Anda di halaman 1dari 20

BAB II

Konsep Teori
A. Konsep Teori Hipertensi
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg.
Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi
juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh
darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya (Price dalam
Nurarif A.H., & Kusuma H, 2016).
Hipertensi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam
pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih dari suatu periode.
Hipertensi dipengaruhi oleh faktor risiko ganda, baik yang bersifat
endogen seperti usia, jenis kelamin dan genetik/keturunan, maupun yang
bersifat eksogen seperti obesitas, konsumsi garam, rokok dan kopi
(Hananta I.P.Y., & Freitag H. 2011).
Menurut American Heart Association atau AHA dalam Depkes
(2018), hipertensi merupakan silent killer dimana gejalanya sangat
bermacam-macam pada setiap individu dan hampir sama dengan penyakit
lain. Gejala-gejala tersebut adalah sakit kepala atau rasa berat ditengkuk.
Vertigo, jantung berdebar-debar, mudah lelah, penglihatan kabur, telinga
berdenging atau tinnitus dan mimisan.
B. Etiologi hipertensi
Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 golongan (Ardiansyah
M., 2012) :
1) Hipertensi primer (esensial)
Hipertensi primer adalah hipertensi esensial atau hiperetnsi yang 90%
tidak diketahui penyebabnya. Beberapa faktor yang diduga berkaitan
dengan berkembangnya hipertensi esensial diantaranya : a) Genetik
Individu dengan keluarga hipertensi memiliki potensi lebih tinggi
mendapatkan penyakit hipertensi.
b) Jenis kelamin dan usia
Lelaki berusia 35-50 tahun dan wanita yang telah menopause
berisiko tinggi mengalami penyakit hipertensi.
c) Diit konsumsi tinggi garam atau kandungan lemak
Konsumsi garam yang tinggi atau konsumsi makanan dengan
kandungan lemak yang tinggi secara langsung berkaitan dengan
berkembangnya penyakit hipertensi.
d) Berat badan obesitas
Berat badan yang 25% melebihi berat badan ideal sering dikaitkan
dengan berkembangnya hipertensi.
e) Gaya hidup merokok dan konsumsi alcohol
Merokok dan konsumsi alkohol sering dikaitkan dengan
berkembangnya hipertensi karena reaksi bahan atau zat yang
terkandung dalam keduanya.
2) Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang diketahui
penyebabnya. Hipertensi sekunder disebabkan oleh beberapa penyakit,
yaitu :
a) Coarctationaorta, yaitu penyempitan aorta congenital yang mungkin
terjadi beberapa tingkat pada aorta toraksi atau aorta abdominal.
Penyembitan pada aorta tersebut dapat menghambat aliran darah
sehingga terjadi peningkatan tekanan darah diatas area kontriksi.
b) Penyakit parenkim dan vaskular ginjal
Penyakit ini merupakan penyakit utama penyebab hipertensi
sekunder. Hipertensi renovaskuler berhubungan dengan
penyempitan. Satu atau lebih arteri besar, yang secara langsung
membawa darah ke ginjal. Sekitar 90% lesi arteri renal pada pasien
dengan hipertensi disebabkan oleh aterosklerosis atau fibrous
dyplasia (pertumbuhan abnormal jaringan fibrous). Penyakit
parenkim ginjal terkait dengan infeksi, inflamasi, serta perubahan
struktur serta fungsi ginjal.
c) Penggunanaan kontrasepsi hormonal (esterogen)
Kontrasepsi secara oral yang memiliki kandungan esterogen dapat
menyebabkan terjadinya hipertensi melalui mekanisme
reninaldosteron-mediate volume expantion. Pada hipertensi ini,
tekanan darah akan kembali normal setelah beberapa bulan
penghentian oral kontrasepsi
d) Gangguan endokrin
Disfungsi medulla adrenal atau korteks adrenal dapat menyebabkan
hipertensi sekunder. Adrenalmediate hypertension disebabkan
kelebihan primer aldosteron, kortisol, dan katekolamin.
e) Kegemukan (obesitas) dan malas berolahraga
f) Stres
Stres merupakan salah satu faktor yang menyebabkan peningkatan
tekanan darah untuk sementara waktu.
g) Merokok
Nikotin dalam rokok merangsang pelepasan katekolamin.
Peningkatan katekolamin mengakibatkan iritabilitas miokardial,
peningkatan denyut jantung serta menyebabkan vasokortison yang
kemudian menyebabkan kenaikan tekanan darah.
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas (Nurarif A.H., & Kusuma H.,
2016) :
1) Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar
dari 140 mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih
besar dari 90 mmHg.
2) Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan distolik lebih
besar dari 160 mmHg da tekanan diastolik lebih rendah dari
90 mmHg. Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut
usia adalah terjadinya perubahan-perubahan pada (Nurarif
A.H., & Kusuma H., 2016):
1) Elastisitas dinding aorta menurun
2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volumenya
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

C. Klasifikasi Hipertensi
1) klasifikasi hipertensi klinis berdasarkan tekanan darah sistolik dan
diastolik menurut Nurarif A.H., & Kusuma H. (2016)yaitu:
Tabel 1.1 Klasifikasi derajat hipertensi secara klinis
NO Kategori Sistolik (MmHg) Diastolik (MmHg)

1. Optimal <120 <80

2. Normal 120-129 80-84

3. High Normal 130-139 85-89

Hipertensi
1. Grade 1 (ringan) 140-159 90-99

2. Grade 2 (sedang) 160-179 100-109

3. Grade 3 (berat) 180-209 100-119

4. Grade 4 (sangat berat) ≥210 ≥210

2) Menurut World Health Organization (dalam mardani. 2016) klasifikasi


hipertensi adalah :
a) Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan
140 mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg.
b) Tekanan darah perbatasan (border line) yaitu bila sistolik 141-149
mmHg dan diastolik 91-94 mmHg.
c) Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau
sama dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan
95 mmHg.
D. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak.Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis
di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana
dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi.
Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal
mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.Korteks adrenal
mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah.Vasokonstriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin.Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler.Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.
E. Manifestasi klinis hipertensi
Menurut Nurarif A.H., & Kusuma H., 2016), tanda dan gejala hipertensi
antara lain: 1) Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan darah tidak teratur.
2) Gejala yang lazim
Gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan
kelelahan. Dalam kenyataanya ini merupakan gejala terlazim yang
mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis. a)
Mengeluh sakit kepala, pusing
b) Lemas, kelelahan
c) Sesak nafas
d) Gelisah
e) Mual
f) Muntah
g) Epistaksis
h) Kesadaran menurun
F. Faktor-faktor Hipertensi
Menurut Aulia, R. (2018), faktor risiko hipertensi dibagi menjadi 2 kelompok
antara lain :
1) Faktor yang tidak dapat diubah Faktor
yang tidak dapat berubaha adalah : a)
Riwayat Keluarga
Keluarga seperti, ayah, ibu, kakak kandung/saudara kandung, kakek
dan nenek dengan hipertensi lebih berisiko untuk terkena hipertensi.
b) Usia
Tekanan darah cenderung meningkat dengan bertambahnya usia. Pada
laki-laki meningkat pada usia lebih dari 45 tahun sedangkan pada
wanita meningkat pada usia lebih dari 55 tahun.
c) Jenis Kelamin
Dewasa ini hipertensi banyak ditemukan pada pria daripada wanita.
d) Ras/etnik
Hipertensi menyerang segala ras dan etnik namun di luar negeri
hipertensi banyak ditemukan pada ras Afrika Amerika daripada
Kaukasia atau Amerika Hispanik.
2) Faktor yang dapat diubah
Kebiasaan gaya hidup tidak sehat dapat meningkatkan hipertensi antara
lain yaitu :
a) Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor penyebab hipertensi karena
dalam rokok terdapat kandungan nikotin. Nikotin terserap oleh
pembuluh darah kecil dalam paru-paru dan diedarkan ke otak. Di
dalam otak, nikotin memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk
melepas epinefrin atau adrenalin yang akan menyemptkan pembuluh
darah dan memaksa jantung bekerja lebih berat karena tekanan darah
yang lebih tinggi (Iswahyuni, S., 2017).
b) Kurang aktifitas fisik
Aktifitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot
rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Kurangnya aktifitas
fisik merupakan faktor risiko independen untuk penyakit kronis dan
secara
keseluruhan diperkirakan dapat menyebabkan kematian secara global
(Iswahyuni, S., 2017).
c) Konsumsi Alkohol
Alkohol memiliki efek yang hampir sama dengan karbon monoksida,
yaitu dapat meningkatkan keasaman darah. Darah menjadi lebih kental
dan jantung dipaksa memompa darah lebih kuat lagi agar darah
sampai ke jaringan mencukupi.
d) Kebiasaan minum kopi
Kopi seringkali dikaitkan dengan penyakit jantung koroner, termasuk
peningkatan tekanan darah dan kadar kolesterol darah karena kopi
mempunyai kandungan polifenol, kalium, dan kafein. Salah satu zat
yang dikatakan meningkatkan tekanan darah adalah kafein. Kafein
didalam tubuh manusia bekerja dengan cara memicu produksi hormon
adrenalin yang berasal dari reseptor adinosa didalam sel saraf yang
mengakibatkan peningkatan tekanan darah, pengaruh dari konsumsi
kafein dapat dirasakan dalam 5-30 menit dan bertahan hingga 12 jam
(Bistara D.N., & Kartini Y., 2018).
e) Kebiasaan konsumsi makanan banyak mengandung garam Garam
merupakan bumbu dapur yang biasa digunakan untuk memasak.
Konsumsi garam secara berlebih dapat meningkatkan tekanan darah.
Natrium merupakan kation utama dalam cairan ekstraseluler tubuh
yang berfungsi menjaga keseimbangan cairan, natrium yang berlebih
dapat mengganggu keseimbangan cairan tubuh sehingga menyebabkan
edema atau asites, dan hipertensi.
f) Kebiasaan konsumsi makanan lemak
Lemak didalam makanan atau hidangan memberikan kecenderungan
meningkatkan kholesterol darah, terutama lemak hewani yang
mengandung lemak jenuh. Kolesterol yang tinggi bertalian dengan
peningkatan prevalensi penyakit hipertensi (Bistara D.N., & Kartini
Y., 2018).
G. Pathway
H. Komplikasi Hipertensi
1) Stroke
Stroke akibat dari pecahnya pembuluh yang ada di dalam otak atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh nonotak. Stroke bisa terjadi pada
hipertensi kronis apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami
hipertrofi dan penebalan pembuluh darah sehingga aliran darah pada area
tersebut berkurang. Arteri yang mengalami aterosklerosis dapat melemah
dan meningkatkan terbentuknya aneurisma.
2) Infark Miokardium
Infark miokardium terjadi saat arteri koroner mengalami arterosklerotik
tidak pada menyuplai cukup oksigen ke miokardium apabila terbentuk
thrombus yang dapat menghambat aliran darah melalui pembuluh
tersebut. Karena terjadi hipertensi kronik dan hipertrofi ventrikel maka
kebutuhan okigen miokardioum tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi
iskemia jantung yang menyebabkan infark.
3) Gagal Ginjal
Kerusakan pada ginjal disebabkan oleh tingginya tekanan pada
kapilerkapiler glomerulus. Rusaknya glomerulus membuat darah mengalir
ke unti fungsionla ginjal, neuron terganggu, dan berlanjut menjadi
hipoksik dan kematian. Rusaknya glomerulus menyebabkan protein keluar
melalui urine dan terjadilah tekanan osmotic koloid plasma berkurang
sehingga terjadi edema pada penderita hipertensi kronik.
4) Ensefalopati
Ensefalopati (kerusakan otak) terjadi pada hipertensi maligna (hipertensi
yang mengalami kenaikan darah dengan cepat). Tekanan yang tinggi
disebabkan oleh kelainan yang membuat peningkatan tekanan kapiler dan
mendorong cairan ke dalam ruang intertisium diseluruh susunan saraf
pusat. Akibatnya neuro-neuro disekitarnya terjadi koma dan kematian.
I. Pemeriksaan Penunjang
1) Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/adanya
pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler).
2) Kalium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi.
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab)
atau menjadi efek samping terapi diuretik.
3) Hemoglobin / hematocrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel–sel terhadap volume cairan (viskositas)
dan dapat mengindikasikan factor–factor resiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia.
4) Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab) antara lain yaitu :
a) Urinalisa: Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan
atau adanya diabetes.
b) Asam urat: Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko
hipertensi
c) Steroid urin: Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalism
d) CT scan: Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
e) EKG: Untuk menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan,
gangguan konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda
dini penyakit jantung hipertensi.
J. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada masalah dengan hipertensi menurut American Society
of Hypertension and the International Society of Hypertension (2011) antara
lain:
1) Penatalaksanaan non farmakologi
Penatalaksanaan pada pasien dengan masalalah hipertensi dengan cara non
farmakologi dilakukan dengan cara yaitu menjalani pola hidup sehat telah
banyak terbukti dapat menurunkan tekanan darah, dan secara umum
sangat menguntungkan dalam menurunkan risiko permasalahan
kardiovaskular. Pada pasien yangmenderita hipertensi derajat 1, tanpa
faktor risiko kardiovaskular lain, maka strategi pola hidup sehat
merupakan tatalaksana tahap awal, yang harus dijalani setidaknya selama
4 – 6 bulan. Bila setelah jangka waktu tersebut, tidak didapatkan
penurunan tekanan darah yang diharapkan atau didapatkan faktor risiko
kardiovaskular yang lain, maka sangat dianjurkan untuk memulai terapi
farmakologi.
Jenis-jenis pola hidup sehat yang dapat dianjurkan pada pasien
dengan masalah hipertensi anata lain: a) Penurunan berat badan
b) Mengurangi asupan garam
c) Olah raga. Olah raga yang dilakukan secara teratur sebanyak 30 –60
menit/ hari, minimal 3 hari/ minggu, dapat menolong penurunan
tekanan darah.
d) Mengurangi konsumsi alcohol.
e) Ciptakan keadaan rileks
2) Penatalaksanaan farmakologi
Terapi farmakologi pada hipertensi dimulai bila pada pasien hipertensi
derajat 1 yang tidak mengalami penurunan tekanan darah setelah > 6
bulan menjalani pola hidup sehat dan pada pasien dengan hipertensi
derajat ≥ 2. Beberapa prinsip dasar terapi farmakologi yang perlu
diperhatikan untuk menjaga kepatuhan dan meminimalisasi efek samping
antara lain:
a) Berikan obat generic (non-paten)
b) Berikan obat pada pasien usia lanjut ( diatas usia 80 tahun ) seperti
pada usia 55 – 80 tahun, dengan memperhatikan factor komorbid
c) Jangan mengkombinasikan angiotensin converting enzyme inhibitor
(ACE-i) dengan angiotensin II receptor blockers (ARBs)
d) Lakukan pemantauan efek samping obat secara teratur
K. Asuhan Keperawatan Pada Hipertensi
Asuhan keperawatan pada lansia dengan hipertensi meliputi:
1) Pengkajian
a) Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko, antara lain: kegemukan,
riwayat keluarga positif, peningkatan kadar lipid serum, merokok
sigaret berat, penyakit ginjal, terapi hormon kronis, gagal jantung,
kehamilan.
b) Aktivitas/ Istirahat, gejala: kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup
monoton. Tanda: frekuensi jantung meningkat, perubahan irama
jantung, takipnea.
c) Sirkulasi, gejala: riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner/katup dan penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi. Tanda:
kenaikan TD, nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis,
takikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis, kulit
pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer) pengisian kapiler
mungkin lambat/ bertunda.
d) Integritas Ego, gejala: riwayat perubahan kepribadian, ansietas, faktor
stress multiple (hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan
pekerjaan). Tanda: letupan suasana hati, gelisah, penyempitan continue
perhatian, tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan menghela,
peningkatan pola bicara.
e) Eliminasi, gejala: gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau
riwayat penyakit ginjal pada masa yang lalu).
f) Makanan/cairan, gejala: makanan yang disukai yang mencakup
makanan tinggi garam, lemak serta kolesterol, mual, muntah dan
perubahan BB akhir-akhir ini (meningkat/turun) dan riwayat
penggunaan diuretik. Tanda: berat badan normal atau obesitas, adanya
edema, glikosuria.
g) Neurosensori, gejala: keluhan pening pening/pusing, berdenyut, sakit
kepala, sub oksipital (terjadi saat bangun dan menghilangkan secara
spontan setelah beberapa jam), gangguan penglihatan (diplobia,
penglihatan kabur, epistakis). Tanda yang ditunjukkan status mental,
perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, efek, proses pikir,
penurunan kekuatan genggaman tangan.
h) Pernafasan, gejala: dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja
takipnea, ortopnea, dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum,
riwayat merokok. Tanda: distress
i) Keamanan, gejala: gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi
postural.
L. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b.d peningkatan
afterload, vasokonstriksi, hipertrofi/ringiditas ventrikulr, iskemia miokard.
2) Intoleransi aktivitas b.d kelemahan, ketidak seimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen
3) Nyeri
4) Ketidak seimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b/d masukan
berlebihan.
M. Intervensi keperawatan
NO DIAGNOSA NOC NIC

1 Resiko tinggi terhadap penurunan Tujuan dan kriteri hasil Noc: Nic
curah jantung b.d peningkatan Cardiac Care
afterload, vasokonstriksi,
- Cardiac pump rffectiveness
hipertrofi/rigiditas ventrikuler, - Circulation status - Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas,
iskemia miokard lokasi, durasi)
- Vital sign status
- Catat adanya disritmia jantung
- Catat adanya tanda dan gejala penurunan
Kriteria hasil cardiac putput
- Tanda vital dalam rentang - Monitor status kardiovaskuler

normal (tekanan darah, Nadi, - Monitor status pernafasan yang


menandakan gagal jantung
Reprasi)
- Monitor abdomen sebagai indicator
- Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada penurunan perfusi
kelelahan - Monitor balance cairan
- Tidak ada edama paru, perifer dan tidak
- Monitor adanya perubahan tekanan
darah
ada asites
- Monitor respon pasien terhadap
- Tidak ada penurunan kesadaran efek pengobatan antiaritmia
- Atur periode latihan dan istirahat untuk
menghindari kelelahan
- Monitor toleransi activitas pasien
- Monitor adanya
dyspneu,fatigue,tekipneu dan
ortopneu
- Anjurkan untuk menurunkan stress
Vital Sign Monitoring

- Monitor TD, nadi,suhu dan RR


- Catat adanya flukuasi tekanan darah
- Monitor VS saat pasien
berbaring,duduk,atau berdiri
- Auskultasi
TD,nadi,RR,sebelum,selama,dan
setelah aktivitas
- Moitor kualitas nadi
- Monitor adanya pulsus paradoksus
- Monitor adanya pulsus alterans
- Monitor jumlah dan irama jantung
- Monitor bunyi jantung
2 Intoleransi aktivitas b.d NOC Nic
kelemahan, ketidak seimbangan
suplai dan kebutuhan oksigen - Energy conservation Activity Therapy
- Activity tolerance - Kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi
- Self Care :ADLs Medik dalam merencanakan program
terapi yang tepat
Kriteria Hasil :
- Bantu klien untuk mengidentifikasi
- Berpartisipasi dalam aktivitas fisik
aktivitas yang mampu dilakukan
tanpa disertai peningkatan tekanan
- Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas
darah,nadi dan RR
yang disukai
- Mampu melakukan aktivitas
- Bantu klean untuk membuat jadwal
sehari-hari (ADLs) secara
latihan di waktu luang
mandiri
- Bantu pasien dan keluarga untuk
- Tanda tanda vital normal
- mengidentifikasi kekurangan
- Energy psikomotor
dalam beraktivitas
- Level kelemahan
- Sediakan penguatan positif bagi yang
- Mampu berpindah : dengan
atau tanpa bantuan alat aktif beraktifitas

- Status kardio pulmunari adekuat - Bantu pasien untuk mengembangkan

- Sirkulasi status baik motifasi diri dan penguatan

- Status respirasi : pertukaran - Monitor respon fisik,emosi,sosial dan


spiritual
gas dan ventilasi adekuat
3 Gangguan rasa nyaman b/d nyeri Noc NIC

- Pain level Pain manajemen


- Pain control - Comfort
level - Lakukan pengajian nyeri
Kriteria hasil: secara komperensif termasuk
- Mampu mengontrol nyeri lokasi
(tahu penyebab nyeri,mampu ,karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
mengunakan tehnik dan faktor presifasi
nonfarmakologi untuk - Operfasi reaksi non serba dari
mengurangi nyeri) ketidak nyamanan
- Melaporkan bahwa nyeri - Gunakan tehnik komunikasi teropotik
bekurang dengan untuk mengetahui pengalaman nyeri
menggunakan manajemen pasien
nyeri - Kaji kotor yang mempengaruhi
- Mampu mengenali nyeri respon nyeri
- Menyatakan rasa - Evaluasi pengalaman nyeri di masa
nyaman setelah nyeri lampau
bekurang - Ajarkan tentang tehnik nonfarmakologi
- Evaluasi keefetifitasan kontrol nyeri
- Tingkatkan istirahat
- Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri
4 Ketidak seimbangan nutrisi lebih Noc Nic:
dari kebutuhan tubuh b/d masukan
berlebihan - Nutritional status :food and fluid Nutriton management
intake
Kriteria Hasil : Adanya peningkatan - Kaji adanya ale
berat badan sesuai dengan tujuan - Kolaborasi
- Berat badan ideal sesuai dengan menentukan ju
tinggi badan yang dubutuhka
- Mampu mengidentifikasi - Anjurkan pasie
kebutuhan nutrisi intake Fe
- Tidak ada tanda tanda malnutrisi - Anjurkan pasie
- Tidak terjadi penurunan berat protein dan vita
badan yang berakti - Berikan substan
- Yakinkan d
mengandung tin
mencegah kons
- Berikan makana
dikonsultasikan
- Anjurkan pasi
catatatn makan
L. Evaluasi Keperawatan
Kriteria hasil dari tindakan keperawatan yang diharapkan pada klien
dengan stroke yaitu mempertahankan tingkat kesadaran, tanda-tanda vital dalam rentang
normal, kekuatan otot bertambah dan dapat beraktivitas secara minimal, dapat
berkomunikasi sesuai dengan kondisinya, mempertahankan fungsi perseptual, dapat
melakukan aktivitas
DAFTAR PUSTAKA

Ayu Diah Andjani,Tri. 2016. “Perbedaan Pengaruh Message Punggung Dan Terapi
Slow Stroke Back Maasage Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Dengan
Hipertensi di UPT PLSU Jember”. Skripsi. Jember : Universitas Jember.
Azizah, Lilik Ma’ rifatul. 2011. Keperawatan LanjutUsia. Edisi 1. Yogyakarta : Graha Ilmu.
AHA, Part 10. Acute Coronary Syndromes. (2011). American Heart Association Guidlines
for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency
Cardiovascular Care.
Ardiansyah, M. (2012). Keperawatan medikal bedah. Yogjakarta:DIVA Press
Aulia, R., (2018). Pengaruh Pengetahuan Terhadap Kepatuhan Pasien Hipertensi
Di
Instalasi Rawat Jalan RSUD Dr.Moewardi Surakarta Periode FebruariApril
2018. Journal of Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Bistara, D.N., & Kartini, Y., (2018). Hubungan Kebiasaan Mengkonsumsi Kopi
dengan Tekanan Darah Pada Dewasa Muda, vol 3 (1). Journal of Repository
University Of Nahdlatul Ulama Surabaya.
Black, J. M. & Hawk, J. H. 2014. Medical Surgical Nursing. Vol 2. Salemba Medika.
Jakarta.
Brunner & Suddarth. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edk 8. Vol 2. EGC.
Jakarta.
Bulechek, Gloria M., Butcher, Howard K., Dochterman, Joanne M. & Wagner,
Cherly M. 2018. Nursing Interventions Classification (NIC). Edk 7.
Mocomedia. Indonesia.
Corwin, Elizabeth J. 2014. Buku Saku Patofisiologi. EGC. Jakarta.
Depkes, 2019, Hipertensi Penyakit Paling Banyak Diidap Masyarakat, Departemen Kesehatan
RI, Jakarta.
Hananta I.P.Y., Freitag H (2011). Deteksi Dini dan Pencegahan Hipertensi dan Stroke.
Yogyakarta : MedPress
Herdman, T. Heather & Kamitsuru, Shigemi. 2018-2020. NANDA International Inc.
Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi. Edk 11. EGC. Jakarta.
Istiqomah. 2018. “Hubungan Pemberdayaan Komunitas Lansia Dengan Kualitas
Kesehatan Pada Lansia Di Puskesmas Gamping I1 Sleman”. Skripsi. Yogyakarta:
Stikes Surya Global Yogyakarta.
Iswahyuni, S. (2017) ‘Hubungan Antara Aktifitas Fisik Dan Hipertensi Pada
Lansia’, Profesi (Profesional Islam) : Media Publikasi Penelitian
Martin, W. & Mardian, P. (2016). Pengaruh Terapi Meditasi Terhadap Perubahan
Tekanan Darah Pada Lansia Yang Mengalami Hipertensi. Jurnal IPTEKS
Terapan, 10(4), 211–217.
Moorhead, Sue, Johnson, Marion, Maas, Meridean L. & Swanson, Elizabeth.
2018. Nursing Outcomes Classification (NOC). Edk 6. Mocomedia. Indonesia.
Mutaqin, Arif. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Persarafan. Salemba Medika. Jakarta.
Nugroho,W. 2017. Keperawatan gerontik dan geriantik. Edisi 3. Jakarta: EGC
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. 2015. Handbook for Health Student.
Mediaction Publishing. Yogyakarta.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan


Penerapan Diagnosa Nanda, Nic, Noc dalam Berbagai Kasus. Yogyakarta:
Penerbit Mediaction.
Smeltzer, Suzanne C. 2017. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edk 12. Vol
2. EGC. Jakarta.
.

Anda mungkin juga menyukai