Disusun Oleh :
Saifullah Tani, S.Kep 24201349
Papri Atmawati, S.Kep 24201350
Naelatur Rizqiyah, S.Kep 24201351
Dwi Mustika Wati, S.Kep 24201352
Nursantri Ms. Sanatu, S.Kep 24201353
Refika Sahara Dewi, S.Kep 24201354
Fikry Hafizi, S.Kep 24201355
Erika Putri Desya, S.Kep 24201356
Yati Wulandari, S.Kep 24201357
Fildzah Khalishatul K, S.Kep 24201358
Siti Sofiyani, S.Kep 24201359
Putri Rizki Hariani, S.Kep 24201360
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas ini
yang berjudul “Laporan Manajemen Keperawatan di Ruang Bougenvile Rumah
Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul”.
Adapun penyusunan tugas ini, sehubungan dengan pemenuhan tugas
kelompok yaitu presentasi kasus stase manajemen keperawatan yang dibimbing
oleh Ibu Rohayati Masitoh, S.Kep., Ns., MM dan Ibu Etik Ratnaningsih, SST
selaku pembimbing klinik dan Bapak Suib, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku dosen
pembimbing akademik di RSUD Panembahan Senopati Bantul.
Kami sangat berharap tugas ini dapat berguna bagi kami maupun orang
yang membacanya, dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan
mengenai update ilmu terkait manajemen keperawatan. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam laporan ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan ulasan demi
perbaikan laporan yang telah kami buat. Mengingat tidak ada yang sempurna
tanpa saran yang membangun.
Akhir kata tim penyusun mengucapkan banyak terimakasih kepada
pembimbing klinik dan pembimbing akademik, karena berkat bimbingan
beliaulah kami bisa menyelesaikan laporan ini.
Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan kesehantan yang berkualitas didukung oleh adanya sumber -
sumber yang memadai antara lain sumber daya manusia, standar pelayanan
dan fasilitas. Sumber – sumber yang tersedia dimanfaatkan sebaik-baiknya
agar berdaya guna, sehingga tujuan institusi penyelenggara pelayanan dapat
tercapai dengan kualitas tinggi (Depkes RI, 2015).
Berdasarkan Undang-Undang RI No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit,
rumah sakit adalah intitusi pelayanan kesehatan yang menyelenggrakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (DepKes RI, 2009).
WHO (World Health Organization) memaparkan bahwa menurut WHO
rumah sakit adalah organisasi terpadu dari bidang social dan medis yang
berfungsi sebagai pusat pemberi pelayanan kesehatan, baik pencegahan,
penyembuhan, pusat latihan dan penelitian biologi-sosial.
Kompleksitas ini muncul karena pelayanan di rumah sakit menyangkut
berbagai tingkatan maupun jenis disiplin. Agar rumah sakit mampu
melaksanakan fungsi yang demikian kompleks, rumah sakit harus memiliki
sumber daya manusia yang professional baik dibidang teknis medis maupun
administrasi kesehatan. Untuk menjaga dan meningkatkan mutu, rumah sakit
harus mepunyai suatu ukuran yang menjamin peningkatan mutu disemua
tingkatan termasuk keperawatan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
pelayanan kesehatan (Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009).
Proses manajemen berlaku untuk semua orang yang mencari cara untuk
mempengaruhi perilaku orang lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Proses ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses manajemen
dengan melibatkan semua anggota untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Pelayanan keperawatan di rumah sakit merupakanan bagian yang tidak
dapat dipisahkan dari pelayanan kesehatan secara keseluruhan, bahkan
sebagai alah satu factor penentu bagi mutu pelayanan dari citra rumah sakit
dimata masyarakat. Berdasarkan itu maka pelayanan perawatan secara
orgamisatoris, administrasi dan teknis tidak dapat dipisahkan dari pelayanan
di rumah sakit pada umumnya (Depkes RI, 2015).
Pengembangan dalam berbagai aspek keperawatan bersifat saling
bergantung, saling mempengaruhi, dan saling berkepentingan. Leh karena itu
inovasi dalam pendiikan keperawatan, praktek keperawatan, ilmu
keperawatan dan kehidupan keprofesian merupakan fokus utama keprawatan
Indonesia dalam prosen profesionalisasi. Keadaan ini bisa dicapai apabila
perawat Indonesia menguasai pengelolan keperawatan secara professional
saat ini dan yang akan datang (Nursalam, 2016).
Pelayanan keperawatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
pelayanan kesehatan secara keseluruhan bahkan merupakan salah satu factor
penentu terhadap peningkatan mutu pelayanan dan citra rumah sakit. Hal ini
dapat dipahami karena perawat merupakan individu yang berhubungan
langsung dengan pasien selama 24 jam dalam masa perawatan. Keperawatan
sebagai sebuah profesi dituntut untuk memiliki kemapuan intelektual,
interpersonal, kemampuan teknis dan moral (Nursalam, 2016).
Manajemen keperawatan merupakan pelayanan keperawatan profesional
dimana tim keperawatan dikelola dengan menjalankan empat fungsi
manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, motivasi dan pengendalian.
Keempat fungsi tersebut saling terkait serta saling berhubungan dan
memerlukan ketrampilan-ketrampilan teknis, hubungan antar manusia dan
konseptual yang mendukung tercapainya asuhan keperawatan yang bermutu,
berdaya guna dan berhasil guna kepada klien. Dengan alasan tersebut,
manajemen keperawatan perlu mendapat perhatian dan prioritas utama dalam
pengembangan keperawatan di masa depan. Hal tersebut berkaitan dengan
tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap perkembangan dan
perubahan memerlukan pengelolaan secara profesional dengan
memperhatikan setiap perubahan yang terjadi (Nursalam, 2016).
Rumah sakit merupakan organisasi yang sangat kompleks dan sangat
penting dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia.
Rumah sakit sebagai salah satu penyelenggara pelayanan kesehatan, salah
satunya adalah penyelenggara pelayanan asuhan keperawatan senantiasa
memberikan pelayanan yang memuaskan kepada klien maupun keluarganya
(Depkes RI, 2015). Oleh karena itu, diperlukan cara pengelolaan pelayanan
keperawatan yang mengikuti prinsip-prinsip manajemen.
RSUD Panembahan Senopati Bantul merupakan rumah sakit kelas B
pendidikan yang telah ditetapkan dengan keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia. RSUD Panembahan Senopati Bantul berlokasi di Jalan
Dr. Wahidin Sudiro Husodo Bantul.
Terdapat berbagai macam ruang pelayanan di Panembahan Senopati
Bantul yang salah satunya adalah ruang perawatan Bougenvile. Ruang
perawatan Bougenvile atau ruang rawat Bougenvile merupakan ruang rawat
kelas II khusus bedahI. Perawat ruang rawat Bougenvile berjumlah 17 orang,
terdiri dari 1 Koordinator Ruang, 3 Primary Nursing, 13 Assosiated Nurse, 1
Asisstant Nurse, dan 1 bagian Tata Usaha.
Perawat sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, dituntut untuk
memiliki kemampuan manajerial yang tangguh sehingga pelayanan yang
diberikan mampu memuaskan kebutuhan klien. Untuk dapat mewujukan
kepuasan pasien terhadap pelayanan, perawat harus mampu mengaplikasikan
peranannya masing-masing. Peranan perawat dalam tatanan manajerial di
ruang rawat Bougenvile terdiri dari Kordinator Ruang, Primary Nurse,
Assosiated Nurse, dan Asisstant Nurse.
Mahasiswa pofesi Ners Angkatan XXV STIKes Surya Global Yogyakarta
dituntut untuk dapat mengaplikasikan langsung pengetahuan manajerialnya di
Ruang Rawat Inap Bougenvile RSUD Panembahan Senopati Bantul dengan
arahan dari pembimbing akademik maupun dari pembimbing lapangan.
Dengan adanya praktek dilapangan diharapkan mahasiwa mampu menrapkan
ilmu yang sudah didapat dan mampu mengelola ruang perawatan dengan
pendekatan proses manajemen.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan praktik manajemen keperawatan selama 3 minggu
secara daring dan luring di ruang Bougenvile RSUD Panembahan
Senopati Bantul, diharapkan mahasiswa mampu memahami dan
melaksanakan konsep dan keterampilan manajamen serta gaya atau model
kepeimpinan keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktik manajemen keperawatan selama 3 minggu
secara daring dan luring di Ruang Bougenvile RSUD Panembahan
Senopati Bantul, mahasiswa mampu:
a. Melakukan analisa tentang gambaran umum ruang Bougenvile RSUD
Panembahan Senopati Bantul.
b. Melakukan analisa aspek manajemen di ruang Bougenvile RSUD
Panembahan Senopati Bantul yang meliputi unsur input, proses, dan
output.
c. Mengidentifikasi,
d. Mengidentifikasi alternative pemecahan masalah serta menyusun
rencana kegiatan/POA berdasarkan prioritas masalah.
e. Mengorganisasi kegiatan berdasarkan perencanaan yang ditetapkan.
f. Melaksanakan dan mengevaluasi pelaksanaan rencana kegiatan yang
telah disusun sesuai prioritas.
g. Melakukan pengawasan, pengendalian, dan penilaian dalam upaya
pencapaian hasil yang optimal.
h. Menerapkan gaya kepemimpinan yang sesuai dengan situasi dan
kondisi.
D. Manfaat
1. Bagi Ruang Bougenvile di RSUD Panembahan Senopati Bantul
Praktek manajemen keperawatan ini dapat menambah khasanah
pengetahuan khususnya dalam lingkup manajemen keperawatan dengan
memberikan gambaran pengetahuan kepada perawat tentang MPKP dan
memotivasi perawat dalam melaksanakan MPKP di ruang Bougenvile
RSUD Panembahan Senopati Bantul di Ruang Bougenvile.
2. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa mamapu menerapkan teori yang telah didapat kedalam
lingkup kerja yang sebenarnya.
F. Kategori Penilaian
Setelah masing-masing data didapatkan kemudian akan dilakukan
penilaian dengan menggunakan persentase lalu ditafsirkan dengan kalimat
kualitatif berdasarkan kriteria Arikunto (2013) yaitu : kriteria sangat baik (76-
100%), baik (56-75%), cukup/kurang (21-55%), sangat kurang (1-20%).
G. Peserta
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Surya Global Yogyakarta yang sedang menjalani tahap pendidikan
profesi ners angkatan XXV stase manajemen keperawatan periode 3 Mei – 22
Mei 2021 di Ruang Bougenvile RSUD Panembahan Senopati Bantul, dengan
anggota :
1. Saifullah Tani, S.Kep 24201349
2. Papri Atmawati, S.Kep 24201350
3. Naelatur Rizqiyah, S.Kep 24201351
4. Dwi Mustika Wati, S.Kep 24201352
5. Nursantri Ms. Sanatu, S.Kep 24201353
6. Refika Sahara Dewi, S.Kep 24201354
7. Fikry Hafizi, S.Kep 24201355
8. Erika Putri Desya, S.Kep 24201356
9. Yati Wulandari, S.Kep 24201357
10. Fildzah Khalishatul K, S.Kep 24201358
11. Siti Sofiyani, S.Kep 24201359
12. Putri Rizki Hariani, S.Kep 24201360
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
e. Standar V Evaluasi
Perawat mengevaluasi perkembangan kesehatan klien terhadap
tindakan dalam pencapaian tujuan, sesuai rencanayang telah
ditetapkan dan merevisi data dasar dan perencanaan.
Rasional :
Praktek keperawatan merupakan suatu proses dinamis yang
mencakup berbagai perubahandata, diagnosa, atau perencanaan
yang telah dibuatsebelumnya. Efektivitas asuhan keperawatan
tergantung pada pengkajian yang berulang-ulang.
Kriteria struktur :
(1) Sarana dan lingkunganyang mendukung terlaksananya proses
evaluasi.
(2) Adanya akses informasiyangdapat digunakan perawat dalam
penyempurnaan perencanaan.
(3) Adanya supervisi dan konsultasi untuk membantu perawat
melakukan evaluasi secara efektif dan mengembangkan
alternatif perencanaan yang tepat.
Kriteria proses :
(1) Menyusun rencana evaluasi hasil tindakan secara
komprehensif, tepat waktu dan terus menerus
(2) Menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukur
perkembangan ke arah pencapaian tujuan
(3) Memvalidasi dan menganalisis data baru dengan sejawat dan
klien
(4) Bekerjasama dengan klien, keluarga untuk memodifikasi
rencana asuhan keperawatan
(5) Mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi
perencanaan
(6) Melakukan supervisi dan konsultasi klinik
Kriteria hasil :
(1) Diperolehnya hasil revisi data, diagnosis, rencanatindakan
berdasarkan evaluasi
(2) Klien berpartisipasi dalam proses evaluasi dan revisi rencana
tindakan
(3) Hasil evaluasi digunakan untuk mengambil keputusan
(4) Evaluasi tindakan terdokumentasikan sedemikian rupa yang
menunjukkan kontribusi terhadap efektivitas tindakan
keperawatan dan penelitian
2) Standar kinerja profesional
a. Standar I Jaminan mutu
Perawat secara sistematis melakukan evaluasi mutu dan
efektifitaspraktek keperawatan.
Rasional :
Evaluasi mutu asuhan keperawatan melalui penilaian praktek
keperawatan merupakan suatu cara untuk memenuhi kewajiban
profesi yaitu menjamin klien mendapat asuhan yang bermutu.
Kriteria Struktur :
(1) Adanya kebijakan institusi untuk mendukung telaksananya
jaminan mutu.
(2) Tesedia mekanisme telaah sejawat dan pogram evaluasi
interdisiplin di tatanan praktek.
(3) Perawat menjadi anggota telaah sejawat dan anggota program
evaluasi interdisiplin untuk menilai hasil akhir asuhan
kesehatan.
(4) Tersedianya rencana pengembangan jaminan mutu bedasarkan
standar praktek yang sudah ditetapkan untuk memantau mutu
asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien.
Kriteria proses :
(1) Perawat berperan serta secara teratur dan sistematis pada
evaluasi praktek keperawatan melalui:
a) Penetapan indikator kritis dan alat pemantauan
b) Pengumpulan dan analisis data
c) Perumusan kesimpulan, umpan balik dan rekomendasi.
d) Penyebaran informasi
e) Penyusunan rencana tindak lanjut
f) Penyusunan rencana dan pelaksanaan penilaian secara
periodik.
(2) Perawat memanfaatkan usulan-usulan yang sesuai, yang
diperoleh melalui program evaluasi praktek keperawatan
Kriteria hasil :
(1) Adanya hasil pengendalian mutu
(2) Adanya tindakan perbaikan terhadapkesenjangan yang
diidentifikasi melalui program evaluasi baik individu perawat,
unit atau organisasi.
b. Standar II Pendidikan
Perawat bertanggung jawab untuk memperoleh ilmu pengetahuan
mutakhir dalam praktek keperawatan.
Rasional :
Perkembangan ilmu dan teknologi, sosial, ekonomi, politik dan
pendidikan masyarakat menuntut komitmen perawat untuk terus
menerus meningkatkan pengetahuan sehingga memacu
petumbuhan profesi.
Kriteria struktur :
(1) Adanya kebijakan ditatanan praktek untuk tetap memberi
peluang dan fasilitas pada perawat untuk mengikuti kegiatan
yang terkait dengan pengembangan keperawatan.
(2) Terseduanya peluang dan fasilitas belajar pada tatanan praktek
(3) Adanya peluang untuk berpartisifasi dalam kegiatan oganisasi
profesi mengembangkan profesi.
Kriteria proses :
(1) Perawat mempunyai prakarsa untuk belajar mandiri agar
dapat mengikuti perkembangan ilmu dan meningkatkan
keterampilan.
(2) Perawat berperan serta dalam kegiatan pemantapan ditempat
kerja (insevice) seperti diskusi ilmuah, ronde keperawatan.
(3) Perawat mengikuti pelatihan, seminar atau pertemuan
profesional lainnya.
(4) Perawat membantu sejawat mengidentifikasi kebutuhan
belajar.
Kriteria hasil :
1) Adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan perawat
tentang ilmu keperawatan dan teknologi mukhtahir.
2) Pemanfaat ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir dalam
praktek klinik.
b. Filosofi Keperawatan
Filosofi dalam manajemen keperawatan adalah keyakinan yang dimiliki
oleh tim keperawatan yang bertujuan untuk memberikan asuhan
keperawatan yang berkualitas melalui pembagian kerja, koordinasi dan
evaluasi (Nursalam, 2014).
Adapun filosofi manajemen keperawatan yaitu tim keperawatan
meyakini bahwa :
1) Mengerjakan hari ini lebih baik dari hari esok
2) Manajerial keperawatan merupakan fungsi utama bidang
keperawatan
3) Meningkatkan mutu kinerja keperawatan, berarti juga meningkatkan
pelayanan keperawatan
4) Pendidikan berkelanjutan sangat perlu untuk meningkatkan
pengetahuan keperawatan bagi pelaksana dan pengelola dan
merupakan tanggung jawab bidang keperawatan
5) Keperawatan adalah proses keperawatan individual yang membantu
dan menunjang pasien melalui perubahan tingkat kesehatan sehingga
mencapai keadaan fungsi yang optimal
6) Tim keperawatan bertanggung jawab dan bertanggung gugat untuk
setiap tindakan keperawatan yang diberikan
7) Menghargai pasien dan haknya untuk mendapatkan asuhan
keperawatan yang bermutu
8) Perawat adalah advokat pasien yang berpartisipasi melalui fungsi
komunikasi dan koordinasi segala tindakan keperawatan dan pasien
serta keluarga harus dilibatkan mulai perencanaan sampai evaluasi
9) Perawat berkewajiban untuk memberika pendidikan kesehatan pada
pasien dan keluarga dalam upaya meningkatkan fungsi yang optimal,
dan perencanaan pulang adalah proses transisi dari rumah sakit ke
komunitas merupakan bagian integral dari perencanaan perawatan
pasien (Nursalam, 2014).
d. Tujuan Keperawatan
Tujuan keperawatan merupakan pernyataan konkrit dan spesifik tentang
pelayanan keperawatan yang digunakan untuk menetapkan prioritas
kegiatan sehingga dapat mencapai dan mempertahankan visi, misi, serta
filosofi yang diyakini (Nursalam, 2014).
Tabel 2.2
Nilai Koefisien Perhitungan Tenaga Keperawatan Menurut Douglas
D. Kegiatan MPKP
Adapun kegiatan dari MPKP menurut Nursalam (2014) :
1. Handover
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prosedur ini:
a. Persiapan
1) Kedua kelompok sudah dalam keadaan siap
2) Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan
b. Pelaksanaan
Dalam penerapan sistem MPKP, operan dilaksanakan oleh perawat
jaga sebelumnya kepada perawat yang mengganti jaga pada shift
berikutnya:
1) Operan dilaksanakan setiap pergantian shift atau jaga
2) Dari Nurse Station perawat berdiskusi untuk melaksanakan operan
untuk mengkaji secara komprehensif yang berkaitan dengan
masalah keperawatan pasien, rencana kegiatan yang sudah dan
belum dilaksanakan serta hal-hal penting lain perlu dilimpahkan.
3) Hal-hal yang bersifat khusus dan memerlukan perincian yang
lengkap yang sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian
diserah terimakan kepada perawat jaga berikutnya.
4) Hal-hal yang perlu disampaikan saat handover:
a) Identitas pasien dan diagnosa medis
b) Masalah keperawatan yang kemungkinan muncul
c) Tindakan kemungkinan yang sudah dan belum dilaksanakan
d) Intervensi kolaborasi dan dependensi
e) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakuakan kegiatan
selanjutnya, misalnya operasi, pemeriksaan penunjang.
5) Perawat yang melakukan operan dapat melakukan klasifikasi tanya
jawab dan melakuan validasi terhadap hal-hal yang perlu dioperkan
dan berhak menanyakan hal-hal yang kurang jelas.
6) Penyampaian pada saat operan secara singkat dan jelas.
7) Lama operan untuk setiap pasien tidak lebih dari 5 menit kecuali
pada kondisi khusus yang memerlukan penjelasan yang jelas dan
rinci.
8) Pelaporan untuk laporan ditulis secara langsung pada buku laporan
ruangan oleh perawat primer.
9) Secara terinci handover terdiri dari 3 sesi yaitu :
a) Sesi 1 di Nurse Station
(1) PA malam menyiapkan status pasien yang menjadi
tanggung jawabnya
(2) PP membuka handover dengan doa
(3) PP mempersilahkan PA jaga malam untuk melaporkan
pasien kepada PA jaga pagi
(4) PA melaporkan pasien yang menjadi tanggung jawabnya
meliputi:
(a) Identitas pasien dan diagnose medis
(b) Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul
(c) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum
dilaksanakan
(d) Intervensi kolaborasi dan dependensi
(e) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakuakan
kegiatan selanjutnya, misalnya operasi, pemeriksaan
penunjang, dll.
(5) PA jaga pagi mengklarifikasikan apa yang disampaikan PA
jaga malam.
(6) PP mengajak PA jaga malam dan PA jaga pagi yang
(7) bertangguang jawab untuk mengklarifikasikan ke pasien.
b) Sesi 2 : di kamar / bed pasien
(1) Yang masuk ke kamar pasien hanya PP, PA malam dan
PA pagi yang bertanggung jawab terhadap pasien tersebut.
(2) PA malam mengucapkan salam dan menyapa pasien.
(3) PA malam menanyakan masalah keperawatan yang telah
dilakukan tindakan.
(4) PA malam manyampaikan bahwa tugasnya telah selesai
dan digantikan oleh tim pagi.
(5) PA memperkenalkan atau menanyakan apakah masih
ingat dengan nama PP.
(6) PP menjelaskan tentang perawatan pagi dan PA yang
bertanggung jawab pada pasien tersebut selama shift pagi.
(7) PP memperkenalkan PA yang bertangung jawab.
(8) PA yang bertanggung jawab menyapa dan memastikan
bahwa dia yang bertanggung jawab.
c) Sesi 3 : di Nurse Station
(1) PP memberi kesempatan untuk mendiskusikan pasien
yang ditanya.
(2) PP meminta PA jaga malam untuk melaporkan
inventarisasi obat dan fasilitas lain (jumlah alat, laken,
dll).
(3) PP member pujian pada PA jaga malam.
(4) PP menutup operan dengan doa.
2. Meeting Morning
a. Pengertian
Pengarahan yang dilakukan kepala ruang kepada seluruh staf,
setiap pagi setelah handover malam ke pagi dan sebelumnya telah
dilakukan pre conference.
b. Tujuan
1) Terjadi komunitas dua arah antara kepala ruang dan staf
2) Terjaminnya kelancaran kegiatan ruangan
c. Pelaksanaan
1) Kepala ruang menyiapkan tempat untuk melakukan
meeting morning.
2) Kepala ruang memberikan arahan kepada staf dengan
materi yang telah disiapkanan sebelumnya.
3) Kepala ruang melakukan klarifikasi apa yang telah
disampaikan kepada staf.
4) Memberi kesempatan staf untuk mengungkapkan
permasalahan yang muncul di ruangan.
5) Bersama-sama staf mendiskusikan pemecahan
masalah yang dapat ditempuh.
6) Kepala ruang memberi motivasi dan reinforcement
kepada staf.
7. Ronde Keperawatan
a. Pengertian
Suatu kegiatan yang untuk mengatasi masalah keperawatan klien
yang dilaksanakan oleh perawat, disamping pasien dilibatkan untuk
membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Tetapi pada kasus
tertentu dilakukan oleh perawat primer dan atau konsuler, kepala
ruang, perawat associate yang perlu juga melibatkan seluruh anggota
tim.
Karakteristik:
1) Klien diibatkan secara langsung
2) Klien merupakan fokus kegiatan
3) Perawat associate, perawat primer, dan konseler melakukan diskusi
bersama
4) Konsuler memfasilitasi kreatifitas
5) Konsuler mengembangkan kemampuan perawat associate PP untuk
meningkatkan kemampuan dan mengatasi masalah
b. Tujuan
1) Menumbuhkan cara berfikir secara kritis
2) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berasal dari masalah klien
3) Meningkatkan faliditas data klien
4) Menilai kemampuan justifikasi
5) Meningkatkan dalam menilai hasil kerja
6) Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana
keperawatan
c. Peran
1) Perawat anggota
Dalam menjalankan pekerjaannya perlu adanya sebuah
peranan yang ada untuk memaksimalkan keberhasilan, yang bisa
disebutkan antara lain:
a) Menjelaskan keadaan dan data demografi klien
b) Menjelaskan masalah keperawatan utama klien
c) Menjelaskan intervensi yang belum dan akan dilakukan
d) Menjelaskan tindakan selanjutnya
e) Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil
2) Perawat primer dan atau
konsuler
a) Memberikan justifikasi
b) Memberikan reinforcement
c) Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan
serta tindakan yang rasional
d) Mengarahkan dan koreksi
e) Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari
f) Langkah-langkah diperlukan dalam ronde keperawatan adalah
sebagai berikut:
(1) Persiapan
(a) Menetapkan kasus minimal satu hari sebelum
pelaksanaan ronde
(b) Pemberian informed consent kepada klien atau keluarga
(2) Pelaksanaan ronde
(a) Menjelaskan tentang klien oleh perawat associate
dalam hal ini menjelaskan difokuskan pada masalah
keperawatan dan rencana tindakan yang akan atau telah
dilaksanakan dan memilih prioritas yang perlu
didiskusikan.
(b) Diskusi tentang anggota tim tentang kasus tersebut
(c) Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau perawat
konsuler /kepala ruangan tentang masalah klien serta
rencana tindakan yang akan dilakukan
(d) Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang
telah dan yang akan diterapkan.
(3) Pasca ronde
Mendidkusikan hasil temuan dan tindakan pada
klien tersebut serta menetapkan tindakan tersebut serta
tindakan yang akan diperlukan.
8. Discharge Planning
a. Ringkasan rencana pemulangan pasien berisikan :
1) Keadaan klien saat ini
2) Diagnosa keperawatan
3) Rencana pelayanan keperawatan
4) Intervensi keperawatan
5) Penjelasan mengenai kemampuan yang telah dicapai obat-obatan
dan cara pemberiannya
6) Alat-alat khusus yang digunakan
b. Informasi untuk klien yang akan pulang
1) Gunakanlah bahasa yang sederhana, jelas, ringkas
2) Jelaskan langkah-langkah dalam melaksanakan
3) Perkuat penjelasan lisan dengan instruksi tertulis
4) Motivasi klien mengikuti langkah-langkah tersebut dalam
melakukan perawatan dan pengobatan
5) Kenali tanda-tanda dan gejala yang harus dilaporkan kepada tim
kesehatan.
6) Berikan nama dan nomor telepon yang dapat dihubungi.
Faktor koreksi :
Untuk perhitungan jumlah tenaga perlu ditambah (faktor
Jumlahresiko)
hr mggdengan hari+libur/cuti/hari
dlm 1 thn besar
cuti + hr besar (lossperawat
X Jml day) : tersedia
100
Jadi jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan: Tenaga
yang tersedia + faktor resiko
b) Kualitas
Kualitas pelayanan merupakan tipe pengawasan yang
berhubungan dengan kegiatan yang dipantau atau diatur dalam
pelayanan berdasarkan kebutuhan atau pandangan konsumen.
Dalam keperawatan, tujuan kualitas pelayan adalah untuk
memastikan bahwa jasa atau produk pelayanan keperawatan
yang dihasilkan sesuai dengan standar atau keinginan pasien
(Nursalam, 2014).
Menurut Djojodibroto (2013), bahwa pelatihan, kursus
dan loka karya yang diperlukan bagi tenaga perawat
profesional di rumah sakit adalah:
1) Etika komunikasi
2) Komunikasi dalam keperawatan
3) Etika keperawatan
4) Manajaemen keperawatan
5) Hospital managemen training
6) Audit medik
7) Pencegahan penyakit nosokomial
8) Sanitasi rumah sakit
Manajemen sumber daya manusia pada hakekatnya
merupakan bagian integral dari keseluruhan manajemen rumah
sakit, strategi manajemen sumber daya manusia sebenarnya
juga merupakan bagian integral dari strategi rumah sakit
dengan pemahaman bahwa sumber daya manusia adalah aset
utama rumah sakit sehingga perlu juga direncanakan rotasi dan
mutasi sumber daya manusia untuk menyesuaikan beban dan
tuntutan pelayanan dimasa depan sehingga penyesuaian
keahlian yang dibutuhkan melalui pelatihan terus menerus dan
berkesinambungan.
Salah satu indikator keberhasilan rumah sakit dalam
memberikan pelayanan kesehatan adalah ditentukan oleh
pemberian asuhan keperawatan yang berkualitas. Asuhan
keperawatan yang berkualitas memerlukan SDM yang sesuai
dengan kualitas yang tinggi dan professional sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
Pendidikan perawat di ruang Mawar terdiri dari
bermacam-macam pendidikan formal keperawatan, yaitu
Sarjana Keperawatan, Ners, dan D-III Keperawatan.
b. Money / Sumber
Dana
Salah satu fungsi rumah sakit memberikan pelayanan kesehatan
baik medis maupun non medis. Dalam pelayanan tersebut agar
pelayanan rumah sakit dapat berjalan seoptimal mungkin dan dapat
dirasakan oleh seluruh masyarakat maka rumah sakit perlu
mempersiapkan peralatan jasa non medis dan jasa pemborongan
(Nursalam, 2014).
Pembangunan bidang kesehatan pada dasarnya ditujukan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang untuk mewujudkan derajat kesehatan optimal sebagai
salah satu unsur kesejahteraan sebagaimana diamanatkan oleh
Pembukaan UUD 1945. Hal ini sejalan dengan amanat Pasal 28 H ayat
(1) Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 (Depkes, 2010).
Yang menegaskan bahwa setiap orang berhak memperolah
pelayanan kesehatan, dan selanjutnya Pasal 34 ayat (3) juga
menyatakan bahwa negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas
kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.Rumah sakit
sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan merupakan bagian dari
sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung
penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Rumah sakit mempunyai
karakteristik dan organisasi yang kompleks (Depkes, 2010).
Sesuai dengan ketentuan umum PP no 6 tahun 2000 perjan
adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagaimana diatur dalam
UU no 9 tahun 1969 dimana seluruh modalnya oleh pemerintah dan
merupakan kekayaan Negara yang tidak dipisahkan serta tidak terbagi
atas saham-saham, jadi rumah sakit perjan tetap merupakan aset
Depkes. Pengelolaan RS perjan dilakukan oleh direksi serta dibentuk
dewan pengawasan untuk melakukan pengawasan (Djoyo Sugito,
2013).
c. Material dan Mesin
(fasilitas, alat dan bahan)
Standar peralatan keperawatan adalah penetapan peralatan
keperawatan yang meliputi kebutuhan (jumlah, jenis dan spesifikasi)
serta pengelolaannya dalam upaya mewujudkan pelayanan
keperawatan yang berkualitas (Depkes. 2010).
Ruang lingkup peralatan keperawatan adalah alat tenun, alat
kesehatan, alat rumah tangga, alat pencatatan pelaporan keperawatan,
pengelolaan peralatan keperawatan meliputi standar perencanaan,
standar pengadaan standar distribusi, standar penggunaan standar
penghapusan, standar pengawasan dan pengendalian (Depkes, 2010).
Perawatan minimal dilengkapi dengan ruang keperawatan, ruang
perawat jaga yang sebaiknya terletak di tengah-tengah ruang
perawatan pasien, ruang ganti perawat, ruang tindakan perawatan,
ruang obat dan peralatan, ruang penyimpanan alat tenun, ruang diskusi,
kamar mandi pasien, kamar mandi perawat atau petugas (Nursalam,
2014).
Secara kualitatif fasilitas yang tersedia seharusnya sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan. Fasilitas dan alat-alat kedokteran
maupun keperawatan dipenuhi melalui standar resmi yang telah
ditetapkan oleh RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah
disesuaikan dengan jenis dan kapasitas unit pelayanan.
Administrasi penunjang :
1) Buku absensi mahasiswa
2) Buku laporan pasien
3) Buku Injeksi
4) Buku Register pasien rawat inap
5) Buku daftar obat
6) Buku inventaris alat kesehatan
7) Buku inventaris linen
8) Buku jadwal perawat
9) Buku penerimaan obat
10) Blanko-blanko catatan medis dan non medis
d. Metode/standar/ped
oman dan prosedur tetap
Standar adalah suatu tingkat kinerja yang secara umum dikenal
sebagai sesuatu yang dapat diterima, adekuat, memuaskan dan
digunakan sebagai tolak ukur atau titik acuan yang digunakan sebagai
pembanding (Marr dan Blebing, 2001). Jenis-jenis standar antara lain:
1) Standar Input: tenaga, fasilitas, dana, organisasi, management
kebijakan dan laian-lain.
2) Standar Proses: prosedur tindakan pelayanan
3) Standar Output: penampilan kinerja, kepuasan pelanggan.
4) Menurut Donabedian bahwa standar adalah rumusan tentang
penampilan atau nilai yang diinginkan yang mampu dicapai,
berkaitan dengan parameter yang telah ditetapkan. Berdasarkan
clinical practice guideline, standar adalah tingkat pencapaian
tertinggi dan sempurna yang dipergunakan sebagai batas
penerimaan minimal atau disebut juga sebagai kisaran variasi yang
masih dapat diterima.
Suatu ruang perawatan didalam sebuah rumah sakit idealnya
mempunyai prosedur tetap (Protap) tindakan yang berlaku secara resmi
dan dipahami dan diterapkan oleh seluruh staf ruangan (Depkes.
2010).
Standar Asuhan Keperawatan di Indonesia, standar keperawatan
dipakai sebagai pedoman dan instrumentasi penerapan standar asuhan
keperawatan yang disusun oleh Depkes yaitu :
1) Standar I pengkajian keperawatan
Pengkajian keperawatan berisi tentang data anamnesa, observasi
yang paripurna dan lengkap serta dikumpulkan secara terus,
menerus tentang keadaan pasien untuk menentukan asuhan
keperawatan sehingga data keperawatan harus bermanfaat bagi
semua anggota tim. Data pengkajian meliputi pengumpulan data,
pengelompokan data, dan perumusan masalah.
2) Standar II diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon pasien yang dirumuskan
berdasarkan data status kesehatan pasien, dianalisis dan
dibandingkan dengan norma kehidupan pasien, dan komponennya
terdiri dari masalah penyebab dan gejala (PES) bersifat aktual dan
potensial dan dapat ditanggulangi perawat.
3) Standar III perencanaan keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa
keperawatan komponennya meliputi prioritas masalah, tujuan
asuhan keperawatan dan rencana tindakan.
4) Standar IV intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan adalah pelaksanaan tindakan yang
ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara
maksimal yang mencakup aspek peningkatan, pencegahan dan
pemulihan kesehatan dengan mengikutsertakan keluarga.
5) Standar V evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistematis,
terencana untuk menilai perkembangan pasien.
6) Standar VI dokumentasi keperawatan
Dokumentasi keperawatan dilakukan secara individu oleh perawat
selama pasien dirawat inap maupun rawat jalan yang digunakan
sebagai informasi, komunikasi dan laporan. Dokumentasi dibuat
setelah tindakan dilakukan. Sesuai dengan pelaksanaan proses
keperawatan setiap mencatat harus mencantumkan inisial atau
paraf atau nama perawat, menggunakan formulir yang baku, dan
disimpan sesuai peraturan yang berlaku.
Dasar hukum standar profesi keperawatan adalah UU kesehatan RI
No. 23 pasal 53:
1) Ayat 1 berbunyi tenaga kesehatan memperoleh perlindungan dalam
melaksanakan tugas sesuai profesinya.
2) Ayat 2 berbunyi tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya
berkewajiban standar profesi dan pasien
Standar keperawatan menurut Depkes RI meliputi :
1) Standar pelayanan keperawatan (SPK)
2) Standar asuhan keperawatan (SAK)
Saat ini sedang dikembangkan persamaan penggunakan bahasa
standar dalam penentuan diagnosa keperawatan berdasarkan NANDA
(North American Nursing Diagnosa), penetapan tujuan dengan NOC
(Nursing Outcome Clasification), dan rencana intervensi dengan NIC
(Nursing Intervention Clasification). Ruang perawatan mempuyai
prosedur tetap semua tindakan perawatan dan SAK (Standar Asuhan
Keperawatan) minimal 10 kasus terbanyak penyakit yang ada di
ruangan namun belum disesuaikan dengan criteria diagnose
keperawatan NANDA, NIC-NOC terbaru.
Standar diperlukan untuk menentukan mutu, bagaimana kegiatan-
kegiatan akan dikerjakan dan untuk menilai mutu, seberapa baik
kegiatan-kegiatan dikerjakan.
2. Unsur Proses
a. Proses Manajemen Asuhan Keperawatan
1) Penerapan Standar Asuhan Keperawatan
Keperawatan sebagai salah satu bentuk pelayanan
professional merupakan bagian integral yang tidak dapat
dipisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara keseluruhan.
Selain itu pelayanan keperawatan merupakan salah satu faktor
penentu baik buruknya mutu dan citra rumah sakit, oleh karenanya
kualitas pelayanan keperawatan perlu dipertahankan dan
ditingkatkan seoptimal mungkin (Nursalam, 2014).
Ciri-ciri mutu asuhan keperawatan yang baik antara lain (1)
Memenuhi standar profesi yang ditetapkan, (2) Sumber daya untuk
pelayanan asuhan keperawatan dimanfaatkan secara wajar, efektif,
dan efisien, (3) Aman bagi klien dan tenaga keperawatan sebagai
pemberi jasa pelayanan, (4) Memuaskan bagi klien dan tenaga
keperawatan serta, (5) Aspek sosial, ekonomi, budaya, etika dan
tata nilai masyarakat dipehatikan dan dihormati (Nursalam, 2014).
Disamping itu prasyarat untuk meningkatkan mutu asuhan
keperawatan antara lain: (1) Pimpinan yang peduli dan
mendukung, (2) Ada kesadaran bahwa mutu harus ditingkatkan
(standar mutu), (3) Tenaga keperawatan disiapkan melalui upaya
peningkatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan cara
diadakan program diklat, (4) Sarana dan perlengkapan, serta
lingkungan yang mendukung, (5) Tersedia dan diterapkannya
standar asuhan keperawatan (Nursalam, 2014).
Berdasarkan hal tersebut di atas, Direktorat Jendral
Pelayanan Medis, Depkes RI bersama dengan Organisasi Profesi
Keperawatan, telah menyusun Standar Asuhan Keperawatan dan
secara resmi X Standar Asuhan Keperawatan diberlakukan untuk
diterapkan di seluruh Rumah Sakit, melalui SK Direktur Jendral
Pelayanan Medik, No.YM 00.03.2.6.7637 tahun 1993 tentang
berlakunya standar asuhan keperawatan di rumah sakit. Ini berarti
bahwa seluruh tenaga keperawatan di Rumah sakit, dalam
memberikan asuhan keperawatan, harus berpedoman kepada
standar asuhan keperawatan (Nursalam, 2014).
UU RI No 23 tahun 1992 tentang Kesehatan Pasal 53 ayat 2
dalam penjelasan mendefenisikan standar profesi sebagai pedoman
yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam menjalankan
profesi secara baik atau secara singkat, dapat dikatakan standar
adalah pedoman kerja agar pekerjaan berhasil dan bermutu.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka standar asuhan keperawatan
berguna sebagai kriteria untuk mengukur keberhasilan dan mutu
asuhan keperawatan (Nursalam, 2014).
Standar Asuhan Keperawatan terdiri dari 6 standar, yaitu :
a) Standar pengkajian keperawatan
b) Standar diagnosa keperawatan
c) Standar perencanaan keperawatan
d) Standar pelaksanaan keperawatan
e) Standar evaluasi keperawatan
f) Standar catatan asuhan keperawatan (Depkes RI,
2010).
Proses asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik
yang melibatkan hubungan kerja sama antara perawat dengan
klien, keluarga dan atau masyarakat untuk mencapai tingkat
kesehatan yang optimal (Carpenito, 1989 cit Keliat 1999).
Sistematika penyusunan standar asuhan keperawatan sebagai
berikut :
a) Standar 1 : Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari:
(1) Pengumpulan Data, kriteria :
(a) Menggunakan format yang ada
(b) Sistematis
(c) Diisi sesuai item yang tersedia
(d) Aktual
(e) Absah (valid)
(2) Pengelompokan data, kriteria :
(a) Data biologis
(b) Data psikologis
(c) Data sosial
(d) Data spiritual
(3) Perumusan kriteria masalah:
(a) Kesenjangan antara status kesehatan dengan norma
dan pola fungsi kehidupan
(b) Perumusan masalah ditunjang oleh data yang telah
dikumpulkan
b) Standar 2 : Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah diagnosis yang dibuat oleh
perawat profesional yang menggambarkan tanda dan gejala
yang menunjukkan masalah kesehatan yang dirasakan klien
dimana perawat yang berdasarkan pendidikan dan pengalaman
mampu menolongnya (Ali dan Nurjanah, 2014).
Menurut Suarli Suchri dan Bachtiar Y. (2014), diagnosa
keperawatan adalah pernyataan yang jelas, singkat dan pasti,
tentang masalah klien serta pengembangan yang dapat
dipecahkan atau diubah melalui tindakan keperawatan.
Diagnosa keperawatan menggambarkan masalah klien
baik aktual, resiko maupun potensial berdasarkan hasil
pengkajian data. Diagnosa keperawatan dirumuskan
berdasarkan data status kesehatan klien, dianalisis dan
dibandingkan dengan fungsi normal kehidupan klien. Kriteria
diagnosa keperawatan:
(1) Diagnosa keperawatan dihubungkan dengan penyebab
kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan klien.
(2) Dibuat sesuai dengan wewenang perawat.
(3) Komponennya terdiri dari masalah, penyebab dan tanda
atau gejala (PES) atau terdiri dari masalah dan penyebab
(PE).
(4) Bersifat aktual apabila masalah kesehatan klien sudah
nyata terjadi.
(5) Bersifat potensial apabila masalah kesehatan klien
kemungkinan besar akan terjadi.
(6) Dapat ditanggulangi oleh perawat.
c) Standar 3 : Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana
tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan, untuk
menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan,
yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan
klien (Suarli Suchri dan Bachtiar Y, 2014). Perencanaan
keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan.
Langkah-langkah penyusunan perencanaan keperawatan
meliputi:
(1) Menentukan urutan prioritas masalah, adapun
pertimbangannya berdasarkan atas :
(a) Masalah-masalah yang mengancam
kehidupan merupakan prioritas pertama
(b) Masalah-masalah yang mengancam
kesehatan seseorang adalah prioritas kedua
(c) Masalah-masalah yang mempengaruhi
perilaku merupakan prioritas ketiga
(2) Merumuskan tujuan asuhan keperawatan dengan kriteria :
(a) Spesifik
(b) Measurable, yaitu bisa diukur
(c) Achievable, yaitu bisa dicapai
(d) Realistis
(e) Time, yaitu ada batas waktu
(3) Rencana tindakan, kriteria :
(a) Disusun berdasarkan tujuan asuhan
keperawatan
(b) Melibatkan klien atau keluarga
(c) Mempertimbangkan latar belakang budaya
klien atau keluarga
(d) Menentukan alternatif tindakan yang tepat
(e) Mempertimbangkan kebijaksanaan dan
peraturan yang berlaku, lingkungan, sumber daya
dan fasilitas yang ada.
d) Standar 4 : Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana
tindakan yang ditentukan dengan maksud agar kebutuhan klien
terpenuhi secara maksimal yang mencakup aspek peningkatan,
pencegahan, pemeliharaan serta pemulihan kesehatan dengan
mengikutsertakan klien dan keluarganya.
Kriteria implementasi keperawatan :
(1) Dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan
(2) Menyangkut keadaan bio-psiko-sosio-spiritual klien
(3) Menjelaskan setiap tindakan keperawatan yang akan
dilakukan kepada klien atau keluarga
(4) Sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
(5) Menggunakan sumber daya yang ada
(6) Menerapkan prinsip aseptik dan antiseptik
(7) Menerapkan prinsip aman, nyaman, ekonomis, privasi dan
mengutamakan keselamatan klien
(8) Melaksanakan perbaikan tindakan berdasarkan respon
klien
(9) Merujuk dengan segera bila ada masalah yang mengancam
keselamatan klien
(10) Mencatat semua tindakan yang telah dilaksanakan
(11) Merapikan klien dan alat setiap selesai melakukan
tindakan
(12) Melaksanakan tindakan keperawatan berpedoman pada
prosedur teknis yang telah ditentukan
e) Standar 5 : Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik,
sistematis dan berencana untuk menilai perkembangan klien.
Kriteria :
(1) Setiap tindakan keperawatan dilakukan evaluasi
(2) Evaluasi hasil menggunakan indikator yang ada pada
rumusan tujuan
(3) Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan
(4) Evaluasi melibatkan klien, keluarga dan tim kesehatan
(5) Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar
f) Standar 6 : Catatan Asuhan Keperawatan
Catatan asuhan keperawatan dilakukan secara individual.
Kriteria:
(1) Dilakukan selama klien dirawat inap dan rawat jalan
(2) Dapat digunakan sebagai bahan informasi, komunikasi
dan laporan
(3) Dilakukan segera setelah tindakan dilaksanakan
(4) Penulisannya harus jelas dan ringkas serta menggunakan
istilah yang baku
(5) Sesuai dengan pelaksanaan proses keperawatan
(6) Setiap pencatatan harus mencantumkan initial/paraf/nama
perawat yang melaksanakan tindakan dan waktunya
(7) Menggunakan formulir yang baku
(8) Disimpan sesuai dengan peraturan yang berlaku (Depkes
RI, 2010).
2) Kepatuhan Tenaga Keperawatan Terhadap SOP Keperawatan
Dalam melakukan tindakan keperawatan yang baik harus
sesuai dan mengacu pada protap-protap atau standar yang telah
ditetapkan dengan hasil tindakan.
Prosedur tetap merupakan salah satu pedoman kerja bagi
setiap tenaga keperawatan dalam rangka mengimplementasikan
praktek keperawatan profesional.
Pengorganisasian
Tujuan
Pengarahan
Informasi Pengkoordinasian
Pengawasan
1) Perencanaan (Plan)
Perencanaan adalah sebuah keputusan untuk suatu
kemajuan yang berisikan apa yang akan dilakukannya serta
bagaimana, kapan dan dimana akan dilaksanakannya (Marquis,
2015). Perencanaan dimaksudkan untuk menyusun suatu
perencanaan yang strategis dalam mencapai suatu tujuan organisasi
yang telah ditetapkan.
Perencanaan dibuat untuk menentukan kebutuhan dalam
asuhan keperawatan kepada semua klien, menegakkan tujuan,
mengalokasikan anggaran belanja, memutuskan ukuran dan tipe
tenaga keperawatan yang dibutuhkan, membuat pola struktur
organisasi yang dapat dioptimalkan efektifitas staf serta
menegakkan kebijaksanaan dan prosedur operasional untuk
mencapai visi dan misi institusi yang telah ditetapkan (Nursalam,
2014).
Perencanaan dimaksudkan untuk menyusun suatu telah
ditetapkan. Perencanaan dibuat untuk menentukan kebutuhan
dalam asuhan keperawatan kepada semua klien, menegakkan
tujuan, mengalokasikan anggaran belanja, memutuskan ukuran dan
tipe tenaga keperawatan yang dibutuhkan, membuat pola struktur
organisasi yang dapat mengoptimalkan efektifitas staff serta
menegakkan kebijaksanaan dan prosedur operasional untuk
mencapai visi dan misi institusi yang telah ditetapkan (Nursalam,
2014).
Unit perawatan merupakan unit terkecil dalam kegiatan
pelayanan rumah sakit. Perencanaan yang disusun mengacu kepada
kerangka utama rencana strategi rumah sakit dengan
mempertimbangan kekuatan, kelemahan, peluang yang nyata dan
ancaman eksternal yang harus diantisipasi. Kerangka perencanaan
yang matang sangat membatu dalam upaya melakukan perbaikan
atau inprovisasi apabila dalam perjalanan kegiatan usaha keluaran
yang tidak diharapkan. Dengan demikian perencanaan dapat
dikoreksi tanpa kehilangan waktu dan efisiensi (Nursalam, 2014).
Kerangka perencanaan terdiri dari :
a) Misi, berisi tujuan jangka panjang mengenai bagaimana
langkah mencapai visi
b) Filosofi, sesuatu yang bisa menguatkan motivasi
c) Tujuan, yaitu berisikan tujuan yang ingin dicapai
d) Obyektif, berisi langkah-langkah rinci bagaimana mencapai
tujuan
e) Prosedur, berisi pelaksanaan perencanaan
f) Aturan, berisi langkah-langkah antisipasi untuk hal-hal yang
menyimpang (Nursalam, 2014)
Model perencanaan meliputi:
a) Reactive planning, yaitu tidak ada perencanaan, manager
langsung melakukan tindakan begitu menemukan masalah.
Perubahan yang terjadi tidak pasti karena dipengaruhi oleh
masalah dan kondisi yang ada
b) Inactive planning yaitu perencanaan sudah dibuat sejalan
dengan masalah yang muncul (setelah ada bayangan atau
perencanaan dilakukan sejalan dengan perkembangan masalah)
c) Preactive planning yaitu penyusunan perencanaan dengan
mengetahui rencana kedepan pencapaian target yang sudah
pasti (sudah jelas dan tidak berubah). Ciri dari perencanaan ini
adalah tujuan yang akan dicapai jelas, terdapat pembatasan
waktu perencanaan berlangsung, terdapat indikator pencapaian
target, resiko dan ketidakpastian jelas.
d) Proactive planning yaitu pembuatan perencanaan dengan
memperhatikan masa lalu, masa sekarang, dan masa depan.
Masa lalu digunakan sebagai pengalaman untuk menyusun
perencanaan sekarang dan masa depan, masa sekarang sebagai
pelaksanaan perencanaan, dan masa depan merupakan
perencanaan yang disusun berdasarkan evaluasi pelaksanaan
perencanaan masa lalu dan sekarang (Nursalam, 2014).
Perencanaan berdasarkan periode meliputi :
a) Perencanaan jangka pendek (target waktu dalam minggu atau
bulan)
b) Perencanaan jangka menengah (periode dalam satu tahun)
c) Perencanaan jangka panjang (periode tahun mendatang)
(Nursalam, 2014).
Tugas kepala ruang dalam perencanaan meliputi :
a) Menyusun rencana kerja kepala unit
b) Berperan serta menyusun falsafah dan tujuan pelayanan
keperawatan di ruang yang bersangkutan
c) Menyusun rencana kebutuhan tenaga keperawatan dari segi
jumlah maupun kwalifikasi diruang rawat, koordinasi dengan
instalasi (Nursalam, 2014).
2) Pengorganisasian
Organisasi kepemimpinan murni merupakan jenis struktur
formal paling sederhana dan tertua. Dalam organisasi ukuran
tertentu, struktur kepemimpinan merupakan jenis yang besar
kemungkinan untuk berkembang melalui proses evolusioner
karena dengan peningkatan jumlah pekerjaan yang diselesaikan
dan jumlah pekerja yang mengerjakannya (Nursalam, 2014).
Ada kecenderungan untuk membagi pekerjaan kedalam tugas
khusus dan untuk mengatur pekerja yang terikat dalam tugas yang
sama kedalam kelompok yang jelas menurut definisi pekerja yang
logis.
Pengorganisasian melibatkan semua sumber daya yang ada
dalam suatu sistem orang, modal, dan peralatan dalam kegiatan
menuju pencapaian tujuan. Keinginan seorang perawat kepala
adalah memasukkan semua unsur manusia dan situasi kedalam
suatu sistem yang akan mengemban suatu tujuan tertentu dan
mengatur mereka sedemikian rupa sehingga banyak kelompok
dapat bekerja sama kearah pencapaian tujuan (Monica, 2013).
Pengorganisasian menentukan mengenai tenaga yang akan
melaksanakan perencanaan, pembagian tugas, wewenang,
tanggung jawab dan mekanisme pertanggung jawaban masing-
masing kegiatan (Nursalam, 2014).
Berdasarkan hal tersebut maka fungsi pengorganisasian dari
Kepala Ruang adalah (Nursalam, 2014) :
a) Merumuskan metode penugasan yang digunakan
b) Merumuskan tujuan metode penugasan
c) Membuat perincian tugas ketua tim dan anggota secara jelas
d) Membuat rentang kendali kepada unit membawahi 2 ketua tim
dan ketua tim membawahi 2-3 perawat
e) Mengatur dan mengendalikan logistik unit
f) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktek
g) Mendelegasikan saat kepala unit tidak berada di tempat
kepada ketua tim
h) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus
administrasi klien
i) Mengatur penugasan jadwal pos dan pekarya
j) Identifikasi masalah dan cara penanganan
Pengorganisasianpelaksanaan asuhan keperawatan, Hoffart
dan Woods (2013) mendefinisikan model praktek keperawatan
(MPKP) sebagai suatu sistem (struktur, proses, nilai-nilai
professional) yang memungkinkan perawat professional mengatur
pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk
mendukung pemberian asuhan keperawatan.
MPKP terdiri dari elemen sub sistem antara lain :
a) Nilai professional (inti MPKP)
b) Pendekatan manajemen
c) Metode pemberian asuhan keperawatan
d) Hubungan professional
e) System kompensasi dan penghargaan (Nursalam, 2014).
Dalam sistem pemberian asuhan keperawatan ada beberapa
teori mengenai metode asuhan keperawatan. Menurut Gillies
(2013) metode asuhan keperawatan terdiri dari :
a) Metode kasus (total care methode)
Metode ini merupakan metode tertua (tahun, 1880),
dimana seorang klien dirawat oleh seorang perawat selama 8
jam perawatan. Setiap perawat ditugaskan untuk melayani
seluruh kebutuhan klien saat dia dinas.
Klien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk
setiap pergantian shift dan tidak ada jaminan bahwa klien akan
dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode
penugasan kasus biasa diterapkan satu klien satu perawat dan
hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk
keperawatan khusus seperti di ruang rawat intensif.
Kelebihan dari metode ini adalah :
(1) Sederhana dan langsung
(2) Garis pertanggung jawaban jelas
(3) Kebutuhan klien cepat terpenuhi
(4) Memudahkan perencanaan tugas
Kekurangan dari metode ini adalah :
(1) Belum dapat diidentifikasi perawat penanggung jawab
(2) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai
kemampuan dasar yang sama
(3) Tidak dapat dilakukan oleh perawat baru atau kurang
pengalaman
(4) Mahal, perawat professional termasuk melakukan
tugas non profesional
b) Metode fungsional (Functional Nursing)
Metode ini dilakukan pada kelompok besar klien.
Pelayanan keperawatan dibagi menurut tugas yang berbeda dan
dilaksanaakan oleh perawat yang berbeda dan tergantung pada
kompleksitas dari setiap tugas. Misalnya fungsi menyuntik,
membagi obat, perawatan luka. Metode ini merupakan
manajemen klasik yang menekankan pada efisiensi, pembagian
tugas yang jelas, dan pengawasan yang lebih mudah. Semua
prosedur ditentukan untuk dipakai sebagai standart. Perawat
senior menyibukkan diri dengan tugas manajerialnya
sedangkan asuhan keperawatan klien diserahkan kepada
perawat yunior.
Meskipun sistem ini efisien namun penugasan secara
fungsi tidak memberikan kepuasan kepada klien dan perawat
karena asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien
terfragmentasi menurut tugas atau perasat yang dilakukan.
Cara kerja yang diawasi membosankan perawat karena
berorientasi pada tugas dan sistem ini baik dan berguna untuk
situasi dimana rumah sakit kekurangan tenaga perawat, namun
disisi lain asuhan ini tidak professional dan tidak berdasar
pada masalah klien (Nursalam, 2014).
Keuntungan dari metode ini adalah :
(1) Lebih sedikit membutuhkan perawat
(2) Tugas mudah dijelaskan dan diberikan
(3) Staf mudah menyesuaikan dengan tugas
(4) Tugas cepat selesai
Kekurangan dari metode ini adalah:
(1) Tidak efekttif
(2) Fragmentasi pelayanan
(3) Membosankan
(4) Komunikasi minimal
(5) Tidak holistik
(6) Tidak professional
(7) Tidak memberikan kepuasan kepada klien dan
perawat
Perawat primer
klien
3. Unsur Output
a. Efiensi Ruang Rawat Inap
Efisiensi pengelolaan rumah sakit secara garis besar dapat
diihat dari dua segi, yaitu segi medis: meninjau efisiensi dari sudut
mutu pelayanan medis, dan dari segi ekonomi: meninjau efisiensi dari
sudut pendayagunaan sarana yang ada (Nursalam, 2014).
Efisiensi pelayanan meliputi 4 indikator mutu pelayanan
kesehatan yang meliputi (BOR, LOS, TOI, BTO)
1) BOR (Bed Occupancy Rate), merupakan indikator untuk menilai
seberapa efektifitas pemakaian tempat tidur yang ada di suatu
ruangan atau rumah sakit dalam jangka waktu tertentu. Standart
Depkes dalam satu tahun adalah sekitar (60-85%).
Tabel 2.4
b. Mutu asuhan keperawatan
Asuhan keperawatan profesional merupakan dasar bagi
terselenggaranya pelayanan prima. Asuhan keperawatan tersebut
diberikan oleh tenaga keperawatan yang memiliki kewenangan dan
kompetensi yang telah ditetapkan oleh profesi. Ciri mutu asuhan
keperawatan menurut Depkes RI tahun 1998 adalah:
1) Memenuhi standar profesi
2) Sumber daya dimanfaatkan secara wajar, efisien dan efektif
3) Aman bagi pasien dan tenaga keperawatan
4) Memuaskan pasien dan tenaga keperawatan
5) Aspek sosial, ekonomi, budaya, etika dan tata nilai masyarakat
diperhatikan dan dihormati.
Oleh karena hal tersebut pemberian asuhan keperawatan yang
professional dan sesuai standar diharapkan mampu menjawab
kompetisi di era global, sehingga pasien dapat mendapatkan kepuasan
dalam pelayanan keperawatan (Nursalam, 2014).
Mutu asuhan keperawatan yang prima akan terwujud apabila :
1) Asuhan keperawatan diberikan berdasarkan standar dan kode etik
profesi keperawatan
2) Dilakukan evaluasi secara periodik dan terus menerus
3) Ada upaya tindak lanjut untuk perbaikan
4) Didukung pimpinan dan organisasi yang kuat
5) Komitmen yang tinggi dari seluruh staf keperawatan (Nursalam,
2014).
Standar penilaian yang digunakan untuk menilai mutu asuhan
keperawatan adalah dengan menggunakan instrumen A, B dan C.
Adapun rentang nilai untuk instrumen ABC adalah:
1) Kriteria baik atau sangat puas (75-100%)
2) Kriteria cukup atau puas (65-74%)
3) Kriteria kurang atau tidak puas (0-64%)
(Nursalam, 2014).
Adapun instrumen A, B, C meliputi:
1) Instrument A
Dokumentasi keperawatan adalah system pencatatan kegiatan
sekaligus pelaporan semua kegiatan asuhan keperawatan sehingga
terwujud data yang lengkap, nyata dan tercatat bukan hanya tingkat
kesakitan dari pasien, tetapi juga jenis, kualitas dan kuantitas
pelayanan kesehatan dalam memenuhi kebutuhan pasien
(Nursalam, 2014).
Dokumentasi keperawatan suatu yang mutlak harus ada untuk
perkembangan keperawatan, khususnya proses profesionalisasi
keperawatan serta upaya untuk membina dan mempertahankan
akontabilitas perawat dan keperawatan. Dalam membuat
dokumentasi harus memperhatikan aspek-aspek :
a) Keakuratan data
b) Breavity (ringkas)
c) Legibility
Komponen dokumentasi keperawatan menurut Nursalam (2014) :
a) Pengkajian
Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang
lengkap dan dikumpulkan secara terus-menerus tentang
keadaan pasien untuk menentukan kebutuhan asuhan
keperawatan. Data harus bermanfaat bagi semua anggota tim
kesehatan. Komponen pengkajian meliputi pengumpulan data,
pengorganisasian data. Pengumpulan data dari hasil
wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan penunjang.
b) Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan menggambarkan masalah pasien
baik aktual maupun potensial berdasarkan hasil pengkajian
data. Diagnosa dirumuskan berdasarkan data status kesehatan
pasien, dianalisa, dibandingkan dengan fungsi normal
kehidupan pasien.
Kriteria diagnosa dihubungkan dengan penyebab
kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan pasien, dibuat sesuai
dengan wewenang perawat, dengan komponen yang terdiri
atas masalah, penyebab dan tanda gejala (PES) atau terdiri dari
masalah dan penyebab (PE) yang bersifat actual. Apabila
masalah kesehatan sudah nyata terjadi dan bersifat potensial
kemungkinan besar akan terjadi dan dapat ditangani oleh
perawat.
c) Rencana keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa
keperawatan. Komponen rencana keperawatan meliputi
penentuan prioritas, tujuan, kemungkinan pemecahan, metode
pendekatan pemecahan masalah. Prioritas masalah ditentukan
dengan memberi prioritas utama masalah yang mengancam
kehidupan dan prioritas selanjutnya adalah masalah yang
mengancam kesehatan pasien. Prioritas ketiga adalah masalah
yang mempengaruhi perilaku.
d) Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan rencana tindakan yang
ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi
yang mencakup aspek peningkatan, pencegahan,
pemeliharaan, serta pemulihan kesehatan dengan
mengikutsertakan pasien dan keluarga, tindakan keperawatan,
dan aktivitas keperawatan.
e) Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk memeriksa kembali hasil
pengkajian awal dan intervensi awal untuk mengidentifikasi
masalah dan rencana asuhan keperawatan pasien termasuk
strategi keperawatan masalah pasien.
f) Catatan asuhan keperawatan
Pencatatan merupakan data tertulis tentang kesehatan
pasien dan perkembangan pasien selama dalam pemberian
asuhan keperawatan. Syarat penilaian observasi studi
dokumentasi menurut Depkes (1997) pada status pasien yang
dirawat minimal 3 hari atau dari status pasien yang sudah
pulang.
2) Instrument B
Instrument B mengevaluasi tentang persepsi pasien terhadap
mutu asuhan keperawatan dengan cara menyebarkan angket
kepada pasien yang sudah mau pulang.
Pada saat angket di bagikan, pasien telah di berikan
penjelasan, apabila ada tindakan yang tidak sesuai dengan keadaan
pasien supaya diisikan di kolom keterangan.
Kajian TeoriAsuhan keperawatan adalah rangkaian kegiatan
pada praktek keperawatan yang diberikan secara langsung kepada
pasien diberbagai tatanan pelayanan kesehatan (Zaidin Ali, 2013).
Mutu asuhan keperawatan dapat dilihat dari persepsi pasien
tentang mutu asuhan keperawatan yang diberikan. Dan untuk
mengevaluasi hal ini juga perlu suatu instrumen yang baku
menggunakan format standar asuhan keperawatan yang telah
ditetapkan oleh rumah sakit. Mutu pelayanan keperawatan yang
merupakan hasil kegiatan asuhan keperawatan adalah terjaminnya
penerapan standar asuhan keperawatan yang dilakukan oleh
perawat berdasarkan pendekatan proses keperawatan yang meliputi
pengkajian data, penyusunan diagnosa, melakukan perencanaan,
tindakan dan evaluasi.
Menurut Azwar (2013), mutu pelayanan adalah tingkat
kesempurnaan pelayanan yang dapat memberikan kepuasan pasien
sesuai tingkat kepuasan rata-rata serta penyelenggaraan sesuai
dengan standar dan kode etik profesi yang ditetapkan. Menurut
Pasuraman (2014), pengukuran mutu dapat dilakukan dengan
membandingkan persepsi antara pelayanan yang diharapkan
(Experted Services) dengan pelayanan yang di terima dan
dirasakan (Perceived Services).
Mutu Pelayanan menurut American Society Quality Control
merupakan gambaran total sifat dari suatu produk atau jasa
pelayanan yang berhubungan dengan kemampuan untuk
memberikan kebutuhan dan kepuasan (Wijono, 2013).
Lima dimensi yang menentukan mutu pelayanan yang
dikaitkan dengan kepuasan pasien adalah Pasuraman (2014) :
a) Tangibles (bukti nyata), meliputi fasilitas fisik, peralatan yang
digunakan dan penampilan karyawan
b) Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan memberikan
pelayanan yang dijanjikan dengan segera dan memuaskan
c) Responsiviness (daya tanggap), yaitu kesediaan petugas dalam
memberikan pelayanan dengan tanggap
d) Assurance (jaminan), mencakup kemampuan, kesopanan, sifat
yang dipercaya dari petugas, bebas dari bahaya, resiko dan
keragu-raguan
e) Emphaty (empati), yaitu penyediaan perhatian dan kepedulian
orang per orang kepada pelanggan
Aspek mutu pelayanan di dalam rumah sakit dapat dilihat
dari segi aspek yang berpengaruh. Aspek berarti termasuk hal-hal
yang secara langsung atau tidak berpengaruh terhadap penilaian.
Keempat aspek itu adalah seperti berikut:
a) Sumber Daya Dimensi Mutu Pelayanan
Dimensi mutu pelayanan untuk mengukur sejauhmana sutu
pelayanan kesehatan telah mencapai standar program dan
standar pelayanan kesehatan.
b) Kompetisi Teknis
Kompetisi teknis terkait dengan ketrampilan, kemampuan dan
penampilan petugas, manajer, dan staff pendukung.
Kompetensi teknis berhubungan dengan bagaimana cara
petugas mengikuti standar pelayanan yang telah ditetapkan
dalam hal dapat dipertanggungjawabkan atau diandalkan
(dependability), ketepatan (accurancy), ketahanan uji
(reliability), dan konsistensi (concitency)
c) Akses terhadap pelayanan
Hal ini berarti bahwa pelayanan kesehatan tidak terhalang oleh
keadaan geografis, sosial, ekonomi, budaya, organisasi, atau
hambatan bahasa. Akses geografis dapat diukur dengan jelas
transportasi, jarak, waktu perjalanan, dan hambatan fisik lain
yang dapat menghalangi seseorang untuk memperoleh
pelayanan kesehatan.Akses ekonomi berkaitan dengan sejauh
mana pelayanan diatur untuk kenyamanan pasien, jam kerja
klinik, waktu tunggu.
d) Efektivitas
Kualitas pelayanan kesehatan tergantung dari efektivitas yang
menyangkut norma pelayanan kesehatan dan petunjuk klinis
sesuai dengan standar yang ada.
e) Hubungan antar manusia
Hubungan antar manusia berkaitan dengan interaksi antara
petugas kesehatan dengan pasien, manajer, petugas, dan antara
tim kesehatan dengan masyarakat. Hubungan antara manusia
yang baik akan menanamkan kepercayaan dan kredibilitas
dengan cara menghargai, menjaga rahasia, menghormati,
responsive, memberi perhatian.
f) Efisiensi
Pelayanan yang efisien akan memberikan perhatian yang
optimal dari pada memaksimalkan pelayanan kepada pasien
dan masyarakat. Petugas akan memberikan pelayanan yang
terbaik dengan yang dimiliki.
g) Kelangsungan pelayanan
Kelangsungan pelayanan berarti klien akan menerima
pelayanan yang lengkap yang dibutuhkan (termasuk rujukan)
tanpa interupsi.
h) Keamanan
Keamanan selama perawatan sangat diperlukan oleh klien
karena Rumah Sakit termasuk area public yang bias dimasuki
oleh siapa saja.
i) Kenyamanan
Kenyamanan mempengaruhi kepuasan pasien dan bersedianya
kembali ke fasilitas kesehatan untuk memperoleh pelayanan
berikutnya.
3) Instrumen C
Instrumen C yaitu evaluasi tentang pedoman observasi
tindakan keperawatan. Seluruh kegiatan yang dilakukan di ruangan
dinilai dengan menggunakan standar nilai sesuai dengan standar
protap yang telah ditetapkan oleh Rumah Sakit (Nursalam, 2014).
a) Hasil Evaluasi Manajemen Bimbingan Klinik Lapangan
Praktek Klinik Keperawatan (PKK) merupakan proses
transformasi dari mahasiswa yang akan menjadi seorang
perawat profesional. Pada fase ini mahasiswa mendapat
kesempatan beradaptasi pada perannya sebagai perawat
professional dalam masyarakat keperawatan dan lingkungan
pelayanan atau asuhan keperawatan (Nursalam, 2014).
Mendidik mahasiswa keperawatan diharapkan
memungkinkan pendidik memilih dan menetapkan cara
mendidik yang sesuai dengan objektif (tujuan), dan
karakteristik individual peserta didik berdasarkan kerangka
konsep pembelajaran (Nursalam, 2014).
Jenis metode pengajaran klinik antara lain eksperensial,
konferensi, bedside teaching, observasi dan ronde
keperawatan, proses insiden. Dengan metode tersebut
memungkinkan identifikasi masalah, penentuan tindakan yang
akan diambil implementasi pengetahuan kedalam masalah
klinik dan diskusi untuk menggali proses berpikir dalam
menanggapi situasi (Nursalam, 2014).
Tugas pembimbing praktek klinik keperawatan meliputi:
(1) Mengorientasikan mahasiswa di unit menyangkut :
karakteristik unit, klien, protap, alat dll.
(2) Memonitor pelaksanaan dinas mahasiswa
(3) Menyerahkan dan membimbing siswa atau mahasiswa
dalam rangka pencapaian kompetensi yang di harapkan
(4) Memotivasi minat dan semangat belajar untuk
peningkatan kemampuan siswa dan mahasiswa
(5) Berusaha mengatasi masalah yang ditemukan dan
mengadakan hubungan serta pelaporan kepada pihak
yang terkait
(6) Mengevaluasi bimbingan praktek yang meliputi
pengetahuan, sikap dan keterampilan
(7) Menyampaikan masalah yang berhubungan dengan
praktek siswa atau mahasiswa dengan kesatuan kerja
yang terkait
(8) Mengikuti rapat yang diikuti satuan kerja yang terkait
yang ada di rumah sakit dan institusi pendidikan yang
berkaitan dengan pelaksanaan bimbingan praktek
(9) Memeriksa, mengoreksi dan memberikan umpan balik
asuhan keperawatan yang telah dibuat pada evaluasi
keterampilan
(10) Membimbing mahasiswa dengan tindakan keperawatan
untuk memenuhi kebutuhan klien (Nursalam, 2014).
Evaluasi bimbingan terhadap peserta didik, dilakukan
selama peserta didik menjalani PKK, meliputi :
(1) Partisipasi dalam pre dan post conference
(2) Kegiatan harian oleh pembimbing pendidikan dan
pembimbing kliinik rumah sakit
(3) Laporan asuhan keperawatan oleh pembimbing
pendidikan
(4) Seminar oleh pembimbing pendidikan
(5) Makalah atau jurnal oleh pembimbing pendidikan
(Nursalam, 2014).
b) Kepuasan Kerja Karyawan
Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah
membandingkan kinerja atau hasil yang ia rasakan
dibandingkan dengan harapan (Sutono, 2001). Kepuasan
dipengaruhi oleh sumber daya pendidikan, pengetahuan, sikap,
gaya hidup, demografi, budaya, sosial ekonomi, keluarga dan
situasi yang dihadapi. Pada survey di Texas (Wandel et al,
1981), bahwa sebab utama ketidakpuasan adalah gaji yang
tidak setimpal, pekerjaan menulis yang terlalu banyak,
penunjang administrasi yang kurang dan kurangnya
pendidikan yang menunjang karir, hubungan yang buruk
dengan profesi lain, sulit mendapatkan jam dinas yang teratur,
akhirnya beberapa perawat meninggalkan rumah sakit dan
berhenti bekerja.
Wesley dan Yukl (1977), juga mengatakan bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja dari kondisi
sebenarnya adalah :
(1) Kompensasi
Sikap pekerja terhadap pembayaran yang diterimanya
setelah dia membandingkannya dengan rekan lain baik di
dalam maupun di luar organisasi tempat kerja.
(2) Supervisi
Tanggapan bawahan terhadap perilaku atasan di waktu
memberikan bimbingan.
(3) Pekerjaan itu sendiri
Signifikasi pekerjaan, umpan balik dari pekerjaan itu
sendiri (informasi langsung dan jelas diperoleh dari pekerja
atas efektifitas dan hasil kerjanya)
(4) Rekan sekerja
Perilakurekan sekerja terhadap individu pekerja lain.
(5) Keamanan kerja
Kepuasan pekerja dalam menduduki pekerjaannya selama
kerja, termasuk imbalan gaji, pinjaman, hari libur, fasilitas
kesehatan, pensiunan di hari depannya.
(6) Kesempatan pengembangan diri
Kesempatan untuk maju atau berprestasi dalam jenjang
karir. Menurut Djojodibroto (1977) untuk memperoleh
pelayanan asuhan keperawatan yang baik diperlukan staf
yang mempunyai dedikasi tinggi dan komitmen terhadap
tugas-tugas yang diberikan.
Disamping komitmen yang ada pada staf, diperlukan juga
kepuasan kerja yang akan mendorong staf melaksanakan
komitmennya itu secara baik. Kepuasan kerja karyawan dapat
mempengaruhi hasil mutu asuhan keperawatan yang diberikan.
Pekerjaan yang baik tentu harus mendapat imbalan yang
baik pula. Sistem penggajian pegawai RS haruslah :
(1) Memenuhi ketentuan upah minimum
(2) Sesuai dengan kemampuan anggaran RS
(3) Adil, merupakan pengakuan bahwa ada hubungan antara
imbalan jasa dengan pekerjaan yang dilakukan dan juga
dengan prestasi kerja untuk itu harus ada gaji dasar.
(4) Mampu mempertahankan tenaga yang baik
(5) Mampu menarik tenaga yang baik dari luar
(6) Sumber daya manusia/tenaga kerja (Nursalam, 2014).
Unsur terpenting dalam institusi RS, mutu pengelolaan
dan pelayanan RS dapat dipastikan akan rendah apabila mutu
tenaga kerja rendah. Cara meningkatkan mutu tenaga kerja
dapat ditempuh dengan cara:
(1) Penempatan tenaga yang sesuai
(2) Pemberian penghargaan yang wajar berdasar prestasi kerja
(3) Hubungan kerja yang manusiawi
(4) Adanya usaha untuk peningkatan mutu SDM
(5) Kejelasan siapa atasan fungsional dan siapa atasan
structural (Nursalam, 2014).
c) Kinerja Klinis Perawat
Kinerja Klinis Perawat dapat dilihat dari kejadian infeksi
nosokomial, jumlah pasien dekubitus, infeksi jarum infus, dan
kejadian pasien jatuh. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang
diperoleh ketika seseorang dirawat di rumah sakit atau infeksi
yang didapat selama perawatan di rumah sakit tanpa adanya
tanda-tanda infeksi sebelumnya, dan minimal terjadi selama 48
jam sesudah masuknya kuman (Nursalam, 2014).
Waktu mulai dirawat tidak ditemukan tanda-tanda infeksi
dan tidak sedang masa inkubasi infeksi tersebut. Infeksi terjadi
setelah pasien dengan masa perawatan lebih lama dari mas
inkubasinya (Nursalam, 2014).
Infeksi nosokomial ini dapat menyebar melalui beberapa
jalur, yaitu: jalur kontak, jalur droplet, dan jalur debu. Jalur
kontak dibagi 2 yaitu jalur kontak langsung dan jalur kontak
tidak langsung. Kontak langsung adalah adanya kontak fisik
langsung antara pusat infeksi dengan pusat penjamu.
Sedangkan kontak tidak langsung antar jalur penyebaran yang
paling sering, misalnya melalui tangan perawat, alat medis
atau darah (Depkes RI, 2010).
d) Pelaksanaan 9 patient safety
Solusi keselamatan pasien merupakan suatu system atau
intervensi yang dibuat, mampu mencegah atau mengurangi
cedera pasien yang berasal dari proses pelayanan kesehatan.
Sembilan solusi ini merupakan panduan yang bermanfaat
membantu rumah sakit, memperbaiki prose asuhan pasien,
guna menghindari cedera maupun kematian yang dapat
dicegah.Solusi live saving keselamatan pasien rumah sakit
meliputi :
(1) Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (NORUM)
(Look-Alike, Sound Alike, Medication Names).
Nama obat, rupa dan ucapan mirip, yang
membinggungkan staff pelaksana adalah salah satu
penyebab yang paling sering dalam kesalahan obat
(Medication Error) dan ini merupakan satu keprihatinan di
seluruh dunia. Dengan puluhan ribu oabat yang ada saat
ini di pasar, maka sangat signifikan potensi terjadinya
kesalahan akibat binggung terhadap nama merk atau
generic serta kemasan. Solusi NORUM ditekankan pada
penggunaan protokol untuk pengurangan resiko dan
memastikan terbacanya resep, label atau perintah yang
dicetak lebih dulu, Mupun pembuatan resep secara
elektronik (Nursalam, 2014).
(2) Pastikan identifikasi pasien
Kegagalan yang meluas, dan terus manerus untuk
mengidentifikasi pasien secara benar sering mengarah
pada kesalahan pengobatan, transfuse maupun
pemeriksaan; penyerahan bayi kepada bukan keluarganya,
dsb (Nursalam, 2014).
Rekomendasi ditekankan kepada metode untuk verifikasi
terhadap identitas pasien, termasuk keterlibatan pasien
dalam proses ini, standarisasi dalam metode identifikasi di
semua rumah sakit dalam suatu system layanan kesehatan
dan partisipasi pasien dalam konfirmasi ini, serta
penggunaan protocol untuk membedakan identifikasi
pasien dengan nama yang sama (Nursalam, 2014).
(3) Komunikasi secara benar saat handover /pengoperan
pasien
Kesenjangan dalam komunikasi saat handover
/pengoperan pasien antar unit-unit pelayanan, dan di
dalam serta antar tim pelayanan, bisa mengakibatkan
terputusnya kesinambungan layanan, pengobatan yang
tidak tepat dan potensial yang dapat mengakibatkan cedera
terhadap pada pasien (Nursalam, 2014).
Rekomendasi ditujukan untuk mempebaiki handover
termasuk penggunaan protocol untuk mengkomunikasikan
informasi yang bersifat kritis; memberikan kesempatan
bagi para praktisi untuk bertanya dan menyampaikan
pertanyaan-pertanyaan pada saat handover dan melibatkan
para pasien serta keluarga dalam proses handover
(Nursalam, 2014).
(4) Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar.
Penyimpangan pada hal ini selanjutnya sepenuhnya dapat
dicegah. Kasus-kasus dengan pelaksanaan prosedur yang
keliru atau pembedahan sisi tubuh yang salah sebagian
besar adalah akibat dari kesalahan dalam berkomunikasi
dan tidak adanya informasi atau informasinya tidak benar.
Faktor yang paling banyak kontribusinya terhadap
kesalahan-kesalahan adalah tidak ada atau kurangnya
proses pra bedah yang distandarisasi(Nursalam, 2014).
Rekomendasinya adalah untuk mencegah jenis-jenis
kekeliruhan yang tergantung pada pelaksanaan proses
verifikasi pra pembedahan; pemberian tanda pada sisi
yang akan dibedah oleh petugas yang akan melaksanakan
prosedur, dan adanya tim yang terlibat dalam prosedur
untuk mengkonfirmasikan identitas pasien, prosedur dan
sisi yang akan dibedah(Nursalam, 2014).
(5) Kendalikan cairan elektrolit pekat (concentrated)
Sementara obat-obatan, biologis, vaksin dan kontras
memiliki profil resiko, cairan elektrolit pekat yang
digunakan untuk injeksi khususnya adalah
berbahaya(Nursalam, 2014).
Rekomendasinya adalah membuat standarisasi dari dosis
untuk unit ukuran dan sitilah; dan pencegahan atas campur
aduk atau bunging tentang cairan elektrolit pekat yang
spesifik(Nursalam, 2014).
(6) Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan
pelayanan
Obat dianggap racun oleh sebagian besar manusia.
Kesalahan medikasi terjadi paling sering pada saat transisi
atau pengalihan. Rekonsiliasi (penuntasan perbedaan)
medikasi adalah suatu proses yang di desain untuk
mencegah salah obat (medication error) pada titik-titik
transisi paisen (Nursalam, 2014).
Rekomendasinya adalah menciptakan suatu data yang
paling lengkap dan akurat dari seluruh medikasi yang
sedang diterima pasien. Juga disebut sebagai “Home
Medication List”, sebagai perbandingan dengan daftar saat
administrasi, penyerahan dan atau perintah pemulangan
bilamana menuliskan perintah medikasi; dan
komunikasikan data tersebut kepada petugas layanan yang
berikut dimana pasien akan ditransfer atau dilepaskan.
(7) Hindari salah kateter dan salah sambung selang (Tube)
Kateter merupakan salah satu alat medis yang prinsip
pemakaiannya adalah steril. Selang kateter dan spuit yang
digunakan harus didesain sedemikian rupa agar mencegah
kemungkinan terjadinya kejadian tidak diharapkan yang
bisa menyebabkan cedera atas pasien melalui
penyambungan spuit dan selang yang salah, serta
memberikan medikasi atau cairan melalui jalur yang
keliru(Nursalam, 2014).
Rekomendasinya adalah menganjurkan perlunya perhatian
atas medikasi serta pemberian makan (misanya selang
yang benar), dan bilamana menyambung alat-alat kepada
pasien (misalnya menggunakan sambungan dan selang
yang benat)(Nursalam, 2014).
(8) Gunakan alat injeksi sekali pakai
Banyak penyakit baru yang bermunculan di Indonesia.
Salah satu keprihatinan global yang terbesar adalah
penyebaran dari HIV, HBV, dan HCV yang diakibatkan
oleh pakai ulang (reuse) dari jarum suntik (Nursalam,
2014).
Rekomendasinya adalah perlunya melarang pakai ulang,
jarum difasilitas pelayanan kesehatan; pelatihan periodik
para petugas dilembaga-lembaga layanan kesehatan
khususnya tentang prinsip-prinsip pengendalian infeksi,
edukasi terhadap pasien dan keluarga mengenai penularan
infeksi melalui darah; dan pemakaian jarum sekali pakai
(Nursalam, 2014).
(9) Tingkatkan kebersihan tangan (Hand Hygiene) untuk
mencegah infeksi nosokomial.
Tangan merupakan anggota tubuh yang sering kontak
dengan obyek di sekitar kita termasuk antar manusia.
Diperkirakan bahwa setiap saat lebih dari 1,4 juta orang
diseluruh dunia menderita infeksi yang diperoleh dari
rumah sakit. Kebersihan tangan yang efektif merupakan
suatu ukuran preventif yang primer untuk menghindari
masalah infeksi nosokomial(Nursalam, 2014).
Rekomendasinya adalah menganjurkan implementasi
penggunaan cairah alkohol ”base hand rubs”, yang
tersedia pada titik-titik pelayanan pasien, tersedinya
sumber air pada semua kran, pendidikan staf mengenai
teknik kebersihan tangan yang benar”, petunjuk
mengingatkan pengguanaan tangan bersih di tempat kerja;
dan pngukuran kepatuhan penerapan kebersihan tangan
melalui pemantauan atau observasi dan teknik-teknik yang
lain(Nursalam, 2014).
e) Komunikasi Terapeutik
Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan
perilaku dan memungkinkan individu untuk berhubungan
dengan orang lain dan dunia sekitarnya. Menurut Potter dan
Perry (2005) komunikasi terjadi pada tiga tingkatan yaitu
intrapersonal, interpersonal dan publik. Komunikasi
interpersonal yang sehat memungkinkan penyelesaian
masalah, berbagai ide, pengambilan keputusan, dan
pertumbuhan personal.
Dalam proses komunikasi melibatkan suatu lingkungan
internal dan eksternal dimanapun komunikasi itu terjadi.
Lingkungan internal meliputi: nilai-nilai, kepercayaan,
temperamen, dan tingkat stress pengirim pesan maupun
penerima pesan, sedangkan faktor eksternal meliputi: keadaan
cuaca, suhu, faktor kekuasaan, dan waktu. Kedua belah pihak
(pengirim dan penerima pesan) harus peka terhadap faktor
internal dan eksternal, seperti persepsi dari komunikasi yang
ditentukan oleh lingkungan eksternal yang ada (Potter dan
Perry, 2005).
Berikut ini merupakan gambaran bagaimana proses
komunikasi dipengaruhi oleh kedua faktor di atas:
Faktor Internal
KOMUNIKATOR
Faktor Eksternal
Tertulis
Verbal PESAN
Non-verbal
Faktor Internal
KOMUNIKAN
Faktor Eksternal
g. Komunikasi Terapeutik
1) Pengertian
Komunikasi dalam keperawatan disebut dengan komunikasi
terapeutik, dalam hal ini komunikasi yang dilakukan oleh seorang
perawat pada saat melakukan intervensi keperawatan harus mampu
memberikan khasiat terapi bagi proses penyembuhan pasien. Oleh
karenanya seorang perawat harus meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan aplikatif komunikasi terapeutik agar kebutuhan dan
kepuasan pasien dapat dipenuhi Mundakir (2006).
Mundakir (2008) menyatakan komunikasi terapeutik adalah
suatu pengalaman bersama antara perawat-klien yang bertujuan
untuk menyelesaikan masalah klien. Maksud komunikasi adalah
mempengaruhi perilaku orang lain.
Dari beberapa pengertian diatas dapat dipahami bahwa
komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang memiliki makna
terapeutik bagi klien dan dilakukan oleh perawat (helper) untuk
membantu klien mencapai kembali kondisi yang adaptif dan positif.
2) Tujuan
Mundakir (2006) menyatakan bahwa komunikasi terapeutik
dilaksanakan dengan tujuan :
a) Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban
perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk
mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal-hal
yang diperlukan.
b) Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil
tindakan yang efektif dan mempertahankan kekuatan egonya.
c) Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri
dalam hal meningkatkan derajat kesehatan.
d) Mempererat hubungan atau interaksi antara klien dengan
terapis (tenaga kesehatan) secara profesional dan proposional
dalam rangka membantu penyelesaian masalah klien.
3) Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik
Nurjanah (2011) komunikasi terapeutik meningkatkan
pemahaman dan membantu terbentuknya hubungan yang
konstruktif diantara perawat-klien. Tidak seperti komunikasi sosial,
komunikasi terapeutik mempunyai tujuan untuk membantu klien
mencapai suatu tujuan dalam asuhan keperawatan. Oleh karenanya
sangat penting bagi perawat untuk memahami prinsip dasar
komunikasi terapeutik berikut ini:
a) Hubungan perawat dan klien adalah hubungan terapeutik yang
saling menguntungkan, didasarkan pada prinsip ‘humanity of
nurses and clients’. Hubungan ini tidak hanya sekedar
hubungan seorang penolong (helper/perawat) dengan kliennya,
tetapi hubungan antara manusia yang bermartabat.
b) Perawat harus menghargai keunikan klien, menghargai
perbedaan karakter, memahami perasaan dan perilaku klien
dengan melihat perbedaan latar belakang keluarga, budaya, dan
keunikan setiap individu.
c) Semua komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga
diri pemberi maupun penerima pesan, dalam hal ini perawat
harus mampu menjaga harga dirinya dan harga diri klien.
d) Komunikasi yang menciptakan tumbuhnya hubungan saling
percaya (trust) harus dicapai terlebih dahulu sebelum
menggali permasalahan dan memberikan alternatif pemecahan
masalah. Hubungan saling percaya antara perawat dan klien
adalah kunci dari komunikasi terapeutik.
4) Faktor yang Berhubungan dengan Proses Komunikasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi baik baik
sebagai faktor pendukung maupun penghambat terjadinya
komunikasi yang efektif tidak lepas unsur-unsur yang terdapat
dalam proses komunikasi, yaitu :
a) Faktor Sumber Pesan
Berkualitas tidaknya komunikasi seseorang bisa dilihat dari
sumber informasi/pesan yang disampaikan.
b) Faktor Komunikator
Sebagai pelaku aktif dalam komunikasi, peran komunikator
sangatlah vital. Komunikasi dapat berjalan dengan lancar dan
efektif karena faktor komunikator.
c) Faktor Pesan
Faktor pesan berkaitan dengan teknik penyampaian pesan,
bentuk pesan, pesan sesuai kebutuhan, kejelasan dan isi pesan.
d) Faktor Media
Penggunaan media atau saluran sangatlah menentukan
kelangsungan komunikasi. Media atau saluran yang terlibat
langsung dalam proses komunikasi disini sebagai mana
disampaikan oleh Kariyoso (1994) dalam Mundakir (2006)
adalah alat/sarana yang dilalui oleh suara, antara lain: mata,
hidung, otak, tangan,dan telinga.
e) Faktor Umpan Balik
Terjadinya umpan balik dalam proses komunikasi menandakan
komunikasi berjalan efektif.
f) Faktor Komunikan
Keberhasilan komunikasi tidak lepas dari peran dan pengaruh
komunikan.
g) Faktor Efek
Hasil atau efek dari komunikasi juga akan mempengaruhi
terjadinya komunikasi, seorang komunikator cenderung jemu
atau bosan untuk menyampaikan pesan berikutnya apabila
komunikasi yang telah dilakukan tidak menghasilkan damSAK
atau efek yang nyata.
5) Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi dalam Pelayanan
Keperawatan
Dalam melakukan proses komunikasi terdapat faktor yang
mempengaruhi isi pesan dan sikap penyampaian pesan. Faktor yang
mempengaruhinya yaitu :
a) Persepsi
Persepsi adalah pandangan pribadi seseorang terhadap suatu
kejadian atau peristiwa. Persepsi ini dibentuk oleh harapan atau
pengalaman. Perbedaan persepsi dapat mengakibatkan
terhambatnya komunikasi.
b) Nilai
Nilai adalah standar yang mempengaruhi perilaku, sehingga
penting bagi perawat untuk menyadari nilai sesorang. Perawat
perlu berusaha untuk mengetahui dan mengklarifikasi nilai
sehingga dapat membuat keputusan dan interaksi yang tepat
dengan klien.
c) Latar belakang sosial budaya
Bahasa dan gaya komunikasi akan sangat dipengaruhi oleh
faktor budaya. Perbedaan tempat biasanya beda bahasa dan
gaya yang digunakan terutama perbedaan intonasi yang
digunakan. Sehingga banyak terjadi kesalahpahaman
diantaranya. Misalnya pada gaya bahasa orang batak, dimana
orang batak terbiasa dengan gaya bahasa yang keras.
Sedangkan gaya bahasa orang jawa tengah cenderung lemah
lembut. Perbedaan seperti ini akan menimbulkan daya tangkap
atas pesan yang disampaikan menjadi berbeda pula.
d) Emosi
Emosi merupakan perasaan subyektif terhadap suatu kejadian.
Emosi seperti marah, sedih, senang akan dapat mempengaruhi
perawat dalam berkomunikasi dengan orang lain. Perawat perlu
mengkaji emosi klien dan keluarganya sehingga perawat
mampu memberikan asuhan keperawatan dengan tepat. Selain
itu juga perlu mengevaluasi emosi yang ada pada dirinya agar
dalam melakukan asuhan keperawatan tidak terpengaruh oleh
emosi.
e) Jenis Kelamin
Perbedaan jenis kelamin mempunyai gaya komunikasi yang
berbeda-beda. Wanita lebih melekat dengan gaya komunikasi
yang lembut. Sedangkan laki-laki biasanya lebih keras dalam
berkomunikasi.
f) Pengetahuan
Tingkat pengetahuan akan mempengaruhi komunikasi yang
dilakukan. Seseorang yang tingkat pengetahuannya rendah
akan sulit berespon terhadap pertanyaan yang mengandung
bahasa verbal dengan tingkat pengetahuan yang lebih tinggi.
Sehingga harus ada kesesuaian pengetahuan antara kedua belah
pihak untuk mendapatkan komunikasi yang interaktif.
g) Peran dan Hubungan
Gaya komunikasi sesuai dengan peran dan hubungan diantara
orang yang berkomunikasi. Cara komunikasi seorang perawat
dengan koleganya dengan cara komunikasi seorang perawat
kepada klien akan berbeda tergantung perannya.
h) Lingkungan
Lingkungan interaksi akan mempengaruhi komunikasi yang
efektif. Misalnya suasana yang bising, akan sangat
mengganggu dalam kenyamanan dalam berkomunikasi.
i) Jarak
Jarak dapat mempengaruhi komunikasi antara pasien dengan
perawat. Jarak tertentu dapat menyediakan rasa aman dan
kontrol pasien. Hal ini dialami oleh pasien pada saat pertama
kali berinteraksi dengan perawat, untuk itu perawat perlu
memperhitungkan jarak yang tepat pada saat melakukan
hubungan dengan klien. Jarak tepat untuk melakukan
komunikasi agar terjadinya kontak mata atau sentuhan adalah
45,5 cm. Jarak untuk melakukan komunikasi personal secara
umum adalah 45,5 – 120 cm.
j) Kepribadian
Kemampuan untuk melakukan komunikasi dengan pasien
sampai batas tertentu ditentukan oleh kepribadian seseorang,
karena berkomunikasi dengan klien membutuhkan tingkat
empati tertentu serta kemampuan untuk melihat masalah dari
pandangan klien.
Sosiolog Giddens (1984) dalam Ellis (2000) menyatakan
interaksi perawat dengan pengguna pelayanan kesehatan
dikendalikan sebagian oleh atribut pribadi dari semua pihak
terlibat, misalnya sikap, kepribadian dan intelektualitasnya.
Suryabrata (2002), yang menyatakan bahwa dalam
berinteraksi dengan orang lain, orang ekstrovert cenderung
terbuka, mudah bergaul, hubungan dengan orang lain lancar,
aktif, dinamis, ramah dan hangat. Sedangkan orang introvert
cenderung pendiam sukar diselami, tidak mudah dan tidak
suka bergaul, suka terencana, menarik diri, tertutup dan pasif.
h. Tahapan Hubungan Komunikasi Terapeutik
Dalam Potter & Perry, 2005 komunikasi terapeutik ada empat
tahap, dimana pada setiap tahap mempuyai tugas yang harus
diselesaikan.
1) Fase Preinteraksi
Preinteraksi dimulai sebelum kontrak pertama dengan klien.
Perawat idealnya mengulangi informasi mengenai klien.
Informasi ini meliputi riwayat keperawatan atau medis, entri
dalam catatan perawat mengenai catatan medis, atau diskusi
dengan perawat lainnya yang merawat klien. perawat mulai untuk
mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan diri dan
menganalisa kekuatan z hubungan perawat–klien selanjutnya.
Fase orientasi sangat penting dan seringkali ditandai dengan
ketidakpastian dan eksplorasi.
Pada fase ini perawat melakukan kegiatan berikut : memberi
salam dan tersenyum kepada klien, melakukan validasi (kognitif,
psikomotor, aktif), memperkenalkan nama perawat, menayakan
nama kesukaan klien, membuat kontak timbal balik, menjelaskan
kegiatan yang akan dilakukan, menjelaskan waktu yang
dibutuhkan untuk melakukan kegiatan, menjelaskan kerahasiaan.
2) Fase Bekerja
Selama fase bekerja dari hubungan yang membantu, perawatan
berupaya untuk mencapai tujuan selama fase orientasi. Perawat
dan klien saling bekerja sama. Hubungan berkembang dan
menjadi lebih fleksibel ketika klien dan perawat memiliki
keinginan untuk berbagi perasaan dan mendiskusikan masalah.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti konfrontasi,
yaitu perawat membuat klien sadar inkonsistensi dalam tingkah
laku atau pemikiran yang berhubungan dengan pemahaman diri.
Kesiapan, yang dimaksudkan disini adalah perawat memfokuskan
interaksi pada situasi sekarang antara perawat dan klien.
Pemaparan diri dimana perawat menunjukan pengalaman,
pemikiran ide, nilai atau perasaan personal dalam konteks
hubungan. Dan, memadukan komunikasi dengan keperawatan.
3) Fase terminasi
Pada fase terminasi bertujuan untuk mengakhiri hubungan dengan
memuaskan, meringkas prestasi dan mengulang kebutuhan yang
tidak terpenuhi atau perawatan lebih lanjut akan sangat
membantu. Yang dilakukan pada tahap ini meliputi
menyimpulkan hasil dari wawancara, tindak lanjut dengan klien,
melakukan kontrak (waktu,tempat dan topik) dan mengakhiri
wawancara dengan baik.
i. Sikap Dalam Melakukan Komunikasi Terapeutik
Egan (1975) dalam Mundakir (2006) telah menggambarkan lima
cara yang spesifik untuk menunjukkan kehadiran secara fisik ketika
melaksanakan komunikasi terapeutik, yang ia definisikan sebagai
sikap atas kehadiran atau keberadaan terhadap orang lain atau ketika
sedang berada dengan orang lain. Berikut adalah tindakan atau sikap
yang dilakukan ketika menunjukkan kehadiran secara fisik :
1) Berhadapan dengan lawan bicara
Dengan posisi ini perawat menyatakan kesiapannya (”saya siap
untuk anda”).
2) Sikap tubuh terbuka; kaki dan tangan terbuka (tidak bersilangan)
Sikap tubuh yang terbuka menunjukkan bahwa perawat bersedia
untuk mendukung terciptanya komunikasi.
3) Menunduk/memposisikan tubuh kearah/lebih dekat dengan lawan
bicara
Hal ini menunjukkan bahwa perawat bersiap untuk merespon
dalam komunikasi (berbicara-mendengar).
4) Pertahankan kontak mata, sejajar, dan natural
Dengan posisi mata sejajar perawat menunjukkan kesediaannya
untuk mempertahankan komunikasi.
5) Bersikap tenang
Akan lebih terlihat bila tidak terburu-buru saat berbicara dan
menggunakan gerakan/bahasa tubuh yang natural.
j. Teknik Komunikasi Terapeutik
Tiap klien tidak sama oleh karena itu diperlukan penerapan teknik
berkomunikasi yang berbeda pula. Teknik komunikasi berikut ini,
terutama penggunaan referensi dari Stuart & Sundeen (1987) dalam
Mundakir (2006), yaitu:
1) Mendengarkan dengan penuh perhatian
Berusaha mendengarkan klien menyampaikan pesan non-verbal
bahwa perawat perhatian terhadap kebutuhan dan masalah klien.
Mendengarkan dengan penuh perhatian merupakan upaya untuk
mengerti seluruh pesan verbal dan non-verbal yang sedang
dikomunikasikan.
2) Menunjukkan penerimaan
Menerima tidak berarti menyetujui. Menerima berarti bersedia
untuk mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan
atau tidak setuju. Tentu saja sebagai perawat kita tidak harus
menerima semua perilaku klien. Perawat sebaiknya
menghindarkan ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang
menunjukkan tidak setuju, seperti mengerutkan kening atau
menggelengkan kepala seakan tidak percaya.
3) Menanyakan pertanyaan yang berkaitan.
Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan informasi
yang spesifik mengenai klien. Paling baik jika pertanyaan
dikaitkan dengan topik yang dibicarakan dan gunakan kata-kata
dalam konteks sosial budaya klien. Selama pengkajian ajukan
pertanyaan secara berurutan.
4) Mengulang ucapan klien dengan menggunakan kata-kata sendiri.
Dengan mengulang kembali ucapan klien, perawat memberikan
umpan balik sehingga klien mengetahui bahwa pesannya
dimengerti dan mengharapkan komunikasi berlanjut.
5) Klarifikasi
Apabila terjadi kesalahpahaman, perawat perlu menghentikan
pembicaraan untuk mengklarifikasi dengan menyamakan
pengertian, karena informasi sangat penting dalam memberikan
pelayanan keperawatan. Agar pesan dapat sampai dengan benar,
perawat perlu memberikan contoh yang konkrit dan mudah
dimengerti klien.
6) Memfokuskan
Metode ini dilakukan dengan tujuan membatasi bahan
pembicaraan sehingga lebih spesifik dan dimengerti. Perawat
tidak seharusnya memutus pembicaraan klien ketika
menyampaikan masalah yang penting, kecuali jika pembicaraan
berlanjut tanpa informasi yang baru.
7) Menyampaikan hasil observasi
Perawat perlu memberikan umpan balik kepada klien dengan
menyatakan hasil pengamatannya, sehingga dapat diketahui
apakah pesan diterima dengan benar. Perawat menguraikan kesan
yang ditimbulkan oleh syarat non-verbal klien. Menyampaikan
hasil pengamatan perawat sering membuat klien berkomunikasi
lebih jelas tanpa harus bertambah memfokuskan atau
mengklarifikasi pesan.
8) Menawarkan informasi
Memberikan tambahan informasi merupakan pendidikan
kesehatan bagi klien. Selain ini akan menambah rasa percaya
klien terhadap perawat. Apabila ada informasi yang ditutupi oleh
dokter, perawat perlu mengklarifikasi alasannya. Perawat tidak
boleh memberikan nasehat kepada klien ketika memberikan
informasi, tetapi memfasilitasi klien untuk membuat keputusan.
9) Diam
Diam memungkinkan klien untuk berkomunikasi terhadap dirinya
sendiri, mengorganisir pikirannya, dan memproses informasi.
Diam memungkinkan klien untuk berkomunikasi terhadap dirinya
sendiri, mengorganisir pikirannya, dan memproses informasi.
Diam terutama berguna pada saat klien harus mengambil
keputusan.
10) Meringkas
Meringkas adalah pengulangan ide utama yang telah
dikomunikasikan secara singkat. Metode ono bermanfaat untuk
membantu topik yang telah dibahas sebelum meneruskan pada
pembicaraan berikutnya. Meringkas pembicaraan membantu
perawat mengulang aspek penting dalam interaksinya, sehingga
dapat melanjutkan pembicaraan dengan topik yang berkaitan.
11) Memberikan penghargaan
Memberi salam pada klien dengan menyebut namanya,
menunjukkan kesadaran tentang perubahan yang terjadi
menghargai klien sebagai manusia seutuhnya yang mempunyai
hak dan tanggung jawab atas dirinya sendiri sebagai individu.
Penghargaan tersebut jangan sampai menjadi beban baginya,
dalam arti kata jangan sampai klien berusaha keras dan
melakukan segalanya demi mendapatkan pujian atau persetujuan
atas perbuatannya. Dan tidak pula dimaksudkan untuk
menyatakan bahwa ini “bagus” dan yang sebaliknya “buruk”.
Perlu mengatakan “Apabila klien mencapai sesuatu yang nyata,
maka perawat dapat mengatakan demikian.”
12) Menawarkan diri
Klien mungkin belum siap untuk berkomunikasi secara verbal
dengan orang lain atau klien tidak mampu untuk membuat dirinya
dimengerti. Seringkali perawat hanya menawarkan kehadirannya,
rasa tertarik, teknik komunikasi ini harus dilakukan tanpa pamrih.
13) Memberi kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan.
Memberi kesempatan pada klien untuk berinisiatif dalam memilih
topik pembicaraan. Biarkan klien yang merasa ragu-ragu dan
tidak pasti tentang peranannya dalam interaksi ini perawat dapat
menstimulasinya untuk mengambil inisiatif dan merasakan bahwa
ia diharapkan untuk membuka pembicaraan.
14) Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan
Teknik ini menganjurkan klien untuk mengarahkan hampir
seluruh pembicaraan yang mengindikasikan bahwa klien sedang
mengikuti apa yang sedang dibicarakan dan tertarik dengan apa
yang akan dibicarakan selanjutnya. Perawat lebih berusaha untuk
menafsirkan dari pada mengarahkan diskusi/pembicaraan.
15) Menempatkan kejadian secara teratur
Menempatkan suatu kejadian secara teratur akan menolong
perawat dan klien untuk melihatnya dalam suatu perspektif.
Kelanjutan dari suatu kejadian secara teratur akan menolong
perawat dan klien untuk melihat kejadian berikutnya sebagai
akibat kejadian yang pertama. Perawat akan dapat menentukan
pola kesukaran interpersonal dan memberikan data tentang
pengalaman yang memuaskan dan berarti bagi klien dalam
memenuhi kebutuhannya.
16) Menganjurkan klien untuk menguraikan persepsinya
Apabila perawat ingin mengerti klien, maka ia harus melihat
segala sesungguhnya dari perspektif klien. Klien harus merasa
bebas untuk menguraikan persepsinya kepada perawat. Ketika
menceritakan pengalamannya, perawat harus waspada akan
timbulnya gejala ansietas.
17) Refleksi
Refleksi menganjurkan klien untuk mengemukakan dan
menerima ide dan perasaannya sebagai bagian dari dirinya
sendiri. Apabila klien bertanya apa yang harus ia pikirkan dan
kerjakan atau rasakan maka perawat dapat menjawab:
“Bagaimana menurutmu?” atau “Bagaimana perasaanmu?”.
Dengan demikian perawat mengindikasikan bahwa pendapat klien
adalah berharga dan klien mempunyai hak untuk mampu
melakukan hal tersebut, maka iapun akan berpikir bahwa dirinya
adalah manusia yang mempunyai kapasitas dan kemampuan
sebagai individu yang terintegrasi dan bukan sebagai bagian dari
orang lain.
k. Hubungan Terapeutik Perawat-Klien
Hubungan perawat-klien merupakan proses dimana perawat
sebagai helper (penolong) mengintervensi kehidupan klien dan
membantu klien untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Menjalin
hubungan yang baik antara perawat dan klien mutlak diperlukan dalam
upaya memperlancar pelaksanaan tugas perawat dan klien saat
berlangsungnya pelayanan kesehatan. Hubungan inilah yang paling
dikenal dengan hubungan terapeutik.
Hubungan perawat klien yang terapeutik bisa terwujud dengan
adanya interaksi yang terapeutik dari keduanya. Dalam hal ini
komunikasi yang menjadi sarananya. Dimana komunikasi ini adalah
sarana yang sangat efektif dalam memudahkan perawat membangun
suatu interaksi dengan klien sehingga dapat melaksanakan peran dan
fungsinya dengan baik.
1) Pengertian Hubungan Terapeutik
Yaitu perawat memaksimalkan ketrampilan komunikasi,
pemahaman tingkah laku manusia dan kekuatan pribadi untuk
meningkatkan pertumbuhan pribadi klien. Ketrampilan komunikasi
dan pengetahuan dari tahap dan fenomena yang terjadi dalam
hubungan terapeutik merupakan alat yang penting sekali dalam
pembentukan dan pemeliharaan hubungan, kebutuhan dari klien
diidentifikasi dan pendekatan alternatif penyelesaian masalah
dibuat serta ketrampilan koping baru mungkin dikembangkan.
Disebutkan pula empat tindakan yang harus diambil diantara
perawat dan klien:
a) Tindakan diawali oleh perawat
b) Respon reaksi dari klien
c) Interaksi dimana perawat dan klien mengkaji kebutuhan klien
dan tujuan
Transaksi dimana hubungan timbal balik pada akhirnya dibangun
untuk mencapai tujuan hubungan.
2) Tujuan Hubungan Terapeutik
Suryani (2005) tujuan hubungan terapeutik yaitu:
a) Kesadaran diri, penerimaan diri, dan meningkatnya
kehormatan diri. Identitas pribadi yang jelas dan
meningkatnya integritas pribadi.
b) Kemampuan untuk membentuk suatu keintiman, saling
ketergantungan, hubungan interpersonal dengan kapasitas
memberi dan menerima cinta.
c) Mendorong fungsi dan meningkatkan kemampuan terhadap
kebutuhan yang memuaskan dan mencapai tujuan pribadi
yang realistik.
3) Pengertian universal precautions
Universal precautions adalah tindakan pengendalian infeksi
sederhana yang digunakan oleh seluruh petugas kesehatan, untuk
semua pasien, setiap saat, pada semua tempat pelayanan dalam
rangka mengurangi resiko penyebaran infeksi.
Universal precautions perlu diterapkan dengan tujuan untuk :
a) Mengendalikan infeksi secara konsisten
b) Memastikan standar adekuat bagi mereka yang tidak di
diagnosis atau tidak terlihat seperti beresiko
c) Mengurangi risiko bagi petugas kesehatan dan pasien
d) Asumsi bahwa risiko atau infeksi berbahaya
e) Lingkup universal precautions
Universal precautions meliputi:
a) Pengelolaan alat kesehatan habis pakai
b) Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
c) Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung
tangan untuk mencegah kontak dengan darah serta cairan
infeksius yang lain.
d) Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
e) Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan
f) Desinfeksi dan sterilisasi untuk alat yang digunakan ulang
g) Pengelolaan linen
Penggunaan universal precautions dilakukan:
a) Jika semua pasien diperlakukan seperti mereka memiliki
virus yang menyebar melalui darah
b) Jika tidak diperlukan perlindungan ekstra apabila seorang
pasien di diagnosis dengan hepatitis B, HIV, atau hepatitis C.
c) Jika perlindungan ekstra hanya diperlukan ketika pasien
diketahui atau diduga terinfeksi oleh virus atau menyebar
melalui droplet, udara, atau rute kontak transmisi.
d) Penggunaan pelindung (barrier) fisik, mekanik, atau kimiawi
diantara mikroorganisme dan individu, misalnya ketika
pemeriksaan kehamilan, pasien rawat inap, petugas pelyanan
kesehatan. Pelindung merupakan alat yang sangat efektif
untuk mencegah penularan infeksi (barrier membantu
memutuskan rantai penyebaran penyakit).
Pelaksanaan universal precautions yang baku adalah:
a) Setiap orang (pasien atau petugas kesehatan) sangat
berpotensi meningkatkan infeksi
b) Cuci tangan
c) pakai sarung tangan (kedua tangan) sebelum menyentuh kulit
yang terluka, mukosa, darah , bagian tubuh lain, instrument
yang kotor, sampah yang terkontaminasi, dan sebelum
melakukan prosedur invasive
d) Gunakan alat pelindung diri (kacamata pelindung, masker
muka dan celemek) untuk mencegah kemungkinan percikan
dari tubuh (sekresi dan ekskresi) yang muncrat dan tumpah
(misalnya saat membersihkan instrumens dan benda lainnya)
e) Gunakan antiseptic untuk membersihkan selaput lendir
sebelum pembedahan, pembersihan luka, atau pencucian
tangan sebelum operasi dengan antiseptic berbahan alcohol.
f) Gunakan praktik keselamatan kerja, misalnya jangan
menutup kembali jarum atau membengkokkan jarum setelah
digunakan, jangan menjahit dengan jarum tumpul
g) Pembuangan sampah infeksi ke tempat yang aman.
Pada akhirnya, untuk semua alat yang terkontaminasi dilakukan
dekontaminasi dan dibersihkan secara menyeluruh, kemudian
disterilkan atau didesinfeksi tingkat tinggi (DTT) dengan
menggunakan prosedur yang ada.
(1) Mencuci tangan
(a) Mencuci tangan harus selalu dilakukan sebelum dan
sesudah melakukan tindakan keperawatan walaupun
mamakai sarung tangan dan alat pelindung yang lain.
Tindakan ini penting untuk menghilangkan atau
mengurangi mikroorganisme yang ada di tangan
sehingga penyebaran infeksi dapat dikurangi dan
lingkungan kerja terjaga dari infeksi.
(b) Mencuci tangan tidak bisa digantikan oleh pemakaian
sarung tangan
(c) Cuci tangan harus selalu dilakukan sebelum dan sesudah
memakai sarung tangan
(d) Tiga cara mencuci tangan yang dilaksanakan sesuai
kebutuhan yaitu:
1. Cuci tangan higienis atau rutin, dilakukan untuk
mengurangi kotoran dan flora yang ada ditangan
dengan menggunakan sabun atau detergen
2. Cuci tangan aseptic, dilakukan sebelum melakukan
tindakan aseptic pada pasien dengan menggunakan
cairan antiseptic
3. Cuci tangan bedah, dilakukan sebelum melakukan
tindakan bedah dengan cara aseptic dengan
menggunakan cairan aseptic dan sikat steril.
Indikasi mencuci tangan: cuci tangan harus dilakukan pada
saat yang di antisipasi akan terjadi perpindahan kuman
melalui tangan yaitu:
(a) Sebelum melakukan tindakan, misalnya memulai
pekerjaan (baru tiba dikantor), saat akan memeriksa
(kontak langsung dengan klien),saat akan memakai
sarung tangan steril atau sarung tangan yang telah
didesinfeksi tingkt tinggi (DTT) untuk melakukan suatu
tindakan, saat akan memakai peralatan yang telah di
DTT, saat akan melakukan injeksi dan pemasangan
infuse, dan saat hendak pulang kerumah.
(b) Setelah melakukan tindakan yang dimungkinkan terjadi
pencemaran, misalnya setelah memeriksa pasien,setelah
memegang alat-alat bekas pakai dan bahan-bahan lain
yang berisiko terkontaminasi, setelah menyentuh
selaput mukosa,darah, atau cairan tubuh yang lain,
setelah membuka sarung tangan (cuci tangan setelah
membuka sarung tangan perlu dilakukan karena ada
kemungkinan sarung tangan robek atau berlubang),
setelah dari kamar kecil, setelah bersin atau batuk.
Mencuci tangan
(a) Tindakan paling penting dalam mencegah penyebaran
infeksi
(b) Pakai sabun dan air secara adekuat
(c) Gunakan alcohol tangan jika tidak ada air mengalir
(d) Keringkan tangan dengan handuk sekali Pakai atau
bersih
Prosedur mencuci tangan:
(a) Untuk mencuci tangan harus selalu diusahakan tersedia
sabun antiseptic dan air mengalir. Melepaskan benda
disekitar tangan (jam tangan, cincin, gelang, dan lain-
lain)
(b) Gunakan tissue untuk membuka keran air untuk untuk
menghindari tangan yang kotor mengkontaminasi
keran.
(c) Basahi tangan dan pergelangan tangan, kemudian
tuangkan lebih 5 cc sabun cair ditelaSAK tangan
(d) Menggosok dengan busa sabun semua permukaan
secara mekanik selama 15-30 detik dan dilanjutkan
dengan membilas pada air yang mengalir
(e) Keringkan tangan dengan alat pengering/handuk
kering.
(2) Pemakaian alat pelindung diri
(a) Sarung tangan, untuk mencegah perpindahan
mikroorganisme yang terdapat pada tangan petugas
kesehatan kepada pasien, dan mencegah kontak antara
tangan petugas dengan darah atau cairan tubuh pasien,
selaput lendir, luka, alat kesehatan, atau permukaan yang
terkontaminasi.
(b) Pelindung wajah (masker, kacamata,helm): untuk
mencegah kontak antara droplet dari mulut dan hidung
petugas yang mengandung mikroorganisme ke pasien,
dan mencegah kontak droplet/darah/cairan tubuh pasien
kepada petugas
(c) Penutup kepala: untuk mencegah kontak dengan
percikan darah atau cairan tubuh pasien
(d) Gaun pelindung (baju kerja atau celemek) : mencegah
kontak mikroorganisme dari pasien atau sebaliknya
(e) Sepatu pelindung: mencegah perlukaan kaki oleh benda
tajam yang terkontaminasi, juga terhadap darah dan
cairan tubuh lainnya.
(3) Pengelolaan alat kesehatan
Pengelolaan alat kesehatan dapat mencegah penyebaran
infeksi melalui alat kesehatan, atau menjamin alat tersebut
selalu dalam kondisi steril dan siap pakai. Pemilihan
pengelolaan alat tergantung pada kegunaan alat dan
berhubungan dengan tingkat resiko penyebaran infeksi.
Pengelolaan alat dilakukan melalui empat tahap:
1. Dekontaminasi
2. Pencucian
3. Sterilisasi atau DTT
4. Penyimpanan (Nursalam, 2014).
BAB III
HASIL PENGKAJIAN DAN PERENCANAAN
A. Profil Dan Gambaran Umum RSUD Panembahan Senopati Bantul
1. Gambaran Umum Rumah Sakit
a. Sejarah Rumah Sakit
Menurut sejarah rumah sakit berdiri sejak tahun 1953 sebagai
RS HO. Tahun 1957 resmi menjadi rumah sakit kabupaten dengan 60
tempat tidur dan tahun 1957 berkembang dengan jumlah kapasitas 90
tempat tidur. Pada tahun 1978, RSUD berstatus RS tipe D. Pada tahun
1993 sampai sekarang menjadi RS tipe C berdasarkan SK. Menkes.RI
No.202/MenKes/SK/11/1993, tanggal 26 Februari 1993 dan menjadi
RS swadana pada tanggal 1 Januari 2003. Rumah sakit umum daerah
berganti nama menjadi RSUD Panembahan Senopati mulai 29 Maret
2003. RSUD Panembahan senopati menjadi RS tipe B pendidikan
berdasarkan SK MenKes RI Nomor: 147/MenKes/SK/I/2007 pada
tanggal 31 Januari 2007. Selanjutnya, pada tahun 2009 menjadi Badan
Layanan Umum Daerah (BLUD) dan pada tahun 2010 telah lulus
akreditasi penuh tingkat lanjut (12 layanan). Sejak tanggal 22 Oktober
2018 s/d 21 Oktober 2021 RSUD Panembahan Senopati Bantul
terakreditasi paripurna dengan Nomor : KARS-SERT/105/X/2018.
Sesuai dengan rencana pembangunan jangka menengah
daerah kabupaten bantul tahun 2011-2015 dimana di dalamnya
tercantum strategis tentang kesehatan, anatara lain dibutuhkan
kebijakan layanan umum rumah sakit yang berupa badan layanan
umum daerah (BLUD), RSUD panembahan senopati bantul sudah
mengembangkan kegiatan yang tersusun dalam rencana Strategis
RSUD panembahan senopati bantul tahun 2007-2011 dan berdasarkan
keputusan Bupati Bantul Nomor 85 A Tahun 2010 tentang
poengesahan Visi, Misi, Tujuan, dan Moto Rumah Sakit Umum
Daerah Panembahan Senopati Bantul.
WC WC
R.
Mahasiswa
R.
Pertemuan
Kamar 6 Kamar 5 Kamar 4
R. Cuci R. Obat dan linen
Alat
Medika WC WC
:R.CS
Analisa :
Ruang Bougenvile merupakan ruang kelas tiga dimana ruangan ini
adalah ruangan bedah. Ruangan Bougenvile terletak dilantai 1, terdapat 24
tempat tidur yang setiap tempat tidur memiliki tiang infus masing-masing.
Memiliki 6 kamar mandi di dalam kamar pasien, 1 kamar mandi diluar, 1
kamar mandi untuk petugas kesehatan, di ruang Bougenvile juga memiliki
ruang obat, ruang ganti, ruang linen, ruang pertemuan, ruang cuci alat
medika, ruang jaga koas, ruang perawat, ruang pertemuan dan ruang
mahasiswa.
Ruangan Bougenvile berada dilokasi yang tenang, aman dan nyaman
untuk melakukan asuhan keperawatan. Ruang Bougenville terdiri dari 24
tempat tidur, meliputi klien laki-laki dan perempuan. Di sebelah utara
Ruang Bougenville berbatasan dengan Ruang ICU, di sebelah timur
terdapat taman dan berbatasan jalan keluar ke parkiran, di sebelah selatan
berbatasan dengan masjid At- Taqwa, laboratorium dan apotik sedangkan
sebelah barat berbatasan dengan ruang CSSD Rumah Sakit Panembahan
Senopati Bantul.
Penempatan jarak antar tempat tidur di ruang Bougenvile kurang
lebih 2 m, antar tempat tidur pasien dibatasi oleh tirai dengan rel terbenam
ke dinding. Pada setiap tempat tidur terpasang nurse call yang tersambung
ke nurse station dan memiliki bukaan jendela yang aman untuk ventilasi
alami dan pencahayaan.
Dapat disimpulkan persyaratan teknis bangunan dan prasarana
ruangan Bougenvile RSUD Panembahan Senopati Bantul sudah sesuai
dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun
2016 Tentang Persyaratan Teknis Bangunan Dan Prasarana Rumah Sakit.
Struktur Organisasi Ruang Rawat Inap Bougenville
KOORDINATOR RUANG
ETIK RATNANINGSIH, SST
NIP. 197903311998032001
ADMINISTRASI
KURNIAWATI AZIZAH
.
TEAM 1 TEAM 2 TEAM 3
PRIMARY NURSE PRIMARY NURSE PRIMARY NURSE
YUSRIFAH MAHARANI, S.Kep ELIS TRI SUSILAWATI, Amd.Kep TH PRITA AYUDYAH M, AMK
NIP. 198103152006042023 NIK. 1982081220100820112 NIK. 1983121520100820119
ASISTEN PERAWAT
TANTI ARIFAH
Tabel 3.1
Distribusi Jumlah Pasien di Ruang Bougenvile RSUD
Panembahan Senopati Bantul Bulan Februari 2021 – April 2021
Jenis Kelamin
No Bulan Jumlah Pasien
L P
1 Februari 182 97 85
200
150
JUMLAH PASIEN FEBRUARI
2021 - APRIL 2021
100
50
0
Februari Maret April
Analisa :
Tabel 3.2
Sepuluh Besar Penyakit Di Ruang Bougenvile RSUD
Panembahan Senopati Bantul Bulan Februari 2021- April
2021
No Penyakit Februari Maret April Jumlah Persentase
%
1 Calculus of ureter 5 8 8 21 9,3
2 Impacted teeth 8 10 9 27 11,8
3 Concussion 11 13 12 36 15,7
4 Hyperplasia of
11 8 9 28 12,3
prostat
5 Fracture of lower
12 10 11 33 14,5
and of radius
6 Fracture of
7 5 7 19 8,3
clavicle
7 Fracture of shaft
10 6 5 21 9,2
of tibia
8 Calculus of
2 3 3 8 3,5
kidneyl
9 Petrochanteric
5 7 3 15 6,6
fracture
10 Other appendicitis 7 6 7 20 8,8
Total 78 76 74 228 100
Sumber : Rekam Medik RSUD Panembahan Senopati Bantul Bulan Februari
2021-April 2021
Diagram 3.1
Sepuluh Besar Penyakit Di Ruang Bougenvile RSUD Panembahan
Senopati Bantul Bulan Februari - April 2021
10 Besar Penyakit
Calculus of ureter
Impacted teeth
9% 25%
4% 7% Concussion
12%
Hyperplasia of prostat
9% Fracture clavicle
16%
8% Fracture of shaft of tibia
Analisa :
Berdasarkan data yang diperoleh dari pengkajian ditemukan
bahwa selama bulan Agusutus 2021 – April 2021 terdapat 498 pasien
dan ditemukan ada 10 kasus-kasus yang menempati 10 besar
penyakit yang sering muncul diruang Bougenvile adalah Cidera
Kepala Ringan, Obstruksi Ureter,
Penentuan 10 sebesar penyakit yang telah kami lakukan
tidak menjadi tolak ukur dalam membuat Panduan Asuhan
Keperawatan, karena data yang kami gunakan hanya dalam jangka
waktu perawatan 3 bulan terakhir yaitu Februari 2021 – April 2021.
b. Ketenagaan
1) Kualitas
a) Kajian data pendidikan formal
Tenaga perawat di ruang Bougenvile berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.3
Distribusi Petugas Berdasarkan Pendidikan Formal Dan Pendidikan Non Formal Di Ruang Bougenvile RSUD Panembahan
Senopati Bantul
NAMA LAMA JENIS PELATIHAN YANG PERNAH
NO PENDIDIKAN JABATAN NIP/NIK
PERAWAT KERJA DIIKUTI
1. Etik D IV Kepala 197903311998032001 23 Tahun 1. Pelatihan CI 2013
Ratnaningsih, Keperawatan Ruang 2. Total service exelent 2014
SST KMB 3. PPGD s/d 2026
4. Pasien Safety 2015
5. Manajemen Kepala Ruang 2014
6. Pelatihan Peningkatan Peran Fungsi K3
RS 2016
7. CWCCA 2015
8. PPI Dasar 2016
9. Workshop Preceptorship 2016
10. Bimtek Penilaian Kinerja Perawat 2016
11. Pelatiha Komite Keperawatan 2017
12. Workshop Asuhan Keperawatan sesuai
SNARS Edisi 1 2019
13. Pelatihan Audit Keperawatan 2018
14. Pelatihan Precertorship 2019
15. Bimtek Peningkatan MUTU 2021
2. Elis Tri D III Primary 1982081220100820112 11 Tahun 1. PPGD s/d 2019
Susilawati, Keperawatan Nurse 2. PPI Lanjutan 2015
3. K3 2013
Amd. Kep 4. Managemen Nyeri 2016
5. PMKP 2018
6. Whorkshop Preceptorship 2016
7. CWCCA 2018
3. Yusrifah M, S1 Primary 198103152006042023 15 Tahun 1. PPGD s/d 2021
S.Kep Keperawatan Nurse 2. Pasien Safety 2014
3. K3 2014
4. CWCCA 2014
5. PPI dasar 2016
6. Workshop penulisan proposal penelitian bagi
perawat 2016
7. Whorkshop Preceptorship 2016
8. Pelatihan Perawatan Luka 2016
4. Ika Pambudi Ners Associate 198910052015042 6 Tahun 1. PPGD s / d 2022
Abriyani, S. Nurse 2. PPIdasar 2016
3. PMKP 2017
Kep., Ns
5. Ariesta Rahma DIII Associate 198608202015042 6 Tahun 1. PPGD s/ d 2025
Privandari, Keperawatan Nurse 2. Pasien Safety 2016
3. PPI 2017
Amd. Kep
6. Anis Utami Ners Associate 1992112320210120464 5 Bulan 1. PPGD s/d 2021
Rahmawati Nurse 2. PMKP 2019
S.Kep., Ns
7 Siti Rochani, DIII Associate 1989040520210120485 5 Bulan 1. PPGD s/d 2024
Amd. Kep Keperawatan Nurse 2. PMKP 2019
8. Widodo L, DIII Associate 19740101994021001 - 1. PPGD s/d 2024
Amd. Kep Keperawatan Nurse 2. Pasien safety
3. PPI
9. Dhona Wangi DIII Associate - - 1. PPGD s / d 2022
Kusumo, Amd. Keperawatan Nurse 2. PPIdasar 2016
3. PMKP 2017
Kep 4. K3 2018
10 Th Prita DIII Primary 1983121520100820119 - 1. PPGD s / d 2022
Ayudyah M, Keperawatan Nurse 2. PPIdasar 2016
3. PMKP 2017
Amk 4. Sevice exelent 2018
5. K3 2018
6. Precertorchi 2021
11 Puji Hartati, DIII Associate 196704141990022001 31 Tahun 1. PPGD s/d 2019
AMK Keperawatan Nurse 2. Pasien Safety 2017
3. Total excelent service 2015
4. Pelatihan TB DOTS dan TB MDR 2015
5. Pelatihan Kolaborasi TB HIV sesuai pedoman
Nasional 2015
6. PPI Dasar 2016
7. PMKP 2017
Analisa :
Berdasarkan perhitungan diatas didapat jumlah
tenaga sebanyak 16 orang ditambah 1 kepala ruangan
sehingga menjadi 17 orang perawat. Jadi kebutuhan tenaga
menurut Gilles adalah sebanyak 17 orang perawat. Hasil
perhitungan ini dapat digunakan untuk mewakili
perhitungan kebutuhan sesungguhnya mengingat data yang
digunakan adalah selama 3 bulan yaitu Februari 2021 –
April 2021 dan hal ini sesuai dengan tenaga perawat yang
berada di Ruang Rawat Inap Bougenvile.
b) Perhitungan Menurut Douglas
Tabel 3.4
Kebutuhan Perawat Menurut Shift Jaga
Di Ruang Rawat Inap Bougenvile
RSUD Penembahan Senopati Bantul Yogyakarta
Tgl 05 Mei 2021
Tabel 3.5
Kebutuhan Perawat Menurut Shift Jaga
Di Ruang Rawat Inap Bougenvile
RSUD Penembahan Senopati Bantul Yogyakarta
Tgl 6 Mei 2021
48+16x17 = 3,764
289
Kemudian untuk perhitungan tugas non
keparawatan diberikan kelonggaran 25% karena tugas
perawat juga ada yang berkaitan dengan administrasi.
Perhitungan tugas non keperawatan di ruang Bougenvile:
10+3,76x25% = 0,0344
100
Jadi jumlah tenaga keperawatan menurut Depkes, (2002):
tenaga yang tersedia+loss day+tugas non tetap yaitu
10+3,764+0,0344= 13,79 dibulatkan menjadi 14.
Hasil perhitungan ini dapat digunakan untuk
mewakili perhitungan kebutuhan kebutuhan sesungguhnya
mengingat data yang digunakan adalah data selama 3 bulan
terakhir yaitu Februari-April 2021.
Tabel 3.6
Hasil Perhitungan Kebutuhan Tenaga Keperawatan
Berdasarkan 4 Rumus Perhitungan Kebutuhan Tenaga
Di Ruang Rawat Inap Bougenvile RSUD Penembahan
Senopati Bantul Yogyakarta
Grafik 3.2
Kebutuhan Tenaga Perawat Di Ruang Bougenvile
RSUD Panembahan Senopati Bantul
Bulan Februari - April 2021
25
Hasil
20
15
Perawat tersedia 17 orang
10
0 Kebutuhan tenaga
Gillies Douglas DEPKES Thailand PPNI perawat di
dan
Bougenvile
Filipin
c. Kualitas Tenaga Keperawatan
Tenaga keperawatan di ruang Bougenvile berdasarkan
tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.7
Kualifikasi Pendidikan Formal Tenaga Keperawatan
Di Ruang Bougenvile RSUD Panembahan Senopati Bantul
Grafik 3.3
Kualifikasi Pendidikan Formal Tenaga Keperawatan
Di Ruang Bougenvile RSUD Panembahan Senopati Bantul
Analisa :
Berdasarkan tabel 3.12 diatas dapat dilihat bahwa tingkat
pendidikan formal perawat di ruang rawat Bougenvile, dengan
jenjang pendidikan tertinggi lulusan DIII Keperawatan sebanyak
11 orang (64,5% ), S1 Keperawatan Profesi Ners 4 orang
(23,5%), S1 Keperawatan 1 orang (6%), D IV Keperawatan 1
orang (6%),. Hal ini berarti sesuai dengan standar profesi yang
mana batas minimal dengan jenjang pendidikan adalah DIII.
d. Mahasiswa Praktik
Jumlah mahasiswa praktik 3 bulan terahir di ruang
Bougenvile RSUD Panembahan Senopati Bantul dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 3.8
Jumlah Mahasiswa Praktik Di Ruang Bougenvile bulan
Februari -Mei 2021
s
Sumber : Data Registrasi Mahasiswa Praktek Februari – Mei
2021
Analisa data:
Berdasarkan tabel 3.8 diatas dapat diketahui bahwa pada
bulan Februari - Mei 2021, jumlah Mahasiswa mayoritas berasal
dari Stikes Surya Global Yogyakarta dengan program studi S1
Profesi Ners sebanyak 14 mahasiswa. Rata-rata mahasiswa
perhari yang praktek pada ruang Bougenvile sebanyak 7
mahasiswa, dengan Jumlah CI dalam ruang Bougenvile dalam 1
harinya adalah sebanyak 2 perawat, dimana 1 orang CI
mengampu 4 Mahasiswa, jumlah tersebut sesuai dengan
ketentuan SNAR dengan perbandingan CI dan Mahasiswa
Praktikan 1:7.
2. Money/Sumber Dana
Pengelolaan keuangan di ruang Bougenvile diatur oleh pusat
bidang keuangan RSUD Panembahan Senopati Bantul. Semua
tindakan yang telah dilakukan oleh perawat di ruang rawat diaudit
langsung melalui system billing keuangan sentral RSUD Panembahan
Senopati Bantul. Mekanisme pengelolaan keuangan RSUD
panembahan senopati menggunakan mekanisme BLUD, sehingga tarif
pelayanan di RSUD Panembahan Senopati Bantul mengikuti
Peraturan Bupati Bantul DIY Nomor 30 Tahun 2021 tentang Tarif
Layanan Kesehatan pada Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit
Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul.
Tabel 3.9
Tarif pelayanan ruang Bougenvile RSUD Panembahan Senopati
Bantul
Analisa Data
Berdasarkan data diatas maka dapat diketahui bahwa untuk
taris pelayanan di Ruang rawat inap Bougenvile, untuk tarif kamar
kelas III sebesar Rp. 75.000,-/hari.
Tabel 3.10
Tariff asuhan keperawatan/tindakan keperawatan/pemeriksaan
dokter di ruang Bougenvile RSUD Panembahan Senopati Bantul
No. Fasilitas Tarif
Analisis data
Berdasarkan data tersebut di atas di RSUD Panembahan
Senopati Bantul khususnya ruang Bougenvile sudah ada kepastian
pembiayaan dari harga kamar rawat inap, pelayanan keperawatan dan
pelayanan pemeriksaan dokter.
Syringe pump 6 6
Stetoskop 4 1 3
Tensimeter
3 3
Digital
Oksimetri 2 2
Ambubag 1 1
EKG 1 1
Suction pump 1 1
Nebulizer 1 1
Termometer
11 1 5 5
digital
Pen light 2 1 1
Manometer 5 2 3
Timbangan 1 1
Kasur
3 3
decubitus
Trolly
1 1
medikasi
Trolly
1 1
tindakan
Trolly
1 1
verbeden
Tourniquet 7 2 5
Gunting kassa 5 4 1
Kursi roda 2 2
Sumber : Buku Inventaris alat medis ruang Bougenvile 2021
Analisa data
Berdasarkan peraturan menteri kesehatan Republik indonesia
Nomor 56 tahun 2014 Tentang Klasifikasi dan perizinan Rumah
sakit standar pengadaan alat di ruang Bougenvile sudah memenuhi
standar.
Keadaan barang
Administrasi
Meja recepcionist 1 1
Kursi lipat 6 6
Iphone 1 1
Nurse cal 1 1
CPU 1 1
Monitor 1 1
Almari rak 1 1
Film viewer 1 1
Kipas angin 1 1
Komputer/PC unit 1 1
Stetoskop dewasa 1 1
Stetoskop anak 1 1
Set medikasi 2 2
Lampu sorot 1 1
Tensimeter 1 1
Regulator O2 2 2
Bengkok 2 2
Kursi roda 2 2
Barcode reader 1 1
AC split 1 1
Meja kayu 1 1
Lemari plastik 1 1
Kasur lipat 2 2
Dispenser 1 1
Ruang pertemuan
AC split 1 1
Kursi lipat 12 12
Kursi putar 1 1
Meja oval 1 1
Meja komputer 1 1
CPU 1 1
Monitor 1 1
Printer 1 1
Kursi putar 1 1
Selasar
Safety helmet 1 1
Kursi lipat 3 3
LINEN
Lemari 2 pintu 1 1
Almari obat 1 1
Lemari es 1 1
Trolley linen 1 1
Trolley instrumen 1 1
Trolley ECG 1 1
ECG 1 1
Senter 1 1
Korentang 1 1
Tempat korentang 1 1
Kipas angin 2 2
Bengkok sedang 1 1
AC split 1 1
Timbang BB+TB 1 1
Instrumen trolley 1 1
Kursi roda 2 2
Kipas angin 1 1
Filling cabinet 1 1
Sterilisator 1 1
Tromol 1 1
Krek 2 2
Bengkok 1 1
Instrumen set 1 1
Kasur decubitus 3 3
Syringe pump 6 6
Suction pump 1 1
Patient monitor 1 1
Stetoscope (microlife) 2 2
Stetoscope (littman) 1 1
Tensimeter 3 3
Thermohygrometer 1 1
Tempat+korentang 3 3
Gunting kassa 1 1
Dressing Drum 2 2
Pulse oximetri 2 2
Kasur decubitus 3 3
AC split 11/2 pk 1 1
Filling cabinet 1 1
Meja ½ biro 1 1
Kursi putar 1 1
CPU 1 1
Monitor 1 1
Iphone 1 1
Kursi lipat 4 4
Ruang 01
Bedside cabinet 4 4
Tabung oksigen 1 1
Manometer 5 5
Tiang infus 4 4
Folding Bed 1 1
Ruang 02
Bedside cabinet 4 4
Tiang infus 4 4
Ruang 03
Bedside cabinet 4 4
Tiang infus 4 4
Tabung oksigen 1 1
Regulator o2 1 1
Ruang 04
Bedside cabinet 4 4
Tiang infus 4 4
Ruang 05
Bedside cabinet 4 4
Tiang infus 4 4
Rangan 06
Bedside cabinet 4 4
Tiang infus 4 4
Meja kayu 1 1
Dressing trolley 1 1
Tabung oksigen 8 8
Bedside cabinet 1 1
Kipas angin 1 1
Kursi lipat 1 1
Tangga 1 1
Pramusaji
Water heater 1 1
Tanggal
No No. Dokumen Diterbitkan Nama SOP
(Didepan)
1. UUS/kpwtn/1/2015 2015 Penerimaan pasien baru
Tabel 3.14
Panduan Asuhan Keperawatan (PAK) Berdasarkan 10
Besar Penyakit di Ruang Bougenvile RSUD
Panembahan Senopati Bantul
NO Nama PAK Nomor Tanggal
Diterbitkan
PAK
1 Panduan Asuhan Keperawatan 16/VII/2018 16 Juli 2018
Dengan Partial HP
Replacement (PHR) / Total
Dengan Apendiksitis
9 Panduan Asuhan Keperawatan 16/VII/2018 16 Juli 2018
Dengan Hemorroid
10 Panduan Asuhan Keperawatan 16/VII/2018 16 Juli 2018
Dengan Ruptur Tendon
11 Panduan Asuhan Keperawatan 16/VII/2018 16 Juli 2018
Dengan Fraktur Lumbal
12 Panduan Asuhan Keperawatan 16/VII/2018 16 Juli 2018
Dengan Benigna Prostat
Hipertropi (BPH)
13 Panduan Asuhan Keperawatan
Dengan Hidrokel Testis Pada 16/VII/2018 16 Juli 2018
Anak
14 Panduan Asuhan Keperawatan
Dengan Tumor Jinak 16/VII/2018 16 Juli 2018
Payudara
15 Panduan Asuhan Keperawatan
16/VII/2018 16 Juli 2018
Dengan Peritonitis Umum
16 Panduan Asuhan Keperawatan
Dengan Hernia Inguinalis 16/VII/2018 16 Juli 2018
Lateralis
17 Panduan Asuhan Keperawatan
16/VII/2018 16 Juli 2018
Dengan Struma
18 Panduan Asuhan Keperawatan
16/VII/2018 16 Juli 2018
Dengan Kanker Payudara
19 Panduan Asuhan Keperawatan
16/VII/2018 16 Juli 2018
Dengan Gangren Diabetik
20 Panduan Asuhan Keperawatan
16/VII/2018 16 Juli 2018
Dengan Perioperatif
Sumber : Buku PAK yang ada di Ruang Bougenvile 2018
Tabel 3.15
Frekuensi Paisen Berdasarkan Sepuluh Besar Penyakit Di
Ruang Bougenvile RSUD Panembahan Senopati Bantul Bulan
Februari 2021- April 2021
Tabel 3.16
PAK Yang Ada Berdasarkan 10 Besar Penyakit Di Ruang Bougenvile
dan Buku Rekam Medis di Ruang Bougenvile 3 Bulan Terakhir
(Februari 2021- April 2021)
Analisa Data :
Berdasarkan tabel 3.24 data PAK diruang Bougenvile sudah ada dan
digunakan. PAK sudah mengacu pada NANDA, NOC, NIC. Namun,
berdasarkan 10 besar penyakit yang terdapat pada ruang
Bougenvile,terdapat 3 PAK yang belu tersedia. Tersedianya PAK
tersebut dapat dijadikan pedoman dalam pemberian asuhan
keperawatan kepada pasien agar asuhan yang diberikan kepada pasien
lebih maksimal. PAK yang terdapat di Ruang Bougenvile diterbitkan
tahun 2018.
5. Market
1. Indikator Standar Efisiensi
Tabel 3.17
Indikator standar Efisiensi di Ruang Bougenvile
RSUD Panembahan Senopati Bantul
Standar Standar
No Indikator
Depkes Beber Johnson
1 BOR (Bed Occupancy Ratio) 65-85% 75-85%
Tabel 3.18
Efisiensi Ruang Bougenvile Bulan Februari - April 2021
RSUD Panembahan Senopati
No Bulan Indikator
BOR LOS TOI BTO
1 Februari 76,79% 4,30 0,92 7,04
2 Maret 75,00% 3,93 0,95 8,13
3 April 85,28% 3,77 0.48 9,25
Sumber: Data Pelaporan Ruang Bougenvile RSUD Panembahan
Senopati Bantul 2021
B. Unsur Proses
Pada unsur proses terdapat 3 bagian utama hal-hal yang dapat dikaji yaitu:
proses manajemen asuhan keperawatan, proses manajemen pelayanan asuhan
keperawatan, dan proses pengorganisasian pelaksanaan asuhan keperawatan.
Selanjutnya data dari bagian-bagian tersebut hasilnya akan dikategorikan
yakni menurut Arikunto (2013) apabila hasil yang didapat 76-100%
dikategorikan baik, 56-75% dikategorikan cukup baik, dan <56%
dikategorikan kurang baik.
1. Proses Manajemen Asuhan Keperawatan
a. Penerapan Standar Asuhan Keperawatan (Instrumen A)
1) Pengkajian Keperawatan
Tabel 3.19
Penerapan Pengkajian Standar Asuhan Keperawatan
di Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul
7 Masalah dirumuskan 2 2 2 1 1 8 80
berdasarkan kesenjangan
antara status kesehatan
dengan norma dan pola
fungsi kehidupan
16 14 15 14 14 73 91,25
Sumber: Data Primer Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul 06 Mei 2021
Analisis:
Dari data pengkajian keperawatan diatas didapatkan hasil 91,25% atau sudah baik.
Adapun nilai yang belum optimal dilakukan adalah pengkajian resiko jatuh,
masalah dirumuskan berdasarkan kesenjangan antara status kesehatan dengan
norma dan pola fungsi kehidupan, data dikaji dari pasien masuk sampai pulang,
dan pencatatan data dikaji sesuai dengan pedoman pengkajian dan pemberian
tanda ( V ) sesuai dengan kotak yang disediakan.
2) Diagnosa Keperawatan
Tabel 3.20
Penerapan Diagnosa Keperawatan Standar Asuhan Keperawatan
di Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul
1 2 3 4 5 (%)
2 Merumuskan diagnosa 1 1 1 1 1 5 50
aktual/resiko/kolaboratif
Jumlah 5 4 5 5 5 24 80
Sumber: Data Primer Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul 06 Mei 2021
Analisis:
Dari data penerapan diagnosa keperawatan diatas didapatkan hasil 80% atau
sudah baik. Adapun nilai yang belum optimal dilakukan adalah merumuskan
diagnosa aktual/resiko/kolaboratif, diagnosa yang dibuat berdasarkan masalah
yang dirumuskan.
3) Rencana Tindakan
Tabel 3.21
Penerapan Rencana Tindakan Keperawatan Standar Asuhan Keperawatan
di Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul
Analisis:
Dari data penerapan rencana tindakan keperawatan diatas didapatkan hasil 92%
atau sudah baik. Adapun nilai yang belum optimal dilakukan adalah rencana
tindakan terdiri dari tindakan bservasi, nurshing care dan edukasi. Rencana
tindakan mengacu tujuan dengan kalimat perintah terinci, jelas. Rumusan tujuan
mengandung komponen subjek, perubahan perilaku, kriteria waktu atau kriteria
hasil.
4) Tindakan Keperawatan
Tabel 3.22
Penerapan Tindakan Keperawatan Standar Asuhan Keperawatan
di Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul
Analisis:
Dari data penerapan tindakan keperawatan diatas didapatkan hasil 85,7% atau
sudah baik. Adapun nilai yang belum optimal dilakukan adalah monitoring resiko
jatuh, mengisi pada lembar mutasi saat serah terima pasien, dan tindakan mengacu
pada rencanan keperawatan
5) Evaluasi Keperawatan
Tabel 3.23
Penerapan Evaluasi Keperawatan Standar Asuhan Keperawatan
di Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul
Analisis:
Dari data penerapan evaluasi keperawatan diatas didapatkan hasil 100% atau sudah
sangat baik.
6) Dokumentasi Keperawatan
Tabel 3.24
Penerapan Dokumentasi Keperawatan Standar Asuhan Keperawatan
di Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul
Sumber Data Primer Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul 6 Mei 2021
Analisis:
Dari data dokumentasi keperawatan diatas didapatkan hasil 96,6% atau sudah
baik. Adapun nilai yang belum optimal dilakukan adalah pencatatan ditulis
dengan jelas, ringkas, istilah yang baku dan benar.
OBSERVASI KETERANGAN
NO ASPEK YANG DINILAI
1 2 3 4
A. Tahap Pra Interaksi
Melakukan Verifikasi data
√ √ √ √
1 sebelumnya bila ada
2 Mencuci tangan √ √ √ √
Membawa alat di dekat Pasien
√ √ √ √
3 dengan benar
B. Tahap Orientasi
Memberikan salam sebagai
√ √ O √
1 pendekatan teraupetik
2 Melakukan Identifikasi Pasien √ √ O √
Menjelaskan tujuan dan prosedur
O √ O O
3 tindakan pada Keluarga / Pasien
Menanyakan Persiapan Klien
O √ √ √
4 Sebelum Kegiatan dilakukan
C. Tahap Kerja
1 Mengatur Posisi Pasien : supinasi √ √ O √
Menempatkan diri disebelah kanan
√ O O √
2 Pasien bila memungkinkan
Membebaskan lengan pasien dari
O √ √ O
3 baju
4 Memasang manset 2 jari di atas
medianan cubiti, selang sejajar arteri √ √ √ O
bracialis
5 Meraba denyut arteri brachialis √ √ √ √
6 Melakukan validasi dengan
mengulangi pengukuran tekanan
darah jika hasilnya eror ( Bila hasil O √ √ O
pengukuran keduanya berbeda ulangi
sekali lagi )
Mencatat hasil pengukuran pada
√ √ √ √
7 buku catatan
D. Tahap Terminasi
1 Merapikan pasien √ O √ √
2 Berpamitan dengan pasien √ √ √ √
3 Membereskan alat – alat √ √ √ √
4 Mencuci tangan √ √ √ √
Mencatat kegiatan dalam lembar
√ √ √ √
5 catatan keperawatan
SUB TOTAL 15 17 14 15
TOTAL 61
Sumber Data Primer Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul 06 Mei 2021
Keterangan :
V : Beri tanda V jika dilakukan
O : Beri tanda O jika tidak dilakukan
OBSERVASI KETERANGAN
NO ASPEK YANG DINILAI
1 2 3 4
A. Tahap Pra Interaksi
Melakukan Verifikasi data
1 sebelumnya bila ada √ √ O √
2 Mencuci tangan √ √ √ √
Membawa alat di dekat Pasien
3 dengan benar √ O O √
B. Tahap Orientasi
Memberikan salam sebagai
1 pendekatan teraupetik √ O O √
2 Melakukan Identifikasi Pasien √ √ √ √
3 Menjelaskan tujuan dan prosedur O O O √
tindakan pada Keluarga / Pasien
Menanyakan Persiapan Klien
4 Sebelum Kegiatan dilakukan √ √ O √
C. Tahap Kerja
1 Mengatur posisi pasien √ √ √ √
Menentukan lokasi nadi yang akan
2 diukur √ √ √ √
Meraba denyut nadi dengan 3 jari
3 ( telunjuk & tengah ) √ √ √ √
4 Menghitung nadi sekurang-kurang
1/2 menit , dan 1 menit untuk √ O √ √
pasien aritmia dan anak
Mengamati gerakan dada / perut
5 pasien selama 1 menit √ O O √
Menilai hasil pengukuran
6 √ √ √ √
D. Tahap Terminasi
1 Merapikan pasien √ √ √ √
2 Berpamitan dengan pasien √ √ √ √
3 Membereskan alat – alat √ √ √ √
4 Mencuci tangan √ √ √ √
Mencatat kegiatan dalam lembar
5 catatan keperawatan √ √ √ √
SUB TOTAL 17 13 12 18
TOTAL 60
Sumber Data Primer Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul 06 Mei 2021
Keterangan :
V : Beri tanda V jika dilakukan
O : Beri tanda O jika tidak dilakukan
OBSERVASI KETERANGAN
NO ASPEK YANG DINILAI
1 2 3 4
A. Tahap Pra Interaksi
Melakukan Verifikasi data
√ √ √ √
1 sebelumnya bila ada
2 Mencuci tangan √ √ √ √
Membawa alat di dekat Pasien
√ √ O √
3 dengan benar
B. Tahap Orientasi
Memberikan salam sebagai √ √
√ √
1 pendekatan teraupetik
2 Melakukan identifikasi Pasien √ √ O O
Menjelaskan tujuan dan prosedur
√ O O O
3 tindakan pada Keluarga / Pasien
Menanyakan Persiapan Klien
√ √ O O
4 Sebelum Kegiatan dilakukan
C Tahap Kerja
1 Mengatur Posisi Pasien √ √ O O
2 Memeriksa termometer , pastikan
pada skala dibawah 188,8 tanda
baterai penuh muncul angka 37
√ √ √ √
kemudian di LCD muncul LO
derajat
celcius
3 Letakkan termometer pada daerah
frontal sampai
√ √ √ √
bunyi tut - tut/ selama 1 menit
angkat dan baca hasilnya
4 Mencatat hasilnya √ √ √ √
5 Membersihkan termometer dengan
alkohol 70% dan dikembalikan ke O O O O
Tempat
D Tahap Terminasi
1 Merapikan pasien √ √ √ √
2 Berpamitan dengan pasien √ √ √ √
3 Membereskan alat - alat √ √ √ √
4 Mencuci tangan √ √ √ √
Mencatat kegiatan dalam lember
√ √ √ √
5 catatan keperawatan
SUB TOTAL 16 15 11 12
TOTAL 54
Sumber Data Primer Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul 06 Mei 2021
Keterangan :
V : Beri tanda V jika dilakukan
O : Beri tanda O jika tidak dilakukan
N OBSERVASI KETERANGAN
ASPEK YANG DINILAI
O 1 2 3 4
√ √ √ √
A. Tahap Pra Interaksi
√ √ √ √
1 Kuku Dalam keadaan pendek
√ √ √ √
B. Tahap Kerja
1 Melepaskan semua asesoris pada
√ √ √ √
tangan dan gulung lengan baju
sampai siku
2 Menggunakan air bersih mengalir serta
menggunakan sabun √ √ √ √
antiseptik yang mengandung
khlorheksidin glukonat 4 %
Menggosok kedua telapak tangan √ √ √ √
3
hingga merata.
4 Menggosok punggung dan sela-sela jari
√ √ √ √
tangan kiri dengan tangan kanan
dan sebaliknya
Menggosok kedua telapak dan sela-sela √ √ √ √
5 jari.
Menggosok Jari-jari sisi dalam dari √ √ √ √
6 kedua tangan saling mengunci
7 Menggosok ibu jari kiri berputar dalam
√ √ √ √
genggaman tangan kanan dan
Sebaliknya
8 Menggosok dengan memutar ujung
√ √ √ √
jari-jari tangan kanan di telapak
tangan kiri dan sebaliknya
Membilas kedua tangan dengan air √ √ √ √
9 mengalir
10 Mengeringkan dengan handuk atau
√ √ √ √
tisuue sekali pakai sampai benar-
benar kering dan sebaliknya
Menggunakan handuk/tissue tersebut √ √ √ √
11 untuk menutup keran
SUB TOTAL 12 12 12 12
TOTAL 48
Sumber Data Primer Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul 06 Mei 2021
Keterangan :
V : Beri tanda V jika dilakukan
O : Beri tanda O jika tidak dilakukan
Total Hasil Akhir = Total x 100 %
4 x (1+11)
= 48 x 100%
48
= 100%
Analisis :
Dari data Kepatuhan tenaga perawat terhadap cuci tangan dengan menggunakan sabun
dan air dengan hasil persentase sebanyak (100%) yaitu termasuk kategori baik
Keterangan :
V : Beri tanda V jika dilakukan
O : Beri tanda O jika tidak dilakukan
Analisis :
Dari data di datas Kepatuhan tenaga perawat terhadap cuci tangan dengan
menggunakan handrub dan air sesaui sentandar SOP Pengukuran hasil persentase
sebanyak (100%) yaitu termasuk kategori baik.
OBSERVASI KETERANGAN
NO ASPEK YANG DINILAI
1 2 3 4
A. Tahap Pra Interaksi
1 Melakukan Verifikasi data
√ √ √ √
sebelumnya bila ada
2 √ √ √ √
Mencuci tangan
3 Menyiapkan obat sesuai prinsip
( baca dengan teliti program
pengobatan yang ada di status,
yaitu nama obat, dosis , waktu, √ √ √ √
cara pemberian ), baca etiket
obat , obat - obat etiketnya jangan
dipergunakan.yang tidak jelas
4 Membawa alat di dekat Pasien
√ √ √ O
dengan benar
B. Tahap Orientasi
1 Memberikan salam sebagai
√ O √ O
pendekatan teraupetik
2 Melakukan Idenitifikasi Pasien √ √ √ √
3 Menjelaskan tujuan dan prosedur
√ O O √
tindakan pada Keluarga / Pasien
4 Menanyakan Persiapan Klien
O √ O O
Sebelum Kegiatan dilakukan
C. Tahap Kerja
1 Membaca kembali etiket obat
√ √ √ √
yang akan diberikan
2 Memposisikan Pasien dan pilih
O √ √ √
vena dari arah distal
3 Memasang perlak dan alasnya O O O O
Membebaskan daerah yang akan
4 O √ √ O
di injeksi
5 Meletakkan torniquet 5 Cm
O O O O
proksimal yang akan ditusuk
6 Memakai hand scoon √ √ √ √
7 Membersihkan kulit dengan kapas
alkohol ( melingkar dari arah
O O O O
dalam ke arah luar ) biarkan
kering
8 Memegang spuit dengan sudut 30
O √ √ O
derajat
9 Menusuk dengan kemiringan 30
derajat , dan lubang jarum O √ O O
menghadap ke atas
10 Melakukan aspirasi dan pastikan
O √ √ √
darah masuk ke spuit
11 Membuka torniquet √ √ √ √
12 Masukkan obat secara perlahan –
√ O √ √
lahan
13 Mencabut spuit sambil menekan
O √ √ O
daerah tusukan dengan kapas
14 Menutup daerah dengan tusukan
O O O O
dengan plester/ hipafik
15 Membuang spuit ke dalam tempat
√ √ √ √
yang telah disediakan
D. Tahap Terminasi
1 Evaluasi Tindakan & reaksi
√ √ √ O
pasien terhadap obat
2 Berpamitan dengan pasien √ √ √ √
3 Membereskan alat – alat √ √ √ O
4 Mencuci tangan √ √ √ √
5 Mencatat kegiatan dalam lembar
√ √ √ √
catatan keperawatan
SUB TOTAL 17 21 21 16
TOTAL 75
Sumber Data Primer Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul 06 Mei 2021
Keterangan :
V : Beri tanda V jika dilakukan
O : Beri tanda O jika tidak dilakukan
7) Perawatan Infus
Tabel 3.31
Kepatuhan tenaga perawat terhadap SOP perawatan infus
di Ruang Bougenville RSUDPanembahan Senopati Bantul
KETERANGA
NO ASPEK YANG DINILAI OBSERVASI N
1 2 3 4
A. Tahap Pra Interaksi
1 Melakukan Verifikasi Program
√ √ O √
Pengobatan Pasien
2 Mencuci tangan √ √ √ √
3 Menyiapkan obat sesuai prinsip √ √ √ O
4 Membawa alat di dekat Pasien
√ √ √ √
dengan benar
B. Tahap Orientasi
1 Memberikan salam sebagai
√ √ O O
pendekatan teraupetik
2 Melakukan Identifikasi Pasien √ √ O O
3 Menjelaskan tujuan dan
prosedur tindakan pada O √ √ √
Keluarga / Pasien
4 Menanyakan Persiapan Klien
O √ √ O
Sebelum Kegiatan dilakukan
C. Tahap Kerja
1 Mengatur posisi pasien ( tempat
√ √ √ √
tusukan infus terlihat jelas )
2 Memakai sarung tangan √ √ √ √
3 Membasahi plester dengan
alkohol / wash bensin dan buka
O √ √ O
balutan dengan menggunakan
pincet
4 Membersihkan bekas plester O √ √ O
5 Membersihkan daerah tusukan
O √ √ √
dan sekitarnya dengan NaCl
6 Mengolesi tempat tusukan
O O O √
denga iodine cair / zalf
7 Menutup dengan kassa steril
O √ O √
dengan rapi
8 Memasang plester penutup √ √ √ √
9 Mengatur tetesan infus sesuai
√ √ √ √
program
D. Tahap Terminasi
1 Evaluasi Tindakan √ √ √ √
2 Berpamitan dengan pasien √ √ O √
3 Membereskan alat - alat √ √ √ √
4 Mencuci tangan √ √ √ √
5 Mencatat kegiatan dalam lember
√ √ √ √
catatan keperawatan
15 21 16 16
SUB TOTAL
TOTAL 68
Sumber Data Primer Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul 06 Mei 2021
Keterangan :
V : Beri tanda V jika dilakukan
O : Beri tanda O jika tidak dilakukan
Keterangan :
V : Beri tanda V jika dilakukan
O : Beri tanda O jika tidak dilakukan
Analisis :
Dari data diatas Kepatuhan tenaga perawat terhadap SOP penyiapan Specimen
darah vena hasil presentase yaitu 91,3% termask kategori baik. Adapun tindakan
keperawatan yang kurang optimal dalam memenuhi SOP diantaranya. Memasang
perlak dan alasnya, Menutup daerah tusukan dengan hipafik / plester.
Keterangan :
V : Beri tanda V jika dilakukan
O : Beri tanda O jika tidak dilakukan
Analisis :
Dari data diatas Kepatuhan tenaga perawat terhadap SOP perawatan luka jahit
didapatkan hasil presentase yaitu 87% dengan kategori baik. . Adapun tindakan
keperawatan yang kurang optimal dalam memenuhi SOP diantaranya:
menanyakan persiapan klien sebelum kegiatan dilakukan, menjelaskan tujuan dan
prosedur tindakan pada Keluarga / Pasien, menekan kedua tepi luka (senjang
luka), mendisinfeksi luka luka dengan iodine povidone, melakukan kompres
betadine pada luka /memberi obat/ menutup dengan kassa steril, memasang
plester pada seluruh tepi kassa (4 sisi).
Keterangan :
√ : Beri tanda √ jika dilakukan
O : Beri tanda O jika tidak dilakukan
3 Bersama AN melakukan 4 0 0 0
konfirmasi/ supervisi tentang
kondisi klien segera setelah selesai
operan dengan petugas jaga malam
7 Melakukan pengkajian, 4 0 0 0
menetapkan masalah atau diagnosa
dan perencanaan keperawatan
kepada semua klien yang menjadi
tanggung jawabnya dan ada bukti
di rekam keperawatan
JUMLAH 63 9 3 8
ΣN 171 18 3 0
5 Melaksanakan asuhan 4 0 0 0
keperawatan ke klien yang
menjadi tanggung jawab dan ada
bukti direkam medis
6 Melakukan monitoring respon 4 0 0 0
klien dan ada bukti di rekam
medis
JUMLAH 53 14 5 0
ΣN 159 28 5 0
3 PN menginformasikan peraturan 3 1 0 0
dan tata tertib RS yang berlaku
kepada klien/ keluarga baru
4 PN memperkenalkan perawat 0 4 0 0
dalam satu grup yang akan
merawat klien selama klien
dirawat di RS
6 PN memberikan penjelasan 3 1 0 0
setiap rencana tindakan atau
program pengobatan sesuai
wewenang dan tangung
jawabnya
JUMLAH 27 12 1 0
ΣN 81 24 1 0
JUMLAH 38 12 2 0
ΣN 114 24 2 0
Sumber: Data Primer Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul 06
Mei 2021
7 PN memfasilitasi pelaksanaan 3 1 0 0
konsultasi klien/ keluarga dengan
dokter/ tim kesehatan lain
JUMLAH 17 10 0 0
ΣN 51 20 1 0
6 Menginformasikan pendidikan 0 4 0 0
kesehatan yang telah diberikan (bila
ada)
JUMLAH 31 9 2 0
ΣN 93 18 2 0
Sumber: Data Primer Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul 06
Mei 2021
JUMLAH 18
i. Pelaksanaan Pre-Conference
Tabel 3.45
Pelaksanaan Pre-Conference
di Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul
JUMLAH 29 15 0 0
ΣN 87 30 0 0
Analisis:
Evaluasi pelaksanaan Pre Conference berdasarkan data diatas didapatkan data
sebesar 88,6% dengan kriteria baik. Adapun point yang belum dilakukan dengan
optimal adalah memotifasi untuk memberikan tanggapan dan penyelesaian
masalah yang sedang di diskusikan, memberi reinforcement positif pada AN,
mendiskusikan cara dan strategi pelaksanaan asuhan klien/ tindakan, membagi
tugas kepada AN sesuai kemampuan yang dimiliki dengan memperhatikan
keseimbangan kerja, menjelaskan masalah keperawatan klien dan rencana
keperawatan yang menjadi tanggung jawabnya, menjelaskan tujuan dilakukannya
pre conference, memandu pelaksanaan pre-conference.
j. Pelaksanaan Post-Conference
Tabel 3.46
Pelaksanaan Post-Conference
di Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul
Analisis:
Pelaksanaan Post Conference berdasarkan data diatas sebesar 84,4% dengan
ketegori baik. Adapun nilai yang belum dilakukan secara optimal yaitu:
menjelaskan tujuan dilakukannya post conference, dan memberi reinforcement
pada AN.
Ya Tidak
(2) (1)
A Pre Interaksi
B Orientasi
10 Menjelaskan kerahasiaan 1 3
C Kerja
4 Melakukan orientasi 1 3
D Materi
E Terminasi
JUMLAH 88 44
TOTAL 132
B Orientasi
10 Menjelaskan kerahasiaan 4 0
C Kerja
1 Menanyakan keluhan utama klien 4 0
4 Melakukan orientasi 4 0
D Materi
E Terminasi
Analisis:
Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil bahwa pelaksanaan discharge planning
di ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul dapat terlaksana cukup
baik dengan presentase 87,0% dalam kriteria baik. Adapun nilai yang belum
optimal yaitu: membuat rencana pertemuan dengan klien, memperkenalkan nama
diri, menanyakan nama panggilan kesukaan klien, menanyakan perasaan klien,
menjelaskan peran dan tugas perawat, menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk
orientasi, memulai dengan ajakan untuk berkonsentrasi, menjelaskan informasi
mengenai penyebab penyakit, menjelaskan informasi mengenai tanda dan gejala
penyakit, menjelaskan informasi mengenai cara pencegahan penyakit dan infeksi,
dan menyimpulkan hasil kegiatan.
4 Orientasi staf √
9 anggota √
10 Membuat keputusan √
Mengadakan pertemuan
berkala atau sewaktu-waktu
dengan staf keperawatan dan
petugas lain yang bertugas √ Seluruh
14
diruang rawatnya perawat di
ruang
Memberi kesempatan atau bougenville
15 √
izin kepada staf keperawatan
Mengupayakan pengadaan
peralatan dan obat-obatan
16 √
Mendampingi visite dokter
dan mencatat instruksi dokte
17 Mengelompokkan klien dan
mengatur penempatannya
diruang rawat menurut tingkat
kegawatan, infeksi atau non √
infeksi untuk kelancaran
pemberian asuhan
keperawatan
18 Mengendalikan kualitas O
system pencatatan dan
pelaporan asuhan
keperawatan
Jumlah 46 1
= 47 x 100%
48
= 97%
Analisa:
Dari data di atas didapatkan nilai kajian actuating sebesar 96% dengan kategori
baik. Adapun item yang belum optimal dilakukan yaitu: mengendalikan kualitas
system pencatatan dan pelaporan asuhan keperawatan.
a. Sosialisasi √
kebijakan
b. Mengatur dan
mengendalikan √
pelaksanaan
kebijakan
c. Mengecek
kelengkapan √
inventaris
peralatan
d. Mengecek obat-
obatan yang √
tersedia
e. Melakukan
supervisi
√
f. Menilai
pelaksanaan
asuahan
keperawatan √
yang telah
ditentukan
g. Menilai siswa/
mahasiswa √
keperawatan
h. Melakukan
penilaian kinerja
tenaga √
keperawatan
i. Menilai mutu
asuhan
keperawatan
sesuai standar √
yang berlaku
secara mandiri
atau koordinasi
dengan tim
pengendalian
mutu asuhan
keperawatan
Jumlah 36
= 36 x 100%
36
= 100%
Analisis:
Dari tabel diatas bahwa kajian controlling yang dilakukan oleh Karu mendapatkan
hasil 100% dengan kategori baik.
Jumlah 12
= 12 x 100%
12
= 100%
Analisis :
Berdasarkan tabel di atas didapatkan data kajian organizing proses bimbingan
PKK keperawatan dengan persentase 100% dan termasuk kategori bimbingan
baik.
√
2 Monitoring kehadiran √
3 Monitoring kompetensi √
peserta didik
4 Bimbingan pelaksanaan √
tindakan keperawatan :
laporan individu
Jumlah 14
= 14 x 100%
14
= 100%
Analisis:
Berdasarkan dari tabel di atas didapatkan data kajian actuating proses bimbingan
PKK keperawatan dengan persentase 100% dan termasuk kategori bimbingan
baik.
√
2 Mengetahui kasus klien √
kelolaan peserta didik
3 Mengecek dokumnetasi √
distatus klien kelolaan
peserta didik
4 Memberikan teguran bila √
terjadi pelanggaran
Jumlah 12
4 Orientasi tugas √
Jumlah 10
= 10 x 100%
10
= 100%
Analisis:
Berdasarkan dari tabel di atas didapatkan data kajian planning proses bimbingan
PKK keperawatan dengan persentase 100% dengan kategori baik.
No Pernyataan Jawaban
Ya Tidak
(2) (1)
1 Pembimbing PKK selalu mengadakan orientasi √
ruangan
JUMLAH 14
= 14 x 100%
14
= 100%
Analisis :
Berdasarkan dari tabel di atas terkait penilaiian untuk pembimbing PKK
didapatkan hasil 100% dengan kategori baik.
C. Unsur Output
Output (hasil) dari suatu pekerjaan dikendalikan agar memenuhi keinginan
(standar) yang telah ditetapkan. Pengendalian difokuskan pada proses yaitu
pelaksanaan asuhan keperawatan dan pada output (hasil) yaitu kepuasan
pelanggan, keluarga, perawat dan dokter. Indikator mutu yang merupakan
output adalah BOR, LOS, TOI, dan Audit dokumentasi keperawatan.
Kepala ruangan akan membuat laporan hasil kerja bulanan tentang semua
kegiatan yang dilakukan (proses evaluasi = audit proses) terkait dengan
MPKP. Data tentang indikator mutu dapat bekerjasama dengan tim rumah
sakit atau ruangan membuat sendiri. Audit dokumentasi keperawatan
dilakukan pada rekam medik yang pulang atau yang sedang dirawat lalu
dibuat rekapitulasinya untuk ruangan.
Survey masalah pasien yang diambil dari pasien baru yang dirawat pada
bulan yang bersangkutan untuk menganalisa apakah ada masalah baru yang
belum dibuat standar asuhannya. Indikator-indikator pelayanan rumah sakit
dapat dipakai untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi
pelayanan rumah sakit. Indikator-indikator berikut bersumber dari sensus
harian rawat inap. Pada pelaksanaan MPKP kegiatan pengendalian diterapkan
dalam bentuk kegiatan pengukuran :
Tabel 3.58
Indikator Efisiensi Ruang
BOR=
Perhitungan BOR Setiap Bulan selama 3 Bulan Terdahulu
Lama Hari Perawatan Bulan Februari dari tanggal 1-28 = 516
Lama Hari Perawatan Bulan Maret dari tanggal 1-31 = 558
Lama Hari Perawatan Bulan April dari tanggal 1-30 = 614
Jumlah Tempat Tidur = 24 TT
Perhitungan BOR
Februari
BOR =
= 76,79%
Maret
BOR =
= 75%
April
BOR =
=
= 85,28%
LOS =
Pasien keluar hidup dan mati bulan Februari dari tanggal 1-28 =
169
Pasien keluar hidup dan mati bulan Maret dari tanggal 1-31 = 195
Pasien keluar hidup dan mati bulan April dari tanggal 1-30 = 222
Lama dirawat bulan Februari dari tanggal 1-28 = 726
Lama dirawat bulan Maret dari tanggal 1-31 = 767
Lama dirawat bulan April dari tanggal 1-30 = 838
Perhitungan LOS
Februari
LOS =
= 4,30 hari
Maret
LOS =
= 3,93 hari
April
LOS =
= 3,77 hari
Rumus TOI
TOI =
Perhitungan TOI
Februari
TOI =
=
=
= 0,92 hari
Maret
TOI =
= 0,95 hari
April
TOI =
= 0,48 hari
d) Bed Turn Over (BTO)
BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian
tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai
dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu
tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.
Rumus BTO
BTO =
Perhitungan BTO
Februari
BTO =
= 7,04kali
Maret
BTO =
= 8,13 kali
April
BTO =
= 9,25 kali
Tabel 3.59
Efisiensi Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul
Indikator
Bulan
BOR LOS TOI BTO
Grafik 3.5
Grafik Barber Johnson
Di Ruang Rawat Inap Bougenvile RSUD Panembahan Senopati Bantul
Bulan Februari -April 2021
Analisis data :
a. Berdasarkan tabel indikator BOR (pemakaian tempat tidur) di ruang
Bougenville rata-rata pada bulan Februari-April 2021 adalah 79%.
Dengan demikian, pemakaian tempat tidur di ruangan rawat
Bougenville sudah efisien, sesuai dengan standar depkes yaitu 60-
85%. berdasarkan standar barber jonhson sudah efisien yaitu 75-
85%. Kesimpulan indikator BOR (pemakaian tempat tidur) di ruang
Bougenville pada bulan Februari-April sudah efisien. Berdasarkan
tabel indikator LOS (lama rata-rata hari perawatan) pasien di
ruangan rawat Bougenville rata-rata pada bulan Februari-April 2021
adalah 4 hari. Hal ini menunjukkan bahwa lama rata-rata hari
perawatan di ruang rawat Bougenville belum sesuai dengan standar
standar depkes 6-9 Hari. Namun sudah sesuai dengan standar
barber Jonhson dengan standar 3-12 Hari. Sehingga dapat di
katakan bahwa perawatan di ruang Bougenville sudah efisien dan
dapat terus di pertahankan dan terus di monitoring agar tidak ada
penurunan dikarenakan perawatan pre dan post operasi tidak
memerlukan waktu yang lama.
b. Berdasarkan tabel Indikator TOI (waktu rata-rata tempat tidur
kosong) di ruang Bougenville pada bulan Februari-April 2021
adalah 0,78 hari. Hal ini menunjukkan waktu tempat tidur di
ruangan Bougenville melebihi efisien karena lebih rendah dari
standar Depkes yaitu 1-3 Hari.
c. Berdasarkan tabel Indikator BTO (frekuensi pemakaian tempat
tidur) di ruang Bougenville pada bulan Februari-April 2021 adalah
8,14 kali. Hal ini menunjukkan frekuensi pemakaian tempat tidur di
ruang Bougenville masih sangat rendah bila dibandingkan dengan
standar Depkes yaitu 40-50 kali. Dikarenakan mobilisasi di ruang
Bougenville dengan perawatan yang lebih cepat rata-rata 1-3 hari
sehingga dapat terus di pertahankan dan terus di monitoring agar
tidak ada penurunan.
Dari data diatas didapatkan hasil total standart asuhan keperawatan (SAK)
sebanyak 90,92 % atau sudah baik.
b. Penerapan Standar Asuhan Keperawatan
Tabel 3.60
Instrumen B (Kepuasan Pasien)
Jumlah Keseluruhan
Nilai = -----------------------------------------------x100%
Nilai Keseluruhan
210
Nilai = ---------------x100%
240
= 87,5 %
Kategori :
76-100 : Baik
56-75 : Cukup baik (Berdasarkan Arikunto,2013)
<56 : Kurang
Analisis:
1. Dari kuesioner yang dibagikan didapatkan presentasi kepuasan pasien
adalah 87,5%. Angka ini sudah tergolong kedalam kategori baik.
2. Dari 5 responden yang mengisi kuesioner tersebut, jawaban “Tidak”
paling banyak terdapat pada item nomer 14 terkait pertanyaan ”Apakah
anda/pasien mengetahui perawat yang bertanggung jawab setiap kali
penggantian dinas?” dari pertanyaan tersebut terdapat 4 orang yang
menjawab “Tidak”. Berdasarkan data ini, dapat diketahui masih banyak
bidan/perawat di ruang Bougenville yang belum menjalankan SPO
tindakan perawatan dengan benar sesuai SPO yang telah disediakan
rumah sakit. Oleh karenanya, sangat perlu kesadaran diri dari setiap
perawat/bidan di ruang Bougenville untuk dapat menjalankan tindakan
perawatan apapun sesuai SPO. Dan untuk kepala ruang agar tidak bosan-
bosan mengingatkan perawat di ruang Bougenville agar menjalankan
tugas sesuai SPO yang telah tersedia.
Grafik 3.6
Pelaksanaan Tugas Kepala Ruang Keperawatan
Di Ruang Bougenville Rsud Panembahan Senopati Bantul
Tanggal 06 Mei 2021
Analisis:
Dari tabel diatas hasil presentasi keseluruhan 90% untuk
kuesioner pelaksanaan tugas karu. Hasil ini sudah cukup tinggi
dengan kategori baik. Dari kuesioner yang diberikan, tidak ada
item yang kadang dilakukan ataupun tidak dilakukan. Namun
masih terdapat 1 item yang seharusnya selalu dilakukan namun
hanya sering dilakukan, yaitu item nomor 8 (Mendelegasikan
tugas ke PPJR pada jaga S/M/L).
Grafik 3.7
Pelaksanaan Tugas PN
Di Ruang Bougenville Rsud Panembahan Senopati Bantul
Tanggal 06 Mei 2021
Analisis:
Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil persentase dalam
pelaksanaan tugas PN didapatkan prosentase sebesar 80%
termasuk dalam kategori baik. Adapun yang belum optimal
dilakukan yaitu: memonitor dan membimbing tugas AN,
mengoreksi merevisi dan melengkapi catatan asuhan keperawatan
yang dilakukan oleh AN yang ada dibawah tanggung jawabnya,
memperkenalkan AN yang ada dalam satu grup atau yang akan
merawat selama klien dirawat atau kepada klien atau keluarga
yang baru, mendelegasikan tugas kepada AN pada S/M/L,
menyelenggarakan diskusi kasus dalam pertemuan rutin
keperawatan di ruang minimal sebulan sekali.
Analisis:
Tugas AN di ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati
Bantul dapat terlaksana sesuai tugas AN secara maksimal
dengan prosentase 88,8% dalam kriteria baik. Adapun tugas
yang belum optimal dilaksanakan adalah: bila tidak ada PN
wajib mengenalkan AN yang ada dalam grup yang kan
memberikan asuhan keperawatan pada jaga berikutnya kepada
klien/ keluarga baru melakukan supervisi setiap setelah operan,
mengikuti diskusi kasus dengan dokter atau tim kesehatan lain
setiap seminggu sekali, serta mengikuti diskusi kasus dalam
pertemuan rutin keperawatan di ruangan.
Analisis:
Hubungan profesional antara staf keperawatan dengan klien
RSUD Panembahan Senopati Bantul dapat terlaksana sesuai
tugas perawat secara maksimal dengan prosentase 88,3% dalam
kriteria baik. Adapun tugas yang belum optimal dilaksanakan
adalah: klien/keluarga mengetahui PN/ perawat yang
bertanggung jawab dan ditulis pada papan nama klien.
Analisis:
Hasil persentase dalam hubungan profesional antara staf
keperawatan sebesar 89,7% masuk dalam kategori baik. Adapun
tugas yang belum optimal yaitu: PN mendampingi serah terima
tugas jaga antara AN pada tugas jaga berikutnya, PN menerima
serah terima tugas jaga AN yang tugas jaga sebelumnya
Analisis:
Hubungan profesional/kemitraan antara staf keperawatan dengan
dokter/tim kesehatan lainnya RSUD Panembahan Senopati Bantul
memilki presentase 85,47% dengan kriteria baik. Adapun tindakan
yang belum optimal yang dilakukan yaitu: dokter/ tim kesehatan lain
mengetahui setiap klien siapa PN nya dikarenakan penanganan klien
dilakukan secara kondisional sesuai perawat yang bertugas.
g. Pelaksanaan Handover
Grafik 3.12
Pelaksanaan Handover
Di Ruang Bougenville Rsud Panembahan Senopati Bantul
Tanggal 06 April 2021
Analisis:
Berdasarkan data diatas presentasi pelaksanaan serah terima tugas jaga
keseluruhan adalah 85,6% dengan kategori baik. Adapun tugas yang
belum optimal yaitu: menginformasikan kepada klien/ keluarga nama
perawat pada shift berikutnya pada setiap akhir tugas, komunikasi
antar pemberi tanggung jawab dan penerima tanggung jawab
dilakukan didepan pintu dengan suara pelan/ tidak rebut
Analisis:
Berdasarkan data diatas dapat diketahahui, untuk kuesiner meeting
morning presentasi keseluruhannya adalah 100%. Dapat disimpulakan
data ini sudah kategori baik karena kepala ruang sudah memimpin
meeting morning dengan optimal sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan ruangan
i. Pelaksanaan Pre-Conference
Grafik 3.14
Pelaksanaan Pre Confrence
Di Ruang Bougenville Rsud Panembahan Senopati Bantul
Tanggal 06 April 2021
Analisis:
Pelaksanaan Pre Conference berdasarkan data diatas didapatkan data
sebesar 88,6% dengan kriteria baik.
j. Pelaksanaan Post-Conference
Grafik 3.15
Pelaksanaan Post Confrence
Di Ruang Bougenville Rsud Panembahan Senopati Bantul
Tanggal 06 April 2021
Analisa:
Pelaksanaan Post Conference berdasarkan data diatas sebesar 84,4%,
sudah terlaksana baik pada point menyiapkan ruang/tempat, menerima
penjelasan dari AN tentang hasil tindakan atau hasil asuhan
keperawatan yang telah dilakukan oleh AN, mendiskusikan masalah
yang ditemukan dalam memberikan askep klien dan mencari upaya
penyelesaian masalahnya, memberi reinforcement pada AN,
menyimpulkan hasil post conference, mengklarifikasi klien sebelum
melakukan operan tugas jaga sift berikutnya.
Analisis:
Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil bahwa orientasi pasien baru
di ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul kurang
dapat terlaksana dengan optimal yakni dengan presentase 50%.
Adapun tindakan perawat yang kurang sesuai dengan SOP seperti:
menanyakan nama panggilan kesukaan klien, menanyakan perasaan
klien, menjelaskan peran perawat, menjelaskan waktu yang dibutuhkan
untuk orientasi, dan memulai dengan ajakan untuk berkonsentrasi.
Analisis:
Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil bahwa pemberian informasi
pasien baru di ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul
belum terlaksana secara maksimal dengan presentase 66,6% dalam
kriteria cukup baik. Adapun tindakan perawat yang kurang sesuai
dengan SOP seperti tidak memperkenalkan diri, tidak menjelaskan
peran perawat, tidak menjelaskan tugas perawat, tidak memulai
discharge planning.
Analisis:
Berdasarkan hasil pengkajian pelaksanaan discharge planning di ruang
rawat inap Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul
Yogyakarta dikatagorikan kurang baik dengan presentase 53,4%.
Adapun tindakan perawat yang kurang mematuhi SOP pelaksanaan
discharge planning antara lain: menanyakan perasaan klien,
menjelaskan peran perawat, menjelaskan tugas perawat, menjelaskan
waktu yang dibutuhkan untuk orientasi, memulai dengan ajakan untuk
berkonsentrasi, membuat rencana pertemuan dengan klien,
memperkenalkan nama diri, menjelaskan kegiatan (orientasi) yang
akan dilakukan, menjelaskan tujuan kegiatan, menjelaskan informasi
mengenai penyebab penyakit, menjelaskan informasi mengenai cara
pencegahan penyakit dan infeksi, menjelaskan informasi mengenai
nutrisi yang sesuai dengan program diet, menjelaskan informasi
mengenai aktifitas dan istirahat, menyimpulkan hasil kegiatan,
memberikan pujian positif, merencanakan tindak lanjut kepada klien,
melakukan kontrak selanjutnya, dan mengakhiri pertemuan dengan
cara yang baik dan tersenyum.
4. Evaluasi Managemen Bimbingan Klinik Lapangan
Tabel 3.62
Hasil Evaluasi Manajemen bimbingan klinik lapangan
0+ 0 + 204 + 48 + 0
Nilai = ---------------------------------x100%
480
252
= -----------x100%
480
= 52,2%
Kategori :
76-100 : Baik
56-75 : Cukup baik (Berdasarkan Arikunto,2013)
<56 : Kurang
Analisis :
Berdasarkan tabel diatas, didapatkan hasil dari pengkajian yang
dilakukan kepada 6 responden tentang kepuasan kerja perawat didapatkan
hasil dengan kategori kurang dengan presentase 52,2%. .
Tabel 3.63
Implementasi 9 patient safety Di Ruang Rawat Inap Bougenvile RSUD
Panembahan Senopati Bantul Bulan 06 Maret 2021
Pelaksanaa
n
No Komponen Yang Dinilai Tida
Ya
k
(2)
(1)
Perhatikan nama obat, rupa, dan ucapan mirip (Norum)
a. Perawat memberi obat sesuai dengan prinsip 7 benar 4
b. Perawat melakukan pendokumentasian setelah memberi obat 4
c. Obat disusun perklien pada tempatnya masing-masing 4
d. Dokumentasi berlapis 4
1
e. Adanya pencatatan obat masuk dan keluar 4
f. Memastikan resep obat yang diterima dan obat yang diberikan 4
sama
g. Ada pedoman pengelolaan obat 4
h. Ada SOP pemberian obat (IM, IV, SC) 4
2 Pastikan identifikasi klien 4
a. Perawat menuliskan identitas klien dengan lengkap dan jelas
dalam setiap pendokumentasian asuhan keperawatan dan pada
setiap pintu masuk ke kamar klien
b. Perawat menuliskan no CM setiap klien dengan lengkap dan 4
jelas
c. Semua dokumen mengenai klien diisi dengan lengkap dan 4
jelas
d. Status klien terpisah antara 1 klien dengan klien yang lain 4
e. Memanggil nama klien pada saat mau memberikan asuhan 4
keperawatan
Komunikasi secara benar saat serah terima/operan klien
a. Menyebutkan identitas klien, diagnose medis, diagnose 2 2
keperawatan, tindakan keperawatan yang telah dilakukan
serta waktu pelaksanaan.
b. Menginformasikan jenis dan waktu rencana tindakan yang
3
belum dilakukan 4
c. Menyebutkan perkembangan klien yang ada selama shift 4
d. Menyebutkan terapi dan tindakan medis beserta waktunya 4
e. Menyebutkan tindakan medis yang belum dilakukan selama 3 1
shift
Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar sebelum
tindakan operasi (misalnya pengendalian jaringan), tempat atau
sisi tubuh diberi tanda
4 a. Ada dokmentasi tindakan di status klien 4
b. Memastikan data pada catatan keperawatan sebelum 4
melakukan tindakan
c. Memberikan terapi sesuai dengan program pengobatan 4
Kendalikan cairan elektrolit pekat (konsentrat)
a. Ada dokumentasi mengenai pemberian cairan
b. Perawat mengecek program terapi sebelum memberikan 4
terapi cairan pada klien 4
c. Perawat memprogram pemberian cairan elektrolit pekat
sesuai aturan pemberian 4
5 d. Perawat memonitor reaksi pemberian cairan
e. Perawat menggunakan alat yang tepat dalam pemberian 4
cairan
f. Perawat mengatur tetesan infus atau hasil perhitungan sesuai 4
dengan order 4
g. Perawat menuliskan catatan pemberian infus secara terperinci 3
(tanggal, jam, dan macam cairan) 1
6 Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan
a. Ada dokumentasi tentang obat-obatan yang sudah diberikan 4
dan waktu pemberiannya
b. Ada dokumentasi serah terima klien 4
c. Perawat mengisi catatan perkembangan keadaan klien saat ini 4
dengan jelas
Hindari salah kateter, salah sambung selang (tube)
a. Perawat mengecek order adanya pemberian tindakan
misalnya pemasangan kateter atau NGT 4
b. Sebelum melakukan tindakan ada persetujuan klien dan
keluarga 4
c. Perawat memastikan selang kateter atau selang NGT sesuai
7
dengan ukurannya 4
d. Perawat menggunakan alat yang steril 4
e. Perawat memastikan bahwa selang masuk kedalam kandung 4
kemih
f. Perawat memastikan balon sudah terfiksasi 4
g. Perawat melakukan tindakan pemasangan secara atraumatik 4
Gunakan alat injeksi sekali pakai
a. Perawat mengecek program pemberian obat dalam catatan 4
perawatan
8 b. Satu spuit digunakan satu kali pakai untuk satu obat 4
c. Perawat memastikan bahwa spuit dibuang di tempat sampah
medis 4
d. Perawat membuang spuit dalam keadaan tertutup 4
Tingkatkan kebersihan tangan untuk pencegahan inos
a. Perawat mencuci tangan sebelum melakukan tindakan 3 1
b. Perawat mencuci tangan sesudah melakukan tindakan 4
9
c. Perawat mencuci tangan menggunakan antiseptik 4
d. Perawat mencuci tangan dengan teknik yang benar 4
e. Ada pedoman mengenai cuci tangan yang benar 4
JUMLAH 183 5
ΣN 366 5
Sumber Data Primer Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul
2021
Analisis:
1
hubungan antar karyawan dalam
kelompok kerja.
2. Hasil penghitungan jumlah tenaga kerja
perawat yang dibutuhkan dalam satu
ruang rawat inap Bougenvile belum
memenuhi standar Depkes dan PPNI,
dimana setelah dihitung menggunaka
rumus Depkes hasilnya dibutuhkan 23
perawat, namun baru tersedia 17
perawat, kemudian dengan
penghitungan rumus dari PPNI
didapatkan hasil dibutuhkan perawat
sebanyak 24 perawat sehingga masih
kurang 7 perawat lagi.
3. Kurang Kelengkapan SAK Berdasarkan 10 besar penyakit yang
(Standar Asuhan terdapat di ruang Bougenvile, masih
Keperawatn) terdapat 6 penyakit yang belum ada SAK
(Standar Asuhan keperawatan), meliputi
calculus of ureter, impacted teeth,
concussion, fracthur of lower end of radius,
frachtur of sahft of tibia lateralis, calculus
of kidney.
4. Kurang Kelengkapan SPO Berdasarkan observasi yang dilakukan
(Standar Prosedur selama pengkajian, terdapat empat
Operasional) tindakan yang dilakukan perawat namun
SPO belum tertera di daftar SPO ruang
Bougenvile, yaitu meliputi tindakan
perawatan luka dekubitus, aff drain,
pemberian obat oral dan pemberian obat
sublingual.
D. PRIORITAS MASALAH
Tabel 3.52
Prioritas Masalah di Ruangan Bougenvile RSUD Panembahan
Senopati Bantul Yogyakarta
Keterangan
U : Urgency (dilihat dari tersedianya waktu, mendesak atau tidak
masalah tersebut diselesaikan)
S : Seriousness (melihat dampak masalah tersebut terhadap
produktifitas kerja, pengaruh terhadap keberhasilan,
membahayakan system atau tidak)
G : Growth (masalah tersebut berkembang sedemikian rupa sehingga
sulit untuk dicegah)
Peniliaian menggunakan skala likert yaitu :
1 : Sangat kecil
2 : Kecil
3 : Sedang
4 : Besar
5 : Sangat besar
E. ANALISIS SWOT
1. Belum Optimalnya Pelaksanaan Operan Jaga
Tabel 3.56
Belum Optimalnya Pelaksanaan Handover Jaga Di Ruang
Bougenvile RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta
Tabel 3.57
Belum optimalnya Ketidakpuasan Kinerja Perawat berdasarkan 10
penyakit dalam 3 bulan terakhir di Ruang Bougenvile RSUD
Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta
Tabel 3.58
Belum optimalnya SPO dan SAK (Standar Asuhan Keperawatan)
berdasarkan 10 penyakit dalam 3 bulan terakhir di Ruang Bougenvile
RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta
b. Jadwal kegiatan
TABEL 4.2
Rencana Upaya Peningkatan Pelakasanaan Handover Ruang Rawat
Inap Bougenvile RSUD Penembahan Senopati Bantul
No Kegiatan Tanggal
17 Mei 2021 18 Mei 2021 20 Mei 2021
Persiapan
1 Melakukan koordinasi
dengan koordinator X
ruang Bougenvile, PN
dan AN mengenai
ceklist pelaksanaan
handover.
pelaksanaan
2 Melakukan roleplay
sebagai Koordinator X
ruang, PN dan AN
dalam melakukan
handover.
Evaluasi
3 Evaluasi pelaksanaan
handover di ruang X
rawat inap Bougenvile
Sumber : Data Primer Rawat Inap Bougenvile
Keterangan :
= perencanaan, X = pelaksanaan, 0 = belum dilaksanakan
2. Evaluasi
a. Hasil
Tabel 4.3
Evaluasi Pelaksanaan Handover di Ruang Rawat Inap Bougenvile
RSUD Panembahan Senopati Bantul Tanggal
17 Mei – 20 Mei 2021
VARIABEL YANG DINILAI SL SR KD TP
NO
(n: 4) (3) (2) (1) (0)
1 Handover didahului dengan doa bersama 4
Komunikasi antar pemberi tanggung jawab
2 dan penerima tanggung jawab dilakukan 4
didepan pintu dengan suara pelan / tidak rebut
Menyebutkan identitas klien, diagnosa medis,
diagnosa keperawatan, tindakan keperawatan
3 4
yang telah dilakukan beserta waktu
pelaksanaannya dan evaluasinya
Menginformasikan jenis rencana dan waktu
4 rencana tindakan keperawatan yang belum 4
dilaksanakan
Menyebutkan perkembangan klien yang ada
5 4
selama shift
Menginformasikan pendidikan kesehatan
6 4
yang telah diberikan (bila ada)
7 Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan 4
Menyebutkan tindakan medis beserta
8 4
waktunya yang dilakukan selama shift
Menyebutkan tindakan medis yang belum
9 4
dilakukan selama shift
Menginformasikan kepada klien/ keluarga
10 nama perawat pada shift berikutnya pada 4
setiap akhir tugas
Memberi salam pada klien, keluarga serta
mengobservasi dan menginspeksi keadaan
11 4
klien, menanyakan keluhan-keluhan klien
(dalam rangka klasifikasi)
44x3
JUMLAH
=132
Sumber: Data primer di Ruang Rawat Inap Bougenvile RSUD Panembahan Senopati
Bantul Tanggal 17 Mei – 20 Mei 2021.
Kategori:
76-100 = Baik
56-75 = Cukup baik
<56 = Kurang, (Nursalam, 2015)
Grafik 4.1
Evaluasi Pelaksanaan Handover di Ruang Rawat Inap Bougenvile
RSUD Panembahan Senopati Bantul Tanggal
20 Mei 2021
100
95
90
85
80
75
Sebelum Implementasi Setelah Implementasi
Hasil evaluasi
c. Faktor Pendukung
1. Adanya himbauan dari koordinator ruang terkait pelaksanaan
komunikasi terapeutik terhadap pasien maupun kepada keluarga
pasien.
2. Adanya himbauan dari koordinator ruang terkait handover.
3. Adanya kelengkapan data pasien di dalam Rekam Medis.
4. Adanya koordinator ruang, PN, AN dan mahasiswa profesi stase
manajemen keperawatan
d. Faktor penghambat
Kurangnya kesadaran perawat dalam penyampaian handover yang tepat
dan pelaksanaan komunikasi terapeutik dalam hal memperkenalkan diri
kepada pasien maupun keluarga pasien saat Handover.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan pada tanggal 20 Mei
2021 di dapatkan hasil handover di ruang rawat inap Bougenvile RSUD
Panembahan Senopati Bantul dalam kategori baik dengan persentase
sebesar 100%. Handover yang efektif harus dijadikan budaya oleh
perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan dan asuhan
keperawatan akan berpengaruh dalam melakukan tindakan yang akan
dilakukan ketika sedang melaksanakan shift jaga.
B. Saran
1. Bidang Mutu Keperawatan RSUD Panembahan Senopati Bantul
Penulis menyarankan sebaiknya dari Bidang Mutu Keperawatan
RSUD Panembahan Senopati Bantul dapat melakukan monitoring dan
evaluasi secara periodik untuk menilai tingkat kepatuhan perawat
dalam melakukan handover, sesuai dengan standar prosedur
operasional (SPO) di ruang rawat inap khususnya ruang rawat inap
Bougenvile.
2. Koordinator Ruang Bougenvile
Penulis menyarankan sebaiknya Koordinator Ruang Bougenvile
memotivasi dan melakukan monitoring kepada perawat terkait
kepatuhan perawat dalam melakukan handover, sesuai dengan standar
prosedur operasional (SPO) yang ada.
3. Perawat Pelaksana
Penulis menyarankan sebaiknya perawat pelaksana
mematuhi/melaksanakan handover sesuai dengan standar prosedur
operasional (SPO) yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
A.S. Hornby dan Cit Intansari. 2013. The Advanced Leaner’s Dictionary of
Current English. London: Oxford University press.
Douglas, Laura Mae. 2013. The effective Nurse : Leader and Manager. 4th. Ed.
Mosby-year book, Inc.
Ellis, J. R., & Hartley, CL. 2000. Nursing in Today’s World : Trend, Issue and
Management. United State: Lippincolt Williams & Wilkins.
O’Grady, William dan Gusman. 1986. Contemporary Linguistics. London & New
York: Longman.
Stuart, G.W., and Sundenen, S.J. 2013. Buku saku keperawatan jiwa. 6th editon.
St. Louis: Mosby Yeart Book.
Wexley dan Yukl. 1977. Perilaku Organisasi dan Psikologi Personalia. Jakarta:
Bina Aksara.