Disusun oleh :
Anggi Wijayanti K
18/436095/KU/20951
B. Manifestasi klinis
Nyeri atau mati rasa pada kaki atau jari
Luka terbuka,infeksi kulit atau ulserasi yang tidak sembuh
Gangrene kering pada tungkai atau kaki
C. FAKTOR RESIKO
Rangkuti (2008) dan Al-Thani et al (2009) mengatakan bahwa ada beberapa faktor
resiko untuk penyakit arteri perifer, antara lain :
Faktor resiko tradisional (Tidak dapat diubah)
a. Usia
Pada Framingham Heart Study didapati usia > 65 tahun meningkat resiko PAD.
Hubungan yang kuat bertambahnya usia (>70 tahun)
b. Merokok
Merokok merupakan salah satu factor resiko yang sangat penting terjadi PAD dan
komplikasinya : internitten claudicatio dan critical limb ischemia
c. Diabetes Melitus
Diabetes mellitus akan meningkatkan resiko PAD asimptomatik atau simptomatik PAD
sebesar 1.5 – 4 kali lipat dan berhubungan dengan kejadian kardiovaskuler dan
mortalitas pada individu dengan PAD. Penyakit ini sangat berhubungan dengan
penyakit oklusi pada arteri tibialis. Pasien dengan PAD lebih sering mendapat
mikroangiopati atau neuropati dan terjadi gangguan penyembuhan luka. Pasien DM
juga mempunyai resiko lebih tinggi terjadi ulkus iskemik dan gangren
d. Hiperlipidemia
e. Hipertensi
Pasien dengan hipertensi dan PAD peningkatannya lebih besar terjadi stroke dan
miokard infark.
D. TREATMENT
Endovascular treatments
Terapi invasif endovascular sering menjadi pilihan dalam perawatan CLI. Beberapa prosedur
endovascular digunakan untuk mengobati CLI meliputi:
- Angioplasty : Sebuah balon kecil dimasukkan melalui tusukan di pangkal paha. Balon
mengembang satu atau beberapa kali, dengan menggunakan larutan garam untuk
membuka arteri.
- Cutting ballon : Sebuah balon tertanam dengan mikro-pisau yang digunakan untuk
melebarkan daerah yang sakit.
- Cold ballon (CryoPlasty) : Balon digelembungkan menggunakan nitrous oxide. Gas
membekukan plak selama dilatasi, pertumbuhan plak dihentikan, dan jaringan parut
sedikit dihasilkan.
Stent : Tabung logam yang diperluas dan dibiarkan di tempat untuk memberikan
perancah untuk arteri yang telah dibuka dengan menggunakan balon angioplasty.
- Balon-expanded : balon A digunakan untuk memperluas stent. Stent ini lebih kuat, tapi
kurang fleksibel.
- Self-expanding : Compressed stent dikirim ke jaringan yang sakit. Stent ini lebih
fleksibel.
Laser atherectomy: potongan kecil dari plak yang menguap oleh ujung probe laser.
Bedah perawatan
Pengobatan luka atau borok dapat ditindak lanjuti oleh prosedur bedah tambahan.
AMPUTASI
A. Pengertian
Amputasi pada ekstermitas bawah sering diperlukan sebagai akibat penyakit
vaskuler perifer progresif, gangrene, trauma, deformitas congenital atau tumor ganas. Juga
dianggap ebagai suatu jenis pembedahan rekonstruksi drastic.
C. PATOFISIOLOGI
Dilakukan sebagian kecil sampai dengan sebagian besar dari tubuh, dengan dua metode :
1. Metode terbuka (guillotine amputasi).
Metode ini digunakan pada klien dengan infeksi yang mengembang. Bentuknya benar-
benar terbuka dan dipasang drainage agar luka bersih, dan luka dapat ditutup setelah tidak
terinfeksi.
2. Metode tertutup (flap amputasi)
Pada metode ini, kulit tepi ditarik pada atas ujung tulang dan dijahit pada daerah yang
diamputasi.
3. Tidak semua amputasi dioperasi dengan terencana, klasifikasi yang lain adalah karena
trauma amputasi.
D. Tingkatan Amputasi
Ampuasi dilakukan pada titik paling distal yang masiyh dapat mencapai
penyembuhan dengan baik. Tempat amputasi ditentukan berdasar 2 faktor: peredaran darah
pada bagian itu dan kegunaan fungsional. Status peredaran darah eksteremitas di evaluasi
melaui pemeriksaan fisik dan uji tertentu perfusi otot dan kulit sangat penting untuk
penyembuhan. Floemetri Dopler, penentuan tekanan darah segmental, dan tekanan parsiel
oksigen perkutan (PaO2), merupakan uji yang sangat berguna.
Tujuan pembedahan adalah mempertahankan sebanyak mungkin panjang
ekstremitas konsisten dengan pembasmian proses penyakit. Amputasi jari kaki dan
sebagian kaki hanya menimbulkan perubahan minor dalam gaya jalan dan keseimbangan.
Amputasi Syime (modifikasi amputasi disartikuasi pergelangan kaki) dilakukan paling
sering pada trauma kaki ekstensif dan mengahasilkan eksteremitas yang bebas nyeri yang
kuat dan yang dapat menahan beban berat badan penuh. Amputasi bawah lutut lebih baik
dibanding amputasi diatas lutut karena pentingnya sendi lutut dan kebutuhan energi buat
berjalan. Diartikulasi sendi lutut paling berhasil pada pasien muda, aktif, yang masih
mampu mengembangkan kontrol yang tepat terhadap prostesis. Bila dilakukan amputasi
atas lutut, pertahankan sebanyak mungkin banyaknya otot dibentuk dan distabilkan, dan
kontraktur pinggul dapat dicegah untuk potensial ambulasi maksimal.
2. Balutan lunak
Digunakan bila diperluakan inspeksi berkala puntung sesuai kebutuhan. Bidai
immobilisai dapat dibalutkan dengan balutan. Hematoma atau luka puntung dikontrol
dengan alat drainase luka untuk meminimalkan infeksi.
3. Amputasi bertahap
Dilakukan jika ada gangrene atau infeksi. Pertama-tama dilakukan amputasi guillotine
untuk mengangkat semua jaringan nekrosis dan sepsis. Luka didebridemen dan
dibiarkan mongering. Sepsis ditangani dengan antibiotika dalam beberapa hari, ketika
infeksi telah terkontrol dan pasien telah stabil, dialkuakn amputasi definitive dengan
penutupan kulit.
E. Komplikasi
Komplikasi amputasi meliputi: perdarahan, infeksi dan kerusakan kulit. Karena ada
pembuluh darah besar yang dipotong, dapat terjadi perdarahan massif. Infeksi merupakan
komplikasi pada semua pembedahan; dengan peredaran darah buruk atau kontaminasi luka
setelah amputasi traumatika, resiko infeksi meningkat. Penyembuhan luka yang buruk dan
iritasi akibat prostesis dapat menyebabkan kerusakan kulit.