Anda di halaman 1dari 29

A.

Konsep Penyakit Hipertensi

1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten
dengan tekanan sistolik diatas 140mmHg dengan tekanan darah diastolik
diatas 90mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai
tekanan sistolik > 160mmHg atau tekanan diastolik >90 mmHg (Brunner &
Sudarth, 2001). Hipertensi adalah suatu keadaan ketika sesorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan angka
kesakitan (Morbiditas) dan angka kematian (Mortalitas) (Kushariyadi,
2008).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan
persisten pada pembuluh darah arteri, dimana tekanan darah sistolik sama
dengan atau diatas 140 mmHg dan tekanan diastolic sama dengan diatas 90
mmHg (Le Mone, Burke & Bauldoff, 2013; World Health Organization
[WHO], 2013).
Menurut Smeltzer & Bare (2002) ukuran tekanan darah normal
(normotensi) orang dewasa berkisar 120/80 mmHg. Tekanan darah dalam
kehidupan bervariasi secara alami, seperti pada bayi dan anak-anak secara
normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah dibanding dengan
orang dewasa.
Borderline hypertension atau prehipertensi didefinisikan sebagai
peningkatan tekanan darah yang ringan, pada beberapa waktu lebih tinggi
dari 140/90 mm Hg, dan lebih rendah dari itu pada waktu-waktu lainnya.
Pasien-pasien dengan borderline hypertension perlu mendapat pengukuran
tekanan darahnya pada beberapa kesempatan-kesempatan dan kerusakan
akhir organ diperiksa guna menetapkan apakah hipertensinya signifikan
(Hurts, 2011).
2. Etiologi Hipertensi
Hipertensi pada umumnya tidak mempunyai penyebab yang
spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respons peningkatan curah jantung atau
peningkatan resistensi perifer. Akan tetapi ada beberapa faktor yang dapat
memengaruhi terjadinya hipertensi :
a. Genetik
Yaitu respon neurologi terhadap stres atau kelainan ekskresi atau transpor
Na.
b. Obesitas
Terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan
darah meningkat
c. Stres karena lingkungan
d. Hilangnya elastisitas jaringan dan arteriosklerosis pada orang tua serta
pelebaran pembuluh darah.
Penyebab hipertensi pada orang lanjut usia adalah disebabkan karena
terjadinya perubahan pada elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung
menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah,
kehilangan elastisitas pembuluh darah, dan meningkatkan resistensi
pembuluh darah perifer. Setelah usia 20 tahun kemampuan jantung
memompa darah menurun 1% tiap tahun sehingga menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volume. Elastisitas pembuluh darah menghilang
karena terjadi kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi (Aspiani, 2014).

3. Klasifikasi
Join Nation Comitten on Detection Evolution and Treatment of High
Blood Pressure, badan peneliti hipertensi di Amerika Serikat, menentukan
batasan tekanan darah yang berbeda.
Pada laporan 1993, dikenal dengan sebutan JPC-V, tekanan darah pada
orang dewasa berusia 18 tahun diklasifikasikan:
No. Kriteria Tekanan Darah
Sistolik Diastolik
1. Normal <130 <85
2. Perbatasan (high normal) 130-139 85-89
3. Hipertensi
Derajat 1: Ringan 140-159 90-99
Derajat 2: Sedang 160-179 100-109
Derajat 3: Berat 180-209 110-119
Derajat 4: Sangat berat >210 >120

 Jenis Hipertensi
Faktor resiko Hipertensi adalah umur, jenis kelamin, riwayat keluarga,
genetik (faktor resiko yang tidak dapat diubah/dikontrol), kebiasaan
merokok, konsumsi garam, konsumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah,
kebiasaan konsumsi minum-minuman beralkohol, obesitas, kurang
aktifitas fisik, stres, penggunaan estrogen.
Adapun klasifikasi hipertensi terbagi menjadi:
a) Hipertensi Primer/Hipertensi Esensial
Hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui (idiopatik), walaupun
dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang bergerak
(inaktivitas) dan pola makan. Faktor yang mempengaruhinya adalah:
1) Faktor keturunan, dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan
memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi
jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.
2) Ciri perseorangan, yang mempengaruhinya adalah umur (jika umur
bertambahmaka tekanan darah meningkat), jenis kelamin (pria lebih
tinggi dari perempuan) dan ras (ras kulit hitam lebih banyak dari
kulit putih).
b) Hipertensi Sekunder/Hipertensi Non Esensial
Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas. Salah satu
contohhipertensi sekunder adalah hipertensi vaskular renal, yang terjadi
akibat stenosis arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat kongental atau
akibat ateroskerosis. Stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah ke
ginjal sehingga terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan
pelepasan renin, dan pembentukan angiotensin II. Angiotensin II secara
langsung meningkatkan tekanan darah, dan secara tidak langsung
meningkatkan sintetis andosteron dan reabsorpsi natrium. Apabila
dapat dilakukan perbaikan pada stenosis, atau apabila ginjal yang
terkena di angkat, tekanan darah akan kembali normal.
Penyebab lain dari hipertensi sekunder, antara lain feokromositoma
yaitu tumor penghasil epinefrin di kelenjar adrenal yang menyebabkan
peningkatan kecepatan denyut jantung, volume sukuncup dan juga
penyakit Cushing. Hipertensi yang berkaitan dengan kontrasepsi oral
juga dianggap sebagai hipertensi sekunder (Aspiani, 2014).

c) Hipertensi Akibat Kehamilan


Hipertensi akibat kehamilan atau hipertensi gestasional adalah jenis
hipertensi sekunder. Hipertensi gestasional adalah peningkatan tekanan
darah (>140 mmHg pada sitolik, >90 mmHg pada diastolik) terjadi setelah
kehamilan 20 minggu pada wanita non hopertensi dan membaik dalam 12
minggu pasca postpartum. Hipertensi jenis ini tampaknya terjadi akibat
kombinasi dan peningkatan curah jantung serta peningkatan total peripheral
resistance (TPR). Jika hipertensi terjadi setelah 12 minggu pasca
postpartum atau telah ada sebelum 20 minggu usia kehamilan, masuk ke
dalam kategori hipertensi kronik.
Pada preeklamsia tekanan darah tinggi disertai dengan proteinuria
(dari dalam urine setidaknya 0,3 protein dalam 24 jam). Preeklamsia
biasanya terjadi setetelah usia kehamilan 20 minggu dan dihubungkan
dengan penrunan aliran darah plasenta dan pelepasan mediator kimiawi
yang dapat menyebabkan disfungsi sel endotel vaskular di seluruh tubuh.
Kondisi ini merupakan gangguan yang sangat serius, seperti halnya
preeklamsia superimosed pada hipertensi kronis (Aspiani, 2014).

4. Patofisiologi
Patofisiologi hipertensi belum diketahui. Sejumlah kecil klien
antara2-5% memiliki penyakit dasar ginjal atau adrenal yang menyebabkan
peningkatan tekanan darah. Namun masih belum ada penyebab tunggal yang
dapat diidentifikasi. Kondisi inilah disebut sebagai “hipertensi esensial”.
Sejumlah mekanisme fisiologis terlibat dalam pengaturan tekanan darah
normal,yang kemudian berperan dalam terjadinya hipertensi esensial.
Penyebab hipertensi primer tidak diketahui,meskipun telah banyak penyebab
yang dapat diidentifikasi. Penyakit ini memungkin banyak factor:
a) Arteriosklerosis
b) Meningkatnya pemasukan sodium
c) Baroreseptor
d) Renin Secretion
e) Renal exoretion dari sodium dan air
f) Faktor genetic dan lingkungan

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh


darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di
toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin,
yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi.
Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun
tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin.
Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah
menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.
Peningkatan cairan dan peningkatan resistensi peripheral merupakan
2 dasar mekanisme penyebab hipertensi. Banyak yang menduga bahwa
hipertensi merupakan pembentukan plaque. Pihak lain menemukan bahwa
plaque berisi arteri menyebabkan tekanan darah meningkat. Peranan ahli
gizi dalam pemasukan sodium dan hopertensi juga controversial. Studi
empiris menyatakan terdapat hubungan antara tingginya sodium pada
individu yang berdampak tingginya tekanan darah.Sebaliknya turunnya
tekanan darah diikuti dengan pengurangan sodium dalam diet (Aspiani,
2014).
Pathways

Faktor Predisposisi

Merangsang pusat vasommotor

Merangsang neuron pre ganglion untuk melepas


asetilkolin

Merangsang serabut pasca-ganglion ke pembuluh


darah untuk melepaskan norepinefrin

Kortisol dan steroid lainnya Kelenjar medula adrenal juga


disekresi oleh kelenjar korteks terangsang untuk menyekresi
adrenal epinefrin

Memperkuat
Vasokonstriksi pembuluh darah

Penurunan aliran darah ke ginjal

Pelepasan renin

Merangsang pembentukan angiotensin I menjadi angiotensin II


Merangsang sekresi aldosteron

Retensi natrium dan air ditubulus

Peningkatan volume intravaskular

Hipertensi

Peningkatan resistensi terhadap pemompaan darah ventrikel

Peningkatan beban kerja jantung

Hipertrofi ventrikel kiri

Kerusakan vaskuler

Sistemik Koroner
Sistemik Koroner

Otak Ginjal Penurunan suplai


O2 ke koroner

Obstruksi/rupt Disfungsi Ginjal Iskemik miokard


ur pembuluh
darah otak

Gagal Ginjal Nyeri dada


Stroke
hemoragik

Diagnosa
Keperawatan : Nyeri
Nyeri kepala Vasokontriksi akut dan intoleransi
aktivitas

Diagnosa
Diagnosa Peningkatan
Keperawatan :
keperawatan : afterload
Penurunan curah jantung
Nyeri akut

(Sumber: Aspani, 2014. Dalam Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada


Pasien Kardiovaskuler : Aplikasi NIC & NOC)

5. Tanda & gejala


Penderita hipertensi biasanya tidak menunjukkan ciri apapun atau
hanya mengalami gejala ringan. Namun, darah tinggi yang parah mungkin
menyebabkan:
a) Sakit kepala parah
b) Pusing
c) Penglihatan buram
d) Mual
e) Telinga berdenging
f) Kebingungan
g) Detak jantung tak teratur
h) Kelelahan
i) Nyeri dada
j) Sulit bernapas
k) Darah dalam urin
l) Sensasi berdetak di dada, leher, atau telinga

6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan factor risiko dilakukan dengan cara pengobatan
setara non – farmakologis, antara lain :
a) Pengaturan diet
Diet dan pola hidup sehat dan/atau dengan obat – obatan yang
menuunkan gejala gagal jantung dan dapat memperbaiki keadaan
hipertrofi ventrike kiri.
Beberapa diet yang dianjurkan :
1) Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah
pada klien hipertensi. Dengan pengurangan garam dapat mengurangi
stimulasi sistem rennin – angiotensin sehingga sangat berpotensi
sebagai anti hipertensi. Jumlah asupan natrium yang dianjurkan 50
– 100 mmol atau setara dengan 3- 6 gram garam per hari.
2) Diet tinggi kalium, dapat menurunkan tekanan darah tetapi
mekanismenya belum jelas.Pemberian kalium secara intravena dapat
menyebabkan vasodilatasi, yang dipercaya dimediasi oleh
oksidanitrat pada dinding vaskuler.
3) Diet kaya buah dan sayur.
4) Diet rendah kolestrol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.
b) Penurunan berat badan
Mengatasi obesitas,pada sebagian orang, dengan cara menurunkan berat
badan mengurngi tekanan darah, kemungkinan dengan mengurangi
beban kerja jantung dan volume sekuncup. Pada beberapa studi
menunjukan bahwa obesitasberhubungan dengan kejadian hipertensi
dan hipertrofi ventrikel kiri. Jadi, penurunan berat badan adalah hal yang
sangat efektif untuk menurunkan tekanan darah. Penurunan berat badan
( 1 kg/ minggu) sangat dianjurkan. Penurunan berat badan dengan
menggunakan obat – obatan perlu menjadi perhatian khusus karena
umumnya obat penurun berat badan yang mengandung simpatomimetik,
sehingga dapat meningkatkan tekanan darah, memperburukangina atau
gejala gagal jantung dan terjadinya eksaserbasi aritmia.
c) Olahraga
Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat
untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki keadaan jantung.
Olahraga isotonik dapat juga meningkatkan fungsi endotel, vasodilatasi
perifer, dan mengurangi katekolamin plasma. Olahraga teratur selama
30 menit sebanyak 3-4 kali dalam satu minggu sangat dianjurkan untuk
menurunkan tekanan darah. Olahraga dapatmeningkatkan kadar HDL,
yang dapat mengurangi terbentuknya arterosklerosis akibat hipertensi.
d) Memperbaiki gaya hidup yang tidak sehat
Berhenti merokok dan tidak mengkonsumsi alcohol, penting untuk
mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok diketahui
menurunkan aliran darah ke berbagai organdan dapat meningkatkan
kerja jantung.
Penatalaksanaan medis yang diterapkan pada penderita hipertensi
adalah sebagai berikut :
a) Terapi oksigen
b) Pemantauan hemodinamik
c) Pemantauan jantung
d) Obat – obatan :
1) Diuretik : Chorthalidon, Hydromax, Lasix, Aldactone, Dyrenium.
Diuretik bekerja melalui berbgi mekanisme untuk mengurangi
curah jantung dengan mendorong ginjal meningkatkan ekskresi
garam dan airnya. Sebai diuretic (tiazid) juga dapat menurunkan
TPR.
2) Penyekat saluran kalsium menurunkan kontraksi otot polos
jantung atau arteri dengan mengintervensi influx kalsium bersifat
lebih spesifik untuk saluran lambat kalsium otot jantung, sebagian
yang lain lebih spesifik untuk saluran kalsium memiliki
kemampuan yang berbeda – beda dalam menurunkan kecepatan
denyut jantung, volume sekuncup dan TPR.
3) Pengambat enzim mengubah angiotensin II atau inhibitor ACE
berfungsi untuk menurunkan angiotensin II dengan menghambat
enzim yang diperlukan untuk mengubah angiotensin I menjadi
angiotensin II. Kondisi ini menurunkan darah secara langsung
dengan menurunkan TPR, dan secara tidak langsung dengan
menurunkan sekresi aldosterone, yang akhirnya meningkatkan
pengeluaran natrium pada urin kemudian menurunkan volume
plasma dan cura jantung. Inhibitor ACE juga menurunkan
tekanan darah dengan efek bradikinin yang memanjang, yang
normalnya memecah enzim. Inhibator ACE dikontradikasi untuk
kehamilan.
4) Antagonis (penyekat) respetor beta, terutama penyekat selektif,
bekerja pada reseptor beta di jantung untuk menurunkan
kecepatan jantung dan curah jantung.

7. Pemeriksaan Diagnostik
a) Laboratorium
1) Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkim ginjal
2) Kreatinin serum dan BUN meningkat pada hipertensi karena
parenkim ginjal dengan gagal ginjal akut
3) Dara perier lengkap
4) Kimia darah ( kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa )
b) EKG
1) Hipertropi ventrikel kiri
2) Iskemia atau infark miokard
3) Peninggian gelombang P
4) Gangguan konduksi
c) Foto Rontgen
1) Bentuk dan besar jantung Noothing dari iga pada koarktasi aorta
2) Pembendungan, lebarnya paru
3) Hipertrofi parenkim ginjal
4) Hipertrofi vaskuler ginjal

8. Pencegahan hipertensi
Pencegahan hipertensi dapat Anda lakukan dengan melakukan beberapa hal
berikut :
a) Mengonsumsi makanan yang kaya akan serat (Sayur dan buah).
b) Mengurangi konsumsi garam, alkohol, dan makanan yang berlemak
tinggi.
c) Mengurangi berat badan, istirahat yang cukup.
d) Lakukan pengecekan tekanan darah secara rutin.
e) Mengubah pola hidup menjadi pola hidup yang lebih sehat maka
penggunaan obat–obatan dapat diminmalkan bahkan penderita hipertensi
dapat hidup tanpa konsumsi obat hanya dengan perubahan pola hidup.
f) Menghabiskan waktu selama 30 sampai 40 menit untuk berolahraga
sebanyak 2–3 kali seminggu. Perbanyak $alan kaki daripada mengemudi
atau menggunakan kendaraan.
g) Hindari konsumsi makanan berminyak, bergaram, dan bergula tinggi
konsumsi makanan yang beraneka ragam dan bergizi seimbang.
h) Mengolah makanan dengan cara merebus atau memanggang. Kalau pun
harus digoreng gunakanlah minyak zaitun.
i) Hentikan kebiasaan merokok dan konsumsi minuman beralkohol.
j) Bebaskan pikiran Anda dari stres dan tekanan pikiran buruk lainnya
istirahat 5–10 menit di tengah rutinitas Minum air 7–8 gelas setiap hari.
k) Tidur cukup di malam hari selama 7–8 jam.
B. Asuhan Keperawatan Hipertensi
1. Pengkajian
Menurut (Gaffar,1999) langkah awal dalam proses keperawatan
adalah pengkajian. Pengkajian memiliki tujuan yaitu mengumpulkan data,
mengelompokan data, dan menganalisa data, sehingga dapat disimpulkan
menjadi diagnosa keperawatan. Pada pengkajian, data yang cermat tentang
pasien dan keluarga didapatkan data melalui wawancara, observasi dan
pemeriksaan.
a. Biodata
1) Biodata Pasien, meliputi : Nama pasien, usia, jenis kelamin
pendidikan, agama, pekerjaan , suku bangsa, status perkawinan, dan
alamat.
2) Biodata Penanggung Jawab, meliputi : nama, umur, agama,
pendidikan, pekerjaan, hubungan, dan sumber biaya.

b. Riwayat Kesehatan Klien


1) Kesehatan masa lalu
Apakah ada riwayat hipertensi sebelumnya, diabetes mellitus, adanya
riwayat merokok, penggunaan alkohol dan obat kontrasepsi oral, dll.
2) Kesehatan sekarang
- P (Provokatif/ Pariatif) : Konsumsi garam yang berlebih dapat
mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Penggunaan obat anti
hipertensi dapat menurunkan tekanan darah tinggi.
- Q (Quality): nyeri kepala yang berdenyut, jantung berdenyut cepat.
- R (Region / Radiation) : Keluhan pada kepala, dada b.d
peningkatan tekanan darah
- S (Severity Scale) : Pada saat tekanan darah meningkat
kemungkinan dapat mengganggu kegiatan klien yang
mengharuskan klien berhenti dari aktivitasnya.
- T (Time) : Jika peningkatan darah tinggi tak kunjung turun, maka
gejala akan sering dirasakan klien.
3) Keluhan utama
Keluhan yang paling dirasakan klien : sakit kepala, lemas, sesak nafas,
gelisah, mual, muntah, epistaksis, kesadaran menurun.
4) Kesehatan keluarga
Usia dan kesehatan dari orang tua, saudara kandung, pasangan hidup
dan anak-anak. Meliputi, Penyakit jantung, hipertensi, stroke,
penyakit ginjal, diabetes mellitus. Biasanya ada riwayat keluarga yang
menderita hipertensi.
(Nurafif, 2015. Dalam buku Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc)

c. Data psikologis
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, faktor stres
multipel (hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan
pekerjaan).
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan perhatian,
tangisan meledak, otot muka tegang, menghela napas,
peningkatan pola bicara (Doenges,2000).

d. Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, keletihan, nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
Takipnea (Doenges,2000).

e. Pemeriksaan Fisik
Menurut (Doenges,2000) dalam Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Kardiovaskuler : Aplikasi NIC & NOC :
1) Sistem pernafasan
Gejala : dispnea, takipnea, riwayat merokok, batuk
dengan/tanpa sputum.
Tanda : distress respirasi, bunyi nafas tambahan, sianosis.
2) Sistem kardiovaskuler
Gejala : riwayat hipertensi, arteriosklerosis, penyakit
jantung koroner/katup dan penyakit
serebrovaskuler. Episode palpitasi, perspirasi.
Tanda : kenaikan tekanan darah, hipotensi postural,
takikardi, bunyi jantung s4, edema perifer pada
tahap lanjut, pengisian kapiler lambat, pucat,
sianosis, diaforesis, dan kemerahan
(feokromositoma).
3) Sistem pencernaan
Massa abdomen berdenyut menunjukan adanya aneurisme
abdomen dan bising pada aorta abdomen serta arteri femoralis atau
karotis. Selain itu hipertensi menyebabkan mual,muntah, dan
perubahan berat badan saat ini (meningkat/turun), dengan ditandai
dengan berat badan normal atau obesitas.
4) Sistem persarafan
Gejala :
 keluhan pening/pusing, berdenyut, sakit kepala, suboksiptal
(terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan setelah
beberapa jam.
 Gangguan penglihatan (diplopia, penghilahatan kabur,
epitaksis)
Tanda :
 Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi
bicara, efek, proses pikir.
 Penurunan kekuatan genggaman tangan.
5) Sistem Perkemihan
Gangguan ginjal saat ini (sepert obstruksi) atau riwayat penyakit
ginjal pada masa yang lalu. Riwayat penggunaan diuretik dengan
tanda adanya glikosuria.

6) Sistem Muskuloskeletal
Nyeri tulang timbul pada tungkai.
7) Sistem integumen
Kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer), adanya
edema.
8) Sistem endokrin
Ada tidaknya sindrom cushing.

2. Diagnosis Keperawatan
a. Nyeri akut (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan
tekanan vaskuler serebral, ditandai dengan
- DO : merintih, perubahan tekanan darah
- DS : Mengeluh sakit kepala
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan,
ketidakseimbangan dan kebutuhan oksigen, ditandai dengan
- DO : Pucat, sianosis, frekuensi jantung dan tekanan
darah tidak normal
- DS : mengeluh sesak saat aktivitas dan mengeluh
kelelahan
c. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload,vasokonstriksi,hipertrofi ventrikel atau rigriditas
ventrikuler iskemia miokard. , ditandai dengan
- DO : Kulit dingin dan berkeringat, denyut perifer
menurun.
- DS : mengeluh sesak dan mengeluh sering kencing
(oliguria)
3. Intervensi keperawatan

No. Diagnose keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)

(1) (2) (3) (4)

1. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri


berhubungan dengan asuhan keperawatan
a. Kaji nyeri secara kompherensif,meliputi lokasi, karakteristik dan
peningkatan tekanan selama …x 24 jam
awitan,durasi,frekuensi,kualitas,intensitas/beratnya nyeri,dan faktor
vaskuler serebral klien dapat
presipitasi.
mengontrol nyeri
b. Observasi isyarat non-verbal dari ketidaknyamanan,khususnya dalam
dengan kriteria:
ketidakmampuan untuk komunikasi secara efektif
a. Mengenal faktor c. Berikan analgetik sesuai dengan anjuran
penyebab nyeri d. Gunakan komunikasi terapeutik agar klien dapat mengekpresikan
b. Awitan nyeri nyerinya.
c. Tindakan e. Kaji latar belakang budaya klien
pencegahan f. Tentukan dampak dari ekspresi nyeri terhadap kualitas hidup: pola
d. Tindakan tidur,nafsu makan,aktifitas kognisi,mood,hubungan,pekerjaan,tanggung
pertolongan non- jawab peran.
analgetik g. Kaji pengalaman individu terhadap nyeri,keluarga dengan nyeri kronis
e. Menggunakan h. Evaluasi efektivitas dari tindakan mengontrol nyeri yang telah digunakan
analgetik dengan i. Berikan dukungan terhadap klien dan keluarga
tepat j. Berikan informasi tentang nyeri,seperti penyebab,berapa lam terjadi dan
f. Mengenal tanda tindakan pencegahan
pencetus nyeri k. Kontrol faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon klien
untuk mencari terhadap ketidaknyaman (mis.,temperatur ruangan penyinaran,dll)
pertolongan l. Anjurkan klien untuk memonitor sendiri nyeri
g. Melaporkan gejala m. Tingkatkan tidur /istirahat yang cukup
kepada tenaga n. Ajarkan penggunaan teknik non-farmakologi (mis.,relaksasi,imajinasi
kesehatan terbimbing,terapi musik,distraksi,terapi panas –dingin,masase)
(perawat/dokter) o. Evaluasi efektivitas tindakan mengontrol nyeri
h. Menunjukan p. Modifikasi tindakan mengontrol nyeri berdasarkan respon klien
tingkat nyeri, q. Anjurkan klien untuk berdiskusi tentang pengalaman nyeri secara tepat
dengan kriteria : r. Beritahu dokter jika tindakan tidak berhasil atau terjadi keluhan.
i. Melaporkan nyeri s. Informasikan kepada tim kesehatan lainnya/anggota keluarga saat
j. Pengaruh pada tindakan non-farmakologi dilakukan,untuk pendekatan preventif.
tubuh t. Monitor kenyamanan klien terhadap manajemen.
k. Frekuensi nyeri
l. Lamanya episode Pemberian Analgetik
nyeri a. Tentukan lokasi nyeri,karakteristik,kualitas dan keparahan sebelum
m. Ekspensi nyeri pengobatan.
n. Posisi melindungi b. Berikan obat dengan prinsip 5 benar
bagian tubuh yang c. Cek riwayat obat alergi
nyeri d. Libatkan klien dalam pemilihan analgetik yang akan digunakan
o. Kegelisahan e. Pilih analgetik secara tepat atau kombinasi lebih dari satu analgetik jika
p. Perubahan telah diresepkan.
respirasi
q. Perubahan nadi
r. Perubahan tekanan
darah
s. Perubahan ukuran
pupil
t. Perspirasi/berkerin
gat
u. Kehilangan nafsu
makan.
2. Intorelansi aktivitas Setelah dilakukan Manajemen energy
berhubungan dengan asuhan keperawatan
a. Tentukan keterbatasan klien terhadap aktivitas.
kelemahan, selama …x 24 jam
b. Tentukan penyebab lain kelelahan.
ketidakseimbangan dan klien dapat
c. Motivasi klien untuk mengungkapkan perasaan keterbatasannya.
kebutuhan oksigen. menunjukan toleransi
d. Observasi asupan nutrisi sebagai sumber energi yang adekuat.
terhadap aktivitas
e. Observasi respons jantung-paru terhadap aktivitas.
dengan kriteria:
f. Batasi stimulus lingkungan.
a. Klien dapat g. Dorong untuk melakukan periode istirahat dan aktivitas.
menentukan h. Rencanakan periode aktivitas saat klien memiliki banyak tenaga.
aktivitas yang i. Hindari aktivitas selama periode istirahat.
sesuai dengan j. Bantu klien untuk bangun dari tempat tidur atau duduk disamping
peningkatan nadi, tempat tidur atau berjalan.
tekanan darah, k. Dorong klien untuk melakukan aktivitas harian sesuai sumber energi.
dan frekuensi l. Ajarkan klien dan keluarga teknik untuk memenuhi kebutuhan sehari-
napas; hari yang dapat meminimalkan penggunaan oksigen.
mempertahankan m. Intruksikan klien atau keluarga untuk mengenal tanda dan gejala
irama dalam batas kelelahan yang memerlukan pengurangan aktivitas.
normal
b. Mempertahankan n. Bantu klien atau keluarga untuk menentukan tujuan aktivitas yang
warna dan realistis.
kehangatan kulit o. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang lebih disukai.
dengan aktivitas. p. Dorong klien untuk memilih aktivitas yang sesuai dengan daya tahan
c. EKG dalam batas tubuh.
normal. q. Evaluasi program peningkatan tingkat aktivitas.
d. Melaporkan
peningkatan Terapi aktivitas
aktivitas harian a. Tentukan komitmen klien untuk peningkatan frekuensi atau rentang
untuk aktivitas.
b. Bantu klien untuk mengungkapkan kebiaasaan aktivitas yang paling
berarti dan/atau aktivitas favorit diwaktu luang.
c. Bantu klien untuk memilih aktivitas yang konsisten dengan
kemampuan fisik, psikologis, dan sosial.
d. Bantu klien untuk memfokuskan apa yang akan dilakukan daripada
apa kekurangannya.
e. Bantu klien untuk mendapatkan transportasi untk beraktivitas yang
sesuai.
f. Bantu klien untuk mengidentifikasi pilihan aktivitas.
g. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang berarti.
h. Bantu klien untuk menjadwalkan periode khusu untuk hiburan diluar
aktivitas rutin.
i. Bantu klien atau keluarga untuk menyesuaikan lingkungan untuk
mengakomodasi keinginan beraktivitas.
j. Berikan penguatan positif terhadap partisipasi klien dalam beraktivitas.
k. Observasi respons emosi, fisik, sosial, dan spiritual terhadap aktivitas.
3. Risiko penurunan curah Setelah dilakukan Perawatan jantung
jantung berhubungan asuhan keperawatan a. Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas, lokasi, radiasi, durasi, dan faktor
dengan peningkatan selama …x 24 jam pencetus nyeri).
afterload¸vasokontriksi, klien dapat b. Lakukan penilaian komprehensif terhadap sirkulasi perifer (mis. Cek
hipertofi atau rigiditas menunjukan curah perifer, edema, pengisian kapiler, dan suhu ekstremitas).
ventrikuler, iskemia jantung adekuat, c. Dokumentasikan adanya disritmia jantung.
miokard. dengan kriteria hasil; d. Catat tanda dan gejala penurunan curah jantung.
e. Observasi tanda-tanda vital.
a. Tekanan darah
f. Observasi status kardiovaskuler.
dalam rentang
g. Observasi disritmia jantung termasuk gangguan irama dan konduksi
normal.
h. Observasi status respirasi terhadap gejala gagl jantung.
i. Observasi abdomen untuk mengindikasi adanya penurunan perfusi
b. Toleransi terhadap j. Observasi kesimbangan cairan (asupan-haluarana dan berat badan
aktivitas. harian)
c. Nadi perifer kuat. k. Observasi fungsi pacemaker sesuai kebutuhan
d. Ukuran jantung l. Kenali adanya perubahan tekanan darah
normal. m. Kenali pengaruh psikologis yang mendasari kondisi klien.
e. Tidak ada distensi n. Evaluasi respon klien terhadap disritmia
vena jugularis. o. Kolaborasi dalam pemberian terapi antiaritmia sesuai kebutuhan
f. Tidak ada p. Observasi respon klien terhadap pemberian terapi aritmia
disritmia. q. Instrusikan kllien dan keluarga tentang pembatas aktivitas
g. Tidak ada bunyi r. Tentukan periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan
jantung abnormal. s. Observasi toleransi klien terhadap aktivitas
h. Tidak ada angina. t. Observasi adanya dispnea,kelelahan, takipnea, dan ortopnea
i. Tidak ada edema u. Anjurkan untuk mengurangi stres
perifer. v. Ciptakan hubungan yang saling mendukung antara klien dan keluaraga
j. Tidak ada edema w. Anjurkan klien untuk melaporkan adanya ketidaknyaman dada
pulmonal. x. Tawarkan dukungan spiritual untuk klien dan keluarganya.
k. Tidak ada
diaporesis.
l. Tidak ada mual.
m. Tidak ada
kelelahan.
F. Implementasi
Implemetasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan, yaitu
sebuah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana (interventi) asuhan
keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan
(Asmadi,2004).

E. Evaluasi
Evaluasi adalah hasil akhir yang diharapkan untuk pasien, yaitu meliputi :
1. Menpertahankan perfusi jaringan yang adekuat
2. Mematuhi program perawatan diri
3. Tidak mengalami komplikasi
(Smeltzer, 2010 : 314)
DAFTAR PUSTAKA

Majid, Abul.2002. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskuler. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.

Aspiani.2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskuler:


Aplikasi NIC & NOC. Jakarta : Kedokteran EGC.

Wilkinson, Judith M. 2016. Diagnosis Keperawatan. Jakarta : Kedokteran EGC.


Alih bahasa, Esty Wahyuningsih.

Nurafif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Yogyakarta : Medi
Action.

Smeltzer, Susan C. 2010. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarath,


Ed.12. Jakarta : EGC. Alih bahasa, Devi Yuliyanti dan Amelia Kimin.

Hurts, Marlene. 2011. Belajar Mudah Keperawatan Medikal Bedah, Vol 1. Jakarta :
EGC. Alih Bahasa, Egi Komara Yudha dan Devi Yuliyanti.

https://edoc.site/lp-hipertensi-menurut-nanda-pdf-free-html

https://scrib.com/

Anda mungkin juga menyukai