Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN STASE KEPERAWATAN GERONTIK

MEMBERIKAN TERAPI SENAM HIPERTENSI TERHADAP TEKANAN


DARAH PADA LANSIA DI BALAI PSTW YOGYAKARTA
UNIT BUDI LUHUR

Disusun Guna Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Stase Keperawatan Gerontik

Disusun Oleh :

KELOMPOK 1

MUHAMMAD DAUD 24.20.1439


NURYANA WAHYUNI 24.20.1440
SITI MAR’ATI SOLIHA 24.20.1441
WULANDARI PUTRI N. 24.20.1442
ELSA NURHALISA 24.20.1443
SRI YELIN TALAMU 24.20.1457
FATIMAH CHANDRA M. 24.20.1458

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS ANGKATAN XXVI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2021
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
PROFESI NERS ANGKATAN XXVI

LEMBAR PENGESAHAN

Telah disahkan laporan dengan tema “Memberikan Terapi Senam Hipertensi


Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Di BPSTW Unit Budi Luhur
Kasongan Bantul” guna memenuhi tugas kelompok Stase Keperawatan Gerontik
STIKes Surya Global Yogyakarta Tahun 2021.

Yogyakarta, Oktober 2021

Mengetahui,

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik


BPSTW Unit Budi Luhur Bantul Stase Keperawatan Gerontik
STIKes Surya Global Yogyakarta

(Sri Hartinnovmi, S.Pi., M.Si.) (Fitri Dian K, S.Kep., Ns., M.Kep)


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas ini
dengan tema “Memberikan Terapi Senam Hipertensi Terhadap Tekanan
Darah Pada Lansia Di Balai PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur”.
Adapun penyusunan tugas ini, sehubungan dengan pemenuhan tugas
kelompok yaitu keperawatan gerontik yang dibimbing oleh Ibu Sri Hartinnovmi,
S.Pi., M.Si selaku pembimbing klinik dan Ibu Fitri Dian K, S.Kep., Ns., M.Kep.
selaku dosen pembimbing akademik di Balai PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur.
Kami sangat berharap tugas ini dapat berguna bagi kami maupun orang
yang membacanya, dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan
mengenai update ilmu terkait keperawatan gerontik. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam laporan ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan ulasan demi
perbaikan laporan yang telah kami buat. Mengingat tidak ada yang sempurna
tanpa saran yang membangun.
Akhir kata tim penyusun mengucapkan banyak terimakasih kepada
pembimbing klinik dan pembimbing akademik, karena berkat bimbingan
beliaulah kami bisa menyelesaikan laporan ini.

Yogyakarta, Oktober 2021

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Teori Lansia
B. Konsep Teori Hipertensi
C. Senam Hipertensi
BAB III PEMBAHASAN

A. Profile Balai PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur


B. Data Responden
C. Hasil Intervensi Senam Hipertensi

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan bertambahnya usia, fungsi fisiologi mengalami penurunan
akibat proses penuaan sehingga penyakit tidak menular banyak muncul pada
lanjut usia. Penyakit terbanyak pada lanjut usia ialah Penyakit Tidak Menular
(PTM) antara lain adalah artritis, stroke, penyakit paru obstruktif kronik,
diabetes melitus dan hipertensi (Irene Lukas M, 2017).
Hipertensi merupakan faktor resiko utama terjadinya penyakit
kardiovaskuler dan menjadi salah satu beban kesehatan global yang paling
penting karena kasus kardiovaskuler merupakan penyumbang kematian
tertinggi di dunia termasuk di Indonesia. Hipertensi muncul tanpa tanda dan
gejala sehingga pasien tidak menyadari mengalami hipertensi dan melakukan
terapi. Komplikasinya meliputi infark miokard, stroke, gagal ginjal dan
bahkan kematian dapat terjadi bila hipertensi tidak terdeteksi dari awal serta
diobati secara tepat (Suhadi, 2016).
Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan sekitar
1,13 miliar orang di dunia menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di
dunia terdiagnosis hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat
setiap tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 miliar orang
terkena hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunnya 9,4 juta orang meninggal
akibat hipertensi dan komplikasinya (Kemenkes RI, 2019).
Penyakit hipertensi merupakan tantangan terbesar di Indonesia. Prevalensi
hipertensi yang terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, dibuktikan
dengan data hasil dari Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, menyatakan bahwa
adanya peningkatan angka hipertensi sekitar 8,2% dari sebelumnya. Estimasi
jumlah kasus hipertensi di Indonesia sebesar 63.309.620 orang, sedangkan
angka kematian di Indonesia akibat hipertensi sebesar 427.218 kematatian
(Kemenkes, 2018).
Prevalensi hipertensi di DIY menurut Riskesdas 2018 adalah 11.01 % atau
lebih tinggi jika dibandingkan dengan angka nasional (8,8%). Prevalensi ini
menempatkan DIY pada urutan ke-4 sebagai provinsi dengan kasus hipertensi
yang tinggi. Hipertensi selalu masuk dalam 10 besar penyakit sekaligus 10
besar penyebab kematian di DIY selama beberapa tahun terakhir berdasarkan
STP Puskesmas maupun STP RS. Pada tahun 2019 berdasarkan Laporan
Survailans Terpadu Penyakit Rumah sakit di D.I. Yogyakarta tercatat kasus
hipertensi esensial 15.388 kasus. Pada tahun 2019 dari jumlah estimasi
penderita hipertensi berusia ≥ 15 tahun yang sudah mendapat pelayanan
kesehatan 58,93% (Dinkes DIY, 2020)
Data dari Dinas Kesehatan Bantul Yogyakarta tahun 2019, menyebutkan
bahwa penyakit tidak menular mengalami peningkatan dari setiap tahunnya,
khususnya hipertensi. Secara keseluruhan pada tahun 2018, di puskesmas
Kabupaten Bantul kejadian hipertensi mencapai angka sekitar 37.692.
Terdapat 27 puskesmas di Kabupaten Bantul dengan jumlah pasien 10.237
orang. Jumlah pasien dengan hipertensi tertinggi terdapat di Puskesmas
Bantul I dengan jumlah 1.505 pasien, menempati urutan kedua Puskesmas
Banguntapan II dengan jumlah 1.465 pasien dan urutan ketiga Puskesmas
Pandak II dengan jumlah 1.254 pasien (Astuti, 2020).
Hipertensi menjadi penyakit yang sangat umum di masyarakat karena
tidak ada gejala khusus yang timbul. Gejala yang sering muncul pada
penderita hipertensi adalah mata berkunang-kunang, nyeri kepala/migrain,
rasa berat di tengkuk sehingga membut tidak nyaman dan sulit tidur (Asikin,
2016).
Hipertensi menyebabkan ketidaklancaran sirkulasi darah dan dapat
menyebabkan timbulnya rasa nyeri. Hal ini disebabkan oleh endapan zat
laktat akibat kelelahan otot. Nyeri juga dapat terjadi karena adanya cedera
kinetik, vasokontriksi atau cedera pembuluh darah sehingga dapat
mengsekresi beberapa enzim yang dapat menimbulkan rasa nyeri seperti zat
prostaglandin, zat bradikinin dan hitamin (Sharaf, 2012).
Senam merupakan bentuk latihan-latihan tubuh dan anggota tubuh untuk
mendapatkan kekuatan otot, kelentukan persendian, kelincahan gerak,
keseimbangan gerak, daya tahan, kesegaran jasmani dan stamina. Dalam
latihan senam semua anggota tubuh (otot-otot) mendapat suatu
perlakuan.Otot-otot tersebut adalah gross muscle (otot untuk melakukan tugas
berat) dan fine muscle (otot untuk melakukan tugas ringan).
Senam hipertensi adalah olahraga ringan dan mudah dilakukan, tidak
memberatkan yang diterapkan pada lansia yang dapat merangsang aktifitas
kerja jatung. Aktifitas olahraga ini akan membantu tubuh agar tetap bugar dan
tetap segar karena melatih tulang tetap kuat, memdorong jantung bekerja
optimal dan membantu menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran di
dalam tubuh. Jadi senam lansia adalah serangkaian gerak nada yang teratur
dan terarah serta terencana yang diikuti oleh orang lanjut usia yang dilakukan
dengan maksud meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk mencapai
tujuan tersebut.
Senam hipertensi lansia disamping memiliki dampak positif terhadap
peningkatan fungsi organ tubuh juga berpengaruh dalam meningkatkan
imunitas dalam tubuh manusai setelah latihan teratur. Tingkat kebugaran
dievaluasi dengan mengawasi kecepatan denyut jantung waktu istrirahat
yaitu kecepatan denyut nadi sewaktu istirahat. Jadi supaya lebih bugar,
kecepatan denyut jantung sewaktu istirahat harus menurun. (Suharno, 2011).
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis ingin mengangkat
masalah tentang memberikan Terapi Senam Hipertensi Terhadap Tekanan
Darah Pada Lansia di BPSTW Unit Budi Luhur Kasongan Bantul karena
masalah tersebut jika tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan
berbagai masalah terhadap lansia. Memandang perlunya adanya penelitian
tentang masalah tersebut karena berpontensi mengganggu kualitas hidup
lansia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut didapatkan
rumusan masalah apakah ada pengaruh dengan memberikannya terapi senam
hipertensi terhadap tekanan darah pada lansia di BPSTW Unit Budi Luhur
Kasongan Bantul ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melakukan senam hipertensi pada lansia di BPSTW Budi luhur
Kasongan Bantul.
2. Tujuan Khusus
a. Lansia mampu melakukan gerakan senam hipertensi secara mandiri.
b. Lansia mampu menerapkannya gerakan senam hipertensi
dikehidupan sehari-hari.
BAB II

KONSEP TEORI

A. Konsep Teori Hipertensi


1. Definisi Hipertensi

Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik


sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg.
Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung,
tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal, dan
pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar
resikonya (Price dalam Nurarif A.H., & Kusuma H, 2016).

Hipertensi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah


dalam pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih dari suatu
periode. Hipertensi dipengaruhi oleh faktor risiko ganda, baik yang
bersifat endogen seperti usia, jenis kelamin dan genetik/keturunan,
maupun yang bersifat eksogen seperti obesitas, konsumsi garam,
rokok dan kopi (Hananta I.P.Y., & Freitag H. 2011).

Menurut American Heart Association atau AHA dalam


Depkes (2018), hipertensi merupakan silent killer dimana gejalanya
sangat bermacam-macam pada setiap individu dan hampir sama
dengan penyakit lain. Gejala-gejala tersebut adalah sakit kepala atau
rasa berat ditengkuk. Vertigo, jantung berdebar-debar, mudah lelah,
penglihatan kabur, telinga berdenging atau tinnitus dan mimisan.
2. Etiologi hipertensi
Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 golongan
(Ardiansyah M., 2012):
a. Hipertensi primer (esensial)
Hipertensi primer adalah hipertensi esensial atau hiperetnsi yang
90% tidak diketahui penyebabnya. Beberapa faktor yang diduga
berkaitan dengan berkembangnya hipertensi esensial diantaranya :
1) Genetik : Individu dengan keluarga hipertensi memiliki
potensi lebih tinggi mendapatkan penyakit hipertensi.
2) Jenis kelamin dan usia : Lelaki berusia 35-50 tahun dan
wanita yang telah menopause berisiko tinggi mengalami
penyakit hipertensi.
3) Diit konsumsi tinggi garam atau kandungan lemak :
Konsumsi garam yang tinggi atau konsumsi makanan dengan
kandungan lemak yang tinggi secara langsung berkaitan
dengan berkembangnya penyakit hipertensi.
4) Berat badan obesitas
Berat badan yang 25% melebihi berat badan ideal sering
dikaitkan dengan berkembangnya hipertensi.
5) Gaya hidup merokok dan konsumsi alcohol
Merokok dan konsumsi alkohol sering dikaitkan dengan
berkembangnya hipertensi karena reaksi bahan atau zat yang
terkandung dalam keduanya.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang diketahui
penyebabnya. Hipertensi sekunder disebabkan oleh beberapa
penyakit, yaitu :
1) Coarctationaorta, yaitu penyempitan aorta congenital yang
mungkin terjadi beberapa tingkat pada aorta toraksi atau aorta
abdominal. Penyembitan pada aorta tersebut dapat
menghambat aliran darah sehingga terjadi peningkatan
tekanan darah diatas area kontriksi.
2) Penyakit parenkim dan vaskular ginjal
Penyakit ini merupakan penyakit utama penyebab hipertensi
sekunder. Hipertensi renovaskuler berhubungan dengan
penyempitan. Satu atau lebih arteri besar, yang secara
langsung membawa darah ke ginjal. Sekitar 90% lesi arteri
renal pada pasien dengan hipertensi disebabkan oleh
aterosklerosis atau fibrous dyplasia (pertumbuhan abnormal
jaringan fibrous). Penyakit parenkim ginjal terkait dengan
infeksi, inflamasi, serta perubahan struktur serta fungsi ginjal.
3) Penggunanaan kontrasepsi hormonal (esterogen)
Kontrasepsi secara oral yang memiliki kandungan esterogen
dapat menyebabkan terjadinya hipertensi melalui mekanisme
reninaldosteron-mediate volume expantion. Pada hipertensi
ini, tekanan darah akan kembali normal setelah beberapa
bulan penghentian oral kontrasepsi
4) Gangguan endokrin Disfungsi medulla adrenal atau korteks
adrenal dapat menyebabkan hipertensi sekunder.
Adrenalmediate hypertension disebabkan kelebihan primer
aldosteron, kortisol, dan katekolamin.
5) Kegemukan (obesitas) dan malas berolahraga
6) Stres
Stres merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
peningkatan tekanan darah untuk sementara waktu.
7) Merokok
Nikotin dalam rokok merangsang pelepasan katekolamin.
Peningkatan katekolamin mengakibatkan iritabilitas
miokardial, peningkatan denyut jantung serta menyebabkan
vasokortison yang kemudian menyebabkan kenaikan tekanan
darah.
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas (Nurarif A.H., &
Kusuma H., 2016) :
a. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari
140 mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih besar
dari 90 mmHg.
b. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan distolik lebih
besar dari 160 mmHg da tekanan diastolik lebih rendah dari
90 mmHg. Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia
adalah terjadinya perubahan-perubahan pada (Nurarif A.H.,
& Kusuma H., 2016):
1) Elastisitas dinding aorta menurun
2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3) Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi.
4) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
3. Klasifikasi hipertensi
a. klasifikasi hipertensi klinis berdasarkan tekanan darah sistolik
dan diastolik menurut Nurarif A.H., & Kusuma H. (2016)yaitu:

Tabel 1.1 Klasifikasi derajat hipertensi secara klinis


NO Kategori Sistolik Diastolik (MmHg)
(MmHg)
1. Optimal <120 <80
2. Normal 120-129 80-84
3. High Normal 130-139 85-89
Hipertensi
1. Grade 1 (ringan) 140-159 90-99
2. Grade 2 (sedang) 160-179 100-109
3. Grade 3 (berat) 180-209 100-119
4. Grade 4 (sangat berat) ≥210 ≥210

b. Menurut World Health Organization (dalam mardani. 2016)


klasifikasi hipertensi adalah :
1) Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama
dengan 140 mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90
mmHg.
2) Tekanan darah perbatasan (border line) yaitu bila sistolik 141-
149 mmHg dan diastolik 91-94 mmHg.
3) Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih
besar atau sama dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar
atau sama dengan 95 mmHg.
4. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi
pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak.Dari
pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke
bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis
ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk
impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf
simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang
emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan
aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi.Korteks adrenal mensekresi kortisol dan
steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor
pembuluh darah.Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan
aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin.Renin merangsang
pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler.Semua faktor ini
cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
5. Manifestasi klinis hipertensi
Menurut Nurarif A.H., & Kusuma H., 2016), tanda dan gejala
hipertensi antara lain:
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh
dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak
akan pernah terdiagnosa jika tekanan darah tidak teratur.
b. Gejala yang lazim
Gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala
dan kelelahan. Dalam kenyataanya ini merupakan gejala terlazim
yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan
medis.
1) Mengeluh sakit kepala, pusing
2) Lemas, kelelahan
3) Sesak nafas
4) Gelisah
5) Mual
6) Muntah
7) Epistaksis
8) Kesadaran menuru
6. Faktor-faktor Hipertensi
Menurut Aulia, R. (2018), faktor risiko hipertensi dibagi menjadi 2
kelompok antara lain :
a. Faktor yang tidak dapat diubah Faktor yang tidak dapat berubaha
adalah
1) Riwayat Keluarg
Keluarga seperti, ayah, ibu, kakak kandung/saudara kandung,
kakek dan nenek dengan hipertensi lebih berisiko untuk
terkena hipertensi.
2) Usia
Tekanan darah cenderung meningkat dengan bertambahnya
usia. Pada laki-laki meningkat pada usia lebih dari 45 tahun
sedangkan pada wanita meningkat pada usia lebih dari 55
tahun.
3) Jenis Kelamin
Dewasa ini hipertensi banyak ditemukan pada pria daripada
wanita.
4) Ras/etnik
Hipertensi menyerang segala ras dan etnik namun di luar
negeri hipertensi banyak ditemukan pada ras Afrika Amerika
daripada Kaukasia atau Amerika Hispanik.
b. Faktor yang dapat diubah
Kebiasaan gaya hidup tidak sehat dapat meningkatkan hipertensi
antara lain yaitu :
1) Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor penyebab hipertensi
karena dalam rokok terdapat kandungan nikotin. Nikotin
terserap oleh pembuluh darah kecil dalam paru-paru dan
diedarkan ke otak. Di dalam otak, nikotin memberikan sinyal
pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin atau adrenalin
yang akan menyemptkan pembuluh darah dan memaksa
jantung bekerja lebih berat karena tekanan darah yang lebih
tinggi (Iswahyuni, S., 2017).
2) Kurang aktifitas fisikAktifitas fisik adalah setiap gerakan
tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan
pengeluaran energi. Kurangnya aktifitas fisik merupakan
faktor risiko independen untuk penyakit kronis dan
secarakeseluruhan diperkirakan dapat menyebabkan
kematian secara global (Iswahyuni, S., 2017).
3) Konsumsi Alkohol
Alkohol memiliki efek yang hampir sama dengan karbon
monoksida, yaitu dapat meningkatkan keasaman darah.
Darah menjadi lebih kental dan jantung dipaksa memompa
darah lebih kuat lagi agar darah sampai ke jaringan
mencukupi.
4) Kebiasaan minum kopi
Kopi seringkali dikaitkan dengan penyakit jantung koroner,
termasuk peningkatan tekanan darah dan kadar kolesterol
darah karena kopi mempunyai kandungan polifenol, kalium,
dan kafein. Salah satu zat yang dikatakan meningkatkan
tekanan darah adalah kafein. Kafein didalam tubuh manusia
bekerja dengan cara memicu produksi hormon adrenalin
yang berasal dari reseptor adinosa didalam sel saraf yang
mengakibatkan peningkatan tekanan darah, pengaruh dari
konsumsi kafein dapat dirasakan dalam 5-30 menit dan
bertahan hingga 12 jam (Bistara D.N., & Kartini Y., 2018).
5) Kebiasaan konsumsi makanan banyak mengandung garam
Garam merupakan bumbu dapur yang biasa digunakan
untuk memasak. Konsumsi garam secara berlebih dapat
meningkatkan tekanan darah. Natrium merupakan kation
utama dalam cairan ekstraseluler tubuh yang berfungsi
menjaga keseimbangan cairan, natrium yang berlebih dapat
mengganggu keseimbangan cairan tubuh sehingga
menyebabkan edema atau asites, dan hipertensi.
6) Kebiasaan konsumsi makanan lemak
Lemak didalam makanan atau hidangan memberikan
kecenderungan meningkatkan kholesterol darah, terutama
lemak hewani yang mengandung lemak jenuh. Kolesterol
yang tinggi bertalian dengan peningkatan prevalensi
penyakit hipertensi (Bistara D.N., & Kartini Y., 2018).
7. Pathway
8. Komplikasi Hipertensi

a. Stroke
Stroke akibat dari pecahnya pembuluh yang ada di dalam otak
atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh nonotak.
Stroke bisa terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri-arteri
yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan
pembuluh darah sehingga aliran darah pada area tersebut
berkurang. Arteri yang mengalami aterosklerosis dapat melemah
dan meningkatkan terbentuknya aneurisma.
b. Infark Miokardium
Infark miokardium terjadi saat arteri koroner mengalami
arterosklerotik tidak pada menyuplai cukup oksigen ke
miokardium apabila terbentuk thrombus yang dapat
menghambat aliran darah melalui pembuluh tersebut. Karena
terjadi hipertensi kronik dan hipertrofi ventrikel maka kebutuhan
okigen miokardioum tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi
iskemia jantung yang menyebabkan infark.
c. Gagal Ginjal
Kerusakan pada ginjal disebabkan oleh tingginya tekanan pada
kapilerkapiler glomerulus. Rusaknya glomerulus membuat darah
mengalir ke unti fungsionla ginjal, neuron terganggu, dan
berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Rusaknya glomerulus
menyebabkan protein keluar melalui urine dan terjadilah tekanan
osmotic koloid plasma berkurang sehingga terjadi edema pada
penderita hipertensi kronik.
d. Ensefalopati
Ensefalopati (kerusakan otak) terjadi pada hipertensi maligna
(hipertensi yang mengalami kenaikan darah dengan cepat).
Tekanan yang tinggi disebabkan oleh kelainan yang membuat
peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam
ruang intertisium diseluruh susunan saraf pusat. Akibatnya
neuro-neuro disekitarnya terjadi koma dan kematian.
9. Pemeriksaan Penunjang

a. Kolesterol dan trigliserid serum

Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus


untuk/adanya pembentukan plak ateromatosa (efek
kardiovaskuler).
b. Kalium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan
hipertensi.
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
c. Hemoglobin / hematocrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel–sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasikan factor–factor resiko
seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
d. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab) antara lain yaitu
:
a. Urinalisa: Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi
ginjal dan atau adanya diabetes.
b. Asam urat: Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor
resiko hipertensi
c. Steroid urin: Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalism
d. CT scan: Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
e. EKG: Untuk menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan,
gangguan konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu
tanda dini penyakit jantung hipertensi.
10. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada masalah dengan hipertensi menurut
American Society of Hypertension and the International Society of
Hypertension (2011) antara lain:
a. Penatalaksanaan non farmakologi
Penatalaksanaan pada pasien dengan masalalah hipertensi
dengan cara non farmakologi dilakukan dengan cara yaitu
menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat
menurunkan tekanan darah, dan secara umum sangat
menguntungkan dalam menurunkan risiko permasalahan
kardiovaskular. Pada pasien yangmenderita hipertensi derajat 1,
tanpa faktor risiko kardiovaskular lain, maka strategi pola hidup
sehat merupakan tatalaksana tahap awal, yang harus dijalani
setidaknya selama 4 – 6 bulan. Bila setelah jangka waktu
tersebut, tidak didapatkan penurunan tekanan darah yang
diharapkan atau didapatkan faktor risiko kardiovaskular yang
lain, maka sangat dianjurkan untuk memulai terapi farmakologi.
Jenis-jenis pola hidup sehat yang dapat dianjurkan pada pasien
dengan masalah hipertensi anata lain:
1) Penurunan berat badan
2) Mengurangi asupan garamOlah raga. Olah raga yang
dilakukan secara teratur sebanyak 30 –60 menit/ hari,
minimal 3 hari/ minggu, dapat menolong penurunan tekanan
darah.
3) Mengurangi konsumsi alcohol.
4) Ciptakan keadaan rileks
c. Penatalaksanaan farmakologi
Terapi farmakologi pada hipertensi dimulai bila pada pasien
hipertensi derajat 1 yang tidak mengalami penurunan tekanan
darah setelah > 6 bulan menjalani pola hidup sehat dan pada
pasien dengan hipertensi derajat ≥ 2. Beberapa prinsip dasar
terapi farmakologi yang perlu diperhatikan untuk menjaga
kepatuhan dan meminimalisasi efek samping antara lain:
1) Berikan obat generic (non-paten)
2) Berikan obat pada pasien usia lanjut ( diatas usia 80 tahun )
seperti pada usia 55 – 80 tahun, dengan memperhatikan
factor komorbid
3) Jangan mengkombinasikan angiotensin converting enzyme
inhibitor (ACE-i) dengan angiotensin II receptor blockers
(ARBs)
4) Lakukan pemantauan efek samping obat secara teratur.

B. Senam Lansia Hipertensi


1. Pengertian Senam
Senam adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah
serta terencana yang dilakukan secara tersendiri atau berkelompok
dengan maksud meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk
mencapai tujuan tersebut. Dalam bahasa Inggris terdapat istilah
exercise atau aerobic yang merupakan suatu aktivitas fisik yang dapat
memacu jantung dan peredaran darah serta pernafasan yang
dilakukan dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga
menghasilkan perbaikan dan manfaat kepada tubuh. Senam berasal
dari bahasa yunani yaitu gymnastic (gymnos) yang berarti telanjang,
dimana pada zaman tersebut orang yang melakukan senam harus
telanjang, dengan maksud agar keleluasaan gerak dan pertumbuhan
badan yang dilatih dapat terpantau (Suroto, 2004).
Senam merupakan bentuk latihan-latihan tubuh dan anggota
tubuh untuk mendapatkan kekuatan otot, kelentukan persendian,
kelincahan gerak, keseimbangan gerak, daya tahan, kesegaran
jasmani dan stamina. Dalam latihan senam semua anggota tubuh
(otot-otot) mendapat suatu perlakuan.Otot-otot tersebut adalah gross
muscle (otot untuk melakukan tugas berat) dan fine muscle (otot
untuk melakukan tugas ringan).
Senam hipertensi adalah olahraga ringan dan mudah dilakukan,
tidak memberatkan yang diterapkan pada lansia yang dapat
merangsang aktifitas kerja jatung. Aktifitas olahraga ini akan
membantu tubuh agar tetap bugar dan tetap segar karena melatih
tulang tetap kuat, memdorong jantung bekerja optimal dan membantu
menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran di dalam tubuh. Jadi
senam lansia adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah
serta terencana yang diikuti oleh orang lanjut usia yang dilakukan
dengan maksud meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk
mencapai tujuan tersebut.
2. Manfaat Senam
Semua senam dan aktivitas olahraga ringan tersebut sangat
bermanfaat untuk menghambat proses degeneratif/penuaan. Senam
ini sangat dianjurkan untuk mereka yang memasuki usia pralansia (45
tahun) dan usia lansia (65 tahun ke atas). Orang melakukan senam
secara teratur akan mendapatkan meningkatkan daya tahan jantung
dan paru-paru serta mambakar lemak yang berlebuhan di tubuh
karena aktivitas gerak untuk menguatkan dan membentuk otot
beberapa bagian tubuh lainnya selain itu meningkatkan kelentukan
keseimbangan koordinasi, kelincahan, daya tahan dan sanggup
melakukan kegiatan-kegitan atau olah raga lainya. Apabila orang
melakukan senam, peredarah darah akan lancar dan meningkatkan
jumlah volume darah. Selain itu 20% darah terdapat di otak, sehingga
akan terjadi proses indorfin hingga terbentuk hormon norepinefrin
yang dapat menimbulkan rasa gembira, rasa sakit hilang adikasi
(kecanduan gerak) dan menghilangkan depresi. Dengan mengikuti
senam hipertensi lansia efek minimalnya adalah lansia merasa
berbahagia, senantiasa bergembira, bisa tidur lebih nyenyak, pikiran
tetap segar. Senam hipertensi disamping memiliki dampak positif
terhadap peningkatan fungsi organ tubuh juga berpengaruh dalam
meningkatkan daya tahan jantung dan paru-paru serta membakar
lemak yang berlebihan di tubuh, meningkatkan kelenturan,
keseimbangan koordinasi.Manfaat senam lainnya yaitu terjadi
keseimbangan antara osteoblast dan osteoclast.Apabila senam
terhenti maka pembentukan osteoblast berkurang sehingga
pembentukan tulang berkurang dan dapat berakibat pada
pengeroposan tulang. Senam yang diiringi dengan latihan stretching
dapat memberi efek otot yang tetap kenyal karena ditengah-tengah
serabut otot ada impuls saraf yang dinamakan muscle spindle, bila
otot diulur (recking) maka muscle spindle akan bertahan atau
mengatur sehingga terjadi tarik-menarik, akibatnya otot menjadi
kenyal. Orang yang melakukan stretching akan menambah cairan
sinoval sehingga persendian akan licin dan mencegah cedera (Suroto,
2004).
Olahraga yang bersifat aerobik seperti senam merupakan usaha-
usaha yang akan memberikan perbaikan pada fisik atau psikologis.
Faktor fisiologi dan metabolik yang dikalkulasi termasuk
penambahan sel-sel darah merah dan enzim fosforilase (proses
masuknya gugus fosfat kedalam senyawa organik), bertambahnya
aliran darah sewaktu latihan, bertambahnya sel-sel otot yang
mengandung mioglobin dan mitokondria serta meningkatnya enzim-
enzim untuk proses oksigenasi jaringan (Kusmana, 2006). Sedangkan
menurut Depkes (2003) olahraga dapat memberi beberapa manfaat,
yaitu: meningkatkan peredaran darah, menambah kekuatan otot, dan
merangsang pernafasan dalam. Selain itu dengan olahraga dapat
membantu pencernaan, menolong ginjal, membantu kelancaran
pembuangan bahan sisa, meningkatkan fungsi jaringan, menjernihkan
dan melenturkan kulit, merangsang kesegaran mental, membantu
mempertahankan berat badan, memberikan tidur nyenyak,
memberikan kesegaran jasmani.
3. Aspek Fisiologi Senam
Selama melakukan senam hipertensi lansia terjadi kontraksi otot
skeletal (rangka) yang akan menyebabkan respon mekanik dan
kimiawi. Respon mekanin pada saat otot berkontraksi dan berelaksasi
menyebabkan kerja katup vena menjadi optimal sehingga darah yang
balik ke ventrikel kanan menjadi meningkat (Roni, 2009).
4. Prinsip Program Latihan Senam
Program senam mempunyai prinsip antara lain :
a. Membantu tubuh agar tetap bergerak/ berfungsi .
b. Menaikan kemampuan daya tahan tubuh
c. Memberi kontak psikologi dengan sesame, sehingga tidak
meraa tersaing.
d. Mengcegah terjadinya cedera
e. Mengurangi/ menghambat proses penuaan.

Ketentuan-ketentuan senam :
Dosis latihan senam adalah lama latihan minimum 30-40 menit
(termasuk pemanasan dan pendinginan).
a. Pada awal senam lakukan dahulu pemanasan, peregangan,
kemudaian latihan inti dan pada akhir latihan lakukan
pendinginan dan peregangan lagi.
b. Sebelum senam boleh minum cairan terlebih dahulu untuk
menggantikan keringat yang hilang. Selalu diingat untuk minum
air sebelum dan sesudah berlatih.
c. Makanan sebagaian telah selesai dua jam sebelum latihan, agar
tidak mengganggu pencernaan. Kalau latihan pada pagi hari tidak
perlu makan sebelumnya.
d. Senam diawasi oleh para pelatih, agar tidak cidera.
e. Senam dilakukan secara lambat, tidak boleh cepat dan gerakan
tidak boleh menyentak dan memilir (memutar) terutama untuk
tulang belakang.
f. Pakaian yang dikenakan terbuat dari bahan ringan dan tipis,
jangan memakai pakaian tebal dan sangat menutup badan, seperti
training spak lengkap dan tebal.
g. Jenis sepatu yang dianjurkan adalah sepatu lari atau sepatu untuk
berjalan kaki yang mempunyai sol/ bantalan yang tebal pada
daerah tumit.
h. Waktu senam sebaiknya pagi dan sore hari, bukan pada siang
hari, bila latihan diluar gedung.
i. Tempat senam sebaiknya berupa lapangan atau taman.
j. Landasan tempat senam sebaiknya tidak terlalu keras dan
dianjurkan berlatih diatas tabah atau rumput dan bukan diatas
lantai ubin atau semen yang keras, hal ini untuk mengurangi
cedera kaki dan tungkai (Menpora, 2008).
5. Hal-hal yang Mempengaruhi Perhatian dalam Melakukan
Senam Demi Keselamatan Lansia
a. Komponen-komponen kesegaran jasmani yang dilatih selama
senam meliputi; Ketahan kardio pulmonal, ketentukab, kekuatan
otot, komposisi tubuh, keseimbangan, kelincahan gerak.
b. Selalu memperhatikan keselamatan/ menghindari cedera
c. Senam dilakukan secara teratur dan tidak berat, sesuai dngan
kemampuan
d. Senam lansia dilakukan dengan dosis berjenjang atau dosis
dinaikkan sedikit demi sedikit
e. Hindari kompetensi dalam bentuk apapun
f. Perhatikan kontraindikasi senam dan sebaiknya dikonsultasikan
ke dokter terlatih dahulu. Pengukuran tingkat kesegaran jasmani
diperlukan untuk perjaringan kesehatan dan merupakan tahap
persiapan senam.

6. Gerakan Senam Hipetensi Lansia


Senam hipertensi adalah bagian dari usaha untuk mengurangi berat
badan dan mengelola stress (atau faktor yang mengelola hipertensi)
dan untuk menurunkan tekan darah (Sumintarsih, 2006).
a. Pemanasan
Pemanasan dilakukan sebelum latihan. Pemanasan bertujuan
menyiapkan fungsi organ tubuh agar mampu menerima
pembebanan yang lebih berat pada saat latihan sebenarnya.
Penanda bahwa tubuh siap menerima pembebanan antara lain
detak jantung telah mencapai 60% detak jantung maksimal, suhu
tubuh naik 1ºC-2ºC dan badan berkeringat. Pemanasan yang
dilakukan dengan benar akan mengurangi cidera atau kelelahan.
b. Condisioning (Inti)
Setelah pemansan cukup dilanjutkan tahap kondisioning atau
gerakan inti yakni melakukan berbagai rangkaian gerak dengan
model latihan yang sesuai dengan tujuan program latihan.
c. Penenangan
Penenangan merupakan periode yang sangat penting dan esensial.
Tahap ini bertujuan mengembalikan kodisi tubuh seperti sebelum
berlatih dengan melakukan serangkaian gerakan berupa
stretching. Tahapan ini ditandai dengan menurunnya frekuensi
detak jantung, menurunnya suhu tubuh, dan semakin
berkurangnya keringat.Tahap ini juga bertujuan mengembalikan
darah ke jantung untuk reoksigenasi sehingga mencegah
genangan darah diotot kaki dan tangan(Sumintarsih, 2006).
Langkah-langkah Senam Hipertensi :
a. Jalan ditempat
b. Tepuk tangan kedepan
c. Tepuk jari
d. Jalin tangan
e. Silang ibu jari
f. Adu jari kelingking
g. Adu ibu jari
h. Ketuk pergelangan tangan
i. Tekan jari-jari
j. Buka dan mengepal tangan
k. Menepuk tangan sampai bahu
l. Menepuk pinggang
m. Menepuk paha
n. Menepuk betis
o. Jongkok dan berdiri
p. Menepuk perut
q. menjinjit
BAB III
PEMBAHASAN

A. Profile BPSTW (Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha)


Berdasarkan peraturan daerah istimewa DIY No 1 tahun 2018
tentang kelembagaan Pemerintah Daerah DIY, Balai Pelayanan Sosial
Tresna Werdha (Balai PSTW) Yogyakarta adalah merupakan salah satu
unit pelaksana tehnis daerah yang berada di bawah dinas social DIY.
Selanjutnya berdasarkan peraturan gubernur DIY No 90 tahun 2018
tentang pembentukan, susunan organisasi, uraian tugas dinas social, Balai
PSTW Yogyakarta mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut :
1. Tugas balai PSTW Yogjakarta adalah :
Sebagai pelaksana tehnis dalam perlindungan, jaminan dan rehabilitasi
social bagi penyandang masalah kesejahteraan social lanjut usia untuk
mempertahankan persentase warga binaan yang terpenuhu kebutuhan
dasar dan haknya.
2. Fungsi balai PSTW Yogyakarta adalah :
a. Penyusunan program kerja balai
b. Penyusunan teknis operasional perlindungan, jaminan dan
rehabilitasi social.
c. Penyebarluasan informasi dan sosialisasi.
d. Penyelenggaraan identifikasi, assessment, dan pemetaan
pelayanan.
e. Penyelenggaraan perlindungan, jaminan dan rehabilitasi social.
f. Pengembangan koordinasi, jejaring dan pelaksanaan rujukan.
g. Pengembangan inofasi pelayanan balai.
h. Penyelenggaraan ketatausahaan.
i. Pemantauan, evaluasi, dan penyusunan laporan program balai, dan
pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan
tugas dan fungsi UPT.
Dalam melaksanakan pelayanan kepada para lanjut usia
mengacu kepada visi dan misi balai PSTW Yogyakarta sebagai
berikut :
VISI :
“Lanjut usia yang sejahtera dan berguna”.
MISI :
1. Meningkatkan harkat dan martabat serta kualitas hidup penyandang
masalah kesejahteraan social lanjut usia
2. Meningkatkan profesionalisme dan kualitas pelayanan kesejahteraan
social lanjut usia.
3. Meningkatkan jangkauan pelayanan melalui program pelayanan
khusus

B. Penerapan Senam Hipertensi


Senam hipertensi merupakan olahraga yang ditunjukkan untuk
penderita hipertensi dan usia lanjut untuk mengurangi berat badan dan
mengelola stress ( factor mempertinggi hipertensi) yang dilakukan selama
30 menit dan dilakukan seminggu maksimal 2 kali. Senam hipertensi juga
untuk meningkatkan aliran darah dan pasokan oksigen kedalam otot-otot
dan rangka yang aktif khususnya terdapat otor jantung sehingga dapat
menurunkan tekanan darah. Setelah beristirahat pembuluh darah akan
berdilatasi atau meregang dan aliran darah akan turun sementara waktu,
sekitar 30-120 menit kemudian akan kembali pada tekanan darah sebelum
senam. Jika melakukan olahraga secara rutin dan secara terus menerus,
maka pembuluh darah akan lebih elastis dan penurunan tekanan darah
akan berlangsung lebih lama. Sehingga dengan melebarnya pembuluh
darah, tekanan darah akan menurun setelah melakukan aktifitas olahraga
(Sumartini et al, 2019).
Manfaat senam hipertensi yaitu untuk meningkatkan daya tahan
jantung dan paru-paru serta membakar lemak yang berlebihan di tubuh
karena aktifitas gerak untuk menguatkan dan membentuk otot dan
beberapa tubuh lainnya, seperti : pinggang, paha, pinggul, perut dan lain-
lain. Kedua meningkatkan kelenturan, keseimbangan koordinasi,
kelincahan, daya tahan dan sanggup melakukan kegiatan-kegiatan atau
olahraga lainnya.
Penerapan senam hipertensi yang diberikan kepada lansia di Balai PSTW
yaitu menggunakan media video. Adapun SOP senam hipertensi yaitu :
1. Pengertian
Senam hipertensi adalah bagian dari usaha untuk mengurangi tekanan
darah dan mengelola stress (factor yang mempertinggi hipertensi).
2. Tujuan
Untuk menurunkan tekanan darah
3. Prosedur pelaksanaan
a. Tahap prainteraksi
1) Melakukan cuci tangan
b. Tahap orientasi
1) Memeberikan salam terapeutik
2) Melakukan validasi kondisi lansia
3) Menjaga privasi lansia
4) Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan kepada
lansia
c. Tahap kerja
1) Menciptakan lingkungan yang tenang
2) Melakukan pemeriksaan tekanan darah
3) Melakukan gerakan senam hipertensi
 Jalan ditempat
 Tepuk tangan kedepan
 Tepuk jari
 Jalin tangan
 Silang ibu jari
 Adu jari kelingking
 Adu ibu jari
 Ketuk pergelangan tangan
 Tekan jari-jari
 Buka dan mengepal tangan
 Menepuk tangan sampai bahu
 Menepuk pinggang
 Menepuk paha
 Menepuk betis
 Jongkok dan berdiri
 Menepuk perut
 Menjinjit
4) Melakukan pemeriksaan tekanan darah
d. Tahap terminasi
1) Mengevaluasi hasil kegiatan
2) Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3) Mengakhiri kegiatan dengan baik
4) Melakukan cuci tangan
e. Dokumentasi
1) Mencatat tanggal, waktu pelaksanaan tindakan
2) Mencatat respon lansia dan hasil pengukuran tekanan darah
3) Paraf dan nama perawat jaga
DAFTAR PUSTAKA

AHA, Part 10. Acute Coronary Syndromes. (2011). American Heart


Association Guidlines for Cardiopulmonary Resuscitation and
Emergency
Ardiansyah, M. (2012). Keperawatan medikal bedah. Yogjakarta:DIVA
Press Aulia, R., (2018). Pengaruh Pengetahuan Terhadap
Kepatuhan Pasien Hipertensi Di

Ayu Diah Andjani,Tri. 2016. “Perbedaan Pengaruh Message Punggung


Dan Terapi Slow Stroke Back Maasage Terhadap Tekanan
Darah Pada Lansia Dengan
Azizah, Lilik Ma’ rifatul. 2011. Keperawatan LanjutUsia. Edisi 1.
Yogyakarta : Graha Ilmu.
Bistara, D.N., & Kartini, Y., (2018). Hubungan Kebiasaan Mengkonsumsi
Kopi dengan Tekanan Darah Pada Dewasa Muda, vol 3 (1).
Journal of Repository University Of Nahdlatul Ulama
Surabaya.
Black, J. M. & Hawk, J. H. 2014. Medical Surgical Nursing. Vol 2.
Salemba Medika.
Brunner & Suddarth. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edk 8.
Vol 2. EGC. Jakarta.
Bulechek, Gloria M., Butcher, Howard K., Dochterman, Joanne M. &
Wagner, Cherly M. 2018. Nursing Interventions Classification
(NIC). Edk 7. Mocomedia. Indonesia.
Cardiovascular Care.
Corwin, Elizabeth J. 2014. Buku Saku Patofisiologi. EGC. Jakarta.
Depkes, 2019, Hipertensi Penyakit Paling Banyak Diidap Masyarakat,
Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi. Edk 11. EGC.
Jakarta.
Hananta I.P.Y., Freitag H (2011). Deteksi Dini dan Pencegahan
Hipertensi dan Stroke.
Herdman, T. Heather & Kamitsuru, Shigemi. 2018-2020. NANDA
International Inc.
Hipertensi di UPT PLSU Jember”. Skripsi. Jember : Universitas Jember.
Instalasi Rawat Jalan RSUD Dr.Moewardi Surakarta Periode FebruariApril
2018. Journal of Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Istiqomah. 2018. “Hubungan Pemberdayaan Komunitas Lansia Dengan
Kualitas Kesehatan Pada Lansia Di Puskesmas Gamping I1
Sleman”. Skripsi. Yogyakarta: Stikes Surya Global
Yogyakarta.
Iswahyuni, S. (2017) ‘Hubungan Antara Aktifitas Fisik Dan Hipertensi Pada
Lansia’, Profesi (Profesional Islam) : Media Publikasi
Penelitian
Martin, W. & Mardian, P. (2016). Pengaruh Terapi Meditasi Terhadap
Perubahan
Mediaction Publishing. Yogyakarta.
Moorhead, Sue, Johnson, Marion, Maas, Meridean L. & Swanson,
Elizabeth.
Mutaqin, Arif. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Persarafan. Salemba Medika. Jakarta.
NOC, 2018. Nursing Outcomes Classification (NOC). Edk 6.
Mocomedia. Indonesia.
Nugroho,W. 2017. Keperawatan gerontik dan geriantik. Edisi 3. Jakarta:
EGC Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. 2015.
Handbook for Health Student.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis
Berdasarkan Penerapan Diagnosa Nanda, Nic, Noc dalam
Berbagai Kasus. Yogyakarta: Penerbit Mediaction.
Smeltzer, Suzanne C. 2017. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edk
12. Vol 2. EGC. Jakarta.
Sumartini, et al. 2019. Pengaruh Senam Hipertensi Lansia Terhadap
Tekanan Darah Lansia Dengan Hipertensi Di Wilayah Kerja
Puskesmas Cakranegara Kelurahan Turida. Jurnal keperawatan
terpadu Vol. 1 No. 2
Tekanan Darah Pada Lansia Yang Mengalami Hipertensi. Jurnal IPTEKS
Terapan, 10(4), 211–217.
Yogyakarta : MedPress
34

Anda mungkin juga menyukai