oleh rudapaksa (Mansjoer, 2000). Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang
disebabkan tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang,
muskuluskeletal, dimana terjadi pemisahan atau patahnya tulang iga lebih dari satu
Multiple fraktur adalah patahnya tulang lebih dari satu garis fraktur (Silvia A.
Prince, 2000). Fraktur Multiple Costae adalah keadaan dimana terjadi hilangnya
kontinuitas jaringan tulang di daerah costae lebih dari satu garis (Silvia A. Prince, 2000).
Berdasarkan beberapa definisi diatas, maka dapat disimpulkan Fraktur Multiple Costae
adalah keadaan dimana terjadi hilangnya atau terputusnya kontinuitas jaringan 2 tulang
Kasus Fraktur Multiple Costae ini jarang terjadi namun penyebab paling sering
terjadinya yaitu pada pengendara bermotor (Prasenohadi, 2012). Morbiditas dan mortalitas
yang disebabkan oleh fraktur iga dan sternum berkaitan erat dengan penyebab cedera,
kegawatan pada insiden Fraktur Multiple Costae dapat menyebabkan kerusakan yang
bermakna pada paru karena akan mempengaruhi ventilasi dan menyebabkan rasa nyeri
hebat. Bagaimanapun juga mengatasi nyeri pada pasien dengan trauma toraks tidak hanya
sekunder (Howell NJ, Ranasinghe AM, Graham TR, 2005; Weinberg JA, Croce MA,
2008).
1
C. Tanda dan Gejala Fraktur Multiple Costae
1. Sesak napas
sehinnga mengakibatkan terjadinya kerusakan struktur dan jaringan pada rongga dada
lalu dapat terjadi penumothoraks dan hemothoraks yang akan menyebabkan gangguan
Nyeri pada fraktur costae terjadi akibat terdorongnya ujung-ujung fraktur masuk
pada rongga dada dan terjadi stimulasi pada saraf sehingga menyebabkan terjadinya
Gerak paradoksal terjadi akibat adanya fraktur costae yang multiple, yaitu
adanya garis patahan lebih dari satu dan terjadi di beberapa costae (kurang lebih 3
costae) dan mengakibatkan adanya Flail Chest (Mengambang). Costae yang biasanya
menempel atau terhubung dengan costae lainnya oleh dikarenakan fraktur costae
multiple maka coste tidak lagi terhubung dengan rongga dada. Akibat tidak lagi
terhubung dengan rongga dada, maka saat bernafas seharusnya rongga dada
mengembang maka daerah yang terkena flail chest tersebut tidak bergerak dan
Ekspirasi, rongga dada seharusnya mengempis tetapi daerah yang terkena flail chest
2
5. Krepitasi pada bagian dada
b. Fraktur simple
c. Fraktur multiple
a. Fraktur segmental
b. Fraktur simple
c. Fraktur comminutif
4. Menurut posisi:
a. Anterior
b. Lateral
c. Posterior
3
Fraktur
E. WOC
Trauma :
Non Trauma :
1. Tajam (luka tusuk &
akibat adanya
luka tembak)
gerakan berlebihan
2. Tumpul (Lakalantas,
dan stress fraktur,
jatuh dari ketinggian,
seperti pada
jatuh di tempat yg keras/
gerakan olahraga
Perkelahian)
lempar martil, soft
ball, tennis, golf
Multiple Fraktur
4
Pelepasan mediator
Kimia Tekanan dalam Mk : Resiko infeksi
pleura (D.0142) Penurunan
meningkat aliran darah
Nociceptor
Mk : perfusi
Udara tertahan di perifer tidak
Medulla Spinalis
lapisan pleura efektif (D.0009)
Korteks Serebri
Luas Permukaan Paru
Mk : Nyeri Akut Menurun
(D.0077)
5
F. Komplikasi
Menurut (Melendez,2015) komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan Fraktur
Nyeri pada dinding dada karena patah tulang meningkatkan kerja dari
pernapasan dan risiko terjadi kelemahan pada paru-paru. Kegagalan respirasi dapat
terjadi karena trauma pada dinding thoraks dan lebih sering terjadi kontusio paru atau
2. Hipoksia
compliance paru sehingga secara klinis muncul gejala seperti hipoksia. Kegagalan
pernapasan terjadi ketika pertukaran O2 dengan CO2 tidak adekuat sesuai kebutuhan
3. Atelektasis
Nyeri dari patah tulang costae dapat disebabkan karena penekanan respirasi yang
meningkatkan FiO2. Bila atelectasis muncul, positive end expiratory pressure (PEEP)
4. Pneumonia
Penumonia merupakan salah satu komplikasi yang paling sering terjadi pada
patah tulang costae. Pneumonia dapat bervariasi tergantung pada patah tulang costae
dan usia pasien. Insiden terjadinya pneumonia pada semua pasien yang dirawat di
rumah sakit dengan satu atau lebih patah tulang costae sekitar 6% (Melendez, 2015).
6
b. Kerusakan organ viseral
Fraktur pada costae bagian bawah biasanya berhubungan dengan trauma pada
organ abdomen dibandingkan dengan parenkim paru. Fraktur pada bagian bawah kiri
berhubungan dengan trauma lien dan fraktur pada bagian bawah kanan berhubungan
trauma liver dengan fraktur pada costae 11 dan 12 biasanya berhubungan dengan
c. Pneumothoraks
Adanya akumulasi udara dalam rongga pleura yang menekan paru-paru dapat
dilihat pada pemeriksaan diagnostik foto polos thoraks. Pneumothoraks adalah suatu
kondisi adanya udara yang terperangkap di rongga pleura akibat robeknya pleura
viseral, dapat terjadi spontan atau karena trauma yang mengakibatkan terjadinya
paru. Pneumothoraks terjadi karena trauma tumpul atau tembus thorak. Dapat pula
terjadi karena robekan pleura viseral yang disebut dengan barotrauma atau robekan
d. Hemothoraks
thoraks terjadi akibat trauma tumpul atau tembus pada thoraks. Sumber perdarahan
umumnya berasal dari arteri interkostalis atau arteri mamaria interna. Perlu diingat
kegagalan sirkulasi tanpa terlihat adanya perdarahan yang nyata oleh karena
7
e. Kontusio Paru
sering terjadi dengan 10% - 17% dari semua pasien yang masuk rumah sakit dengan
angka kematian 10% - 25% (Martin et al, 2009). Fraktur costae selalu berhubungan
dengan kontusio paru. Fraktur Multiple Costae ditemukan menjadi faktor predisposisi
atau faktor penyebab terjadinya penurunan fungsi paru dan compromised ventilation.
G. Penatalaksanaan Medis
konservatif (analgetika). Fraktur lebih dari 2 costae harus diwaspadai kelainan lain
untuk mengatasi kelainan yang mengancam jiwa secara langsung, di ikuti oleh
penanganan pasca operasi/ tindakan yang adekuat (analgetika, bronchial toilet, cek lab
hematotoraks, atau kerusakan organ intratoraks lain, adalah (Dewi, 2010; Sjamsuhidajat,
dkk., 2004):
b. Bronchial toilet
c. Cek lab berkala : Hb, Ht, leukosit, trombosit,dan analisa gas darah
Primary Survey :
8
1. Airway dan kontrol cedera cervical
c. Buka jalan napas, jika dicurigai adanya fraktur cervical buka jalan napas dengan
teknik jaw trust dan jika tidak ada fraktur cervical buka jalan napas dengan head til,
2. Breathing
c. Kaji adanya tanda-tanda syok (nadi cepat dan lemah, akral dingin, CRT > 2 detik)
4. Disability
a. Tingkat kesadaran
b. Respon pupil
c. Tanda-tanda lateralisasi
5. Eksposure
a. Buka pakaian pasien tetap pertahankan suhu tubuh pasien agar tidak mengalami
hipotermi.
9
6. Folley Catheter
kateter.
7. Gastric Tube
Pemasangan OGT atau NGT jika ada indikasi dan tidak ada kontra indikasi.
8. Heart Monitor
Pemasangan monitor kelistrikan jantung, tekanan darah, nadi, pernapasan dan suhu
tubuh.
Secondary Survey :
i. Rontgen standar
dan pneumothoraks ataupun kontusio paru, dan untuk mengetahui jenis dan letak
fraktur.
ii. EKG
iv. Pemeriksaan Laboratorium (analisa gas darah), pulse oksimetri dan laju
nafas
I. Diagnosa Keperawatan
10
6. Resiko infeksi (D.0142)
J. Rencana Keperawatan
NOC :
Kriteria Hasil :
b. Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda tanda distress pernafasan
c. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis
NIC :
Airway Management
a. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
11
j. Barikan pelembab udara
Respiratory Monitoring
stokes, biot
g. Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak adanya ventilasi dan suara
tambahan
NOC :
a. Circulation status
Kriteria Hasil :
12
2) Tidak ada ortostatikhipertensi
3) Tidak ada tanda tanda peningkatan tekanan intrakranial (tidak lebih dari 15
mmHg)
3) memproses informasi
NIC :
panas/dingin/tajam/tumpul
c. Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada lsi atau laserasi
NOC :
13
a. Pain Level
b. Pain control
c. Comfort level
Kriteria Hasil :
NIC :
Pain Management
pasien
f. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol
14
j. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter
personal)
o. Tingkatkan istirahat
p. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
Analgesic Administration
a. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
d. Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian
g. Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur
h. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
NOC :
b. Mobility Level
15
c. Self care : ADLs
d. Transfer performance
Kriteria Hasil :
berpindah
NIC :
a. Monitoring vital sign sebelm/sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan
kebutuhan
c. Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap cedera
kemampuan
g. Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan ADLs ps.
i. Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan
NOC :
Kriteria Hasil :
16
a. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur,
hidrasi, pigmentasi)
sedera berulang
alami
NIC : Pressure Management
NOC :
a. Immune Status
c. Risk control
17
Kriteria Hasil :
serta penatalaksanaannya,
NIC :
d. Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah
i. Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan petunjuk umum
18
c. Monitor kerentanan terhadap infeksi
d. Batasi pengunjung
m. Dorong istirahat
DAFTAR PUSTAKA
http://medicastore.com/penyakit/148/Kolaps_Paru-Paru_Pneumothorax.html pada
http://fordisfisio.forumotion.com/kardiorespirasi-f4/pneumothorax-kolaps- paru-
19
Azz, Y. 2008. Fraktur Costae. Diakses dari http://www.slideshare.net/yar_azz/fraktur-iga
Dewi, I.K. 2010. Fraktur Clavicula dan Fraktur Costae. Diakses dari
http://www.scribd.com/doc/47345054/Fraktur-Clavicula-dan-Fraktur-Costae pada
Howell, N., Ranasinghe, A., & Graham, T. (2005). Management of rib and sternal fractures.
Trauma, 7, 47–54.
Syamsuhidajat, R, Wim De Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
20