Disusun Oleh :
KELOMPOK 1
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas ini
dengan tema “Memberikan Terapi Senam Hipertensi Terhadap Tekanan
Darah Pada Lansia Di Balai PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur”.
Adapun penyusunan tugas ini, sehubungan dengan pemenuhan tugas
kelompok yaitu keperawatan gerontik yang dibimbing oleh Ibu Sri Hartinnovmi,
S.Pi., M.Si selaku pembimbing klinik dan Ibu Fitri Dian K, S.Kep., Ns., M.Kep.
selaku dosen pembimbing akademik di Balai PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur.
Kami sangat berharap tugas ini dapat berguna bagi kami maupun orang
yang membacanya, dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan
mengenai update ilmu terkait keperawatan gerontik. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam laporan ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan ulasan demi
perbaikan laporan yang telah kami buat. Mengingat tidak ada yang sempurna
tanpa saran yang membangun.
Akhir kata tim penyusun mengucapkan banyak terimakasih kepada
pembimbing klinik dan pembimbing akademik, karena berkat bimbingan
beliaulah kami bisa menyelesaikan laporan ini.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Teori Lansia
B. Konsep Teori Hipertensi
C. Senam Hipertensi
BAB III PEMBAHASAN
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan bertambahnya usia, fungsi fisiologi mengalami penurunan
akibat proses penuaan sehingga penyakit tidak menular banyak muncul pada
lanjut usia. Penyakit terbanyak pada lanjut usia ialah Penyakit Tidak Menular
(PTM) antara lain adalah artritis, stroke, penyakit paru obstruktif kronik,
diabetes melitus dan hipertensi (Irene Lukas M, 2017).
Hipertensi merupakan faktor resiko utama terjadinya penyakit
kardiovaskuler dan menjadi salah satu beban kesehatan global yang paling
penting karena kasus kardiovaskuler merupakan penyumbang kematian
tertinggi di dunia termasuk di Indonesia. Hipertensi muncul tanpa tanda dan
gejala sehingga pasien tidak menyadari mengalami hipertensi dan melakukan
terapi. Komplikasinya meliputi infark miokard, stroke, gagal ginjal dan
bahkan kematian dapat terjadi bila hipertensi tidak terdeteksi dari awal serta
diobati secara tepat (Suhadi, 2016).
Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan sekitar
1,13 miliar orang di dunia menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di
dunia terdiagnosis hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat
setiap tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 miliar orang
terkena hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunnya 9,4 juta orang meninggal
akibat hipertensi dan komplikasinya (Kemenkes RI, 2019).
Penyakit hipertensi merupakan tantangan terbesar di Indonesia. Prevalensi
hipertensi yang terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, dibuktikan
dengan data hasil dari Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, menyatakan bahwa
adanya peningkatan angka hipertensi sekitar 8,2% dari sebelumnya. Estimasi
jumlah kasus hipertensi di Indonesia sebesar 63.309.620 orang, sedangkan
angka kematian di Indonesia akibat hipertensi sebesar 427.218 kematatian
(Kemenkes, 2018).
Prevalensi hipertensi di DIY menurut Riskesdas 2018 adalah 11.01 % atau
lebih tinggi jika dibandingkan dengan angka nasional (8,8%). Prevalensi ini
menempatkan DIY pada urutan ke-4 sebagai provinsi dengan kasus hipertensi
yang tinggi. Hipertensi selalu masuk dalam 10 besar penyakit sekaligus 10
besar penyebab kematian di DIY selama beberapa tahun terakhir berdasarkan
STP Puskesmas maupun STP RS. Pada tahun 2019 berdasarkan Laporan
Survailans Terpadu Penyakit Rumah sakit di D.I. Yogyakarta tercatat kasus
hipertensi esensial 15.388 kasus. Pada tahun 2019 dari jumlah estimasi
penderita hipertensi berusia ≥ 15 tahun yang sudah mendapat pelayanan
kesehatan 58,93% (Dinkes DIY, 2020)
Data dari Dinas Kesehatan Bantul Yogyakarta tahun 2019, menyebutkan
bahwa penyakit tidak menular mengalami peningkatan dari setiap tahunnya,
khususnya hipertensi. Secara keseluruhan pada tahun 2018, di puskesmas
Kabupaten Bantul kejadian hipertensi mencapai angka sekitar 37.692.
Terdapat 27 puskesmas di Kabupaten Bantul dengan jumlah pasien 10.237
orang. Jumlah pasien dengan hipertensi tertinggi terdapat di Puskesmas
Bantul I dengan jumlah 1.505 pasien, menempati urutan kedua Puskesmas
Banguntapan II dengan jumlah 1.465 pasien dan urutan ketiga Puskesmas
Pandak II dengan jumlah 1.254 pasien (Astuti, 2020).
Hipertensi menjadi penyakit yang sangat umum di masyarakat karena
tidak ada gejala khusus yang timbul. Gejala yang sering muncul pada
penderita hipertensi adalah mata berkunang-kunang, nyeri kepala/migrain,
rasa berat di tengkuk sehingga membut tidak nyaman dan sulit tidur (Asikin,
2016).
Hipertensi menyebabkan ketidaklancaran sirkulasi darah dan dapat
menyebabkan timbulnya rasa nyeri. Hal ini disebabkan oleh endapan zat
laktat akibat kelelahan otot. Nyeri juga dapat terjadi karena adanya cedera
kinetik, vasokontriksi atau cedera pembuluh darah sehingga dapat
mengsekresi beberapa enzim yang dapat menimbulkan rasa nyeri seperti zat
prostaglandin, zat bradikinin dan hitamin (Sharaf, 2012).
Senam merupakan bentuk latihan-latihan tubuh dan anggota tubuh untuk
mendapatkan kekuatan otot, kelentukan persendian, kelincahan gerak,
keseimbangan gerak, daya tahan, kesegaran jasmani dan stamina. Dalam
latihan senam semua anggota tubuh (otot-otot) mendapat suatu
perlakuan.Otot-otot tersebut adalah gross muscle (otot untuk melakukan tugas
berat) dan fine muscle (otot untuk melakukan tugas ringan).
Senam hipertensi adalah olahraga ringan dan mudah dilakukan, tidak
memberatkan yang diterapkan pada lansia yang dapat merangsang aktifitas
kerja jatung. Aktifitas olahraga ini akan membantu tubuh agar tetap bugar dan
tetap segar karena melatih tulang tetap kuat, memdorong jantung bekerja
optimal dan membantu menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran di
dalam tubuh. Jadi senam lansia adalah serangkaian gerak nada yang teratur
dan terarah serta terencana yang diikuti oleh orang lanjut usia yang dilakukan
dengan maksud meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk mencapai
tujuan tersebut.
Senam hipertensi lansia disamping memiliki dampak positif terhadap
peningkatan fungsi organ tubuh juga berpengaruh dalam meningkatkan
imunitas dalam tubuh manusai setelah latihan teratur. Tingkat kebugaran
dievaluasi dengan mengawasi kecepatan denyut jantung waktu istrirahat
yaitu kecepatan denyut nadi sewaktu istirahat. Jadi supaya lebih bugar,
kecepatan denyut jantung sewaktu istirahat harus menurun. (Suharno, 2011).
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis ingin mengangkat
masalah tentang memberikan Terapi Senam Hipertensi Terhadap Tekanan
Darah Pada Lansia di BPSTW Unit Budi Luhur Kasongan Bantul karena
masalah tersebut jika tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan
berbagai masalah terhadap lansia. Memandang perlunya adanya penelitian
tentang masalah tersebut karena berpontensi mengganggu kualitas hidup
lansia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut didapatkan
rumusan masalah apakah ada pengaruh dengan memberikannya terapi senam
hipertensi terhadap tekanan darah pada lansia di BPSTW Unit Budi Luhur
Kasongan Bantul ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melakukan senam hipertensi pada lansia di BPSTW Budi luhur
Kasongan Bantul.
2. Tujuan Khusus
a. Lansia mampu melakukan gerakan senam hipertensi secara mandiri.
b. Lansia mampu menerapkannya gerakan senam hipertensi
dikehidupan sehari-hari.
BAB II
KONSEP TEORI
a. Stroke
Stroke akibat dari pecahnya pembuluh yang ada di dalam otak
atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh nonotak.
Stroke bisa terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri-arteri
yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan
pembuluh darah sehingga aliran darah pada area tersebut
berkurang. Arteri yang mengalami aterosklerosis dapat melemah
dan meningkatkan terbentuknya aneurisma.
b. Infark Miokardium
Infark miokardium terjadi saat arteri koroner mengalami
arterosklerotik tidak pada menyuplai cukup oksigen ke
miokardium apabila terbentuk thrombus yang dapat
menghambat aliran darah melalui pembuluh tersebut. Karena
terjadi hipertensi kronik dan hipertrofi ventrikel maka kebutuhan
okigen miokardioum tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi
iskemia jantung yang menyebabkan infark.
c. Gagal Ginjal
Kerusakan pada ginjal disebabkan oleh tingginya tekanan pada
kapilerkapiler glomerulus. Rusaknya glomerulus membuat darah
mengalir ke unti fungsionla ginjal, neuron terganggu, dan
berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Rusaknya glomerulus
menyebabkan protein keluar melalui urine dan terjadilah tekanan
osmotic koloid plasma berkurang sehingga terjadi edema pada
penderita hipertensi kronik.
d. Ensefalopati
Ensefalopati (kerusakan otak) terjadi pada hipertensi maligna
(hipertensi yang mengalami kenaikan darah dengan cepat).
Tekanan yang tinggi disebabkan oleh kelainan yang membuat
peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam
ruang intertisium diseluruh susunan saraf pusat. Akibatnya
neuro-neuro disekitarnya terjadi koma dan kematian.
9. Pemeriksaan Penunjang
Ketentuan-ketentuan senam :
Dosis latihan senam adalah lama latihan minimum 30-40 menit
(termasuk pemanasan dan pendinginan).
a. Pada awal senam lakukan dahulu pemanasan, peregangan,
kemudaian latihan inti dan pada akhir latihan lakukan
pendinginan dan peregangan lagi.
b. Sebelum senam boleh minum cairan terlebih dahulu untuk
menggantikan keringat yang hilang. Selalu diingat untuk minum
air sebelum dan sesudah berlatih.
c. Makanan sebagaian telah selesai dua jam sebelum latihan, agar
tidak mengganggu pencernaan. Kalau latihan pada pagi hari tidak
perlu makan sebelumnya.
d. Senam diawasi oleh para pelatih, agar tidak cidera.
e. Senam dilakukan secara lambat, tidak boleh cepat dan gerakan
tidak boleh menyentak dan memilir (memutar) terutama untuk
tulang belakang.
f. Pakaian yang dikenakan terbuat dari bahan ringan dan tipis,
jangan memakai pakaian tebal dan sangat menutup badan, seperti
training spak lengkap dan tebal.
g. Jenis sepatu yang dianjurkan adalah sepatu lari atau sepatu untuk
berjalan kaki yang mempunyai sol/ bantalan yang tebal pada
daerah tumit.
h. Waktu senam sebaiknya pagi dan sore hari, bukan pada siang
hari, bila latihan diluar gedung.
i. Tempat senam sebaiknya berupa lapangan atau taman.
j. Landasan tempat senam sebaiknya tidak terlalu keras dan
dianjurkan berlatih diatas tabah atau rumput dan bukan diatas
lantai ubin atau semen yang keras, hal ini untuk mengurangi
cedera kaki dan tungkai (Menpora, 2008).
5. Hal-hal yang Mempengaruhi Perhatian dalam Melakukan
Senam Demi Keselamatan Lansia
a. Komponen-komponen kesegaran jasmani yang dilatih selama
senam meliputi; Ketahan kardio pulmonal, ketentukab, kekuatan
otot, komposisi tubuh, keseimbangan, kelincahan gerak.
b. Selalu memperhatikan keselamatan/ menghindari cedera
c. Senam dilakukan secara teratur dan tidak berat, sesuai dngan
kemampuan
d. Senam lansia dilakukan dengan dosis berjenjang atau dosis
dinaikkan sedikit demi sedikit
e. Hindari kompetensi dalam bentuk apapun
f. Perhatikan kontraindikasi senam dan sebaiknya dikonsultasikan
ke dokter terlatih dahulu. Pengukuran tingkat kesegaran jasmani
diperlukan untuk perjaringan kesehatan dan merupakan tahap
persiapan senam.