Anda di halaman 1dari 307

LAPORAN MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANG BOUGENVILE

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANEMBAHAN


SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA

Disusun Guna Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Stase Manejemnen


Keperawatan

Preceptor: Ns. Rohayati Masitoh, S.Kep., MM

Disusun Oleh :
Saifullah Tani, S.Kep 24201349
Papri Atmawati, S.Kep 24201350
Naelatur Rizqiyah, S.Kep 24201351
Dwi Mustika Wati, S.Kep 24201352
Nursantri Ms. Sanatu, S.Kep 24201353
Refika Sahara Dewi, S.Kep 24201354
Fikry Hafizi, S.Kep 24201355
Erika Putri Desya, S.Kep 24201356
Yati Wulandari, S.Kep 24201357
Fildzah Khalishatul K, S.Kep 24201358
Siti Sofiyani, S.Kep 24201359
Putri Rizki Hariani, S.Kep 24201360

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS ANGKATAN XXV


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2021
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA GLOBAL YOGYAKARTA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
ANGKATAN XXV

LEMBAR PENGESAHAN

Telah disahkan “Laporan Manejemen Keperawatan di Ruang Bougenvile RSUD


Panembahan Senopati Bantul” guna memenuhi tugas kelompok Stase Manejemen
Keperawatan STIKes Surya Global Yogyakarta Tahun 2021

Yogyakarta, Mei 2021

Mengetahui,

Pembimbing Klinik I Pembimbing Klinik II


Kepala Seksi Keperawatan dan Kebidanan Kepala Ruang Rawat Inap Bougenvile
RSUD Panembahan Senopati Bantul RSUD Panembahan Senopati Bantul

(Rohayati Masitoh, S.Kep., Ns., MM) (Etik Ratnaningsih, SST)


NIP. 197112202195032003 NIP. 197903311998032001

Pembimbing Akademik Stase Manajemen Keperawatan


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Surya Global Yogyakarta

(Suib, S.Kep., Ns., M.Kep)

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas ini
yang berjudul “Laporan Manajemen Keperawatan di Ruang Bougenvile Rumah
Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul”.
Adapun penyusunan tugas ini, sehubungan dengan pemenuhan tugas
kelompok yaitu presentasi kasus stase manajemen keperawatan yang dibimbing
oleh Ibu Rohayati Masitoh, S.Kep., Ns., MM dan Ibu Etik Ratnaningsih, SST
selaku pembimbing klinik dan Bapak Suib, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku dosen
pembimbing akademik di RSUD Panembahan Senopati Bantul.
Kami sangat berharap tugas ini dapat berguna bagi kami maupun orang
yang membacanya, dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan
mengenai update ilmu terkait manajemen keperawatan. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam laporan ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan ulasan demi
perbaikan laporan yang telah kami buat. Mengingat tidak ada yang sempurna
tanpa saran yang membangun.
Akhir kata tim penyusun mengucapkan banyak terimakasih kepada
pembimbing klinik dan pembimbing akademik, karena berkat bimbingan
beliaulah kami bisa menyelesaikan laporan ini.

Yogyakarta, Mei 2021

Tim Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan kesehantan yang berkualitas didukung oleh adanya sumber -
sumber yang memadai antara lain sumber daya manusia, standar pelayanan
dan fasilitas. Sumber – sumber yang tersedia dimanfaatkan sebaik-baiknya
agar berdaya guna, sehingga tujuan institusi penyelenggara pelayanan dapat
tercapai dengan kualitas tinggi (Depkes RI, 2015).
Berdasarkan Undang-Undang RI No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit,
rumah sakit adalah intitusi pelayanan kesehatan yang menyelenggrakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (DepKes RI, 2009).
WHO (World Health Organization) memaparkan bahwa menurut WHO
rumah sakit adalah organisasi terpadu dari bidang social dan medis yang
berfungsi sebagai pusat pemberi pelayanan kesehatan, baik pencegahan,
penyembuhan, pusat latihan dan penelitian biologi-sosial.
Kompleksitas ini muncul karena pelayanan di rumah sakit menyangkut
berbagai tingkatan maupun jenis disiplin. Agar rumah sakit mampu
melaksanakan fungsi yang demikian kompleks, rumah sakit harus memiliki
sumber daya manusia yang professional baik dibidang teknis medis maupun
administrasi kesehatan. Untuk menjaga dan meningkatkan mutu, rumah sakit
harus mepunyai suatu ukuran yang menjamin peningkatan mutu disemua
tingkatan termasuk keperawatan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
pelayanan kesehatan (Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009).
Proses manajemen berlaku untuk semua orang yang mencari cara untuk
mempengaruhi perilaku orang lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Proses ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses manajemen
dengan melibatkan semua anggota untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Pelayanan keperawatan di rumah sakit merupakanan bagian yang tidak
dapat dipisahkan dari pelayanan kesehatan secara keseluruhan, bahkan
sebagai alah satu factor penentu bagi mutu pelayanan dari citra rumah sakit
dimata masyarakat. Berdasarkan itu maka pelayanan perawatan secara
orgamisatoris, administrasi dan teknis tidak dapat dipisahkan dari pelayanan
di rumah sakit pada umumnya (Depkes RI, 2015).
Pengembangan dalam berbagai aspek keperawatan bersifat saling
bergantung, saling mempengaruhi, dan saling berkepentingan. Leh karena itu
inovasi dalam pendiikan keperawatan, praktek keperawatan, ilmu
keperawatan dan kehidupan keprofesian merupakan fokus utama keprawatan
Indonesia dalam prosen profesionalisasi. Keadaan ini bisa dicapai apabila
perawat Indonesia menguasai pengelolan keperawatan secara professional
saat ini dan yang akan datang (Nursalam, 2016).
Pelayanan keperawatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
pelayanan kesehatan secara keseluruhan bahkan merupakan salah satu factor
penentu terhadap peningkatan mutu pelayanan dan citra rumah sakit. Hal ini
dapat dipahami karena perawat merupakan individu yang berhubungan
langsung dengan pasien selama 24 jam dalam masa perawatan. Keperawatan
sebagai sebuah profesi dituntut untuk memiliki kemapuan intelektual,
interpersonal, kemampuan teknis dan moral (Nursalam, 2016).
Manajemen keperawatan merupakan pelayanan keperawatan profesional
dimana tim keperawatan dikelola dengan menjalankan empat fungsi
manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, motivasi dan pengendalian.
Keempat fungsi tersebut saling terkait serta saling berhubungan dan
memerlukan ketrampilan-ketrampilan teknis, hubungan antar manusia dan
konseptual yang mendukung tercapainya asuhan keperawatan yang bermutu,
berdaya guna dan berhasil guna kepada klien. Dengan alasan tersebut,
manajemen keperawatan perlu mendapat perhatian dan prioritas utama dalam
pengembangan keperawatan di masa depan. Hal tersebut berkaitan dengan
tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap perkembangan dan
perubahan memerlukan pengelolaan secara profesional dengan
memperhatikan setiap perubahan yang terjadi (Nursalam, 2016).
Rumah sakit merupakan organisasi yang sangat kompleks dan sangat
penting dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia.
Rumah sakit sebagai salah satu penyelenggara pelayanan kesehatan, salah
satunya adalah penyelenggara pelayanan asuhan keperawatan senantiasa
memberikan pelayanan yang memuaskan kepada klien maupun keluarganya
(Depkes RI, 2015). Oleh karena itu, diperlukan cara pengelolaan pelayanan
keperawatan yang mengikuti prinsip-prinsip manajemen.
RSUD Panembahan Senopati Bantul merupakan rumah sakit kelas B
pendidikan yang telah ditetapkan dengan keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia. RSUD Panembahan Senopati Bantul berlokasi di Jalan
Dr. Wahidin Sudiro Husodo Bantul.
Terdapat berbagai macam ruang pelayanan di Panembahan Senopati
Bantul yang salah satunya adalah ruang perawatan Bougenvile. Ruang
perawatan Bougenvile atau ruang rawat Bougenvile merupakan ruang rawat
kelas II khusus bedahI. Perawat ruang rawat Bougenvile berjumlah 17 orang,
terdiri dari 1 Koordinator Ruang, 3 Primary Nursing, 13 Assosiated Nurse, 1
Asisstant Nurse, dan 1 bagian Tata Usaha.
Perawat sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, dituntut untuk
memiliki kemampuan manajerial yang tangguh sehingga pelayanan yang
diberikan mampu memuaskan kebutuhan klien. Untuk dapat mewujukan
kepuasan pasien terhadap pelayanan, perawat harus mampu mengaplikasikan
peranannya masing-masing. Peranan perawat dalam tatanan manajerial di
ruang rawat Bougenvile terdiri dari Kordinator Ruang, Primary Nurse,
Assosiated Nurse, dan Asisstant Nurse.
Mahasiswa pofesi Ners Angkatan XXV STIKes Surya Global Yogyakarta
dituntut untuk dapat mengaplikasikan langsung pengetahuan manajerialnya di
Ruang Rawat Inap Bougenvile RSUD Panembahan Senopati Bantul dengan
arahan dari pembimbing akademik maupun dari pembimbing lapangan.
Dengan adanya praktek dilapangan diharapkan mahasiwa mampu menrapkan
ilmu yang sudah didapat dan mampu mengelola ruang perawatan dengan
pendekatan proses manajemen.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan praktik manajemen keperawatan selama 3 minggu
secara daring dan luring di ruang Bougenvile RSUD Panembahan
Senopati Bantul, diharapkan mahasiswa mampu memahami dan
melaksanakan konsep dan keterampilan manajamen serta gaya atau model
kepeimpinan keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktik manajemen keperawatan selama 3 minggu
secara daring dan luring di Ruang Bougenvile RSUD Panembahan
Senopati Bantul, mahasiswa mampu:
a. Melakukan analisa tentang gambaran umum ruang Bougenvile RSUD
Panembahan Senopati Bantul.
b. Melakukan analisa aspek manajemen di ruang Bougenvile RSUD
Panembahan Senopati Bantul yang meliputi unsur input, proses, dan
output.
c. Mengidentifikasi,
d. Mengidentifikasi alternative pemecahan masalah serta menyusun
rencana kegiatan/POA berdasarkan prioritas masalah.
e. Mengorganisasi kegiatan berdasarkan perencanaan yang ditetapkan.
f. Melaksanakan dan mengevaluasi pelaksanaan rencana kegiatan yang
telah disusun sesuai prioritas.
g. Melakukan pengawasan, pengendalian, dan penilaian dalam upaya
pencapaian hasil yang optimal.
h. Menerapkan gaya kepemimpinan yang sesuai dengan situasi dan
kondisi.

C. Tempat dan Waktu


Pelaksanaan praktek manajemen keperawatan ini dilakukan di Ruang
Bougenvile RSUD Panembahan Senopati Bantul berlangsung selama 3
minggu mulai tanggal 3 Mei – 22 Mei 2021.

D. Manfaat
1. Bagi Ruang Bougenvile di RSUD Panembahan Senopati Bantul
Praktek manajemen keperawatan ini dapat menambah khasanah
pengetahuan khususnya dalam lingkup manajemen keperawatan dengan
memberikan gambaran pengetahuan kepada perawat tentang MPKP dan
memotivasi perawat dalam melaksanakan MPKP di ruang Bougenvile
RSUD Panembahan Senopati Bantul di Ruang Bougenvile.
2. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa mamapu menerapkan teori yang telah didapat kedalam
lingkup kerja yang sebenarnya.

E. Cara Pengumpulan Data


Dalam melakukan pengumpulan data yang digunakan untuk identifikasi
masalah dilakukan dengan metode :
1. Observasi
Observasi dilakukan untuk memperoleh data kondisi fisik ruangan,
proses pelayanan, keadaan inventaris ruangan, asuhan keperawatan
yang langsung dilakukan ke pasien.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada koordinator perawat Ruang Bougenvile,
perawat primer, perawat pelaksana, keluarga pasien untuk
mengumpulkan data tentang proses orientasi pasien baru dan
pelayanan pasien.
3. Angket / Kuisioner
Angket digunakan untuk mengetahui kepuasan pasien terhadap asuhan
keperawatan, penerapan standar asuhan keperawatan dan pelaksanaan
Model Praktek Keperawatan Profesional

F. Kategori Penilaian
Setelah masing-masing data didapatkan kemudian akan dilakukan
penilaian dengan menggunakan persentase lalu ditafsirkan dengan kalimat
kualitatif berdasarkan kriteria Arikunto (2013) yaitu : kriteria sangat baik (76-
100%), baik (56-75%), cukup/kurang (21-55%), sangat kurang (1-20%).

G. Peserta
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Surya Global Yogyakarta yang sedang menjalani tahap pendidikan
profesi ners angkatan XXV stase manajemen keperawatan periode 3 Mei – 22
Mei 2021 di Ruang Bougenvile RSUD Panembahan Senopati Bantul, dengan
anggota :
1. Saifullah Tani, S.Kep 24201349
2. Papri Atmawati, S.Kep 24201350
3. Naelatur Rizqiyah, S.Kep 24201351
4. Dwi Mustika Wati, S.Kep 24201352
5. Nursantri Ms. Sanatu, S.Kep 24201353
6. Refika Sahara Dewi, S.Kep 24201354
7. Fikry Hafizi, S.Kep 24201355
8. Erika Putri Desya, S.Kep 24201356
9. Yati Wulandari, S.Kep 24201357
10. Fildzah Khalishatul K, S.Kep 24201358
11. Siti Sofiyani, S.Kep 24201359
12. Putri Rizki Hariani, S.Kep 24201360

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Menejemen Keperawatan


1. Pengertian Konsep Manajemen
Manajemen merupakan proses bekerja dengan dan melalui orang
lain untuk mencapai tujuan organisasi dalam suatu lingkungan yang
berubah. Manajemen juga merupakan proses pengumpulan dan
pengorganisasian sumber-sumber dalam mencapai tujuan melalui kerja
orang lain yang mencerminkan kedinamisan organisaasi. Proses
manajemen meliputi kegiatan mencapai tujuan organisasi melalui
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian sumber-
sumber daya manusia, fisik dan teknologi (Nursalam, 2014).
Manajemen adalah suatu proses melakukan kegiatan atau usaha
untuk mencapai tujuan organisasi melalui kerja sama dengan orang lain
(Hersey dan Blanchard, 2013).
Manajemen adalah pencapaian tujuan yang telah ditentukan dengan
menggunakan orang lain (Terry, 2013). Menurut Weihrich dan Koontz
Manajemen adalah suatu proses merancang, memelihara suatu lingkungan
dimana orang-orang yang bekerja sama di dalam suatu kelompok dapat
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan seefisien mungkin.
Manajemen adalah pelaksanaan pekerjaan bersama orang lain
(Konte dan Donnel). Follet mendefenisikan manajemen sebagai seni
menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Defenisi ini berarti bahwa
seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk
mencapai tujuan organisasi.

2. Pengertian Konsep Keperawatan


Keperawatan sebagai profesi merupakan salah satu pekerjaan
dimana dalam menentukan tindakannya didasari pada ilmu pengetahuan
serta memiliki keterampilan yang jelas dalam keahliannya. Bentuk asuhan
keperawatan ini sendiri merupakan suatu proses dalam praktek
keperawatan yang langsung diberikan kepada klien pada berbagai tatanan
pelayanan kesehatan dengan menggunakan metodologi proses
keperawatan, berpedoman pada standarkeperawatan, dilandasi etik
keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan
(Murwani, 2014).
Keperawatan Indonesia sampai saat ini masih berada dalam proses
mewujudkan keperawatan sebagai profesi. Ini merupakan proses jangka
panjang yang ditujukan untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan
masyarakat Indonesia. Perubahan yang terjadi akan mencakup seluruh
aspek keperawatan yaitu: (1) penataan pendidikan tinggi keperawatan; (2)
pelayanan dan asuhan keperawatan; (3) pembinaan dan kehidupan
keprofesian; (4) penataan lingkungan untuk perkembangan keperawatan.
Pengembangan dalam berbagai aspek keperawatan ini bersifat saling
berhubungan, saling bergantung, saling mempengaruhi, dan saling
berkepentingan. Inovasi dari keempat aspek diatas merupakan fokus utama
keperawatan Indonesia dalam prosesn profesionalisasi serta
mempersiapkan diri dengan sebaik - baiknya dalam menghadapi tantangan
keperawatan di masa depan (Nursalam, 2014).
Standar praktik merupakan salah satu perangkat yang diperlukan
oleh setiap tenaga profesional. Standar praktik keperawatan adalah
ekspektasi atau harapan-harapan yang minimal dalam memberikan asuhan
keperawatan yang aman, efektif dan etis. Standar praktik keperawatan
merupakan komitmen profesi keperawatan dalam melindungi masyarakat
terhadap praktik yang dilakukan oleh anggota profesi (PPNI, 2010).
Lingkup standar praktik keperawatan Indonesia meliputi:
1) Standar praktik profesional
a. Standar I Pengkajian
Perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan klien secara
sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan
Rasional :
Pengkajian keperawatan merupakan aspek penting dalam proses
keperawatan yang bertujuan menetapkan data dasar tentang tingkat
kesehatan klien yang digunakan untuk merumuskan masalah klien
dan rencana tindakan.
Kriteria struktur :
(1) Metode pengumpulan data yang digunakan dapat menjamin:
a) Pengumpulan data yang sistematis dan lengkap
b) Dipebaharuinya data dalam pencatatan yang ada
c) Kemudahan memperoleh data
d) Terjaganya kerahasiaan
(2) Tatanan praktek mempunyai sistem pengumpulan data
keperawatan yang merupakan bagian integral dari sistem
pencatatan pengumpulan data klien.
(3) Sistem pencatatan berdasarkan proses keperawatan. Singkat,
menyeluruh, akurat dan berkesinambungan.
(4) Praktek mempunyai sistem pengumpulan data keperawatan
yang menjadi bagian dari sistem pencatatan kesehatan klien.
(5) Tatanan praktek tersedia sistem penyimpanan data yang dapat
memungkinkan diperoleh kembali bila diperlukan.
(6) Tersedianya sarana dan lingkungan yang mendukung.
Kriteria proses:
(1) Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara,
observasi, pemeriksaan fisik dan mempelajari data penunjang
(pengumpulan data penunjang diperoleh hasil pemeriksaan
laboratorium dan uji diagnosis), serta mempelajari catatan lain.
(2) Sumber data adalah klien, keluarga atau orang terkait, tim
kesehatan, rekam medis, serta catatan lain.
(3) Klien berpartisipasi dalam proses pengumpulan data.
(4) Data yang dikumpulkan, difokuskan untuk mengindetifikasi:
a) Status kesehatan klien saat ini
b) Status kesehatan klien masa lalu
c) Status biologis (fisiologis)
d) Status psikologis (pola koping)
e) Status sosial kultural
f) Status spritual
g) Respon terapi
h) Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal
i) Resiko masalah potensial
Kriteria hasil:
(1) Data dicatat dan dianalisis sesuai standar dan format yang ada
(2) Data yang dihasilkan akurat, terkini, dan relevan sesuai
kebutuhan klien.

b. Standar II Diagnosa keperawatan


Perawat menganalisis data pengkajian untuk merumuskan
diagnosis keperawatan
Rasional :
Diagnosis keperawatan sebagai dasar pengembangan rencana
intervensi keperawatan dalam rangka mencapai peningkatan,
pencegahan dan penyembuhan penyakit serta pemulihan kesehatan
klien.
Kriteria struktur :
Tatanan praktek memberi kesempatan:
(1) Kepada teman sejawat, klien untuk melakukan validasi
diagnosis keperawatan
(2) Adanya mekanisme pertukaran informasi tentang hasil
penelitian dalam menetapkan diagnosis keperawatan yang
tepat.
(3) Untuk akses sumber-sumber dan program pengembangan
profesional yang terkait.
(4) Adanya pencatatan yang sistematis tentang diagnosis klien.
Kriteria proses :
(1) Diagnosis keperawatan terdiri dari analisis, dan interpretasi
data, identifikasi masalah klien dan rumusan diagnosis
keperawatan.
(2) Komponen diagnosis keperawatan terdiri dari masalah (P),
penyebab (E), gejala atau tanda (S) atau terdiri dari masalah
dengan penyebab (PE).
(3) Bekerja sama dengan klien, dekat dengan klien, petugas
kesehatan lain untuk memvalidasi diagnosis keperawatan.
(4) Melakukan kaji ulang dan revisi diagnosis berdasarkan data
terbaru.
Kriteria hasil :
(1) Diagnosis keperawatan divalidasi oleh klien bila
memungkinkan
(2) Diagnosis keperawatan yang dibuat diterima oleh teman
sejawat sebagai diagnosis yang relevan dan signifikan.
(3) Diagnosis didokumentasikan untuk memudahkan perencanaan,
implementasi, evaluasi dan penelitian.

c. Standar III Perencanaan


Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi
masalah kesehatan dan meningkatkan kesehatan klien.
Rasional ;
Perencanaan dikembangkan berdasarkan diagnosis keperawatan
Kiteria struktur :
Tatanan praktek menyediakan:
(1) Sarana yang dibutuhkan untuk mengembangkan perencanaan.
(2) Adanya mekanisme pencatatan, sehingga dapat
dikomunikasikan.
Kriteria proses :
(1) Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan,
dan rencana tindakan keperawatan.
(2) Bekerjasama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan
keperawatan
(3) Perencanaan bersifat individual (sebagai individu, kelompok
dan masyarakat) sesuai dengan kondisi atau kebutuhan klien.
(4) Memdokumentasikan rencana keperawatan.
Kriteria hasil :
(1) Tersusunnya suatu rencana asuhan keperawatan klien
(2) Perencanaan mencerminkan penyelesaian terhadap diagnosis
keperawatan
(3) Perencanaan tertulis dalam format yang singkat dan mudah
didapat
(4) Perencanaan menunjukkan bukti adanya revisi pencapaian
tujuan.

d. Standar IV Pelaksanaan tindakan (implementasi)


Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi
dalam rencana asuhan keperawatan
Rasional :
Perawat mengimplementasikan rencana asuhan keperawatan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan partisipasi klien dalam
tindakan keperawatan berpengaruh pada hasil yangdiharapkan.
Kriteria struktur
Tatanan praktek menyediakan:
(1) Sumber daya untuk pelaksanaan kegiatan
(2) Pola ketenagaan yang sesuai kebutuhan
(3) Ada mekanisme untuk mengkaji dan merevisi pola ketenagaan
secara periodik
(4) Pembinaan dan peningkatan keterampilan klinis keperawatan
(5) Sistem komunikasi keperawatan
Kriteria proses
(1) Bekerjasama dengan klien dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan.
(2) Kolaborasi dengan profesi kesehatan lain untuk meningkatkan
status kesehatan klien
(3) Melakukan supervisi terhadap tenaga pelaksana keperawatan
dibawah tanggung jawabnya.
(4) Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah
klien
(5) Menjadi koordinator pelayanan dan advokasi terhadap klien
untuk mencapai tujuan kesehatan.
(6) Menginformasikan kepada klien tentang status kesehatan dan
fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan yang ada
(7) Memberikan pendidikan pada klien dan keluarga mengenai
konsep dan keterampilan asuhan diri serta membantu klien
memodifikasi lingkungan yang digunakannya.
(8) Mengkaji ulang dan merevisi pelaksaan tindakan keperawatan
berdasarkan respon klien
Kriteria hasil
(1) Terdokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien secara
sistematik dan dengan mudah diperoleh kembali.
(2) Tindakan keperawatan dapat diterima klien
(3) Ada bukti-bukti yang terukur tentang pencapaian tujuan.

e. Standar V Evaluasi
Perawat mengevaluasi perkembangan kesehatan klien terhadap
tindakan dalam pencapaian tujuan, sesuai rencanayang telah
ditetapkan dan merevisi data dasar dan perencanaan.
Rasional :
Praktek keperawatan merupakan suatu proses dinamis yang
mencakup berbagai perubahandata, diagnosa, atau perencanaan
yang telah dibuatsebelumnya. Efektivitas asuhan keperawatan
tergantung pada pengkajian yang berulang-ulang.
Kriteria struktur :
(1) Sarana dan lingkunganyang mendukung terlaksananya proses
evaluasi.
(2) Adanya akses informasiyangdapat digunakan perawat dalam
penyempurnaan perencanaan.
(3) Adanya supervisi dan konsultasi untuk membantu perawat
melakukan evaluasi secara efektif dan mengembangkan
alternatif perencanaan yang tepat.
Kriteria proses :
(1) Menyusun rencana evaluasi hasil tindakan secara
komprehensif, tepat waktu dan terus menerus
(2) Menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukur
perkembangan ke arah pencapaian tujuan
(3) Memvalidasi dan menganalisis data baru dengan sejawat dan
klien
(4) Bekerjasama dengan klien, keluarga untuk memodifikasi
rencana asuhan keperawatan
(5) Mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi
perencanaan
(6) Melakukan supervisi dan konsultasi klinik
Kriteria hasil :
(1) Diperolehnya hasil revisi data, diagnosis, rencanatindakan
berdasarkan evaluasi
(2) Klien berpartisipasi dalam proses evaluasi dan revisi rencana
tindakan
(3) Hasil evaluasi digunakan untuk mengambil keputusan
(4) Evaluasi tindakan terdokumentasikan sedemikian rupa yang
menunjukkan kontribusi terhadap efektivitas tindakan
keperawatan dan penelitian
2) Standar kinerja profesional
a. Standar I Jaminan mutu
Perawat secara sistematis melakukan evaluasi mutu dan
efektifitaspraktek keperawatan.
Rasional :
Evaluasi mutu asuhan keperawatan melalui penilaian praktek
keperawatan merupakan suatu cara untuk memenuhi kewajiban
profesi yaitu menjamin klien mendapat asuhan yang bermutu.
Kriteria Struktur :
(1) Adanya kebijakan institusi untuk mendukung telaksananya
jaminan mutu.
(2) Tesedia mekanisme telaah sejawat dan pogram evaluasi
interdisiplin di tatanan praktek.
(3) Perawat menjadi anggota telaah sejawat dan anggota program
evaluasi interdisiplin untuk menilai hasil akhir asuhan
kesehatan.
(4) Tersedianya rencana pengembangan jaminan mutu bedasarkan
standar praktek yang sudah ditetapkan untuk memantau mutu
asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien.
Kriteria proses :
(1) Perawat berperan serta secara teratur dan sistematis pada
evaluasi praktek keperawatan melalui:
a) Penetapan indikator kritis dan alat pemantauan
b) Pengumpulan dan analisis data
c) Perumusan kesimpulan, umpan balik dan rekomendasi.
d) Penyebaran informasi
e) Penyusunan rencana tindak lanjut
f) Penyusunan rencana dan pelaksanaan penilaian secara
periodik.
(2) Perawat memanfaatkan usulan-usulan yang sesuai, yang
diperoleh melalui program evaluasi praktek keperawatan
Kriteria hasil :
(1) Adanya hasil pengendalian mutu
(2) Adanya tindakan perbaikan terhadapkesenjangan yang
diidentifikasi melalui program evaluasi baik individu perawat,
unit atau organisasi.

b. Standar II Pendidikan
Perawat bertanggung jawab untuk memperoleh ilmu pengetahuan
mutakhir dalam praktek keperawatan.
Rasional :
Perkembangan ilmu dan teknologi, sosial, ekonomi, politik dan
pendidikan masyarakat menuntut komitmen perawat untuk terus
menerus meningkatkan pengetahuan sehingga memacu
petumbuhan profesi.
Kriteria struktur :
(1) Adanya kebijakan ditatanan praktek untuk tetap memberi
peluang dan fasilitas pada perawat untuk mengikuti kegiatan
yang terkait dengan pengembangan keperawatan.
(2) Terseduanya peluang dan fasilitas belajar pada tatanan praktek
(3) Adanya peluang untuk berpartisifasi dalam kegiatan oganisasi
profesi mengembangkan profesi.
Kriteria proses :
(1) Perawat mempunyai prakarsa untuk belajar mandiri agar
dapat mengikuti perkembangan ilmu dan meningkatkan
keterampilan.
(2) Perawat berperan serta dalam kegiatan pemantapan ditempat
kerja (insevice) seperti diskusi ilmuah, ronde keperawatan.
(3) Perawat mengikuti pelatihan, seminar atau pertemuan
profesional lainnya.
(4) Perawat membantu sejawat mengidentifikasi kebutuhan
belajar.
Kriteria hasil :
1) Adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan perawat
tentang ilmu keperawatan dan teknologi mukhtahir.
2) Pemanfaat ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir dalam
praktek klinik.

c. Standar III Penilaian kerja


Perawat mengevaluasi prakteknya berdasarkan standar praktek
profesional dan ketentuan lain yang terkait.
Rasional :
Penilaian kinerja perawat merupakan suatu cara untuk menjamin
tercapainya standar praktek keperawatan dan ketentuan lain yang
terkait.
Kriteria struktur :
(1) Adanya kebijakan tentang penilaian kineja perawat
(2) Adanya perawat penilai sebagai anggota penilai kerja
(3) Adanya standar penilaian kerja
(4) Adanya rencana penilaian kinerja berdasarkan standar yang
ditetapkan.
Kriteria proses :
(1) Perawat berperan serta secara teatur dan sistematis pada
penilaian kinerja melalui:
a) Penetapan mekanisme dan alat penilaian kinerja
b) Pengkajian kinerja berdasarkan kriteria yang ditetapkan
c) Perumusan hasil penilaian kinerja meliputi area yang baik
dan yang kurang baik
d) Pemberian umpan balik dan rencana tindak lanjut
(2) Perawat memanfaatkan hasil penilaian untuk memperbaiki dan
mempertahankan kinerja.
Kriteria hasil :
(1) Adanya hasil penilaian kerja
(2) Adanya tindakan perbaikan terhadap kesenjangan yang
diidentifikasi melalui kegiatan penilaian kinerja.

d. Standar IV Kesejawatan (collegial)


Perawat berkonstribusi dalam mengembangkan keprofesian dari
sejawat kolega.
Rasional :
Kolaborasi antara sejawat melalui komunikasi efektif
meningkatkan kualitas pemberian pelayanan asuhan kesehatan pada
klien.
Kiteria struktur :
(1) Tersedianya mekanisme untuk telaah sejawat pada tatanan
praktek.
(2) Adanya perawat yang berperan sebagai telaah sejawat yang
mengevaluasi hasil asuhan keperawatan.
(3) Perawat berperan aktif dalam kolaborasi sejawat.
Kriteria proses :
(1) Perawat berperan serta aktif dalam melaksanakan kolaborasi
anta interdisiplin melalui mekanisme telaah sejawat.
(2) Perawat memanfaatkan hasil kolaborasi sejawat dan
melaksanakan asuhan keperawatan.
Kriteria hasil :
(1) Adanya kesepakatan antar sejawat
(2) Dilakukan pebaikan tindakan berdasarkan hasil pertemuan
kolaborasi sejawat.
e. Standar V Etik
Keputusan dan tindakan perawat atas nama klien ditentukan dengan
cara yang etis (sesuai dengan norma, nilai budaya, modul dan
idealisme profesi).
Rasional :
Kode etik perawat merupakan parameter bagi perawat dalam
membuat penilaian etis. Berbagai isu spesifik tentang etik yang
menjadi kepedulian perawat meliputi: penolakan pasien terhadap
pengobatan, informed consent, pemberhentian bantuan hidup,
kerahasiaan klien.
Kriteria stuktur :
(1) Adanya komite etik keperawatan
(2) Adanya kriteria masalah etik
(3) Adanya mekanisme penyelesaian masalah etik
(4) Adanya progam pembinaan etik profesi keperawatan
Kriteria proses
(1) Praktek perawat berpedoman pada kode etik
(2) Perawat menjaga kerahasiaan klien
(3) Perawat bertindak sebagai advokat klien
(4) Perawat memberikan asuhan dengan “tanpa menghakimi”
(non-juggement), tanpa diskriminasi
(5) Perawat memberikan asuhan dengan melindungi otonomi,
martabat dan hak-hak klien.
(6) Perawat mencari sumber-sumber yang tersedia untuk
membantu menetapkan keputusan etik.
Kriteria hasil :
(1) Ada bukti dalam catatan tentang klien, bahwa isu-isu etik
ditemukan dan dibahas didalam pertemuan tim
(2) Sasaran dalam pembinaan keperawatan berkelanjutan
mencerminkan diterapkannya konsep-konsep yang ada dalam
kode etik.
f. Standar VI Kolaborasi
Kerumitan dalam pemberian asuhan membutuhkan pendekatan
multi disiplin untuk memberikan asuhan kepada klien. Kolaborasi
multi disiplin mutlak diperlukan untuk meningkatkan efisiensi dan
efektifitas asuhan dan untuk membantu klien mencapai kesehatan
optimal. Melalui proses kolaboratif kemampuan yang khusus dari
pemberi asuhan kesehatan digunakan untuk mengkomunikasikan,
merencanakan, menyelesaikan masalah dan mengevaluasi
pelayanan.
Kriteria struktur :
(1) Adanya kebijakan kerja tim dalam memberikan asuhan
kesehatan terhadap klien.
(2) Perawat dilibatkan dalam menetapkan kebijakan yang terkait
dengan asuhan klien.
(3) Adanya jadwal pertemuan berkala
(4) Tersedianya mekanisme untuk menjamin keterlibatan klien
dalam pengambilan keputusan tim.
Kriteria proses :
(1) Perawat berkonsultasi dengan profesi lain sesuai kebutuhan
untuk memberikan asuhan yang optimal bagi klien.
(2) Perawat mengkomunikasikan pengetahuan dan keterampilan
sehingga sejawat dapat mengintergrasikannya dalam asuhan
klien
(3) Perawat melibatkan klien dalam tim multidiplin.
(4) Perawat berfungsi sebagai advokat klien
(5) Perawat berkolaborasi dengan tim multi disiplin dalam
program pengajaran, supervisi dan upaya-upaya penelitian.
(6) Perawat mengakui dan menghormati sejawat dan kontribusi
mereka.
Kriteria hasil :
(1) Ada bukti bahwa perawat merupakan anggota atau bagian
integral dari tim multi disiplin
(2) Ada bukti terjadinya kolaborasi multi disiplin, seperti
tercermin dalam rencana terapi

g. Standar VII Riset


Perawat menggunakan hasil riset dalam praktek keperawatan
Rasional :
Perawat sebagai profesional mempunyai tanggung jawab untuk
mengembangkan pendekatan baru dalam praktek keperawatan
melalui riset.
Kriteria Struktur :
(1) Tersedianya kebijakan institusi tentang riset
(2) Tersedianya pedoman riset
(3) Tersedia kesempatan bagi perawat untuk melakukan dan atau
berpartisipasi dalam riset sesuai tingkat pendidikan.
(4) Tersedia peluang dan fasilitas untuk menggunakan hasil riset.
Kriteria proses :
(1) Perawat mengidentifikasi masalah keperawatan terkait praktek
yang memerlukan riset
(2) Perawat menggunakan hasil riset yang dapat dipertanggung
jawabkan dalam upaya investigasi
(3) Perawat melaksanakan riset
(4) Perawat menggunakan hasil riset
(5) Perawat menjamin adanya mekanisme untuk melindungi
manusia sebagai subjek. Perawat mengembangkan,
mengimplementasikan dan mengealuasi telaah riset sesuai
tingkat pendidikan.
(6) Perawat mendapatkan konsultasi dan atau supervisi dari pakar
bila diperlukan.
(7) Perawat berkewajiban dalam mendiseminasikan hasil riset
Kriteria hasil :
(1) Masalah klien teridentifikasi dan ditanggulangi melalui upaya
riset
(2) Adanya bukti landasan pengetahuan keperawatan secara terus
menerus diuji dan dimutakhirkan dengan hasil-hasil riset yang
relevan.
(3) Praktek perawat mencerminkan digunakannya temuan riset
mutahkir yang tersedia.
(4) Telah dipublikasikan konstribusi perawat terhadap
pengembangan teori, praktek dan riset.

h. Standar VIII Pemanfaatan sumber-sumber


Perawat mempertimbangkan faktor-faktor yang terkait dengan
keamanan, efektifitas dan biaya dalam perencanaan dan pemberian
asuhan klien.
Rasional :
Pelayanan keperawatan menuntut upaya untuk merancang program
pelayanan keperawatan yang lebih efektif dan efisien. Perawat
berpartisipasi dalam menggali dan memanfaatkan sumber-sumber
bagi klien.
Kriteria struktur :
(1) Tersedianya kebijakan ukuran produkti yang digunakan
dipelayanan keperawatan dan unit keperawatan
(2) Tersedianya sumber dana sesuai dengan anggaran yang
disetujui
(3) Tersedianya standar kinerja yang jelas dan mekanisme
penyelasaian konflik.
(4) Tersedianya sistem informasi manajemen yang digunakan oleh
berbagai tingkat manajerial keperawatan, untuk menerima,
mengatur, menganalisa dan menyampaikan serta menyimpan
informasi yang diperlukan untuk merencanakan pelaksanaan
keperawatan, mengatur tenaga keperawatan, mengarahkan
kegiatan keperawatan dan evaluasi keluaran keperawatan.
(5) Tersedianya program K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)
diinstitusi
(6) Tersedianya protokol penting penanggulangan biaya
(7) Tersedianya alat-alat yang dibutuhkan klien.
Kriteria proses :
(1) Perawat pengelola menyiapkan dan menatalaksanaan program
anggaran unit
(2) Perawat bertanggung jawab untuk mendistribusikan sumber
daya yang tersedia dengan cara paling efektif dan tidak boros.
(3) Perawat mengontrol penggunaan sebagian besar dari sumber
daya institusi yang menjadi tanggung jawab keperawatan.
(4) Perawat menganalisa laporan bulanan anggaran untuk
mengevaluasi pola pengeluaran dan dapat menyesuaikan
penggunaannya pada situasi berubah.
(5) Perawat pengelola menyesuaikan jumlah beban kerja unit
dengan setiap tenaga kerja purna waktu.
(6) Menetapkan tugas pokok dan fungsi keperawatan dengan tepat
(menyusun jejaring yang mendukung kesejawatan bagi
perawat dengan menanggapi dengan tepat semua keluhan dan
konflik perawat dengan sejawat, ketidak serasian keluarga
dengan jadwal kerja, ketidakadilan penugasan kerja dan kurang
memadai orientasi kerja).
(7) Perawat bertanggungjawab menjamin ketersediaan alat-alat
yang berfungsi baik.
(8) Perawat bertanggung jawab menjamin K3 institusi
keperawatan
Kriteria hasil :
(1) Tersedianya laporan bulanan anggaran untuk memberikan
gambaran pola pengeluaran dan penyesuaian anggaran
(2) Terwujudnya loyalitas karyawan terhadap kelompok kerjanya,
karena kepuasan kerja dan kontribusi pekerjaannya diakaui dan
dihargai
(3) Adanya otonomi dalam pengaturan sumberdaya yang diperoleh
dari masyarakat
(4) Pemanfaatan sumber-sumber pelayanan kesehatan
dimasyarakat
(5) Terwujudnya pelayanan yang memperhatikan keamanan,
efektifitas dan biaya yang sesuai.
Profesionalisasi sesuai dengan keadaan dan lingkungan sosial di
Indonesia. Proses ini merupakan tantangan bagi perawat Indonesia
dan perlu dipersiapkan Profesionalisasi keperawatan merupakan
proses dinamis dimana profesi keperawatan yang telah terbentuk
mengalami perubahan dan perkembangan karakteristik sesuai dengan
tuntutan profesi dan kebutuhan masyarakat. Proses profesionalisasi
merupakan proses pengakuan terhadap sesuatu yang dirasakan, dinilai
dan diterima secara spontan oleh masyarakat. Profesi ini baru saja
mendapat pengakuan dari profesi lain, maka profesi ini dituntut untuk
mengembangkan dirinya agar dapat berpartisipasi aktif dalam system
pelayanan kesehatan di Indonesia agar keberadaannya mendapat
pengakuan dari masyarakat. Untuk mewujudkan pengakuan tersebut
maka perawat masih harus memperjuangkan langkah-langkah dengan
baik, berencana dan berkelanjutan. Hal ini tentunya memerlukan
waktu yang lama (Nursalam, 2014).
3. Pengertian Konsep Manajemen Keperawatan
Pengertian manajemen keperawatan menurut Nursalam (2014),
merupakan suatu pelayanan keperawatan profesional dimana tim
keperawatan dikelola dengan menjalankan empat fungsi manajemen antara
lain perencanaan, pengorganisasian, motivasi dan pengendalian. Keempat
fungsi tersebut saling berhubungan dan memerlukan keterampilan-
keterampilan teknis, hubungan antar manusia, konseptual yang
mendukung asuhan keperawatan yang bermutu, berdaya guna dan berhasil
guna bagi masyarakat.
Berdasarkan uraian pengertian diatas menunjukkan bahwa manajemen
keperawatan perlu mendapat prioritas utama dalam pengembangan
keperawatan di masa depan, karena berkaitan dengan tuntutan profesi dan
global bahwa setiap perkembangan serta perubahan memerlukan
pengelolaan secara professional dengan memperhatikan setiap perubahan
yang terjadi.
Input dari proses manajemen keperawatan antara lain informasi,
personil, peralatan, metode dan fasilitas. Proses dalam manajemen
keperawatan adalah kelompok manajer dari tingkat pengelolaan tertinggi
sampai terendah, yang mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan yang dilakukan oleh tenaga keperawatan.
Dalam hal proses, proses manajemen keperawatan sesuai dengan
pendekatan sistem terbuka dimana masing-masing komponen saling
berhubungan dan berinteraksi yang dipengaruhi oleh lingkungan. Sistem
tersebut terdiri dari enam elemen yaitu: input, lingkungan, proses, output,
control, dan umpan balik (feedback mechanism).
Output adalah hasil asuhan keperawatan, pengembangan staff dan
riset. Control yang digunakan dalam proses manajemen keperawatan
termasuk budget dari bagian keperawatan, evaluasi penampilan kerja
perawat, prosedur yang terstandar dan akreditasi. Mekanisme umpan balik
berupa laporan finansial, audit keperawatan serta survei kendali mutu.
Ciri-ciri dari asuhan keperawatan yang baik atau bermutu antara lain:
memenuhi standar profesi yang ditetapkan, sumber daya untuk pelayanan
asuhan keperawatan dimanfaatkan secara wajar, efisien dan efektif, aman
bagi pasien dan tenaga keperawatan, memuaskan bagi pasien dan tenaga
keperawatan serta aspek sosial, ekonomi, budaya, agama, etika dan tata
nilai masyarakat diperhatikan dan dihormati. Hal ini dapat dicapai dengan
adanya manajemen yang baik.

4. Prinsip yang Mendasari Manajemen Keperawatan


a. Berdasarkan perencanaan
Manajemen keperawatan perlu berdasarkan perencanaan karena
melalui fungsi perencanaan, pimpinan dapat menurunkan resiko
pengambilan keputusan, pemecahan masalah dan efek perubahan yang
terencana. Perencanaan merupakan hal yang utama dan pertama dari
serangkaian fungsi dan aktifitas manajemen. Perencanaan adalah
pemikiran/konsep-konsep tindakan yang umumnya tertulis dan
merupakan fungsi yang penting dalam mengurangi resiko-resiko dalam
pengambilan keputusan, dan pemecahan masalah sebelumnya
(Nursalam, 2014).
Penggunaan perencanaan yang efektif sangat diperlukan untuk
implementasi dari rencana dalam suatu organisasi dalam mencapai
produktivitas yang tinggi. Contoh penggunaan waktu yang efektif:
1) Seorang kepala ruang merencanakan pertemuan dengan stafnya
pada permulaan dan akhir minggu.
2) Jadwal individual perawat akan dinilai kembali pada setiap
pertemuan dan dipertimbangkan dengan tujuan produksi yang
sesuai dengan budget (Nursalam, 2014).
b. Pengambilan keputusan
Manajemen keperawatan melibatkan pengambilan keputusan.
Berbagai situasi maupun permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan
kegiatan keperawatan memerlukan pengambilan keputusan di berbagai
tingkatan manajerial. Semua tingkat manajer dalam keperawatan
memerlukan pengambilan keputusan, mengingat pelayanan
keperawatan dilakukan dalam waktu 24 jam/hari. Proses pengambilan
keputusan akan tergantung pada apakah pola komunikasi tradisional
yang diikuti atau keputusan desentralisasi untuk masing-masing
tingkat (Nursalam, 2014).
c. Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan
Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan
fokus perhatian pimpinan perawat, dengan mempertimbangkan apa
yang pasien lihat, fikir, yakini dan inginkan. Kepuasan pasien
merupakan poin utama dari seluruh tujuan keperawatan. Dalam
mencapai tujuan itu maka pimpinan kemperawatan mempunyai tiga
tugas utama dalam mengatur sumber daya manusia dan material yaitu:
1) Membentuk tujuan khusus untuk unit tertentu
2) Membuat pekerjaan yang menghasilkan
3) Mengatur efek dan tanggung jawab sosial (misalnya bila
terjadi kekurangan tenaga keperawatan) (Nursalam, 2014).
d. Terorganisir
Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian
dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan.
Prinsip pengorganisasian :
1) Pembagian tugas
2) Koordinasi
3) Kesatuan komando
4) Tanggung jawab dan wewenang yang sesuai
5) Hubungan staff dan lini
6) Rentang pengawasan/ terkendali
Menurut Burgess dan Gillies (2008) dalam keperawatan
pengorganisasian pelayanan keperawatan dilaksanakan dengan cara :
1) Fungsional/ penugasan, yaitu pembagian tugas untuk perawat
yang dilakukan oleh kepala ruangan, masing-masing perawat
mempunyai tugas khusus.
2) Alokasi pasien (kasus), yaitu pengorganisasian pelayanan
keperawatan untuk beberapa pasien/ satu pasien dilakukan oleh
satu perawat pada saat jaga, untuk hari berikutnya tidak menjamin
dirawat oleh perawat yang sama
3) Perawatan tim/ grup/ tim nursing, yaitu sekelompok perawat
merawat sekelompok pasien, dipimpin perawat yang mempunyai
kualifikasi pendidikan dan berpengalaman (registered nurse) ada
ketua tim dan anggota tim.
4) Pelayanan keperawatan utama (primary nursing), yaitu
pengorganisasian pelayanan keperawatan untuk satu perawat
primer (PP) adalah (registered nurse) bertanggung jawab dari
pasien masuk sampai pulang.
e. Melakukan pengarahan
Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen
keperawatan meliputi proses pendelegasian, supervisi, koordinasi dan
pengendalian pelaksanaan rencana yang telah diorganisasikan
(Nursalam, 2014).
f. Memotivasi
Bagian keperawatan memotivasi karyawan untuk
memperlihatkan penampilan kerja yang baik, contoh :
1) Melalui sistem peningkatan penggajian dan promosi
2) Diusahakan pendidikan tambahan dengan biaya institusi
3) Publikasi tentang profesi keperawatan (Nursalam, 2014).
g. Menggunakan komunikasi yang efektif
Komunikasi yang efektif akan mengurangi kesalahpahaman dan
memberikan persamaan pandangan arah dan pengertian diantara
pegawai (Nursalam, 2014).
h. Melakukan pengembangan staff
Pengembangan staff penting untuk dilaksanakan sebagai upaya
persiapan perawat pelaksana menduduki posisi yang lebih tinggi,
ataupun upaya pimpinan untuk meningkatakan pengetahuan.
Manajemen keperawatan selalu mengembangkan staffnya.
Dua hal yang penting dalam pengembangan staff adalah :
1) Pengembangan staff untuk pelaksanaan keperawatan
2) Pengembangan staff untuk meningkatkan/ mempersiapkan dalam
posisi kepemimpinan di dalam pengembangan administrasi
keperawatan (Nursalam, 2014).
Menurut Karz Swansberg (2005) mengklasifikasikan
ketrampilan manajemen dalam kategori:
1) Ketrampilan konseptual yaitu kemampuan dan ketrampilan
berpikir
2) Ketrampilan teknis termasuk metode, proses dan prosedur
3) Ketrampilan human yang berhubungan dengan kepemimpinan dan
hubungan antar manusia.
Dalam keperawatan, seorang anggota eksekutif keperawatan
diharapkan mempunyai kemampuan konseptual yang tinggi sedangkan
kepala ruangan mempunyai kemampuan yang lebih tinggi dalam
teknik praktek pelayanan keperawatan.
i. Melakukan pengendalian
Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan
meliputi penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat,
pemberian instruksi dan menetapkan prinsip-prinsip melalui penetapan
standar, membandingkan penampilan dengan standar dan memperbaiki
kekurangan. Dalam hal ini termasuk evaluasi proses dan evaluasi dari
pelaksanaan rencana. Membandingkan penampilan kerja dengan
standar yang ada.
Berdasarkan prinsip-prinsip diatas maka para pimpinan dan
administrator seharusnya bekerja sama dalam perencanaan dan
pengorganisasian serta fungsi-fungsi manajemen lainnya untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama (Nursalam, 2014).
5. Kerangka Konsep, Filosofi, Visi, Misi dan Tujuan Keperawatan
Kerangka konsep, keyakinan dasar, filosofi, visi, misi, dan tujuan
keperawatan merupakan landasan pelaksanaan kegiatan keperawatan,
pedoman untuk pengambilan keputusan dan dasar dalam evaluasi
keberhasilan upaya yang telah dilakukan.
a. Kerangka Konsep manajemen Keperawatan
Kerangka konsep dasar manajemen keperawatan adalah manejemen
partisipatif yang berdasarkan pada paradigma keperawatan yaitu
manusia, perawat/keperawatan, kesehatan, dan lingkungan.
1) Manusia
Dalam manajemen partisipatif, individu / keluarga / masyarakat
adalah yang diberi pelayanan keperawatan melalui pelaksanaan tugas
keperawatan yang terorganisir, terarah, terkoordinasi dan terintregasi
dalam rentang kendali yang memadai.
2) Perawat / keperawatan
Tenaga-tenaga keperawatan baik dari tingkat manajerial puncak,
menengah maupun bawah, serta para pelaksana keperawatan yang
berada dalam rentang komunikasi dan kendali, bekerjasama untuk
memberrikan pelayanan keperawatan, sesuai dengan standar praktik
keperawatan serta melalui upaya penunjang selama berinteraksi,
interdependensi, dan interaksi dengan anggota tim kesehatan lain.
3) Kesehatan
Kesehatan merupakan kisaran hasil pelayanan kesehatan yang
berorientasi pada beberapa dimensi pelayanan terhadap individu,
keluarga dan masyarakat melalalui upaya pencegahan,
penyembuhan, peningkatan dan pemulihan.
4) Lingkungan
Lingkungan yaitu area kewenangan dan tanggung jawab
keperawatan baik selama pasien berada dalam institusi pelayanan
maupun persiapan menjelang pulang. Selain itu lingkungan juga
meliputi proses pelaksanaan fungsi kolaborasi antara tim
keperawatan dan kedokteran serta tim lain yang terkait (Nursalam,
2014).

b. Filosofi Keperawatan
Filosofi dalam manajemen keperawatan adalah keyakinan yang dimiliki
oleh tim keperawatan yang bertujuan untuk memberikan asuhan
keperawatan yang berkualitas melalui pembagian kerja, koordinasi dan
evaluasi (Nursalam, 2014).
Adapun filosofi manajemen keperawatan yaitu tim keperawatan
meyakini bahwa :
1) Mengerjakan hari ini lebih baik dari hari esok
2) Manajerial keperawatan merupakan fungsi utama bidang
keperawatan
3) Meningkatkan mutu kinerja keperawatan, berarti juga meningkatkan
pelayanan keperawatan
4) Pendidikan berkelanjutan sangat perlu untuk meningkatkan
pengetahuan keperawatan bagi pelaksana dan pengelola dan
merupakan tanggung jawab bidang keperawatan
5) Keperawatan adalah proses keperawatan individual yang membantu
dan menunjang pasien melalui perubahan tingkat kesehatan sehingga
mencapai keadaan fungsi yang optimal
6) Tim keperawatan bertanggung jawab dan bertanggung gugat untuk
setiap tindakan keperawatan yang diberikan
7) Menghargai pasien dan haknya untuk mendapatkan asuhan
keperawatan yang bermutu
8) Perawat adalah advokat pasien yang berpartisipasi melalui fungsi
komunikasi dan koordinasi segala tindakan keperawatan dan pasien
serta keluarga harus dilibatkan mulai perencanaan sampai evaluasi
9) Perawat berkewajiban untuk memberika pendidikan kesehatan pada
pasien dan keluarga dalam upaya meningkatkan fungsi yang optimal,
dan perencanaan pulang adalah proses transisi dari rumah sakit ke
komunitas merupakan bagian integral dari perencanaan perawatan
pasien (Nursalam, 2014).

c. Visi dan Misi Keperawatan


Dengan pemahaman visi dan misi diharapkan setiap kegiatan
keperawatan, akan mengarah kepada pelaksanaan visi dan misi tersebut
(Nursalam, 2014).

d. Tujuan Keperawatan
Tujuan keperawatan merupakan pernyataan konkrit dan spesifik tentang
pelayanan keperawatan yang digunakan untuk menetapkan prioritas
kegiatan sehingga dapat mencapai dan mempertahankan visi, misi, serta
filosofi yang diyakini (Nursalam, 2014).

6. Lingkup manajemen Keperawatan


Lingkup manajemen keperawatan menurut Nursalam (2014) terdiri dari :
a. Manajemen operasional
Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bagian atau
bidang keperawatan yang terdiri dari tiga tingkatan manajerial yaitu :
1) Manajemen puncak
2) Manajemen menengah
3) Manajemen bawah
Tidak semua orang yang memiliki kedudukan dalam manajemen
berhasil dalam kegiatannya. Ada beberapa faktor yang dimiliki oleh
seorang pimpinan agar penatalaksanaan kegiatan dapat berhasil dengan
baik.
Faktor-faktor yang perlu dimiliki oleh seorang pimpinan adalah :
1) Kemampuan menerapkan pengetahuan
2) Keterampilan kepemimpinan
3) Kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin
4) Kemampuan melaksanakan fungsi manajemen
b. Manajemen asuhan keperawatan
Manajemen asuhan keperawatan merupakan suatu proses
keperawatan yang menggunakan konsep-konsep manajemen di
dalamnya seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengendalian atau evaluasi. Pengkajian merupakan langkah awal dalam
proses keperawatan yang mengharuskan perawat menentukan setepat
mungkin dengan berdasar pada pengalaman lalu pasien, pengetahuan
yang dimiliki, perasaan dan harapan kesehatan dimasa datang.
Pengkajian ini meliputi proses pengumpulan data, memvalidasi,
menginterpretasikan informasi tentang pasien sebagai individu yang
unik.
Perencanaan atau intervensi keperawatan dibuat setelah perawat
mampu memformulasikan diagnosis keperawatan. Perawat memilih
metode khusus, memilih dari sekumpulan tindakan alternative untuk
menolong pasien mempertahankan kesehatan dan kesejahteraan yang
optimal. Semua kegiatan keperawatan menggunakan sumber-sumber
yang tersedia melalui penetapan tujuan jangka panjang dan jangka
pendek.
Penerapan rencana intervensi keperawatan merupakan langkah
berikut dalam proses keperawatan. Implementasi rencana asuhan
keperawatan berarti perawat mengarahkan, menolong, mengobservasi,
dan mendidik personil keperawatan yang terlibat dalam asuhan pasien
tersebut. Pemantauan yang terus menerus terhadap personil
keperawatan dan pasien termasuk evaluasi tingkah laku dan pendidikan
merupakan supervise keperawatan yang penting.
Evaluasi adalah langkah keempat dalam proses keperawatan
merupakan pertimbangan sistematis dari standar dan tujuan yang dipilih
sebelumnya dibanding dengan penerapan praktik yang actual dan
tingkat asuhan yang diberikan. Evaluasi keefektifan asuhan yang
diberikan hanya dapat dibuat jika tujuan yang diidentifikasi sebelumnya
cukup realistis dan dapat dicapai oleh perawat, pasien, dan keluarga.
Proses keperawatan ini berlangsung terus menerus dilakukan oleh
para perawat melalui metode penugasan yang telah ditetapkan oleh para
pimpinan keperawatan. Para pimpinan keperawatan terlibat dalam
proses manajerial yang melibatkan berbagai fungsi manajemen dalam
rangka mempengaruhi dan menggerakkan bawahan agar mampu
memberikan asuhan keperawatan yang memadai sesuai dengan kode
etik dan standar praktik keperawatan.

7. Strategi Pelaksanaan Manajemen Keperawatan Masa Datang


Untuk mengurangi kendala dan permasalahan yang timbul sebagai
akibat dari perubahan peran, fungsi, dan tanggung jawab manajer
keperawatan dimana diperlukan suatu pendekatan dari sentralisasi ke
desentralisasi, maka manajemen partisipatif merupakan salah satu metode
yang baik yang dapat dipilih. Manajemen partisipatif dibentuk juga
berdasarkan kerangka kerja praktek professional yang menghargai
kebebasan, mempertahankan dukungan, harapan yang jelas, sumber daya
yang memadai dan situasi organisasi yang terbuka yang dapat menciptakan
hubungan kerja dan lingkungan yang baik dan harmonis dan memberi
kesempatan berdasarkan saling mempercayai.

Siklus kepercayaan dapat dilihat seperti gambar berikut :

Solidaritas & saling


memiliki

Saling mengerti dan


Nilai-nilai individu
menerima

Keterlibatan dalam Komunikasi terbuka


pengambilan
keputusan

Gambar 2.1 Siklus Kepercayaan (O’grady, 1986)


Dalam suatu manajemen yang baik, keterbukaan antara individu
yang terlibat merupakan kunci sukses dalam menentukan prioritas dan
menerima perubahan. Dengan keterbukaan, keterlibatan dari setiap
tingkatan manajerial keperawatan akan dapat menghasilkan pembuatan
keputusan yang tepat.

B. Konsep Dasar Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP)


Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) adalah suatu sistem
(struktur, proses dan nilai nilai profesional), yang memfasilitasi perawat
professional, mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan
tempat asuhan tersebut diberikan. Aspek struktur ditetapkan jumlah tenaga
keperawatan berdasarkan jumlah klien sesuai derajat ketergantungan klien.
Penerapan jumlah perawat sesuai kebutuhan klien menjadi hal penting, karena
bila jumlah perawat tidak sesuai dengan jumlah tenaga yang dibutuhkan, tidak
ada waktu bagi perawat untuk melakukan tindakan keperawatan (Sitorus,
2012).
Selain jumlah, perlu ditetapkan pada jenis tenaga yaitu PP (Perawat
Primer) dan PA (Perawat Anggota), sehingga peran dan fungsi masing masing
tenaga sesuai dengan kemampuan dan terdapat tanggung jawab yang jelas.
Pada aspek struktur ditetapkan juga standar renpra, artinya pada setiap ruang
rawat sudah tersedia standar renpra, berdasarkan diagnosa medis, dan atau
berdasarkan system tubuh. Pada aspek proses, ditetapkan penggunaan metode
modifikasi keperawatan primer (kombinasi metode tim keperawatan primer)
(Sitorus, 2012).
Lima subsistem dalam pengembangan MPKP (Hoffart dan Woods
dalam Sitorus, 2012) adalah sebagai berikut :
1. Nilai-nilai professional sebagai inti model
Pada model ini, PP (perawat primer) dan PA (perawat anggota)
membangun kontrak dengan klien/keluarga, menjadi partner dalam
memberikan asuhan keperawatan. Pada pelaksanaan dan evaluasi renpra,
PP (perawat primer) mempunyai otonomi dan akuntabilitas untuk
mempertanggungjawabkan asuhan yang diberikan termasuk tindakan yang
dilakukan oleh PA (Perawat Anggota). Hal ini berarti PP mempunyai
tanggung jawab membina performa PA agar melakukan tindakan
berdasarkan nilai–nilai professional (Sitorus, 2012).
Nilai–nilai professional digariskan dalam kode etik keperawatan
(Sitorus, 2012)
a. Hubungan perawat klien
b. Hubungan perawat dan praktek
c. Hubungan perawat dan masyarakat
d. Hubungan perawat dan teman sejawat
e. Hubungan perawat dan profesi
2. Pendekatan manajemen
Pada model ini diberlakukan manajemen SDM, yaitu ada garis
koordinasi yang jelas antara PP (Perawat Primer) dan PA (Perawat
Anggota). Performan PA dalam satu tim menjadi tanggung jawab PP.
Dengan demikian PP (Perawat Primer) adalah seorang manager asuhan
keperawatan. Sebagai seorang manajer, PP harus dibekali dengan
kemampuan manajemen dan kepemimpinan sebagai PP dapat menjadi
manajer yang efektif dan pemimpin yang efektif. Metode pemberian
asuhan keperawatan modifikasi metode keperawatan primer (Sitorus,
2012).
3. Metode pemberian asuhan keperawatan
Metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan adalah
modifikasi keperawatan primer sehingga keputusan tentang renpra
ditetapkan oleh PP, PA akan mengevaluasi perkembangan klien setiap hari
dan membuat modifikasi pada renpra sesuai kebutuhan klien (Sitorus,
2012).
4. Hubungan Profesional
Hubungan antar professional dilakukan oleh PP, PP yang paling
mengetahui perkembangan kondisi klien sejak awal masuk. Sehingga
mampu memberi informasi yang akurat akan membantu dalm penetapan
rencana tindakan medik (Sitorus, 2012).
5. Sistem Kompetensi dan Penghargaan
PP (Perawat Primer) dan timnya berhak atas kompetensi serta
penghargaan untuk asuhan keperawatan yang dilakukan sebagai asuhan
yang professional. Kompensasi serta penghargaan yang diberikan kepada
perawat bukan bagian dari asuhan medis atau kompensasi dan
penghargaan berdasarkan prosedur (Sitorus, 2012).

C. Klasifikasi Pasien Berdasarkan Tingkat Ketergantungan


Klasifikasi derajat ketergantungan pasien terhadap keperawatan
berdasarkan teori D’Orem: Self Care Defisit berdasarkan kriteria sebagai
berikut:
Tabel 2.1
Klasifikasi Derajat Ketergantungan Menurut Orem
No Klasifikasi dan Kriteria
1 Minimal Care
Klien bisa mandiri/ hampir tidak memerlukan bantuan
a. Mampu naik turun tempat tidur
b. Mampu ambulasi dan berjalan sendiri
c. Mampu makan dan minum sendiri / mandi sebagian dengan
bantuan
d. Mampu membersihkan mulut (sikat gigi sendiri)
e. Mampu BAB dan BAK dengan sedikit bantuan
f. Status psikologis stabil
g. Klien dirawat untuk prosedur diagnostik
h. OPerasi ringan
2 Personal Care
1. Klien memerlukan bantuan perawat sebagian
a. Membutuhkan bantuan satu orang untuk naik dan turun
tempat tidur
b. Membutuhkan bantuan untuk ambulasi
c. Membutuhkan bantuan dalam menyiapkan makanan
d. Membutuhkan bantuan makan (disuapi)
e. Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut
f. Membutuhkan bantuan untuk berpakaian dan berdandan
g. Membutuhkan bantuan untuk bantuan BAB dan BAK (tempat
tidur, kamar mandi)
2. Post op minor (24 jam)
3. Melewati fase akut dari post op mayor
4. Fase awal dari penyembuhan
5. Observasi tanda – tanda vital setiap 4 jam
6. Gangguan emosional ringan
3 Total Care
1. Klien memerlukan bantuan perawat sepenuhnya dan memerlukan
waktu perawatan lebih lama
a. Membutuhkan dua orang atau lebih untuk mobilisasi
b. Membutuhkan bantuan untuk ambulasi
c. Membutuhkan bantuan dalam menyiapkan makanan
d. Membutuhkan bantuan makan (disuapi)
e. Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut
f. Membutuhkan bantuan untuk berpakaian dan berdandan
g. Memutuhkan bantuan untuk bantuan BAB dan BAK (tempat
tidur, kamar mandi)
2. 24 jam post op mayor
3. Pasien tidak sadar
4. Keadaan klien tidak stabil
5. Observasi TTV setiap kurang dari 1 jam
6. Perawatan luka bakar
7. Perawatan kolostomi
8. Menggunakan alat bantu pernafasan (respirator)
9. Irigasi kandung kemih secara terus menerus
10. Menggunakan alat traksi (skeletal traksi)
11. Menggunakan WSD
12. Fraktur / pasca operasi tulang belakang atau leher
13. Gangguan emosional berat, bingung dan disorientasi
1. Klasifikasi ketergantungan pasien menurut Depkes (2002) ada 4
kategori, masing masing memerlukan waktu ;
a. Asuhan Keperawatan minimal : 2 jam /24 jam
b. Asuhan Keperawatan sedang : 3,08/ 24 jam
c. Asuhan Keperawatan agak berat : 4,15 / 24 jam
d. Asuhan Keperawatan maksimal : 6,16 /24 jam
2. Keterangan tentang kategori asuhan keperawatan :
a. Asuhan keperawatan minimal, kriterianya sebagai berikut :
1) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
2) Makan dan minum dilakukan sendiri
3) Ambulasi dengan pengawasan
4) Observasi tanda tanda vital dilakukan setiap shift
5) Pengobatan minimal, status psikologis stabil
b. Asuhan keperawatan sedang
1) Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
2) Observasi tanda tanda vital setiap 4 jam
3) Ambulasi dibantu,pengobatan lebih dari sekali
c. Asuhan keperawatan agak berat
1) Sebagian besar aktifitas dibantu
2) Observasi tanda tanda vital setiap 2 – 4 jam sekali
3) Terpasang infuse
4) Pengobatan lebih dari sekali
5) Persiapan pengobatan memerlukan prosedur
d. Asuhan keperawatan maksimal
1) Segala aktifitas diberikan oleh perawat
2) Posisi diatur, observasi tanda tanda vital setiap 2 jam
3) Makan memerlukan NGT, terapi intravena
4) Penanganan suction
5) Gelisah / disorientasi

3. Penghitungan Tenaga Perawat Menurut Depkes (2002) :


a. Jumlah tenaga keperawatan yang bertugas
A = jumlah tenaga keperawatan bertugas di ruang / hari
Jumlah efektif perawat

b. Jumlah tenaga keperawatan yang libur


B = jumlah tenaga hari libur mgg/thn + jmlh hari lbur besar/tahun
Jumlah hari kerja/ tahun

c. Tugas non Keperawatan


(A + B ) x 25 %

d. Jumlah tenaga keperawatan yang diperlukan


A+B+C=D

4. Menurut Depkes (2010) jumlah tenaga yang dibutuhkan di ruangan


adalah:
(D + 1 kepala ruang + 2 PP + 2 orang pramusaji)

5. Ketenagaan menurut Gilies (2008)


Jumlah ketenagaan perawat yang dibutuhkan (X) di ruangan rawat
dapat dilihat dengan aspek kapasitas ruangan, BOR, jumlah jam efektif
perawatan dan hari libur perawat dalam satu tahun dengan rumus :
X = ( BOR x TT ) x jam efektif x hari dalam satu tahun
( hari dalam satu tahun – hari libur ) x 7

6. Sedangkan untuk menentukan jam efektif perawatan secara khusus


dapat dikategorikan :
a. Minimal Care membutuhkan waktu 1- 2 jam / 24 jam
b. Parsial Care membutuhkan waktu 3 – 4 jam / 24 jam
c. Total Care membutuhkan waktu 5-6 jam / 24 jam

7. Penghitungan ketenagaan menurut Gillies ( 1994)


a. Kriteria pasien (minimal, parsial, total)
b. Rata rata jam perawatan
c. Jam efektif = rata rata jam perawatan / jumlah pasien berdasarkan
kriterianya

8. BOR selama 3 hari


Rata rata jumlah pasien = jumlah pasien 3 hari / 3
BOR = (rata–rata jumlah pasien / 15) x 100 %
X = (BOR x TT) x jam efektif x hari dalam satu tahun
(hari dalam satu tahun – hari libur) x 7

9. Jadi jumlah tenaga keperawatan yang dibuuhkan di ruangan


menurut Gillies adalah X + 1 KARU + 2 ( PP ).

10. Penghitungan cara menurut Douglass


Perhitungan tenaga keperawatan menurut Douglas berdasarkan pengkajian
selama 3 hari :

Tabel 2.2
Nilai Koefisien Perhitungan Tenaga Keperawatan Menurut Douglas

Jag Klasifikasi pasien


Minimal Parsial Total
a Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Pasien Pasien Pasien Pasien Pasien Pasien Pasien Pasien Pasien
x 0,17 x 0,14 x 0,07 x 0,27 x 0,15 x 0,10 x 0,36 x 0,30 x 0,20
Sumber : Nursalam 2014
Analisa :
Jadi jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan di ruangan menurut Douglass
adalah Jumlah total + 1 KARU + 2 PP.

D. Kegiatan MPKP
Adapun kegiatan dari MPKP menurut Nursalam (2014) :
1. Handover
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prosedur ini:
a. Persiapan
1) Kedua kelompok sudah dalam keadaan siap
2) Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan
b. Pelaksanaan
Dalam penerapan sistem MPKP, operan dilaksanakan oleh perawat
jaga sebelumnya kepada perawat yang mengganti jaga pada shift
berikutnya:
1) Operan dilaksanakan setiap pergantian shift atau jaga
2) Dari Nurse Station perawat berdiskusi untuk melaksanakan operan
untuk mengkaji secara komprehensif yang berkaitan dengan
masalah keperawatan pasien, rencana kegiatan yang sudah dan
belum dilaksanakan serta hal-hal penting lain perlu dilimpahkan.
3) Hal-hal yang bersifat khusus dan memerlukan perincian yang
lengkap yang sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian
diserah terimakan kepada perawat jaga berikutnya.
4) Hal-hal yang perlu disampaikan saat handover:
a) Identitas pasien dan diagnosa medis
b) Masalah keperawatan yang kemungkinan muncul
c) Tindakan kemungkinan yang sudah dan belum dilaksanakan
d) Intervensi kolaborasi dan dependensi
e) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakuakan kegiatan
selanjutnya, misalnya operasi, pemeriksaan penunjang.
5) Perawat yang melakukan operan dapat melakukan klasifikasi tanya
jawab dan melakuan validasi terhadap hal-hal yang perlu dioperkan
dan berhak menanyakan hal-hal yang kurang jelas.
6) Penyampaian pada saat operan secara singkat dan jelas.
7) Lama operan untuk setiap pasien tidak lebih dari 5 menit kecuali
pada kondisi khusus yang memerlukan penjelasan yang jelas dan
rinci.
8) Pelaporan untuk laporan ditulis secara langsung pada buku laporan
ruangan oleh perawat primer.
9) Secara terinci handover terdiri dari 3 sesi yaitu :
a) Sesi 1 di Nurse Station
(1) PA malam menyiapkan status pasien yang menjadi
tanggung jawabnya
(2) PP membuka handover dengan doa
(3) PP mempersilahkan PA jaga malam untuk melaporkan
pasien kepada PA jaga pagi
(4) PA melaporkan pasien yang menjadi tanggung jawabnya
meliputi:
(a) Identitas pasien dan diagnose medis
(b) Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul
(c) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum
dilaksanakan
(d) Intervensi kolaborasi dan dependensi
(e) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakuakan
kegiatan selanjutnya, misalnya operasi, pemeriksaan
penunjang, dll.
(5) PA jaga pagi mengklarifikasikan apa yang disampaikan PA
jaga malam.
(6) PP mengajak PA jaga malam dan PA jaga pagi yang
(7) bertangguang jawab untuk mengklarifikasikan ke pasien.
b) Sesi 2 : di kamar / bed pasien
(1) Yang masuk ke kamar pasien hanya PP, PA malam dan
PA pagi yang bertanggung jawab terhadap pasien tersebut.
(2) PA malam mengucapkan salam dan menyapa pasien.
(3) PA malam menanyakan masalah keperawatan yang telah
dilakukan tindakan.
(4) PA malam manyampaikan bahwa tugasnya telah selesai
dan digantikan oleh tim pagi.
(5) PA memperkenalkan atau menanyakan apakah masih
ingat dengan nama PP.
(6) PP menjelaskan tentang perawatan pagi dan PA yang
bertanggung jawab pada pasien tersebut selama shift pagi.
(7) PP memperkenalkan PA yang bertangung jawab.
(8) PA yang bertanggung jawab menyapa dan memastikan
bahwa dia yang bertanggung jawab.
c) Sesi 3 : di Nurse Station
(1) PP memberi kesempatan untuk mendiskusikan pasien
yang ditanya.
(2) PP meminta PA jaga malam untuk melaporkan
inventarisasi obat dan fasilitas lain (jumlah alat, laken,
dll).
(3) PP member pujian pada PA jaga malam.
(4) PP menutup operan dengan doa.

2. Meeting Morning
a. Pengertian
Pengarahan yang dilakukan kepala ruang kepada seluruh staf,
setiap pagi setelah handover malam ke pagi dan sebelumnya telah
dilakukan pre conference.
b. Tujuan
1) Terjadi komunitas dua arah antara kepala ruang dan staf
2) Terjaminnya kelancaran kegiatan ruangan
c. Pelaksanaan
1) Kepala ruang menyiapkan tempat untuk melakukan
meeting morning.
2) Kepala ruang memberikan arahan kepada staf dengan
materi yang telah disiapkanan sebelumnya.
3) Kepala ruang melakukan klarifikasi apa yang telah
disampaikan kepada staf.
4) Memberi kesempatan staf untuk mengungkapkan
permasalahan yang muncul di ruangan.
5) Bersama-sama staf mendiskusikan pemecahan
masalah yang dapat ditempuh.
6) Kepala ruang memberi motivasi dan reinforcement
kepada staf.

3. Conference (pre dan post)


a. Pengertian
Pre-conference merupakan pertemuan tim yang dilakuakan
setiap hari dan merupakan langkah awal kegiatan shift perawat. Pre-
conference dilakukan doa awal jaga setelah melakukan operan dinas,
baik dinas pagi, sore atau malam sesuai dengan jadwal dinas PP. Pre-
conference sebaiknya dilakukan diruang sendiri sehingga dapat
menghindari gangguan dari luar.
Post-conference dilakukan secara terjadwal siang hari sebelum
handover shift pagi ke shift sore pada hari yang yang sama dilakukan
ketika akan pre conference hari selanjutnya.
Peserta :
1) Kepala ruang
2) Primary Nurse (PN) / perawat primer (PP)
3) Associate Nurse (AN) / perawat anggota (PA)
4) Mahasiswa kalau ada
b. Tujuan
Konferensi bertujuan untuk:
1) Membahas masalah tiap klien berdasarkan renpra yang telah dibuat
oleh PP.
2) Menetapkan klien yang menjadi tanggung jawab PA. pembagian
didasarkan pada jumlah klien, ketergantungan klien, dan tempat
tidur yang berdekatan. Bila pada suatu tugas jaga (shift) PP
didampingi oleh 2 orang PA, maka semua klien bagi pada kedua
PA sebagai penanggung jawabnya. PP akan membimbing dan
membantu PA dalam memberikan asuhan keperawatan bila PP
hanya didampingi oleh 1 orang pada suatu tugas jaga maka jumlah
pasien yang menjadi tanggung jawab PP adalah sebanyak 20%.
3) Membahas Rencana Tindakan Keperawatan.
4) Mengidentifikasi tugas PA untuk setiap klien yang menjadi
tangguang jawabnya.
5) PP mendiskusikan dan mengarahkan PA tentang masalah yang
terkait dengan keperawatan.
6) PP membagi tugas masing-masing PA.
7) Meningkatkan Kembali Standart Prosedur yang Ditetapkan.
8) Meningkatkan kembali tentang kedisiplinan, ketelitian, kejujuran,
dan kemajuan masing- masing PA.
9) Membantu PA menyelesaikan masalah yang tidak dapat
diselesaikan
c. Tugas perawat pre dan post conference
1) Tugas PP pada pre conference
a) Menyiapkan ruangan / tempat
b) Menyiapkan rekam medik pasien yang menjadi tanggung
jawabnya
c) Menjelaskan tujuan dilakukan pre-conference
d) Memandu pelaksanaan pre-conference
e) Menjelaskan masalah keperawatan pasien, keperawatan dan
rencana keperawatan yang menjadi tanggung jawabnya
f) Membagi tugas kepada PA sesuai kemampuan yang dimiliki
dengan memperhatikan keseimbangan kerja
g) Mendiskusikan cara dan strategi pelaksanaan asuhan pasien /
tindakan
h) Memotivasi untuk memberikan tanggapan dan penyelesaian
yang sedang didiskusikan
i) Mengklarifikasi kesiapan PA untuk melaksanakan asuhan
keperawatan kepada pasien yang menjadi tanggung jawabnya
j) Memberikan reinforcement positif pada PA
k) Menyimpulkan hasil pre conference
2) Tugas PP pada post conference
a) Menyiapkan ruangan/ tempat
b) Menyiapkan rekam medik pasien yang menjadi tanggung
jawabnya
c) Menjelaskan tujuan dilakukannya post conference
d) Menerima penjelasan dari PA tentang hasil tindakan/hasil
asuhan keperawatan yang telah dilakukan PA
e) Mendiskusikan masalah yang telah ditemukan dalam
memberikan ASKEP pada pasien dan mencari upaya
penyelesaian masalah
f) Memberikan reinforcement pada PA
g) Menyimpulkan hasil post conference
h) Mengklarifikasi pasien sebelum melakukan operan tugas jaga
shift jaga berikutnya.
3) Tugas PA
a) Mengikuti pre dan post conference
b) Menyiapkan diri dan melaksanakan askep kepada pasien yang
menjadi tanggung jawabnya dan ada bukti direkam keperwatan
c) Melakukan monitoring respon pasien dan ada bukti di rekam
keperawatan.
d) Melaksanakan konsultasi tentang masalah pasien kepada PP.
e) Membimbing dan melakukan pendidikan kesehatan kepada
pasienyang menjadi tanggung jawabnya dan ada bukti di rekam
keperawatan.
f) Menerima keluhan pasien dan keluarga serta berusaha untuk
mengatasinya.
g) Melengkapi catatan asuhan keperawatan pada semua pasien
yang menjadi tanggung jawabnya
h) Melakukan evaluasi asuhan keperawatan setiap akhir tugas
pada semua pasien yang menjadi tangggung jawabnya dan ada
bukti di rekam keperawatan.
i) Mengikutinya post conference yang diadakan oleh PP pada
setiap akhir tugas dan melaporkan kondisi/perkembangan
semua pasien yang menjadi tangung jawabnya dan ada bukti di
rekam keperawatan.
j) Bila PP tak ada, wajib mengenalkan PA yang ada dalam satu
group yang akan memberikan asuhan keperawatan pada jaga
berikutnya kepada pasien atau keluarga baru.
k) Mengikuti diskusi kasus/conference dengan dokter/ tim
kesehatan lain setiap seminggu sekali
l) Mengikuti diskusi kasus/ conference dalam pertemuan rutin.
m) Melaksanakan tugas lain sesuai urain tugas PA.
n) Melaksanakan tugas PP pada sore, malam dan hari libur.
d. Langkah-langkah Pre dan Post Conference
1) Konferensi dilakukan setiap hari segera setelah pergantian dinas
pagi/sore sesuai dengan jadwal dinas PP.
2) Konfrensi dilakukan oleh PP dan PA dalam timnya masing-
masing.
3) Penyampaikan perkembangan dan masalah klien berdasarkan hasil
evaluasi kemarin dan kondisi klien yang dilaporkan oleh dinas
malam.
Hal-hal yang disampaikan oleh PP meliputi:
a) Keadaan umum klien
b) Keluhan klien
c) Tanda-tanda vital dan kesadaran
d) Hasil pemeriksaan lab, diagnostik terbaru
e) Masalah keperawatan
f) Rencana keperawatan hari ini
g) Perubahan terapi medis
h) Rencana medis
4. Kolaborasi
a. Pengertian
Kolaborasi adalah hubungan timbal balik dimana (pemberian
pelayanan) memegang tanggung jawab paling besar untuk perawatan
pasien dalam kerangka kerja bidang respentif mereka. Praktek
kolaboratif menekankan tanggung jawab bersama dalam manajemen
keperawatan pasien, dengan proses pembuatan keputusan bilateral
didasarkan pada masing-masing pendidikan dan kemampuan praktisi.
Elemen-elemen kolaborasi:
1) Struktur
Komunikasi 2 arah, berpusat pada pasien, semua pemberian
pelayanan harus bekerja sama dengan pasien, menekankan
kontinuitas, kondisi di ambal balik satu satu dengan yang lain dan
tak ada satu pemberi pelayanan yang mendominasi terus menerus.
2) Proses
Proses kolaborasi terdiri dari kerjasama, koordinasi, saling
berbagi, kompromi, rekanan, saling ketergantungan, dan
kebersamaan:
a) Melibatkan tenaga ahli dengan bidang keahlian yang berbeda,
uang dapat bekerjasama imbal balik secara mulus
b) Anggota kelompok harus bersikap tegas dan mau bekerja sama
c) Kelompok harus memberikan pelayanan dan keunikannya
dihasilkan dari kombinasi pandangan dan keahlian dihasilkan
dari kombinasi pandangan dan keahlian yang diberikan oleh
setiap anggota tersebut.
b. Tujuan
1) Membina hubungan saling percaya dan kerjasama
2) Menyelasaikan masalah klien secara bersama
3) Meningkatkan mutu pelayanan
c. Langkah-langkah
1) Menentukan pasien yang akan didiskusikan
2) Mendiskusikan masalah pasien
3) Mengambil kepautusan bersama
4) Menutup kolaborasi

5. Hubungan Profesional Antar Staf Keperawatan Dengan Pasien


1. Kepala ruang melakukan supervisi seluruh pasien yang ada diruangan
setiap awal tugas
2. PP dan PA mensupervisi seluruh pasien yang menjadi tanggung
jawabnya segera setelah menerima operan tugas setiap pasien
3. PP menginformasikan peraturan dan tata tertib RS yang berlaku
kepada setiap atau keluarga baru
4. PP memperkenalkan perawat dalam satu grup yang akan merawat
selama pasien dirawat di RS
5. PP atau PA melakukan visit atau monitoring pasien untuk mengetahui
perkembangan atau kondisi pasien
6. PP memberikan penjelasan setiap rencana tindakan atau program
pengobatan sesuai wewenang dan tanggung jawabnya
7. Setiap akan melakukan tindakan keperawatan PP atau PA memberikan
penjelasan atas tindakan yang akan dilakukan kepada pasien/ keluarga
8. Kesediaan PP atau PA untuk menerima konsultasi/ keluhan pasien/
keluarga dan berupaya mengatasinya
9. Pasien atau keluarga mengetahui siapa PP atau perawat yang
bertanggung jawab selama ia dirawat dan ditulis pada papan nama
pasien
10. PP atau PA memberitahu dan mempersiapkan pasien yang akan pulang

6. Hubungan Profesional Kemitraan Antar Staf Keperawatan dengan


Dokter/Tim Kesehatan Lain
a. PP atau PA melakukan visit bersama dengan dokter atau tim kesehatan
lain yang merawat.
b. PP melakukan diskusi kasus dengan dokter/ tim kesehatan minimal 1x/
minggu
c. Hubungan profesional / kemitraan dengan dokter/ tim kesehatan
tercermin dalam dokumen rekam medik
d. PP atau PA dapat segera memberikan data pasien yang akurat dengan
cepat dan tepat kepada dokter/ tim kesehatan lain bila dibutuhkan
e. PP/ PA menggunakkan rekam medik sebagai sarana hubungan
profesional dalam rangka pelaksanaan program kolaborasi
f. Dokter/ tim kesehatan lain menggunakkan rekam keperawatan sebagai
sarana hubungan profesional dalam rangka program kolaborasi
g. Dokter/ tim kesehatan yang lain mengetahui setiap pasien siapa PP-nya

7. Ronde Keperawatan
a. Pengertian
Suatu kegiatan yang untuk mengatasi masalah keperawatan klien
yang dilaksanakan oleh perawat, disamping pasien dilibatkan untuk
membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Tetapi pada kasus
tertentu dilakukan oleh perawat primer dan atau konsuler, kepala
ruang, perawat associate yang perlu juga melibatkan seluruh anggota
tim.
Karakteristik:
1) Klien diibatkan secara langsung
2) Klien merupakan fokus kegiatan
3) Perawat associate, perawat primer, dan konseler melakukan diskusi
bersama
4) Konsuler memfasilitasi kreatifitas
5) Konsuler mengembangkan kemampuan perawat associate PP untuk
meningkatkan kemampuan dan mengatasi masalah
b. Tujuan
1) Menumbuhkan cara berfikir secara kritis
2) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berasal dari masalah klien
3) Meningkatkan faliditas data klien
4) Menilai kemampuan justifikasi
5) Meningkatkan dalam menilai hasil kerja
6) Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana
keperawatan
c. Peran
1) Perawat anggota
Dalam menjalankan pekerjaannya perlu adanya sebuah
peranan yang ada untuk memaksimalkan keberhasilan, yang bisa
disebutkan antara lain:
a) Menjelaskan keadaan dan data demografi klien
b) Menjelaskan masalah keperawatan utama klien
c) Menjelaskan intervensi yang belum dan akan dilakukan
d) Menjelaskan tindakan selanjutnya
e) Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil
2) Perawat primer dan atau
konsuler
a) Memberikan justifikasi
b) Memberikan reinforcement
c) Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan
serta tindakan yang rasional
d) Mengarahkan dan koreksi
e) Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari
f) Langkah-langkah diperlukan dalam ronde keperawatan adalah
sebagai berikut:
(1) Persiapan
(a) Menetapkan kasus minimal satu hari sebelum
pelaksanaan ronde
(b) Pemberian informed consent kepada klien atau keluarga
(2) Pelaksanaan ronde
(a) Menjelaskan tentang klien oleh perawat associate
dalam hal ini menjelaskan difokuskan pada masalah
keperawatan dan rencana tindakan yang akan atau telah
dilaksanakan dan memilih prioritas yang perlu
didiskusikan.
(b) Diskusi tentang anggota tim tentang kasus tersebut
(c) Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau perawat
konsuler /kepala ruangan tentang masalah klien serta
rencana tindakan yang akan dilakukan
(d) Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang
telah dan yang akan diterapkan.
(3) Pasca ronde
Mendidkusikan hasil temuan dan tindakan pada
klien tersebut serta menetapkan tindakan tersebut serta
tindakan yang akan diperlukan.

8. Discharge Planning
a. Ringkasan rencana pemulangan pasien berisikan :
1) Keadaan klien saat ini
2) Diagnosa keperawatan
3) Rencana pelayanan keperawatan
4) Intervensi keperawatan
5) Penjelasan mengenai kemampuan yang telah dicapai obat-obatan
dan cara pemberiannya
6) Alat-alat khusus yang digunakan
b. Informasi untuk klien yang akan pulang
1) Gunakanlah bahasa yang sederhana, jelas, ringkas
2) Jelaskan langkah-langkah dalam melaksanakan
3) Perkuat penjelasan lisan dengan instruksi tertulis
4) Motivasi klien mengikuti langkah-langkah tersebut dalam
melakukan perawatan dan pengobatan
5) Kenali tanda-tanda dan gejala yang harus dilaporkan kepada tim
kesehatan.
6) Berikan nama dan nomor telepon yang dapat dihubungi.

E. Pengkajian Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)


Pengkajian MPKP menurut Nursalam (2014) meliputi unsur input,
proses, dan output.
1. Unsur Input
a. Manusia (Man)
1) Pasien
Pasien adalah seseorang yang datang ke instalasi kesehatan
yang membutuhkan pelayanan medis/keperawatan yang terganggu
kondisi kesehatannya baik jasmani maupun rohani (WHO).
Menurut Dr. Wila Chandrawila Supriadi, S.H, dalam
bukunya, “Hukum Kedokteran” bahwa Pasien adalah orang sakit
yang membutuhkan bantuan dokter untuk menyembuhkan penyakit
yang dideritanya, dan pasien diartikan juga adalah orang sakit yang
awam mengenai penyakitnya.
Dalam pelayanan di bidang medis, tidak terpisah akan adanya
seorang tenaga kesehatan dengan konsumen, dalam hal ini pasien.
Pasien dikenal sebagai penerima jasa pelayanan kesehatan dan dari
pihak rumah sakit sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan dalam
bidang perawatan kesehatan.
2) Ketenagaan
a) Kuantitas
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
No.32 Tahun 2014 tentang tenaga kesehatan, pengertian
tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri
dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau
ketrampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang
untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan
upaya kesehatan. Perawat menurut Undang-Undang RI No. 23
tahun 1992 tentang kesehatan, perawat adalah mereka yang
memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan
keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya, yang
diperoleh melalui pendidikan perawatan.
Kebutuhan tenaga keperawatan ditetapkan berdasarkan
karakteristik klien, model penugasan dan kompetensi yang
dipersyaratkan untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan.
Kesesuaian tenaga keperawatan yang mencakup jumlah, jenis
dan kualifikasi dengan kebutuhan pelayanan keperawatan yang
efektif dan efisien.
Perawat sebagai salah satu tenaga yang mempunyai
kontribusi besar bagi pelayanan kesehatan, mempunyai peranan
penting untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Dalam
upaya peningkatan mutu, seorang perawat harus mampu
melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar, yaitu mulai
dari pengkajian sampai dengan evaluasi berikut dengan
dokumentasinya.
Penetapan jumlah tenaga keperawatan merupakan
perencanaan dalam hal menentukan berapa banyak tenaga yang
dibutuhkan dalam suatu ruangan dan kriteria tenaga yang
dipakai untuk suatu ruangan tiap shiftnya. Di bawah ini
beberapa formula yang dikeluarkan oleh para ahli dalam hal
penentuan apakah tenaga ada yang kurang, cukup, atau lebih
yaitu:
(1) Menurut Gillies
Kebutuhan tenaga perawat secara kuantitatif dapat
dirumuskan dengan perhitungan sebagai berikut:
Tenaga Perawat = A X B X 365
(365-C) x jam kerja/hari
Keterangan:
A : jam perawatan/24 jam
B : (BOR x jumlah TT)  jumlah pasien
C : jumlah hari libur
(2) Menurut Douglas
Perhitungan jumlah tenaga perawat menurut Douglas
dihitung berdasarkan tingkat ketergantungan pasien untuk
setiap shiftnya sebagai berikut :
Tabel 2.3
Jumlah Tenaga Keperawatan Berdasarkan Klasifikasi
Pasien menurut Formula Douglas
Waktu Kebutuhan tenaga perawat
Klasifikasi Pagi Sore Malam
Minimal 0,17 0,14 0,07
Intermediate 0,27 0,15 0,10
Maksimal 0,36 0,30 0,20
Sumber : Douglas, 1984
Sedangkan klasifikasi derajat ketergantungan pasien
terhadap keperawatan berdasarkan kriteria sebagai berikut :
(a) Perawatan minimal memerlukan waktu 1-2 jam/24 jam,
dengan kriteria:
1. Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan
sendiri
2. Makan dan minum dilakukan sendiri
3. Ambulasi dengan pengawasan
4. Observasi tanda-tanda vital dilakukan tiap shift
5. Pengobatan minimal, status psikologi stabil
6. Persiapan pengobatan memerlukan prosedur
(b) Intermediatememerlukan waktu 3-4 jam/24 jam, dengan
kriteria:
1. Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
2. Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
3. Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
4. Folley cateter, intake-output dicatat
5. Klien dengan pemasangan infus, persiapan
pengobatan memerlukan prosedur
(c) Perawatan maksimal atau total memerlukan waktu 5-6
jam/24 jam, dengan kriteria:
1. Segala diberikan atau dibantu
2. Posisi diatur, observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam
3. Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi
intravena
4. Pemakaian suction
5. Gelisah/disorientasi
(3) Menurut Depkes RI (2002)
Klasifikasi kategori asuhan keperawatan menurut Depkes :
(a) Asuhan Keperawatan Minimal:
1. Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan
sendiri
2. Makan dan minum dilakukan sendiri
3. Ambulasi dengan pengawasan
4. Observasi tanda-tanda vital dilakukan tiap shift
5. Pengobatan minimal, status psikologi stabil
6. Persiapan pengobatan memerlukan prosedur
(b) Asuhan Keperawatan Sedang:
1. Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
2. Observasi tanda-tanda vital dilakukan tiap 4 jam
3. Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
(c) Asuhan Keperawatan Agak Berat:
1. Sebagian besar aktivitas dibantu
2. Observasi tanda-tanda vital tiap 2-4 jam
3. Terpasang folley cateter, intake-output dicatat
4. Terpasang infus
5. Pengobatan lebih dari sekali
6. Persiapan pengobatan memerlukan prosedur
(d) Asuhan Keperawatan Maksimal:
1. Segala aktivitas dibantu perawat
2. Posisi diatur
3. Makan memerlukan NGT, terapi intravena
4. Observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam
5. Penggunaan suction
6. Gelisah/disorientasi
(4) Perhitungan tenaga perawat
Berdasarkan :
(a) Tingkat ketergantungan pada perawat berdasarkan
jenis kasus
(b) Rata-rata pasien perhari
(c) Jam perawatan yang diperlukan per hari per pasien
(d) Jam perawatan yang diperlukan per ruangan per hari
(e) Jam efektif
Jumlah hrsetiap perawat
mgg dlm 1 thn7+jam/hari
cuti + hr
Jumlah tenaga keperawatan yang diperlukan
besar X Jml perawat tersedia

Jumlah hari kerja efektif

Jumlah hari kerja efektif

Faktor koreksi :
Untuk perhitungan jumlah tenaga perlu ditambah (faktor

Jumlahresiko)
hr mggdengan hari+libur/cuti/hari
dlm 1 thn besar
cuti + hr besar (lossperawat
X Jml day) : tersedia

Jumlah hari kerja efektif

Jumlah hari kerja efektif

Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas


non keperawatan (tenaga administrasi) seperti contohnya
membuat perincian pasien pulang, kebersihan ruangan,
Jumlah tenaga
kebersihan keperawatan
alat-alat makan dll,+diperkirakan
loss day x 2525%% dari jam

pelayanan keperawatan 100

100
Jadi jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan: Tenaga
yang tersedia + faktor resiko
b) Kualitas
Kualitas pelayanan merupakan tipe pengawasan yang
berhubungan dengan kegiatan yang dipantau atau diatur dalam
pelayanan berdasarkan kebutuhan atau pandangan konsumen.
Dalam keperawatan, tujuan kualitas pelayan adalah untuk
memastikan bahwa jasa atau produk pelayanan keperawatan
yang dihasilkan sesuai dengan standar atau keinginan pasien
(Nursalam, 2014).
Menurut Djojodibroto (2013), bahwa pelatihan, kursus
dan loka karya yang diperlukan bagi tenaga perawat
profesional di rumah sakit adalah:
1) Etika komunikasi
2) Komunikasi dalam keperawatan
3) Etika keperawatan
4) Manajaemen keperawatan
5) Hospital managemen training
6) Audit medik
7) Pencegahan penyakit nosokomial
8) Sanitasi rumah sakit
Manajemen sumber daya manusia pada hakekatnya
merupakan bagian integral dari keseluruhan manajemen rumah
sakit, strategi manajemen sumber daya manusia sebenarnya
juga merupakan bagian integral dari strategi rumah sakit
dengan pemahaman bahwa sumber daya manusia adalah aset
utama rumah sakit sehingga perlu juga direncanakan rotasi dan
mutasi sumber daya manusia untuk menyesuaikan beban dan
tuntutan pelayanan dimasa depan sehingga penyesuaian
keahlian yang dibutuhkan melalui pelatihan terus menerus dan
berkesinambungan.
Salah satu indikator keberhasilan rumah sakit dalam
memberikan pelayanan kesehatan adalah ditentukan oleh
pemberian asuhan keperawatan yang berkualitas. Asuhan
keperawatan yang berkualitas memerlukan SDM yang sesuai
dengan kualitas yang tinggi dan professional sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
Pendidikan perawat di ruang Mawar terdiri dari
bermacam-macam pendidikan formal keperawatan, yaitu
Sarjana Keperawatan, Ners, dan D-III Keperawatan.
b. Money / Sumber
Dana
Salah satu fungsi rumah sakit memberikan pelayanan kesehatan
baik medis maupun non medis. Dalam pelayanan tersebut agar
pelayanan rumah sakit dapat berjalan seoptimal mungkin dan dapat
dirasakan oleh seluruh masyarakat maka rumah sakit perlu
mempersiapkan peralatan jasa non medis dan jasa pemborongan
(Nursalam, 2014).
Pembangunan bidang kesehatan pada dasarnya ditujukan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang untuk mewujudkan derajat kesehatan optimal sebagai
salah satu unsur kesejahteraan sebagaimana diamanatkan oleh
Pembukaan UUD 1945. Hal ini sejalan dengan amanat Pasal 28 H ayat
(1) Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 (Depkes, 2010).
Yang menegaskan bahwa setiap orang berhak memperolah
pelayanan kesehatan, dan selanjutnya Pasal 34 ayat (3) juga
menyatakan bahwa negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas
kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.Rumah sakit
sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan merupakan bagian dari
sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung
penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Rumah sakit mempunyai
karakteristik dan organisasi yang kompleks (Depkes, 2010).
Sesuai dengan ketentuan umum PP no 6 tahun 2000 perjan
adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagaimana diatur dalam
UU no 9 tahun 1969 dimana seluruh modalnya oleh pemerintah dan
merupakan kekayaan Negara yang tidak dipisahkan serta tidak terbagi
atas saham-saham, jadi rumah sakit perjan tetap merupakan aset
Depkes. Pengelolaan RS perjan dilakukan oleh direksi serta dibentuk
dewan pengawasan untuk melakukan pengawasan (Djoyo Sugito,
2013).
c. Material dan Mesin
(fasilitas, alat dan bahan)
Standar peralatan keperawatan adalah penetapan peralatan
keperawatan yang meliputi kebutuhan (jumlah, jenis dan spesifikasi)
serta pengelolaannya dalam upaya mewujudkan pelayanan
keperawatan yang berkualitas (Depkes. 2010).
Ruang lingkup peralatan keperawatan adalah alat tenun, alat
kesehatan, alat rumah tangga, alat pencatatan pelaporan keperawatan,
pengelolaan peralatan keperawatan meliputi standar perencanaan,
standar pengadaan standar distribusi, standar penggunaan standar
penghapusan, standar pengawasan dan pengendalian (Depkes, 2010).
Perawatan minimal dilengkapi dengan ruang keperawatan, ruang
perawat jaga yang sebaiknya terletak di tengah-tengah ruang
perawatan pasien, ruang ganti perawat, ruang tindakan perawatan,
ruang obat dan peralatan, ruang penyimpanan alat tenun, ruang diskusi,
kamar mandi pasien, kamar mandi perawat atau petugas (Nursalam,
2014).
Secara kualitatif fasilitas yang tersedia seharusnya sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan. Fasilitas dan alat-alat kedokteran
maupun keperawatan dipenuhi melalui standar resmi yang telah
ditetapkan oleh RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah
disesuaikan dengan jenis dan kapasitas unit pelayanan.
Administrasi penunjang :
1) Buku absensi mahasiswa
2) Buku laporan pasien
3) Buku Injeksi
4) Buku Register pasien rawat inap
5) Buku daftar obat
6) Buku inventaris alat kesehatan
7) Buku inventaris linen
8) Buku jadwal perawat
9) Buku penerimaan obat
10) Blanko-blanko catatan medis dan non medis
d. Metode/standar/ped
oman dan prosedur tetap
Standar adalah suatu tingkat kinerja yang secara umum dikenal
sebagai sesuatu yang dapat diterima, adekuat, memuaskan dan
digunakan sebagai tolak ukur atau titik acuan yang digunakan sebagai
pembanding (Marr dan Blebing, 2001). Jenis-jenis standar antara lain:
1) Standar Input: tenaga, fasilitas, dana, organisasi, management
kebijakan dan laian-lain.
2) Standar Proses: prosedur tindakan pelayanan
3) Standar Output: penampilan kinerja, kepuasan pelanggan.
4) Menurut Donabedian bahwa standar adalah rumusan tentang
penampilan atau nilai yang diinginkan yang mampu dicapai,
berkaitan dengan parameter yang telah ditetapkan. Berdasarkan
clinical practice guideline, standar adalah tingkat pencapaian
tertinggi dan sempurna yang dipergunakan sebagai batas
penerimaan minimal atau disebut juga sebagai kisaran variasi yang
masih dapat diterima.
Suatu ruang perawatan didalam sebuah rumah sakit idealnya
mempunyai prosedur tetap (Protap) tindakan yang berlaku secara resmi
dan dipahami dan diterapkan oleh seluruh staf ruangan (Depkes.
2010).
Standar Asuhan Keperawatan di Indonesia, standar keperawatan
dipakai sebagai pedoman dan instrumentasi penerapan standar asuhan
keperawatan yang disusun oleh Depkes yaitu :
1) Standar I pengkajian keperawatan
Pengkajian keperawatan berisi tentang data anamnesa, observasi
yang paripurna dan lengkap serta dikumpulkan secara terus,
menerus tentang keadaan pasien untuk menentukan asuhan
keperawatan sehingga data keperawatan harus bermanfaat bagi
semua anggota tim. Data pengkajian meliputi pengumpulan data,
pengelompokan data, dan perumusan masalah.
2) Standar II diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon pasien yang dirumuskan
berdasarkan data status kesehatan pasien, dianalisis dan
dibandingkan dengan norma kehidupan pasien, dan komponennya
terdiri dari masalah penyebab dan gejala (PES) bersifat aktual dan
potensial dan dapat ditanggulangi perawat.
3) Standar III perencanaan keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa
keperawatan komponennya meliputi prioritas masalah, tujuan
asuhan keperawatan dan rencana tindakan.
4) Standar IV intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan adalah pelaksanaan tindakan yang
ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara
maksimal yang mencakup aspek peningkatan, pencegahan dan
pemulihan kesehatan dengan mengikutsertakan keluarga.
5) Standar V evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistematis,
terencana untuk menilai perkembangan pasien.
6) Standar VI dokumentasi keperawatan
Dokumentasi keperawatan dilakukan secara individu oleh perawat
selama pasien dirawat inap maupun rawat jalan yang digunakan
sebagai informasi, komunikasi dan laporan. Dokumentasi dibuat
setelah tindakan dilakukan. Sesuai dengan pelaksanaan proses
keperawatan setiap mencatat harus mencantumkan inisial atau
paraf atau nama perawat, menggunakan formulir yang baku, dan
disimpan sesuai peraturan yang berlaku.
Dasar hukum standar profesi keperawatan adalah UU kesehatan RI
No. 23 pasal 53:
1) Ayat 1 berbunyi tenaga kesehatan memperoleh perlindungan dalam
melaksanakan tugas sesuai profesinya.
2) Ayat 2 berbunyi tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya
berkewajiban standar profesi dan pasien
Standar keperawatan menurut Depkes RI meliputi :
1) Standar pelayanan keperawatan (SPK)
2) Standar asuhan keperawatan (SAK)
Saat ini sedang dikembangkan persamaan penggunakan bahasa
standar dalam penentuan diagnosa keperawatan berdasarkan NANDA
(North American Nursing Diagnosa), penetapan tujuan dengan NOC
(Nursing Outcome Clasification), dan rencana intervensi dengan NIC
(Nursing Intervention Clasification). Ruang perawatan mempuyai
prosedur tetap semua tindakan perawatan dan SAK (Standar Asuhan
Keperawatan) minimal 10 kasus terbanyak penyakit yang ada di
ruangan namun belum disesuaikan dengan criteria diagnose
keperawatan NANDA, NIC-NOC terbaru.
Standar diperlukan untuk menentukan mutu, bagaimana kegiatan-
kegiatan akan dikerjakan dan untuk menilai mutu, seberapa baik
kegiatan-kegiatan dikerjakan.

2. Unsur Proses
a. Proses Manajemen Asuhan Keperawatan
1) Penerapan Standar Asuhan Keperawatan
Keperawatan sebagai salah satu bentuk pelayanan
professional merupakan bagian integral yang tidak dapat
dipisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara keseluruhan.
Selain itu pelayanan keperawatan merupakan salah satu faktor
penentu baik buruknya mutu dan citra rumah sakit, oleh karenanya
kualitas pelayanan keperawatan perlu dipertahankan dan
ditingkatkan seoptimal mungkin (Nursalam, 2014).
Ciri-ciri mutu asuhan keperawatan yang baik antara lain (1)
Memenuhi standar profesi yang ditetapkan, (2) Sumber daya untuk
pelayanan asuhan keperawatan dimanfaatkan secara wajar, efektif,
dan efisien, (3) Aman bagi klien dan tenaga keperawatan sebagai
pemberi jasa pelayanan, (4) Memuaskan bagi klien dan tenaga
keperawatan serta, (5) Aspek sosial, ekonomi, budaya, etika dan
tata nilai masyarakat dipehatikan dan dihormati (Nursalam, 2014).
Disamping itu prasyarat untuk meningkatkan mutu asuhan
keperawatan antara lain: (1) Pimpinan yang peduli dan
mendukung, (2) Ada kesadaran bahwa mutu harus ditingkatkan
(standar mutu), (3) Tenaga keperawatan disiapkan melalui upaya
peningkatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan cara
diadakan program diklat, (4) Sarana dan perlengkapan, serta
lingkungan yang mendukung, (5) Tersedia dan diterapkannya
standar asuhan keperawatan (Nursalam, 2014).
Berdasarkan hal tersebut di atas, Direktorat Jendral
Pelayanan Medis, Depkes RI bersama dengan Organisasi Profesi
Keperawatan, telah menyusun Standar Asuhan Keperawatan dan
secara resmi X Standar Asuhan Keperawatan diberlakukan untuk
diterapkan di seluruh Rumah Sakit, melalui SK Direktur Jendral
Pelayanan Medik, No.YM 00.03.2.6.7637 tahun 1993 tentang
berlakunya standar asuhan keperawatan di rumah sakit. Ini berarti
bahwa seluruh tenaga keperawatan di Rumah sakit, dalam
memberikan asuhan keperawatan, harus berpedoman kepada
standar asuhan keperawatan (Nursalam, 2014).
UU RI No 23 tahun 1992 tentang Kesehatan Pasal 53 ayat 2
dalam penjelasan mendefenisikan standar profesi sebagai pedoman
yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam menjalankan
profesi secara baik atau secara singkat, dapat dikatakan standar
adalah pedoman kerja agar pekerjaan berhasil dan bermutu.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka standar asuhan keperawatan
berguna sebagai kriteria untuk mengukur keberhasilan dan mutu
asuhan keperawatan (Nursalam, 2014).
Standar Asuhan Keperawatan terdiri dari 6 standar, yaitu :
a) Standar pengkajian keperawatan
b) Standar diagnosa keperawatan
c) Standar perencanaan keperawatan
d) Standar pelaksanaan keperawatan
e) Standar evaluasi keperawatan
f) Standar catatan asuhan keperawatan (Depkes RI,
2010).
Proses asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik
yang melibatkan hubungan kerja sama antara perawat dengan
klien, keluarga dan atau masyarakat untuk mencapai tingkat
kesehatan yang optimal (Carpenito, 1989 cit Keliat 1999).
Sistematika penyusunan standar asuhan keperawatan sebagai
berikut :
a) Standar 1 : Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari:
(1) Pengumpulan Data, kriteria :
(a) Menggunakan format yang ada
(b) Sistematis
(c) Diisi sesuai item yang tersedia
(d) Aktual
(e) Absah (valid)
(2) Pengelompokan data, kriteria :
(a) Data biologis
(b) Data psikologis
(c) Data sosial
(d) Data spiritual
(3) Perumusan kriteria masalah:
(a) Kesenjangan antara status kesehatan dengan norma
dan pola fungsi kehidupan
(b) Perumusan masalah ditunjang oleh data yang telah
dikumpulkan
b) Standar 2 : Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah diagnosis yang dibuat oleh
perawat profesional yang menggambarkan tanda dan gejala
yang menunjukkan masalah kesehatan yang dirasakan klien
dimana perawat yang berdasarkan pendidikan dan pengalaman
mampu menolongnya (Ali dan Nurjanah, 2014).
Menurut Suarli Suchri dan Bachtiar Y. (2014), diagnosa
keperawatan adalah pernyataan yang jelas, singkat dan pasti,
tentang masalah klien serta pengembangan yang dapat
dipecahkan atau diubah melalui tindakan keperawatan.
Diagnosa keperawatan menggambarkan masalah klien
baik aktual, resiko maupun potensial berdasarkan hasil
pengkajian data. Diagnosa keperawatan dirumuskan
berdasarkan data status kesehatan klien, dianalisis dan
dibandingkan dengan fungsi normal kehidupan klien. Kriteria
diagnosa keperawatan:
(1) Diagnosa keperawatan dihubungkan dengan penyebab
kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan klien.
(2) Dibuat sesuai dengan wewenang perawat.
(3) Komponennya terdiri dari masalah, penyebab dan tanda
atau gejala (PES) atau terdiri dari masalah dan penyebab
(PE).
(4) Bersifat aktual apabila masalah kesehatan klien sudah
nyata terjadi.
(5) Bersifat potensial apabila masalah kesehatan klien
kemungkinan besar akan terjadi.
(6) Dapat ditanggulangi oleh perawat.
c) Standar 3 : Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana
tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan, untuk
menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan,
yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan
klien (Suarli Suchri dan Bachtiar Y, 2014). Perencanaan
keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan.
Langkah-langkah penyusunan perencanaan keperawatan
meliputi:
(1) Menentukan urutan prioritas masalah, adapun
pertimbangannya berdasarkan atas :
(a) Masalah-masalah yang mengancam
kehidupan merupakan prioritas pertama
(b) Masalah-masalah yang mengancam
kesehatan seseorang adalah prioritas kedua
(c) Masalah-masalah yang mempengaruhi
perilaku merupakan prioritas ketiga
(2) Merumuskan tujuan asuhan keperawatan dengan kriteria :
(a) Spesifik
(b) Measurable, yaitu bisa diukur
(c) Achievable, yaitu bisa dicapai
(d) Realistis
(e) Time, yaitu ada batas waktu
(3) Rencana tindakan, kriteria :
(a) Disusun berdasarkan tujuan asuhan
keperawatan
(b) Melibatkan klien atau keluarga
(c) Mempertimbangkan latar belakang budaya
klien atau keluarga
(d) Menentukan alternatif tindakan yang tepat
(e) Mempertimbangkan kebijaksanaan dan
peraturan yang berlaku, lingkungan, sumber daya
dan fasilitas yang ada.
d) Standar 4 : Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana
tindakan yang ditentukan dengan maksud agar kebutuhan klien
terpenuhi secara maksimal yang mencakup aspek peningkatan,
pencegahan, pemeliharaan serta pemulihan kesehatan dengan
mengikutsertakan klien dan keluarganya.
Kriteria implementasi keperawatan :
(1) Dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan
(2) Menyangkut keadaan bio-psiko-sosio-spiritual klien
(3) Menjelaskan setiap tindakan keperawatan yang akan
dilakukan kepada klien atau keluarga
(4) Sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
(5) Menggunakan sumber daya yang ada
(6) Menerapkan prinsip aseptik dan antiseptik
(7) Menerapkan prinsip aman, nyaman, ekonomis, privasi dan
mengutamakan keselamatan klien
(8) Melaksanakan perbaikan tindakan berdasarkan respon
klien
(9) Merujuk dengan segera bila ada masalah yang mengancam
keselamatan klien
(10) Mencatat semua tindakan yang telah dilaksanakan
(11) Merapikan klien dan alat setiap selesai melakukan
tindakan
(12) Melaksanakan tindakan keperawatan berpedoman pada
prosedur teknis yang telah ditentukan
e) Standar 5 : Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik,
sistematis dan berencana untuk menilai perkembangan klien.
Kriteria :
(1) Setiap tindakan keperawatan dilakukan evaluasi
(2) Evaluasi hasil menggunakan indikator yang ada pada
rumusan tujuan
(3) Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan
(4) Evaluasi melibatkan klien, keluarga dan tim kesehatan
(5) Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar
f) Standar 6 : Catatan Asuhan Keperawatan
Catatan asuhan keperawatan dilakukan secara individual.
Kriteria:
(1) Dilakukan selama klien dirawat inap dan rawat jalan
(2) Dapat digunakan sebagai bahan informasi, komunikasi
dan laporan
(3) Dilakukan segera setelah tindakan dilaksanakan
(4) Penulisannya harus jelas dan ringkas serta menggunakan
istilah yang baku
(5) Sesuai dengan pelaksanaan proses keperawatan
(6) Setiap pencatatan harus mencantumkan initial/paraf/nama
perawat yang melaksanakan tindakan dan waktunya
(7) Menggunakan formulir yang baku
(8) Disimpan sesuai dengan peraturan yang berlaku (Depkes
RI, 2010).
2) Kepatuhan Tenaga Keperawatan Terhadap SOP Keperawatan
Dalam melakukan tindakan keperawatan yang baik harus
sesuai dan mengacu pada protap-protap atau standar yang telah
ditetapkan dengan hasil tindakan.
Prosedur tetap merupakan salah satu pedoman kerja bagi
setiap tenaga keperawatan dalam rangka mengimplementasikan
praktek keperawatan profesional.

b. Pelaksanaan Universal Precaution


Pencegahan terjadinya infeksi nosokomial di rumah sakit untuk
menghindari terjadinya infeksi selama klien dirawat di rumah sakit.
Pelaksanaan upaya pencegahan infeksi nosokomial terdiri atas
kewaspadaan universal, tindakan invasif, tindakan non invasif,
sterilisasi dan desinfektan (Nursalam, 2014).
Universal precaution atau kewaspadaan universal adalah suatu
pedoman yang ditetapkan oleh Centre of Disease Control (CDC) tahun
1985 untuk mencegah penyebaran dari berbagai penyakit yang
ditularkan melalui darah di lingkungan rumah sakit maupun sarana
kesehatan lain. Adapun konsep yang dianut adalah bahwa semua darah
dan cairan tubuh tertentu harus dikelola sebagai sumber penyakit
lainnya yang dapat menularkan H4, HBV, dan berbagai penyakit lain
yang ditularkan melalui darah (Nursalam, 2014).
c. Pelaksanaan 9 Patient Safety Solution
Solusi keselamatan klien adalah sistem atau intervensi yang
dibuat untuk mencegah atau mengurangi cidera klien yang berasal dari
proses pelayanan kesehatan. 9 solusi ini merupakan panduan yang
sangat bermanfaat membantu rumah sakit memperbaiki proses asuhan
klien, guna menghindari cidera atau kematian yang dapat dicegah
(Nursalam, 2014).
Sembilan solusi life saving keselamatan klien rumah sakit
meliputi :
1) Perhatikan nama obat, rupa, dan ucapan mirip (NORUM) (Look-
Alike-Sound Alike Medication Names)
Nama obat, rupa, dan ucapan mirip, yang membingungkan
staf pelaksana adalah salah satu penyebab yang paling sering dalam
kesalahan obat, dan ini merupakan satu keprihatinan seluruh dunia.
Dengan puluhan ribu obat yang ada saat ini di pasar, maka sangat
signifikan potensi terjadinya kesalahan akibat bingung terhadap
nama merk atau generik serta kemasan.
Solusi NORUM ditekankan pada penggunaan protocol untuk
mengurangi resiko dan memastikan terbacanya resep, label atau
perintah yang dicek lebih dulu, maupun pembuatan resep secara
elektronik.
2) Pastikan identifikasi klien
Kegagalan yang luas, dan terus-menerus untuk mengidentifikasi
klien secara benar sering mengarah pada kesalahan pengobatan,
transfuse, maupun pemeriksaan.
Rekomendasi ditekankan kepada metode untuk verifikasi
terhadap identitas klien, termasuk keterlibatan klien dalam proses
ini, standarisasi dalam metode identifikasi di semua RS dalam
suatu sistem layanan kesehatan dan partisipasi klien dalam
konfirmasi ini menggunakn protokol untuk membedakan
identifikasi klien dengan nama yang sama.
3) Komunikasi secara benar saat handover atau pengoperan klien
Kesenjangan dalam komunikasi saat handover antara unit
pelayanan, dan antar tim pelayanan bisa mengakibatkan
terputusnya kesinambungan layanan, pengobatan yang tidak tepat
dapat mengakibatkan cidera terhadap klien.
Rekomendasi ditujukan untuk memperbaiki handover klien
termasuk penggunaan protocol untuk mengkomunikasikan
informasi yang bersifat kritis, memberikan kesempatan bagi
praktisi untuk bertanya pada saat handover dan melibatkan para
klien atau keluarga dalam proses handover.
4) Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar
Penyimpangan pada hal ini seharusnya sepenuhnya dapat
dicegah. Kasus dengan pelaksaan prosedur yang keliru adalah
akibat dari komunikasi yang tidak baik atau tidak adanya
komunikasi yang benar. Faktor yang paling banyak kontribusinya
terhadap kesalahan ini, yaitu kurangnya proses pra bedah yang
distandarisasi.
Rekomendasinya adalah untuk mencegah jenis kesalahan
pelaksanaan proses verifikasi pra pembedahan, pemberian tanda
pada sisi yang akan dibedah oleh petugas, dan adanya tim yang
terlibat dalam prosedur untuk menginformasikan identitas klien,
prosedur dan sisi yang akan di bedah.
5) Kendalikan cairan elektrolit pekat
Sementara semua obat-obatan, biologis, vaksin, dan kontras
memiliki profil resiko, cairan elektrolit pekat yang digunakan
untuk injeksi khususnya adalah berbahaya.
Rekomendasinya adalah membuat standarisasi dari dosis
untuk unit ukuran dan istilah pencegahan atau campur aduk cairan
elektrolit pekat yang spesifik.

6) Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan


Kesalahan medikasi terjadi paling sering pada saat transisi
atau pengalihan. Rekonsilisasi medikasi adalah suatu proses yang
didesain untuk mencegah salah obat (medicationerror) pada titik-
titik transisi klien.
Rekomendasinya adalah menciptakan suatu data yang paling
lengkap dan akurat dari seluruh medikasi yang sedang diterima
klien. Juga disebut sebagi “home medicationlist” sebagai
perbandingan dengan daftar saat admisi, penyerahan dan atau
perintah pemulangan bilamana menuliskan perintah medikasi dan
komunikasikan daftar tersebut kepada petugas layanan yang
berikut dimana klien akan ditransfer atau dilepaskan.
7) Hindari salah kateter dan salah sambung selang
Selang, kateter, dan spuit yang digunakan harus didesain
sedemikian rupa agar mencegah kemungkinan terjadinya KTD
yang bisa menyebabkan cidera atas klien melalui penyambungan
spuit dan selang yang salah, serta memberikan medikasi atau cairan
melalui jalur yang keliru.
Rekomendasinya adalah menganjurkan perlunya perhatian
atas medikasi serta pemberian makan (misalnya selang yang benar)
dan bila menyambung alat-alat kepada klien (misalnya
menggunakan sambungan dan selang yang benar).
8) Gunakan alat injeksi sekali pakai
Salah satu keprihatinan global yang terbesar adalah
penyebaran dari HIV, HBV, dan HCV yang diakibatkan oleh pakai
ulang dari jarum suntik.
Rekomendasinya adalah perlunya melarang pakai ulang
jarum di fasilitas pelayanan kesehatan, pelatihan periodik para
petugas, di lembaga-lembaga kesehatan khususnya tentang prinsip-
prinsip pengendalian infeksi, edukasi terhadap klien dan keluarga
mengenai penularan infeksi melalui darah, dan praktek jarum
sekali pakai yang aman.
9) Tingkatkan kebersihan tangan untuk mencegah infeksi nosokomial
Diperkirakan bahwa setiap saat lebih dari 1,4 juta orang di
seluruh dunia menderita infeksi yang diperoleh di RS. Kebersihan
tangan yang efektif adalah ukuran preventif yang primer untuk
menghindari masalah ini.
Rekomendasinya adalah mendorong implementasi
penggunaan cairan, alkohol base hand rubs, yang tersedia pada
pelayanan klien, tersedianya sumber air pada semua kran,
pendidikan staf mengenai teknik kebersihan penerapan tangan
yang benar, petunjuk mengingatkan penggunaan tangan bersih di
tempat kerja, dan pengukuran kepatuhan kebersihan tangan melalui
pemantauan atau observasi dan teknik-teknik yang lain (Nursalam,
2014).
d. Proses Manajemen Pelayanan Keperawatan
Mekanisme kerja dari fungsi-fungsi manajemen dapat
digambarkan dalam skema :
Keinginan kebutuhan Perencanaan

Pengorganisasian

Tujuan
Pengarahan

Informasi Pengkoordinasian

Pengawasan

Gambar 2.2 Skema mekanisme kerja fungsi-fungsi manajemen

1) Perencanaan (Plan)
Perencanaan adalah sebuah keputusan untuk suatu
kemajuan yang berisikan apa yang akan dilakukannya serta
bagaimana, kapan dan dimana akan dilaksanakannya (Marquis,
2015). Perencanaan dimaksudkan untuk menyusun suatu
perencanaan yang strategis dalam mencapai suatu tujuan organisasi
yang telah ditetapkan.
Perencanaan dibuat untuk menentukan kebutuhan dalam
asuhan keperawatan kepada semua klien, menegakkan tujuan,
mengalokasikan anggaran belanja, memutuskan ukuran dan tipe
tenaga keperawatan yang dibutuhkan, membuat pola struktur
organisasi yang dapat dioptimalkan efektifitas staf serta
menegakkan kebijaksanaan dan prosedur operasional untuk
mencapai visi dan misi institusi yang telah ditetapkan (Nursalam,
2014).
Perencanaan dimaksudkan untuk menyusun suatu telah
ditetapkan. Perencanaan dibuat untuk menentukan kebutuhan
dalam asuhan keperawatan kepada semua klien, menegakkan
tujuan, mengalokasikan anggaran belanja, memutuskan ukuran dan
tipe tenaga keperawatan yang dibutuhkan, membuat pola struktur
organisasi yang dapat mengoptimalkan efektifitas staff serta
menegakkan kebijaksanaan dan prosedur operasional untuk
mencapai visi dan misi institusi yang telah ditetapkan (Nursalam,
2014).
Unit perawatan merupakan unit terkecil dalam kegiatan
pelayanan rumah sakit. Perencanaan yang disusun mengacu kepada
kerangka utama rencana strategi rumah sakit dengan
mempertimbangan kekuatan, kelemahan, peluang yang nyata dan
ancaman eksternal yang harus diantisipasi. Kerangka perencanaan
yang matang sangat membatu dalam upaya melakukan perbaikan
atau inprovisasi apabila dalam perjalanan kegiatan usaha keluaran
yang tidak diharapkan. Dengan demikian perencanaan dapat
dikoreksi tanpa kehilangan waktu dan efisiensi (Nursalam, 2014).
Kerangka perencanaan terdiri dari :
a) Misi, berisi tujuan jangka panjang mengenai bagaimana
langkah mencapai visi
b) Filosofi, sesuatu yang bisa menguatkan motivasi
c) Tujuan, yaitu berisikan tujuan yang ingin dicapai
d) Obyektif, berisi langkah-langkah rinci bagaimana mencapai
tujuan
e) Prosedur, berisi pelaksanaan perencanaan
f) Aturan, berisi langkah-langkah antisipasi untuk hal-hal yang
menyimpang (Nursalam, 2014)
Model perencanaan meliputi:
a) Reactive planning, yaitu tidak ada perencanaan, manager
langsung melakukan tindakan begitu menemukan masalah.
Perubahan yang terjadi tidak pasti karena dipengaruhi oleh
masalah dan kondisi yang ada
b) Inactive planning yaitu perencanaan sudah dibuat sejalan
dengan masalah yang muncul (setelah ada bayangan atau
perencanaan dilakukan sejalan dengan perkembangan masalah)
c) Preactive planning yaitu penyusunan perencanaan dengan
mengetahui rencana kedepan pencapaian target yang sudah
pasti (sudah jelas dan tidak berubah). Ciri dari perencanaan ini
adalah tujuan yang akan dicapai jelas, terdapat pembatasan
waktu perencanaan berlangsung, terdapat indikator pencapaian
target, resiko dan ketidakpastian jelas.
d) Proactive planning yaitu pembuatan perencanaan dengan
memperhatikan masa lalu, masa sekarang, dan masa depan.
Masa lalu digunakan sebagai pengalaman untuk menyusun
perencanaan sekarang dan masa depan, masa sekarang sebagai
pelaksanaan perencanaan, dan masa depan merupakan
perencanaan yang disusun berdasarkan evaluasi pelaksanaan
perencanaan masa lalu dan sekarang (Nursalam, 2014).
Perencanaan berdasarkan periode meliputi :
a) Perencanaan jangka pendek (target waktu dalam minggu atau
bulan)
b) Perencanaan jangka menengah (periode dalam satu tahun)
c) Perencanaan jangka panjang (periode tahun mendatang)
(Nursalam, 2014).
Tugas kepala ruang dalam perencanaan meliputi :
a) Menyusun rencana kerja kepala unit
b) Berperan serta menyusun falsafah dan tujuan pelayanan
keperawatan di ruang yang bersangkutan
c) Menyusun rencana kebutuhan tenaga keperawatan dari segi
jumlah maupun kwalifikasi diruang rawat, koordinasi dengan
instalasi (Nursalam, 2014).
2) Pengorganisasian
Organisasi kepemimpinan murni merupakan jenis struktur
formal paling sederhana dan tertua. Dalam organisasi ukuran
tertentu, struktur kepemimpinan merupakan jenis yang besar
kemungkinan untuk berkembang melalui proses evolusioner
karena dengan peningkatan jumlah pekerjaan yang diselesaikan
dan jumlah pekerja yang mengerjakannya (Nursalam, 2014).
Ada kecenderungan untuk membagi pekerjaan kedalam tugas
khusus dan untuk mengatur pekerja yang terikat dalam tugas yang
sama kedalam kelompok yang jelas menurut definisi pekerja yang
logis.
Pengorganisasian melibatkan semua sumber daya yang ada
dalam suatu sistem orang, modal, dan peralatan dalam kegiatan
menuju pencapaian tujuan. Keinginan seorang perawat kepala
adalah memasukkan semua unsur manusia dan situasi kedalam
suatu sistem yang akan mengemban suatu tujuan tertentu dan
mengatur mereka sedemikian rupa sehingga banyak kelompok
dapat bekerja sama kearah pencapaian tujuan (Monica, 2013).
Pengorganisasian menentukan mengenai tenaga yang akan
melaksanakan perencanaan, pembagian tugas, wewenang,
tanggung jawab dan mekanisme pertanggung jawaban masing-
masing kegiatan (Nursalam, 2014).
Berdasarkan hal tersebut maka fungsi pengorganisasian dari
Kepala Ruang adalah (Nursalam, 2014) :
a) Merumuskan metode penugasan yang digunakan
b) Merumuskan tujuan metode penugasan
c) Membuat perincian tugas ketua tim dan anggota secara jelas
d) Membuat rentang kendali kepada unit membawahi 2 ketua tim
dan ketua tim membawahi 2-3 perawat
e) Mengatur dan mengendalikan logistik unit
f) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktek
g) Mendelegasikan saat kepala unit tidak berada di tempat
kepada ketua tim
h) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus
administrasi klien
i) Mengatur penugasan jadwal pos dan pekarya
j) Identifikasi masalah dan cara penanganan
Pengorganisasianpelaksanaan asuhan keperawatan, Hoffart
dan Woods (2013) mendefinisikan model praktek keperawatan
(MPKP) sebagai suatu sistem (struktur, proses, nilai-nilai
professional) yang memungkinkan perawat professional mengatur
pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk
mendukung pemberian asuhan keperawatan.
MPKP terdiri dari elemen sub sistem antara lain :
a) Nilai professional (inti MPKP)
b) Pendekatan manajemen
c) Metode pemberian asuhan keperawatan
d) Hubungan professional
e) System kompensasi dan penghargaan (Nursalam, 2014).
Dalam sistem pemberian asuhan keperawatan ada beberapa
teori mengenai metode asuhan keperawatan. Menurut Gillies
(2013) metode asuhan keperawatan terdiri dari :
a) Metode kasus (total care methode)
Metode ini merupakan metode tertua (tahun, 1880),
dimana seorang klien dirawat oleh seorang perawat selama 8
jam perawatan. Setiap perawat ditugaskan untuk melayani
seluruh kebutuhan klien saat dia dinas.
Klien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk
setiap pergantian shift dan tidak ada jaminan bahwa klien akan
dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode
penugasan kasus biasa diterapkan satu klien satu perawat dan
hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk
keperawatan khusus seperti di ruang rawat intensif.
Kelebihan dari metode ini adalah :
(1) Sederhana dan langsung
(2) Garis pertanggung jawaban jelas
(3) Kebutuhan klien cepat terpenuhi
(4) Memudahkan perencanaan tugas
Kekurangan dari metode ini adalah :
(1) Belum dapat diidentifikasi perawat penanggung jawab
(2) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai
kemampuan dasar yang sama
(3) Tidak dapat dilakukan oleh perawat baru atau kurang
pengalaman
(4) Mahal, perawat professional termasuk melakukan
tugas non profesional
b) Metode fungsional (Functional Nursing)
Metode ini dilakukan pada kelompok besar klien.
Pelayanan keperawatan dibagi menurut tugas yang berbeda dan
dilaksanaakan oleh perawat yang berbeda dan tergantung pada
kompleksitas dari setiap tugas. Misalnya fungsi menyuntik,
membagi obat, perawatan luka. Metode ini merupakan
manajemen klasik yang menekankan pada efisiensi, pembagian
tugas yang jelas, dan pengawasan yang lebih mudah. Semua
prosedur ditentukan untuk dipakai sebagai standart. Perawat
senior menyibukkan diri dengan tugas manajerialnya
sedangkan asuhan keperawatan klien diserahkan kepada
perawat yunior.
Meskipun sistem ini efisien namun penugasan secara
fungsi tidak memberikan kepuasan kepada klien dan perawat
karena asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien
terfragmentasi menurut tugas atau perasat yang dilakukan.
Cara kerja yang diawasi membosankan perawat karena
berorientasi pada tugas dan sistem ini baik dan berguna untuk
situasi dimana rumah sakit kekurangan tenaga perawat, namun
disisi lain asuhan ini tidak professional dan tidak berdasar
pada masalah klien (Nursalam, 2014).
Keuntungan dari metode ini adalah :
(1) Lebih sedikit membutuhkan perawat
(2) Tugas mudah dijelaskan dan diberikan
(3) Staf mudah menyesuaikan dengan tugas
(4) Tugas cepat selesai
Kekurangan dari metode ini adalah:
(1) Tidak efekttif
(2) Fragmentasi pelayanan
(3) Membosankan
(4) Komunikasi minimal
(5) Tidak holistik
(6) Tidak professional
(7) Tidak memberikan kepuasan kepada klien dan
perawat

c) Metode tim (Team Nursing)


Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota
yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan
terhadap sekelompok klien. Ketua tim bertanggung jawab
membuat perencanaan dan evaluasi asuhan keperawatan untuk
semua klien yang ada dibawah tanggung jawab timnya.
Anggota tim melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien
sesuai perencanaan yang telah dibuat oleh ketua tim
(Nursalam, 2014).
Tujuan keperawatan ini adalah memberikan asuhan
keperawatan yang lebih baik dengan menggunakan sejumlah
staff yang tersedia.
Keuntungan dari metode ini adalah :
(1) Memberikan kepuasan bagi perawat dan klien
(2) Kemampuan anggota tim dikenal dan dimanfaatkan secara
optimal
(3) Komprehensif dan holistik
(4) Produktif, kerjasama, komunikasi dan moral
Kekurangan dari metode ini adalah :
(1) Tidak efektif bila pengaturan tidak baik
(2) Membutuhkan banyak kerjasama dan komunikasi
(3) Membingungkan bila komposisi tim sering diubah
(4) Banyak kegiatan keperawatan dilakukan oleh perawat non
professional

d) Metode Primer (Primary Nursing)


Metode ini merupakan suatu metode penugasan kerja
terbaik dalam suatu pelayanan dengan semua staff keperawatan
yang professional. Pada metode ini setiap perawat primer
memberikan tanggung jawab penuh secara menyeluruh
terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi keperawatan
mulai dari klien masuk sampai keluar dari rumah sakit,
mendorong praktek kemandirian perawat, ada kejelasan antara
pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer
ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus
antara klien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan,
mengimplementasikan, dan mengkoordinasikan asuhan
keperawatan selama klien dirawat (Nursalam, 2014).
Penanggung jawab dilaksanakan oleh perawat primer
(PP). Setiap PP merawat 4-6 klien dan bertanggung jawab
terhadap klien selama 24 jam dan dari klien masuk sampai
klien pulang. Terdapat kontinuitas asuhan keperawatan yang
bersifat komprehensif dan dapat dipertanggung jawabkan.
Dalam satu group PP mempunyai beberapa PA dan perawatan
dilanjutkan oleh PA (Nursalam, 2014).
Kelebihan dari model primer ini adalah model ini bersifat
continue dan komprehensif dalam melakukan proses
keperawatan kepada klien dan perawat primer mendapatkan
akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil dan memungkinkan
pengembangan diri. Keuntungan yang dirasakan adalah klien
merasa dimanusiakan kerena terpenuhinya kebutuhan secara
individu. Selain itu asuhan yang diberikan bermutu tinggi dan
tercapai pelayanan yang efektif terhadap perawatan, dukungan,
proteksi, informasi dan advokasi (Nursalam, 2014).
Kelemahan dari model ini adalah model ini hanya dapat
dilaksanakan oleh perawat yang memiliki pengetahuan dan
pengalaman yang memadai dengan kriteria asertif, mampu
mengatur diri sendiri, kemampuan pengambilan keputusan
yang tepat, penguasaan klinik, akuntabel, mampu
berkomunikasi dan berkolaborasi dengan berbagai disiplin.

Diagram model keperawatan primer ada dalam gambar

Dokter Kepala ruang Sarana RS

Perawat primer

klien

Perawat pelaksana Perawat pelaksana Perawat pelaksanaan


pagi Klien
sore malam

(Marquis dan Huston, 2013).


Gambar 2.3 Bagan Skema Diagram Model Keperawatan Primer

(1) Uraian tugas, wewenang, dan tanggung jawab dari PP


dan PA
Tugas PJ ruang keperawatan yang mendukung
pelaksanaan system pemberian asuhan keperawatan dengan
Metode Primer Modifikasi:
(a) Membagi staf keperawatan ke dalam tim MPM sesuai
dengan kemampuan dan beban kerja
(b) Membuat jadwal koordinasi dengan PP
(c) Membagi klien kepada grup MPM sesuai dengan
kemampuan dan beban kerja
(d) Mengikuti operan tugas perawat dari jaga malam
(e) Melakukan pertemuan pagi (meeting morning)
dengan semua staf ruangan
(f) Memfasilitasi dan memdukung kelancaran tugas PP
dan PA
(g) Melakukan supervise dan memberikan motivasi
seluruh staf keperawatan untuk mencapai kinerja yang
optimal
(h) Memberikan pendidikan kesehatan pada klien dan
keluarga sesuaidengan kebutuhan klien.
(i) Mendelegasikan tugas kepada penanggung jawab jaga
pada jaga siang/malam/libur.
(j) Melakukan pengawasan kedisiplinan tugas staf
melalui daftar hadir yang ada di ruangan
(k) Berperan sebagai konsultan bagi PP (Nursalam,
2014).
(2) Tugas Perawat Primer
(a) Bertugas pada pagi hari
(b) Bersama PA menerima operan tugas jaga dari PA yag
tugas jaga malam.
(c) Bersama PA melakukan konfirmasi/supervise tentang
kodisi klien segera setelah selesai operan tugas jaga
setiap klien
(d) Bersama PA melakukan doa bersama sebagai awal
dan akhir tugas, dilakukan setelah selesai operan tugas
jaga malam.
(e) Melakukan pre conference dengan semua PA yang
ada dalam groupnya pada setiap awal dinas pagi
(f) Membagi klien kepada PA sesuai kemampuan dan
beban kerja.
(g) Melakukan pengkajian, menentukan masalah atau
diagnosa, dan perencanaan keperawatan kepada
semua klien yang menjadi tanggung jawabnya dan
ada bukti di rekam medis keperawatan
(h) Memonitor dan membimbing tugas PA
(i) Membantu tugas PA untuk kelancaran pelaksanaan
asuhan keperawatan klien
(j) Mengoreksi, merevisi dan melengkapi catatan askep
yang dilakukan oleh PA yang ada di bawah
tanggungjawabnya.
(k) Melakukan evaluasi hasil kepada setiap klien sesuai
tujuan yang ada dalam perencanaan asuhan
keperawatan dan ada bukti pada rekam medis
keperawatan.
(l) Melaksanakan post conference pada setiap akhir dinas
dan menerima laporan akhir tugas jaga dari PA untuk
persiapan operan tugas jaga berikutya.
(m) Memperkenalkan PA yang akan merawat klien selama
klien dirawat kepada klien baru/keluarganya
(n) Menyelenggarakan diskusi kasus dengan dokter/tim
kesehatan lain setiap seminggu sekali
(o) Menyelenggarakan diskusi kasus dalam pertemuan
rutin tim keperawatan di ruangan minimal 11 kali
(p) Menyelenggarakan diskusi kasus sesuai prosedur
(q) Meleksanakan tugas lain sesuai uraian tugas
(r) Menggantikan tugas penanggung ruang pada pagi hari
jika penanggung jawab ruang tidak ada.
(s) Mendelegasikan tugas PA pada S/M/HL
(t) Memberikan bimbingan mahasiswa praktek yang ada
dalam groupnya dalam rangka orientasi dan
pelaksanaan praktek keperawatan
(u) Menginformasikan peraturan dan tata tertib yang
berlaku pada klien/keluarga
(v) Melakukan visite perkembangan klien serta persiapan
klien pulang
(w) Menerima konsultasi atau keluhan klien dan berusaha
mengatasinya.
(x) Membuat laporan tugas kepada kepala ruang setiap
akhir tugas
(y) Mengikuti pertemuan ilmiah RS (Nursalam, 2014).
(3) Tugas Perawat Anggota (PA)
(a) Melaksanakan opera tugas setiap awal dan akhir jaga
dari dan kepada PA yang ada dalam satu groupnya
(b) Melakukan konfirmasi tentang kondisi klien segera
setelah selesai operan setiap klien
(c) Melakukan doa bersama setiap awal dan akhir tugas
yang dilakukan setelah selesai handover.
(d) Mengikuti pre conference yang dilakukan PP setiaap
awal tugas pagi
(e) Melakukan asuhan keperawatan kepada klien yang
menjadi tanggungjawab dan ada bukti di rekam medis
keperawatan
(f) Melakukan monitoring respon klien dan ada bukti di
rekam keperawatan
(g) Melakukan konsultasi tentang msalah klien/ keluarga
kepada PP
(h) Membimbing dan melakukan pendidikan kesehatan
kepada klien yang menjadi tanggungjawabnya dan
ada bukti di rekam medis keperawatan.
(i) Menerima keluhan klien/keluarga dan berusaha
mengatasinya.
(j) Melengkapi catatan asuhan keperawatan pada semua
klien yang menjadi tanggung jawabnya.
(k) Melakukan evaluasi asuhan keperawatan setiap akhir
tugas pada semua klien yang menjadi tanggung
jawabnya dan ada bukti di rekam medis keperawatan.
(l) Mngikuti post conference yang diadakan oleh PP pada
tiap akhir tugas dan melakukan
kondisi/perkembangan semua klien yang menjadi
tanggung jawab pada PP.
(m) Bila PA tidak ada, wajib mengenalkan PA yang ada
dalam groupnya yang akan memberikan asuhan
keperawtan pada jaga berikutnypa pada klien dan
keluarga.
(n) Melaksanakan pendelegasian tugas PA pada S/M/L
(o) Berkoordinasi dengan penanggungjawab tugas
jaga/dokter/tim kesehatan lain bila ada masalah pada
klien pada S/M/L
(p) Mengikutidiskusi kasus dengan dokter/tim kesehatan
lain, setiap seminggu sekali
(q) Mebantu melakukan bimbingan praktek klinik
keperawatan kepada peserta didik keperwatan.
(r) Mengikuti diskusi kasus dalam pertemuan rutin
keperawatan di ruangan
(s) Melaksanakan tugas lain sesuai uraian tugas PA
(Nursalam, 2014).
3) Actuating atau menggerakkan
Fungsi manajemen merupakan fungsi pengarahan semua
kegiatan yang telah dituangkan dalam fungsi pengorganisasian
untuk mencapai tujuan organisasi yang telah dirumuskan dalam
fungsi perencanaan. Pengarahan adalah membuat atau
mendapatkan staff melakukan apa yang diinginkan dan harus
mereka lakukan. Pengarahan melibatkan kualiatas, gaya,
kekuasaan pemimpin, (komuunikasi, motivasi dan disiplin)
(Nursalam, 2014).
Menurut Swanburk (2013) pengarahan adalah elemen
tindakan dari manajemen keperawatan, proses interpersonal
dengan petugas keperawatan. Pengarahan sering disebut sebagai
fungsi memimpin dari managemen keperawatan. Ini meliputi
proses pendelegasian, pengawasan, koordinasi dan pengendalian
implementasi rencana organisasi.
Menurut Douglas (2013) actuating adalah pengeluaran
penugasan, pesanan dan instruksi yang memungkinkan pekerja
memahami apa yang diharapkan darinya dan pedoman serta
pandangan pekerja sehingga ia dapat berperan secara efektif dan
efisien untuk mencapai obyektif organisasi.
Koesoema (2014) menjelaskan beberapa cara manager
merangsang bawahanya agar pelaksanakan kegiatan meningkat
dalam rangka mencapai tujuan organisasi :
a) Motivasi
Motivasi merupakan proses dengan apa seorang manager
merangsang bawahnya untuk bekerja dalam rangka mencapai
sasaran organisasi. Teori model motivasi yang perlu diterapkan
dalam rangka mencapai sasaran organisasi adalah:
(1) Model tradisional: menaikkan sistem upah untuk
memotivasi para karyawan
(2) Model hubungan antar manusia: kontak sosial yang
dialami karyawan baik di dalam kerja maupun di luar jam
kerja.
b) Kemampuan individu
Untuk menunjukkan organisasi, disamping juga penting
untuk menelaah kemampuan individu. Bila sudah menjadi
karyawan tentu tugas manajer meng-upgrade, mengadakan
training, kursus dan sebagainya secara berkelanjutan untuk
memajukan pengetahuannya.
4) Controlling atau Pengawasan
Pengawasan adalah membandingkan hasil kinerja dengan
standar dan mengambil tindakan korektif bila kinerja yang didapat
tidak sesuai dengan standar (Nursalam, 2014). Pengawasan melalui
komunikasi mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua
tim maupun pelaksanan mengenai asuhan keperawatan yang
diberikan kepada klien:
Fungsi pengawasan mencakup 4 unsur yaitu :
a) Penetapan standar pelaksanaan
b) Penentuan ukuran-ukuran pelaksanaan
c) Pengukuran pelaksanaan nyata dibandingkan dengan
standar yang ditetapkan
d) Pengambilan tindakan koreksi (Nursalam, 2014).
Pelaksanaan pengawasan/supervisi antara lain yaitu:
a) Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri
atau melalui laporan langsung secara lisan dan memperbaiki
atau mengawasi kelemahan yang ada saat itu juga
b) Pengawasan tidak langsung dengan mengecek daftar hadir
perawat yang ada, membaca dan memeriksa rencana
keperawatan serta catatan yang dibuat selama dan sesudah
proses keperawatan dilaksanakan, mendengar laporan dari PP
mengenai pelaksanaan tugas.
c) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan
rencana perawatan yang telah disusun bersama PP.
d) Mengaudit (Nursalam, 2014).
Menurut buku pedoman uraian tugas tenaga keperawatan di
RS, tugas kepala unit sebagai kontroling /pengawasan,
pengendalian dan penilaian meliputi :
a) Mengendalikan dan menilai pelaksanaan asuhan
keperawatan yang telah ditentukan.
b) Mengawasi dan menilai siswa /mahasiswa keperawatan
untuk memperoleh pengalaman belajar sesuai tujuan program
bimbingan yang telah di tentukan.
c) Melakukan penilaian kinerja tenaga keperawatan yang
berada dibawah tanggungjawabnya
d) Mengawasi, mengendalikan, dan menilai pendayagunaan
tenaga keperawatan, pralatan dan obat-obatan
e) Mengawasi dan menilai mutu asuhan keperawatan sesuai
standar yang berlaku secara mandiri atau koordinasi dengan
tim pendalian mutu asuhan keperawatan
Untuk keperluan evaluasi hasil kerja diperlukan dahulu
persiapan antara lain :
a) Standart operating prosedur
b) Standar therapy and diagnosis (Nursalam, 2014).
Fungsi pengawasan dan pengendalian merupakan fungsi
terakhir dan proses managemen dan ada 3 macam, yaitu:
a) Pengendalian pendahuluan yaitu pengendalian dipusatkan pada
permasalahan pencegahan timbulnya penyimpangan-
penyimpangan dari bawahan terhadap kinerja pemberi
pelayanan keperawatan, baik dari sumber daya SDM, bahan,
alat maupun dana.
b) Concurent control, pengendalian berlangsung saat pekerjaan
berlangsung guna memastikan sasaran tercapai.
c) Feedback control, pengendalian untuk mengontrol terhadap
hasil dari pekerjaan yang telah diselesaikan, bila ada
penyimpangan merupakan pelajaran untuk aktivitas yang sama
dimasa yang akan datang (Nursalam, 2014).
e. Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik merupakan kata sifat yang dihubungkan
dengan seni dan penyembuhan dapat diartikan bahwa terapeutik adalah
sesuatu yang memfasilitasi proses penyembuhan (As.Hrnyby dan cit
Intansari 2013).
Tujuan hubungan dari terapeutik menurut Stuart & Sundeen
(2013) adalah kesadaran diri, penerimaan diri, dan meningkatnya
kehormatan diri, identitas pribadi yang jelas dan meningkatnya
integritas pribadi, kemampuan untuk membentuk suatu keintiman,
saling ketergantungan hubungan interpersonal, dengan kapasitas
member dan menerima cinta, serta mendorong fungsi dan
meningkatkan kemampuan terhadap kebutuhan yang memuaskan dan
mencapai tujuan pribadi yang realistik.
Empat fase dari proses hubungan terapeutik :
1) Fase preinteraksi
(a) Mengumpulkan data tentang klien
(b) Menyiapkan alat
(c) Mencuci tangan
2) Fase introductory/orientasi
(a) Memberikan salam dan tersenyum pada klien
(b) Melakukan validasi
(c) Memperkenalkan nama perawat
(d) Menanyakan nama panggilan kesukaan klien
(e) Menjelaskan tanggungjawab perawat dan klien
(f) Menjelaskan peran perawat dan klien
(g) Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan
(h) Menjelaskan tujuan
(i) Menjelaskan waktu
(j) Menjelaskan kerahasiaan
3) Fase kerja
(a) Memberi kesempatan pada klien untuk bertanya
(b) Menanyakan keluhan utama
(c) Memulai kegiatan dengan cara yang baik
(d) Melakukan kegiatan sesuai dengan rencana
(e) Mencuci tangan
4) Fase terminasi
(a) Menyimpulkan hasil wawancara : evaluasi proses dan hasil
(b) Memberikan reinforcement positif
(c) Melakukan kontrak (waktu, tempat, topik)
(d) Mengakhiri wawancara dengan cara yang baik (Nursalam,
2014).
f. Proses Manajemen Bimbingan Praktek Klinik Keperawatan
(PKK)
Praktek keperawatan adalah tindakan mandiri perawat
professional melalui kerja sama berbentuk kolaborasi dengan klien dan
tenaga kesehatan lain dalam memberikan asuhan keperawatan atau
sesuai dengan lingkungan wewenang dan tanggung jawabnya
(Nursalam, 2014).
Bimbingan klinik adalah segala bentuk tindakan edukatif yang
dilaksanakan oleh pembimbing klinik untuk memberikan pengetahuan
nyata secara optimal dan membantu peserta didik agar mencapai
kompetensi yang diharapkan (Nursalam, 2014).
Praktek klinik adalah suatu bentuk pengalaman belajar yang
dilaksanakan dalam tatanan pelayanan kesehatan secara nyata dimana
peserta didik dihadapkan langsung dengan klien dan situasi yang
nyata. Peserta didik berkesempatan dalam Bougenvileh diri
melaksanakan asuhan keperawatan professional (Nursalam, 2014).
ICN mendefinisikan praktek keperawatan sebagai cara untuk
membantu indifidu atau kelompok mempertahankan atau mencapai
kesehatan yang optimal sepanjang proses kehidupan yang mengkaji
status kesehatan klien, menetapkan diagnosa keperawatan, rencana,
tindakan keperawatan untuk mencapai tujuan dan mengevaluasi respon
klien terhadap intervensi yang diberikan (Nursalam,2014).
Tujuan dari bimbingan klinik adalah membantu peserta didik
menyesuaikan diri dengan lingkunga praktek, memberikan kesempatan
pada peserta didik untuk mendapatkan pengalaman kerja professional,
membntu peserta didik mengatasi masalah yang dihadapi di lahan
praktek, dan membantu peserta didik mencapai tujuan praktek klinik
(Nursalam, 2014).
Dalam usaha meningkatkan ketrampilan mahasiswa perawat
yang melaksanakan praktek klinik, mahasiswa harus mendapatkan
bimbingan dari pembimbing PKK yang telah ditunjuk. Untuk
memberikan proses bimbingan yang baik kepada mahasiswa maka
harus memenuhi standar pelaksanaan yang telah dibuat. Pembimbing
klinik ditetapkan melalui SK pembimbing klinik yang dikeluarkan oleh
rumah sakit, yang mempunyai beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi antara lain persyaratan professional, persyaratan pribadi dan
persyaratan sosial.
1) Perencanaan
(a) Pengirimankerangka acuanbidang pendidikan dan pelatihan
minimal 1 minggu sebelum pelaksanaan PKK telah mengirim
kerangka acuan lengkap ke unit perawatan yang akan dipakai
sebagai lahan praktek.
(b) Penentuan lokasi praktek diajukan oleh pihak akademik sesuai
dengan kompetensi yang dikoordinasikan dengan bidang
diklat.
(c) Bidang perawatan atau penanggungjawab bimbingan PKK
menyerahkan kerangka acuan bimbingan PKK, menetapkan
lokasi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
(d) Apabila unit PKK yang dituju tidak memungkinkan untuk
praktek maka secara teknis bidang perawatan melakukan
koordinasi dengan institusi pendidikan dan menetukan
kembali lokasi PKK yang memungkinkan.
(e) Penerimaan dan orientasi mahasiswa diberikan dengan
melakukan kunjungan keliling RS, orientasi khusus unit
perawatan dan orientasi tugas, penyiapan bimbingan PKK
serta penjelasan PKK.
(f) Penyiapan pembimbing praktek dilakukan oleh bidang
keperawatan dan penanggungjawab pembimbing PKK.
(g) Mahasiswa memperoleh penjelasan pelaksanaan PKK
(Nursalam, 2014).
2) Organizing
a) Penerimaan
Peserta didik diserahkan oleh direktur atau pembimbing
pendidikan kepada direktur RSJD Dr. RM. Soedjarwadi
Provinsi Jawa Tengah atau pejabat yang ditunjuk.
b) Orientasi
(1) Umum
(2) Khusus
Orientasi ruang perawatan, orentasi klien, menitipkan
pembimbing klinik, penjelasan pelaksana PKK. Untuk
penjelasan pelaksanaan PKK, bimbingan dilakukan oleh
pembimbing klinik. Pembimbing klinik adalah seorang tenaga
perawat yang professional yang diberi wewenang dan
tanggung jawab membimbing secara langsung peserta didik
(Nursalam, 2014).
Dalam proses bimbingan pembimbing klinik berperan dalam:
a) Melakukan kerjasama dengan pembimbing akademik dalam
rangka kelancaran pelaksanaan bimbingan PKK sesuai dengan
metode yang telah ditentukan
b) Mengikuti kegiatan sesuai dengan yang telah ditentukan
c) Mempersiapkan kelengkapan bahan peralatan dan klien yang
akan dijadikan sumber pengalaman kerja
d) Mengikutkan peserta didik dalam kerja keperawatan
e) Memotivasi minat dan semangat belajar untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik
f) Memfasilitasi peserta didik saat memberikan asuhan
keperawatan kepada klien
g) Mengetahui klien kelolaan peserta didik
h) Memantau pelaksanaan praktek yang meliputi kemampuan,
ketaatan serta memberikan teguran bila terjadi pelanggaran
i) Mengarahkan dan membimbing peserta didik dalam rangka
pencapaian target kompetensi yang diharapkan.
j) Mengesahkan pencapaian target kompetensi peserta didik
(Nursalam, 2014).
3) Actuating
Pengarahan dilakukan dengan metode bimbingan yang
dilakukan, antara lain:
a) Pre-post conference
Dilakukan oleh peserta didik, pembimbing klinik dan
pembimbing akademik.
b) Ronde keperawatan
Ronde keperawatan adalah suatu metodepembelajaran klinik
keperawatan yang memberi kesempatan kepada peserta didik
untuk mentrasnsfer dan mempraktekkan pengetahuan yang
didapat di kelas dan dilab dengan kunjungan secara langsung
kepada klien.
c) Bed side teaching
Bed side teaching adalah bentuk pembimbingan yang
dilakukan oleh pembimbing klinik di samping klien.
d) Monitoring kehadiran dan kompetensi peserta didik
e) Bimbingan pelaksanaan tindakan perawatan
f) Diskusi dan laporan individu (Nursalam, 2014).
4) Controling
Controlling terhadap mahasiswa praktek dilakukan melalui:
a) Tata tertib
b) Observasi
c) Reward dan punishment
d) Langsung dari pembimbing PKK dan pembimbing akademik
(Nursalam, 2014).

3. Unsur Output
a. Efiensi Ruang Rawat Inap
Efisiensi pengelolaan rumah sakit secara garis besar dapat
diihat dari dua segi, yaitu segi medis: meninjau efisiensi dari sudut
mutu pelayanan medis, dan dari segi ekonomi: meninjau efisiensi dari
sudut pendayagunaan sarana yang ada (Nursalam, 2014).
Efisiensi pelayanan meliputi 4 indikator mutu pelayanan
kesehatan yang meliputi (BOR, LOS, TOI, BTO)
1) BOR (Bed Occupancy Rate), merupakan indikator untuk menilai
seberapa efektifitas pemakaian tempat tidur yang ada di suatu
ruangan atau rumah sakit dalam jangka waktu tertentu. Standart
Depkes dalam satu tahun adalah sekitar (60-85%).

BOR = Jumlah hari perawatan X 100 %


Jumlah TT x hari perawatan
2) LOS (Length Of Stay), adalah efesiensi yang menunjukkan lama
waktu pasien tinggal. Semakin pendek Length Of Stay pasien
semakin baik, menurut standar yang baik adalah sekitar 6-9 hari.
LOS = Lama Hari Perawatan
Jumlah pasien keluar hidup atau mati

3) TOI (Turn Over Internal), merupakan indikator mutu pelayanan


keperawatan yang menunjukkan rata-rata tempat tidur kosong atau
waktu antara tempat tidur ditinggalkan pasien sampai diisi
kembali. Standart Depkes adalah 1-3 hari.
TOI = Jumlah hari rawat
Jumlah tempat tidur

4) BTO (Bed Turn Over), merupakan indicator yang menunjukkan


pemakaian tempat tidur di suatu rumah sakit dalam satu satuan
waktu. Standar Depkes BTO adalah 5-45 kali. Semakin banyak
BTO di suatu rumah sakit akan lebih baik.

BTO = Jumlah pasien keluar (H+M)

Jumlah tempat tidur

Tabel 2.4
b. Mutu asuhan keperawatan
Asuhan keperawatan profesional merupakan dasar bagi
terselenggaranya pelayanan prima. Asuhan keperawatan tersebut
diberikan oleh tenaga keperawatan yang memiliki kewenangan dan
kompetensi yang telah ditetapkan oleh profesi. Ciri mutu asuhan
keperawatan menurut Depkes RI tahun 1998 adalah:
1) Memenuhi standar profesi
2) Sumber daya dimanfaatkan secara wajar, efisien dan efektif
3) Aman bagi pasien dan tenaga keperawatan
4) Memuaskan pasien dan tenaga keperawatan
5) Aspek sosial, ekonomi, budaya, etika dan tata nilai masyarakat
diperhatikan dan dihormati.
Oleh karena hal tersebut pemberian asuhan keperawatan yang
professional dan sesuai standar diharapkan mampu menjawab
kompetisi di era global, sehingga pasien dapat mendapatkan kepuasan
dalam pelayanan keperawatan (Nursalam, 2014).
Mutu asuhan keperawatan yang prima akan terwujud apabila :
1) Asuhan keperawatan diberikan berdasarkan standar dan kode etik
profesi keperawatan
2) Dilakukan evaluasi secara periodik dan terus menerus
3) Ada upaya tindak lanjut untuk perbaikan
4) Didukung pimpinan dan organisasi yang kuat
5) Komitmen yang tinggi dari seluruh staf keperawatan (Nursalam,
2014).
Standar penilaian yang digunakan untuk menilai mutu asuhan
keperawatan adalah dengan menggunakan instrumen A, B dan C.
Adapun rentang nilai untuk instrumen ABC adalah:
1) Kriteria baik atau sangat puas (75-100%)
2) Kriteria cukup atau puas (65-74%)
3) Kriteria kurang atau tidak puas (0-64%)
(Nursalam, 2014).
Adapun instrumen A, B, C meliputi:
1) Instrument A
Dokumentasi keperawatan adalah system pencatatan kegiatan
sekaligus pelaporan semua kegiatan asuhan keperawatan sehingga
terwujud data yang lengkap, nyata dan tercatat bukan hanya tingkat
kesakitan dari pasien, tetapi juga jenis, kualitas dan kuantitas
pelayanan kesehatan dalam memenuhi kebutuhan pasien
(Nursalam, 2014).
Dokumentasi keperawatan suatu yang mutlak harus ada untuk
perkembangan keperawatan, khususnya proses profesionalisasi
keperawatan serta upaya untuk membina dan mempertahankan
akontabilitas perawat dan keperawatan. Dalam membuat
dokumentasi harus memperhatikan aspek-aspek :
a) Keakuratan data
b) Breavity (ringkas)
c) Legibility
Komponen dokumentasi keperawatan menurut Nursalam (2014) :
a) Pengkajian
Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang
lengkap dan dikumpulkan secara terus-menerus tentang
keadaan pasien untuk menentukan kebutuhan asuhan
keperawatan. Data harus bermanfaat bagi semua anggota tim
kesehatan. Komponen pengkajian meliputi pengumpulan data,
pengorganisasian data. Pengumpulan data dari hasil
wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan penunjang.
b) Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan menggambarkan masalah pasien
baik aktual maupun potensial berdasarkan hasil pengkajian
data. Diagnosa dirumuskan berdasarkan data status kesehatan
pasien, dianalisa, dibandingkan dengan fungsi normal
kehidupan pasien.
Kriteria diagnosa dihubungkan dengan penyebab
kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan pasien, dibuat sesuai
dengan wewenang perawat, dengan komponen yang terdiri
atas masalah, penyebab dan tanda gejala (PES) atau terdiri dari
masalah dan penyebab (PE) yang bersifat actual. Apabila
masalah kesehatan sudah nyata terjadi dan bersifat potensial
kemungkinan besar akan terjadi dan dapat ditangani oleh
perawat.
c) Rencana keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa
keperawatan. Komponen rencana keperawatan meliputi
penentuan prioritas, tujuan, kemungkinan pemecahan, metode
pendekatan pemecahan masalah. Prioritas masalah ditentukan
dengan memberi prioritas utama masalah yang mengancam
kehidupan dan prioritas selanjutnya adalah masalah yang
mengancam kesehatan pasien. Prioritas ketiga adalah masalah
yang mempengaruhi perilaku.
d) Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan rencana tindakan yang
ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi
yang mencakup aspek peningkatan, pencegahan,
pemeliharaan, serta pemulihan kesehatan dengan
mengikutsertakan pasien dan keluarga, tindakan keperawatan,
dan aktivitas keperawatan.
e) Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk memeriksa kembali hasil
pengkajian awal dan intervensi awal untuk mengidentifikasi
masalah dan rencana asuhan keperawatan pasien termasuk
strategi keperawatan masalah pasien.
f) Catatan asuhan keperawatan
Pencatatan merupakan data tertulis tentang kesehatan
pasien dan perkembangan pasien selama dalam pemberian
asuhan keperawatan. Syarat penilaian observasi studi
dokumentasi menurut Depkes (1997) pada status pasien yang
dirawat minimal 3 hari atau dari status pasien yang sudah
pulang.
2) Instrument B
Instrument B mengevaluasi tentang persepsi pasien terhadap
mutu asuhan keperawatan dengan cara menyebarkan angket
kepada pasien yang sudah mau pulang.
Pada saat angket di bagikan, pasien telah di berikan
penjelasan, apabila ada tindakan yang tidak sesuai dengan keadaan
pasien supaya diisikan di kolom keterangan.
Kajian TeoriAsuhan keperawatan adalah rangkaian kegiatan
pada praktek keperawatan yang diberikan secara langsung kepada
pasien diberbagai tatanan pelayanan kesehatan (Zaidin Ali, 2013).
Mutu asuhan keperawatan dapat dilihat dari persepsi pasien
tentang mutu asuhan keperawatan yang diberikan. Dan untuk
mengevaluasi hal ini juga perlu suatu instrumen yang baku
menggunakan format standar asuhan keperawatan yang telah
ditetapkan oleh rumah sakit. Mutu pelayanan keperawatan yang
merupakan hasil kegiatan asuhan keperawatan adalah terjaminnya
penerapan standar asuhan keperawatan yang dilakukan oleh
perawat berdasarkan pendekatan proses keperawatan yang meliputi
pengkajian data, penyusunan diagnosa, melakukan perencanaan,
tindakan dan evaluasi.
Menurut Azwar (2013), mutu pelayanan adalah tingkat
kesempurnaan pelayanan yang dapat memberikan kepuasan pasien
sesuai tingkat kepuasan rata-rata serta penyelenggaraan sesuai
dengan standar dan kode etik profesi yang ditetapkan. Menurut
Pasuraman (2014), pengukuran mutu dapat dilakukan dengan
membandingkan persepsi antara pelayanan yang diharapkan
(Experted Services) dengan pelayanan yang di terima dan
dirasakan (Perceived Services).
Mutu Pelayanan menurut American Society Quality Control
merupakan gambaran total sifat dari suatu produk atau jasa
pelayanan yang berhubungan dengan kemampuan untuk
memberikan kebutuhan dan kepuasan (Wijono, 2013).
Lima dimensi yang menentukan mutu pelayanan yang
dikaitkan dengan kepuasan pasien adalah Pasuraman (2014) :
a) Tangibles (bukti nyata), meliputi fasilitas fisik, peralatan yang
digunakan dan penampilan karyawan
b) Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan memberikan
pelayanan yang dijanjikan dengan segera dan memuaskan
c) Responsiviness (daya tanggap), yaitu kesediaan petugas dalam
memberikan pelayanan dengan tanggap
d) Assurance (jaminan), mencakup kemampuan, kesopanan, sifat
yang dipercaya dari petugas, bebas dari bahaya, resiko dan
keragu-raguan
e) Emphaty (empati), yaitu penyediaan perhatian dan kepedulian
orang per orang kepada pelanggan
Aspek mutu pelayanan di dalam rumah sakit dapat dilihat
dari segi aspek yang berpengaruh. Aspek berarti termasuk hal-hal
yang secara langsung atau tidak berpengaruh terhadap penilaian.
Keempat aspek itu adalah seperti berikut:
a) Sumber Daya Dimensi Mutu Pelayanan
Dimensi mutu pelayanan untuk mengukur sejauhmana sutu
pelayanan kesehatan telah mencapai standar program dan
standar pelayanan kesehatan.
b) Kompetisi Teknis
Kompetisi teknis terkait dengan ketrampilan, kemampuan dan
penampilan petugas, manajer, dan staff pendukung.
Kompetensi teknis berhubungan dengan bagaimana cara
petugas mengikuti standar pelayanan yang telah ditetapkan
dalam hal dapat dipertanggungjawabkan atau diandalkan
(dependability), ketepatan (accurancy), ketahanan uji
(reliability), dan konsistensi (concitency)
c) Akses terhadap pelayanan
Hal ini berarti bahwa pelayanan kesehatan tidak terhalang oleh
keadaan geografis, sosial, ekonomi, budaya, organisasi, atau
hambatan bahasa. Akses geografis dapat diukur dengan jelas
transportasi, jarak, waktu perjalanan, dan hambatan fisik lain
yang dapat menghalangi seseorang untuk memperoleh
pelayanan kesehatan.Akses ekonomi berkaitan dengan sejauh
mana pelayanan diatur untuk kenyamanan pasien, jam kerja
klinik, waktu tunggu.
d) Efektivitas
Kualitas pelayanan kesehatan tergantung dari efektivitas yang
menyangkut norma pelayanan kesehatan dan petunjuk klinis
sesuai dengan standar yang ada.
e) Hubungan antar manusia
Hubungan antar manusia berkaitan dengan interaksi antara
petugas kesehatan dengan pasien, manajer, petugas, dan antara
tim kesehatan dengan masyarakat. Hubungan antara manusia
yang baik akan menanamkan kepercayaan dan kredibilitas
dengan cara menghargai, menjaga rahasia, menghormati,
responsive, memberi perhatian.
f) Efisiensi
Pelayanan yang efisien akan memberikan perhatian yang
optimal dari pada memaksimalkan pelayanan kepada pasien
dan masyarakat. Petugas akan memberikan pelayanan yang
terbaik dengan yang dimiliki.
g) Kelangsungan pelayanan
Kelangsungan pelayanan berarti klien akan menerima
pelayanan yang lengkap yang dibutuhkan (termasuk rujukan)
tanpa interupsi.
h) Keamanan
Keamanan selama perawatan sangat diperlukan oleh klien
karena Rumah Sakit termasuk area public yang bias dimasuki
oleh siapa saja.
i) Kenyamanan
Kenyamanan mempengaruhi kepuasan pasien dan bersedianya
kembali ke fasilitas kesehatan untuk memperoleh pelayanan
berikutnya.
3) Instrumen C
Instrumen C yaitu evaluasi tentang pedoman observasi
tindakan keperawatan. Seluruh kegiatan yang dilakukan di ruangan
dinilai dengan menggunakan standar nilai sesuai dengan standar
protap yang telah ditetapkan oleh Rumah Sakit (Nursalam, 2014).
a) Hasil Evaluasi Manajemen Bimbingan Klinik Lapangan
Praktek Klinik Keperawatan (PKK) merupakan proses
transformasi dari mahasiswa yang akan menjadi seorang
perawat profesional. Pada fase ini mahasiswa mendapat
kesempatan beradaptasi pada perannya sebagai perawat
professional dalam masyarakat keperawatan dan lingkungan
pelayanan atau asuhan keperawatan (Nursalam, 2014).
Mendidik mahasiswa keperawatan diharapkan
memungkinkan pendidik memilih dan menetapkan cara
mendidik yang sesuai dengan objektif (tujuan), dan
karakteristik individual peserta didik berdasarkan kerangka
konsep pembelajaran (Nursalam, 2014).
Jenis metode pengajaran klinik antara lain eksperensial,
konferensi, bedside teaching, observasi dan ronde
keperawatan, proses insiden. Dengan metode tersebut
memungkinkan identifikasi masalah, penentuan tindakan yang
akan diambil implementasi pengetahuan kedalam masalah
klinik dan diskusi untuk menggali proses berpikir dalam
menanggapi situasi (Nursalam, 2014).
Tugas pembimbing praktek klinik keperawatan meliputi:
(1) Mengorientasikan mahasiswa di unit menyangkut :
karakteristik unit, klien, protap, alat dll.
(2) Memonitor pelaksanaan dinas mahasiswa
(3) Menyerahkan dan membimbing siswa atau mahasiswa
dalam rangka pencapaian kompetensi yang di harapkan
(4) Memotivasi minat dan semangat belajar untuk
peningkatan kemampuan siswa dan mahasiswa
(5) Berusaha mengatasi masalah yang ditemukan dan
mengadakan hubungan serta pelaporan kepada pihak
yang terkait
(6) Mengevaluasi bimbingan praktek yang meliputi
pengetahuan, sikap dan keterampilan
(7) Menyampaikan masalah yang berhubungan dengan
praktek siswa atau mahasiswa dengan kesatuan kerja
yang terkait
(8) Mengikuti rapat yang diikuti satuan kerja yang terkait
yang ada di rumah sakit dan institusi pendidikan yang
berkaitan dengan pelaksanaan bimbingan praktek
(9) Memeriksa, mengoreksi dan memberikan umpan balik
asuhan keperawatan yang telah dibuat pada evaluasi
keterampilan
(10) Membimbing mahasiswa dengan tindakan keperawatan
untuk memenuhi kebutuhan klien (Nursalam, 2014).
Evaluasi bimbingan terhadap peserta didik, dilakukan
selama peserta didik menjalani PKK, meliputi :
(1) Partisipasi dalam pre dan post conference
(2) Kegiatan harian oleh pembimbing pendidikan dan
pembimbing kliinik rumah sakit
(3) Laporan asuhan keperawatan oleh pembimbing
pendidikan
(4) Seminar oleh pembimbing pendidikan
(5) Makalah atau jurnal oleh pembimbing pendidikan
(Nursalam, 2014).
b) Kepuasan Kerja Karyawan
Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah
membandingkan kinerja atau hasil yang ia rasakan
dibandingkan dengan harapan (Sutono, 2001). Kepuasan
dipengaruhi oleh sumber daya pendidikan, pengetahuan, sikap,
gaya hidup, demografi, budaya, sosial ekonomi, keluarga dan
situasi yang dihadapi. Pada survey di Texas (Wandel et al,
1981), bahwa sebab utama ketidakpuasan adalah gaji yang
tidak setimpal, pekerjaan menulis yang terlalu banyak,
penunjang administrasi yang kurang dan kurangnya
pendidikan yang menunjang karir, hubungan yang buruk
dengan profesi lain, sulit mendapatkan jam dinas yang teratur,
akhirnya beberapa perawat meninggalkan rumah sakit dan
berhenti bekerja.
Wesley dan Yukl (1977), juga mengatakan bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja dari kondisi
sebenarnya adalah :
(1) Kompensasi
Sikap pekerja terhadap pembayaran yang diterimanya
setelah dia membandingkannya dengan rekan lain baik di
dalam maupun di luar organisasi tempat kerja.
(2) Supervisi
Tanggapan bawahan terhadap perilaku atasan di waktu
memberikan bimbingan.
(3) Pekerjaan itu sendiri
Signifikasi pekerjaan, umpan balik dari pekerjaan itu
sendiri (informasi langsung dan jelas diperoleh dari pekerja
atas efektifitas dan hasil kerjanya)
(4) Rekan sekerja
Perilakurekan sekerja terhadap individu pekerja lain.
(5) Keamanan kerja
Kepuasan pekerja dalam menduduki pekerjaannya selama
kerja, termasuk imbalan gaji, pinjaman, hari libur, fasilitas
kesehatan, pensiunan di hari depannya.
(6) Kesempatan pengembangan diri
Kesempatan untuk maju atau berprestasi dalam jenjang
karir. Menurut Djojodibroto (1977) untuk memperoleh
pelayanan asuhan keperawatan yang baik diperlukan staf
yang mempunyai dedikasi tinggi dan komitmen terhadap
tugas-tugas yang diberikan.
Disamping komitmen yang ada pada staf, diperlukan juga
kepuasan kerja yang akan mendorong staf melaksanakan
komitmennya itu secara baik. Kepuasan kerja karyawan dapat
mempengaruhi hasil mutu asuhan keperawatan yang diberikan.
Pekerjaan yang baik tentu harus mendapat imbalan yang
baik pula. Sistem penggajian pegawai RS haruslah :
(1) Memenuhi ketentuan upah minimum
(2) Sesuai dengan kemampuan anggaran RS
(3) Adil, merupakan pengakuan bahwa ada hubungan antara
imbalan jasa dengan pekerjaan yang dilakukan dan juga
dengan prestasi kerja untuk itu harus ada gaji dasar.
(4) Mampu mempertahankan tenaga yang baik
(5) Mampu menarik tenaga yang baik dari luar
(6) Sumber daya manusia/tenaga kerja (Nursalam, 2014).
Unsur terpenting dalam institusi RS, mutu pengelolaan
dan pelayanan RS dapat dipastikan akan rendah apabila mutu
tenaga kerja rendah. Cara meningkatkan mutu tenaga kerja
dapat ditempuh dengan cara:
(1) Penempatan tenaga yang sesuai
(2) Pemberian penghargaan yang wajar berdasar prestasi kerja
(3) Hubungan kerja yang manusiawi
(4) Adanya usaha untuk peningkatan mutu SDM
(5) Kejelasan siapa atasan fungsional dan siapa atasan
structural (Nursalam, 2014).
c) Kinerja Klinis Perawat
Kinerja Klinis Perawat dapat dilihat dari kejadian infeksi
nosokomial, jumlah pasien dekubitus, infeksi jarum infus, dan
kejadian pasien jatuh. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang
diperoleh ketika seseorang dirawat di rumah sakit atau infeksi
yang didapat selama perawatan di rumah sakit tanpa adanya
tanda-tanda infeksi sebelumnya, dan minimal terjadi selama 48
jam sesudah masuknya kuman (Nursalam, 2014).
Waktu mulai dirawat tidak ditemukan tanda-tanda infeksi
dan tidak sedang masa inkubasi infeksi tersebut. Infeksi terjadi
setelah pasien dengan masa perawatan lebih lama dari mas
inkubasinya (Nursalam, 2014).
Infeksi nosokomial ini dapat menyebar melalui beberapa
jalur, yaitu: jalur kontak, jalur droplet, dan jalur debu. Jalur
kontak dibagi 2 yaitu jalur kontak langsung dan jalur kontak
tidak langsung. Kontak langsung adalah adanya kontak fisik
langsung antara pusat infeksi dengan pusat penjamu.
Sedangkan kontak tidak langsung antar jalur penyebaran yang
paling sering, misalnya melalui tangan perawat, alat medis
atau darah (Depkes RI, 2010).
d) Pelaksanaan 9 patient safety
Solusi keselamatan pasien merupakan suatu system atau
intervensi yang dibuat, mampu mencegah atau mengurangi
cedera pasien yang berasal dari proses pelayanan kesehatan.
Sembilan solusi ini merupakan panduan yang bermanfaat
membantu rumah sakit, memperbaiki prose asuhan pasien,
guna menghindari cedera maupun kematian yang dapat
dicegah.Solusi live saving keselamatan pasien rumah sakit
meliputi :
(1) Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (NORUM)
(Look-Alike, Sound Alike, Medication Names).
Nama obat, rupa dan ucapan mirip, yang
membinggungkan staff pelaksana adalah salah satu
penyebab yang paling sering dalam kesalahan obat
(Medication Error) dan ini merupakan satu keprihatinan di
seluruh dunia. Dengan puluhan ribu oabat yang ada saat
ini di pasar, maka sangat signifikan potensi terjadinya
kesalahan akibat binggung terhadap nama merk atau
generic serta kemasan. Solusi NORUM ditekankan pada
penggunaan protokol untuk pengurangan resiko dan
memastikan terbacanya resep, label atau perintah yang
dicetak lebih dulu, Mupun pembuatan resep secara
elektronik (Nursalam, 2014).
(2) Pastikan identifikasi pasien
Kegagalan yang meluas, dan terus manerus untuk
mengidentifikasi pasien secara benar sering mengarah
pada kesalahan pengobatan, transfuse maupun
pemeriksaan; penyerahan bayi kepada bukan keluarganya,
dsb (Nursalam, 2014).
Rekomendasi ditekankan kepada metode untuk verifikasi
terhadap identitas pasien, termasuk keterlibatan pasien
dalam proses ini, standarisasi dalam metode identifikasi di
semua rumah sakit dalam suatu system layanan kesehatan
dan partisipasi pasien dalam konfirmasi ini, serta
penggunaan protocol untuk membedakan identifikasi
pasien dengan nama yang sama (Nursalam, 2014).
(3) Komunikasi secara benar saat handover /pengoperan
pasien
Kesenjangan dalam komunikasi saat handover
/pengoperan pasien antar unit-unit pelayanan, dan di
dalam serta antar tim pelayanan, bisa mengakibatkan
terputusnya kesinambungan layanan, pengobatan yang
tidak tepat dan potensial yang dapat mengakibatkan cedera
terhadap pada pasien (Nursalam, 2014).
Rekomendasi ditujukan untuk mempebaiki handover
termasuk penggunaan protocol untuk mengkomunikasikan
informasi yang bersifat kritis; memberikan kesempatan
bagi para praktisi untuk bertanya dan menyampaikan
pertanyaan-pertanyaan pada saat handover dan melibatkan
para pasien serta keluarga dalam proses handover
(Nursalam, 2014).
(4) Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar.
Penyimpangan pada hal ini selanjutnya sepenuhnya dapat
dicegah. Kasus-kasus dengan pelaksanaan prosedur yang
keliru atau pembedahan sisi tubuh yang salah sebagian
besar adalah akibat dari kesalahan dalam berkomunikasi
dan tidak adanya informasi atau informasinya tidak benar.
Faktor yang paling banyak kontribusinya terhadap
kesalahan-kesalahan adalah tidak ada atau kurangnya
proses pra bedah yang distandarisasi(Nursalam, 2014).
Rekomendasinya adalah untuk mencegah jenis-jenis
kekeliruhan yang tergantung pada pelaksanaan proses
verifikasi pra pembedahan; pemberian tanda pada sisi
yang akan dibedah oleh petugas yang akan melaksanakan
prosedur, dan adanya tim yang terlibat dalam prosedur
untuk mengkonfirmasikan identitas pasien, prosedur dan
sisi yang akan dibedah(Nursalam, 2014).
(5) Kendalikan cairan elektrolit pekat (concentrated)
Sementara obat-obatan, biologis, vaksin dan kontras
memiliki profil resiko, cairan elektrolit pekat yang
digunakan untuk injeksi khususnya adalah
berbahaya(Nursalam, 2014).
Rekomendasinya adalah membuat standarisasi dari dosis
untuk unit ukuran dan sitilah; dan pencegahan atas campur
aduk atau bunging tentang cairan elektrolit pekat yang
spesifik(Nursalam, 2014).
(6) Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan
pelayanan
Obat dianggap racun oleh sebagian besar manusia.
Kesalahan medikasi terjadi paling sering pada saat transisi
atau pengalihan. Rekonsiliasi (penuntasan perbedaan)
medikasi adalah suatu proses yang di desain untuk
mencegah salah obat (medication error) pada titik-titik
transisi paisen (Nursalam, 2014).
Rekomendasinya adalah menciptakan suatu data yang
paling lengkap dan akurat dari seluruh medikasi yang
sedang diterima pasien. Juga disebut sebagai “Home
Medication List”, sebagai perbandingan dengan daftar saat
administrasi, penyerahan dan atau perintah pemulangan
bilamana menuliskan perintah medikasi; dan
komunikasikan data tersebut kepada petugas layanan yang
berikut dimana pasien akan ditransfer atau dilepaskan.
(7) Hindari salah kateter dan salah sambung selang (Tube)
Kateter merupakan salah satu alat medis yang prinsip
pemakaiannya adalah steril. Selang kateter dan spuit yang
digunakan harus didesain sedemikian rupa agar mencegah
kemungkinan terjadinya kejadian tidak diharapkan yang
bisa menyebabkan cedera atas pasien melalui
penyambungan spuit dan selang yang salah, serta
memberikan medikasi atau cairan melalui jalur yang
keliru(Nursalam, 2014).
Rekomendasinya adalah menganjurkan perlunya perhatian
atas medikasi serta pemberian makan (misanya selang
yang benar), dan bilamana menyambung alat-alat kepada
pasien (misalnya menggunakan sambungan dan selang
yang benat)(Nursalam, 2014).
(8) Gunakan alat injeksi sekali pakai
Banyak penyakit baru yang bermunculan di Indonesia.
Salah satu keprihatinan global yang terbesar adalah
penyebaran dari HIV, HBV, dan HCV yang diakibatkan
oleh pakai ulang (reuse) dari jarum suntik (Nursalam,
2014).
Rekomendasinya adalah perlunya melarang pakai ulang,
jarum difasilitas pelayanan kesehatan; pelatihan periodik
para petugas dilembaga-lembaga layanan kesehatan
khususnya tentang prinsip-prinsip pengendalian infeksi,
edukasi terhadap pasien dan keluarga mengenai penularan
infeksi melalui darah; dan pemakaian jarum sekali pakai
(Nursalam, 2014).
(9) Tingkatkan kebersihan tangan (Hand Hygiene) untuk
mencegah infeksi nosokomial.
Tangan merupakan anggota tubuh yang sering kontak
dengan obyek di sekitar kita termasuk antar manusia.
Diperkirakan bahwa setiap saat lebih dari 1,4 juta orang
diseluruh dunia menderita infeksi yang diperoleh dari
rumah sakit. Kebersihan tangan yang efektif merupakan
suatu ukuran preventif yang primer untuk menghindari
masalah infeksi nosokomial(Nursalam, 2014).
Rekomendasinya adalah menganjurkan implementasi
penggunaan cairah alkohol ”base hand rubs”, yang
tersedia pada titik-titik pelayanan pasien, tersedinya
sumber air pada semua kran, pendidikan staf mengenai
teknik kebersihan tangan yang benar”, petunjuk
mengingatkan pengguanaan tangan bersih di tempat kerja;
dan pngukuran kepatuhan penerapan kebersihan tangan
melalui pemantauan atau observasi dan teknik-teknik yang
lain(Nursalam, 2014).
e) Komunikasi Terapeutik
Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan
perilaku dan memungkinkan individu untuk berhubungan
dengan orang lain dan dunia sekitarnya. Menurut Potter dan
Perry (2005) komunikasi terjadi pada tiga tingkatan yaitu
intrapersonal, interpersonal dan publik. Komunikasi
interpersonal yang sehat memungkinkan penyelesaian
masalah, berbagai ide, pengambilan keputusan, dan
pertumbuhan personal.
Dalam proses komunikasi melibatkan suatu lingkungan
internal dan eksternal dimanapun komunikasi itu terjadi.
Lingkungan internal meliputi: nilai-nilai, kepercayaan,
temperamen, dan tingkat stress pengirim pesan maupun
penerima pesan, sedangkan faktor eksternal meliputi: keadaan
cuaca, suhu, faktor kekuasaan, dan waktu. Kedua belah pihak
(pengirim dan penerima pesan) harus peka terhadap faktor
internal dan eksternal, seperti persepsi dari komunikasi yang
ditentukan oleh lingkungan eksternal yang ada (Potter dan
Perry, 2005).
Berikut ini merupakan gambaran bagaimana proses
komunikasi dipengaruhi oleh kedua faktor di atas:

Faktor Internal
KOMUNIKATOR
Faktor Eksternal

Tertulis

Verbal PESAN

Non-verbal

Faktor Internal
KOMUNIKAN

Faktor Eksternal

Gambar 2.4 Diagram Proses Komunikasi

Komponen dalam komunikasi dijelaskan oleh Potter &


Perry cit Intansari Nurjanah (2005), yaitu sebagai berikut:
(1) Komunikator
Penyampai informasi atau sumber informasi.
(2) Komunikan
Penerimas informasi atau memberi respon terhadap
stimulus yang disampaikan oleh komunikator.
(3) Pesan
Gagasan atau pendapat, fakta, informasi, atau stimulus
yang disampaikan.
(4) Media komunikasi
Saluran yang dipakai untuk menyampaikan pesan.
(5) Kegiatan “encoding”
Yaitu perumusan pesan oleh komunikator sebelum
disampaikan kepada komunikan.
(6) Kegiatan “decoding”
Penafsiran pesan oleh komunikan pada saat menerima
pesan.
Berikut ini gambar tentang komunikasi yang akan terjadi
pada setiap individu pengirim dan penerima pesan.

Gambar 2.5 Proses Komunikasi

g. Komunikasi Terapeutik
1) Pengertian
Komunikasi dalam keperawatan disebut dengan komunikasi
terapeutik, dalam hal ini komunikasi yang dilakukan oleh seorang
perawat pada saat melakukan intervensi keperawatan harus mampu
memberikan khasiat terapi bagi proses penyembuhan  pasien. Oleh
karenanya seorang perawat harus meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan aplikatif komunikasi terapeutik agar kebutuhan dan
kepuasan pasien dapat dipenuhi Mundakir (2006).
Mundakir (2008) menyatakan komunikasi terapeutik adalah
suatu pengalaman bersama antara perawat-klien yang bertujuan
untuk menyelesaikan masalah klien. Maksud komunikasi adalah
mempengaruhi perilaku orang lain.
Dari beberapa pengertian diatas dapat dipahami bahwa
komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang memiliki makna
terapeutik bagi klien dan dilakukan oleh perawat (helper) untuk
membantu klien mencapai kembali kondisi yang adaptif dan positif.
2) Tujuan
Mundakir (2006) menyatakan bahwa komunikasi terapeutik
dilaksanakan dengan tujuan :
a) Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban
perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk
mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal-hal
yang diperlukan.
b) Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil
tindakan yang efektif dan mempertahankan kekuatan egonya.
c) Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri
dalam hal meningkatkan derajat kesehatan.
d) Mempererat hubungan atau interaksi antara klien dengan
terapis (tenaga kesehatan) secara profesional dan proposional
dalam rangka membantu penyelesaian masalah klien.
3) Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik
Nurjanah (2011) komunikasi terapeutik meningkatkan
pemahaman dan membantu terbentuknya hubungan yang 
konstruktif  diantara perawat-klien. Tidak seperti komunikasi sosial,
komunikasi terapeutik mempunyai  tujuan  untuk membantu klien
mencapai suatu tujuan dalam asuhan keperawatan. Oleh karenanya
sangat penting bagi perawat untuk memahami prinsip dasar
komunikasi terapeutik berikut ini:
a) Hubungan perawat dan klien adalah hubungan terapeutik yang
saling menguntungkan,  didasarkan pada prinsip ‘humanity of
nurses and clients’. Hubungan ini tidak hanya sekedar 
hubungan seorang penolong (helper/perawat) dengan kliennya,
tetapi hubungan antara manusia yang  bermartabat.
b) Perawat harus menghargai keunikan klien, menghargai
perbedaan karakter, memahami  perasaan dan perilaku klien
dengan melihat perbedaan latar belakang keluarga, budaya, dan 
keunikan setiap individu.
c) Semua komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga
diri pemberi maupun penerima  pesan, dalam hal ini perawat
harus mampu menjaga harga dirinya dan harga diri klien.
d) Komunikasi yang menciptakan tumbuhnya hubungan saling
percaya (trust) harus dicapai  terlebih dahulu sebelum
menggali  permasalahan dan memberikan alternatif pemecahan 
masalah. Hubungan saling percaya antara perawat dan klien
adalah kunci dari komunikasi terapeutik.
4) Faktor yang Berhubungan dengan Proses Komunikasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi baik baik
sebagai faktor pendukung maupun penghambat terjadinya
komunikasi yang efektif tidak lepas unsur-unsur yang terdapat
dalam proses komunikasi, yaitu :
a) Faktor Sumber Pesan
Berkualitas tidaknya komunikasi seseorang bisa dilihat dari
sumber informasi/pesan yang disampaikan.
b) Faktor Komunikator
Sebagai pelaku aktif dalam komunikasi, peran komunikator
sangatlah vital. Komunikasi dapat berjalan dengan lancar dan
efektif karena faktor komunikator.
c) Faktor Pesan
Faktor pesan berkaitan dengan teknik penyampaian pesan,
bentuk pesan, pesan sesuai kebutuhan, kejelasan dan isi pesan.
d) Faktor Media
Penggunaan media atau saluran sangatlah menentukan
kelangsungan komunikasi. Media atau saluran yang terlibat
langsung dalam proses komunikasi disini sebagai mana
disampaikan oleh Kariyoso (1994) dalam Mundakir (2006)
adalah alat/sarana yang dilalui oleh suara, antara lain: mata,
hidung, otak, tangan,dan telinga.
e) Faktor Umpan Balik
Terjadinya umpan balik dalam proses komunikasi menandakan
komunikasi berjalan efektif.
f) Faktor Komunikan
Keberhasilan komunikasi tidak lepas dari peran dan pengaruh
komunikan.
g) Faktor Efek
Hasil atau efek dari komunikasi juga akan mempengaruhi
terjadinya komunikasi, seorang komunikator cenderung jemu
atau bosan untuk menyampaikan pesan berikutnya apabila
komunikasi yang telah dilakukan tidak menghasilkan damSAK
atau efek yang nyata.
5) Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi dalam Pelayanan
Keperawatan
Dalam melakukan proses komunikasi terdapat faktor yang
mempengaruhi isi pesan dan sikap penyampaian pesan. Faktor yang
mempengaruhinya yaitu :
a) Persepsi
Persepsi adalah pandangan pribadi seseorang terhadap suatu
kejadian atau peristiwa. Persepsi ini dibentuk oleh harapan atau
pengalaman. Perbedaan persepsi dapat mengakibatkan
terhambatnya komunikasi.
b) Nilai
Nilai adalah standar yang mempengaruhi perilaku, sehingga
penting bagi perawat untuk menyadari nilai sesorang. Perawat
perlu berusaha untuk mengetahui dan mengklarifikasi nilai
sehingga dapat membuat keputusan dan interaksi yang tepat
dengan klien.
c) Latar belakang sosial budaya
Bahasa dan gaya komunikasi akan sangat dipengaruhi oleh
faktor budaya. Perbedaan tempat biasanya beda bahasa dan
gaya yang digunakan terutama perbedaan intonasi yang
digunakan. Sehingga banyak terjadi kesalahpahaman
diantaranya. Misalnya pada gaya bahasa orang batak, dimana
orang batak terbiasa dengan gaya bahasa yang keras.
Sedangkan gaya bahasa orang jawa tengah cenderung lemah
lembut. Perbedaan seperti ini akan menimbulkan daya tangkap
atas pesan yang disampaikan menjadi berbeda pula.
d) Emosi
Emosi merupakan perasaan subyektif terhadap suatu kejadian.
Emosi seperti marah, sedih, senang akan dapat mempengaruhi
perawat dalam berkomunikasi dengan orang lain. Perawat perlu
mengkaji emosi klien dan keluarganya sehingga perawat
mampu memberikan asuhan keperawatan dengan tepat. Selain
itu juga perlu mengevaluasi emosi yang ada pada dirinya agar
dalam melakukan asuhan keperawatan tidak terpengaruh oleh
emosi.
e) Jenis Kelamin
Perbedaan jenis kelamin mempunyai gaya komunikasi yang
berbeda-beda. Wanita lebih melekat dengan gaya komunikasi
yang lembut. Sedangkan laki-laki biasanya lebih keras dalam
berkomunikasi.
f) Pengetahuan
Tingkat pengetahuan akan mempengaruhi komunikasi yang
dilakukan. Seseorang yang tingkat pengetahuannya rendah
akan sulit berespon terhadap pertanyaan yang mengandung
bahasa verbal dengan tingkat pengetahuan yang lebih tinggi.
Sehingga harus ada kesesuaian pengetahuan antara kedua belah
pihak untuk mendapatkan komunikasi yang interaktif.
g) Peran dan Hubungan
Gaya komunikasi sesuai dengan peran dan hubungan diantara
orang yang berkomunikasi. Cara komunikasi seorang perawat
dengan koleganya dengan cara komunikasi seorang perawat
kepada klien akan berbeda tergantung perannya.
h) Lingkungan
Lingkungan interaksi akan mempengaruhi komunikasi yang
efektif. Misalnya suasana yang bising, akan sangat
mengganggu dalam kenyamanan dalam berkomunikasi.
i) Jarak
Jarak dapat mempengaruhi komunikasi antara pasien dengan
perawat. Jarak tertentu dapat menyediakan rasa aman dan
kontrol pasien. Hal ini dialami oleh pasien pada saat pertama
kali berinteraksi dengan perawat, untuk itu perawat perlu
memperhitungkan jarak yang tepat pada saat melakukan
hubungan dengan klien. Jarak tepat untuk melakukan
komunikasi agar terjadinya kontak mata atau sentuhan adalah
45,5 cm. Jarak untuk melakukan komunikasi personal secara
umum adalah 45,5 – 120 cm.
j) Kepribadian
Kemampuan untuk melakukan komunikasi dengan pasien
sampai batas tertentu ditentukan oleh kepribadian seseorang,
karena berkomunikasi dengan klien membutuhkan tingkat
empati tertentu serta kemampuan untuk melihat masalah dari
pandangan klien.
Sosiolog Giddens (1984) dalam Ellis (2000) menyatakan
interaksi perawat dengan pengguna pelayanan kesehatan
dikendalikan sebagian oleh atribut pribadi dari semua pihak
terlibat, misalnya sikap, kepribadian dan intelektualitasnya.
Suryabrata (2002), yang menyatakan bahwa dalam
berinteraksi dengan orang lain, orang ekstrovert cenderung
terbuka, mudah bergaul, hubungan dengan orang lain lancar,
aktif, dinamis, ramah dan hangat. Sedangkan orang introvert
cenderung pendiam sukar diselami, tidak mudah dan tidak
suka bergaul, suka terencana, menarik diri, tertutup dan pasif.
h. Tahapan Hubungan Komunikasi Terapeutik
Dalam Potter & Perry, 2005 komunikasi terapeutik ada empat
tahap, dimana pada setiap tahap mempuyai tugas yang harus
diselesaikan.
1) Fase Preinteraksi
Preinteraksi dimulai sebelum kontrak pertama dengan klien.
Perawat idealnya mengulangi informasi mengenai klien.
Informasi ini meliputi riwayat keperawatan atau medis, entri
dalam catatan perawat mengenai catatan medis, atau diskusi
dengan perawat lainnya yang merawat klien. perawat mulai untuk
mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan diri dan
menganalisa kekuatan z hubungan perawat–klien selanjutnya.
Fase orientasi sangat penting dan seringkali ditandai dengan
ketidakpastian dan eksplorasi.
Pada fase ini perawat melakukan kegiatan berikut : memberi
salam dan tersenyum kepada klien, melakukan validasi (kognitif,
psikomotor, aktif), memperkenalkan nama perawat, menayakan
nama kesukaan klien, membuat kontak timbal balik, menjelaskan
kegiatan yang akan dilakukan, menjelaskan waktu yang
dibutuhkan untuk melakukan kegiatan, menjelaskan kerahasiaan.
2) Fase Bekerja
Selama fase bekerja dari hubungan yang membantu, perawatan
berupaya untuk mencapai tujuan selama fase orientasi. Perawat
dan klien saling bekerja sama. Hubungan berkembang dan
menjadi lebih fleksibel ketika klien dan perawat memiliki
keinginan untuk berbagi perasaan dan mendiskusikan masalah.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti konfrontasi,
yaitu perawat membuat klien sadar inkonsistensi dalam tingkah
laku atau pemikiran yang berhubungan dengan pemahaman diri.
Kesiapan, yang dimaksudkan disini adalah perawat memfokuskan
interaksi pada situasi sekarang antara perawat dan klien.
Pemaparan diri dimana perawat menunjukan pengalaman,
pemikiran ide, nilai atau perasaan personal dalam konteks
hubungan. Dan, memadukan komunikasi dengan keperawatan.
3) Fase terminasi
Pada fase terminasi bertujuan untuk mengakhiri hubungan dengan
memuaskan, meringkas prestasi dan mengulang kebutuhan yang
tidak terpenuhi atau perawatan lebih lanjut akan sangat
membantu. Yang dilakukan pada tahap ini meliputi
menyimpulkan hasil dari wawancara, tindak lanjut dengan klien,
melakukan kontrak (waktu,tempat dan topik) dan mengakhiri
wawancara dengan baik.
i. Sikap Dalam Melakukan Komunikasi Terapeutik
Egan (1975) dalam Mundakir (2006) telah menggambarkan lima
cara yang spesifik untuk menunjukkan kehadiran secara fisik ketika
melaksanakan komunikasi terapeutik,  yang ia definisikan sebagai
sikap atas kehadiran atau keberadaan terhadap orang lain atau ketika
sedang  berada dengan orang lain. Berikut adalah tindakan atau sikap
yang dilakukan ketika menunjukkan kehadiran secara fisik :
1) Berhadapan dengan lawan bicara
Dengan posisi ini perawat menyatakan kesiapannya (”saya siap
untuk anda”).
2) Sikap tubuh terbuka; kaki dan tangan terbuka (tidak bersilangan)
Sikap tubuh yang terbuka menunjukkan bahwa perawat bersedia
untuk mendukung terciptanya komunikasi.
3) Menunduk/memposisikan tubuh kearah/lebih dekat dengan lawan
bicara
Hal ini menunjukkan bahwa perawat bersiap  untuk merespon
dalam komunikasi (berbicara-mendengar).
4) Pertahankan kontak mata, sejajar, dan natural
Dengan posisi mata sejajar perawat menunjukkan kesediaannya
untuk mempertahankan komunikasi.
5) Bersikap tenang
Akan lebih terlihat bila tidak terburu-buru saat berbicara dan
menggunakan  gerakan/bahasa tubuh yang natural.
j. Teknik Komunikasi Terapeutik
Tiap klien tidak sama oleh karena itu diperlukan penerapan teknik
berkomunikasi yang berbeda pula. Teknik komunikasi berikut ini,
terutama penggunaan referensi dari Stuart & Sundeen (1987) dalam
Mundakir (2006), yaitu:
1) Mendengarkan dengan penuh perhatian
Berusaha mendengarkan klien menyampaikan pesan non-verbal
bahwa perawat perhatian terhadap kebutuhan dan masalah klien.
Mendengarkan dengan penuh perhatian merupakan upaya untuk
mengerti seluruh pesan verbal dan non-verbal yang sedang
dikomunikasikan.
2) Menunjukkan penerimaan
Menerima tidak berarti menyetujui. Menerima berarti bersedia
untuk mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan
atau tidak setuju. Tentu saja sebagai perawat kita tidak harus
menerima semua perilaku klien. Perawat sebaiknya
menghindarkan ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang
menunjukkan tidak setuju, seperti mengerutkan kening atau
menggelengkan kepala seakan tidak percaya.
3) Menanyakan pertanyaan yang berkaitan.
Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan informasi
yang spesifik mengenai klien. Paling baik jika pertanyaan
dikaitkan dengan topik yang dibicarakan dan gunakan kata-kata
dalam konteks sosial budaya klien. Selama pengkajian ajukan
pertanyaan secara berurutan.
4) Mengulang ucapan klien dengan menggunakan kata-kata sendiri.
Dengan mengulang kembali ucapan klien, perawat memberikan
umpan balik sehingga klien mengetahui bahwa pesannya
dimengerti dan mengharapkan komunikasi berlanjut.
5) Klarifikasi
Apabila terjadi kesalahpahaman, perawat perlu menghentikan
pembicaraan untuk mengklarifikasi dengan menyamakan
pengertian, karena informasi sangat penting dalam memberikan
pelayanan keperawatan. Agar pesan dapat sampai dengan benar,
perawat perlu memberikan contoh yang konkrit dan mudah
dimengerti klien.
6) Memfokuskan
Metode ini dilakukan dengan tujuan membatasi bahan
pembicaraan sehingga lebih spesifik dan dimengerti. Perawat
tidak seharusnya memutus pembicaraan klien ketika
menyampaikan masalah yang penting, kecuali jika pembicaraan
berlanjut tanpa informasi yang baru.
7) Menyampaikan hasil observasi
Perawat perlu memberikan umpan balik kepada klien dengan
menyatakan hasil pengamatannya, sehingga dapat diketahui
apakah pesan diterima dengan benar. Perawat menguraikan kesan
yang ditimbulkan oleh syarat non-verbal klien. Menyampaikan
hasil pengamatan perawat sering membuat klien berkomunikasi
lebih jelas tanpa harus bertambah memfokuskan atau
mengklarifikasi pesan.
8) Menawarkan informasi
Memberikan tambahan informasi merupakan pendidikan
kesehatan bagi klien. Selain ini akan menambah rasa percaya
klien terhadap perawat. Apabila ada informasi yang ditutupi oleh
dokter, perawat perlu mengklarifikasi alasannya. Perawat tidak
boleh memberikan nasehat kepada klien ketika memberikan
informasi, tetapi memfasilitasi klien untuk membuat keputusan.
9) Diam
Diam memungkinkan klien untuk berkomunikasi terhadap dirinya
sendiri, mengorganisir pikirannya, dan memproses informasi.
Diam memungkinkan klien untuk berkomunikasi terhadap dirinya
sendiri, mengorganisir pikirannya, dan memproses informasi.
Diam terutama berguna pada saat klien harus mengambil
keputusan.
10) Meringkas
Meringkas adalah pengulangan ide utama yang telah
dikomunikasikan secara singkat. Metode ono bermanfaat untuk
membantu topik yang telah dibahas sebelum meneruskan pada
pembicaraan berikutnya. Meringkas pembicaraan membantu
perawat mengulang aspek penting dalam interaksinya, sehingga
dapat melanjutkan pembicaraan dengan topik yang berkaitan.
11) Memberikan penghargaan
Memberi salam pada klien dengan menyebut namanya,
menunjukkan kesadaran tentang perubahan yang terjadi
menghargai klien sebagai manusia seutuhnya yang mempunyai
hak dan tanggung jawab atas dirinya sendiri sebagai individu.
Penghargaan tersebut jangan sampai menjadi beban baginya,
dalam arti kata jangan sampai klien berusaha keras dan
melakukan segalanya demi mendapatkan pujian atau persetujuan
atas perbuatannya. Dan tidak pula dimaksudkan untuk
menyatakan bahwa ini “bagus” dan yang sebaliknya “buruk”.
Perlu mengatakan “Apabila klien mencapai sesuatu yang nyata,
maka perawat dapat mengatakan demikian.”
12) Menawarkan diri
Klien mungkin belum siap untuk berkomunikasi secara verbal
dengan orang lain atau klien tidak mampu untuk membuat dirinya
dimengerti. Seringkali perawat hanya menawarkan kehadirannya,
rasa tertarik, teknik komunikasi ini harus dilakukan tanpa pamrih.
13) Memberi kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan.
Memberi kesempatan pada klien untuk berinisiatif dalam memilih
topik pembicaraan. Biarkan klien yang merasa ragu-ragu dan
tidak pasti tentang peranannya dalam interaksi ini perawat dapat
menstimulasinya untuk mengambil inisiatif dan merasakan bahwa
ia diharapkan untuk membuka pembicaraan.
14) Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan
Teknik ini menganjurkan klien untuk mengarahkan hampir
seluruh pembicaraan yang mengindikasikan bahwa klien sedang
mengikuti apa yang sedang dibicarakan dan tertarik dengan apa
yang akan dibicarakan selanjutnya. Perawat lebih berusaha untuk
menafsirkan dari pada mengarahkan diskusi/pembicaraan.
15) Menempatkan kejadian secara teratur
Menempatkan suatu kejadian secara teratur akan menolong
perawat dan klien untuk melihatnya dalam suatu perspektif.
Kelanjutan dari suatu kejadian secara teratur akan menolong
perawat dan klien untuk melihat kejadian berikutnya sebagai
akibat kejadian yang pertama. Perawat akan dapat menentukan
pola kesukaran interpersonal dan memberikan data tentang
pengalaman yang memuaskan dan berarti bagi klien dalam
memenuhi kebutuhannya.
16) Menganjurkan klien untuk menguraikan persepsinya
Apabila perawat ingin mengerti klien, maka ia harus melihat
segala sesungguhnya dari perspektif klien. Klien harus merasa
bebas untuk menguraikan persepsinya kepada perawat. Ketika
menceritakan pengalamannya, perawat harus waspada akan
timbulnya gejala ansietas.
17) Refleksi
Refleksi menganjurkan klien untuk mengemukakan dan
menerima ide dan perasaannya sebagai bagian dari dirinya
sendiri. Apabila klien bertanya apa yang harus ia pikirkan dan
kerjakan atau rasakan maka perawat dapat menjawab:
“Bagaimana menurutmu?” atau “Bagaimana perasaanmu?”.
Dengan demikian perawat mengindikasikan bahwa pendapat klien
adalah berharga dan klien mempunyai hak untuk mampu
melakukan hal tersebut, maka iapun akan berpikir bahwa dirinya
adalah manusia yang mempunyai kapasitas dan kemampuan
sebagai individu yang terintegrasi dan bukan sebagai bagian dari
orang lain.
k. Hubungan Terapeutik Perawat-Klien
Hubungan perawat-klien merupakan proses dimana perawat
sebagai helper (penolong) mengintervensi kehidupan klien dan
membantu klien untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Menjalin
hubungan yang baik antara perawat dan klien mutlak diperlukan dalam
upaya memperlancar pelaksanaan tugas perawat dan klien saat
berlangsungnya pelayanan kesehatan. Hubungan inilah yang paling
dikenal dengan hubungan terapeutik.
Hubungan perawat klien yang terapeutik bisa terwujud dengan
adanya interaksi yang terapeutik dari keduanya. Dalam hal ini
komunikasi yang menjadi sarananya. Dimana komunikasi ini adalah
sarana yang sangat efektif dalam memudahkan perawat membangun
suatu interaksi dengan klien sehingga dapat melaksanakan peran dan
fungsinya dengan baik.
1) Pengertian Hubungan Terapeutik
Yaitu perawat memaksimalkan ketrampilan komunikasi,
pemahaman tingkah laku manusia dan kekuatan pribadi untuk
meningkatkan pertumbuhan pribadi klien. Ketrampilan komunikasi
dan pengetahuan dari tahap dan fenomena yang terjadi dalam
hubungan terapeutik merupakan alat yang penting sekali dalam
pembentukan dan pemeliharaan hubungan, kebutuhan dari klien
diidentifikasi dan pendekatan alternatif penyelesaian masalah
dibuat serta ketrampilan koping baru mungkin dikembangkan.
Disebutkan pula empat tindakan yang harus diambil diantara
perawat dan klien:
a) Tindakan diawali oleh perawat
b) Respon reaksi dari klien
c) Interaksi dimana perawat dan klien mengkaji kebutuhan klien
dan tujuan
Transaksi dimana hubungan timbal balik pada akhirnya dibangun
untuk mencapai tujuan hubungan.
2) Tujuan Hubungan Terapeutik
Suryani (2005) tujuan hubungan terapeutik yaitu:
a) Kesadaran diri, penerimaan diri, dan meningkatnya
kehormatan diri. Identitas pribadi yang jelas dan
meningkatnya integritas pribadi.
b) Kemampuan untuk membentuk suatu keintiman, saling
ketergantungan, hubungan interpersonal dengan kapasitas
memberi dan menerima cinta.
c) Mendorong fungsi dan meningkatkan kemampuan terhadap
kebutuhan yang memuaskan dan mencapai tujuan pribadi
yang realistik.
3) Pengertian universal precautions
Universal precautions adalah tindakan pengendalian infeksi
sederhana yang digunakan oleh seluruh petugas kesehatan, untuk
semua pasien, setiap saat, pada semua tempat pelayanan dalam
rangka mengurangi resiko penyebaran infeksi.
Universal precautions perlu diterapkan dengan tujuan untuk :
a) Mengendalikan infeksi secara konsisten
b) Memastikan standar adekuat bagi mereka yang tidak di
diagnosis atau tidak terlihat seperti beresiko
c) Mengurangi risiko bagi petugas kesehatan dan pasien
d) Asumsi bahwa risiko atau infeksi berbahaya
e) Lingkup universal precautions
Universal precautions meliputi:
a) Pengelolaan alat kesehatan habis pakai
b) Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
c) Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung
tangan untuk mencegah kontak dengan darah serta cairan
infeksius yang lain.
d) Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
e) Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan
f) Desinfeksi dan sterilisasi untuk alat yang digunakan ulang
g) Pengelolaan linen
Penggunaan universal precautions dilakukan:
a) Jika semua pasien diperlakukan seperti mereka memiliki
virus yang menyebar melalui darah
b) Jika tidak diperlukan perlindungan ekstra apabila seorang
pasien di diagnosis dengan  hepatitis B, HIV, atau hepatitis C.
c) Jika perlindungan ekstra hanya diperlukan ketika pasien
diketahui atau diduga terinfeksi oleh virus atau menyebar
melalui droplet, udara, atau rute kontak transmisi.
d) Penggunaan pelindung (barrier)  fisik, mekanik, atau kimiawi
diantara mikroorganisme dan individu, misalnya ketika
pemeriksaan kehamilan, pasien rawat inap, petugas pelyanan
kesehatan. Pelindung merupakan alat yang sangat efektif
untuk mencegah penularan  infeksi  (barrier membantu
memutuskan rantai penyebaran penyakit).
Pelaksanaan universal precautions yang baku adalah:
a) Setiap orang (pasien atau petugas kesehatan) sangat
berpotensi meningkatkan infeksi
b) Cuci tangan
c) pakai sarung tangan (kedua tangan) sebelum menyentuh kulit
yang terluka, mukosa, darah , bagian tubuh lain, instrument
yang kotor, sampah yang terkontaminasi, dan sebelum
melakukan prosedur invasive
d) Gunakan alat pelindung diri (kacamata pelindung, masker
muka dan celemek) untuk mencegah kemungkinan percikan
dari tubuh (sekresi dan ekskresi) yang muncrat dan tumpah
(misalnya saat membersihkan instrumens dan benda lainnya)
e) Gunakan antiseptic untuk membersihkan selaput lendir
sebelum pembedahan, pembersihan luka, atau pencucian
tangan sebelum operasi dengan antiseptic berbahan alcohol.
f) Gunakan praktik keselamatan kerja, misalnya jangan
menutup kembali jarum atau membengkokkan jarum setelah
digunakan, jangan menjahit dengan jarum tumpul
g) Pembuangan sampah infeksi ke tempat yang aman.
Pada akhirnya, untuk semua alat yang terkontaminasi dilakukan
dekontaminasi dan dibersihkan secara menyeluruh, kemudian
disterilkan atau didesinfeksi tingkat tinggi (DTT) dengan
menggunakan prosedur yang ada.
(1) Mencuci tangan
(a) Mencuci tangan harus selalu dilakukan sebelum dan
sesudah melakukan tindakan keperawatan walaupun
mamakai sarung tangan dan alat pelindung yang lain.
Tindakan ini penting untuk menghilangkan atau
mengurangi mikroorganisme yang ada di tangan
sehingga penyebaran infeksi dapat dikurangi dan
lingkungan kerja terjaga dari infeksi.
(b) Mencuci tangan tidak bisa digantikan oleh pemakaian
sarung tangan
(c) Cuci tangan harus selalu dilakukan sebelum dan sesudah
memakai sarung tangan
(d) Tiga cara mencuci tangan yang dilaksanakan sesuai
kebutuhan yaitu:
1. Cuci tangan higienis atau  rutin, dilakukan untuk
mengurangi kotoran dan flora yang ada ditangan
dengan menggunakan sabun atau detergen
2. Cuci tangan aseptic, dilakukan sebelum melakukan
tindakan aseptic pada pasien dengan menggunakan
cairan antiseptic
3. Cuci tangan bedah, dilakukan sebelum melakukan
tindakan bedah dengan cara aseptic dengan
menggunakan cairan aseptic dan sikat steril.
Indikasi mencuci tangan: cuci tangan harus dilakukan pada
saat yang di antisipasi akan terjadi perpindahan kuman
melalui tangan yaitu:
(a) Sebelum melakukan tindakan, misalnya memulai
pekerjaan (baru tiba dikantor), saat akan memeriksa
(kontak langsung dengan klien),saat akan memakai
sarung tangan steril atau sarung tangan yang telah
didesinfeksi tingkt tinggi (DTT) untuk melakukan suatu
tindakan, saat akan memakai peralatan yang telah di
DTT, saat akan melakukan injeksi dan pemasangan
infuse, dan saat hendak pulang kerumah.
(b) Setelah melakukan tindakan yang dimungkinkan terjadi
pencemaran, misalnya setelah memeriksa pasien,setelah
memegang alat-alat bekas pakai dan bahan-bahan lain
yang berisiko terkontaminasi, setelah menyentuh
selaput mukosa,darah, atau cairan tubuh yang lain,
setelah membuka sarung tangan (cuci tangan setelah
membuka sarung tangan perlu dilakukan karena ada
kemungkinan sarung tangan robek atau berlubang),
setelah dari kamar kecil, setelah bersin atau batuk.  
Mencuci tangan
(a) Tindakan paling penting dalam mencegah penyebaran
infeksi
(b) Pakai sabun dan air secara adekuat
(c) Gunakan alcohol tangan jika tidak ada air mengalir
(d) Keringkan tangan dengan handuk sekali Pakai atau
bersih
Prosedur mencuci tangan:
(a) Untuk mencuci tangan harus selalu diusahakan tersedia
sabun antiseptic dan air mengalir. Melepaskan benda
disekitar tangan (jam tangan, cincin, gelang, dan lain-
lain)
(b) Gunakan tissue untuk membuka keran air untuk untuk
menghindari tangan yang kotor mengkontaminasi
keran.
(c) Basahi tangan dan pergelangan tangan, kemudian
tuangkan lebih 5 cc sabun cair ditelaSAK tangan
(d) Menggosok dengan busa sabun semua permukaan
secara mekanik selama 15-30 detik dan dilanjutkan
dengan membilas pada air yang mengalir
(e) Keringkan tangan dengan alat pengering/handuk
kering.
(2) Pemakaian alat pelindung diri
(a) Sarung tangan, untuk mencegah perpindahan
mikroorganisme yang terdapat pada tangan petugas
kesehatan kepada pasien, dan mencegah kontak antara
tangan petugas dengan darah atau cairan tubuh pasien,
selaput lendir, luka, alat kesehatan, atau permukaan yang
terkontaminasi.
(b) Pelindung wajah (masker, kacamata,helm): untuk
mencegah kontak antara droplet dari mulut dan hidung
petugas yang mengandung mikroorganisme ke pasien,
dan mencegah kontak droplet/darah/cairan tubuh pasien
kepada petugas
(c) Penutup kepala: untuk mencegah kontak dengan
percikan darah atau cairan tubuh pasien
(d) Gaun pelindung (baju kerja atau celemek) : mencegah
kontak mikroorganisme dari pasien atau sebaliknya
(e) Sepatu pelindung: mencegah perlukaan kaki oleh benda
tajam yang terkontaminasi, juga terhadap darah dan
cairan tubuh lainnya.
(3) Pengelolaan alat kesehatan
Pengelolaan alat kesehatan dapat mencegah penyebaran
infeksi melalui alat kesehatan, atau menjamin alat tersebut
selalu dalam kondisi steril dan siap pakai. Pemilihan
pengelolaan alat  tergantung pada kegunaan alat dan
berhubungan dengan tingkat resiko penyebaran  infeksi.
Pengelolaan alat dilakukan melalui empat  tahap:
1. Dekontaminasi
2. Pencucian
3. Sterilisasi atau DTT
4. Penyimpanan (Nursalam, 2014).

BAB III
HASIL PENGKAJIAN DAN PERENCANAAN
A. Profil Dan Gambaran Umum RSUD Panembahan Senopati Bantul
1. Gambaran Umum Rumah Sakit
a. Sejarah Rumah Sakit
Menurut sejarah rumah sakit berdiri sejak tahun 1953 sebagai
RS HO. Tahun 1957 resmi menjadi rumah sakit kabupaten dengan 60
tempat tidur dan tahun 1957 berkembang dengan jumlah kapasitas 90
tempat tidur. Pada tahun 1978, RSUD berstatus RS tipe D. Pada tahun
1993 sampai sekarang menjadi RS tipe C berdasarkan SK. Menkes.RI
No.202/MenKes/SK/11/1993, tanggal 26 Februari 1993 dan menjadi
RS swadana pada tanggal 1 Januari 2003. Rumah sakit umum daerah
berganti nama menjadi RSUD Panembahan Senopati mulai 29 Maret
2003. RSUD Panembahan senopati menjadi RS tipe B pendidikan
berdasarkan SK MenKes RI Nomor: 147/MenKes/SK/I/2007 pada
tanggal 31 Januari 2007. Selanjutnya, pada tahun 2009 menjadi Badan
Layanan Umum Daerah (BLUD) dan pada tahun 2010 telah lulus
akreditasi penuh tingkat lanjut (12 layanan). Sejak tanggal 22 Oktober
2018 s/d 21 Oktober 2021 RSUD Panembahan Senopati Bantul
terakreditasi paripurna dengan Nomor : KARS-SERT/105/X/2018.
Sesuai dengan rencana pembangunan jangka menengah
daerah kabupaten bantul tahun 2011-2015 dimana di dalamnya
tercantum strategis tentang kesehatan, anatara lain dibutuhkan
kebijakan layanan umum rumah sakit yang berupa badan layanan
umum daerah (BLUD), RSUD panembahan senopati bantul sudah
mengembangkan kegiatan yang tersusun dalam rencana Strategis
RSUD panembahan senopati bantul tahun 2007-2011 dan berdasarkan
keputusan Bupati Bantul Nomor 85 A Tahun 2010 tentang
poengesahan Visi, Misi, Tujuan, dan Moto Rumah Sakit Umum
Daerah Panembahan Senopati Bantul.

b. Tujuan RSUD Panembahan Senopati Bantul


Menjadi rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan
kesehatan secara cepat dan tepat sesuai standard pelayanan rumah sakit
dengan didukung sumber daya manusia yang rofesional.

c. Visi, Misi dan Motto RSUD Panembahan Senopati Bantul


1. Visi
“TERWUJUDNYA RUMAH SAKIT YANG UNGGUL DAN
MENJADI KEBANGGAN SELURUH MASYARAKAT”
2. Misi
a) Memberikan “pelayanan prima” pada pelanggan
b) Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia
c) Melaksanakan peningkatan mutu berkelanjutan dalam
pelayanan kesehatan, pendidikan, dan penilitian
d) Meningkatkan jalinan kerjasama dengan mitra terkait
e) Meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana yang
berkualitas
f) Menyelenggarakan tata kelola keuangan yang sehat untuk
pertumbuhan organisasi
3. Nilai-nilai
a) Jujur
b) Rendah hati
c) Kerjasama
d) Profesional
e) Inovasi
4. Meaning Statement
“Melayani sepenuh hati untuk kualitas hidup yang lebih baik”

d. Strategi Kegiatan RSUD Panembahan Senopati Bantul


1) Meningkatkan kualitas proses layanan kepada pelanggan
difokuskan pada upaya untuk meningkatkan jumlah kunjungan
pasien rawat jalan dan rawat inap, melalui:
a) Menjaga mutu pelayanan
(1) Pelaksanaan Standar Prosedur Operasional (SPO) secara
kontinyu
(2) Pelaksanaan Standar Asuhan Keperawatan (SAK)
(3) Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
(4) Pelaksanaan Model Praktek Keperawatan Profesional
(MPKP)
(5) Audit Klinik dan Audit Medis
(6) Evaluasi kelengkapan berkas rekam medis
(7) Melaksanakan pengawasan/supervisi secara rutin mulai
manajemen level bawah, menengah sampai atas.
b) Pelayanan berorientasi pada customer
c) Pemasaran/promosi rumah sakit
(1) Mengikuti pameran di bantul expo, karnaval dalam rangka
hut kemerdekaan ri
(2) Pembuatan leaflet, papan nama,penunjuk arah rumah sakit
(3) Pemasaran lewat media(radio dan tv) dan internet (web dan
email)
(4) pertemuan dengan pelanggan (Sosialisasi)
d) Pelayanan unggulan/baru
(1) Pelayanan Unit Hemodialisa
(2) Pelayanan Elektromedik
(3) Pelayanan fisioterapi, ocupasi terapi, terapi wicara
(4) Pelayanan Poliklinik sore spesialis
(5) Pelayanan unit jantung/cardioligi
(6) Pelayanan radiologi (CT Scan)
(7) Pelayanan Laboratorium (Pathologi Anatomi)
(8) Pelayanan Orthopedi (Artriscopy, TKR, PHR)
(9) Pelayanan Indoscopy
(10) Pelayanan Bedah Onkologi (kemoterapi)
(11) Pelayanan Bedah Mulut

2) Meningkatkan kapabilitas dan komitmen petugas, melalui upaya:


a) Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petugas
b) Meningkatkan kesejahteraan petugas
c) Meningkatkan sistem monitoring dan pengawasan
d) Meningkatkan jejaring dengan institusi pendidikan
3) Mempercepat proses pelaporan dan akses informasi melalui upaya
pemgembangan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (Biling
Terpadu, SIMPEG, Simbada).
4) Meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan, melalui
upaya:
a) Meningkatkan performance Rumah Sakit
b) Lingkungan nyaman, aman, bersih dan asri
c) Adanya kepastian biaya dan waktu pelayanan
d) Tarif terjangkau
e) Adanya kerjasama dengan pihak III
f) Terciptanya pelayanan prima, sesuai SK MenPan
No.63/Kep/MPAN/03 dan terlaksnaannya UU No. 25 Tahun
2009 tentang Pelayanan Publik

2. Gambaran Umum Ruang Bougenvile


Ruang rawat inap bougenville adalah salah satu ruang rawat inap di
RSUD Panembahan senopati bantul. Ruang rawat inap bougrnville
memberikan pelayanan pada pasien laki-laki dan perempuan baik dewasa
maupun anak-anak. Khususnya pasien-pasien dengan kasus bedah.
Ruang rawat inap bougenville terdiri dari 24 TT terbagi dalam 6
ruangan, sehingga masing-masing ruangan terdiri dari 4 TT. Ruang rawat
inap bougenville hanya khusus merawat pasien-pasien kelas 3. Meskipun
merawat kelas 3 tetapi demi kenyamanan pasien masing-masing kamar di
lengkapi dengan kamar mandi pasien.
a. Fasilitas
Ruang rawat inap bougenville merupakan ruang rawat inap khusus
kelas 3. Memberikan pelayanan-pelayanan rawat inap
1) Pasien Umum
2) Pasien BPJS PBI
3) Pasien BPJS Non PBI
4) Pasien dari Asuransi lain
Hal spesifik lainnya ruang rawat inap bougenville adalah tempat
pendidikan, dan penelitian bagi:
1) Dokter Spesialis
2) Dokter Umum
3) S1 Keperawatan/Ners
4) S1 Gizi
5) D3 Keperawatan
6) D3 Gizi
7) D3 Rekam Medis
Denah Ruang Bougenvile RSUD Panembahan Senopati Bantul

WC R. Ganti Perawat R. Ganti WC WC


Perawat perawat
Sumber: hasil observasi ruang rawat inap Bougenvile RSUD Panembahan Senopati Bantul 2021 C
R. Jaga Nurse Station Kamar 1 Kamar 2 Kamar 3
Koas R. Kepala Ruangan
WCC
R.02

WC WC
R.
Mahasiswa
R.
Pertemuan
Kamar 6 Kamar 5 Kamar 4
R. Cuci R. Obat dan linen
Alat
Medika WC WC

Gambar 3.1 Denah Ruang Bougenvile


(Sumber : Hasil observasi ruangan 2021)
Keterangan:

: Bed Pasien : Nurse Station : R. Ganti Perawat :R. Obat


dan Linen

: Pintu : WC : R. Koas :R.Mahasiswa

: R. Kepala Ruangan : R. Pertemuan :R. Cuci Alat Medika : R.O2

:R.CS
Analisa :
Ruang Bougenvile merupakan ruang kelas tiga dimana ruangan ini
adalah ruangan bedah. Ruangan Bougenvile terletak dilantai 1, terdapat 24
tempat tidur yang setiap tempat tidur memiliki tiang infus masing-masing.
Memiliki 6 kamar mandi di dalam kamar pasien, 1 kamar mandi diluar, 1
kamar mandi untuk petugas kesehatan, di ruang Bougenvile juga memiliki
ruang obat, ruang ganti, ruang linen, ruang pertemuan, ruang cuci alat
medika, ruang jaga koas, ruang perawat, ruang pertemuan dan ruang
mahasiswa.
Ruangan Bougenvile berada dilokasi yang tenang, aman dan nyaman
untuk melakukan asuhan keperawatan. Ruang Bougenville terdiri dari 24
tempat tidur, meliputi klien laki-laki dan perempuan. Di sebelah utara
Ruang Bougenville berbatasan dengan Ruang ICU, di sebelah timur
terdapat taman dan berbatasan jalan keluar ke parkiran, di sebelah selatan
berbatasan dengan masjid At- Taqwa, laboratorium dan apotik sedangkan
sebelah barat berbatasan dengan ruang CSSD Rumah Sakit Panembahan
Senopati Bantul.
Penempatan jarak antar tempat tidur di ruang Bougenvile kurang
lebih 2 m, antar tempat tidur pasien dibatasi oleh tirai dengan rel terbenam
ke dinding. Pada setiap tempat tidur terpasang nurse call yang tersambung
ke nurse station dan memiliki bukaan jendela yang aman untuk ventilasi
alami dan pencahayaan.
Dapat disimpulkan persyaratan teknis bangunan dan prasarana
ruangan Bougenvile RSUD Panembahan Senopati Bantul sudah sesuai
dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun
2016 Tentang Persyaratan Teknis Bangunan Dan Prasarana Rumah Sakit.
Struktur Organisasi Ruang Rawat Inap Bougenville

KOORDINATOR RUANG
ETIK RATNANINGSIH, SST
NIP. 197903311998032001
ADMINISTRASI
KURNIAWATI AZIZAH

.
TEAM 1 TEAM 2 TEAM 3
PRIMARY NURSE PRIMARY NURSE PRIMARY NURSE
YUSRIFAH MAHARANI, S.Kep ELIS TRI SUSILAWATI, Amd.Kep TH PRITA AYUDYAH M, AMK
NIP. 198103152006042023 NIK. 1982081220100820112 NIK. 1983121520100820119

ASOSIATE NURSE ASOSIATE NURSE ASOSIATE NURSE


Puji Hartati, Amd. Kep Ariesta Rahma Privandari, Amd. Kep Dhona Wangi K, Amd. Kep
Ika Pambudi, S.Kep., Ns Anis Utami Rahmawati, S.Kep., Ns Siti Rochani, Amd. Kep
Widodo L, Amd. Kep Ika Dastiana, Amd.Kep Wening Pangestuti, S.Kep., Ns
Fransiska Avea Rena R, Amd. Kep Suci Indah Wulandari, S.Kep., Ns Anwar Diantoro, Amd. Kep
Nyoman Bagiarta, S.Kep., Ns
 

ASISTEN PERAWAT

 
TANTI ARIFAH

Gambar 3.2 Sruktur Organisasi


(Hasil Observasi Ruangan Bougenvile 2021)
Analisa:
Berdasarkan bagan yang terpapang diatas sudah berisi identitas
struktur organisasi. Ruang Bougenvile terdiri dari 1 Kepala Ruang, 1 bagian
administrasi, 3 perawat primer, 13 perawat pelaksana, 1 asisten perawat.
Diruang Bougenville memiliki 3 tim yang terdiri dari tim 1 untuk pasien
kamar 1 dan kamar 2, tim 2 untuk pasien kamar 3 dan kamar 4, sedangkan tim
3 untuk kamar pasien kamar 5 dan kamar 6.
Dari struktur organisasi ruang Bougenville menggambarkan
penggunaan Model Asuhan Keperawatan Moduler (Gabungan model asuhan
keperawatan primar dan Tim) yaitu pengorganisasian pelayanan atau asuhan
keperawatan yang dilakukan oleh perawat profesional dan non profesional
(perawat trampil) untuk sekelompok klien dari mulai masuk rumah sakit
sampai pulang, disebut tanggung jawab total atau keseluruhan.

B. UNSUR INPUT 5M (Man, Money, Method, Material dan Machine, Market)


1. Man/Manusia
a. Pasien
1) Distribusi Jumlah Pasien di Ruang Bougenvile RSUD Panembahan
Senopati Bantul Bulan Januari 2021 – Maret 2021.
Jumlah pasien yang dirawat selama periode bulan Januari 2021 –
Maret 2021 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.1
Distribusi Jumlah Pasien di Ruang Bougenvile RSUD
Panembahan Senopati Bantul Bulan Februari 2021 – April 2021

Jenis Kelamin
No Bulan Jumlah Pasien
L P

1 Februari 182 97 85

2 Maret 216 120 96

3 April 237 135 102

Jumlah 635 352 283

Sumber: Rekam Medik RSUD Panembahan Senopati Bantul


Februari 2021 – April 2021.
Grafik 3.1
Jumlah Pasien Februari - April 2021
Di Ruang Bougenvile RSUD Panembahan Senopati Bantul

JUMLAH PASIEN FEBRUARI - APRIL 2021


250

200

150
JUMLAH PASIEN FEBRUARI
2021 - APRIL 2021
100

50

0
Februari Maret April

Analisa :

Berdasarkan tabel 3.4 diatas menunjukkan bahwa pasien di


Ruang Bougenvile, paling banyak pada bulan April yaitu sebanyak 237
dengan jumlah laki-laki 135 pasien dan perempuan 102 pasien, dan
jumlah pasien yang paling sedikit pada bulan Februari sebanyak 182
pasien dengan jumlah laki-laki sebanyak 97 pasien dan jumlah
perempuan sebanyak 85 pasien.

Tabel 3.2
Sepuluh Besar Penyakit Di Ruang Bougenvile RSUD
Panembahan Senopati Bantul Bulan Februari 2021- April
2021
No Penyakit Februari Maret April Jumlah Persentase
%
1 Calculus of ureter 5 8 8 21 9,3
2 Impacted teeth 8 10 9 27 11,8
3 Concussion 11 13 12 36 15,7
4 Hyperplasia of
11 8 9 28 12,3
prostat
5 Fracture of lower
12 10 11 33 14,5
and of radius
6 Fracture of
7 5 7 19 8,3
clavicle
7 Fracture of shaft
10 6 5 21 9,2
of tibia
8 Calculus of
2 3 3 8 3,5
kidneyl
9 Petrochanteric
5 7 3 15 6,6
fracture
10 Other appendicitis 7 6 7 20 8,8
Total 78 76 74 228 100
Sumber : Rekam Medik RSUD Panembahan Senopati Bantul Bulan Februari
2021-April 2021

Diagram 3.1
Sepuluh Besar Penyakit Di Ruang Bougenvile RSUD Panembahan
Senopati Bantul Bulan Februari - April 2021

10 Besar Penyakit
Calculus of ureter
Impacted teeth
9% 25%
4% 7% Concussion
12%
Hyperplasia of prostat
9% Fracture clavicle
16%
8% Fracture of shaft of tibia

12% Calculus of kidney


14%
Fracture of lower end of radius
Ptrochanteric fractur
Appendicitis

Analisa :
Berdasarkan data yang diperoleh dari pengkajian ditemukan
bahwa selama bulan Agusutus 2021 – April 2021 terdapat 498 pasien
dan ditemukan ada 10 kasus-kasus yang menempati 10 besar
penyakit yang sering muncul diruang Bougenvile adalah Cidera
Kepala Ringan, Obstruksi Ureter,
Penentuan 10 sebesar penyakit yang telah kami lakukan
tidak menjadi tolak ukur dalam membuat Panduan Asuhan
Keperawatan, karena data yang kami gunakan hanya dalam jangka
waktu perawatan 3 bulan terakhir yaitu Februari 2021 – April 2021.
b. Ketenagaan
1) Kualitas
a) Kajian data pendidikan formal
Tenaga perawat di ruang Bougenvile berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.3
Distribusi Petugas Berdasarkan Pendidikan Formal Dan Pendidikan Non Formal Di Ruang Bougenvile RSUD Panembahan
Senopati Bantul
NAMA LAMA JENIS PELATIHAN YANG PERNAH
NO PENDIDIKAN JABATAN NIP/NIK
PERAWAT KERJA DIIKUTI
1. Etik D IV Kepala 197903311998032001 23 Tahun 1. Pelatihan CI 2013
Ratnaningsih, Keperawatan Ruang 2. Total service exelent 2014
SST KMB 3. PPGD s/d 2026
4. Pasien Safety 2015
5. Manajemen Kepala Ruang 2014
6. Pelatihan Peningkatan Peran Fungsi K3
RS 2016
7. CWCCA 2015
8. PPI Dasar 2016
9. Workshop Preceptorship 2016
10. Bimtek Penilaian Kinerja Perawat 2016
11. Pelatiha Komite Keperawatan 2017
12. Workshop Asuhan Keperawatan sesuai
SNARS Edisi 1 2019
13. Pelatihan Audit Keperawatan 2018
14. Pelatihan Precertorship 2019
15. Bimtek Peningkatan MUTU 2021
2. Elis Tri D III Primary 1982081220100820112 11 Tahun 1. PPGD s/d 2019
Susilawati, Keperawatan Nurse 2. PPI Lanjutan 2015
3. K3 2013
Amd. Kep 4. Managemen Nyeri 2016
5. PMKP 2018
6. Whorkshop Preceptorship 2016
7. CWCCA 2018
3. Yusrifah M, S1 Primary 198103152006042023 15 Tahun 1. PPGD s/d 2021
S.Kep Keperawatan Nurse 2. Pasien Safety 2014
3. K3 2014
4. CWCCA 2014
5. PPI dasar 2016
6. Workshop penulisan proposal penelitian bagi
perawat 2016
7. Whorkshop Preceptorship 2016
8. Pelatihan Perawatan Luka 2016
4. Ika Pambudi Ners Associate 198910052015042 6 Tahun 1. PPGD s / d 2022
Abriyani, S. Nurse 2. PPIdasar 2016
3. PMKP 2017
Kep., Ns
5. Ariesta Rahma DIII Associate 198608202015042 6 Tahun 1. PPGD s/ d 2025
Privandari, Keperawatan Nurse 2. Pasien Safety 2016
3. PPI 2017
Amd. Kep
6. Anis Utami Ners Associate 1992112320210120464 5 Bulan 1. PPGD s/d 2021
Rahmawati Nurse 2. PMKP 2019

S.Kep., Ns
7 Siti Rochani, DIII Associate 1989040520210120485 5 Bulan 1. PPGD s/d 2024
Amd. Kep Keperawatan Nurse 2. PMKP 2019
8. Widodo L, DIII Associate 19740101994021001 - 1. PPGD s/d 2024
Amd. Kep Keperawatan Nurse 2. Pasien safety
3. PPI
9. Dhona Wangi DIII Associate - - 1. PPGD s / d 2022
Kusumo, Amd. Keperawatan Nurse 2. PPIdasar 2016
3. PMKP 2017
Kep 4. K3 2018
10 Th Prita DIII Primary 1983121520100820119 - 1. PPGD s / d 2022
Ayudyah M, Keperawatan Nurse 2. PPIdasar 2016
3. PMKP 2017
Amk 4. Sevice exelent 2018
5. K3 2018
6. Precertorchi 2021
11 Puji Hartati, DIII Associate 196704141990022001 31 Tahun 1. PPGD s/d 2019
AMK Keperawatan Nurse 2. Pasien Safety 2017
3. Total excelent service 2015
4. Pelatihan TB DOTS dan TB MDR 2015
5. Pelatihan Kolaborasi TB HIV sesuai pedoman
Nasional 2015
6. PPI Dasar 2016
7. PMKP 2017

12 Ika Dastiana DIII Associate - 1. PPGD s/d tahun


Amd.Kep Keperawatan Nurse
13 Fransiska Avea D III Associate 1997012420210120496 3 Bulan -
Rena R, Amd. Keperawatan Nurse
Kep
14 Nyoman Ners Associate - 3 Bulan -
Bagiarta, Nurse
S.Kep., Ns
15 Suci Indah Ners Associate - 3 Bulan -
Wulandari, Nurse
S.Kep., Ns
16 Anwar D III Associate - 3 Bulan -
Diantoro, Amd. Keperawatan Nurse
Kep
17 Wening Ners Associate - 3 Bulan -
Pangestuti, Nurse
S.Kep., Ns
Sumber : Arsip Indentitas Petugas Ruang Rawat Inap Bougenvile tahun 2021
Analisa Data
Berdasarkan data diatas, pendidikan tenaga perawat diruang
rawat inap Bougenvile adalah 5 orang dengan pendidikan S1
Keperawatan profesi Ners, 1 orang dengan pendidikan S1
Keperawatan, 1 orang dengan pendidikan D4 Keperawatan dan 11
orang berpendidikan D3 keperawatan. Hal ini tidak sesuai dengan
jumlah tenaga perawat dalam satu ruangan, menurut Intermountain
Health Care Inc, dijelaskan bahwa dalam 1 perawatan 60%
berpendidikan S1 Keperawatan, 40% berpendidikan D3
Keperawatan.
Berdasarkan data observasi di ruang Bougenvile pelatihan
yang dimiliki oleh perawat ada yang harus ditambahkan sesuai
dengan kebutuhan pada kamar rawat bedah. Pelatihan yang selama
ini diikuti oleh perawat ruangan hanya pelatihan dasar yang di
wajibkan oleh pihak rumah sakit saja, sehingga setiap perawat
perlu menambah pelatihan sesuai kebutuhan di ruang rawat bedah
yaitu pelatihan perawatan luka.
2) Kuantitas
a) Menurut Gillies (1982)
Kebutuhan tenaga perawat secara kuantitatif dapat
dirumuskan dengan perhitungan sebagai berikut:
Diketahui :
BOR = 79 %
TT = 24 buah
Jam kerja efektif = 3,5 jam
Jam kerja = 7 jam
Hari dalam setahun = 365 hari
Hari Libur = 76 hari
Libur hari minggu = 48 hari
Cuti tahunan = 12 hari
Libur Nasional = 16 hari
Tenaga perawat

Analisa :
Berdasarkan perhitungan diatas didapat jumlah
tenaga sebanyak 16 orang ditambah 1 kepala ruangan
sehingga menjadi 17 orang perawat. Jadi kebutuhan tenaga
menurut Gilles adalah sebanyak 17 orang perawat. Hasil
perhitungan ini dapat digunakan untuk mewakili
perhitungan kebutuhan sesungguhnya mengingat data yang
digunakan adalah selama 3 bulan yaitu Februari 2021 –
April 2021 dan hal ini sesuai dengan tenaga perawat yang
berada di Ruang Rawat Inap Bougenvile.
b) Perhitungan Menurut Douglas
Tabel 3.4
Kebutuhan Perawat Menurut Shift Jaga
Di Ruang Rawat Inap Bougenvile
RSUD Penembahan Senopati Bantul Yogyakarta
Tgl 05 Mei 2021

Kebutuhan Tenaga Perawat


Waktu
05 Mei 2021
Pagi Siang Malam
Klasifikasi
(n=21) (n=11) (n=11)
Minimal 0,17 x 4=0,68 0,14 x 4=0,56 0,07 x 4=0,28
Intermedit 0,27 x 16 =4,32 0,15 x 5=0,75 0,10 x 5=0,5
Maksimal 0,36 x 1=0,36 0,30 x 2= 0,6 0,20 x 2=0,20
Jumlah 5,36 1,91 0,98
Sumber: Data Primer Ruang Bougenvile 05 Mei 2021

Tabel 3.5
Kebutuhan Perawat Menurut Shift Jaga
Di Ruang Rawat Inap Bougenvile
RSUD Penembahan Senopati Bantul Yogyakarta
Tgl 6 Mei 2021

Kebutuhan Tenaga Perawat


Waktu
6 Mei 2021
Pagi Siang Malam
Klasifikasi
( n= 13 ) ( n= 15) (n = 15)
Minimal 0,17 x 5=0,85 0,14 x 5=0,7 0,07 x 5=0,35
Intermedit 0,27 x 5=1,35 0,15 x 7=1,05 0,10 x 7=0,7
Maksimal 0,36 x 3= 1,08 0,30 x 3=0,39 0,20 x 3=0,6
Jumlah 3,28 2,14 1,9
Sumber: Data Primer Ruang Bougenvile 06 Mei 2021

Pagi : (5,36+3,28) = 8,64 : 2 = 4,32


Siang : (1,91+ 2,14 ) = 4.05 : 2 = 2,025
Malam : ( 0,98+ 1,9) = 2,88 : 2 = 1,44
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan adalah (4,32+
2,025+1,44 = 7,785) dibulatkan menjadi 8 dan ditambah 1
kepala ruang sehingga kebutuhan perawat menurut Douglas
adalah 9 orang perawat. Perhitungan ini belum dapat
dijadikan tolak ukur menghitung kebutuhan tenaga di
Ruang Rawat Inap Bougenvile mengingat perhitungan ini
hanya melalui observasi pasien selama 2 hari.

c) Perhitungan Menurut Depkes


Klasifikasi kategori asuhan keperawatan menurut Depkes :
1) Asuhan Keperawatan Minimal
(a)Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakuan
sendiri
(b)Makan dan minum dilakukan sendiri
(c)Ambulasi dengan pengawasan
(d)Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shif
(e)Pengobatan minimal, status psikologi stabil
2) Asuhan Keperawatan Sedang
(a) Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
(b) Observasi tanda-tanda vital tiap empat jam
(c) Ambulasi dibanu, pengoatan lebih dari sekali
3) Asuhan Keperawatan berat
(a) Sebagian beraktivitas dibantu
(b) Observasi tanda-tanda vital tiap 2-4 jam sekali
(c) Terpasang folley kateter, intake output dicatat
(d) Terpasang infus
(e) Prngobatan lebih dari sekali
(f) Persiapan pengobatan perlu proseur
4) Perawatan maksimal
(a) Segala aktivitas diberikan perawat
(b) Posisi tidur
(c) Observasi tanda-tannda vital tiap dua jam
(d) Makan memerlukan NGT, terapi intra vena
(e) Penggunaan suction
(f) Gelisah/disorientasi
Pengitungan tenaga perawat berdasarkan :
(a) Tingkat ketergantungan pada pasien berdasarkan jenis
kasus
(b) Rata-rata pasien per hari
(c) Jam perawatan yang diperlakukan per hari per pasien
(d) Jam perawatan yang diperlukan/ruangan/hari
Jam efektif setiap perawat 7 jam/hari
Jumlah tenaga keperawatan yang diperlukan

Jumlah jam perawatan diruangan/hari


Jam efektif perawat

Untuk perhitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah


(faktor koreksi) dengan hari libur/cuti/hari besar (loss day)
:

Jadi jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan :


Tenaga yang tersedia + faktor koreksi
Kajian data
Penetapan kebutuhan tenaga keperawatan berdasarkan
beban kerja perawat (standar direktorat pelayanan
keperawatan depkes 2004) dari survei Rawat inap dan unit
khusus diperoleh angka untuk ketergantungan pasien
terhadap perawat adalah sebagai berikut :
1) Penyait bedah = 3,5 jam
2) Campuran bedah dan dalam = 3,4 jam
Dasar perhitungan kebutuhan tenaga sebagai berikut :
1) Rata-rata jumlah pasien/hari
2) Jumlah jam perawatan/hari
3) Jam efetif per/hari
Seingga diperoleh rumus :

Jumlah rata-rata pasien/hari x jumlah jam perawatan/hari


Jam efektif perawat / hari

Maka dilakukan perhitungan yaitu :

Dari peritungan tersebut dapat dilihat bahwa rata-


rata pasien yang datang ke ruang rawat inap Bougenvile
periode 3 bulan terakhir yaitu membutuhkan 7,5 perawat
atau dibulatkan menjadi 8 perawat per hari dengan
perawatan 3,5 jam sesuai dengan ketentuan Depkes RI ,
2004 dan dengan jam efektif perawat perhari yaitu selama 7
jam.
Untuk kebutuhan tenaga yang diperlukan faktor-
faktor koreksi agar pelayanan keperawatan berjalan dengan
baik.
Los day = hari libur/cuti / hari besar dengan rumus sebagai
berikut:

48+16x17 = 3,764
289
Kemudian untuk perhitungan tugas non
keparawatan diberikan kelonggaran 25% karena tugas
perawat juga ada yang berkaitan dengan administrasi.
Perhitungan tugas non keperawatan di ruang Bougenvile:

10+3,76x25% = 0,0344
100
Jadi jumlah tenaga keperawatan menurut Depkes, (2002):
tenaga yang tersedia+loss day+tugas non tetap yaitu
10+3,764+0,0344= 13,79 dibulatkan menjadi 14.
Hasil perhitungan ini dapat digunakan untuk
mewakili perhitungan kebutuhan kebutuhan sesungguhnya
mengingat data yang digunakan adalah data selama 3 bulan
terakhir yaitu Februari-April 2021.

d) Metode Thailand dan Filipina


Metode ini didasarkan pada jumlah jam perawatan
yang dibutuhkan per pasien, hari kerja efektif perawatan
dalam satu tahun, dan jumlah jam kerja efektif dalam satu
tahun. Jumlah jam perawat per pasien terbagi dalam unit
rawat inap selama 24 jam yang terdiri dari penyakit bedah
(3,5 jam), campuran bedah dan penyakit dalam (3,5 jam),
sehingga rata-rata jam perawatan yang dibutuhkan per
pasien 24 jam adalah 3,5 jam, unit rawat jalan yang jam
perawatan per pasiennya adalah 0,5 jam, kamar operasi
untuk rumh sakit tipe C dan D (3 jam). Hari kerja efektif
perawatan dalam satu tahun diperinci berdasarkan jumlah
hari dalam satu tahun (jumlah hari minggu 48 hari, libur
nasional 16 hari dan cuti tahunan 12 hari), jumlah hari
efektif dalam satu tahun yaitu 289:7 = 41 minggu, jam
kerja dalam satu tahun yaitu 48 minggu x (3,5x12) = 2.016
jam/tahun.
Cara perhitungan kebutuhan tenaga perawat dalam
menggunakan rumus berikut untuk Unit Rawat Inap (URI)

KP = 13.308 + koreksi 25%


Untuk penghitungan jumlah tenaga tersebut perlu
ditambahkan factor koreksi (antisipasi tenaga yang cuti,
sakit, pendidikan, dan sebagainya=25%)
Factor koreksi = 13.308 x 0,25 = 3.327
= 13.308 + 3.327
= 16,6
Jadi kebutuhan perawat Ruang Rawat Inap Bougenvile
sebanyak 16,6 dibulatkan menjadi 17 orang.

e) Perhitungan Menurut PPNI (Persatuan Perawat


Nasional Indonesia)
Penyusunan pedoman pelayanan keperawatan di rumah
sakit (PPNI’83)
Jadi kebutuhan perawat Ruang Rawat Inap Bougenvile
sebanyak 23,501 dibulatkan menjadi 23 orang. Berdasarkan
perhitungan tenaga perawat berdasarkan teori mendapatkan
hasil yang berbeda yaitu :

Tabel 3.6
Hasil Perhitungan Kebutuhan Tenaga Keperawatan
Berdasarkan 4 Rumus Perhitungan Kebutuhan Tenaga
Di Ruang Rawat Inap Bougenvile RSUD Penembahan
Senopati Bantul Yogyakarta

Metode Hasil Yang Ada Ket


Gillies 16 17 Lebih 1
Douglas ( 1984 ) 9 17 Lebih 8
DEPKES 14 17 Lebih 3
Thailand dan Filipin 17 17 Sesuai
PPNI 23 17 Kurang 6

Grafik 3.2
Kebutuhan Tenaga Perawat Di Ruang Bougenvile
RSUD Panembahan Senopati Bantul
Bulan Februari - April 2021

25
Hasil
20

15
Perawat tersedia 17 orang
10

0 Kebutuhan tenaga
Gillies Douglas DEPKES Thailand PPNI perawat di
dan
Bougenvile
Filipin
c. Kualitas Tenaga Keperawatan
Tenaga keperawatan di ruang Bougenvile berdasarkan
tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.7
Kualifikasi Pendidikan Formal Tenaga Keperawatan
Di Ruang Bougenvile RSUD Panembahan Senopati Bantul

No Jenis pendidikan Jumlah %

1 S1 Kerawatan Profesi 4 23,5%


Ners
2 S1 Keperawatan 1 6%
3 DIV Keperawatan 1 6%
4 DIII Keperawatan 11 64,5%
Jumlah 17 100 %

Sumber: Wawancara Langsung dan Struktur Perawat Ruang


rawat Bougenvile

Grafik 3.3
Kualifikasi Pendidikan Formal Tenaga Keperawatan
Di Ruang Bougenvile RSUD Panembahan Senopati Bantul

Jenjang Pendidikan Karyawan


Ruang Bougenvile
12
10
8
Jenjang Pendidikan
6
Karyawan Ruang
4 Bougenvile
2
0
S1 Ners S1 Kep D IV Kep D III Kep

Analisa :
Berdasarkan tabel 3.12 diatas dapat dilihat bahwa tingkat
pendidikan formal perawat di ruang rawat Bougenvile, dengan
jenjang pendidikan tertinggi lulusan DIII Keperawatan sebanyak
11 orang (64,5% ), S1 Keperawatan Profesi Ners 4 orang
(23,5%), S1 Keperawatan 1 orang (6%), D IV Keperawatan 1
orang (6%),. Hal ini berarti sesuai dengan standar profesi yang
mana batas minimal dengan jenjang pendidikan adalah DIII.

d. Mahasiswa Praktik
Jumlah mahasiswa praktik 3 bulan terahir di ruang
Bougenvile RSUD Panembahan Senopati Bantul dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 3.8
Jumlah Mahasiswa Praktik Di Ruang Bougenvile bulan
Februari -Mei 2021

No Jenis Profesi Asal Institusi Jumlah


1 S1- Program Profesi Ners Stikes Surya Global 14 Mahasiswa
2 S1- Program Profesi Ners Univ. Alma Ata 3 Mahasiswa
3 S1- Program Profesi Ners Univ. Jend A.Yani 2 Mahasiswa
4 D3 Keperawatan Poltekes 2 Mahasiswa
Total 21 Mahasiswa
Sumber:

s
Sumber : Data Registrasi Mahasiswa Praktek Februari – Mei
2021

Analisa data:
Berdasarkan tabel 3.8 diatas dapat diketahui bahwa pada
bulan Februari - Mei 2021, jumlah Mahasiswa mayoritas berasal
dari Stikes Surya Global Yogyakarta dengan program studi S1
Profesi Ners sebanyak 14 mahasiswa. Rata-rata mahasiswa
perhari yang praktek pada ruang Bougenvile sebanyak 7
mahasiswa, dengan Jumlah CI dalam ruang Bougenvile dalam 1
harinya adalah sebanyak 2 perawat, dimana 1 orang CI
mengampu 4 Mahasiswa, jumlah tersebut sesuai dengan
ketentuan SNAR dengan perbandingan CI dan Mahasiswa
Praktikan 1:7.

2. Money/Sumber Dana
Pengelolaan keuangan di ruang Bougenvile diatur oleh pusat
bidang keuangan RSUD Panembahan Senopati Bantul. Semua
tindakan yang telah dilakukan oleh perawat di ruang rawat diaudit
langsung melalui system billing keuangan sentral RSUD Panembahan
Senopati Bantul. Mekanisme pengelolaan keuangan RSUD
panembahan senopati menggunakan mekanisme BLUD, sehingga tarif
pelayanan di RSUD Panembahan Senopati Bantul mengikuti
Peraturan Bupati Bantul DIY Nomor 30 Tahun 2021 tentang Tarif
Layanan Kesehatan pada Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit
Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul.
Tabel 3.9
Tarif pelayanan ruang Bougenvile RSUD Panembahan Senopati
Bantul

No. Fasilitas Tarif

1 Ruang kelas III Rp. 75.000,-/hari

Sumber: Peraturan Bupati Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta


Nomor 30 Tahun 2021

Analisa Data
Berdasarkan data diatas maka dapat diketahui bahwa untuk
taris pelayanan di Ruang rawat inap Bougenvile, untuk tarif kamar
kelas III sebesar Rp. 75.000,-/hari.
Tabel 3.10
Tariff asuhan keperawatan/tindakan keperawatan/pemeriksaan
dokter di ruang Bougenvile RSUD Panembahan Senopati Bantul
No. Fasilitas Tarif

1. Asuhan keperawatan minimal care Rp. 8.500,-/shift jaga

2. Asuhan keperawatan intermediate care Rp. 12.000,-/ shift jaga

3. M0dified intensif care Rp. 15.000,-/ shift jaga

4. Tindakan non pembedahan kecil Rp. 57000,-/hari

5. Tindakan non pembedahan sedang Rp. 111000,-/hari

6. Tindakan non pembedahan besar Rp. 186.000,-/hari

7. Tindakan non pembedahan khusus Rp. 495.000,-/hari

8. Pemeriksaan/visite dokter Rp. 26.000

9. Konsultasi dokter spesialis Rp. 44.000

Sumber: Peraturan Bupati Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta


Noomor 30 Tahun 2021

Analisis data
Berdasarkan data tersebut di atas di RSUD Panembahan
Senopati Bantul khususnya ruang Bougenvile sudah ada kepastian
pembiayaan dari harga kamar rawat inap, pelayanan keperawatan dan
pelayanan pemeriksaan dokter.

3. Material/ Mesin (Fasilitas, Alat, Dan Bahan)


Berdasarkan wawancara dengan perawat, hasil observasi
langsung dan daftar inventaris ruang rawat inap Bougenvile RSUD
Panembahan Senopati Bantul dalam tabel berikut :
a. Inventaris alat medis di ruang rawat inap Bougenvile
Tabel 3.11
Alat Medis Di Ruang Rawat Inap Bougenvile RSUD Panembahan
Senopati Bantul Yogyakarta
Jumlah
Jumlah ketersedian
Nama barang ketersedian Hilang Rusak
akhir
awal

Syringe pump 6 6
Stetoskop 4 1 3
Tensimeter
3 3
Digital
Oksimetri 2 2
Ambubag 1 1
EKG 1 1
Suction pump 1 1
Nebulizer 1 1
Termometer
11 1 5 5
digital
Pen light 2 1 1
Manometer 5 2 3
Timbangan 1 1
Kasur
3 3
decubitus
Trolly
1 1
medikasi
Trolly
1 1
tindakan
Trolly
1 1
verbeden
Tourniquet 7 2 5
Gunting kassa 5 4 1
Kursi roda 2 2
Sumber : Buku Inventaris alat medis ruang Bougenvile 2021

Analisa data
Berdasarkan peraturan menteri kesehatan Republik indonesia
Nomor 56 tahun 2014 Tentang Klasifikasi dan perizinan Rumah
sakit standar pengadaan alat di ruang Bougenvile sudah memenuhi
standar.

Inventaris alat-alat perlengkapan non medis di ruang rawat inap


Bougenvile
Tabel 3.12
Inventaris Alat-Alat Perlengakapan Non Medis Di Ruang Rawat Inap
Bougenvile RSUD Panembahan Senopati Bantul.

Keadaan barang

Nama barang Jumlah Baik Kurang baik Rusak berat

Administrasi

Meja recepcionist 1 1

Kursi lipat 6 6

Iphone 1 1

Nurse cal 1 1

CPU 1 1

Monitor 1 1

Almari rak 1 1

Film viewer 1 1

Meja kecil kayu 1 1

Kipas angin 1 1

Komputer/PC unit 1 1

Stetoskop dewasa 1 1

Stetoskop anak 1 1

Set medikasi 2 2

Lampu sorot 1 1
Tensimeter 1 1

Regulator O2 2 2

Bengkok 2 2

Kursi roda 2 2

Barcode reader 1 1

Ruangan ganti perawat

AC split 1 1

Meja kayu 1 1

Lemari plastik 1 1

Kasur lipat 2 2

Dispenser 1 1

Ruang pertemuan

AC split 1 1

Kursi lipat 12 12

Kursi putar 1 1

Meja oval 1 1

Meja komputer 1 1

CPU 1 1

Monitor 1 1

Printer 1 1

Kursi putar 1 1

Selasar

Papan red code 1 1

Safety helmet 1 1

Kursi lipat 3 3

Meja 1/2 biro 1 1

LINEN
Lemari 2 pintu 1 1

Almari obat 1 1

Lemari es 1 1

Trolley linen 1 1

Trolley instrumen 1 1

Trolley ECG 1 1

ECG 1 1

Senter 1 1

Korentang 1 1

Tempat korentang 1 1

Kipas angin 2 2

Bengkok sedang 1 1

Ruangan jaga koas

AC split 1 1

Ruang cuci alat medikasi

Timbang BB+TB 1 1

Instrumen trolley 1 1

Kursi roda 2 2

Kipas angin 1 1

Filling cabinet 1 1

Sterilisator 1 1

Tromol 1 1

Krek 2 2

Bengkok 1 1

Instrumen set 1 1

Kasur decubitus 3 3

Syringe pump 6 6
Suction pump 1 1

Patient monitor 1 1

Stetoscope (microlife) 2 2

Stetoscope (littman) 1 1

Tensimeter 3 3

Thermohygrometer 1 1

Tempat+korentang 3 3

Gunting kassa 1 1

Dressing Drum 2 2

Pulse oximetri 2 2

Kasur decubitus 3 3

Ruang kepala instalasi

AC split 11/2 pk 1 1

Filling cabinet 1 1

Meja ½ biro 1 1

Kursi putar 1 1

CPU 1 1

Monitor 1 1

Iphone 1 1

Kursi lipat 4 4

Ruang 01

Bedside cabinet 4 4

Tempat tidur pasien 4 4

Tabung oksigen 1 1

Manometer 5 5

Tiang infus 4 4

Kipas angin plafond 1 1


Kursi besi bundar 4 4

Folding Bed 1 1

Ruang 02

Tempat tidur pasien 4 4

Bedside cabinet 4 4

Tiang infus 4 4

Kursi besi bundar 4 4

Kipas angin plafond 1 1

Ruang 03

Tempat tidur pasien 4 4

Bedside cabinet 4 4

Tiang infus 4 4

Kursi besi bundar 4 4

Kipas angin plafond 1 1

Tabung oksigen 1 1

Regulator o2 1 1

Ruang 04

Tempat tidur manual 4 4

Bedside cabinet 4 4

Tiang infus 4 4

Kursi besi bundar 4 4

Kipas angin plafond 1 1

Ruang 05

Tempat tidur manual 4 4

Bedside cabinet 4 4

Tiang infus 4 4

Kursi besi bundar 4 4


Kipas angin plafond 1 1

Rangan 06

Tempat tidur manual 4 4

Bedside cabinet 4 4

Tiang infus 4 4

Kursi besi bundar 4 4

Kipas angin plafond 1 1

Ruang oksigen selasar belakang

Meja kayu 1 1

Dressing trolley 1 1

Trolley oksigen besat 1 1

Trolley oksigen kecil 1 1

Tabung oksigen 8 8

Tempat sampat (hitam) 1 1

Tempat sampat ( hijau) 1 1

Ruang cleaning service

Bedside cabinet 1 1

Kipas angin 1 1

Bin / gerobak sampah 1 1

Kursi lipat 1 1

Kursi plastik sandaran 1 1

Almari kaca linen 1 1

Tangga 1 1

Bak sampah besar injak 1 1


(warna kuning)

Bak sampah besar injak 1 1


(warna ijo)

Pramusaji
Water heater 1 1

Tabung gas 15,3 kg 1 1

Kompor gas 1 tungku 1 1

Sumber : Buku inventaris alat perlengkapan non medis di ruang


rawat inap Bougenvile 2021
Analisa data
Berdasarkan peraturan menteri kesehatan Republik indonesia
Nomor 56 tahun 2014 Tentang Klasifikasi dan perizinan Rumah sakit
standar pengadaan alat di ruang Bougenvile sudah memenuhi standar.

4. Metode/ standar/ pedoman dan prosedur tetap


Tabel 3.13
Standar Prosedur Operasional Di Ruang Bougenvile
RSUD Panembahan Senopati Bantul

Tanggal
No No. Dokumen Diterbitkan Nama SOP
(Didepan)
1. UUS/kpwtn/1/2015 2015 Penerimaan pasien baru

2. UUS/kpwtn/2/2015 2015 Menimbang berat badan

3. UUS/kpwtn/3/2015 2015 Pemeriksaan fisik pada daerah


kepala (kulit dan rambut, mata,
mulut, gigi dan telinga)

4. UUS/kpwtn/4/2015 2015 Pemeriksaan fisik dada

5. UUS/kpwtn/5/2015 2015 Pemeriksaan fisik abdomen

6. UUS/kpwtn/6/2015 2015 Pemeriksaan GCS

7. UUS/kpwtn/7/2015 2015 Pengukuran tekanan darah

8. UUS/kpwtn/8/2015 2015 Pengukuran suhu badan (axila)

9. UUS/kpwtn/9/2015 2015 Pengukuran suhu badan (oral)

10 UUS/kpwtn/10/2015 2015 Pengukuran suhu badan (rektal)

11. UUS/kpwtn/11/2015 2015 Perhitungan nadi dan pernafasan


12. UUS/kpwtn/12/2015 2015 Memotong kuku

13. UUS/kpwtn/13/2015 2015 Oral hyginee dengan menggunakan


sikat gigi

14. UUS/kpwtn/14/2015 2015 Oral hygine tanpa menggunakan


sikiat gigi

15. UUS/kpwtn/15/2015 2015 Perawatan pada gigi palsu

16. UUS/kpwtn/16/2015 2015 Memasang kap kutu

17. UUS/kpwtn/17/2015 2015 Menyisir rambut

18. UUS/kpwtn/18/2015 2015 Mencuci rambut

19. UUS/kpwtn/19/2015 2015 Memandikan pasien ditempat tidur

20. UUS/kpwtn/20/2015 2015 Mengganti alat tenun kotor di


tempat tidur tanpa memindahkan
pasien

21. UUS/kpwtn/21/2015 2015 Vulva hygine

22. UUS/kpwtn/22/2015 2015 Cuci tangan biasa dan antiseptic

23. UUS/kpwtn/23/2015 2015 Cuci tangan steril

24. UUS/kpwtn/24/2015 2015 Memakai sarung tangan

25. UUS/kpwtn/25/2015 2015 Memindahkan pasien

26. UUS/kpwtn/26/2015 2015 Menolong pasien berjalan menuju


kursi

27. UUS/kpwtn/27/2015 2015 Membantu pasien bangun dari


tempat tidur

28. UUS/kpwtn/28/2015 2015 Membantu pasien pada posisi


duduk

29. UUS/kpwtn/29/2015 2015 Membantu pasien untuk posisi


duduk pada tepi tempat tidur

30. UUS/kpwtn/30/2015 2015 Membantu pasien dengan posisi


setengan duduk (semi fowler)

31. UUS/kpwtn/31/2015 2015 Memindahkan pasien dari tempat


tidur ke kursi

32. UUS/kpwtn/32/2015 2015 Mengatur posisi pasien dengan


posisi sim

33. UUS/kpwtn/33/2015 2015 Mengatur posisi pasien dengan


posisi tredelenburg

34. UUS/kpwtn/34/2015 2015 Mengatur posisi pasien dengan


posisi dorsal recumbent

35. UUS/kpwtn/35/2015 2015 Mengatur posisi pasien dengan


posisi litotomi

36. UUS/kpwtn/36/2015 2015 Mengatur posisi pasien dengan


posisi genupectoral (kneechest)

37. UUS/kpwtn/37/2015 2015 Membantu pasien berjalan dengan


kruk

38. UUS/kpwtn/38/2015 2015 Pengelolaan obat-obatan

39. UUS/kpwtn/39/2015 2015 Pemberian obat intravena

40. UUS/kpwtn/40/2015 2015 Pemberian obat subcutan (SC)

41. UUS/kpwtn/41/2015 2015 Pemberian obat intracutan (IC)

42. UUS/kpwtn/42/2015 2015 Pemberian obat intramuscular (IM)

43. UUS/kpwtn/43/2015 2015 Pemberian obat suppositorial

44. UUS/kpwtn/44/2015 2015 Pemberian obat tetes mata

45. UUS/kpwtn/45/2015 2015 Pemberian obat salep mata

46. UUS/kpwtn/46/2015 2015 Pemberian irigasi mata

47. UUS/kpwtn/47/2015 2015 Pemberian obat tetes telinga

48. UUS/kpwtn/48/2015 2015 Pemberian irigasi telinga

49. UUS/kpwtn/49/2015 2015 Pemberian obat tetes hidung

50. UUS/kpwtn/50/2015 2015 Pemberian irigasi vagina

51. UUS/kpwtn/51/2015 2015 Pemberian obat topical


52. UUS/kpwtn/51/2015 2015 Penyiapan specimen darah vena

53. UUS/kpwtn/53/2015 2015 Memberikan oksigen dengan


binasal kanul

54. UUS/kpwtn/54/2015 2015 Latihan nafas dalam

55. UUS/kpwtn/55/2015 2015 Bougenvileh batuk efektif

56. UUS/kpwtn/56/2015 2015 Fisioterapi dada

57. UUS/kpwtn/57/2015 2015 Penghisapan lender

58 UUS/kpwtn/58/2015 2015 Inhalasi manual

59. UUS/kpwtn/59/2015 2015 Inhalasi nebiluzer

60. UUS/kpwtn/60/2015 2015 Postural drainage

61. UUS/kpwtn/61/2015 2015 Pemasangan infus

62. UUS/kpwtn/62/2015 2015 Memberikan transfusi darah

63. UUS/kpwtn/63/2015 2015 Vena sectie

64. UUS/kpwtn/64/2015 2015 Perawatan infuse

65. UUS/kpwtn/65/2015 2015 Memberikan makan atau minum


pada pasien

66. UUS/kpwtn/66/2015 2015 Pemasangan NGT

67. UUS/kpwtn/67/2015 2015 Pemberian makan lewat NGT

68. UUS/kpwtn/68/2015 2015 Melepas selang NGT

69. UUS/kpwtn/69/2015 2015 Membantu pasien pada waktu BAK


dan BAB

70. UUS/kpwtn/70/2015 2015 Menolong memberikan urinal

71. UUS/kpwtn/71/2015 2015 Pemasangan kateter pria

72. UUS/kpwtn/72/2015 2015 Pemasangan kateter wanita

73. UUS/kpwtn/73/2015 2015 Perawatan kateter pria

74. UUS/kpwtn/74/2015 2015 Perawatan kateter wanita

75. UUS/kpwtn/75/2015 2015 Pelepasan kateter


76. UUS/kpwtn/76/2015 2015 Huknah rendah-tinggi

77. UUS/kpwtn/77/2015 2015 Memberikan huknah gliserin

78. UUS/kpwtn/78/2015 2015 Membimbing relaksasi ditraksi

79. UUS/kpwtn/79/2015 2015 Pemberian kirbat es

80. UUS/kpwtn/80/2015 2015 Pemberian kirbat es gantung

81. UUS/kpwtn/81/2015 2015 Pemberian kirbat es pada leher

82. UUS/kpwtn/82/2015 2015 Pemberian buli-buli panas

83. UUS/kpwtn/83/2015 2015 Perawatan luka kotor

84. UUS/kpwtn/84/2015 2015 Pengangkatan jahitan luka

85. UUS/kpwtn/85/2015 2015 Menyiapkan dan memberikan


kompres basah

86. UUS/kpwtn/86/2015 2015 Perawatan luka jahit

87. UUS/kpwtn/87/2015 2015 Latihan pergerakan (ROM)


ekstermitas atas

88. UUS/kpwtn/88/2015 2015 Latihan pergerakan (ROM)


ekstermitas bawah

89. UUS/kpwtn/89/2015 2015 Alih baring

90. UUS/kpwtn/90/2015 2015 Menyiapkan dan memasang bantal


angin

91. UUS/kpwtn/91/2015 2015 Penilaian balance cairan

92. UUS/kpwtn/92/2015 2015 Memasang balutan

93. UUS/kpwtn/93/2015 2015 Perawatan luka lecet

94. UUS/kpwtn/94/2015 2015 Memelihara mulut pasien yang


patah tulang rahang atau akan
menjalani operasi rahang

95. UUS/kpwtn/95/2015 2015 Mengumbah kandung kemih


(dengan spuit)

96. UUS/kpwtn/96/2015 2015 Mengumbah kandung kemih


(dengan menggunakan tetesan)

97. UUS/kpwtn/97/2015 2015 Bilas lambung

98. UUS/kpwtn/98/2015 2015 Perawatan pasien yang akan


meninggal

99. UUS/kpwtn/99/2015 2015 Penggunaan suction pump

100. UUS/kpwtn/100/2015 2015 Penggunaan sterilisator

101. UUS/kpwtn/101/2015 2015 Resusitasi jantung paru

102. UUS/kpwtn/102/2015 2015 Pemakaian syringe dan infuse


pump

103. UUS/kpwtn/103/2015 2015 Perekaman EKG

104. UUS/kpwtn/104/2015 2015 Set up ventilator servo 900C

105. UUS/kpwtn/105/2015 2015 Penggunaan DC shock

106. UUS/kpwtn/106/2015 2015 Menyiapkan pasien untuk tindakan


intubasi

107. UUS/kpwtn/107/2015 2015 Memasang T. Piece dinding

108. UUS/kpwtn/108/2015 2015 Menyiapkan pasien dan alat untuk


ekstubasi

109. UUS/kpwtn/109/2015 2015 Tindakan intermitent positive


pressure breathing (IPPB)

Sumber: Data SPO RSUD Panembahan Senopati Tahun 2015-2018


Analisa data:
Berdasarkan tabel di atas didapatkan hasil bahwa prosedur tetap terkait
tindakan yang berlaku sudah terdokumentasikan dengan baik dalam satu
buku SPO (Standar Prosedur Operasional) yang ada di ruang Bougenvile.
Berdasarkan SPO yang ada, perawat dalam melakukan beberapa tindakan
sudah sesuai dengan SPO yang ada, namun beberapa point seperti mencuci
tangan sebelum melakukan tindakan masih ada yang mengabaikan.
Kemudian dari observasi yang dilakukan selama pengkajian, terdapat
empat tindakan yang dilakukan perawat namun SPO belum tertera di
daftar SPO ruang Bougenvile, yaitu meliputi tindakan perawatan luka
dekubitus, aff drain, pemberian obat oral dan pemberian obat sublingual.
5. PAK ( Panduan Asuhan Keperawatan )

Tabel 3.14
Panduan Asuhan Keperawatan (PAK) Berdasarkan 10
Besar Penyakit di Ruang Bougenvile RSUD
Panembahan Senopati Bantul
NO Nama PAK Nomor Tanggal
Diterbitkan
PAK
1 Panduan Asuhan Keperawatan 16/VII/2018 16 Juli 2018

Dengan Fraktur Clavikula


2 Panduan Asuhan Keperawatan 16/VII/2018 16 Juli 2018
Dengan Intertrokanter Femur
3 Panduan Asuhan Keperawatan 16/VII/2018 16 Juli 2018

Dengan Fraktur Long Bone


4 Panduan Asuhan Keperawatan 16/VII/2018 16 Juli 2018

Dengan Open Fraktur


5 Panduan Asuhan Keperawatan 16/VII/2018 16 Juli 2018

Dengan Total Knee


Replacement
6 Panduan Asuhan Keperawatan 16/VII/2018 16 Juli 2018
Dengan Dislokasi Shoulder
7 Panduan Asuhan Keperawatan 16/VII/2018 16 Juli 2018

Dengan Partial HP
Replacement (PHR) / Total

HIP Replacement (THR)


8 Panduan Asuhan Keperawatan 16/VII/2018 16 Juli 2018

Dengan Apendiksitis
9 Panduan Asuhan Keperawatan 16/VII/2018 16 Juli 2018
Dengan Hemorroid
10 Panduan Asuhan Keperawatan 16/VII/2018 16 Juli 2018
Dengan Ruptur Tendon
11 Panduan Asuhan Keperawatan 16/VII/2018 16 Juli 2018
Dengan Fraktur Lumbal
12 Panduan Asuhan Keperawatan 16/VII/2018 16 Juli 2018
Dengan Benigna Prostat
Hipertropi (BPH)
13 Panduan Asuhan Keperawatan
Dengan Hidrokel Testis Pada 16/VII/2018 16 Juli 2018
Anak
14 Panduan Asuhan Keperawatan
Dengan Tumor Jinak 16/VII/2018 16 Juli 2018

Payudara
15 Panduan Asuhan Keperawatan
16/VII/2018 16 Juli 2018
Dengan Peritonitis Umum
16 Panduan Asuhan Keperawatan
Dengan Hernia Inguinalis 16/VII/2018 16 Juli 2018
Lateralis
17 Panduan Asuhan Keperawatan
16/VII/2018 16 Juli 2018
Dengan Struma
18 Panduan Asuhan Keperawatan
16/VII/2018 16 Juli 2018
Dengan Kanker Payudara
19 Panduan Asuhan Keperawatan
16/VII/2018 16 Juli 2018
Dengan Gangren Diabetik
20 Panduan Asuhan Keperawatan
16/VII/2018 16 Juli 2018
Dengan Perioperatif
Sumber : Buku PAK yang ada di Ruang Bougenvile 2018

Tabel 3.15
Frekuensi Paisen Berdasarkan Sepuluh Besar Penyakit Di
Ruang Bougenvile RSUD Panembahan Senopati Bantul Bulan
Februari 2021- April 2021

No Penyakit Februari Maret April Jumlah Persentase


%
1 Calculus of ureter 5 8 8 21 9,3
2 Impacted teeth 8 10 9 27 11,8
3 Concussion 11 13 12 36 15,7
4 Hyperplasia of
11 8 9 28 12,3
prostat
5 Fracture of lower
12 10 11 33 14,5
and of radius
6 Fracture of
7 5 7 19 8,3
clavicle
7 Fracture of shaft
10 6 5 21 9,2
of tibia
8 Calculus of
2 3 3 8 3,5
kidneyl
9 Petrochanteric
5 7 3 15 6,6
fracture
10 Other appendicitis 7 6 7 20 8,8
Total 78 76 74 228 100
Sumber : Rekam Medik RSUD Panembahan Senopati Bantul
Bulan Februari 2021-April 2021

Tabel 3.16
PAK Yang Ada Berdasarkan 10 Besar Penyakit Di Ruang Bougenvile
dan Buku Rekam Medis di Ruang Bougenvile 3 Bulan Terakhir
(Februari 2021- April 2021)

No Nama penyakit PAK


Yang ada Yang belum ada
dibuku PAK PAK

1 Panduan Asuhan Keperawatan


Tidak ada
Dengan Calculus of ureter
2 Panduan Asuhan Keperawatan
Tidak ada
Dengan Impacted teeth
3 Panduan Asuhan Keperawatan
Tidak ada
Dengan Concussion
4 Panduan Asuhan Keperawatan
Ada
Dengan Hyperplasia of prostat
5 Panduan Asuhan Keperawatan
Dengan Fracture of lower and Tidak ada
of radius
6 Panduan Asuhan Keperawatan
Ada
Dengan Fracture of clavicle
7 Panduan Asuhan Keperawatan
Dengan Fracture of shaft of Tidak ada
tibia Lateralis
8 Panduan Asuhan Keperawatan
Tidak ada
Dengan Calculus of kidney
9 Panduan Asuhan Keperawatan
Tidak ada
Dengan Petrochanteric fracture
10 Panduan Asuhan Keperawatan
Ada
Dengan Appendicitis
Sumber : Buku PAK Yang Ada Di Ruang Bougenvile 2009 Dan Buku Rekam
Medis Di Ruang Bougenvile 3 Bulan (Februari 2021- April 2021)

Analisa Data :
Berdasarkan tabel 3.24 data PAK diruang Bougenvile sudah ada dan
digunakan. PAK sudah mengacu pada NANDA, NOC, NIC. Namun,
berdasarkan 10 besar penyakit yang terdapat pada ruang
Bougenvile,terdapat 3 PAK yang belu tersedia. Tersedianya PAK
tersebut dapat dijadikan pedoman dalam pemberian asuhan
keperawatan kepada pasien agar asuhan yang diberikan kepada pasien
lebih maksimal. PAK yang terdapat di Ruang Bougenvile diterbitkan
tahun 2018.

5. Market
1. Indikator Standar Efisiensi
Tabel 3.17
Indikator standar Efisiensi di Ruang Bougenvile
RSUD Panembahan Senopati Bantul
Standar Standar
No Indikator
Depkes Beber Johnson
1 BOR (Bed Occupancy Ratio) 65-85% 75-85%

2 LOS (Lenght of Stay) 6-9 hari 3-12 hari

3 TOI (Turn Over Internal) 1-3 hari 1-3 hari

4 BTO (Bad Turn Over) 5-45 kali 30 kali

Sumber: Data Pelaporan Ruang Bougenvile RSUD Panembahan


Senopati Bantul 2021

Tabel 3.18
Efisiensi Ruang Bougenvile Bulan Februari - April 2021
RSUD Panembahan Senopati
No Bulan Indikator
BOR LOS TOI BTO
1 Februari 76,79% 4,30 0,92 7,04
2 Maret 75,00% 3,93 0,95 8,13
3 April 85,28% 3,77 0.48 9,25
Sumber: Data Pelaporan Ruang Bougenvile RSUD Panembahan
Senopati Bantul 2021

Analisa data berdasarkan hasil tabel diatas adalah:


1) BOR (Bed Occupancy Ratio)
Pemakaian tempat tidur di ruang Bougenvile pada bulan
Februari adalah76,79%, bulan Maret 75,00%, dan bulan April
85,28%. Dengan demikian dari data diatas dapat diketahui
bahwa pemakaian tempat tidur pada bulan Februari-April sudah
memenuhi standar menurut Depkes dan Berber Johnson
2) LOS (Lenght of Stay)
Lama waktu pasien dirawat di ruang Bougenvile pada bulan
Februari adalah 4,30 hari, bulan Maret adalah 3,93 hari, dan
bulan April adalah 3,77 hari. Dengan demikian dapat diketahui
bahwa lama waktu pasien dirawat di ruang Bougenvile pada
bulan Februari-April menurut standar Depkes belum memenuhi
standar, namun berdasarkan standar Beber Johnson, sudah
memenuhi standar yang ditetapkan.
3) TOI (Turn Over Internal)
Rata-rata jumlah tempat tidur tidak terisi pada bulan Februari
adalah 0,92 hari, kemudian pada bulan Maret adalah 0,95 hari
dan pada bulan April adalah 0.48 hari. Sehingga dapat diketahui
bahwa data tersebut belum memenuhi standar Depkes maupun
Berber Johnson.
4) BTO (Bad Turn Over)
Frekuensi pemakaian tempat tidur Bulan Februari adalah 7,04
kali, sedangkan pemakaian bulan Maret 8,13 kali, dan
pemakaian pada bulan April 9,25 kali. Dengan demikian dapat
diketahui bahwa frekuensi pemakaian tempat tidur dari bulan
Februari-April telah memenuhi standar Depkes, namun belum
memenuhi standar Berber Johnson.

B. Unsur Proses
Pada unsur proses terdapat 3 bagian utama hal-hal yang dapat dikaji yaitu:
proses manajemen asuhan keperawatan, proses manajemen pelayanan asuhan
keperawatan, dan proses pengorganisasian pelaksanaan asuhan keperawatan.
Selanjutnya data dari bagian-bagian tersebut hasilnya akan dikategorikan
yakni menurut Arikunto (2013) apabila hasil yang didapat 76-100%
dikategorikan baik, 56-75% dikategorikan cukup baik, dan <56%
dikategorikan kurang baik.
1. Proses Manajemen Asuhan Keperawatan
a. Penerapan Standar Asuhan Keperawatan (Instrumen A)
1) Pengkajian Keperawatan
Tabel 3.19
Penerapan Pengkajian Standar Asuhan Keperawatan
di Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul

NO Aspek yang dinilai Kode rekam medis Jumlah Persen


(%)
1 2 3 4 5

1 Pada format tertulis 2 2 2 2 2 10 100


identitas pasien lengkap

2 Pencatatan data dikaji 2 2 2 1 2 9 90


sesuai dengan pedoman
pengkajian dan pemberian
tanda ( V ) sesuai dengan
kotak yang disediakan

3 Data dikaji dari pasien 2 1 2 2 2 9 90


masuk sampai pulang

4 pengkajian nyeri dilakukan 2 2 2 2 2 10 100

5 Pengkajian resiko jatuh 2 1 1 2 1 7 70


dilakukan

6 Pengkajian kebutuhan 2 2 2 2 2 10 100


edukasi dilakukan

7 Masalah dirumuskan 2 2 2 1 1 8 80
berdasarkan kesenjangan
antara status kesehatan
dengan norma dan pola
fungsi kehidupan

8 Tertulis tanggal, jam, paraf 2 2 2 2 2 10 100


dan nama terang

16 14 15 14 14 73 91,25

Sumber: Data Primer Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul 06 Mei 2021

Analisis:
Dari data pengkajian keperawatan diatas didapatkan hasil 91,25% atau sudah baik.
Adapun nilai yang belum optimal dilakukan adalah pengkajian resiko jatuh,
masalah dirumuskan berdasarkan kesenjangan antara status kesehatan dengan
norma dan pola fungsi kehidupan, data dikaji dari pasien masuk sampai pulang,
dan pencatatan data dikaji sesuai dengan pedoman pengkajian dan pemberian
tanda ( V ) sesuai dengan kotak yang disediakan.

2) Diagnosa Keperawatan
Tabel 3.20
Penerapan Diagnosa Keperawatan Standar Asuhan Keperawatan
di Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul

NO Aspek yang dinilai Kode rekam medis Jumlah Persen

1 2 3 4 5 (%)

1 Diagnosa yang dibuat 2 1 2 2 2 9 90


berdasarkan masalah
yang dirumuskan

2 Merumuskan diagnosa 1 1 1 1 1 5 50
aktual/resiko/kolaboratif

3 Tertulis identitas pasien, 2 2 2 2 2 10 100


tanggal, jam , paraf dan
nama terang

Jumlah 5 4 5 5 5 24 80

Sumber: Data Primer Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul 06 Mei 2021

Analisis:
Dari data penerapan diagnosa keperawatan diatas didapatkan hasil 80% atau
sudah baik. Adapun nilai yang belum optimal dilakukan adalah merumuskan
diagnosa aktual/resiko/kolaboratif, diagnosa yang dibuat berdasarkan masalah
yang dirumuskan.

3) Rencana Tindakan
Tabel 3.21
Penerapan Rencana Tindakan Keperawatan Standar Asuhan Keperawatan
di Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul

NO Aspek yang dinilai Kode rekam medis Jumlah Persen


1 2 3 4 5 (%)
1 Berdasar diagnosa 2 2 2 2 2 10 100
keperawatan
2 Rumusan tujuan 2 2 2 1 2 9 90
mengandung
komponen subjek,
perubahan perilaku,
kriteria waktu atau
kriteria hasil
3 Rencana tindakan 2 2 2 1 2 9 90
mengacu tujuan
dengan kalimat
perintah terinci, jelas
4 Rencana tindakan 2 2 2 1 1 8 80
terdiri dari tindakan
Observasi, Nurshing
care dan edukasi
5 Rencana tindakan 2 2 2 2 2 10 100
menggambarkan
kerja sama dengan
tim kesehatan lain
Jumlah 10 10 10 7 9 46 92
Sumber: Data Primer Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul 06 Mei 2021

Analisis:
Dari data penerapan rencana tindakan keperawatan diatas didapatkan hasil 92%
atau sudah baik. Adapun nilai yang belum optimal dilakukan adalah rencana
tindakan terdiri dari tindakan bservasi, nurshing care dan edukasi. Rencana
tindakan mengacu tujuan dengan kalimat perintah terinci, jelas. Rumusan tujuan
mengandung komponen subjek, perubahan perilaku, kriteria waktu atau kriteria
hasil.
4) Tindakan Keperawatan
Tabel 3.22
Penerapan Tindakan Keperawatan Standar Asuhan Keperawatan
di Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul

NO Aspek yang dinilai Kode rekam medis Jumlah Persen


1 2 3 4 5 (%)
1 Tindakan mengacu pada 2 1 2 2 2 9 90
rencanan keperawatan
2 Perawat mengobservasi 2 2 2 2 2 10 100
respon pasien terhadap
tindakan keperawatan
3 Semua tindakan yang 2 2 2 2 2 10 100
dilaksanakan dicatat
dengan ringkas dan jelas
4 Monitoring resiko jatuh 2 1 1 1 1 6 60
terisi
5 Mengisi pada lembar 2 2 2 1 2 9 90
mutasi saat serah terima
pasien
6 Pemberian edukasi pada 2 2 2 2 2 10 100
pasien terisi
7 Tertulis identitas pasien, 2 2 2 2 2 10 100
tanggal, jam , paraf dan
nama terang
Jumlah 14 12 13 12 13 64 85,7
Sumber: Data Primer Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul 06 Mei 2021

Analisis:
Dari data penerapan tindakan keperawatan diatas didapatkan hasil 85,7% atau
sudah baik. Adapun nilai yang belum optimal dilakukan adalah monitoring resiko
jatuh, mengisi pada lembar mutasi saat serah terima pasien, dan tindakan mengacu
pada rencanan keperawatan

5) Evaluasi Keperawatan
Tabel 3.23
Penerapan Evaluasi Keperawatan Standar Asuhan Keperawatan
di Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul

NO Aspek yang dinilai Kode rekam medis Jumlah Persen


1 2 3 4 5 (%)
1 Evaluasi berdasarkan pada 2 2 2 2 2 10 100
tujuan dan tercacatat
dalam catatan integrasi
dengan SOAP
2 Tertulis tanggal, jam, paraf 2 2 2 2 2 10 100
dan nama terang
Jumlah 4 4 4 4 4 20 100
Sumber Data Primer Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul 06 Mei 2021

Analisis:
Dari data penerapan evaluasi keperawatan diatas didapatkan hasil 100% atau sudah
sangat baik.
6) Dokumentasi Keperawatan
Tabel 3.24
Penerapan Dokumentasi Keperawatan Standar Asuhan Keperawatan
di Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul

NO Aspek yang dinilai Kode rekam medis Jumlah Persen


1 2 3 4 5 (%)
1 Menulis pada format 2 2 2 2 2 10 100
yang baku
2 Pencatatan ditulis dengan 2 1 2 2 2 9 9
jelas, ringkas, istilah
yang baku dan benar
3 Berkas catatan 2 2 2 2 2 10 100
keperawatan disimpan
sesuai ketentuan yang
berlaku ( sesuai urutan
dalam petunjuk
penyusunan format
rekam medis )
Jumlah 6 5 6 6 6 29 96,6

Sumber Data Primer Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul 6 Mei 2021

Analisis:
Dari data dokumentasi keperawatan diatas didapatkan hasil 96,6% atau sudah
baik. Adapun nilai yang belum optimal dilakukan adalah pencatatan ditulis
dengan jelas, ringkas, istilah yang baku dan benar.

b. Kepatuhan Tenaga Perawat terhadap SOP (Instrumen C)


1) Mengukur Tekanan Darah
Tabel 3.25
Kepatuhan tenaga perawat terhadap SOP mengukur tekanan darah
di Ruang Bougenville RSUDPanembahan Senopati Bantul

OBSERVASI KETERANGAN
NO ASPEK YANG DINILAI
1 2 3 4
A. Tahap Pra Interaksi          
Melakukan Verifikasi data
√ √ √ √
1 sebelumnya bila ada  
2 Mencuci tangan √ √ √ √  
Membawa alat di dekat Pasien
√ √ √ √
3 dengan benar  
B. Tahap Orientasi  
Memberikan salam sebagai
√ √ O √
1 pendekatan teraupetik  
2 Melakukan Identifikasi Pasien √ √ O √  
Menjelaskan tujuan dan prosedur
O √ O O
3 tindakan pada Keluarga / Pasien  
Menanyakan Persiapan Klien
O √ √ √
4 Sebelum Kegiatan dilakukan  
C. Tahap Kerja  
1 Mengatur Posisi Pasien : supinasi √ √ O √  
Menempatkan diri disebelah kanan
√ O O √
2 Pasien bila memungkinkan  
Membebaskan lengan pasien dari
O √ √ O
3 baju  
4 Memasang manset 2 jari di atas
medianan cubiti, selang sejajar arteri √ √ √ O
bracialis  
5 Meraba denyut arteri brachialis √ √ √ √  
6 Melakukan validasi dengan
mengulangi pengukuran tekanan
darah jika hasilnya eror ( Bila hasil O √ √ O
pengukuran keduanya berbeda ulangi
sekali lagi )  
Mencatat hasil pengukuran pada
√ √ √ √
7 buku catatan  
D. Tahap Terminasi  
1 Merapikan pasien √ O √ √  
2 Berpamitan dengan pasien √ √ √ √  
3 Membereskan alat – alat √ √ √ √  
4 Mencuci tangan √ √ √ √  
Mencatat kegiatan dalam lembar
√ √ √ √
5 catatan keperawatan  
  SUB TOTAL  15  17  14  15  
  TOTAL  61  
Sumber Data Primer Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul 06 Mei 2021
Keterangan :
V : Beri tanda V jika dilakukan
O : Beri tanda O jika tidak dilakukan

Total Hasil Akhir = Total x 100 %


4 x (3+4+7+5)
= 61 x 100%
76
= 80,3%
Analisis :
Dari data kepatuhan tenaga perawat terhadap SOP Pengukuran tekan darah di atas
hasil presentase sebanyak 80,3% yaitu bermasuk kategori baik. Adapun tindakan
perawat yang kurang optimal dalam mematuhi SOP pengukuran tekanan darah
antara lain: menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/pasien,
menempatkan diri disebelah kanan pasien bila memungkinkan dan membebaskan
lengan pasien dari baju.
2) Menghitung Nadi Dan Pernafasan
Tabel 3.26
Kepatuhan tenaga perawat terhadap SOP menghitung nadi dan pernafasan
di Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul

OBSERVASI KETERANGAN
NO ASPEK YANG DINILAI
1 2 3 4
A. Tahap Pra Interaksi  
Melakukan Verifikasi data
1 sebelumnya bila ada √ √ O √  
2 Mencuci tangan √ √ √ √  
Membawa alat di dekat Pasien
3 dengan benar √ O O √  
B. Tahap Orientasi  
Memberikan salam sebagai
1 pendekatan teraupetik √ O O √  
2 Melakukan Identifikasi Pasien √ √ √ √  
3 Menjelaskan tujuan dan prosedur O O O √  
tindakan pada Keluarga / Pasien
Menanyakan Persiapan Klien
4 Sebelum Kegiatan dilakukan √ √ O √  
C. Tahap Kerja  
1 Mengatur posisi pasien √ √ √ √  
Menentukan lokasi nadi yang akan
2 diukur √ √ √ √  
Meraba denyut nadi dengan 3 jari
3 ( telunjuk & tengah ) √ √ √ √  
4 Menghitung nadi sekurang-kurang
1/2 menit , dan 1 menit untuk √ O √ √
pasien aritmia dan anak  
Mengamati gerakan dada / perut
5 pasien selama 1 menit √ O O √  
Menilai hasil pengukuran
6 √ √ √ √  
D. Tahap Terminasi  
1 Merapikan pasien √ √ √ √  
2 Berpamitan dengan pasien √ √ √ √  
3 Membereskan alat – alat √ √ √ √  
4 Mencuci tangan √ √ √ √  
Mencatat kegiatan dalam lembar
5 catatan keperawatan √ √ √ √  
  SUB TOTAL  17  13  12  18  
  TOTAL 60   
Sumber Data Primer Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul 06 Mei 2021

Keterangan :
V : Beri tanda V jika dilakukan
O : Beri tanda O jika tidak dilakukan

Total Hasil Akhir = Total x 100 %


4 x (3+4+6+5)
= 60 x 100%
72
= 83,3%
Analisis :
Dari data diats kepatuhan tentang perawat terhadap SOP Penghitung nadi dan
pernafasan hasil presentase sebanyak 83,3% yaitu termasuk kategori baik. Adapun
tindakan perawat yang kurang optimal dalam mematuhi SOP menghitung nadi
dan pernafasan antara lain: membawa alat didekat Pasien, memberikan salam
sebagai pendekatan teraupetik, menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada
keluarga/pasien dan mengamati pergerakan dada/perut dalam 1 menit.

3) Mengukur suhu badan dengan termometer digital


Tabel 3.27
Kepatuhan tenaga perawat terhadap SOP mengukur suhu badan dengan termometer digital
di Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul

OBSERVASI KETERANGAN
NO ASPEK YANG DINILAI
1 2 3 4
A. Tahap Pra Interaksi          
Melakukan Verifikasi data
√ √ √ √
1 sebelumnya bila ada  
2 Mencuci tangan √ √ √ √  
Membawa alat di dekat Pasien
√ √ O √
3 dengan benar  
B. Tahap Orientasi  
Memberikan salam sebagai √ √
√ √
1 pendekatan teraupetik  
2 Melakukan identifikasi Pasien √ √ O O  
Menjelaskan tujuan dan prosedur
√ O O O
3 tindakan pada Keluarga / Pasien  
Menanyakan Persiapan Klien
√ √ O O
4 Sebelum Kegiatan dilakukan  
C Tahap Kerja  
1 Mengatur Posisi Pasien √ √ O O  
2 Memeriksa termometer , pastikan
pada skala dibawah 188,8 tanda
baterai penuh muncul angka 37
√ √ √ √
kemudian di LCD muncul LO
derajat
celcius  
3 Letakkan termometer pada daerah
frontal sampai
√ √ √ √
bunyi tut - tut/ selama 1 menit
angkat dan baca hasilnya  
4 Mencatat hasilnya √ √ √ √  
5 Membersihkan termometer dengan
alkohol 70% dan dikembalikan ke O O O O
Tempat  
D Tahap Terminasi  
1 Merapikan pasien √ √ √ √  
2 Berpamitan dengan pasien √ √ √ √  
3 Membereskan alat - alat √ √ √ √  
4 Mencuci tangan √ √ √ √  
Mencatat kegiatan dalam lember
√ √ √ √
5 catatan keperawatan  
  SUB TOTAL 16 15 11 12  
  TOTAL 54  
Sumber Data Primer Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul 06 Mei 2021
Keterangan :
V : Beri tanda V jika dilakukan
O : Beri tanda O jika tidak dilakukan

Total Hasil Akhir = Total x 100 %


4 x (3+4+5+5)
= 54 x 100%
68
= 79,4%
Analisis :
Dari data diatas kepatuhan tenaga perawat terhadap SOP mengukur suhu badan
dengan termometer digital hasil presentase yaitu 79,4% yaitu bermasuk kategori
baik. Adapun tindakan perawat yang kurang optimal dalam mematuhi SOP
mengukur suhu badan menggunakan thermometer digital antara lain: melakukan
identifikasi Pasien, menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada
keluarga/pasien, menanyakan persiapan klien sebelum kegiatan dilakukan,
mengatur posisi pasien dan membersihkan termometer dengan alkohol 70% dan
dikembalikan ke tempat.

4) Cuci Tangan Dengan Menggunakan Sabun Dan Air


Tabel 3.28
Kepatuhan tenaga perawat terhadap SOP cuci tangan dengan menggunakan
sabun dan air di Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul

N OBSERVASI KETERANGAN
ASPEK YANG DINILAI
O 1 2 3 4
√ √ √ √
A. Tahap Pra Interaksi  
√ √ √ √
1 Kuku Dalam keadaan pendek  
√ √ √ √
B. Tahap Kerja  
1 Melepaskan semua asesoris pada
√ √ √ √
tangan dan gulung lengan baju
sampai siku  
2 Menggunakan air bersih mengalir serta  
menggunakan sabun √ √ √ √
antiseptik yang mengandung
khlorheksidin glukonat 4 %
Menggosok kedua telapak tangan √ √ √ √
3
hingga merata.  
4 Menggosok punggung dan sela-sela jari
√ √ √ √
tangan kiri dengan tangan kanan
dan sebaliknya  
Menggosok kedua telapak dan sela-sela √ √ √ √
5 jari.  
Menggosok Jari-jari sisi dalam dari √ √ √ √
6 kedua tangan saling mengunci  
7 Menggosok ibu jari kiri berputar dalam
√ √ √ √
genggaman tangan kanan dan
Sebaliknya  
8 Menggosok dengan memutar ujung
√ √ √ √
jari-jari tangan kanan di telapak
tangan kiri dan sebaliknya  
Membilas kedua tangan dengan air √ √ √ √
9 mengalir  
10 Mengeringkan dengan handuk atau
√ √ √ √
tisuue sekali pakai sampai benar-
benar kering dan sebaliknya  
Menggunakan handuk/tissue tersebut √ √ √ √
11 untuk menutup keran  
  SUB TOTAL 12 12 12 12  
  TOTAL 48  
Sumber Data Primer Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul 06 Mei 2021

Keterangan :
V : Beri tanda V jika dilakukan
O : Beri tanda O jika tidak dilakukan
Total Hasil Akhir = Total x 100 %
4 x (1+11)
= 48 x 100%
48
= 100%
Analisis :
Dari data Kepatuhan tenaga perawat terhadap cuci tangan dengan menggunakan sabun
dan air dengan hasil persentase sebanyak (100%) yaitu termasuk kategori baik

5) Cuci Tangan Dengan Menggunakan Handrub


Tabel 3.29
Kepatuhan tenaga perawat terhadap SOP cuci tangan dengan menggunakan
handrub dan air
di Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul
N OBSERVASI KETERANGAN
ASPEK YANG DINILAI
O 1 2 3 4
√ √ √ √
A. Tahap Kerja  
1 Menuangkan handrub 3-5 cc √ √ √ √
 
Menggosok kedua telapak tangan √ √ √ √
2
hingga merata  
Menggosok punggung tangan √ √ √ √
serta sela-sela jari tangan kiri
3 dengan
tangan kanan dan sebaliknya  
Menggosok kedua telapak tangan √ √ √ √
4
dan sela-sela jari  
Jari-jari sisi dalam dari kedua √ √ √ √
5
tangan saling mengunci  
Menggosok ibu jari kiri berputar √ √ √ √
dalam genggaman tangan kanan
6
dan sebaliknya  
Menggosok dengan memutar √ √ √ √
7 ujung-ujung jari tangan kiri dan
sebaliknya  
8 Membiarkan tangan kering √ √ √ √
 
  SUB TOTAL  8 8  8   8  
  TOTAL  32  
Sumber Data Primer Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul 06 Mei 2021

Keterangan :
V : Beri tanda V jika dilakukan
O : Beri tanda O jika tidak dilakukan

Total Hasil Akhir = Total x 100 %


4 x (8)
= 32 x 100%
32
= 100%

Analisis :
Dari data di datas Kepatuhan tenaga perawat terhadap cuci tangan dengan
menggunakan handrub dan air sesaui sentandar SOP Pengukuran hasil persentase
sebanyak (100%) yaitu termasuk kategori baik.

6) Pemberian Obat Intravena


Tabel 3.30
Kepatuhan tenaga perawat terhadap SOP pemberian obat intravena
di Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul

OBSERVASI KETERANGAN
NO ASPEK YANG DINILAI
1 2 3 4
A. Tahap Pra Interaksi  
1 Melakukan Verifikasi data
√ √ √ √  
sebelumnya bila ada
2 √ √ √ √  
Mencuci tangan
3 Menyiapkan obat sesuai prinsip
( baca dengan teliti program
pengobatan yang ada di status,
yaitu nama obat, dosis , waktu, √ √ √ √  
cara pemberian ), baca etiket
obat , obat - obat etiketnya jangan
dipergunakan.yang tidak jelas
4 Membawa alat di dekat Pasien
√ √ √ O  
dengan benar
B. Tahap Orientasi  
1 Memberikan salam sebagai
√ O √ O  
pendekatan teraupetik
2 Melakukan Idenitifikasi Pasien √ √ √ √  
3 Menjelaskan tujuan dan prosedur
√ O O √  
tindakan pada Keluarga / Pasien
4 Menanyakan Persiapan Klien
O √ O O  
Sebelum Kegiatan dilakukan
C. Tahap Kerja  
1 Membaca kembali etiket obat
√ √ √ √  
yang akan diberikan
2 Memposisikan Pasien dan pilih
O √ √ √  
vena dari arah distal
3 Memasang perlak dan alasnya O O O O  
Membebaskan daerah yang akan
4 O √ √ O  
di injeksi
5 Meletakkan torniquet 5 Cm
O O O O  
proksimal yang akan ditusuk
6 Memakai hand scoon √ √ √ √  
7 Membersihkan kulit dengan kapas
alkohol ( melingkar dari arah
O O O O  
dalam ke arah luar ) biarkan
kering
8 Memegang spuit dengan sudut 30
O √ √ O
derajat  
9 Menusuk dengan kemiringan 30
derajat , dan lubang jarum O √ O O
menghadap ke atas  
10 Melakukan aspirasi dan pastikan
O √ √ √
darah masuk ke spuit  
11 Membuka torniquet √ √ √ √  
12 Masukkan obat secara perlahan –
√ O √ √
lahan  
13 Mencabut spuit sambil menekan
O √ √ O
daerah tusukan dengan kapas  
14 Menutup daerah dengan tusukan
O O O O
dengan plester/ hipafik  
15 Membuang spuit ke dalam tempat
√ √ √ √
yang telah disediakan  
D. Tahap Terminasi  
1 Evaluasi Tindakan & reaksi
√ √ √ O
pasien terhadap obat  
2 Berpamitan dengan pasien √ √ √ √  
3 Membereskan alat – alat √ √ √ O  
4 Mencuci tangan √ √ √ √  
5 Mencatat kegiatan dalam lembar
√ √ √ √
catatan keperawatan  
  SUB TOTAL 17 21 21 16  
  TOTAL 75  
Sumber Data Primer Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul 06 Mei 2021
Keterangan :
V : Beri tanda V jika dilakukan
O : Beri tanda O jika tidak dilakukan

Total Hasil Akhir = Total x 100 %


4 x (4+4+15+5)
= 75 x 100%
112
= 70%
Analisis :
Dari data diatas kepatuhan tenaga perawat terhadap SOP pemberian obat
intravena hasil presentase yaitu 70% yaitu bermasuk kategori cukup baik.
Adapun tindakan perawat yang kurang optimal dalam memenuhi SOP adalah.
menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga atau pasien,
membersihkan kulit dengan kapas alkohol (melingkar dari arah dalam ke arah
luar) biarkan kering, menutup daerah dengan tusukan dengan plester/hipafik.
mencabut spuit sambil menekan daerah tusukan dengan kapas, menusuk dengan
kemiringan 30 derajat dan lubang jarum menghadap ke atas, memegang spuit
dengan sudut 30 derajat, meletakkan torniquet 5cm proksimal yang akan ditusuk,
membebaskan daerah yang akan di injeksi, Memasang perlak dan alasnya.

7) Perawatan Infus
Tabel 3.31
Kepatuhan tenaga perawat terhadap SOP perawatan infus
di Ruang Bougenville RSUDPanembahan Senopati Bantul
KETERANGA
NO ASPEK YANG DINILAI OBSERVASI N
1 2 3 4
A. Tahap Pra Interaksi          
1 Melakukan Verifikasi Program
√ √ O √  
Pengobatan Pasien
2 Mencuci tangan √ √ √ √  
3 Menyiapkan obat sesuai prinsip √ √ √ O  
4 Membawa alat di dekat Pasien
√ √ √ √  
dengan benar
B. Tahap Orientasi  
1 Memberikan salam sebagai
√ √ O O  
pendekatan teraupetik
2 Melakukan Identifikasi Pasien √ √ O O  
3 Menjelaskan tujuan dan
prosedur tindakan pada O √ √ √  
Keluarga / Pasien
4 Menanyakan Persiapan Klien
O √ √ O  
Sebelum Kegiatan dilakukan
C. Tahap Kerja  
1 Mengatur posisi pasien ( tempat
√ √ √ √  
tusukan infus terlihat jelas )
2 Memakai sarung tangan √ √ √ √  
3 Membasahi plester dengan
alkohol / wash bensin dan buka
O √ √ O  
balutan dengan menggunakan
pincet
4 Membersihkan bekas plester O √ √ O  
5 Membersihkan daerah tusukan
O √ √ √  
dan sekitarnya dengan NaCl
6 Mengolesi tempat tusukan
O O O √  
denga iodine cair / zalf
7 Menutup dengan kassa steril
O √ O √  
dengan rapi
8 Memasang plester penutup √ √ √ √  
9 Mengatur tetesan infus sesuai
√ √ √ √  
program
D. Tahap Terminasi  
1 Evaluasi Tindakan √ √ √ √  
2 Berpamitan dengan pasien √ √ O √  
3 Membereskan alat - alat √ √ √ √  
4 Mencuci tangan √ √ √ √  
5 Mencatat kegiatan dalam lember
√ √ √ √  
catatan keperawatan
15 21 16 16
  SUB TOTAL  
  TOTAL 68  
Sumber Data Primer Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul 06 Mei 2021

Keterangan :
V : Beri tanda V jika dilakukan
O : Beri tanda O jika tidak dilakukan

Total Hasil Akhir = Total x 100 %


4 x (4+4+9+5)
= 68 x 100%
88
= 77,3%
Analisis :
Dari data diatas kepatuhan tenaga perawat terhadap SOP perawatan infus hasil
presentase yaitu 77,3% yaitu bermasuk kategori baik. Adapaun tindakan
keperawatan yang kurang optimal dalam memenuhi SOP diantaranya.
memberikan salam sebagai pendekatan teraupetik, menanyakan persiapan klien
sebelum kegiatan dilakukan, membasahi plester dengan alkohol/wash bensin dan
buka balutan dengan menggunakan pincet, membersihkan bekas plester,
mengolesi tempat tusukan denga iodine cair/zalf, menutup dengan kassa steril
dengan rapi, berpamitan dengan pasien.

8) Pemasangan Cateter Pada Wanita


Tabel 3.32
Kepatuhan tenaga perawat terhadap SOP pemasangan cateter pada wanita
di Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul
OBSERVAS
KETERANGAN
NO ASPEK YANG DINILAI I
1
A. Tahap Pra Interaksi    
1 √  
Melakukan Verifikasi Program Terapi
2 √  
Mencuci tangan
3 √  
Menyiapkan obat sesuai prinsip
4 Membawa alat di dekat Pasien dengan √  
benar
B. Tahap Orientasi  
1 Memberikan salam sebagai √  
pendekatan teraupetik
2 √  
Melakukan Identifikasi Pasien
3 Menjelaskan tujuan dan prosedur √  
tindakan pada Keluarga / Pasien
4 Menanyakan Persiapan Klien Sebelum √  
Kegiatan dilakukan
C. Tahap Kerja  
1 Memasang sampiran / menjaga √  
privacy
2 Menyiapkan pasien dengan posisi
dursal recumbent dan melepaskan √  
pakaian bawah
3 Memasang perlak / pengalas O  
4 √  
Memakai sarung tangan
5 Membersihkan area perinia dengan air √  
hangat , sabun, air hangat
6 Memasang duk steril O  
7 Membersihkan vulva dengan air √  
hangat
8 √  
Memberi pelumas 2,5 - 5 cm
9 Memasukkan kateter 5 - 7,5 / sampai √  
keluar cairan infus
10 Menyambung kateter dengan urine √  
bag
11 Mengisi balon dengan aquadest sesuai √  
dengan ukuran
12 √  
Memfiksasi kateter ke arah paha
13 Melepas duk, pengalas, dan sarung
O  
tangan
D. Tahap Terminasi  
1 √  
Evaluasi Tindakan
2 √  
Berpamitan dengan pasien
3 √  
Membereskan alat – alat
  SUB TOTAL 21  
  TOTAL 21  
Sumber Data Primer Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul 2021

Keterangan :
V : Beri tanda V jika dilakukan
O : Beri tanda O jika tidak dilakukan

Total Hasil Akhir = Total x 100 %


(4+4+13+3)
= 21 x 100%
24
= 87,5%
Analisis :
Dari data diatas kepatuhan tenaga perawat terhadap SOP pemasangan kateter
urine hasil presentase yaitu 87,5% yaitu bermasuk kategori baik. Adapaun
tindakan keperawatan yang kurang optimal dalam memenuhi SOP diantaranya.
memasang perlak/pengalas, memasang duk steril, melepas duk, pengalas, dan
sarung tangan.

9) Penyiapan Specimen Darah Vena


Tabel 3.33
Kepatuhan tenaga perawat terhadap SOP penyiapan specimen darah vena
di Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul
KETERANGA
N OBSERVASI N
ASPEK YANG DINILAI
O
1 2
A. Tahap Pra Interaksi  
Melakukan Verifikasi data sebelumnya √ √  
1 bila ada
√ √  
2 Mencuci tangan
Membawa alat di dekat Pasien dengan √ √  
3 benar
B. Tahap Orientasi  
Memberikan salam sebagai pendekatan √ √  
1 teraupetik
√ √  
2 Melakukan Identifikasi Pasien
Menjelaskan tujuan dan prosedur √ √  
3 tindakan pada Keluarga / Pasien
Menanyakan Persiapan Klien Sebelum √ √  
4 Kegiatan dilakukan
C. Tahap Kerja  
Mengatur Posisi Pasien dan pilih vena √ √  
1 dari arah diastal
2 Memasang perlak dan alasnya O O  
Membebaskan daearah yang akan √ √  
3 diinjeksi
Meletakkan torniquet 5 cm proximal √ √  
4 yang akan ditusuk
√ √  
5 Mamakai handscoon
6 Membersihkan kulit dengan kapas
alkohol ( melingkar dari arah √ √  
dalam ke arah luar ) biarkan kering
Mempertahankan vena pada posisi √ √  
7 stabil
Memegang spuit dengan sudut 30 √ √  
8 derajat
9 Menusuk dengan kemiringan 30 derajat
, dan lubang jarum √ √  
menghadap ke atas
10 Melakukan aspirasi dan pastikan darah √ √  
asuk ke spuit, ambil sesuai
Kebutuhan
√ √  
11 Membuka tourniquet
Mencabut spuit sambil menekan daerah √ √  
12 tusukan dengan kapas
Menutup daerah tusukan dengan
O O  
13 hipafik / plester
Memasukkan darah ke dalam botol √ √  
14 specimen
D. Tahap Terminasi  
√ √  
1 Evaluasi Tindakan
√ √  
2 Berpamitan dengan pasien
21 21
  SUB TOTAL  
  TOTAL 42  
Sumber Data Primer Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul 2021
Keterangan :
V : Beri tanda V jika dilakukan
O : Beri tanda O jika tidak dilakukan

Total Hasil Akhir = Total x 100 %


2 x (3+4+14+2)
= 42 x 100%
46
= 91,3%

Analisis :
Dari data diatas Kepatuhan tenaga perawat terhadap SOP penyiapan Specimen
darah vena hasil presentase yaitu 91,3% termask kategori baik. Adapun tindakan
keperawatan yang kurang optimal dalam memenuhi SOP diantaranya. Memasang
perlak dan alasnya, Menutup daerah tusukan dengan hipafik / plester.

10) Perawatan Luka Jahit


Tabel 3.34
Kepatuhan tenaga perawat terhadap SOP perawatan luka jahit
di Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul
OBSERVAS
KETERANGAN
NO ASPEK YANG DINILAI I
1 2
A. Tahap Pra Interaksi      
Melakukan Verifikasi Program √
√  
1 Terapi
√ √  
2 Mencuci tangan
√ √  
3 Menyiapkan obat sesuai prinsip
Membawa alat di dekat Pasien √ √  
4 dengan benar
B. Tahap Orientasi  
Memberikan salam sebagai √ √  
1 pendekatan teraupetik
√ √  
2 Melakukan Identifikasi Pasien
Menjelaskan tujuan dan prosedur √ O
3 tindakan pada Keluarga / Pasien
Menanyakan Persiapan Klien O O  
4 Sebelum Kegiatan dilakukan
C. Tahap Kerja  
Mengatur posisi pasien sehingga √ √  
1 luka bisa terlihat dengan jelas
√ √  
2 Membuka peralatan
√ √  
3 Membuka sarung tangan
4 Membasahi plester dengan
alkohol / wash bensin dan buka √ √  
dengan menggunakan pincet
Membuka balutan luka lapisan √ √  
5 terluar
Membersihkan sekitar luka dan √ √  
6 bekas plester
√ √  
7 Membuka balutan bagian dalam
Menekan kedua tepi luka ( senjang √ O  
8 Luka )
Membersihkan luka dengan √ √  
9 menggunakan cairan NaCl
Mendisinfeksi luka luka dengan
√ O  
10 iodine povidone
Membilas dengan menggunakan √ √  
11 NaCl
12 Melakukan kompres betadine pada
luka /memberi obat/ menutup O √  
dengan kassa steril
Memasang plester pada seluruh
√ O  
13 tepi kassa ( 4 sisi )
√ √  
14 Merapikan pasien
D. Tahap Terminasi  
√ √  
1 Evaluasi Tindakan
√ √  
2 Berpamitan dengan pasien
√ √  
3 Membereskan alat – alat
√ √  
4 Mencuci tangan
Mencatat kegiatan dalam lember √ √  
5 catatan keperawatan
25 22
  SUB TOTAL  
  TOTAL 47  
Sumber Data Primer Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul
2021

Keterangan :
V : Beri tanda V jika dilakukan
O : Beri tanda O jika tidak dilakukan

Total Hasil Akhir = Total x 100 %


2 x (4+4+14+5)
= 47 x 100% = 87%
54

Analisis :
Dari data diatas Kepatuhan tenaga perawat terhadap SOP perawatan luka jahit
didapatkan hasil presentase yaitu 87% dengan kategori baik. . Adapun tindakan
keperawatan yang kurang optimal dalam memenuhi SOP diantaranya:
menanyakan persiapan klien sebelum kegiatan dilakukan, menjelaskan tujuan dan
prosedur tindakan pada Keluarga / Pasien, menekan kedua tepi luka (senjang
luka), mendisinfeksi luka luka dengan iodine povidone, melakukan kompres
betadine pada luka /memberi obat/ menutup dengan kassa steril, memasang
plester pada seluruh tepi kassa (4 sisi).

c. Pelaksanaan Universal Precaution


Tabel 3.35
Pelaksanaan Universal Precaution
di Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul

No Aspek Yang Dinilai Pelaksanaan


Ya Tidak
(2) (1)
1 Perawat cuci tangan ketika akan kontak √
dengan klien arau melakukan tindakan pada
klien
2 Perawat cuci tangan ketika selesai kontak √
dengan klien atau setelah selesai melakukan
tindakan dengan klien
3 Perawat mencuci tangan dengan √
sabun/detergen/desinfektan
4 Perawat mencuci tangan di tempat air √
mengalir (wastafel)
5 Perawat menggunakan sarung tangan ketika √
kontak/ melakukan tindakan dengan klien
6 Perawat menggunakan masker ketika √
melakukan tindakan tertentu (penyakit infeksi
yang menular melalui udara, peyakit dengan
daya tahan tubuh rendah, menjaga kebersihan
diri)
7 Perawat menggunakan baju pelindung ketika √
melakukan tindakan tertentu (penyakit infeksi
yang menular melalui udara, peyakit dengan
daya tahan tubuh rendah, menjaga kebersihan
diri)
8 Perwat menggunakan alat-alat steril untuk √
satu klien
9 Perawat menggunakan alat-alat disposable √
hanya untuk sekali pakai
10 Setelah menggunakan alat-alat non disposable √
perawat mencucinya dengan larutan
desinfektan
11 Perawat mensterilkan alat-alat steril di √
instalasi sterilisasi sentral
12 Perawat menyiapkan alat-alat kesehatan √
ditempat khusus
13 Perawat membuang benda-benda tajam di √
tempat khusus
14 Perawat membuang sampah medis di tempat √
sampah medis
15 Perawat membuang sampah non medis di √
tempat sampah non medis
JUMLAH 30
Sumber: Data Primer Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul 6
Mei 2021

Keterangan :
√ : Beri tanda √ jika dilakukan
O : Beri tanda O jika tidak dilakukan

Persentase (%) = Nilai yang didapat x 100 %


Nilai keseluruhan(n)
= 30 x 100%
30
= 100%
Analisis :
Dari data Pelaksanaan universal precoution di ruang Bougenville di atas sudah
terlaksanan dengan baik dengan presentasi yang diperoleh mencapai 100%.

d. Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik


Tabel 3.36
Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik
di Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul

No Kegiatan (n:4) Pelaksanaan


Ya Tidak
(2) (1)
N N
1 Tahap persiapan (pre interaksi)
a. Klien: mengumpulkan data tentang klien (dari 4
RM)
b. Alat: menyiapkan alat yang dibutuhkan 4
c. Perawat: cuci tangan, menilai kesiapan diri 4
perawat
2 Tahap pelaksanaan (orientasi)
a. Memberikan salam, berjabat tangan, dan 4
tersenyum pada klien
b. Melakukan validasi 4
c. Memperkenalkan nama perawat 4
d. Menanyakan nama panggilan kesukaan klien 4
e. Menjelaskan tanggungjawab perawat 4
f. Menjelaskan peran perawat dan klien 2 2
g. Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan 4
h. Menjelaskan tujuan 4
i. Menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk 2 2
kegiatan/lama kegiatan
j. Menjelaskan dan menjawab kerahasiaan 4
3 Tahap kerja
a. Memberi kesempatan pada klien untuk bertanya 4
b. Menanyakan keluhan utama 4
c. Memulai kegiatan dengan cara yang baik 4
d. Melakukan kegiatan sesuai dengan rencana 4
e. Mencuci tangan 4
4 Tahap terminasi
a. Menyimpulkan hasil kegiatan 3
b. Memberi reinforcement positif 4
c. Membuat kesepakatan dengan klien/keluarga 4
untuk pertemuan/kegiatan
d. Mengakhiri kegiatan dengan cara yang baik 4
(mengucapkan salam/tersenyum/memberikan
sentuhan/berjabat tangan)
Jumlah 83 4
ΣN 166 4
Sumber Data Primer Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul
06 Mei 2021
Persentase (%) = Nilai yang didapat x 100 %
Nilai keseluruhan(n)
= 170 x100%
176
= 96,5%
Analisis
Berdasarkan tabel diatas pelaksanaan komunikasi terapeutik di ruang
rawat inap Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta
dikatagorikan baik dengan presentase 96,5%. Adapun tindakan perawat
yang kurang optimal dalam mematuhi SOP pelaksanaan komunikasi
terapeutik antara lain: menjelaskan peran perawat dan klien, menjelaskan
waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan/lama kegiatan, dan menyimpulkan
hasil kegiatan.

2. Proses Manajemen Pelayanan Asuhan Keperawatan (Perencanaan)


a. Pelaksanaan Tugas Kepala Ruang
Tabel 3.37
Pelaksanaan Tugas Kepala Ruang
di Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul

NO TUGAS KEPALA RUANG Sll Srg Kdg Tdk


(n=1) (3) (2) (1) (0)
1 Membagi staf kedalam grup MPM 3 0 0 0
sesuai dengan kemampuan dan
beban kerja
2 Membuat jadwal dinas dengan 3 0 0 0
berkoordinasi dengan PN
3 Membagi klien ke dalam grup 3 0 0 0
MPM sesuai dengan kemampuan
dan beban kerja
4 Melakukan meeting morning 3 0 0 0
5 Memfasilitasi dan mendukung 3 0 0 0
kelancaran tugas PN dan AN
6 Melakukan supervisi dan memberi 3 0 0 0
motivasi seluruh staf keperawatan
untuk mencapai kinerja yang
optimal
7 Melakukan upaya meningkatkan 3 0 0 0
mutu asuhan keperawatan dengan
melakukan evaluasi melalui
angket setiap klien akan pulang
8 Mendelegasikan tugas ke PPJR 0 2 0 0
pada jaga S/M/L
9 Berperan serta sebagai konsultan 3 0 0 0
JUMLAH 24 2 0 0
TOTAL 26
Sumber: Data Primer Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul 06
Mei 2021

Persentase (%) = Nilai yang didapat x 100 %


Nilai keseluruhan(n)
= 26 x 100%
27
= 90%
Analisis:
Dari tabel diatas hasil presentasi keseluruhan 90% untuk kuesioner pelaksanaan
tugas karu. Hasil ini sudah cukup tinggi dengan kategori baik. Adapun nilai yang
belum optimal dilakukan adalah mendelegasikan tugas ke PPJR pada jaga S/M/L.

b. Pelaksanaan Tugas Primery Nurse (PN)


Tabel 3.38
Pelaksanaan Tugas Primery Nurse (PN)
di Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul

NO TUGAS PRIMERY NURSE Sll Srg Kdg Tdk


(n:4)
(3) (2) (1) (0)

1 Bertugas pagi hari 3 0 1 0

2 Bersama AN menerima operan 3 1 0 0


tugas jaga dari AN yang jaga
malam

3 Bersama AN melakukan 4 0 0 0
konfirmasi/ supervisi tentang
kondisi klien segera setelah selesai
operan dengan petugas jaga malam

4 Bersama AN melakukan doa 4 0 0 0


bersama sebagai awal dan akhir
tugas, dilakukan setelah selesai
operan jaga malam

5 Melakukan pre-conference dengan 3 1 0 0


semua AN yang ada dalam
grupnya setiap awal dinas pagi

6 Membagi habis klien kepada AN 4 0 0 0


sesuai dengan kemampuan dan
beban kerja

7 Melakukan pengkajian, 4 0 0 0
menetapkan masalah atau diagnosa
dan perencanaan keperawatan
kepada semua klien yang menjadi
tanggung jawabnya dan ada bukti
di rekam keperawatan

8 Memonitor dan membimbing tugas 2 0 0 2


AN

9 Membantu tugas AN untuk 4 0 0 0


kelancaran pelaksanaan asuhan
klien

10 Mengoreksi, merevisi dan 2 1 0 1


melengkapi catatan asuhan
keperawatan yang dilakukan oleh
AN yang ada dibawah tanggung
jawabnya

11 Melakukan evaluasi hasil kepada 4 0 0 0


setiap klien sesuai tujuan yang ada
dalam perencanaan asuhan
keperawatan dan ada bukti dalam
rekan keperawatan

12 Melaksanakan post conference 3 1 0 0


pada setiap akhir dinas dan
menerima laporan akhir tugas jaga
dari AN untuk persiapan operan
tugas jaga selanjutnya

13 Melakukan operan jaga kepada AN 2 1 1 0


jaga sore diikuti AN pagi

14 Memperkenalkan AN yang ada 1 0 0 3


dalam satu grup atau yang akan
merawat selama klien dirawat atau
kepada klien atau keluarga yang
baru

15 Mendelegasikan tugas kepada AN 0 1 0 2


pada S/M/L

16 Menerima pendelegasian tugas PJ 1 3 0 0


ruang bila pagi hari tidak bertugas

17 Menyelenggarakan diskusi kasus 4 0 0 0


dengan dokter dan tim kesehatan
lain setiap seminggu sekali

18 Menyelenggarakan diskusi kasus 1 0 1 2


dalam pertemuan rutin
keperawatan di ruang minimal
sebulan sekali

19 Menyelenggarakan diskusi kasus 4 0 0 0


sesuai prosedur

20 Melaksanakan tugas lain sesuai 4 0 0 0


dengan uraian tugas

JUMLAH 63 9 3 8

ΣN 171 18 3 0

Sumber: Data Primer Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul 06


Mei 2021

Persentase (%) = Nilai yang didapat x 100 %


Nilai keseluruhan(n)
= 192 x 100%
240
= 80%
Analisis:
Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil persentase dalam pelaksanaan tugas PN
didapatkan prosentase sebesar 80% termasuk dalam kategori baik. Adapun yang
belum optimal dilakukan yaitu: memonitor dan membimbing tugas AN,
mengoreksi merevisi dan melengkapi catatan asuhan keperawatan yang dilakukan
oleh AN yang ada dibawah tanggung jawabnya, memperkenalkan AN yang ada
dalam satu grup atau yang akan merawat selama klien dirawat atau kepada klien
atau keluarga yang baru, mendelegasikan tugas kepada AN pada S/M/L,
menyelenggarakan diskusi kasus dalam pertemuan rutin keperawatan di ruang
minimal sebulan sekali.

c. Pelaksanaan Tugas Associate Nurse (AN)


Tabel 3.39
Pelaksanaan Tugas Associate Nurse (AN)
di Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul
NO TUGAS ASSOCIATE NURSE Sll Srg Kdg Tdk
(3) (2) (1) (0)
1 Melaksanakan operan tugas 3 1 0 0
setiap awal dan akhir jaga dari
dan kepada AN yang ada dalam
satu grup

2 Melakukan konfirmasi atau 4 0 0 0


supervisi tentang kondisi klien
segera setelah operan setiap klien

3 Melakukan doa bersama setiap 3 1 0 0


awal dan akhir tugas yang
dilakukan setelah selesai operan
tugas jaga

4 Mengikuti pre conference yang 3 1 0 0


dilakukan oleh PN setiap awal
tugas

5 Melaksanakan asuhan 4 0 0 0
keperawatan ke klien yang
menjadi tanggung jawab dan ada
bukti direkam medis
6 Melakukan monitoring respon 4 0 0 0
klien dan ada bukti di rekam
medis

7 Melakukan konsultasi tentang 4 0 0 0


masalah klien/ keluarga kepada
PN

8 Membimbing dan melakukan 2 2 0 0


pendidikan kesehatan kepada
klien yang menjadi tanggung
jawabnya dan ada bukti direkam
medis

9 Menerima keluhan klien/ 4 0 0 0


keluarga dan berusaha
mengatasinya

10 Melengkapi catatan asuhan 4 0 0 0


keperawatan pada semua klien
yang menjadi tanggung
jawabnya

11 Melakukan evaluasi asuhan 4 0 0 0


keperawatan pada semua klien
yang menjadi tanggung
jawabnya

12 Mengikuti post conference yang 3 1 0 0


diadakan oleh PN pada setiap
akhir tugas dan melaporkan
kondisi dan perkembangan
semua klien yang menjadi
tanggung jawabnya kepada klien

13 Bila tidak ada PN wajib 0 1 3 0


mengenalkan AN yang ada
dalam grup yang kan
memberikan asuhan keperawatan
pada jaga berikutnya kepada
klien/ keluarga baru

14 Melakukan pendelegasian tugas 3 1 0 0


PN pada S/M/L

15 Berkoordinasi dengan PNJR/ 4 0 0 0


Dokter/ Tim kesehatan lain bila
ada masalah klien pada S/M/L

16 Mengikuti diskusi kasus dengan 0 3 1 0


dokter atau tim kesehatan lain
setiap seminggu sekali

17 Mengikuti diskusi kasus dalam 1 2 1 0


pertemuan rutin keperawatan di
ruangan

18 Melaksanakan tugas lain sesuai 3 1 0 0


uraian tugas AN

JUMLAH 53 14 5 0

ΣN 159 28 5 0

Sumber: Data Primer Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul 06


Mei 2021
Persentase (%) = Nilai yang didapat x 100 %
Nilai keseluruhan(n)
= 192 x 100%
216
= 88,8%
Analisis:
Berdasarkan tabel diatas, didapatkan hasil bahwa tugas AN di ruang Bougenville
RSUD Panembahan Senopati Bantul dapat terlaksana sesuai tugas AN secara
maksimal dengan prosentase 88,8% dalam kriteria baik. Adapun tugas yang
belum optimal dilaksanakan adalah: bila tidak ada PN wajib mengenalkan AN
yang ada dalam grup yang kan memberikan asuhan keperawatan pada jaga
berikutnya kepada klien/ keluarga baru melakukan supervisi setiap setelah operan,
mengikuti diskusi kasus dengan dokter atau tim kesehatan lain setiap seminggu
sekali, serta mengikuti diskusi kasus dalam pertemuan rutin keperawatan di
ruangan.

d. Hubungan Antara Staf Keperawatan Dengan Klien


Tabel 3.40
Hubungan Antara Staf Keperawatan Dengan Klien
di Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul
NO Hubungan Profesional Perawat Sll Srg Kdg Tdk
dengan Klien/Keluarga
(3) (2) (1) (0)

1 Kepala ruang melakukan 4 0 0 0


supervisi seluruh klien yang ada
di ruangan setiap awal tugasnya

2 PN/ AN mensuperfisi seluruh 3 1 0 0


klien yang menjadi tanggung
jawabnya segera setelah
menerima operan tugas setiap
klien

3 PN menginformasikan peraturan 3 1 0 0
dan tata tertib RS yang berlaku
kepada klien/ keluarga baru

4 PN memperkenalkan perawat 0 4 0 0
dalam satu grup yang akan
merawat klien selama klien
dirawat di RS

5 PN/ AN melakukan visit/ 4 0 0 0


monitoring ke klien untuk
mengetahui perkembangan atau
kondisi klien

6 PN memberikan penjelasan 3 1 0 0
setiap rencana tindakan atau
program pengobatan sesuai
wewenang dan tangung
jawabnya

7 Setiap akan melakukan tindakan 2 2 0 0


keperawatan PN/ AN
memberikan penjelasan atas
tindakan yang akan dilakukan
kepada klien atau keluarga

8 Kesedian PN/ AN untuk 4 0 0 0


menerima konsultasi atau
keluhan klien atau keluarga dan
berupaya mengatasinya

9 Klien/ Keluarga mengetahui PN/ 0 3 1 0


perawat yang bertanggung jawab
dan ditulis pada papan nama
klien

10 PN/ AN memberitahu dan 4 0 0


mempersiapkan klien yang akan
pulang

JUMLAH 27 12 1 0

ΣN 81 24 1 0

Sumber: Data Primer Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul


06 Mei 2021

Persentase (%) = Nilai yang didapat x 100 %


Nilai keseluruhan(n)
= 106 x 100%
120
= 88,3%
Analisis:
Berdasarkan Dari tabel diatas, didapatkan hasil bahwa hubungan profesional
antara staf keperawatan dengan klien RSUD Panembahan Senopati Bantul dapat
terlaksana sesuai tugas AN secara maksimal dengan prosentase 88,3% dalam
kriteria baik. Adapun tugas yang belum optimal dilaksanakan adalah:
klien/keluarga mengetahui PN/ perawat yang bertanggung jawab dan ditulis pada
papan nama klien.

e. Hubungan Antar Staf Keperawatan


Tabel 3.41
Hubungan Antar Staf Keperawatan
di Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul

NO Hubungan antar staf keperawatan Sll Srg Kdg Tdk

(3) (2) (1) (0)

1 PJ pelayanan keperawatan mengadakan 4 0 0 0


pertemuan rutin dengan KaRu minimal
sebulan sekali

2 KaRu mengadakan pertemuan rutin 3 1 0 0


dengan seluruh staf keperawatan
minimal sebulan sekali

3 KaRu mengadakan pertemuan rutin 3 1 0 0


dengan PN minimal dua minggu sekali

4 PN mengadakan pre dan post 4 0 0 0


conference pada setiap awal dan akhir
tugas jaga pagi

5 PN menerima serah terima tugas jaga 0 3 1 0


AN yang tugas jaga sebelumnya

6 AN melaksanakan serah terima tugas 3 1 0 0


jaga dari jaga sebelum dan kepada
tugas jaga berikutnya

7 PN mendampingi serah terima tugas 0 3 1 0


jaga antara AN pada tugas jaga
berikutnya

8 PN melakukan dokumentasi askep 4 0 0 0


terutama pada pengkajian, menetapkan
diagnosa dan penyusunan rencana
keperawatan

9 AN melakukan dokumentasi askep 4 0 0 0


terutama hal pelaksanaan dan evaluasi
keperawatan

10 PN memberikan laporan tugas kepada 4 0 0 0


KaRu keperawatan setiap akhir tugas
terutama tentang keadaan umum klien
dan permasalahan yang ada

11 PN melakukan motivasi/ bimbingan 3 1 0 0


dengan AN setiap hari

12 AN menggantikan tugas PN bila PN 3 1 0 0


tidak ada

13 PJ tugas jaga menggantikan tugas KaRu 3 1 0 0


pada S/M/L

JUMLAH 38 12 2 0

ΣN 114 24 2 0
Sumber: Data Primer Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul 06
Mei 2021

Persentase (%) = Nilai yang didapat x 100 %


Nilai keseluruhan(n)
= 140x 100%
156
= 89,7%
Analisis:
Berdasarkan data di atas didapatkan hasil persentase dalam hubungan profesional
antara staf keperawatan sebesar 89,7% masuk dalam kategori baik. Adapun tugas
yang belum optimal yaitu: PN mendampingi serah terima tugas jaga antara AN
pada tugas jaga berikutnya, PN menerima serah terima tugas jaga AN yang tugas
jaga sebelumnya.

f. Hubungan Staf Keperawatan Dengan Tim Kesehatan Lain


Tabel 3.42
Hubungan Staf Keperawatan Dengan Tim Kesehatan Lain
di Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul

NO Hubungan staf keperawatan dengan Sll Srg Kdg Tdk


tim kesehatan lain
(3) (2) (1) (0)

1 PN/ AN melakukan visit bersama 2 2 0 0


dokter/ tim kesehatan lain yang
merawat klien

2 PN melakukan diskusi kasus dengan 4 0 0 0


dokter/ tim kesehatan lain minimal satu
kali seminggu

3 Hubungan professional/ kemitraan 4 0 0 0


dengan dokter/ tim kesehatan lain
tercermin dalam dokumentasi Rekam
Medis

4 PN/ AN menggunakan rekam medik 4 0 0 0


sebagai sarana hubungan professional
dalam pelaksanaan program kolaborasi

5 Dokter/ tim kesehatan lain 0 4 0 0


menggunakan rekam keperawatan
sebagai sarana hubungan professional
dalam rangka pelaksanaan program
kolaborasi

6 Dokter/ tim kesehatan lain mengetahui 0 3 1 0


setiap klien siapa PN nya

7 PN memfasilitasi pelaksanaan 3 1 0 0
konsultasi klien/ keluarga dengan
dokter/ tim kesehatan lain

JUMLAH 17 10 0 0

ΣN 51 20 1 0

Sumber: Data Primer Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul 06


Mei 2021

Persentase (%) = Nilai yang didapat x 100 %


Nilai keseluruhan(n)
= 72 x 100%
84
= 85,4%
Analisis:
Berdasarkan dari data diatas, didapatkan hasil bahwa hubungan
profesional/kemitraan antara staf keperawatan dengan dokter/tim kesehatan
lainnya RSUD Panembahan Senopati Bantul memilki presentase 85,47% dengan
kriteria baik. Adapun tindakan yang belum optimal yang dilakukan yaitu: dokter/
tim kesehatan lain mengetahui setiap klien siapa PN nya dikarenakan penanganan
klien dilakukan secara kondisional sesuai perawat yang bertugas.

g. Pelaksanaan Operan Jaga


Tabel 3.43
Pelaksanaan Operan Jaga
di Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul

NO Variabel yang dinilai Sll Srg Kdg Tdk

(3) (2) (1) (0)

1 Serah terima didahului dengan doa 4 0 0 0


bersama

2 Komunikasi antar pemberi tanggung 0 2 2 0


jawab dan penerima tanggung jawab
dilakukan didepan pintu dengan suara
pelan/ tidak rebut

3 Menyebutkan identitas klien, diagnose 3 1 0 0


medis, diagnose keperawatan, tindakan
keperawatan yang telah dilakukan
beserta waktu pelaksanaannya dan
evaluasinya

4 Menginformasikan jenis rencana dan 4 0 0 0


waktu rencana tindakan keperawatan
yang belum dilaksanakan

5 Menyebutkan perkembangan klien yang 4 0 0 0


ada selama shift

6 Menginformasikan pendidikan 0 4 0 0
kesehatan yang telah diberikan (bila
ada)

7 Mengevaluasi hasil tindakan 4 0 0 0


keperawatan

8 Menyebutkan tindakan medis beserta 4 0 0 0


waktunya yang dilakukan selama shift

9 Menyebutkan tindakan medis yang 4 0 0 0


belum dilakukan selama shift

10 Menginformasikan kepada klien/ 0 2 2 0


keluarga nama perawat pada shift
berikutnya pada setiap akhir tugas

11 Memberi salam pada klien, keluarga 4 0 0 0


serta mengobservasi dan menginspeksi
keadaan klien, menanyakan keluhan-
keluhan klien (dalam rangka
klasifikasi)

JUMLAH 31 9 2 0

ΣN 93 18 2 0
Sumber: Data Primer Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul 06
Mei 2021

Persentase (%) = Nilai yang didapat x 100 %


Nilai keseluruhan(n)
= 113x 100%
132
= 85,6%
Analisis:
Berdasarkan data diatas presentasi pelaksanaan serah terima tugas jaga
keseluruhan adalah 85,6% dengan kategori baik. Adapun tugas yang belum
optimal yaitu: menginformasikan kepada klien/ keluarga nama perawat pada shift
berikutnya pada setiap akhir tugas, komunikasi antar pemberi tanggung jawab dan
penerima tanggung jawab dilakukan didepan pintu dengan suara pelan/ tidak
rebut.

h. Pelaksanaan Meeting Morning


Tabel 3.44
Pelaksanaan Meeting Morning
di Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul

NO VARIABEL YANG DINILAI Sll Srg Kdg Tdk

(3) (2) (1) (0)

1 KaRu menyiapkan tempat untuk 3 0 0 0


melakukan meeting morning

2 KaRu memberikan pengarahan pada 3 0 0 0


staf dengan materi yang telah disiapkan
sebelumnya

3 KaRu melakukan klarifikasi apa yang 3 0 0 0


telah disampaikan kepada staf

4 Memberikan kesempatan pada staf 3 0 0 0


untuk mengungkapkan permaslahan
yang muncul diruangan

5 Bersama staf mendiskusikan 3 0 0 0


pemecahan masalah yang dapat
ditempuh

6 KaRu memberi motifasi dan 3 0 0 0


reinforcement pada staf

JUMLAH 18

Sumber: Data Primer Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul 06


Mei 2021

Persentase (%) = Nilai yang didapat x 100 %


Nilai keseluruhan(n)
= 18 x 100%
18
= 100%
Analisis:
Berdasarkan data diatas dapat diketahahui, untuk kuesioner meeting morning
presentasi keseluruhannya adalah 100% dengan kategori baik.

i. Pelaksanaan Pre-Conference
Tabel 3.45
Pelaksanaan Pre-Conference
di Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul

NO VARIABEL YANG DINILAI Sll Srg Kdg Tdk

(3) (2) (1) (0)

1 Menyiapkan rungan/ tempat 4 0 0 0

2 Menyiapkan rekam medik klien yang 4 0 0 0


menjadi tanggung jawabnya

3 Menjelaskan tujuan dilakukannya pre 0 4 0 0


conference

4 Memandu pelaksanaan pre conference 3 1 0 0

5 Menjelaskan masalah keperawatan 3 1 0 0


klien, dan rencana keperawatan yang
menjadi tanggung jawabnya

6 Membagi tugas kepada AN sesuai 2 2 0 0


kemampuan yang dimiliki dengan
memperhatikan keseimbangan kerja

7 Mendiskusikan cara dan strategi 3 1 0 0


pelaksanaan asuhan klien/ tindakan

8 Memotifasi untuk memberikan 0 4 0 0


tanggapan dan penyelesaian masalah
yang sedang di diskusikan

9 Mengklarifikasi kesiapan AN untuk 4 0 0 0


melaksanakan asuhan keperawatan
kepada klien yang menjadi tanggung
jawabnya

10 Memberi reinforcement positif pada 2 2 0 0


AN

11 Menyimpulkan hasil pre conference 4 0 0

JUMLAH 29 15 0 0

ΣN 87 30 0 0

Sumber: Data Primer Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul


06 Mei 2021
Persentase (%) = Nilai yang didapat x 100 %
Nilai keseluruhan(n)
= 117 x 100 %
132
= 88,6%

Analisis:
Evaluasi pelaksanaan Pre Conference berdasarkan data diatas didapatkan data
sebesar 88,6% dengan kriteria baik. Adapun point yang belum dilakukan dengan
optimal adalah memotifasi untuk memberikan tanggapan dan penyelesaian
masalah yang sedang di diskusikan, memberi reinforcement positif pada AN,
mendiskusikan cara dan strategi pelaksanaan asuhan klien/ tindakan, membagi
tugas kepada AN sesuai kemampuan yang dimiliki dengan memperhatikan
keseimbangan kerja, menjelaskan masalah keperawatan klien dan rencana
keperawatan yang menjadi tanggung jawabnya, menjelaskan tujuan dilakukannya
pre conference, memandu pelaksanaan pre-conference.
j. Pelaksanaan Post-Conference
Tabel 3.46
Pelaksanaan Post-Conference
di Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul

NO VARIABEL YANG DINILAI Sll Srg Kdg Tdk


(3) (2) (1) (0)
1 Menyiapkan rungan/ tempat 4 0 0 0
2 Menyiapkan rekam medik klien yang 4 0 0 0
menjadi tanggung jawabnya
3 Menjelaskan tujuan dilakukannya post 0 3 1 0
conference
4 Menerima penjelasan dari AN tentang 3 1 0 0
hasil tindakan/ hasil asuhan
keperawatan yang telah di lakukan oleh
AN
5 Mendiskusikan masalah yang di 3 1 0 0
temukan dalam memberikan askep
klien dan mencari upaya penyelesaian
masalahnya
6 Memberi reinforcement pada AN 0 2 2 0
7 Menyimpulkan hasil post conference 4 0 0 0
8 Mengklarifikasi klien sebelum 4 0 0 0
melakukan operan tugas jaga sift jaga
berikutnya
JUMLAH 22 7 3 0
ΣN 66 14 1 0
Sumber: Data Primer Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul 06
Mei 2021
Persentase (%) = Nilai yang didapat x 100 %
Nilai keseluruhan(n)
= 81 x 100 %
96
= 84,4%

Analisis:
Pelaksanaan Post Conference berdasarkan data diatas sebesar 84,4% dengan
ketegori baik. Adapun nilai yang belum dilakukan secara optimal yaitu:
menjelaskan tujuan dilakukannya post conference, dan memberi reinforcement
pada AN.

k. Pelaksanaan Orientasi Pasien Baru


Tabel 3.47
Pelaksanaan Orientasi Pasien Baru
di Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul
No Kegiatan (n=4) Dilakukan
Ya Tidak
(2) (1)
A Pre Interaksi
1 Mengumpulkan data tentang klien 4 0
2 Membuat rencana pertemuan dengan klien 4 0
B Orientasi
1 Memberi salam dan tersenyum kepada 4 0
klien
2 Memperkenalkan nama diri 4 0
3 Menanyakan nama panggilan kesukaan 2 2
klien
4 Menanyakan perasaan klien 2 2
5 Menjelaskan peran perawat 3 1
6 Menjelaskan tugas perawat 4 0
7 Menjelaskan kegiatan (orientasi) yang 4 0
akan dilakukan
8 Menjelaskan tujuan kegiatan 4 0
9 Menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk 1 3
orientasi
10 Menjelaskan kerahasiaan 4 0
C Kerja
1 Menanyakan keluhan utama klien 4 0
2 Memberi kesempatan bertanya 4 0
3 Memulai dengan ajakan untuk 2 2
berkonsentrasi
4 Melakukan orientasi 4 0
D Materi
1 Mengorientasikan tentang fasilitas yang 4 0
ada diruangan
2 Mengorientasikan tentang cara 4 0
menggunakan fasilitas
3 Mengorientasikan tata tertib penggunaan 4 0
fasilitas ruang tunggu
4 Mengorientasikan tempat-tempat penting, 4
kamar mandi, ruang tunggu, ruang 0
konsultasi, ruang perawat, mushola, dll
E Terminasi
1 Menyimpulkan hasil kegiatan 4 0
2 Memberikan pujian positif 4 0
3 Merencanakan tindak lanjut kepada klien 4 0
4 Melakukan kontrak selanjutnya 4 0
5 Mengakhiri pertemuan dengan cara yang 4 0
baik dan tersenyum
JUMLAH 90 10
TOTAL 100
Sumber: Data Primer Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul 06
Mei 2021

Presentase (%) = Nilai yang didapat x 100 %


Nilai keseluruhan(n)
= 100 x 100%
200
= 50%
Analisis:
Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil bahwa orientasi pasien baru di ruang
Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul kurang dapat terlaksana dengan
optimal yakni dengan presentase 50%. Adapun tindakan perawat yang kurang
sesuai dengan SOP seperti: menanyakan nama panggilan kesukaan klien,
menanyakan perasaan klien, menjelaskan peran perawat, menjelaskan waktu yang
dibutuhkan untuk orientasi, dan memulai dengan ajakan untuk berkonsentrasi.

l. Pelaksanaan Pemberian Informasi Pasien Baru


Tabel 3.48
Pelaksanaan Pemberian Informasi Pasien Baru
di Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul
No Kegiatan (n=4) Dilakukan

Ya Tidak

(2) (1)
A Pre Interaksi

1 Mengumpulkan data tentang klien 1 3

2 Membuat rencana pertemuan dengan klien 4 0

B Orientasi

1 Memberi salam dan tersenyum kepada klien 4 0

2 Memperkenalkan nama diri 1 3

3 Menanyakan nama panggilan kesukaan klien 4 0

4 Menanyakan perasaan klien 2 2

5 Menjelaskan peran perawat 3 1

6 Menjelaskan tugas perawat 1 3

7 Menjelaskan kegiatan (orientasi) yang akan 1 3


dilakukan

8 Menjelaskan tujuan kegiatan 4 0

9 Menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk 4 0


orientasi

10 Menjelaskan kerahasiaan 1 3

C Kerja

1 Menanyakan keluhan utama klien 4 0

2 Memberi kesempatan bertanya 2 2

3 Memulai dengan ajakan untuk berkonsentrasi 1 3

4 Melakukan orientasi 1 3

D Materi

1 Menjelaskan hak klien/ keluarga 2 2

2 Menjelaskan kewajiban klien/ keluarga 2 2

3 Menjelaskan petugas yang akan merawat 4 0

4 Menjelaskan jadwal waktu konsultasi 1 3

5 Menjelaskan bahwa setiap hari akan 3 1


disampaikan catatan perkembangan dan rencana
perawatannya
6 Menjelaskan syarat pengurusan administrasi 4 0

7 Menjelaskan fasilitas yang ada diruangan 4 0

8 Mendemonstrasikan cara penggunaan fasilitas 4 0


yang ada diruangan

9 Menjelaskan tata tertib kamar tunggu 4 0

10 Memberitahukan tempat-tempat penting 4 0

11 Menjelaskan denah ruangan 3 1

12 Memulai discharge planning 0 4

13 Menandatangani surat pernyataan 1 3

E Terminasi

1 Menyimpulkan hasil kegiatan 4 0

2 Memberikan pujian positif 4 0

3 Merencanakan tindak lanjut kepada klien 4 0

4 Melakukan kontrak selanjutnya 4 0

5 Mengakhiri pertemuan dengan cara yang baik 4 0


dan tersenyum

JUMLAH 88 44

TOTAL 132

Sumber: Data Primer Ruang Bougenville RSUD Panembahan


Senopati Bantul 06 Mei 2021

Persentase (%) = Nilai yang didapat x 100 %


Nilai keseluruhan(n)
= 88 x 100%
132
= 66,6%
Analisis:
Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil bahwa pemberian informasi
pasien baru di ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul
belum terlaksana secara maksimal dengan presentase 66,6% dalam kriteria
cukup baik. Adapun tindakan perawat yang kurang sesuai dengan SOP
seperti tidak memperkenalkan diri, tidak menjelaskan peran perawat, tidak
menjelaskan tugas perawat, tidak memulai discharge planning.

m. Pelaksaan Discharge Planning


Tabel 3.49
Pelaksaan Discharge Planning
di Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul

No Kegiatan (n:4) Dilakukan


Ya Tidak
(2) (1)
A Pre Interaksi

1 Mengumpulkan data tentang klien 4 0

2 Membuat rencana pertemuan dengan klien 3 1

B Orientasi

1 Memberi salam dan tersenyum kepada klien 4 0

2 Memperkenalkan nama diri 3 1

3 Menanyakan nama panggilan kesukaan klien 2 2

4 Menanyakan perasaan klien 3 1

5 Menjelaskan peran perawat 2 2

6 Menjelaskan tugas perawat 2 2

7 Menjelaskan kegiatan (orientasi) yang akan dilakukan 4 0

8 Menjelaskan tujuan kegiatan 4 0

9 Menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk orientasi 3 1

10 Menjelaskan kerahasiaan 4 0

C Kerja
1 Menanyakan keluhan utama klien 4 0

2 Memberi kesempatan bertanya 4 0

3 Memulai dengan ajakan untuk berkonsentrasi 2 2

4 Melakukan orientasi 4 0

D Materi

1 Menjelaskan informasi mengenai penyakit 4 0

2 Menjelaskan informasi mengenai penyebab penyakit 3 1

3 Menjelaskan informasi mengenai tanda dan gejala 3 1


penyakit

4 Menjelaskan informasi mengenai cara perawatan 4 0


dirumah

5 Menjelaskan informasi mengenai cara pemberian obat 4 0

6 Menjelaskan informasi mengenai cara pencegahan 3 1


penyakit dan infeksi

7 Menjelaskan informasi mengenai program pengobatan 4 0


lanjutan

8 Menjelaskan informasi mengenai nutrisi yang sesuai 4 0


dengan program diet

9 Menjelaskan informasi mengenai aktifitas dan 4 0


istirahat

10 Menjelaskan informasi mengenai control : waktu, 4 0


tempat, cara control, persiapan control

E Terminasi

1 Menyimpulkan hasil kegiatan 3 1

2 Memberikan pujian positif 4 0

3 Merencanakan tindak lanjut kepada klien 4 0

4 Melakukan kontrak selanjutnya 4 0

5 Mengakhiri pertemuan dengan cara yang baik dan 4 0


tersenyum
JUMLAH 108 16
TOTAL 124

Sumber: Data Primer Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul 06


Mei 2021

Persentase (%) = Nilai yang didapat x 100 %


Nilai keseluruhan(n)
= 108 x 100%
124
= 87,0%

Analisis:
Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil bahwa pelaksanaan discharge planning
di ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul dapat terlaksana cukup
baik dengan presentase 87,0% dalam kriteria baik. Adapun nilai yang belum
optimal yaitu: membuat rencana pertemuan dengan klien, memperkenalkan nama
diri, menanyakan nama panggilan kesukaan klien, menanyakan perasaan klien,
menjelaskan peran dan tugas perawat, menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk
orientasi, memulai dengan ajakan untuk berkonsentrasi, menjelaskan informasi
mengenai penyebab penyakit, menjelaskan informasi mengenai tanda dan gejala
penyakit, menjelaskan informasi mengenai cara pencegahan penyakit dan infeksi,
dan menyimpulkan hasil kegiatan.

n. Pelaksanaan 9 Patient Safety


Tabel 3.50
Pelaksanaan 9 Patient Safety
di Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul

No Komponen Yang Dinilai (n:4) Pelaksanaan


Ya Tidak
(2) (1)
1 Perhatikan nama obat, rupa, dan ucapan mirip (Norum)
a. Perawat memberi obat sesuai dengan prinsip 7 benar 4
b. Perawat melakukan pendokumentasian setelah memberi obat 4
c. Obat disusun perklien pada tempatnya masing-masing 4
d. Dokumentasi berlapis 4
e. Adanya pencatatan obat masuk dan keluar 4
f. Memastikan resep obat yang diterima dan obat yang diberikan 4
sama
g. Ada pedoman pengelolaan obat 4
h. Ada SOP pemberian obat (IM, IV, SC) 4
2 Pastikan identifikasi klien
a. Perawat menuliskan no CM setiap klien dengan lengkap dan 4
jelas
b. Semua dokumen mengenai klien diisi dengan lengkap dan 4
jelas
c. Status klien terpisah antara 1 klien dengan klien yang lain 4
d. Memanggil nama klien pada saat mau memberikan asuhan 4
keperawatan
3 Komunikasi secara benar saat serah terima/operan klien
a. Menyebutkan identitas klien, diagnose medis, diagnose 2 2
keperawatan, tindakan keperawatan yang telah dilakukan
serta waktu pelaksanaan.
b. Menginformasikan jenis dan waktu rencana tindakan yang 4
belum dilakukan
c. Menyebutkan perkembangan klien yang ada selama shift 4
d. Menyebutkan terapi dan tindakan medis beserta waktunya 4
e. Menyebutkan tindakan medis yang belum dilakukan selama 3 1
shift
4 Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar sebelum
tindakan operasi (misalnya pengendalian jaringan), tempat atau
sisi tubuh diberi tanda
a. Ada dokmentasi tindakan di status klien 4
b. Memastikan data pada catatan keperawatan sebelum 4
melakukan tindakan
c. Memberikan terapi sesuai dengan program pengobatan 4
5 Kendalikan cairan elektrolit pekat (konsentrat)
a. Ada dokumentasi mengenai pemberian cairan 4
b. Perawat mengecek program terapi sebelum memberikan 4
terapi cairan pada klien
c. Perawat memprogram pemberian cairan elektrolit pekat TDD
sesuai aturan pemberian
d. Perawat memonitor reaksi pemberian cairan 4
e. Perawat menggunakan alat yang tepat dalam pemberian 4
cairan
f. Perawat mengatur tetesan infus atau hasil perhitungan sesuai 4
dengan order
g. Perawat menuliskan catatan pemberian infus secara terperinci 3 1
(tanggal, jam, dan macam cairan)
6 Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan
a. Ada dokumentasi tentang obat-obatan yang sudah diberikan 4
dan waktu pemberiannya
b. Ada dokumentasi serah terima klien 4
c. Perawat mengisi catatan perkembangan keadaan klien saat ini 4
dengan jelas
7 Hindari salah kateter, salah sambung selang (tube)
a. Perawat mengecek order adanya pemberian tindakan TDD
misalnya pemasangan kateter atau NGT
b. Sebelum melakukan tindakan ada persetujuan klien dan 4
keluarga
c. Perawat memastikan selang kateter atau selang NGT sesuai 4
dengan ukurannya
d. Perawat menggunakan alat yang steril 4
e. Perawat memastikan bahwa selang masuk kedalam kandung 4
kemih
f. Perawat memastikan balon sudah terfiksasi 4
g. Perawat melakukan tindakan pemasangan secara atraumatik 4
8 Gunakan alat injeksi sekali pakai
a. Perawat mengecek program pemberian obat dalam catatan 4
perawatan
b. Satu spuit digunakan satu kali pakai untuk satu obat 4
c. Perawat memastikan bahwa spuit dibuang di tempat sampah 4
medis
d. Perawat membuang spuit dalam keadaan tertutup 4
9 Tingkatkan kebersihan tangan untuk pencegahan inos
a. Perawat mencuci tangan sebelum melakukan tindakan 3 1
b. Perawat mencuci tangan sesudah melakukan tindakan 4
c. Perawat mencuci tangan menggunakan antiseptik 4
d. Perawat mencuci tangan dengan teknik yang benar 4
e. Ada pedoman mengenai cuci tangan yang benar 4
JUMLAH 171 5
Sumber: Data Primer Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul 06
Mei 2021

Persentase (%) = Nilai yang didapat x 100 %


Nilai keseluruhan(n)
= 171 x 100%
176
= 96,0%
Analisis:
Berdasarkan tabel diatas pelaksanaan 9 patient safety di ruang rawat inap
Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta dikatagorikan baik
dengan presentase 96,0%. Adapun tindakan perawat yang kurang optimal dalam
mematuhi SOP antara lain: menyebutkan tindakan medis yang belum dilakukan
selama shift, menyebutkan (diagnose medis, diagnose keperawatan, tindakan
keperawatan yang telah dilakukan serta waktu pelaksanaan), perawat menuliskan
catatan pemberian infus secara terperinci (tanggal, jam, dan macam cairan), dan
perawat mencuci tangan sebelum melakukan tindakan.
o. Pelaksanaan Kajian Actuating
Tabel 3.51
Pelaksanaan Kajian Actuating
di Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul

No Standar Dilakukan Data Keterangan


Ya Tidak
(2) (1)
1 Pengarahan √ Observasi dan Seluruh
wawancara perawat di
2 Supervisi staf √ ruang
3 Koordinasi √ bougenville

4 Orientasi staf √

5 Orientasi mahasiswa praktik √

6 Orientasi klien/ keluarga √

7 Memobilisasi sumber daya √


yang ada untuk mencapai
tujuan
8 Memberi motifasi pada √

9 anggota √

10 Membuat keputusan √

11 Memanajemen konflik √ Koordinator


tim ataupun
12 Menelaah kemampuan √ PN/PJ yang
individu bertugas
13 √
Membimbing tenaga
keperawatan

Mengadakan pertemuan
berkala atau sewaktu-waktu
dengan staf keperawatan dan
petugas lain yang bertugas √ Seluruh
14
diruang rawatnya perawat di
ruang
Memberi kesempatan atau bougenville
15 √
izin kepada staf keperawatan
Mengupayakan pengadaan
peralatan dan obat-obatan
16 √
Mendampingi visite dokter
dan mencatat instruksi dokte
17 Mengelompokkan klien dan
mengatur penempatannya
diruang rawat menurut tingkat
kegawatan, infeksi atau non √
infeksi untuk kelancaran
pemberian asuhan
keperawatan
18 Mengendalikan kualitas O
system pencatatan dan
pelaporan asuhan
keperawatan

19 Meneliti pengisian formulir


√ Dokter/peraw
sensus harian klien diruang
at/tim ahli
rawat
gizi
20 Meneliti dan memeriksa √
pengisisan daftar permintaan
makanan klien berdasarkan
macam dan jenis makan klien
21 Menyiapkan berkas catatan √
medic klien Seluruh
perawat di
22 Membimbing siswa/ √
ruang
mahasiswa keperawatan yang
bougenville
menggunakan ruang rawatnya
sebagai bahan praktek
23 Memberi penyuluhan √
kesehatan
24 √
Melakukan serah terima klien
dan lain-lain pada saat
pergantian dinas

Jumlah 46 1

Sumber: Data Primer Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul 06


Mei 2021
Persentase (%) = Nilai yang didapat x 100 %
Nilai keseluruhan(n)

= 47 x 100%
48
= 97%
Analisa:
Dari data di atas didapatkan nilai kajian actuating sebesar 96% dengan kategori
baik. Adapun item yang belum optimal dilakukan yaitu: mengendalikan kualitas
system pencatatan dan pelaporan asuhan keperawatan.

p. Pelaksanaan Kajian Controling


Tabel 3.52
Pelaksanaan Kajian Controling
di Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul

No Standar Dilakukan Data Keterangan


Ya Tidak
(2) (1)
1 Pengawasan langsung √ Observasi dan
melalui inspeksi wawancara
2 Pengawasan langsung √
melalui laporan
langsung secara lisan
3 Pengawasan langsung √
melalui laporan tertulis
4 Pengawasan kelemahan √
yang ada
5 Pengawasan tidak √
langsung dengan
mengecek daftar hadir
yang ada
6 Pengawasan tidak √
langsung dengan
membaca dan
memeriksa rencana
keperawatan
7 Pengawasan dengan √
mendengar laporan dari
PN mengenai
pelaksanaan tugas
8 Evaluasi upaya √
pelaksanaan
9 Membandingkan √
dengan rencana
keperawatan yang telah
disusun bersama PN
10 Pengawasan yang
dilakukan oleh kepala
ruang :

a. Sosialisasi √
kebijakan
b. Mengatur dan
mengendalikan √
pelaksanaan
kebijakan
c. Mengecek
kelengkapan √
inventaris
peralatan
d. Mengecek obat-
obatan yang √
tersedia
e. Melakukan
supervisi

f. Menilai
pelaksanaan
asuahan
keperawatan √
yang telah
ditentukan
g. Menilai siswa/
mahasiswa √
keperawatan
h. Melakukan
penilaian kinerja
tenaga √
keperawatan
i. Menilai mutu
asuhan
keperawatan
sesuai standar √
yang berlaku
secara mandiri
atau koordinasi
dengan tim
pengendalian
mutu asuhan
keperawatan
Jumlah 36

Sumber: Data Primer Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul 06


Mei 2021

Persentase (%) = Nilai yang didapat x 100 %


Nilai keseluruhan(n)

= 36 x 100%
36
= 100%
Analisis:
Dari tabel diatas bahwa kajian controlling yang dilakukan oleh Karu mendapatkan
hasil 100% dengan kategori baik.

3. Proses Pengorganisasian Pelaksanaan Asuhan Keperawatan


a. Organizing Proses Bimbingan PKK
Tabel 3.53
Organizing Proses Bimbingan PKK
di Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul

No Standar Dilakukan Metode Keterangan


Ya Tidak
(2) (1)
1 Adanya serah teirma √ Observasi
peserta didik dan
wawancara
2 Penetapan pembimbing √
PKK sesuai kriteria yang
ditetapkan
3 Penjelasan pelaksanaan √
PKK
4 Pembagian jadwal dinas √
5 Penentuan sanksi bagi √
peserta didik
6 Adanya proses bimbingan √
dari pembimbing PKK
sesuai dengan ketentuan

Jumlah 12

Sumber: Data Primer Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul 06


Mei 2021

Persentase (%) = Nilai yang didapat x 100 %


Nilai keseluruhan(n)

= 12 x 100%
12
= 100%

Analisis :
Berdasarkan tabel di atas didapatkan data kajian organizing proses bimbingan
PKK keperawatan dengan persentase 100% dan termasuk kategori bimbingan
baik.

b. Actuating Proses Bimbingan PKK


Tabel 3.54
Actuating Proses Bimbingan PKK
di Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul

No Standar Dilakukan Metode Keterangan


Ya Tidak
(2) (1)
1 Pengarahan dilakukan Observasi
sesuai dengan metode dan
bimbingan yang dilakukan wawancara
:
a. Pre dan post
conference √
b. Ronde keperawatan
c. Bedside teaching √
d. Diskusi


2 Monitoring kehadiran √
3 Monitoring kompetensi √
peserta didik
4 Bimbingan pelaksanaan √
tindakan keperawatan :
laporan individu

Jumlah 14

Sumber: Data Primer Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul 06


Mei 2021

Persentase (%) = Nilai yang didapat x 100 %


Nilai keseluruhan(n)

= 14 x 100%
14
= 100%

Analisis:
Berdasarkan dari tabel di atas didapatkan data kajian actuating proses bimbingan
PKK keperawatan dengan persentase 100% dan termasuk kategori bimbingan
baik.

c. Controling Proses Bimbingan PKK


Tabel 3.55
Controling Proses Bimbingan PKK
di Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul

No Standar Dilakukan Metode Keterangan


Ya Tidak
(2) (1)
1 Memonitor pelaksanaan
dinas peserta didik :

a. Tata tertib
b. Observasi √
c. Reward dan
punishment √


2 Mengetahui kasus klien √
kelolaan peserta didik
3 Mengecek dokumnetasi √
distatus klien kelolaan
peserta didik
4 Memberikan teguran bila √
terjadi pelanggaran

Jumlah 12

Sumber: Data Primer Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul 06


Mei 2021

Persentase (%) = Nilai yang didapat x 100 %


Nilai keseluruhan(n)
= 12 x 100%
12
= 100%
Analisis :
Berdasarkan dari tabel di atas didapatkan data kajian controling proses bimbingan
PKK keperawatan dengan persentase 100% dan termasuk kategori bimbingan
baik.

d. Planning Proses Bimbingan PKK


Tabel 3.56
Planning Proses Bimbingan PKK
di Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul

No Standar Dilakukan Metode Keterangan


Ya Tidak
(2) (1)
1 Pemberitahuan dari institusi √
kelahan praktek sebelum praktek
dengan kerangka acuan lengkap

2 Penentuan lokasi praktek sesuai √


dengan kompetensi yang ingin
dicapai

3 Penerimaan dan orientasi √


mahasiswa

4 Orientasi tugas √

5 Penyiapan pembimbing PKK √

Jumlah 10

Sumber: Data Primer Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul 06


Mei 2021

Persentase (%) = Nilai yang didapat x 100 %


Nilai keseluruhan(n)

= 10 x 100%
10
= 100%
Analisis:
Berdasarkan dari tabel di atas didapatkan data kajian planning proses bimbingan
PKK keperawatan dengan persentase 100% dengan kategori baik.

e. Format Standar Penilaian Untuk Pembimbing Klinik


Tabel 3.57
Format Standar Penilaian Untuk Pembimbing Klinik
di Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul

No Pernyataan Jawaban
Ya Tidak
(2) (1)
1 Pembimbing PKK selalu mengadakan orientasi √
ruangan

2 Mengadakan pre dan post conference √

3 Menguasai materi dan tindakan yang akan √


dipandunya

4 Selalu menyediakan waktu untuk membimbing √

5 Mengikut sertakan peserta didik dalam kegiatan √


asuhan keperawatan

6 Memberikan contoh pelaksanaan prosedur yang √


benar (bed side teaching)

7 Mengarahkan dan membimbing peserta didik dalam √


pencapaian target kompetensi

8 Memotifasi minat dan semangat belajar untuk √


meningakatkan kemampuan peserta didik

9 Memonitor pelaksanaan praktek yang meliputi : √


kemampuan peserta dan ketaatan peserta didik
dalam mematuhi aturan RS dan institusi pendidikan

10 Melakukan ronde keperawatan √

11 Melakukan evaluasi bimbingan praktek (kognitif, √


afektif, psikomotorik)

12 Memeriksa dan memberikan penialaian yang dibuat √


peserta didik
13 Memberikan bimbingan kepada peserta didik √
minimal 2 kali dalam satu minggunya

14 Memberikan umpan balik kepada peserta didik √

JUMLAH 14

Sumber Data Primer Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul


2021

Persentase (%) = Nilai yang didapat x 100 %


Nilai keseluruhan(n)

= 14 x 100%
14
= 100%
Analisis :
Berdasarkan dari tabel di atas terkait penilaiian untuk pembimbing PKK
didapatkan hasil 100% dengan kategori baik.

C. Unsur Output
Output (hasil) dari suatu pekerjaan dikendalikan agar memenuhi keinginan
(standar) yang telah ditetapkan. Pengendalian difokuskan pada proses yaitu
pelaksanaan asuhan keperawatan dan pada output (hasil) yaitu kepuasan
pelanggan, keluarga, perawat dan dokter. Indikator mutu yang merupakan
output adalah BOR, LOS, TOI, dan Audit dokumentasi keperawatan.
Kepala ruangan akan membuat laporan hasil kerja bulanan tentang semua
kegiatan yang dilakukan (proses evaluasi = audit proses) terkait dengan
MPKP. Data tentang indikator mutu dapat bekerjasama dengan tim rumah
sakit atau ruangan membuat sendiri. Audit dokumentasi keperawatan
dilakukan pada rekam medik yang pulang atau yang sedang dirawat lalu
dibuat rekapitulasinya untuk ruangan.
Survey masalah pasien yang diambil dari pasien baru yang dirawat pada
bulan yang bersangkutan untuk menganalisa apakah ada masalah baru yang
belum dibuat standar asuhannya. Indikator-indikator pelayanan rumah sakit
dapat dipakai untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi
pelayanan rumah sakit. Indikator-indikator berikut bersumber dari sensus
harian rawat inap. Pada pelaksanaan MPKP kegiatan pengendalian diterapkan
dalam bentuk kegiatan pengukuran :

1. Efisiensi Ruang Rawat


Penilaian efisiensi pelayanan berkaitan dengan pemanfaatan tempat
tidur yang tersedia di rumah sakit, serta efisiensi pemanfaatan penunjang
medis rumah sakit, untuk menilai efisiensi rumah sakit, dapat
menggunakan standar DEPKES tahun 2005 satu prasyaratan penilaian
oleh Tim Akreditasi Rumah Sakit (KARS) dengan menggunakan empat
parameter yaitu Bed Occupancy Ratio (BOR), Length Of Stay (LOS), Turn
Over interval (TOI) dan Bed Turn Over (BTO) (Hatta, 2010).

Tabel 3.58
Indikator Efisiensi Ruang

No Indikator Standar Depkes Standar Barber Johnson

1 BOR 60-85% 75-85%


2 LOS 6-9 Hari 3-12 Hari
3 TOI 1-3 Hari 1-3 Hari
4 BTO 40-50Kali 30 Pasien

Berdasarkan hasil pengkajian di ruang Bougenville efisiensi pelayaan


meliputi 4 indikator mutu pelayanan kesehatan yang meliputi (BOR, LOS,
TOI, BTO).
a. Kajian data
1) Bed Occupancy Rate (BOR)
Penghitungan pemakaian Tempat Tidur yang digunakan untuk
melihat berapa banyak tempat tidur di rumah sakit atau suatu
ruangan yang digunakan pasien dalam suatu waktu tertentu.
Standar depkes adalah sekitar (60-85%).
Rumus BOR

BOR=
Perhitungan BOR Setiap Bulan selama 3 Bulan Terdahulu
Lama Hari Perawatan Bulan Februari dari tanggal 1-28 = 516
Lama Hari Perawatan Bulan Maret dari tanggal 1-31 = 558
Lama Hari Perawatan Bulan April dari tanggal 1-30 = 614
Jumlah Tempat Tidur = 24 TT
Perhitungan BOR
 Februari

BOR =

= 76,79%
 Maret

BOR =

= 75%
 April

BOR =
=

= 85,28%

2) Lenght Of Stay (LOS)


Rata - rata lama rawat seorang pasien, indikator ini disamping
memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan
gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis
tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih
lanjut. Secara umum nilai LOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes,
2005).
Rumus LOS

LOS =

Pasien keluar hidup dan mati bulan Februari dari tanggal 1-28 =
169
Pasien keluar hidup dan mati bulan Maret dari tanggal 1-31 = 195
Pasien keluar hidup dan mati bulan April dari tanggal 1-30 = 222
Lama dirawat bulan Februari dari tanggal 1-28 = 726
Lama dirawat bulan Maret dari tanggal 1-31 = 767
Lama dirawat bulan April dari tanggal 1-30 = 838
Perhitungan LOS
 Februari

LOS =

= 4,30 hari
 Maret

LOS =

= 3,93 hari
 April

LOS =

= 3,77 hari

c) Turn Over Interval (TOI)


TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana
tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi
berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi
penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi
pada kisaran 1-3 hari.

Rumus TOI

TOI =

Perhitungan TOI
 Februari

TOI =

=
=

= 0,92 hari
 Maret

TOI =

= 0,95 hari
 April

TOI =

= 0,48 hari
d) Bed Turn Over (BTO)
BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian
tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai
dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu
tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.
Rumus BTO

BTO =
Perhitungan BTO
 Februari

BTO =

= 7,04kali

 Maret

BTO =

= 8,13 kali
 April

BTO =

= 9,25 kali

Tabel 3.59
Efisiensi Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul
Indikator
Bulan
BOR LOS TOI BTO

Februari 76.79 4.3 0.92 7.04

Maret 75 3.93 0.95 8.13

April 85.28 3.77 0.48 9.25


Rata-rata 79 4 0,78 8.14

Sumber :Buku Register Bangsal Bougenville Bulan Januari-Maret


2021 RSUD Panembahan Senopai Bantul
Keterangan :
Berdasarkan tabel 3.6 diatas, didapatkan data BOR 79%, LOS 4 hari,
TOI 0,78 hari, BTO 8,14 kali.
2. BOR 79% yang berarti Normal sesuai dengan standar dari Depkes
dengan nilai normal 60 – 85 %.
3. LOS 4 hari berarti kurang dari standar Depkes yaitu 6 -9 hari.
4. TOI 0,78 hari berarti kurang dari standar Depkes yaitu 1 – 3 hari.
5. BTO 8,14 kali berarti kurang dari standar Depkes yaitu 40-50 kali
Grafik 3.4
Perhitungan BOR, LOS, TOI, BTO Berdasarkan Jumlah Pasien
Periode Februari -April 2021 Ruang Rawat Inap Bougenvile

Grafik 3.5
Grafik Barber Johnson
Di Ruang Rawat Inap Bougenvile RSUD Panembahan Senopati Bantul
Bulan Februari -April 2021
Analisis data :
a. Berdasarkan tabel indikator BOR (pemakaian tempat tidur) di ruang
Bougenville rata-rata pada bulan Februari-April 2021 adalah 79%.
Dengan demikian, pemakaian tempat tidur di ruangan rawat
Bougenville sudah efisien, sesuai dengan standar depkes yaitu 60-
85%. berdasarkan standar barber jonhson sudah efisien yaitu 75-
85%. Kesimpulan indikator BOR (pemakaian tempat tidur) di ruang
Bougenville pada bulan Februari-April sudah efisien. Berdasarkan
tabel indikator LOS (lama rata-rata hari perawatan) pasien di
ruangan rawat Bougenville rata-rata pada bulan Februari-April 2021
adalah 4 hari. Hal ini menunjukkan bahwa lama rata-rata hari
perawatan di ruang rawat Bougenville belum sesuai dengan standar
standar depkes 6-9 Hari. Namun sudah sesuai dengan standar
barber Jonhson dengan standar 3-12 Hari. Sehingga dapat di
katakan bahwa perawatan di ruang Bougenville sudah efisien dan
dapat terus di pertahankan dan terus di monitoring agar tidak ada
penurunan dikarenakan perawatan pre dan post operasi tidak
memerlukan waktu yang lama.
b. Berdasarkan tabel Indikator TOI (waktu rata-rata tempat tidur
kosong) di ruang Bougenville pada bulan Februari-April 2021
adalah 0,78 hari. Hal ini menunjukkan waktu tempat tidur di
ruangan Bougenville melebihi efisien karena lebih rendah dari
standar Depkes yaitu 1-3 Hari.
c. Berdasarkan tabel Indikator BTO (frekuensi pemakaian tempat
tidur) di ruang Bougenville pada bulan Februari-April 2021 adalah
8,14 kali. Hal ini menunjukkan frekuensi pemakaian tempat tidur di
ruang Bougenville masih sangat rendah bila dibandingkan dengan
standar Depkes yaitu 40-50 kali. Dikarenakan mobilisasi di ruang
Bougenville dengan perawatan yang lebih cepat rata-rata 1-3 hari
sehingga dapat terus di pertahankan dan terus di monitoring agar
tidak ada penurunan.

2. Mutu Asuhan Keperawatan


a. Penerapan Standar Asuhan Keperawatan
Tabel 3.59
Nilai Rata-rata Instrumen A di Ruang Bougenville

No Aspek yang dinilai Hasil (%) Keterangan

1 Pengkajian 91,25% 1. Penulisan Identitas Pasien Ditulis


Secara Lengkap, Baik Di Pojok
Rekam Medis Ataupun Diformat
Pengkajian.
2. Pencatatan Data Dikaji Sesuai
Dengan Pedoman Pengkajian.
3. Data Dikaji Dari Pasien Masuk
Sampai Pulang.
4. Grafik Suhu, Nadi, Tekanan
Darah, Dan Respirasi Rate  Terisi
Lengkap.
5. Pengkajian Awal Masuk
Diruangan Rawat Inap Dilakukan
Pencatatan
6. Dilakukan Pengkajian Resiko
Jatuh.
7. Perumusan Masalah Keperawatan
Sesuai Dengan Data Yang Ada
Dipengkajian Yang Telah
Dituliskan.
8. Penulisan Tanggal, Jam, Paraf
Dan Nama Terang Perawat
Tertulis Dengan Jelas.
2 Diagnosa 80% 1. Diagnosa yang dibuat berdasarkan
masalah yang dirumuskan.
2. Diagnosa meliputi aktual, resiko
dan kolaborasi sesuai dengan
urutan  dengan disertai penulisan
data subyektif dan obyektif pada
masing masing diagnosa.
3. Identitas pasien, tanggal, jam ,
paraf dan nama terang tertulis
dengan jelas.
3 Rencana tindakan 92% 1. Diagnosa yang dibuat berdasarkan
masalah yang dirumuskan.
2. Diagnosa meliputi aktual, resiko
dan kolaborasi sesuai dengan
urutan  dengan disertai penulisan
data subyektif dan obyektif pada
masing masing diagnosa.
3. Identitas pasien, tanggal, jam ,
paraf dan nama terang tertulis
dengan jelas.
4. Rencana Keperawatan
5. Rencana keperawatan sesuai
diagnosa dengan
mempertimbangkan SMART
(spesifik, bisa diukur, bisa dicapai,
bisa pertanggungjawabkan).
6. Nursing outcome telah
mencantumkan waktu yang
ditargetkan dan kriteria hasil.
7. Rencana tindakan telah mengacu
pada tujuan dengan kalimat
perintah yang rinci dan jelas.
8. Rencana tindakan terdiri dari
tindakan observasi, nursing care
dan edukasi.
9. Dalam perencanaan terdapat
rencana untuk kolaborasi dengan
tim kesehatan lain.
4 Tindakan 85,7% 1. Tindakan mengacu pada rencanan
keperawatan keperawatan
2. Perawat mengobservasi respon
pasien terhadap tindakan
keperawatan
3. Semua tindakan yang
dilaksanakan dicatat dengan jelas.
4. Monitoring resiko jatuh terisi.
5. Terdapat pengisian di lembar
edukasi oleh perawat dengan
materi yang tertulis jelas.
6. Pendidikan pasien terisi dan
identitas pasien, tanggal, jam,
paraf serta nama terang tercatat
dengan jelas.
5 Evaluasi 100% 1. Evaluasi berdasarkan pada tujuan
dan tercacatat dalam catatan
integrasi dengan SOAP
2. Tertulis tanggal, jam, paraf dan
nama terang dengan jelas
6 Catatan asuhan 96,6% 1. Semua format sudah dibakukan.
keperawatan 2. Pencatatan ditulis dengan jelas,
istilah yang digunakan baku dan
benar, penggunaan singkatan
adalah yang sudah dibakukan oleh
RS dan penulisan kata/kalimat
juga kalimat/kata bahasa yang
sesuai dengan EYD.
3. Berkas catatan keperawatan
disimpan sesuai ketentuan yang
berlaku (sesuai urutan dalam
petunjuk penyusunan format
rekam medis ) sesuai ketentuan
RS.
Rata-rata(%) 90,92%

Sumber :Data Primer Ruang Bougenville Bulan Februari - April 2021


RSUD Panembahan Senopai Bantul.
Analisis :

Dari data diatas didapatkan hasil total standart asuhan keperawatan (SAK)
sebanyak 90,92 % atau sudah baik.
b. Penerapan Standar Asuhan Keperawatan

Tabel 3.60
Instrumen B (Kepuasan Pasien)

NO PERTANYAAN YA TIDA TIDA


(2) K K
(1) SESU
AI
(0)
1 Apakah perawat selalu memperkenalkan diri ? 5
2 Apakah perawat memanggil nama anda dengan 5
benar pada saat perawat bertemu pertama kali
dengan anda?
3 Apakah perawat melihat nama di gelang identitas 5
anda sebelum melakukan tindakan pada anda ?
( menggantikan cairan infus, memberikan
suntikan, merawat luka, mengukur suhu, tekanan
darah atau tindakan lainnya )
4 Apakah ada larangan merokok di ruangan? 5
5 Apakah perawat menanyakan bagaimana nafsu 4 1
makan pasien ?
6 Apakah perawat menanyakan/memperhatikan 4 1
berapa jumlah makanan dan minuman yang biasa
pasien habiskan ?
7 Apakah ruangan selalu dijaga kebersihannya 5
dengan disapu dan dipel setiap hari ?
8 Apakah lantai kamar mandi/WC selalu bersih, 5
tidak licin, tidak berbau, cukup terang ?
9 Apakah alat- alat tenun seperti sprei, selimut dll 5
diganti setiap kotor ?
10 Apakah perawat memberikan penjelasan tentang 3 1 1
fasilitas yang tersedia dan cara penggunaannya,
peraturan/tata tertib yang berlaku di rumah sakit ?
11 Selama pasien dalam perawatan apakah perawat 5
mengawasi keadaan pasien secara teratur pagi,
sore, maupun malam hari?
12 Selama pasien dalam perawatan apakah perawat 5
segera memberi bantuan bila diperlukan ?
13 Apakah perawat bersikap ramah, sopan ? 5
14 Apakah anda/pasien mengetahui perawat yang 1 4
bertanggung jawab setiap kali penggantian dinas ?
15 Apakah perawat selalu memberi penjelasan 5
sebelum melakukan tindakan
perawatan/pengobatan ?
16 Apakah perawat selalu bersedia mendengarkan 5
dan memperhatikan setiap keluhan anda/pasien ?
17 Apakah perawat membantu menyiapkan / 5
meminumkan obat ?
18 Apabila anda/pasien tidak mampu makan 1 2 2
sendiri apakah perawat membantu menyuapi*
19 Pada saat anda/pasien dipasang infus, apakah 4 1
perawat selalu memeriksa cairan/tetesannya dan
area sekitar pemasangan infuse*
20 Apabila anda/pasien mengalami kesulitan buang 4 1
air besar apakah perawat menganjurkan makan
buah dan sayuran, minum cukup, banyak
bergerak.
21 Pada saat perawat membantu anda/pasien waktu 3 2
buang air besar-buang air kecil, apakah perawat,
memasang sampiran/selimut, menutup
pintu/jendela, mempersilahkan pengunjung keluar
ruangan*
22 Selama anda/pasien belum mampu mandi 1 1 3
(dalam keadaan istirahat total) apakah
dimandikan oleh perawat*
23 Apakah perawat pernah memberikan penjelasan 5
akibat dari : kurang gerak, berbaring terlalu lama*
24 Selama anda/pasien dirawat, apakah diberikan 5
penjelasan tentang perawatan / pengobatan /
pemeriksaan lanjutan setelah anda/pasien
diperbolehkan pulang*
Jumlah 100 10 10
ΣN 200 10 0

Sumber :Data Sekunder Ruang Bougenville 2020 RSUD Panembahan


Senopai Bantul

Jumlah Keseluruhan
Nilai = -----------------------------------------------x100%
Nilai Keseluruhan

210
Nilai = ---------------x100%
240
= 87,5 %

Kategori :
76-100 : Baik
56-75 : Cukup baik (Berdasarkan Arikunto,2013)
<56 : Kurang
Analisis:
1. Dari kuesioner yang dibagikan didapatkan presentasi kepuasan pasien
adalah 87,5%. Angka ini sudah tergolong kedalam kategori baik.
2. Dari 5 responden yang mengisi kuesioner tersebut, jawaban “Tidak”
paling banyak terdapat pada item nomer 14 terkait pertanyaan ”Apakah
anda/pasien mengetahui perawat yang bertanggung jawab setiap kali
penggantian dinas?” dari pertanyaan tersebut terdapat 4 orang yang
menjawab “Tidak”. Berdasarkan data ini, dapat diketahui masih banyak
bidan/perawat di ruang Bougenville yang belum menjalankan SPO
tindakan perawatan dengan benar sesuai SPO yang telah disediakan
rumah sakit. Oleh karenanya, sangat perlu kesadaran diri dari setiap
perawat/bidan di ruang Bougenville untuk dapat menjalankan tindakan
perawatan apapun sesuai SPO. Dan untuk kepala ruang agar tidak bosan-
bosan mengingatkan perawat di ruang Bougenville agar menjalankan
tugas sesuai SPO yang telah tersedia.

c. Instrumen C (Evaluasi kepatuhan tenaga perawat terhadap SOP)


Tabel 3.61
Evaluasi kepatuhan tenaga perawat terhadap SOP

No Evaluasi Hasil Keterangan


kepatuhan tenaga
perawat terhadap
SOP

1 Mengukur 80,3% Dari data Kepatuhan tenaga


Tekanan Darah perawat terhadap SOP
Pengukuran tekanan darah hasil
persentase sebanyak (80,3%)
yaitu termasuk kategori baik.
2 Perhitungan Nadi 83,3% Dari data Kepatuhan tenaga
dan Pernafasan perawat terhadap SOP
Pengukuran hasil persentase
sebanyak (83,3%) yaitu termasuk
kategori baik, karena perawat
dalam melakukan tindakan
penghitungan Nadi dan
Pernafasan sudah sesuai dengan
SOP yang ada.
3 Mengukur Suhu 79,4% Dari data Kepatuhan tenaga
Badan (Axsila) perawat terhadap SOP
dengan Pengukuran hasil persentase
Termometer sebanyak (79,4%) yaitu termasuk
Digital kategori baik.
4 Cuci tangan 100% Dari data Kepatuhan tenaga
dengan perawat terhadap SOP
Menggunakan Pengukuran hasil persentase
Sabun dan Air sebanyak (100%) yaitu termasuk
kategori baik, karena perawat
dalam melakukan cuci tangan
menggunakan sabun dan sudah
sesuai dengan SOP yang ada.
5 Cuci tangan 100% Dari data Kepatuhan tenaga
menggunakan perawat terhadap SOP
Handrub Pengukuran hasil persentase
sebanyak (100%) yaitu termasuk
kategori baik, sudah sesuai
dengan SOP yang ada.
6 Pemberian Obat 70% Dari data Kepatuhan tenaga
Intravena perawat terhadap SOP Pemberian
Obat Intravena hasil persentase
sebanyak (70%) yaitu termasuk
kategori Cukup baik. Adapun
salah satu indikator penilaian
tidak dilakukan, karena perawat
telah mengetahui literature
terburu yaitu betadine
menggunakan NaCL
7 Perawatan Infus 77,3% Dari data kepatuhan tenaga
perawat terhadap SOP perawatan
infus hasil presentase yaitu 77,3%
yaitu bermasuk kategori baik.

8 Pemasangan 87,5% Dari data kepatuhan tenaga


Cateter Pada perawat terhadap SOP
Wanita pemasangan kateter urine hasil
presentase yaitu 87,5% yaitu
bermasuk kategori baik
9 Penyiapan 91,3% Dari data Kepatuhan tenaga
Specimen Darah perawat terhadap SOP penyiapan
Vena Specimen darah vena hasil
presentase yaitu 91,3% termask
kategori baik
10 Perawatan Luka 87% Dari data diatas Kepatuhan tenaga
Jahit perawat terhadap SOP perawatan
luka jahit didapatkan hasil
presentase yaitu 87% dengan
kategori baik.

Sumber :Data sekunder Bangsal Bougenville Tahun 2020


Panembahan Senopai Bantul.
Rata-rata tenaga perawat terhadap SOP :
= 80,3+83,3+79,4 + 100 +100+70+77,3+87,5+91,3+87
10
= 85,61 %
Analisis data :
Berdasarkan tabel di atas kepatuhan tenaga perawat terhadap SOP sudah
baik dengan rata-rata presentase 85,61%. Adapun indikator yang perlu
ditingkatkan yaitu pemberian obat intravena dan perawatan infus. Untuk
penghitungan nadi dan pernafasan, cuci tangan dengan sabun dan cuci
tangan dengan handrub perlu di pertahankan dan dimonitoring agar tidak
terjadi penurunan.
b. Pelaksanaan Universal Precaution
Diagram 3.2
Pelaksanaan Universal Precaution
Di Ruang Bougenville Rsud Panembahan Senopati Bantul
Tanggal 06 Mei 2021
Analisis :
Dari data Pelaksanaan universal precoution di ruang Bougenville di
atas sudah terlaksanan dengan baik. Presentasi yang diperoleh
mencapai 100% didapat dari pengamatan. Dari 15 item yang dikaji
sebagian besar perawat yang di amati sudah melakukannya.
c. Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik
Grafik 3.5
Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik
Di Ruang Bougenville Rsud Panembahan Senopati Bantul
Tanggal 06 Mei 2021
Analisis:
Berdasarkan tabel diatas pelaksanaan komunikasi terapeutik di
ruang rawat inap Bougenville RSUD Panembahan Senopati
Bantul Yogyakarta dikatagorikan baik dengan presentase
96,5%. Adapun tindakan perawat yang kurang optimal dalam
mematuhi SOP pelaksanaan komunikasi terapeutik antara lain:
menjelaskan peran perawat dan klien, menjelaskan waktu yang
dibutuhkan untuk kegiatan/lama kegiatan, dan menyimpulkan
hasil kegiatan.

3. Proses Manajemen Pelayanan Asuhan Keperawatan (Perencanaan)

a. Pelaksanaan Tugas Kepala Ruang

Grafik 3.6
Pelaksanaan Tugas Kepala Ruang Keperawatan
Di Ruang Bougenville Rsud Panembahan Senopati Bantul
Tanggal 06 Mei 2021

Analisis:
Dari tabel diatas hasil presentasi keseluruhan 90% untuk
kuesioner pelaksanaan tugas karu. Hasil ini sudah cukup tinggi
dengan kategori baik. Dari kuesioner yang diberikan, tidak ada
item yang kadang dilakukan ataupun tidak dilakukan. Namun
masih terdapat 1 item yang seharusnya selalu dilakukan namun
hanya sering dilakukan, yaitu item nomor 8 (Mendelegasikan
tugas ke PPJR pada jaga S/M/L).

b. Pelaksanaan Tugas Primery Nurse (PN)

Grafik 3.7
Pelaksanaan Tugas PN
Di Ruang Bougenville Rsud Panembahan Senopati Bantul
Tanggal 06 Mei 2021

Analisis:
Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil persentase dalam
pelaksanaan tugas PN didapatkan prosentase sebesar 80%
termasuk dalam kategori baik. Adapun yang belum optimal
dilakukan yaitu: memonitor dan membimbing tugas AN,
mengoreksi merevisi dan melengkapi catatan asuhan keperawatan
yang dilakukan oleh AN yang ada dibawah tanggung jawabnya,
memperkenalkan AN yang ada dalam satu grup atau yang akan
merawat selama klien dirawat atau kepada klien atau keluarga
yang baru, mendelegasikan tugas kepada AN pada S/M/L,
menyelenggarakan diskusi kasus dalam pertemuan rutin
keperawatan di ruang minimal sebulan sekali.

c. Pelaksanaan Tugas Associate Nurse (AN)


Grafik 3.8
Pelaksanaan Tugas AN
Di Ruang Bougenville Rsud Panembahan Senopati Bantul
Tanggal 06 Mei 2021

Analisis:
Tugas AN di ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati
Bantul dapat terlaksana sesuai tugas AN secara maksimal
dengan prosentase 88,8% dalam kriteria baik. Adapun tugas
yang belum optimal dilaksanakan adalah: bila tidak ada PN
wajib mengenalkan AN yang ada dalam grup yang kan
memberikan asuhan keperawatan pada jaga berikutnya kepada
klien/ keluarga baru melakukan supervisi setiap setelah operan,
mengikuti diskusi kasus dengan dokter atau tim kesehatan lain
setiap seminggu sekali, serta mengikuti diskusi kasus dalam
pertemuan rutin keperawatan di ruangan.

d. Hubungan Antara Staf Keperawatan Dengan Klien


Grafik 3.9
Hubungan Profesional Antara Staf Keperawatan Dengan Klien
Di Ruang Bougenville Rsud Panembahan Senopati Bantul
Tanggal 06 April 2021

Analisis:
Hubungan profesional antara staf keperawatan dengan klien
RSUD Panembahan Senopati Bantul dapat terlaksana sesuai
tugas perawat secara maksimal dengan prosentase 88,3% dalam
kriteria baik. Adapun tugas yang belum optimal dilaksanakan
adalah: klien/keluarga mengetahui PN/ perawat yang
bertanggung jawab dan ditulis pada papan nama klien.

e. Hubungan Antar Staf Keperawatan


Grafik 3.10
Hubungan Antara Staf Keperawatan
Di Ruang Bougenville Rsud Panembahan Senopati Bantul
Tanggal 06 April 2021

Analisis:
Hasil persentase dalam hubungan profesional antara staf
keperawatan sebesar 89,7% masuk dalam kategori baik. Adapun
tugas yang belum optimal yaitu: PN mendampingi serah terima
tugas jaga antara AN pada tugas jaga berikutnya, PN menerima
serah terima tugas jaga AN yang tugas jaga sebelumnya

f. Hubungan Staf Keperawatan Dengan Tim Kesehatan Lain


Grafik 3.11
Hubungan Staf Keperawatan dengan tim kesehatan lain
Di Ruang Bougenville Rsud Panembahan Senopati Bantul
Tanggal 06 April 2021

Analisis:
Hubungan profesional/kemitraan antara staf keperawatan dengan
dokter/tim kesehatan lainnya RSUD Panembahan Senopati Bantul
memilki presentase 85,47% dengan kriteria baik. Adapun tindakan
yang belum optimal yang dilakukan yaitu: dokter/ tim kesehatan lain
mengetahui setiap klien siapa PN nya dikarenakan penanganan klien
dilakukan secara kondisional sesuai perawat yang bertugas.

g. Pelaksanaan Handover
Grafik 3.12
Pelaksanaan Handover
Di Ruang Bougenville Rsud Panembahan Senopati Bantul
Tanggal 06 April 2021

Analisis:
Berdasarkan data diatas presentasi pelaksanaan serah terima tugas jaga
keseluruhan adalah 85,6% dengan kategori baik. Adapun tugas yang
belum optimal yaitu: menginformasikan kepada klien/ keluarga nama
perawat pada shift berikutnya pada setiap akhir tugas, komunikasi
antar pemberi tanggung jawab dan penerima tanggung jawab
dilakukan didepan pintu dengan suara pelan/ tidak rebut

h. Pelaksanaan Meeting Morning


Grafik 3.13
Pelaksanaan Meeting Morning
Di Ruang Bougenville Rsud Panembahan Senopati Bantul
Tanggal 06 Mei 2021

Analisis:
Berdasarkan data diatas dapat diketahahui, untuk kuesiner meeting
morning presentasi keseluruhannya adalah 100%. Dapat disimpulakan
data ini sudah kategori baik karena kepala ruang sudah memimpin
meeting morning dengan optimal sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan ruangan
i. Pelaksanaan Pre-Conference
Grafik 3.14
Pelaksanaan Pre Confrence
Di Ruang Bougenville Rsud Panembahan Senopati Bantul
Tanggal 06 April 2021

Analisis:
Pelaksanaan Pre Conference berdasarkan data diatas didapatkan data
sebesar 88,6% dengan kriteria baik.
j. Pelaksanaan Post-Conference
Grafik 3.15
Pelaksanaan Post Confrence
Di Ruang Bougenville Rsud Panembahan Senopati Bantul
Tanggal 06 April 2021

Analisa:
Pelaksanaan Post Conference berdasarkan data diatas sebesar 84,4%,
sudah terlaksana baik pada point menyiapkan ruang/tempat, menerima
penjelasan dari AN tentang hasil tindakan atau hasil asuhan
keperawatan yang telah dilakukan oleh AN, mendiskusikan masalah
yang ditemukan dalam memberikan askep klien dan mencari upaya
penyelesaian masalahnya, memberi reinforcement pada AN,
menyimpulkan hasil post conference, mengklarifikasi klien sebelum
melakukan operan tugas jaga sift berikutnya.

k. Pelaksanaan Orientasi Pasien Baru


Grafik 3.16
Pelaksanaan Orientasi Pasien Baru
Di Ruang Bougenville Rsud Panembahan Senopati Bantul
Tanggal 06 Mei 2021

Analisis:
Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil bahwa orientasi pasien baru
di ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul kurang
dapat terlaksana dengan optimal yakni dengan presentase 50%.
Adapun tindakan perawat yang kurang sesuai dengan SOP seperti:
menanyakan nama panggilan kesukaan klien, menanyakan perasaan
klien, menjelaskan peran perawat, menjelaskan waktu yang dibutuhkan
untuk orientasi, dan memulai dengan ajakan untuk berkonsentrasi.

l. Pelaksanaan Pemberian Informasi Pasien Baru


Diagram 3.3
Pelaksanaan Pemberian Informasi Klien Baru
Di Ruang Bougenville Rsud Panembahan Senopati Bantul
Tanggal 06 Mei 2021

Analisis:
Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil bahwa pemberian informasi
pasien baru di ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul
belum terlaksana secara maksimal dengan presentase 66,6% dalam
kriteria cukup baik. Adapun tindakan perawat yang kurang sesuai
dengan SOP seperti tidak memperkenalkan diri, tidak menjelaskan
peran perawat, tidak menjelaskan tugas perawat, tidak memulai
discharge planning.

m. Pelaksaan Discharge Planning


Grafik 3.18
Pelaksanaan Discharge Planning
Di Ruang Bougenville Rsud Panembahan Senopati Bantul
Tanggal 06 Mei 2021

Analisis:
Berdasarkan hasil pengkajian pelaksanaan discharge planning di ruang
rawat inap Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul
Yogyakarta dikatagorikan kurang baik dengan presentase 53,4%.
Adapun tindakan perawat yang kurang mematuhi SOP pelaksanaan
discharge planning antara lain: menanyakan perasaan klien,
menjelaskan peran perawat, menjelaskan tugas perawat, menjelaskan
waktu yang dibutuhkan untuk orientasi, memulai dengan ajakan untuk
berkonsentrasi, membuat rencana pertemuan dengan klien,
memperkenalkan nama diri, menjelaskan kegiatan (orientasi) yang
akan dilakukan, menjelaskan tujuan kegiatan, menjelaskan informasi
mengenai penyebab penyakit, menjelaskan informasi mengenai cara
pencegahan penyakit dan infeksi, menjelaskan informasi mengenai
nutrisi yang sesuai dengan program diet, menjelaskan informasi
mengenai aktifitas dan istirahat, menyimpulkan hasil kegiatan,
memberikan pujian positif, merencanakan tindak lanjut kepada klien,
melakukan kontrak selanjutnya, dan mengakhiri pertemuan dengan
cara yang baik dan tersenyum.
4. Evaluasi Managemen Bimbingan Klinik Lapangan
Tabel 3.62
Hasil Evaluasi Manajemen bimbingan klinik lapangan

No Evaluasi Manajemen Hasil Keterangan


bimbingan klinik lapangan

1 Kajian Organizing Proses 100% Berdasarkan dari data table


Bimbingan PKK didapatkan data kajian
organizing proses bimbingan
PKK keperawatan dengan
persentase 100% dan termasuk
kategori bimbingan baik
sehingga harus di pertahankan
dan di monitor agar tidak terjadi
penurunan
2 Kajian Actuating Proses 100% Berdasarkan dari data table
Bimbingan PKK didapatkan data kajian actuating
proses bimbingan PKK
keperawatan dengan persentase
100% dan termasuk kategori
bimbingan baik. sehingga harus
di pertahankan dan di monitor
agar tidak terjadi penurunan.
3 Kajian Controling Proses 100% Berdasarkan dari data table
Bimbingan PKK didapatkan data kajian
controling proses bimbingan
PKK keperawatan dengan
persentase 100% dan termasuk
kategori bimbingan baik.
sehingga harus di pertahankan
dan di monitor agar tidak terjadi
penurunan.
4 Kajian Planning Proses 0% Berdasarkan dari data table
Bimbingan PKK didapatkan data kajian planning
proses bimbingan PKK
keperawatan dengan persentase
0%. karena kajian planning
proses bimbingan PKK sudah
dilakukan di ruang diklat
sehingga tidak dilakukan di
ruangan rawat inap.
Sumber :Data Primer Bangsal Bougenville Tahun 2021 Panembahan
Senopai Bantul
Analisis :
Hasil evaluasi manajemen bimbingan klinik lapangan sudah baik, akan
tetapi untuk kajian planning bimbingan PKK tidak tercapai dan tidak
dilakukan di ruangan Bougenville karena semua kajian planning proses
bimbingan PKK telah dilakukan di ruang diklat. Sedangkan ronde
keperawatan tidak dilakukan di ruang Bougenville karena ronde
keperawatan harus membutuhkan banyak mahasiswa dan pembimbing
klinik, sedangkan di ruang Bougenville di batasi jumlah mahasiwa yang
praktek lapangan.

5. Kepuasan Kerja Karyawan


Tabel 3.63
Evaluasi Kepuasan Kerja Pegawai
Di Ruang Bougenville
No Pernyataan STP TP CP P SP
Jumlah gaji yang diterima dibandingkan
1 0 0 6 0 0
pekerjaan yang saudara lakukan
System penggajian yang dilakukan institusi
2 0 0 6 0 0
tempat saudara bekerja
Jumlah gaji yang diterima dibandingkan
3 0 0 6 0 0
dengan pendidikan saudara
Pemberian insentif tambahan atau suatu
4 0 0 6 0 0
prestasi atau kerja ekstra
Tersedianya peralatan dan perlengkapan
5 0 0 6 0 0
yang mendukung pekerjaan
Tersedianya fasilitas penunjang seperti
6 0 0 0 6 0
kamar mandi, tempat parkir dan kantin
Kondisi ruangan kerja terutama yang
7 berkaitan dengan ventilasi udara kebisingan 0 0 6 0 0
dan kebersihan
Adanya jaminan atas kesehatan/ keselamatan
8 0 0 6 0 0
kerja
9 Perhatian institusi RS terhadap saudara 0 0 6 0 0
Hubungan antar karyawan dalam kelompok
10 0 0 6 0 0
kerja
Kemampuan dalam kerja sama antar
11 0 0 6 0 0
karyawan
12 Sikap teman-teman sekerja terhadap saudara 0 0 6 0 0
Kesesuaian antara pekerjaan dan latar
13 0 0 6 0 0
belakang pendidikan saudara
Kemampuan dalam menggunakan waktu
14 0 0 0 6 0
bekerja dengan penugasan yang diberikan
Kemampuan supervise/ pengawasan dalam
15 0 0 6 0 0
membuat keputusan
16 Perlakuan atasan selama saya bekerja disini 0 0 0 6 0
Kebebasan dalam melakukan metode sendiri
17 0 0 6 0 0
dalam menyelesaikan pekerjaan
Kesempatan untuk meningkatakan
18 kemampuan kerja melalui pelatihan atau 0 0 6 0 0
pendidikan tambahan
Kesempatan untuk mendapatkan posisi yang
19 0 0 6 0 0
lebih tinggi
Kesempatan untuk membuat suatu prestasi
20 0 0 6 0 0
dan mendapatkan kenaikan pangkat
JUMLAH 0 0 102 24 0
0 0 204 48 0
Total 252

Sumber : Data primer di ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati


Bantul Yogyakarta 2021

Nilai = STP + TP + CP + P + SP x 100 %


Jumlah item x Jumlah responden x Skala terbesar

0+ 0 + 204 + 48 + 0
Nilai = ---------------------------------x100%
480
252
= -----------x100%
480
= 52,2%

Kategori :
76-100 : Baik
56-75 : Cukup baik (Berdasarkan Arikunto,2013)
<56 : Kurang

Analisis :
Berdasarkan tabel diatas, didapatkan hasil dari pengkajian yang
dilakukan kepada 6 responden tentang kepuasan kerja perawat didapatkan
hasil dengan kategori kurang dengan presentase 52,2%. .

6. Pelaksanaan 9 Patien Safety

Tabel 3.63
Implementasi 9 patient safety Di Ruang Rawat Inap Bougenvile RSUD
Panembahan Senopati Bantul Bulan 06 Maret 2021

Pelaksanaa
n
No Komponen Yang Dinilai Tida
Ya
k
(2)
(1)
Perhatikan nama obat, rupa, dan ucapan mirip (Norum)
a. Perawat memberi obat sesuai dengan prinsip 7 benar 4
b. Perawat melakukan pendokumentasian setelah memberi obat 4
c. Obat disusun perklien pada tempatnya masing-masing 4
d. Dokumentasi berlapis 4
1
e. Adanya pencatatan obat masuk dan keluar 4
f. Memastikan resep obat yang diterima dan obat yang diberikan 4
sama
g. Ada pedoman pengelolaan obat 4
h. Ada SOP pemberian obat (IM, IV, SC) 4
2 Pastikan identifikasi klien 4
a. Perawat menuliskan identitas klien dengan lengkap dan jelas
dalam setiap pendokumentasian asuhan keperawatan dan pada
setiap pintu masuk ke kamar klien
b. Perawat menuliskan no CM setiap klien dengan lengkap dan 4
jelas
c. Semua dokumen mengenai klien diisi dengan lengkap dan 4
jelas
d. Status klien terpisah antara 1 klien dengan klien yang lain 4
e. Memanggil nama klien pada saat mau memberikan asuhan 4
keperawatan
Komunikasi secara benar saat serah terima/operan klien
a. Menyebutkan identitas klien, diagnose medis, diagnose 2 2
keperawatan, tindakan keperawatan yang telah dilakukan
serta waktu pelaksanaan.
b. Menginformasikan jenis dan waktu rencana tindakan yang
3
belum dilakukan 4
c. Menyebutkan perkembangan klien yang ada selama shift 4
d. Menyebutkan terapi dan tindakan medis beserta waktunya 4
e. Menyebutkan tindakan medis yang belum dilakukan selama 3 1
shift
Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar sebelum
tindakan operasi (misalnya pengendalian jaringan), tempat atau
sisi tubuh diberi tanda
4 a. Ada dokmentasi tindakan di status klien 4
b. Memastikan data pada catatan keperawatan sebelum 4
melakukan tindakan
c. Memberikan terapi sesuai dengan program pengobatan 4
Kendalikan cairan elektrolit pekat (konsentrat)
a. Ada dokumentasi mengenai pemberian cairan
b. Perawat mengecek program terapi sebelum memberikan 4
terapi cairan pada klien 4
c. Perawat memprogram pemberian cairan elektrolit pekat
sesuai aturan pemberian 4
5 d. Perawat memonitor reaksi pemberian cairan
e. Perawat menggunakan alat yang tepat dalam pemberian 4
cairan
f. Perawat mengatur tetesan infus atau hasil perhitungan sesuai 4
dengan order 4
g. Perawat menuliskan catatan pemberian infus secara terperinci 3
(tanggal, jam, dan macam cairan) 1
6 Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan
a. Ada dokumentasi tentang obat-obatan yang sudah diberikan 4
dan waktu pemberiannya
b. Ada dokumentasi serah terima klien 4
c. Perawat mengisi catatan perkembangan keadaan klien saat ini 4
dengan jelas
Hindari salah kateter, salah sambung selang (tube)
a. Perawat mengecek order adanya pemberian tindakan
misalnya pemasangan kateter atau NGT 4
b. Sebelum melakukan tindakan ada persetujuan klien dan
keluarga 4
c. Perawat memastikan selang kateter atau selang NGT sesuai
7
dengan ukurannya 4
d. Perawat menggunakan alat yang steril 4
e. Perawat memastikan bahwa selang masuk kedalam kandung 4
kemih
f. Perawat memastikan balon sudah terfiksasi 4
g. Perawat melakukan tindakan pemasangan secara atraumatik 4
Gunakan alat injeksi sekali pakai
a. Perawat mengecek program pemberian obat dalam catatan 4
perawatan
8 b. Satu spuit digunakan satu kali pakai untuk satu obat 4
c. Perawat memastikan bahwa spuit dibuang di tempat sampah
medis 4
d. Perawat membuang spuit dalam keadaan tertutup 4
Tingkatkan kebersihan tangan untuk pencegahan inos
a. Perawat mencuci tangan sebelum melakukan tindakan 3 1
b. Perawat mencuci tangan sesudah melakukan tindakan 4
9
c. Perawat mencuci tangan menggunakan antiseptik 4
d. Perawat mencuci tangan dengan teknik yang benar 4
e. Ada pedoman mengenai cuci tangan yang benar 4
JUMLAH 183 5
ΣN 366 5
Sumber Data Primer Ruang Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul
2021

Persentase (%) = Nilai yang didapat x 100 %


Nilai keseluruhan(n)
= 371 x 100%
376
= 98,6%
Kategori :
76-100 : Baik
56-75 : Cukup baik
<56 : kurang
(Berdasarkan Arikunto, 2013)
Grafik 3.19
Implementasi 9 patient safety Di Ruang Rawat Inap Bougenvile RSUD
Panembahan Senopati Bantul Bulan 06 Maret 2021

Analisis:

Berdasarkan tabel diatas pelaksanaan 9 patient safety di ruang rawat inap


Bougenville RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta
dikatagorikan baik dengan presentase 98,6%. Adapun tindakan perawat
yang kurang optimal dalam mematuhi SOP antara lain: menyebutkan
tindakan medis yang belum dilakukan selama shift, menyebutkan
(diagnose medis, diagnose keperawatan, tindakan keperawatan yang telah
dilakukan serta waktu pelaksanaan), perawat menuliskan catatan
pemberian infus secara terperinci (tanggal, jam, dan macam cairan), dan
perawat mencuci tangan sebelum melakukan tindakan.
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
No MASALAH DATA FOKUS
1. Ketidakefektifan Kegiatan handover dalam kategori baik
Pelaksanaan Handover (85,6%), perawat tidak memperkenalkan
diri saat penyampaian kepada klien terkait
nama perawat setiap pergantian waktu
jaga. Hasil penilaian kepuasan pasien juga
didapatkan hasil bahwa perawat jarang
memperkenalkan diri. Pasien mengatakan
kurang mengetahui perawat yang
bertanggung jawab setiap kali penggantian
dinas, karena kadang-kadang ada perawat
yang memperkenalkan nama perawat yang
dinas selanjutnya dan ada yang tidak
memperkenalkan diri.
2. Ketidakpuasan Kinerja 1. Tingkat kepuasan kerja perawat yang
Perawat bekerja di ruang Bougenvile
berdasarkan data angket yang telah
disebarkan kepada perawat di ruang
Bougenvile didapatkan hasil presentase
52,2% yaitu kurang baik. Tedapat
perawat yang belum puas terhadap
sistem pemberian insentif tambahan
atau suatu prestasi atau kerja ekstra,
menyatakan tidak puas dengan gaji
yang diterima dan tidak puas terhadap
sistem penggajian yang dilakukan
institusi tempat perawat bekerja, di
mana jumlah gaji yang diterima
dibandingkan dengan pendidikan
perawat juga masih ada yang
menyatakan tidak puas, serta terdapat
perawat yang tidak puas dengan

1
hubungan antar karyawan dalam
kelompok kerja.
2. Hasil penghitungan jumlah tenaga kerja
perawat yang dibutuhkan dalam satu
ruang rawat inap Bougenvile belum
memenuhi standar Depkes dan PPNI,
dimana setelah dihitung menggunaka
rumus Depkes hasilnya dibutuhkan 23
perawat, namun baru tersedia 17
perawat, kemudian dengan
penghitungan rumus dari PPNI
didapatkan hasil dibutuhkan perawat
sebanyak 24 perawat sehingga masih
kurang 7 perawat lagi.
3. Kurang Kelengkapan SAK Berdasarkan 10 besar penyakit yang
(Standar Asuhan terdapat di ruang Bougenvile, masih
Keperawatn) terdapat 6 penyakit yang belum ada SAK
(Standar Asuhan keperawatan), meliputi
calculus of ureter, impacted teeth,
concussion, fracthur of lower end of radius,
frachtur of sahft of tibia lateralis, calculus
of kidney.
4. Kurang Kelengkapan SPO Berdasarkan observasi yang dilakukan
(Standar Prosedur selama pengkajian, terdapat empat
Operasional) tindakan yang dilakukan perawat namun
SPO belum tertera di daftar SPO ruang
Bougenvile, yaitu meliputi tindakan
perawatan luka dekubitus, aff drain,
pemberian obat oral dan pemberian obat
sublingual.

D. PRIORITAS MASALAH
Tabel 3.52
Prioritas Masalah di Ruangan Bougenvile RSUD Panembahan
Senopati Bantul Yogyakarta

NO Masalah U S G Total Prioritas


1. Ketidakefektifan Pelaksanaan Handover 3 3 3 9 III

2. Ketidakpuasan Kinerja Perawat 2 3 2 7 IV


3. Kurang Kelengkapan SAK (Standar 5 5 5 15 I
Asuhan Keperawatn)
4. Kurang Kelengkapan SPO (Standar 5 4 5 14 II
Prosedur Operasional)

Keterangan
U : Urgency (dilihat dari tersedianya waktu, mendesak atau tidak
masalah tersebut diselesaikan)
S : Seriousness (melihat dampak masalah tersebut terhadap
produktifitas kerja, pengaruh terhadap keberhasilan,
membahayakan system atau tidak)
G : Growth (masalah tersebut berkembang sedemikian rupa sehingga
sulit untuk dicegah)
Peniliaian menggunakan skala likert yaitu :
1 : Sangat kecil
2 : Kecil
3 : Sedang
4 : Besar
5 : Sangat besar

E. ANALISIS SWOT
1. Belum Optimalnya Pelaksanaan Operan Jaga
Tabel 3.56
Belum Optimalnya Pelaksanaan Handover Jaga Di Ruang
Bougenvile RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta

S (Strength) - Sudah diterapkannya Proses MPKP Modifikasi Primer


- Terdapat kualitas SDM yang baik dalam Ruangan.
W (Weakness) - Belum diterapkannya MPKP Murni dalam ruangan.
- Kurangnya waktu dan banyaknya pasien dalam
ruangan sehingga pelaksanaan pre dan post
conference tidak dapat terlaksana dengan baik
- perawat tidak memperkenalkan diri saat penyampaian
kepada klien terkait nama perawat setiap pergantian
waktu jaga.
T (Opportunities) - Adanya mahasiwa stase menejemen yang dapat
dijadikan Role Play.
T (Threath) - Tindakan ke pasien akan terganggu karena
membutuhkan waktu.
- Pelaksanaan hanya berlangsung ketika ada
mahasiswa.

2. Ketidakpuasan Kinerja Perawat

Tabel 3.57
Belum optimalnya Ketidakpuasan Kinerja Perawat berdasarkan 10
penyakit dalam 3 bulan terakhir di Ruang Bougenvile RSUD
Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta

S (Strength) - Ruangan sudah ditetapkan sebagai ruangan


pengembangan MPKP RSUD Panembahan
Senopati Bantul Yogyakarta
- Adanya dukungan dari direksi dari manajemen
Rumah Sakit dalam hal pengembangan MPKP
ruangan
- Karu dan PN ruangan Bougenvile sudah memiliki
sertifikat MPKP
- Masing-masing AN mengetahui seluruh fasititas
masing-masing kamar di ruang rawat inap
Bougenvile

W (Weakness) - Tedapat perawat yang belum puas terhadap sistem


pemberian insentif tambahan atau suatu prestasi
atau kerja ekstra, menyatakan tidak puas dengan
gaji yang diterima dan tidak puas terhadap sistem
penggajian yang dilakukan institusi tempat
perawat bekerja, di mana jumlah gaji yang
diterima dibandingkan dengan pendidikan perawat
juga masih ada yang menyatakan tidak puas, serta
terdapat perawat yang tidak puas dengan
hubungan antar karyawan dalam kelompok kerja.
O (Opportunities) - Kepala ruang, PN, AN
T (Threath) - Tuntutan dari perawat terkait sistem kerja

3. Belum tersedianya SPO dan SAK (Standar Asuhan Keperawatan)


berdasarkan 10 penyakit dalam 3 bulan terakhir

Tabel 3.58
Belum optimalnya SPO dan SAK (Standar Asuhan Keperawatan)
berdasarkan 10 penyakit dalam 3 bulan terakhir di Ruang Bougenvile
RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta

S (Strength) - Sudah tersedianya SAK yang ditetapkan oleh rumah


sakit
- Sudah tersedianya kualitas SDM untuk melakukan
pelayan asuhan keperawatan secara baik
W (Weakness) - Belum mencangkup 10 besar penyakit di 3 bulan
terakhir
- Kurangnya evaluasi terhadap pelaksanaan SAK.
O - Adanya mahasiswa dari berbagai institusi dan
(Opportunities) jenjang pendidikan yang berbeda yang sedang
praktik di Ruangan bougenville.
T (Threath) - Ilmu terus berkembang sehingga perlunya untuk
memperbaharui SAK sesuai dengan jenis penyakit
yang ditemukan dalam pemberian asuhan
keperawatan
F. PLANING OF ACTION (POA)
Tabel 3.59
Planing Of Action (POA) Di Ruang Bougenvile RSUD
Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta

No Masalah Pokok Uraian Kegiatan Sasaran Target Sumber Waktu PJ Pembimbin


Kegiatan Dana Pelaksanaan g
1 Kurang Peningkatan - Melakukan koordinasi Koordinator Terealisasi Mahasiswa 17 - 20 Mei Naela - Suib ,
optimalnya pelaksanaan dengan koordinator ruang adanya SSG. 2021. S.Kep.,Ns
pelaksanaan handover. ruang Bougenvile, PN Bougenvile, handover ., M.Kep
handover. dan AN mengenai PN dan AN. meningkat - Etik
ceklist pelaksanaan sebanyak 85%. Ratnaning
handover. sih, SST
- Melakukan roleplay
sebagai Koordinator
ruang, PN dan AN
dalam melakukan
handover.
- Evaluasi pelaksanaan
handover di ruang
rawat inap Bougenvile.
2 Kurang Peningkatan - Melakukan pendataan Ruang Terlengkapiny Mahasiswa 17 – 20 Mei Putri - Suib ,
kelengkapan kelengkapan 10 besar kasus penyakit Bougenvile. a SAK SSG. 2021 S.Kep.,Ns
SAK SAK (Standar di ruang Bougenvile. berdasarkan 10 ., M.Kep
(Standar Asuhan - Mengidentifikasi besar kasus - Etik
Asuhan Keperawatan) kelengkapan SAK 10 penyakit di Ratnaning
Keperawatan. berdasarkan 10 besar penyakit yang ruang sih, SST
besar kasus ditemukan, SAK sudah Bougenvile.
penyakit di tertera di buku SAK
ruang yang ada di ruang
Bougenvile. Bougenvile.
- Membuat SAK 10
besar penyakit yang
belum tertera di buku
SAK ruang
Bougenvile.
- Melakukan evaluasi
kelengkapan SAK
berdasarkan kasus 10
besar penyakit yang
ada di ruang
Bougenvile.
3 Kurang Peningkatan - Melakukan pendataan Ruang Terlengkapiny Mahasiswa 17 - 20 Mei Refika - Suib ,
Kelengkapan kelengkapan terkait kelengkapan Bougenvile. a SPO di ruang SSG. 2021 S.Kep.,Ns
SPO (Standar SPO (Standar SPO di ruang Bougenvile. ., M.Kep
Prosedur Prosedur Bougenvile. - Etik
Operasional). Operasional) - Membuat Ratnaning
di ruang SPO/melengkapi SPO sih, SST
Bougenvile. yang belum tersedia di
ruang Bougenvile.
- Melakukan evaluasi
kelengkapan SPO di
ruang Bougenvile.
4. Ketidakpuasa Peningkatan - Memberikan Koordinator Meningkatnya - 17 - 20 Mei Papri - Suib ,
n kinerja kepuasan kerja rekomendasi kepada ruangan, PN kepuasan kerja 2021 S.Kep.,Ns
perawat perawat pihak RS dalam dan AN perawat di ., M.Kep
meningkatkan sistem ruang - Etik
pengkajian sesuai Bougenvile Ratnaning
dengan pendidikan menjadi 85% sih, SST
perawat.
- Memberikan himbauan
kepada perawat untuk
menjalin hubungan
kerja yang baik dan
sehat antar karyawan
dalam kelompok kerja
BAB IV
PELAKSANAAN EVALUASI
Berdasarkan rencana kegiatan atau Plan Of Action (POA) yang telah di
susun maka pelaksanaan dan evaluasi kegiatan mwnurut masalah sesuai
pengkajian di Ruang Rawat Inap Bougenvile RSUD Panembahan Senopati Bantul
dilakukan sebagai berikut :
A. Pelaksanaan Handover di Ruang Rawat Inap Bougenvile RSUD
Panembahan Senopati Bantul
1. Pelaksanaan
a. Langkah-langkah kegiatan
Langkah-langkah kegiatan pelaksanaan handover melalui persiapan
hingga evaluasi adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1
Pelaksanaan Handover di Ruang Rawat Inap Bougenvile RSUD
Panembahan Senopati Bantul

No Kegiatan Pelaksanaan Sasaran Tujuan Waktu Tempat


Persiapan
1 Melakukan Mahasiswa Koordinator Terealisasi 17 Mei Ruang
koordinasi Profesi Ners ruang adanya 2021 Rawat Inap
dengan STIKes Bougenvile, handover Bougenvile
koordinator Surya Global PN dan AN meningkat
ruang sebanyak
Bougenvile, 85%.
PN dan AN
mengenai
ceklist
pelaksanaan
handover.
Pelaksanaan
2 Melakukan Mahasiswa Koordinator Terealisasi 18 Mei STIKes
roleplay Profesi Ners ruang adanya 2021 Surya
sebagai STIKes Bougenvile, handover Global
Koordinator Surya Global PN dan AN meningkat Yogyakarta
ruang, PN dan sebanyak
AN dalam 85%
melakukan
handover.
Evaluasi
3 Evaluasi Koordinator Koordinator Terealisasi 20 Mei Ruang
pelaksanaan ruangan, PN, ruang adanya 2021 Rawat Inap
handover di AN/Ners Bougenvile, handover Bougenvile
ruang rawat PN dan AN meningkat
inap sebanyak
Bougenvile 95%

b. Jadwal kegiatan
TABEL 4.2
Rencana Upaya Peningkatan Pelakasanaan Handover Ruang Rawat
Inap Bougenvile RSUD Penembahan Senopati Bantul

No Kegiatan Tanggal
17 Mei 2021 18 Mei 2021 20 Mei 2021
Persiapan
1 Melakukan koordinasi 
dengan koordinator X
ruang Bougenvile, PN
dan AN mengenai
ceklist pelaksanaan
handover.

pelaksanaan
2 Melakukan roleplay 
sebagai Koordinator X
ruang, PN dan AN
dalam melakukan
handover.

Evaluasi
3 Evaluasi pelaksanaan 
handover di ruang X
rawat inap Bougenvile
Sumber : Data Primer Rawat Inap Bougenvile
Keterangan :
 = perencanaan, X = pelaksanaan, 0 = belum dilaksanakan
2. Evaluasi
a. Hasil
Tabel 4.3
Evaluasi Pelaksanaan Handover di Ruang Rawat Inap Bougenvile
RSUD Panembahan Senopati Bantul Tanggal
17 Mei – 20 Mei 2021
VARIABEL YANG DINILAI SL SR KD TP
NO
(n: 4) (3) (2) (1) (0)
1 Handover didahului dengan doa bersama 4
Komunikasi antar pemberi tanggung jawab
2 dan penerima tanggung jawab dilakukan 4
didepan pintu dengan suara pelan / tidak rebut
Menyebutkan identitas klien, diagnosa medis,
diagnosa keperawatan, tindakan keperawatan
3 4
yang telah dilakukan beserta waktu
pelaksanaannya dan evaluasinya
Menginformasikan jenis rencana dan waktu
4 rencana tindakan keperawatan yang belum 4
dilaksanakan
Menyebutkan perkembangan klien yang ada
5 4
selama shift
Menginformasikan pendidikan kesehatan
6 4
yang telah diberikan (bila ada)
7 Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan 4
Menyebutkan tindakan medis beserta
8 4
waktunya yang dilakukan selama shift
Menyebutkan tindakan medis yang belum
9 4
dilakukan selama shift
Menginformasikan kepada klien/ keluarga
10 nama perawat pada shift berikutnya pada 4
setiap akhir tugas
Memberi salam pada klien, keluarga serta
mengobservasi dan menginspeksi keadaan
11 4
klien, menanyakan keluhan-keluhan klien
(dalam rangka klasifikasi)
44x3
JUMLAH
=132
Sumber: Data primer di Ruang Rawat Inap Bougenvile RSUD Panembahan Senopati
Bantul Tanggal 17 Mei – 20 Mei 2021.
Kategori:

76-100 = Baik
56-75 = Cukup baik
<56 = Kurang, (Nursalam, 2015)

Grafik 4.1
Evaluasi Pelaksanaan Handover di Ruang Rawat Inap Bougenvile
RSUD Panembahan Senopati Bantul Tanggal
20 Mei 2021

Hasil Evaluasi sebelum dan setelah Implementasi


105

100

95

90

85

80

75
Sebelum Implementasi Setelah Implementasi

Hasil evaluasi

b. Analisa dan Pembahasan


Hasil evaluasi yang dilakukan pada tanggal 20 Mei 2021 di
dapatkan hasil Handover di ruang rawat inap Bougenvile RSUD
Panembahan Senopati Bantul dalam kategori baik dengan presentasi
sebesar 100%.
Ruang rawat inap yang ada di RSUD Panembahan Senopati Bantul
memiliki tim keperawatan yang masing-masing ruangan terdiri dari 3
tim keperawatan, yaitu tim A, tim B dan tim C dan masing-masing
memiliki peranan dalam mengelola pasien berdasarkan ruangan. Hal
tersebut didukung oleh Nursalam (2016) bahwa metode tim terdiri dari
2-3 tim perawatan dalam satu ruangan dimana tim perawatan ini
menyediakan perawatan terhadap kelompok pasien tertentu yang telah
ditentukan oleh koordinator ruang. Setelah perawat mendapat pasien
kelolaan masing-masing yang dilakukan perawat dalam tahap persiapan
adalah mempersiapkan lembar handover yang akurat berisi tentang
identitas pasien, catatan perkembangan pasien, keluhan pasien, rencana
perawatan, catatan obat, keseimbangan cairan, penilaian resiko jatuh
atau ulkus, hasil penunjang medis, perencanaan keuangan, tindakan
keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan, juga informasi yang
sensitive seperti HIV.
Dalam tahap persiapan sebagian besar perawat menyiapkan catatan
khusus tentang apa saja yang akan didelegasikan oleh perawat yang
telah jaga sebelumnya. Pendelegasian yang tidak efektif akan
menyebabkan kurangnya rasa percaya kepada orang yang menerima
pendelegasian, untuk menghindari hal tersebut pendelegasian pada
handover harus memiliki tiga komponen penting yaitu tanggung jawab,
kemampuan dan wewenang (Nursalam, 2016).
JCAHO (Joint Commission For Acreditation of Health Care
Organitation) mengidentifikasikan bahwa komunikasi sebagai faktor
utama yang berkontribusi dalam medical error, dengan handover yang
mempunyai “peran” sebanyak 80% dari masalah penyebab medical
error yang masih dapat dicegah (Joint Comission, 2010). Hal tersebut
diperkuat dalam penelitian Elmiyasna dan Mayasari (2011) kurangnya
persiapan yang dilakukan oleh perawat yang akan melakukan handover
akan berpengaruh dalam melakukan tindakan yang akan dilakukan
ketika sedang melaksanakan shit jaga. Dalam penelitian Soliyanti,
Pertiwiwati, dan Rizani (2019) juga dikatakan dalam pelaksanaan
handover pasien diperlukan komunikasi yang efektif antar perawat
dengan perawat dan perawat dengan pasien untuk menggiatkan
perbaikan keselamatan pasien.
Hasil obsevasi yang didapatkan di ruang rawat inap Bougenvile
RSUD Panembahan Senopati Bantul sejalan dengan penelitian
Istiningtyas dan Wulandari (2018), yang menyatakan bahwa terdapat
hubungan antara kepemimpinan kepala ruang saat handover dengan
pelaksanaan handover di ruang rawat inap. Kepemimpinan dalam
keperawatan merupakan penggunaan keterampilan seorang pemimpin
untuk mempengaruhi anggota perawat dalam melaksanakan tanggung
jawab sehingga tujuannya tercapai yaitu pelayanan keperawatan dan
asuhan keperawatan. Koordinator ruang dalam pelaksanaan handover
harus ikut berperan aktif terlibat di dalamnya dimulai dari tahap
persiapan, pelaksanaan hingga evaluasi dan pendokumentasian
(Nursallam, 2010)
Adanya diskusi saat pelaksanaan handover juga menjadi bukti
bahwa dari kegiatan diskusi tersebut ada suatu proses belajar bersama
dan berbagi ilmu dari kondisi-kondisi pasien yang diserah terimakan,
serta adanya bimbingan, saran, pendapat yang diajukan oleh kedua
belah pihak yaitu baik oleh perawat pelaksana maupun koordinat ruang.
Koordinator ruang yang mampu menerima dan mempertimbangkan
saran bawahannya selama proses diskusi berlangsung akan menjadikan
perawat pelaksana merasa lebih dihargai dan dilibatkan dalam
pengelolaan suatu kegiatan di ruangan, dalam hal ini adalah
pelaksanaan handover.

c. Faktor Pendukung
1. Adanya himbauan dari koordinator ruang terkait pelaksanaan
komunikasi terapeutik terhadap pasien maupun kepada keluarga
pasien.
2. Adanya himbauan dari koordinator ruang terkait handover.
3. Adanya kelengkapan data pasien di dalam Rekam Medis.
4. Adanya koordinator ruang, PN, AN dan mahasiswa profesi stase
manajemen keperawatan
d. Faktor penghambat
Kurangnya kesadaran perawat dalam penyampaian handover yang tepat
dan pelaksanaan komunikasi terapeutik dalam hal memperkenalkan diri
kepada pasien maupun keluarga pasien saat Handover.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan pada tanggal 20 Mei
2021 di dapatkan hasil handover di ruang rawat inap Bougenvile RSUD
Panembahan Senopati Bantul dalam kategori baik dengan persentase
sebesar 100%. Handover yang efektif harus dijadikan budaya oleh
perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan dan asuhan
keperawatan akan berpengaruh dalam melakukan tindakan yang akan
dilakukan ketika sedang melaksanakan shift jaga.

B. Saran
1. Bidang Mutu Keperawatan RSUD Panembahan Senopati Bantul
Penulis menyarankan sebaiknya dari Bidang Mutu Keperawatan
RSUD Panembahan Senopati Bantul dapat melakukan monitoring dan
evaluasi secara periodik untuk menilai tingkat kepatuhan perawat
dalam melakukan handover, sesuai dengan standar prosedur
operasional (SPO) di ruang rawat inap khususnya ruang rawat inap
Bougenvile.
2. Koordinator Ruang Bougenvile
Penulis menyarankan sebaiknya Koordinator Ruang Bougenvile
memotivasi dan melakukan monitoring kepada perawat terkait
kepatuhan perawat dalam melakukan handover, sesuai dengan standar
prosedur operasional (SPO) yang ada.
3. Perawat Pelaksana
Penulis menyarankan sebaiknya perawat pelaksana
mematuhi/melaksanakan handover sesuai dengan standar prosedur
operasional (SPO) yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

A.S. Hornby dan Cit Intansari. 2013. The Advanced Leaner’s Dictionary of
Current English. London: Oxford University press.

Azwar, Saifuddin. 2013. Sikap Manusia : Teori dan Pengukurannya.Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Depkes RI. 2009. Profil Kesehatan Republik Indonesia Tahun. 2012.(Online).


(Diakses pada tanggal 8 Mei 2021 pukul 13.08 WIB dari
http://www.depkes.go.id).

Depkes RI. 2010. Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Keperawatan Keluarga.


Jakarta: Depkes RI.

Depkes RI. 2012. Profil Kesehatan Republik Indonesia Tahun. 2012.(Online).


(Diakses pada tanggal 8 Mei 2021 pukul 13.06 WIB dari
http://www.depkes.go.id).

Depkes RI. 2015. Profil Kesehatan Republik Indonesia Tahun. 2012.(Online).


(Diakses pada tanggal 8 Mei 2021 pukul 12.56 WIB dari
http://www.depkes.go.id).

Djojodibroto, Darmanto. 1977. Kesehatan Kerja di Perusahaan. Jakarta:


Gramedia Pustaka Utama.

Djoyo Sugito. 2008. Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Satuan


Pelayanan dan Manajemen mutu pelayanan kesehatan. Surabaya:
Airlangga university.

Douglas, Laura Mae. 2013. The effective Nurse : Leader and Manager. 4th. Ed.
Mosby-year book, Inc.

Ellis, J. R., & Hartley, CL. 2000. Nursing in Today’s World : Trend, Issue and
Management. United State: Lippincolt Williams & Wilkins.

Elmiyasna, K. dan Mayasari, F. 2011. Gambaran Ketidakefektifan Timbang


Terima (Operan) di Ruang Kelas I IRNA Non Bedah (Penyakit dalam)
RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2011. STIKES Mercubaktijaya
Padang. (diakses pada tanggal 12 Mei 2021 pukul 12.40 WIB dari
http://eprints.ums.ac.id).

Gillies, DA. 2000. Nursing Management A system Approach Philadelpia: WB.


Sauders Company.
Hersey, Paul dan Kenneth. H. Blanchard. 2013. Kepemimpinan Birokrasi
(Terjemahaan Harbani Pasolong). Bandung: Alfabeta.
Istiningtyas, Anita dan Wulandari, Yunita. 2018. Hubungan Kepemimpinan
Kepala Ruang saat Handover dengan Pelaksanaan Handove. Jurnal
KesMaDaSka. (Diakses pada tanggal 12 Mei 2021 pukul 08.23 WIB
dari http://doi.org/10.34035/jk.v9i.262).

Joint Commission Center for Transforming Healthcare. 2010. Joint Commission


Center for Transforming Healthcare Improving Transitions of
Care:Handoff Communications [Serial Online]. (diakses pada tanggal
9 Mei 2021 pukul 12.51 WIB
http://www.centerfortransforminghealthcare.org/).

Koesoema. A. Doni. 2014. Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di


Zaman Global. Jakarta: PT Gramedia.

Marquis, B., L. dan Huston, C., J. 2015. Kepemimpinan dan Manajemen


Keperawatan. Jakarta: EGC.

Marr & Blebing. 2007. Strategic Performance Management. Leveraging and


Measuring Your Intangible Value Drivers. (diakses pada tanggal 9
Mei 2021 pukul 09.02 WIB dari https://www.amazon.de/).

Mundakir. 2006. Komunikasi Keperawatan: Aplikasi dalam Pelayanan.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Mundakir. 2008. Komunikasi Keperawatan: Aplikasi dalam Pelayanan.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Muwarni, Arita. 2014. Keperawatan Keluarga dan Aplikasinya. Yogyakarta:


Fitramaya.

Nurjanah. 2005. Manajemen Bencana. Bandung: ALFABETA.

Nursalam. 2014, Manajemen keperawatan dan aplikasi dalam praktik


Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. 2016, Manajemen keperawatan dan aplikasi dalam praktik


Keperawatan Profesional. Jakarta. Salemba Medika.

O’Grady, William dan Gusman. 1986. Contemporary Linguistics. London & New
York: Longman.

Parasuraman, A. 2014. The Behaviorial Consequenses of Service Quality. New


Jersey : Prentince Hall.

Potter, P. A. & Perry, A. G. 2005. Buku Ajar Keperawatan Fundamental


Keperawatan: Konsep Proses dan Praktik. Jakarta: EGC.
PPNI. 2010. Standar Praktik Profesioanl Dan Standar Kinerja Profesional
Perawat. Jakarta: PPNI.

Sitorus Ratna, Yulia. (2006). Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah


Sakit. Jakarta: EGC.

Stuart, G.W., and Sundenen, S.J. 2013. Buku saku keperawatan jiwa. 6th editon.
St. Louis: Mosby Yeart Book.

Suryabrata, Sumadi. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Suryani. 2005. Komunikasi Terapeutik: Teori dan Praktik. Jakarta: EGC.

Sutono, Djoko. 2007. Sistem Informasi Manajemen. Bogor: BPKP.

Swansburg, RC.2005. Introductory Management and Leadership for Nurses.


London: Jones and Bartlett Publishers, Inc.

Swansburg, RC.2013. Introductory Management and Leadership for Nurses.


London: Jones and Bartlett Publishers, Inc.

Terry, George, R. 2013. Principles of Management. Jakarta: Erlangga.

Wexley dan Yukl. 1977. Perilaku Organisasi dan Psikologi Personalia. Jakarta:
Bina Aksara.

Wijono, Djoko. 2011. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Surabaya:


Airlangga Universitas Press.

Zaidin, Ali. 2013. Dasar-dasar Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai