Karena itu, kebiasaan merokok yang terus dilanjutkan ketika
memiliki tekanan darah tinggi, merupakan kombinasi yang sangat
berbahaya yang akan memicu penyakit penyakit yang berkaitan dengan
jantung dan darah. Alkohol; konsumsi alkohol secara berlebihan juga
menyebabkan tekanan darah tinggi.Minum obat – obatan (aphidrine,
prednison, epinefrin). Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah;
lesi pada arteri renalis, dysplasia fibrovaskular, kerusakan ginjal/kelainan
ginjal, kelainan endokrin, kerusakan saraf, sleep-apnea, drug - induced
atau drug-related hypertension, penyakit ginjal kronik, aldosteronisme
primer, penyakit renovaskular, terapi steroid jangka lama dan sindrom
Cushing, feokromositoma, koarktasio aorta, dan penyakit thyroid atau
parathyroid (Brunner & Suddarth, 2000 ).
4. Patofisiologi

Faktor-faktor yang berperan dalam pengendalian tekanan darah, pada


dasarnya merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rumus dasar: tekanan
darah = curah jantung x resistensi perifer. Tekanan darah dibutuhkan untuk
mengalirkan darah melalui sistem sirkulasi yang merupakan hasil dari aksi pompa
jantung atau yang sering disebut curah jantung (cardiacoutput) dan tekanan dari
arteri perifer atau sering disebut resistensi perifer.Kedua penentu primer adanya
tekanan darah tersebut masing-masing juga ditentukan oleh berbagai interaksi
faktor-faktor serial yang sangat kompleks.
Berdasarkan rumus tersebut, maka peningkatan tekanan darah secara logis
dapat terjadi karena peningkatan curah jantung dan atau peningkatan resistensi
perifer.Peningkatan curah jantung dapat melalui dua mekanisme yaitu melalui
peningkatan volume cairan (preload) atau melalui peningkatan kontraktilitas
karena rangsangan neural jantung.

Meskipun faktor peningkatan curah jantung terlibat dalam pemulaaan


timbulnya hipertensi, namun temuan-temuan pada penderita hipertensi kronis
menunjukkan adanya hemodinamik yang khas yaitu adanya peningkatan resistensi
perifer dengan curah jantung yang normal.Adanya pola peningkatan curah jantung
yang menyebabkan peningkatan resistensi secara persisten, sudah diteliti pada
beberapa oraang dan pada banyak hewan coba pada penelitian-penelitian tentang
hipertensi. Pada hewan coba, dengan kondisi jaringan ginjal yang berkurang,
ketika diberi penambahan volume cairan, maka tekaanan darah pada awalnya
akan naik sebagai konsekuensi tinggi curah jantung, namun dalam beberapa hari,
resistensi perifer akan meningkat dan curah jantung akan kembali ke nilai basal.
Perubahan resistensi perifer tersebut menunjukkan adanya perubahan
propertyinstrinsik dari pembuluh darah yang berfungsi untuk mengatur aaliran
darah yang terkait dengan kebutuhan metabolic dari jaringan.
Pathway
5. Manifestasi Klinis
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh pemeriksa.
Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan
arteri tidak terukur (Nurarif & Kusuma, 2015).
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazin yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala karena adanya peningkatan tekanan darah sehingga
mengakibatkan hipertensi dan tekanan intrakarnial naik, dan kelelahan.
Adapun tanda dan gejala yang dapat ditemukan, sebagai berikut :Peningkatan
tekanan darah > 140 / 90 mmHg, Pusing / migraine, Penglihatan Kabur,
Mudah Marah, telinga berdenging / berdengung, rasa berat di tengkuk,
gelisah, mudah lelah dan lemah, Sukar tidur, Sesak nafas, Suhu tubuh rendah,
Muka pucat, Mata berkunang – kunang(Nurarif & Kusuma, 2015).
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan hipertensi adalah sebagai
berikut(Nurarif & Kusuma, 2015):
a. Hematokrit
Pada penderita hipertensi kadar hematokrit dalam darah meningkat
seiring dengan meningkatnya kadar natrium dalam darah, pemeriksaan
hematokrit diperlukan juga untuk mengikuti perkembangan pengobatan
hipertensi.
b. Kalium serum
Peningkatan kadar kalium serum dapat meningkatkan hipertensi.

c. Kreatinin serum
Hasil yang didapatkan dari pemeriksaan kreatinin adalah kadar
kreatinin dalam darah meningkat sehingga berdampak pada fungsi ginjal.
d. Urinalisa
Darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal dan / adanya
diabetes.
e. Elektrokadriogram
Pembesaran ventrikel kiri dan gambaran kardiomegali dapat dideteksi
dengan pemeriksaan ini.Dapat juga menggambarkan apakah hipertensi telah
lama berlangsung.
7. Penatalaksaan
Penatalaksanaan hipertensi dengan farmakologi terdiri dari berbagai macam
pilihan obat untuk terapi permulaan yaitu (Nurarif & Kusuma, 2015):
a. Hipertensi tanpa indikasi khusus
1) Hipertensi derajat 1

TD sistolik 140-159 mmHg atau TDdiastolik 90-99 mmHg.


Umumnya diberikan diuretik golongan Thiazide. Bisa dipertimbangkan
pemberian penghambat EKA, ARB, Penyekat ᵝ, antagonis Ca atau
kombinasi.

2) Hipertensi derajat 2
TD sistolik >160 mmHg atau TD diastolik>100 mmHg. Umumnya
diberikan kombinasi 2 macam obat biasanya obat golongan Thiazide
dengan penghambat EKA atau ARB atau Penyekat ᵝ atau antagonis Ca.
b. Hipertensi dengan indikasi khusus
Obat-obatan untuk indikasi khusus, obat antihipertensi lainnya
diantaranya yaitu diuretik, penghambat EKA, ARB, Penyekat ᵝ, antagonis Ca
sesuai dengan kebutuhan. Menurut Wijaya & Putri 2013, menjelaskan bahwa
penatalaksanaan hipertensi non farmakologi terdiri dari berbagai macam cara
modifikasi gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah yaitu:
a. Mempertahankan berat badan ideal
Mengatasi obesitas juga dapat dilakukan dengan melakukan diet
rendah kolestrol namun kaya dengan serat dan protein, dan jika berhasil
menurunkan berat badan 2,5-5kg maka tekanan darah diastolik dapat
diturunkan sebanyak 5 mmHg.
b. Kurangi asupan natrium
Pengurangan konsumsi garam menjadi ½ sendok teh/hari dapat
menurunkan tekanan sistolik sebanyak 5 mmHg dan tekanan diastolik
sebanyak 2,5 mmHg.
c. Stres
Stres memang tidak menyebabkan hipertensi yang menetap namun
jika episode stres sering terjadi dapat menyebabkan kenaikan sementara
yang sangat tinggi
d. Terapi pijat
Pada prinsipnya pijat yang dilakukan pada penderita hipertensi
adalah untuk melancarkan aliran energy dalam tubuh sehingga gangguan
hipertensi dan komplikasinya dapat diminimalisir.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Hipertensi

1. Pengkajian
- pengumpulan data
a. Identitas
Nama, umur, agama, jenis kelamin, tanggal masuk dan penanggung jawab.
b. Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien pernah mengalami sakit yang sangat berat.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Beberapa hal yang harus diungkapkan pada setiap gejala yaitu sakit
kepala,kelelahan,pundak terasa berat.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah keluarga pernah mengalami penyakit yang sama.
d. Aktivitas / istirahat
1. Gejala: kelelahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
2. Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irma jantung, dan
takipnea.
e. Sirkulasi
1. Gejala: riwayat penyakit, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, dan
penyakit serebrovaskuler. Dijumpai pula episode palpitasi.
2. Tanda : Kenaikan TD (pengukuran serial dari tekanan darah) diperlukan untuk
menegakkan diagnosis. Hipertensi postural mungkin berhubungan dengan
regimen obat.
f. Integritas Ego
1. Gejala : riwayat kepribadian, ansietas, faktor stress multiple (hubungan
keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan)
2. Tanda : letupan suasana hati, gelisah, penyempitan continue perhatian, tangisan
meledak, otot muka tegang, pernapasan menghela, peningkatan pola bicara.
g. Eliminasi
Gejala : adanya gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau
riwayat penyakit ginjal pada masa lalu.
h. Makanan/cairan
Gejala : makanan yang disukai dapat mencakup makanan tinggi garam,
tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang di goreng, keju, telur), gula-
gula yang berwarna hitam, dan kandungan tinggi kalori, mual, muntah dan
perubahan BB meningkat / turun, riwayat penggunaan obat diuretik.

i. Neurosensori
Gejala : keluhan pusing, berdenyut, sakit kepala suboksipita ( terjadinya
saat bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam, gangguan
penglihatan (diplobia, penglihatan kabur, epistakis).
j. Nyeri / ketidaknyamanan
Gejala : Angina (penyakit arteri koroner / keterlibatan jantung), sakit
kepala oksipital berat, seperti yang pernah terjadi sebelumnya.
k. Pernapasan
1. Gejala: dispnea yang berkaitan dengan aktivitas atau kerja. Takipnea,
orthopnea, dispnea, batuk dengan atau tanpa pembentukan sputum, riwayat
merokok.
2. Tanda : distress respirasi atau penguunaan otot aksesori pernapasan, bunyi
nafas tambahan (krakles / mengi), sianosis
l. Keamanan
Gejala : gangguan koordinasi / cara berjalan, hipotensi postural.
C. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Menurut NANDA NIC – NOC (2016).
a. Penurunan curah jantung berhubungan peningkatan afterload, vasokontriksi dan
iskemia miokard.
b. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral dan
iskemia.
c. Intoleransi aktivitas berhubungandengan kelemahan, ketidakseimbangan suplai
dan kebutuhan oksigen.
d. Resiko cidera atau jatuh berhubungan dengan ketidakmandirian
e. Gangguan orientasi berhubungan dengan dimensia
f. Harga diri rendah berhubungan dengan ditolak, merasa tidak berguna
D. Intervensi Keperawatan
Diagnosa keperawatan Tujuan dan criteria hasil
Resiko Penurunan curah jantung b.d Peningkatan afterload,Vasokontriksi
dan iskemia miokard
NOC :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan Kriteria hasil : 1. tanda vital
dalam
1. Rentang normal (tekanan darah, nadi, respirasi)
2. Dapat mentoleransi aktivitas,tidak ada asites
3. Tidak ada edema paru perifer,dan tidak ada kelelahan.
4. Tidak ada penurunan kesadaran
NIC :
1. Evaluasi adanya (intensitas, lokasi, durasi)
2. Catat adanya distrimia Jantung.
3. Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac output
4. Monitor status kardiovaskuler
5. Monitor status pernapasan yang menandakan gagal jantung
6. Monitor abdomen sebagai indikator penurunan perfusi
7. Monitor balance cairan
8. Monitor adanya perubahan tekanan darah
9. Monitor respon pasien terhadap efek obat antiritmia
10. Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan
11. Monitor toleransi aktivitaspasien
12. Monitor adanya dyspnea, fatique, takipnea, dan ortopnea
13. Anjurkan untuk menurunkan stress dengan cara sholat dan beribadah
14. Pemantauan tanda vital:
15. Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan pernapasan
16. Catat adanya fluktasi tekanan darah
17. Monitor vs saat pasien berbaring duduk
18. Auskultasi tekanan darah padakedua lengan dan bandingkan
19. Monitor tekanan darah, nadi pernapasan, selama dan setelah aktivitas
20. Monitor kualitas dari nadi
21. Monitor frekuensi dan irama pernapasan
22. Monitor pola pernapasan abnormal
23. Monitor suhu,warna, dan kelembapan kulit
24. Monitor adanya cushing Triad (tekanan nadi yang melebar bradikardi,
peningkatan sistolik)
25. identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
2. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskulerserebral
NOC :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan Kriteria hasil :
1. Klien mampu mengontrol nyeri, mampu menggunakan teknik non
farmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen
nyeri
3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas frekuensi dan tanda nyeri)
4. Mengatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
NIC :
1. Kaji nyeri secara Komprehensif, termasuk lokasi karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
2. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan
3. Ajarkan tentang teknik non Farmakologi seperti kompres hangat dan
relaksasi nafas dalam
4. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
5. Tingkatkan istirahat yang cukup
6. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgetik pertama
kali
3. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan
NOC
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan Kriteria hasil :
1. Mampu melakukankegiatan sehari-hari
2. Tanda-tanda vitaldalam batas normal
NIC :
1. Kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi medik dalam merencanakan program
terapi yang tepat
2. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
3. Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapat sumber yang diperlukan untuk
aktivitas yang diinginkan
4. Bantuuntuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
5. Bantu untuk mendapatkan alat bantu
6. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri
E. Implementasi
Menurut Nursalam (2013) adapun sebagai berikut: Implementasi adalah
pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai tujuan yang pesifik. Tahap
Implementasi dimulai setelah rencana intervensi disusun dan ditujukan pada
nursing order untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh
karena itu rencana intervensi yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi
faktor -faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien.
Tujuan dari implementasi adalah membantu klien dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan. pencegahan
penyakit, pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi koping perencanaan asuhan
keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik, jika klien mempunyai
keinginan untuk berpartisipasi dalam implementasi keperawatan. Selama tahap
implementasi, perawat melakukan pengumpulan data dan memilih asuhan
keperawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan klien.

F. Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses


keperawatan yang menandakan keberhasilan dari diagnosis keperawatan, rencana
intervensi,dan implementasi. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan
klien dalam mencapai tujuan. Hal ini dapat dilakukan dengan melihat respon klien
terhadap asuhan keperawatan yang diberikan sehingga perawat dapat mengambil
keputusan (Nursalam, 2013).
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T.Heather, 2018 “NANDA-I Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi


2018-2020, Ed.11” Penerbit buku kedokteran EGC: Jakarta
Manuntung Alfeus. 2018. “TERAPI PERILAKU KOGNITIF PADA PASIEN
HIPERTENSI.” Malang : Penerbit Wineka Media
Manurung N. 2016. Aplikasi Asuhan Keperawatan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta : KDT
Nurjanah Intansari, Tumaggor Roxsana Devi 2013 “Nursing Interventions Classification
(NIC) Mocomedia: Indonesia
Nurjanah Intansari, Tumaggor Roxsana Devi 2013 “Pengukuran Outcomes Kesehatan
(NOC)” Mocomedia: Indonesia
Nuraruf Amin Huda, Kusuma Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosisi Medis dan NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Penerbit MediactionJogja.
Pikir Budi S. 2015. Hipertensi manajemen komprehensif. Surabaya : AUP Airlangga
UniversityPress

Anda mungkin juga menyukai