DISUSUN OLEH :
LISYAWATI
PURWOKERTO
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Alloh SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayah-Nya. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan pada junjungan kita, Rasulullah
Muhammad SAW. Puji syukur dan shalawat selalu mengawali penulis dalam setiap langkah,
sehingga dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S
Dalam penulisan ini saya menyadari bahwa makaah ini jauh dari sempurna, baik dari
segi penyusunan, bahasan, ataupun penlisannya. Semoga makalah ini memberikan informasi
bagi pembaca dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB. I PENDAHULUAN
B. Tujuan ………………………………………………......................
A. Definisi ..............................................................................................
B. Etiologi ..............................................................................................
C. Patofisiologi.......................................................................................
D. ManifestasiKlinis...............................................................................
E. PemeriksaanPenunjang ......................................................................
F. Komplikasi ........................................................................................
G. Penalaksanaan ...................................................................................
I. Diagnosa Keperawatan……………………………………………
J. Pathway…………………………………………………………...
A. PENGKAJIAN ..................................................................................
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN.......................................................
PEMBAHASAN
BAB. V PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………….
B. Saran……………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Diabetes Melitus di temukan di Mesir pada tahun 1552 SM. Diabetus Melitus dikenal
sebagai suatu penyakit yang mempunyai gejala antara lain sering kencing dan jumlah yang
banyak (poliuria) dan penurunan berat badan yang cepat tanpa di sertai rasa nyeri, penyakit
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit degenerative (keturunan) yang memerlukan upaya
penanganan yang tepat dan serius. Apa bila tidak dilakukan penanganan secara cermat, dampak
dari penyakit tersebut dapat menyebabkan berbagai komplikasi penyakit serius lainya di
antaranya jantung, stroke, disfungsi ereksi, gagal ginjal, dan kerusakan system syaraf (Atun,
2010).
peningkatan kemakmuran di Negara bersangkutan akhir – akhir ini banyak disoroti. Peningkatan
pendapatan per kapita dan perubahan gaya hidup terutama di kota – kota besar menyebabkan
peningkatan prevalensi penyakit degenerative, salah satunya adalah penyakit Diabetes Melitus,
DM merupakan salah satu masalah kesehatan yang berdampak pada produktifitas dan dapat
menurunkan sumberdaya manusia. Penyakit ini tidak hanya berpengaruh secara individu, tetapi
dari 8,4 juta jiwa pada tahun 2000 menjadi 21,3 juta jiwa pada tahun 2003. Tingginya angka
tersebut menjadikan Indonesia peringkat ke-4 jumlah Diabetes Melitus terbanyak di Dunia
setelah Amerika Serikat, India dan China. Meningkatnya penderita DM di sebabkan oleh
peningkatan obesitas, kurang aktivitas fisik, kurang mengkonsumsi makanan yang berserat,
Berdasarkan data dariWorld Health Organization (WHO, 2012), sekitar 347 juta
orang di seluruh dunia menderita diabetes, dan diperkirakan bahwa kematian akibat diabetes
akan meningkat dua pertiga kali antara tahun 2008 dan 2030. Menurut International Diabetes
Federation (IDF) pada tahun 2012, penderita DM di seluruh dunia mencapai 371 juta orang.
Indonesia masuk dalam urutan ketujuh negara dengan penderita diabetes terbanyak dengan
jumlah 7,6juta orang pada tahun 2012. Bahkan diprediksi pada tahun 2030, Indonesia akan
masuk top five sebagai negara penderita diabetes di dunia (IDF, 2012).
diabetes mellitus merupakan penyakit degenerative non infeksi yang bersifat menahun akibat
kadar glukosa dalam darah yang tinggi. Penyakit tidak menular atau penyakit degenerative
sejak beberapa dasawarsa silam telah menjadi segmentasi permasalahan tersendiri bagi tiap
negara di seluruh dunia. Bersama dengan semakin pelik permasalahan yang diakibatkan oleh
berbagaimacam penyakit menular, kasus penyakit non infeksi menimbulkan beban ganda bagi
dunia kesehatan. Hingga saat ini penyakit degenerative telah menjadi penyebab kematian
terbesar di dunia. Menurut laporan WHO, disebutkan bahwa hampir 17 juta orang
meninggal lebih awal tiap tahun sebagai akibat epidemi global penyakit degenerative.
tergantung insulin di Provinsi Jawa Tengah padatahun 2008 sebesar 0,16%, mengalami
peningkatan bila dibandingkan prevalensi tahun 2007 sebesar 0,09%. Prevalensi tertinggi adalah
Kota Semarang 0,84%. Sedang prevalensi diabetes mellitus yang tidak tergantung insulin atau
DM tipe II, mengalami peningkatan dari 0,83% pada tahun 2006, menjadi 0,96% pada tahun
2007, dan 1,25% pada tahun 2008 (Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2008).
Pada data dari Dinas Kesehatan Banyumas tahun 2010 jumlah penderita DM di
propinsi Jawa Tengah sebanyak 509.319 orang, dan pada tahun 2010, khususnya kabupaten
Banyumas baik di Puskesmas dan rumah sakit 4600 orang menderita diabetes melitus.
Diantaranya 1336 orang menderita diabetes tergantung insulin dan 3264 orang menderita
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
c. Mengetahui prioritas diagnosa yang timbul pada Tn. J dengan Diabetus Melitus
A. Definisi
dimana kadar glukosa (gula sederhana) di dalam darah tinggi atau hiperglikemi karena tubuh
tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara cukup (Suyono, 2007; Smeltzer&
Bare, 2009). Diabetes melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik
B. Etiologi
Menurut Riyadi dan Sukarmin (2008), diabetes melitus disebabkan oleh beberapa faktor
antara lain:
2. Infeksi
3. Faktor imunologi
Menurut Smeltzer dan Bare (2009), Diabetes tipe II adalah mekanisme yang
menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih
belum diketahui. Faktor genetik diperkirakan memegang peran dalam proses terjadinya
2. Obesitas
3. Riwayat keluarga
4. Hipertensi
C. Patofisiologi
1. Diabetes tipe I
Ketidak mampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah
glukosa yang tidak terukur oleh hati.Glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat
di simpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan
cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring
keluar; akibatnya, glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosaria). Ketika glukosa
dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai
akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan
dalam berkemih (polyuria) dan rasa haus (polydipsia). Pasien dapat mengalami
ada bukti yang menunjukkan dasar autoimun, Dua efek metabolik utama yang
menandai diabetes mellitus tipe II adalah resistensi insulin dan disfungsi sel β.
a. Resistensi insulin
kuantitatif dan kualitatif pada lintasan penyampaian sinyal insulin yang meliputi
aktivitas tirosin kinase, dan berkurangnya kadar zat-zat antara yang aktif dalam
b. Disfungsi sel β
pola sekresi insulin normal yang berayun (osilasi) dan pulsatil serta pelemaan
fase pertama sekresi insulin cepat yang dipicu oleh peningkatan glukosa plasma)
defisiensi insulin. Hiperglikemia yang berat dan melebihi ambang ginjal maka akan timbul
glikosuria. Glikosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang meningkatkan pengeluaran
urine (poliuria) jika melewati ambang ginjal untuk ekskresi glukosa yaitu ± 180 mg/dl serta
timbulnya rasa haus (polidipsia). Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan (polifagia)
Hal ini disebabkan glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga sel
sumber tenaga terpaksa diambil dari cadangan lain yaitu sel lemak dan otot.
Akibatnya penderita kehilangan jaringan lemak dan otot sehingga menjadi kurus.
2. Mata kabur
Mata kabur akibat glukosa darah yang tinggi akan menarik pula cairan dari dalam
a. Infeksi yang hebat, kuman, atau jamur yang mudah tumbuh pada kondisi gula
b. Kerusakan dinding pembuluh darah, aliran darah yang tidak lancar pada kapiler
c. Kerusakan saraf dan luka yang tidak terasa menyebabkan penderita diabetes tidak
4. Kesemutan
Rasa kesemutan atau kerusakan saraf disebabkan oleh glukosa yang tinggi, merusak
dinding pembuluh darah dan akan mengganggu nutrisi pada saraf sensoris. Keluhan
yang paling sering muncul adalah rasa kesemutan atau tidak berasa, terutama pada
tangan dan kaki.Selanjutnya dapat timbul rasa nyeri pada anggota tubuh, betis, kaki,
5. Infeksi
Mudah terkena infeksi Leukosit (sel darah putih) yang biasa dipakai untuk melawan
infeksi tidak dapat berfungsi dengan baik jika glukosa darah tinggi.
1. Keluhan TRIAS: Banyak minum, Banyak kencing, dan Nafsu makan meningkat.
E. Pemeriksaan Penunjang
4. Glycosatet hemoglobin.
Digunakan untuk memantau kadar glukosa selama 3 bulan. Kadar darah sewaktu dan
(WHO, 2010)
F. Komplikasi
1. Komplikasi akut
Perubahan yang relatif akut pada konsentrasi glukosa plasma yang menimbulkan
komplikasi yaitu:
a. Hipoglikemia
ada sebagian besar difasilitasi untuk masuk ke dalam sel (Riyadi & Sukarmin,
2008).
b. Hiperglikemia
pada keadaan mual muntah, kelemahan, paralise, napas cepat dan hipotensi
c. Ketoasidosis
penyakit akut atau trauma. Pada ketoasidosis diabetik, kadar glukosa darah
2. Komplikasi Kronis
dapat dikontrol. Komplikasi yang timbul jika kadar gula darah tetap tinggi di
antaranya:
a. Makrovaskuler
Makrovaskuler disebut makropati yaitu penyakit pada pembuluh darah besar dan
tungkai dan kaki sukar sembuh, lama-lama luka menjadi borok, kematian
b. Mikrovaskuler
G. Penatalaksanaan
Menurut Smeltzer dan Bare (2011),penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien
1. Medis
dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler
pengobatan utama DM tipe II adalah penurunan berat badan. Tujuan terapeutik pada
setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadi
hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien. Ada lima komponen
a. Diet
b. Latihan
insulin. Sirkulasi darah dan tonus otot juga diperbaiki dengan berolahraga. Semua
efek ini sangat bermanfaat pada diabetes karena dapat menurunkan berat badan,
c. Penyuluhan
kaset video, diskusi kelompok dan sebagainya (Smeltzer & Bare, 2011).
c. Obat
Menurut Wijaya dan Putri (2013) penatalaksanaan diabetes militus, antara lain:
2) Insulin
pola makan
Centre Institute, dalam penatalaksanaan diet diabetes mellitus ada 3 (tiga) J yang harus
diketahui dan dilaksanakan oleh penderita diabetes mellitus, yaitu jumlah makanan, jenis
makanan, jadwal makanan. Berikut ini uraian mengenai ketiga hal tersebut:
1. Jumlah makanan
DM, bukan berdasarkan tinggi rendahnya gula darah.Jumlah kalori yang berkisar
antara 1100-2900 KKal. Ketentuan mengenai pengaturan jumlah zat makanan yang
a. Karbohidrat
diabetes mellitus yang tidak terlalu berat, apalagi pada pasien gemuk.Penderita
diabetes mellitus harus mengetahui bahwa jumlah karbohidrat dalam makanan
b. Protein
kebutuhan tubuhnya.
c. Lemak
jenuh karena dapat mempengaruhi kenaikan kadar gula darah. Makanan yang
mengandung lemak jenuh antara lain minyak kelapa, margarin, santan, keju, dan
d. Kolesterol
di saluran pencernaan dan pembentuk massa sehingga absorbs glukosa dan lemak
makanan apa yang boleh dimakan dan makanan mana yang harus dibatasi secara
ketat antara lain makanan yang mengandung karbohidrat mudah diserap seperti gula,
sirup, sari buah harus dihindari. Sayuran dengan kandungan karbohidrat tinggi
seperti buncis, kacang panjang, wortel, kacang kapri, daun singkong dan bayam
rambutan, apel, duku, durian juga dibatasi. Sayuran yang boleh dikonsumsi adalah
sayuran dengan kandungan kalori rendah seperti oyong, ketimun, kol, labu siam,
lobak, sawi, rebung, selada, toge, terong dan tomat (Waspadji, 2007).
3. Jadwal makanan
waktu yang telah ditentukan.Penderita diabetes mellitus makan sesuai jadwal yaitu 3
kali makan utama, 3 kali makan selingan dengan interval waktu 3 jam. Ini
jumlah makanan dan jadwal yang tepat diharapkankadar glukosa darah tetap stabil.
Jadwal makan standar yang digunakan oleh penderita diabetes mellitus sebagai
1. Pengkajian
a. Usia
dengan cepat setelah usia 40 tahun. Diabetes sering muncul setelah memasuki usia
tersebut terutama setelah seseorang memasuki usia 65 tahun terlebih pada orang
dengan obesitas.
Pada orang dengan pendapatan tinggi cenderung untuk mempunyai pola hidup dan
mengandung gula dan lemak yang berlebihan, serta tingginya konsumsi makanan
c. Keluhan Utama
Penderita biasanya datang dengan keluhan menonjol badan terasa sangat lemas
(polyuria) kadang penderita belum tahu kalau itu salah satu tanda penyakit
diabetes mellitus.
d. Riwayat Penyakit
Riwayat penyakit ini biasanya yang dominan adalah munculnya sering buang air
kecil (polyuria), sering lapar dan haus (polidipsi dan polifagia), sebelumnya
Diabetes dapat terjadi saat kehamilan, yang terjadi hanya saat hamil saja dan
dengan baik.
1. Kebutuhan nafas
Data pernafasan yang sangat mungkin terjadi pada pasien dengan diabetes mellitus
metabolisme sel yang melibatkan oksigen (respirasi aerob) dengan irama dalam dan
2. Kebutuhan nutrisi
Penderita diabetes mellitus mengeluh ingin selalu makan tetapi berat badannya
justru turun karena glukosa tidak dapat ditarik ke dalam sel dan terjadi penurunan
masa sel. Pada pengkajian intake cairan pasien terkaji banyak minum (sehari
3. Kebutuhan eliminasi
Frekuensi buang air besar (BAB) pada pasien diabetes mellitus seperti biasa 1-2
x/hari, dengan warna kekuningan. Sedangkan pada eliminasi buang air kecil (BAK)
akan dijumpai jumlah urin yang banyak baik secara frekuensi maupun volumenya
cc/hari). Untuk warna tidak ada perubahan sedangkan bau ada aroma unsur gula.
4. Kebutuhan gerak dan keseimbangan/ aktivitas
kelemahan fisik, kram otot dan penurunan tonus otot.Penurunan skor kekuatan otot
pada saat pengkajian terdapat diekstremitas atas kanan dan kiri serta ekstremitas
bawah kanan dan kiri (penilaian memakai skor 5,4,3,2,1, dan 0). Range of Motion
sudutnya,misalnya pada rentang sudut siku tangan yang dapat mencapai 180º dapat
turun menjadi 160º atau dibawahnya. Penderita juga dapat mudah jatuh karena
penurunan glukosa pada otak akan berakibat penurunan kerja pusat keseimbangan
(di serebelum/ otak kecil).Cara pemeriksaan dari ROM adalah pasien diminta untuk
Sering muncul perasaan tidak enak, efek dari gangguan yang bersifat sistemik yang
karena frekuensi kencing yang meningkat pada malam hari rata-rata tidur penderita
pada malam hari 4-5 jam.
6. Kebutuhan berpakaian
fisik yang mengganggu (skor kekuatan otot 2-0) atau terjadi penurunan kesadaran
Data yang sering muncul adalah klien mengeluh kesemutan pada ekstremitas (atas
maupun bawah) yang berarti terjadi penurunan sirkulasi karena terjadi peningkatan
viskositas darah oleh glukosa tetapi masuk sel pada ekstremitasnya.Akral juga teraba
Pasien diabetes dengan kadar gula yang terkontrol (tidak naik drastis) masih dapat
Pasien dengan diabetes mellitus mengalami rasa nyeri pada punggung kaki tetapi
dengan skala yang ringan dan dapat ditoleransi sehingga tidak mengganggu aktivitas
sehari-hari (untuk kebutuhan rasa nyaman) sampai yang berat terasa sangat panas
Pada perjalanan yang cukup lama pasien mengalami penurunan optimisme dan
Setelah mengalami gejala yang tak kunjung sembuh pasien diabetes mellitus mulai
berusaha mencari sumber kekuatan yang luas yaitu dari Tuhan.Kegiatan ibadah
karena penderita cepat mengalami kelelahan tetapi saat dirawat barangkali tidak
muncul penurunan harga diri, menarik diri, mungkin sampai kondisi frustasi.
Kebutuhan rekreasi dan bermain pada pasien diabetes melitus perlu dikaji selera
kondisi klien untuk bermain, kaji keadaan penyakit klien apakah berpengaruh untuk
Kebutuhan belajar yang meningkat adalah bagaimana cara menurunkan kadar gula
darah, bagaimana cara mengkonsumsi makanan yang aman dan bagaimana cara
Risiko ketidakstabilan
Penurunan insulin
kadar glukosa darah
Asidosis Infeksi
Nutrisi kurang
Diuresia osmotic
dari kebutuhan
CO2
Poliuria Ulkus DM
Nafas cepat dan
Dehidrasi dalam Risiko ketidakstabilan
Pola nafas kadar glukosa darah
Nyeri
BAB III
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
X : Meningal Dunia
: Pasien
---- : Tinggal serumah
Kondisi mulut:Membrane mukosa kering, gigi berlubang ada, Menggunakan cairan intravena
(sebutkan jenisnya) infus NACL 20 tpm
Kondisi kulit:Warna sawo matang, suhu tubuh 360C (axial), kelembaban : kering, turgor kulit : Baik
(elastis)
3. Pola eliminasi
Kebiasaan buang air besar (BAB):
Frekuensi: 1 kali/ hari Konsistensi:
Lembek
Warna : kuning Jumlah: Sedikit
Masalah :Nyeri saat defekasi Kebiasaan
buang air kecil (BAK):
Warna:Kuning Kejernihan:Jernih
Jumlah:±1000 cc/hari
Masalah:Tidak ada masalah dengan BAK
Inkontenensia:Tidak ada
Penggunaan alat bantu:Tidak terpasang kateter Inspeksi
abdomen:Bentuk abdomen lebih besar.
Palpasi abdomen : Di Kuadran bawah kanan ketika dipalpasi klien kesakitan.
Auskultasi abdomen : Suara bising usus normal
Perkusi Abdomen :Suara perkusi abdomen terdengar pekak.
4. Pola aktivitas dan olahraga
Muskuloskeletal :Tidak ada tremor, tidak ada atrofi, tidak ada pembengkakan.
0= Independen
1= Dengan bantuan alat
2= Dengan bantuan orang lain
3= Dengan bantuan orang lain dan alat 4=
Tergantung/ tidak dapat melakukan.
Skala
Aktivitassehari-hari
0 1 2 3 4
Makan √
Mandi √
Berpakaian √
Toileting √
Pindah dari tempat tidur √
Transfering √
Ambulating √
Naik tangga √
Berbelanja √
Memasak √
Pemeliharaan rumah tangga √
Postur :Normal, Deformitas: tidak ada, Amputasi: tidak ada, Prostesis: tidak ada
Kardiovaskuler
Denyut nadi :Teratur 87x/menit, tekanan darah: 196/93 mmhg(berbaring)
Ektremitas
Suhu rabaan: hangat, capilary refill:<3 detik, distributor rambut pada ektremitas: normal, pada
telapak tangan keluar keringat. Terpasang infus NACL 20 tpm.
Pernafasan
Kebiasaan tidur:
Sebelum dirawat dirumah sakit:Tidur siang tidak pernah, malam 5-7 jam/ hari. Setelah dirawat
dirumah sakit klien tidur siang 3-4 jam, malam hanya tidur sekitar 3-4jam/hari. Klien terbangun
pada malam hari. Klien tidak mempunyai metode khusus sebelum tidur
seperti minum obat, minum air hangat atau kebiasaan lain seperti mandi, membaca, nonton TV,
mendengarkan musik.
Mood (Subjektif):Cemas, klien mengatakan cemas terhadap kondisinya saat ini. Afek
(PQRST)
[Tidak] Menyangkal adanya nyeri
Pencetus/propoctive (P):Saat untuk beraktivitas/bergerak: Nyeri pada bagian perut sebelah kanan
(kuadran kanan bawah). Klien terlihat berhati-hati saat bergeser dan terlihat menahan nyeri.
Quality (Q) seperti apa nyeri dirasakan: Nyeri seperti ditusuk-tusuk. Region
Timing (T)/Seberapa sering dan kapan terjadinya nyeri: Nyeri dirasakan sering.. Panca
indera
Lapang pandang : [√] Dalam batas normal [-] Menggunakan kaca mata [-] Menggunakan
lensa kontak [-] Buta
Pendengaraan : [√] Dalam batas normal [-] Terganggu (kiri/kanan) [-] Menggunakan
alat bantu dengar [ -] Tinnitus [ -] Ada pengeluarancairan dari telinga
Sentuhan : [√] dalam batas normal [ -] abnormal(jelaskan) dapat merasakan
sentuhan kulit dengan normal [ -] kesemutan [ -] mati rasa
Penciuman : [√] Dalam batas normal [ -] Abnormal (jelaskan) indra penciuman tidak
ada masalah, klien dapat mencium bau secara normal.
Kemampuan
Berkomunikasi : Bahasa yang digunakan: bahasa jawa ngoko dan bahasa Indonesia,
membaca: dapat membaca, kejelasan: jelas dan artikulasi: jelas
Kemampuan membuat keputusan sendiri (subjektif): [ -] Mudah [√] Terganggu sebagian [- ] Sulit
Penampilan : [-] Tenang [√] Cemas[√] Irritable [-] Menolak [-] Gelisah [√]
berpenampilan/berpakaian sesuai [-] Rapih
Tingkat kecemasan:
Objektif [-] Wajah kemerahan [-] Perubahan volume suara [√] Perubahan kualitas
suara(gemetar/ragu-ragu) [√] Ketegangan otot (menggenggam tinju santai/mulut terkunci)
Bahasa tubuh (jelaskan) :Klien terlihat khawatir, cemas dengan kondisi kesehatannya Kontak
Pandangan terhadap diri sendiri (subjekif): [√] Positif [√] Kadang-kadang negative
Citra tubuh (subjektif):[-] Tidak ada perubahan [√] Tidak tahu pasti [-] Ada perubahan (jelaskan):
Klien mengatakan khawatir dengan kondisi yang di alami klien, karena penyakit yang deritanya tak
kunjung sembuh.
Masalah
Tgl Data Subyektif danObyektif Etiologi
Keperawatan
03/07/20 DS : Kelemahan otot Ketidakseimba
19 • Klien mengatakan mual, muntah sudah 4x kali dalam satu malam berupa cairan dan nafsu makan menurun abdomen sekunder ngan nutrisi
kurang dari
DO : kebutuhan tubuh
• Bibir kering
• Hasil LAB : Hb : 8,5 g/dl (kurang), Leukosit : 12290 /ul (Tinggi), GDS : 41 mg/dl
03/07/2 DS: Agen injury Nyeri akut
019
Klien mengatakan nyeri pada daerah perut bagian kanan bawah, nyeri menjadi lebih terasa saat bergerak, terasa biologis
seperti ditusuk-tusuk dengan skala 6 (0-10), dirasakan terus menerus dan menjalar ke abdomen.
• P : pada saat di palpasi
Q : seperti ditusuk-tusuk
Respirasi 20x/menit
Pasien mengatakan duduk sebentar lelah karena lemas, semua aktivitas dibantu orang lain/keluarga nutrisi aktivas
DO:
DO:
Terdapat luka di kaki kanan pada bagian punggung kaki dengan ukuran luka lebar ±10cm, kedalaman
±1,5 warna luka pinggiran hitam, bagian tengah putih ada pus dan belatung. Pada bagian telapak kaki ukuran luka
lebar ±6cm, kedalaman ±2cm warna luka pinggiran hitam, bagian tengah putih terdapat pus dan belatung.
03/07/20 DS: pasien mengatakan takut dan cemas karena akan di amputasi, Klien dan keluarga mengatakan khawatir dengan Proses Penyakit Cemas
19 kondisi yang di alami klien, karena penyakit yang deritanya tak kunjung sembuh.
DO :
• Pasien menolak untuk diamputasi sehingga kepikiran terus terhadap penyakitnya dan tidak mau makan.
E. Rencana keperawatan
Ketidakseimbangan nutirisi kurang dari Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 Nutritional Management
kebetuhun tubuh b.d. factor biologis jam, diharapkan klien dapat terpenuhi kebutuhan
1. Kaji adanya alergi makanan
1 nutrisinya.
DS : ps. Mengatakan mual 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
Kriteria Hasil: menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
DO:
Indikator Awal Target dibutuhkan klien
• BB: 51 Kg (sekarang) dan 54 Kg
(sebelumnya)
Intake zat gizi (nutrient) 3 5
Intake makanan dan cairan 3 5 3. Anjurkan klien untuk meningkatkan intakeFe
• IMT sekarang: 17.54 (Kurus), Energi ( klien mengatakan 3 5
sebelumnya: 18.59 (Normal) masih lemas,) 4. Anjurkan klien untuk meningkatkan protein dan
• Hasil LAB : Hb : 8,5 g/dl (kurang), 2. Keluhan berat 3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa
Leukosit : 12290 /ul (Tinggi)
3. Keluhan sedang dilakukan
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
Keterangan :
1. Keluhan ekstrim
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan
4. Kerusakan integritas kulit b.d luka Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama • Anjurkan pasien untuk memakai pakaian
ulkus DM 3x24jam, diharapkan integritas kulit pasien utuh longgar
dengan kriteria hasil : • Hindari kerutan pada tempat tidur
Indikator IR ER
• Jaga kebersihan kulit/luka agar tetap bersih dan
Temperature jaringan sesuai 3 5 kering
yang diharapkan
• Monitor kulit adanya kemerahan
Bebas lesi jaringan 3 5
• Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
Warna sesuai yang 3 5
diharapkan • Monitor status nutrisi pasien
Hidrasi sesuai yang 3 5
diharapkan
Perfusi Jaringan 3 5
Kulit Intact 3 5
Keterangan :
• Keluhan ekstrim
• Keluhan berat
• Keluhan sedang
• Keluhan ringan
• Tidak ada keluhan
5. Cemas b.d prosess penyakit Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 Anxiety reduction
jam, diharapkan tidak mengalami ansietas:
DS: 1. Gunakan pendekatan yang menenangkan.
Kriteria Hasil:
• Klien dan keluarga mengatakan 2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
khawatir dengan kondisi yang di Indikator Awal Target pelaku pasien
alami klien, karena penyakit yang Mengungkapkan gejala
3 5 3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang
cemas (keluarga klien
deritanya tak kunjung sembuh. dirasakan selama prosedur.
cemas dengan penyakit
DO : 4. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan
yang dederitanya)
Menurunkan stimulasi mengurangi takut.
• Klien dan keluraga tampak cemas 3 5
lingkungan ketika cemas 5. Dengarkan dengan penuh perhatikan.
• Klien dan keluarga selalu (keluarga klien sering 6. Identifikasi tingkat kecemasan
menanyakan tentang kondisi saat menanyakan keadaan
7. Bantu pasien mengenal situasi yang
ini.
klien) menimbulkan kecemasan
Merencakan strategi koping
3 5 8. Dorong pasien untuk mengungkapkan
untuk situasi penuh
perasaan ketakutan, persepsi.
stress 9. Berikan obat untuk mengurangi kecemasan.
Menggunakan strategi 3 5
koping efektif
Mempertahankan
3 5
konsentrasi
Keterangan :
1. Tidak mandiri
2. Dibantu orang dan alat
3. Dibantu orang
4. Dibantu alat
5. Mandiri penuh
F. Catatan keperawatan
Hari Pertama
Diagnosa
No Hari/Tgl/ Waktu Implementasi Respon Pasien Paraf
keperawatan
1. Kamis, 04/07/2019 Ketidakseimbangan • Menganjurkan klien untuk S : Klien mengatakan nafsu makannya masih
09.40 nutrisi kurang dari makan sedikit tapi sering menurun
kebutuhan tubuh • Menganjurkan pasien untuk O : Klien masih tampak kurus
berhubungan dengan meningkatkan kalori dan • Makan masih tidak habis+ 5 sendok
Kelemahan otot protein seperti; tahu,tempe, • Klien masih tampak lemas
abdomen sekunder. telur.
• Klien masih dinfus dengan NACL 20 tpm
• Memonitor adanya pada tangan sebelah kanan.
penurunan berat badan
• Tranfusi prc 2 kolf masuk, reaksi alergi (-)
Mengolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan yang dibutuhkan klien • D40% masuk II fles
A:
Masalah belum teratasi P :
• Memberikan ekstra D40% II
Lanjutkan Intervensi
fles sampai dengan GDS 41
• Ajurkan makan sedikit tapi sering
• Memberikan tranfusi PRC 2
Kolaborasi dengan ahli gizi
kolf sampai dengan Hb 8,1
pemberian nutrisi
gr/dl jumlah kalori dan
nutrisi
•
•
2. Kamis, 04/07/2019 Nyeri akut • Mengkaji keadaan umum S : Klien mengatakan masih nyeri di perut bagian
10.00 berhubungan dengan klien kanan, masih terasa seperti ditusuk-tusuk dengan skala 7
agen cidera biologis • Mengkaji nyeri secara (0-10), dirasakan terus menerus dan menjalar sampai ke
komprehensif abdomen
4. Kamis, 04/07/2019 Kerusakkan integritas • Menghindari kerutan pada S : Pasien mengatakan luka dikakinya sudah hampir 7
10. 15 kulit b.d Luka Ulkus bulan, terkena luka kerikil.
tempat tidur
DM • Menjaga kebersihan O : Terdapat luka dikaki sebelah kanan pada bagian
kulit/luka agar tetap bersih punggung kaki luka lebar ±10cm, kedalaman ±1,5 warna
dan kering luka pinggiran hitam, bagian tengah putih ada pus dan
• Memonitor aktivitas dan belatung. Pada bagian telapak kaki ukuran luka lebar
Memonitor asupan nutrisi kedalaman ±2cm warna luka pinggiran hitam, bagian
Diagnosa
No Hari/Tgl/ Waktu Implementasi Respon Pasien Paraf
keperawatan
1. Jumat, 05/07/2019 Ketidakseimbangan • Menganjurkan klien untuk S : Klien mengatakan nafsu makannya masih
09.00` nutrisi kurang dari makan sedikit tapi sering menurun
kebutuhan tubuh • Menganjurkan pasien untuk • Klien masih tampak kurus
berhubungan dengan meningkatkan kalori dan protein O : Makan masih tidak habis 6-7 sendok
• Menganjurkan untuk istirahat 110/70 mmhg (berbaring), suhu tubuh 36,7 0C. 23x/menit
• Ganti balutan
Diagnosa
No Hari/Tgl/ Waktu Implementasi Respon Pasien Paraf
keperawatan
1. Sabtu, 06/07/2019 Ketidakseimbangan • Menganjurkan klien untuk S : Klien mengatakan nafsu makannya sudah
09.40 nutrisi kurang dari makan sedikit tapi sering mendingan
kebutuhan tubuh • Memonitor adanya O: Klien masih tampak kurus
berhubungan dengan penurunan berat badan • Makan masih tidak habis hanya ½ porsi
Kelemahan otot • Mengolaborasi dengan ahli • Klien masih tampak lemas
abdomen sekunder gizi untuk menentukan
• Klien masih dinfus dengan NACL 20 tpm
jumlah kalori dan nutrisi pada tangan sebelah kanan.
yang dibutuhkan klien A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
• Motivasi makan
• Anjurkan makan sedikit tapi sering
2. Sabtu, 06/07/2019 Nyeri akut • Mengkaji keadaan umum S : Klien mengatakan masih nyeri di perut bagian
10.00 berhubungan dengan kanan, masih terasa seperti ditusuk-tusuk dengan skala 6 (0-
klien
agen cidera biologis • Mengkaji nyeri secara 10), dirasakan terus menerus dan menjalar sampai ke
komprehensif abdomen
• Anjurkan isrtirahat
• Kolaborasi pemberian obat nyeri
• Memonitor status nutrisi ±2cm warna luka pinggiran hitam, bagian tengah putih
5. Sabtu,06/07/2019 Cemas b.d prosess • Mendengarkan dengan penuh S : Klien dan keluarga mengatakan rasa khawatir masih
14.30 penyakit perhatikan. ada, pasien meminta paksa untuk pulang.
Pencapaian
Indikator NOC Awal Target
H1: 26/10/2016 H2 : 27/10/2016 H3 : 28/10/2016
Intake zat gizi (nutrient) 3 5 3 4 4
Intake makanan dan cairan 3 5 3 4 4
Energi 3 5 3 4 4
Massa tubuh 3 5 3 3 4
Berat badan 3 5 3 3 4
Ukuran kebutuhan nutrisi secara biokimia 3 5 3 3 4
Pencapaian
Indikator NOC Awal Target
H1: 26/1/02016 H2 : 27/10/2016 H3 : 28/10/2016
Mampu mengontrol nyeri 3 5 3 4 4
Frekuensi nyeri (nyeri skala 7(0-10) 3 5 3 4 4
Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan
menejemen nyeri (Klien mengatakan nyeri 3 5 3 4 4
perut bagian kanan bawah )
Ekspresi nyeri pada wajah (klien terlihat
3 5 3 5 5
menahan nyeri )
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri 3 5 3 5 5
Berkurang
Keringat berlebih (klien mengatakan
3 5 4 5 5
berkeringat banyak )
Pencapaian
Indikator NOC Awal Target
H1: 26/1/2016 H2 : 27/10/2016 H3 : 28/10/2016
RR dalam rentang normal 3 5 3 4 4
Warna kulit 3 5 3 3 4
Langkah berjalan 3 5 3 3 3
Tekanan darah dalam rentang normal saat
3 5 3 4 4
Beraktivitas
Laporan ADL 3 5 3 4 4
Upaya pernapasan pada respon terhadap
3 5 3 4 4
Aktivitas
Diagnosa Keperawatan : Kerusakkan integritas kulit berhubungan dengan Ulkus DM
Pencapaian
Indikator NOC Awal Target
H1: 26/1/2016 H2 : 27/10/2016 H3 : 16/1/2015
Temperature jaringan sesuai yang
3 5 4 4 4
diharapkan
Bebas lesi jaringan 3 5 3 4 4
Warna sesuai yang diharapkan 3 5 3 3 4
Hidrasi sesuai yang diharapkan 3 5 3 3 4
Perfusi jaringsn 3 5 3 4 4
Kulit intact 3 5 3 4 4
Pencapaian
Indikator NOC Awal Target
H1: 26/1/2016 H2 : 27/10/2016 H3 : 28/10/2016
Mengungkapkan gejala cemas (keluarga 3 5 4
3 4
pasien mengatakan cemas)
Menurunkan stimulasi lingkungan ketika 3 5 4 4
cemas (keluarga klien sering menanyakan ke 3
petugas perawatan tentang kondisi klien)
Merencakan strategi koping untuk situasi 3 5 4 4
3
penuh stress
Menggunakan strategi koping efektif 3 5 3 4 5
Mempertahankan konsentrasi 3 5 3 4 5
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan pengelolaan kasus yang telah dilakukan sesuai urutan pelaksanaan proses keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan
evaluasi. Didalam kasus tersebut telah muncul beberapa hal yang perlu untuk dibahas sehubungan dengan adanya permasalahan yang timbul dalam tinjauan
teori, pengangkatan diagnosa keperawatan, rencana tindakan/ intervensi dan respon klien/ perkembangan masalah yang dicapai setelah dilakukan tindakan
asuhan keperawatan pada Tn. S dengan Diabetes Melitus yang dikelola oleh penulis selama tiga hari dan menemukan empat masalah keperawatan.
Keempat masalah keperawatan tersebut yaitu: nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis, kerusakan integritas jaringan berhubungan
dengan factor mekanik, resiko ketidakstabilan gula darah berhubungan dengan status kesehatan fisik hiperglikemia, resiko defisit volume cairan berhubungan
dengan output yang berlebih. Arahan dari pembahasan masalah-masalah tersebut akan penulis paparkan berdasarkan lima tahap proses keperawatan, yaitu:
A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses keperawatan untuk mengenal masalah klien (Suarli & Bahtiar, 2012). Sedangkan menurut
Rosdahl (2014), yang dimaksud dengan pengkajian keperawatan adalah pengumpulan data dan analisis informasi secara sistematis dan berkelanjutan
mengenai klien. Metode yang digunakan dalam pengkajian, dapat dilakukan dengan beberapa metode seperti: melakukan wawancara, riwayat kesahatan/
keperawatan, pemeriksaan fisik, dan mengumpulkan data penunjang hasil pemeriksaan laboratorium/ pemeriksaan diagnostik serta catatan kesehatan (rekam
medik). Wawancara atau yang disebut dengan anamnesis adalah suatu metode pengkajian yang dilakukan dengan bertanya atau tanya jawab yang
1. Banyak kencing dalam teori menurut Corwin (2009) karena air mengikuti glukosa yang keluar melalui urine. Kadar glukosa meningkat sehingga
tubuh berusaha untuk menurunkan kadar glukosa dengan cara mengeluarkan glukosa melalui ginjal. Pada kasus ini Tn. J mengalami banyak
2. Banyak minum dalam teori menurut Corwin (2009) akibat volume urine yang sangat besar dan keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel
dan menurut Kemenkes (2012) seiring dengan pengeluaran glukosa oleh ginjal, air pun banyak keluar dari tubuh yang mengakibatkan rasa haus bagi
penderita. Pada kasus ini Tn. S mengalami kehausan atau banyak minum, pasien minuml 10-12 gelas/ hari.
3. Banyak makan atau rasa lapar yang semakin besar sering timbul pada penderita diabetes mellitus karena pasien mengalami keseimbangan kalori
negative, sehingga timbul rasa lapar yang sangat besar ( Wijaya & Putri 2013). Pada kasus ini pasien tidak mengalami rasa lapar yang tidak wajar,
nutrisi pada syaraf. Karena yang rusak adalah syaraf sensori, keluhan yang paling muncul adalah rasa kesemutan atau tidak berasa, terutama pada
tangan dan kaki. Selanjutnya dapat timbul rasa nyeri pada anggota tubuh, betis, kaki, tangan, dan lengan (Hans 2008). Pada kasus ini Tn. S tidak
mengalami kesemutan.
5. Gangguan penglihatan karena glukosa juga akan menumpuk pada lensa depan mata yang akan mengakibatkan penglihatan kabur (Kemenkes RI
2012). Pada kasus ini Tn. S mengatakan tidak mengalami gangguan penglihatan
6. Luka lama sembuh karena kadar glukosa pada darah meningkat, jika terjadi luka, maka bakteri akan berkembang biak di daerah luka yang dapat
mengakibatkan lambatnya penyembuhan luka (Kemenkes RI (2012). Pada kasus ini Tn. S mengalami luka yang lama sembuh pada kaki kanannya.
7. Cepat lelah karena glukosa tidak berubah menjadi energy, penderita diabetes akan merasa cepet lelah dan kesulitan untuk melakukan rutinitas sehari-
hari (Kemenkes RI 2012). Pada kasus ini Tn. S saat dikaji mengatakan mudah lelah dan lemas.
Diagnosa merupakan tahap pengambilan keputusan profesional dengan menganalisis data yang dikumpulkan, keputusan yang diambil dapat
berupa rumusan diagnosa keperawatan yaitu respon biopsikososio spiritual terhadap masalah kesehatan aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan
adalah pernyataan yang ringkas dan jelas mengenai masalah kesehatan klien yang aktual atau potensial yang dapat dikelola melalui intervensi keperawatan
mandiri (Rosdahl, 2014). Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisis data subjektif dan objektif yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk
Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau
potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa (International Assosiation for the Study of pain). Awitan yang tiba-tiba atau lambat
dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung <6 bulan (Herdman, 2012).
Menurut Herdman (2012). Nyeri akut adalah suatu keadaan dimana seorang mengalami gangguan kenyamanan. Nyeri dapat terjadi jika
ditemukan tanda-tanda sebagai berikut: perubahan selera makan, perubahan tekanan darah, perubahan frekuensi jantung, perubahan frekuensi
pernapasan, laporan isyarat, diaphoresis, perilaku distraksi (misalnya: berjalan mondar-mandir, mencari orang lain atau orang lain, aktivitas yang
berulang), mengekspresikan perilaku (misalnya., gelisah, merengek, menangis, waspada, iritabilitas dan mendesah), masker wajah (misalnya: mata
kurang bercahaya, tampak kacau, gerakan mata berpancar, atau tetap pada satu focus, meringis), melindungi area nyeri.
Penulis memprioritaskan diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis karena batasan karakteristik yang sudah dipenuhi pada
kasus tersebut adalah laporan isyarat (pasien mengatakan nyeri), masker wajah (wajah terlihat meringis kesakitan), mengekspresikan perilaku (pasien
terlihat lemas). Dan ditemukan data pada Tn. J antara lain: pasien mengatakan terdapat luka akibat post OP amputasi, luka di dorsum pedis pada kaki
kanan, sekitar luka terlihat bengkak, dasar luka berwarna kemerahan, pinggir luka berwarna kecoklatan, mengeluarkan nanah dan berbau, dan luas luka
Gangguan kerusakan integritas jaringan adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami atau beresiko untuk mengalami kerusakan
membrane mukosa, kornea, atau subkutan (Herdman, 2012). Menurut Herdman (2012), gangguan kerusakan integritas jaringan dapat terjadi jika
ditemukan tanda-tanda pada pasien seperti perubahan pigmentasi atau warna kulit, perubahan turgor kulit, faktor perkembangan, kondisi
ketidakseimbangan nutrisi, faktor mekanik (misalnya: tekanan, robekan/ koyakan, friksi), hambatan mobilitas fisik, kelebihan cairan, iritan zat kimia,
Penulis menegakan masalah keperawatan kerusakan integritas jaringan berdasarkan data yang ditemukan pada Tn. J, antara lain: pasien
mengatakan terdapat luka akibat oprasi amputasi, luka terletak didorsum pedis pada kaki kanan, sekitar luka terlihat bengkak, dasar luka berwarna
kemerahan, pinggir luka berwarna kekuningan, mengeluarkan nanah, berbau, luas luka ± 4cm kedalaman luka ± 1cm. Penulis memprioritaskan gangguan
integritas kulit menjadi masalah keperawatan yang kedua karena apabila tidak dilakukan perawatan pada luka dihawatirkan terjadi kompilkasi antara
lain: gangguan sirkulasi, terjadinya infeksi, gangrene, penurunan sensasi dan hilangnya fungsi saraf (Mansjoer 2008).
3. Resiko ketidakstabilan gula darah berhubungan dengan status kesehatan fisik hiperglikemia.
Resiko ketidakstabilan glukosa adalah resiko terhadap variasi kadar glukosa atau gula darah rentan normal (Herdman, 2012). Menurut Herdman
(2012), risiko ketidakstabilan glukosa dapat terjadi jika ditemukan tanda-tanda seperti kurang pengetahuan, tingkat perkembangan asupan diet,
pemantauan glukosa darah tidak tepat, kurang penerimaan terhadap diagnosis, kurang kepatuhan pada rencana manajemen diabetic, status kesehatan
mental, aktivitas fisik, kehamilan, periode pertumbuhan cepat, stress dan penambahan berat badan. Diabetes Mellitus merupakan gangguan matabolisme
dari distribusi gula oleh tubuh. Penderita Diabetes Mellitus tidak bisa memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup, atau tubuh tak mampu
menggunakan insulin secara efektif, sehingga terjadi kelebihan gula didalam darah (Baradero, et al, 2009).
Penulis menegakan masalah keperawatan resiko ketidakstabilan kadar glukosa dikarenakan data sebagai berikut: Tn. J mengatakan belum begitu
paham mengenai DIIT pada penderita Diabetes Mellitus. Hasil laboratorium: GDS 320 mg/ dL. Penulis memprioritaskan diagnosa resiko ketidakstabilan
kadar glukosa apabila tidak segera ditangani maka akan menyebabkan beberapa komplikasi antara lain makroangeopati, mikroangiopati, neuropati
Menurut Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA (2012-2014), yang dimaksud dengan masalah keperawatan defisit volume cairan
berhunbungan dengan output yang berleih adalah penurunan volume cairan yang berlebih melebihi normal dari tubuh pasien. Devisit volume cairan
adalah keadaan dimana menghilangnya carian tubuh atau kehilangan cairan aktif yang mengakibatkan daya tubuh menurun (Carpenito, 2007). Menurut
Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA (2012-2014), untuk memunculkan diagnosa keperawatan deficit volume cairan, perlu memunculkan data-data
seperti: tekanan darah dalam batas normal, nadi perifer teraba jelas, elektrolit serum dalam batas normal, tidak ada hipotensi, intake dan output 24 jam
seimbang, berat badan stabil, membran mukosa lembab, tidak terdapat endapan urin.
Penulis menegakan diagnosa defisit volume cairan berhubungan dengan output yang berlebihan karena ditemukan data seperti ini: Keadaan
umum (KU) pasien sedang, kulit kering, hematokrit: 47,5 %, haus, minum 10-12 gelas/ hari, kelemahan, BAK 7-10 x/ hari, dan untuk menegakan
diagnosa diperoleh data: pasien mengeluh lemas, pasien makan 3 porsi dalam sehari habis dan minum 10-12 gelas/ hari, TD: 140/ 100 mmHg, Suhu: 36°
C, Nadi: 89 x/ menit, Pernafasan: 20 x/ menit. Berdasarkan data tersebut penulis menyimpulkan masalah keperawatan devisit volume cairan merupakan
C. Rencana Tindakan.
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan
diagnosa keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien (Suarli & Bahtiar, 2012). Intervensi keperawatan atau
perencanaan keperawatan adalah aktivitas yang dilakukan oleh perawat untuk memonitor status kesehatan, meminimalkan resiko, mengatasi/ mengontrol
masalah, membantu aktivitas sehari-hari dan meningkatkan kesehatan secara optimal dan mandiri (Deswani, 2011).
diharapkan masalah nyeri dapat berkurang dengan kriteria hasil: frekuensi nyeri dalam batas normal, ekspresi nyeri pada wajah tidak tegang, skala nyeri
dalam batas normal. Intervensi yang penulis rencanakan Pain Management (1500), antara lain: kaji tanda – tanda vital (Tekanan darah, nadi, suhu,
respiratory rate), lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi,
observasi reaksi nonverbal dan ketidaknyamanan, untuk melanjutkan tindakan selanjutnya dengan kontrol lingkungan yang mempengaruhi nyeri dan
berikan posisi nyaman, pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan interpersonal), gunakan teknik komunikasi terapeutik
untuk mengetahui pengalaman nyeri, ajarkan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri, berikan analgetik untuk mengurangi rasa nyeri
(kolaborasi antara perawat dan dokter). Dari berbagai intervensi keperawatan yang telah ada, penulis lebih mengutamakan intervensi diatas karena
sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan klien dalam menangani masalah keperawatan nyeri akut. Dalam rencana tindakan penulis belum dapat
Penulis menyusun rencana keperawatan dengan tujuan (NOC) Tissue Integrity: Skin and mucous Membranes (1101), setelah dilakukukan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan kerusakan integritas jaringan berkurang dengan kriteria hasil: Temperatur jaringan dalam batas
normal, tekstur kulit sesuai dengan yang diharapkan, elastisitas dalam batas normal. Intervensi yang penulis ambil yaitu: Wound Care (3660) dan
Presure Management (3500), antara lain: monitor karakteristik luka termasuk drainase warna dan bau, bandingkan dan mencatat setiap perubahan luka,
jaga tehnik steril ketika melakukan perawatan luka, posisikan untuk menghindari ketegangan pada luka, posisikan pasien setidaknya setiap 2 jam sekali,
monitor aktivitas dan mobilitas pasien, jaga kebersihan kulit agar tetap bersih.
Dari berbagai intervensi keperawatan yang telah ada, penulis lebih mengutamakan intervensi di atas karena sesuai dengan kebutuhan
yang diperlukan klien dalam menangani masalah keperawatan nyeri akut. Dalam rencana tindakan penulis belum dapat melaksanakan rencana tindakan
sepenuhnya
3. Diagnosa keperawatan: Resiko ketidakstabilan glukosa berhubungan dengan status kesehatan fisik hiperglikemia.
Penulis menyusun rencana keperawatan dengan tujuan (NOC) Blood Glucose Level, setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam diharapkan resiko ketidakstabilan glukosa darah berkurang dengan kriteria hasil: kadar glukosa darah dalam rentang normal, kadar HB dalam darah
normal. Intervensi yang penulis rencanakan yaitu Hiperglikemia Management (2120) dan Pressure Ulcer Care (3520), antara lain: monitor kadar gula
darah, monitor tanda dan gejala adanya hiperglikemia, konsultasikan pada fisioterapi apa bila terjadi tanda dan gejala hiperglikemia, instruksikan pasien
bagaimana terjadinya hiperglikemia, antisipasi situasi kadar insulin seimbang, latihan batasi kadar glukosa, gambarkan karakteristik ulkus secara
berkala, pantau (warna, panas, bengkak, kelembaban) yang nampak pada kulit, jaga ulkus tetap lembab untuk membantu peyembuhan.
Dari berbagai intervensi keperawatan yang telah ada, penulis lebih mengutamakan intervensi diatas karena sesuai dengan kebutuhan yang
diperlukan klien dalam menangani masalah keperawatan nyeri akut. Dalam rencana tindakan penulis belum dapat melaksanakan rencana tindakan
sepenuhnya.
4. Diagnosa keperawatan: Resiko devisit volume cairan berhubungan dengan output yang berlebihan.
Secara teori diagnosa resiko devisit volume cairan dalam penyusunan intervensi keperawatan menurut Nursing Intervention
Classification (NOC) ada 2 poin yang disarankan dalam menyusun intervensi keperawatan yang penulis buat. Penulis membuat intervensi keperawatan
fluid balance (0601) dan kriteria hasilnya adalah tekanan darah dalam batas normal, intake dan output dalam 24 jam seimbang, membrane mukosa
lembab, berat badan stabil. Selain itu penulis juga membuat intervensi keperawatan fluid management (4120) dan kriteria hasilnya adalah monitor
tanda- tanda vital, kolaborasi pemberian cairan atau makanan, pertahankan intake dan output yang adekuat, monitor status nutrisi, monitor status hidrasi
D. Implementasi.
Pelaksanaan adalah perwujudan dari rencana tindakan yang telah ditentukan dengan maksud agar kebutuhan klien terpenuhi secara optimal.
Tindakan keperawatan ini dapat dilaksanakan oleh klien sendiri, oleh perawat secara mandiri maupun bekerjasama dengan tim kesehatan lainnya (Depkes
RI, 2001). Pelaksanaan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Nasrul Effendi, 2005).
Implementasi keperawatan yang sudah berjalan sesuai dengan intervensi yang dipilih, tetapi ada beberapa tindakan yang tidak
dilaksanakan sepenuhnya, yang penulis implementasikan yaitu mengkaji reaksi nonverbal dialakuakan pada hari pertama sampai dengan hari ketiga,
mengkaji nyeri secara komprehensif dilakukan pada hari pertama sampai dengan hari ketiga, memonitor tanda-tanda vital dilakukan pada hari pertama
sampai dengan hari ketiga, berkolaborasi pemberian analgetik (Ketorolac 25mg), mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam dilakukan pada hari
pertama.
Penulis menyadari hal itu masih sangat kurang, implementasi yang digunakan hanya 5 tindakan saja, padahal diintervensi ada 7 tindakan.
Hal ini dikarenakan tindakan yang ada didalam intervensi maksud dan tujuannya sama dengan tindakan pada intervensi yang lain, jadi penulis hanya
Implementasi keperawatan yang sudah berjalan sesuai dengan intervensi yang direncanakan yaitu melakukan memonitor karakteristik
luka dihari pertama sampai hari ketiga, membandingkan dan mencatat setiap perubahan luka dilakukan pada hari pertama sampai ketiga, memposisikan
pasien untuk menghindari ketegangan pada luka pada hari pertama dan hari kedua, menjaga teknik steril ketika melakukan perawatan luka dilakukan
pada hari kedua. Penulis melakukan semua tindakan yang telah penulis rencanakan pada intervensi.
3. Diagnosa keperawatan: Resiko ketidakstabilan glukosa berhubungan dengan status kesehatan fisik hiperglikemia.
Implementasi keperawatan yang sudah berjalan sesuai dengan intervensi yang dipilih, tetapi ada beberapa tindakan yang tidak
dilaksanakan sepenuhnya, yang dilakukan hanya melakukan memonitor kadar gula darah dihari pertama sampai dengan hari ketiga, memonitor tanda
dan gejala hiperglikemia dihari pertama sampai dengan hari kedua, menginstrusikan klien bagaimana mencegah terjadinya hiperglikemia dilakukan
pada hari pertama, berkolaborasi pemberian insulin (Neforapile 10 unit) dilakukan pada hari pertama sampai dengan hari kedua. Penulis menyadari hal
itu masih sangat kurang, implementasi yang digunakan hanya 3 tindakan saja, padahal diintervensi ada 9 tindakan. Hal ini dikarenakan tindakan yang
ada didalam intervensi maksud dan tujuannya sama, jadi penulis hanya melakukan 3 tindakan tersebut.
4. Diagnosa keperawatan: Resiko devisit volume cairan berhubungan dengan output yang berlebihan.
Untuk mengatasi masalah resiko devisit volume cairan perlu dilakukan implementasi tersebut disesuaikan dengan apa yang telah
diintervensikan sebelumnya dan bisa juga implementasi tersebut merupakan apa yang dibutuhkan oleh klien dan itu bisa dijadikan sebagai
implementasi tambahan. Untuk mengatasi masalah resiko devisit volume cairan, tindakan keperawatan yang penulis lakukan pada Tn. J selama tiga hari
dimulai pada tanggal 03 Juli 2019 – 05 Juli 2019 adalah sebagai berikut: memberikan penkes tentang jadwal makanan sehat, memantau tanda-tanda
vital (TTV), menganjurkan pasien makan makanan yang berserat, menjelaskan intake dan output yang adekuat, mengkaji status dehidrasi pasien,
menimbang berat badan pasien. Untuk rencana tindakan keperawatan sudah dilakukan seluruhnya oleh penulis pada klien, dan pada implementasi/
pelaksanaannyapun sudah sesuai dengan rencana tindakan/ intervensi yang sudah disusun oleh penulis untuk klien dikarenakan klien kooperatif.
E. Evaluasi.
Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan, sedangkan tujuan evaluasi itu sendiri adalah menentukan kemampuan klien dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan dan menilai keberhasilan dari rencana keperawatan atau asuhan keperawatan (Depkes RI, 2001). Evaluasi adalah langkah
kelima dalam proses keperawatan, evaluasi merupakan pertimbangan sistematis dan standar dari tujuan yang dipilih sebelumnya. Evaluasi yang dilakukan
oleh penulis adalah untuk mengetahui bagaimana respon dan keadaan klien setelah dilakukan implementasi keperawatan. Dan dengan dibuatnya evaluasi,
maka dapat untuk mengetahui tujuan dari intervensi yang telah dilakukan apakah dapat tercapai atau tidak. Evaluasi akhir tindakan keperawatan yang penulis
1. Untuk diagnosa keperawatan: Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis.
Evaluasi hari pertama untuk masalah keperawatan Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis yang dilakukan pada tanggal 04 Juli
2019 dengan data sebagai berikut: pasien mengatakan masih nyeri pada kaki kanannya, nyeri terasa saat kaki digerakan, karakteristik seperti tertusuk-
tusuk, skala 5, nyeri datang secara tiba-tiba, TD: 140/ 100 mmHg, N: 80x/ menit, S: 36,50 C, RR: 20 x/ menit.
Evaluasi hari kedua untuk masalah keperawatan Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis yang dilakukan pada tanggal 16 Desember
2015 dengan data sebagai berikut: pasien mengatakan masih nyeri pada kaki kanannya, nyeri terasa saat kaki digerakan, karakteristik seperti tertusuk-
tusuk, skala 5, nyeri datang secara tiba-tiba, TD: 130/ 100 mmHg, N: 80 x/ menit, S: 36,50 C, RR: 18 x/ menit.
Evaluasi hari ketiga untuk masalah keperawatan Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis yang dilakukan pada tanggal 17 Desember
2015 dengan data sebagai berikut: pasien mengatakan nyeri pada kaki kanannya berkurang, skala 3, TD: 110/ 70 mmHg, N: 76 x/ menit, S: 370 C, RR: 22
x/ menit.
Evaluasi hasil dari kasus asuhan keperawatan yang diberikan selama tiga hari masalah nyeri akut belum teratasi untuk tindakan lebih lanjut
setelah pasien pulang pasien dapat mengaplikasikan teknik relaksasi yang telah diajarkan oleh perawat dirumah sakit untuk mengurangi atau mengontrol
nyeri.
2. Untuk diagnosa keperawatan: Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan faktor mekanik.
Evaluasi hari pertama untuk masalah keperawatan Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan faktor mekanik dilakukan pada tanggal 15
Desember 2015 dengan data sebagai berikut: pasien mengatakn masih nyeri pada kaki kanan, terdapat luka pada kaki kanan didorsum pedis , dasar luka
berwarna kemerahan, mengeluarkan cairan nanah dan berbau, sekitar luka teraba hangat, luas luka ± 4cm dengan kedalaman ± 1cm. luka dibalut dengan
Evaluasi hari kedua untuk masalah keperawatan Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan faktor mekanik dilakukan pada tanggal 16
Desember 2015 dengan data sebagai berikut: pasien mengatakan masih nyeri pada kaki kanan, terdapat luka pada kaki kanan didorsum pedis, dasar luka
berwarna kemerahan, mengeluarkan cairan nanah, luas luka ± 4cm dengan kedalaman ± 1cm. luka dibalut dengan balutan kasa steril.
Evaluasi hari ketiga untuk masalah keperawatan Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan faktor mekanik dilakukan pada tanggal 17
Desember 2015 dengan data sebagai berikut: pasien mengatakan nyeri berkurang, terdapat luka pada kaki kanan didorsum pedis, dasar luka berwarna
kemerahan, luas luka ± 4cm dengan kedalaman ± 1cm. luka dibalut dengan balutan kasa steril.
Evaluasi hasil dari kasus asuhan keperawatan yang diberikan selama tiga hari masalah keperawatan Kerusakan integritas jaringan belum teratasi,
dan untuk tindakan lebih lanjut setelah pasien pulang diharapkan pasien dapat menjaga kebersihan pada luka, dan mengontrolkan luka agar luka cepat
sembuh.
3. Untuk diagnosa keperawatan: Resiko ketidakstabilan glukosa berhubungan dengan status kesehatan fisik hiperglikemia.
Evaluasi hari pertama untuk masalah keperwatan Resiko ketidakstabilan glukosa berhubungan dengan status kesehatan fisik hiperglikemia
dilakukan pada tanggal 15 Desember 2015 dengan data sebagai berikut: Tn. S mengatakan masih merasa lemas, GDS 320 mg/ dL, pasien tampak masih
Evaluasi hari kedua untuk masalah keperawatan keperwatan Resiko ketidakstabilan glukosa berhubungan dengan status kesehatan fisik
hiperglikemia dilakukan pada tanggal 16 Desember 2015 dengan data sebagai berikut: Tn. S mengatakan masih merasa lemas, GDS 270 mg/ dL, pasien
Evaluasi hari ketiga untuk masalah keperawatan keperwatan Resiko ketidakstabilan glukosa berhubungan dengan status kesehatan fisik
hiperglikemia dilakukan pada tanggal 17 Desember 2015 dengan data sebagai berikut: Tn. S mengatakan sudah tidak lemas, GDS 160 mg/ dL, pasien
tampak lebih segar dari hari sebelumnya dan luka tertutup balut kasa steril.
Evaluasi hasil dari kasus asuhan keperawatan yang diberikan selama tiga hari masalah keperawatan Resiko ketidakstabilan glukosa teratasi
sebagian, dan untuk tindakan lebih lanjut setelah pasien pulang diharapkan pasien dapat menjaga pola makan sesuai dengan diit pada penderita Diabetes
Mellitus, dan diharapkan pasien sering untuk mengontrol gula darah pada fasilits kesehatan terdekat.
4. Untuk diagnosa Resiko devisit volume cairan berhubungan dengan output yang berlebihan.
Masalah resiko devisit volume cairan berhubungan dengan output yang berlebih selama 3 hari teratasi karena ditemukan data sebagai berikut:
pasien terlihat sering minum, KU: sedang, kesadaran: composmentis, turgor kulit baik, mukosa bibir lembab hal ini sesuai dengan tujuan dan kriteria
F. Refleksi Diri
Pada diagnosa devisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif penulis tidak melalukan tindakan antara lain: monitor status
dehidrasi monitor status nutrisi, karena penulis tidak menemukan masalah pada pasien tersebut.
G. Diagnosa Keperawatan Kesenjangan.
Diagnosa menurut keperawatan yang ada dalam fokus intevensi yang terdapat pada BAB II tidak semua penulis temukan dalam kasus, sehingga
pada kesempatan ini penulis akan membahas tentang diagnosa tersebuat, adapun diagnosa tersebut antara lain:
Menurut Herdam (2012) ketidakefektifan pola nafas adalah inspirasi atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat. Ketidakefektifan pola
nafas adalah ketika seorang individu mengalami kehilangan ventilasi yang aktual atau potensial yang berhubungan dengan perubahan pola pernafasan
(Carpenito, 2007).
Batasan karakteristik menurut Herdman (2012) adalah perubahan kedalaman pernafasan, perubahan tekanan ekpirasi, penurunan tekanan
ekspirasi, penurunan tekanan inspirasi, penurunan ventilasi semenit, penurunan kapasitas vital, dispnea, peningkatan diameter anterior posterior,
pernafasan cuping hidung, ortopnea, fase epirasi memanjang, pernafasan bibir, takipnea, penggunaan obat aksesorius untuk bernafas. Penulis tidak
menegakan diagnosa ketidakefektifan pola nafas karena tidak ada batasan karakteristik pada pasien tersebut.
2. Resiko Infeksi.
Menurut Nanda (2012) resiko infeksi adalah mengalami resiko terserang organisme patogenetik. Resiko infeksi adalah proses invasif oleh
mikroorganisme dan berpoliferasi didalam tubuh yang menyebabkan sakit (Suddarth, 2005). Dalam kamus keperawatan disebutkan bahwa infeksi adalah
invasi dan multipikasi mikroorganisme dalam jaringan tubuh, khususnya yang menimbulkan cedera seluler setempat akibat metabolisme kompetitif,
siliaris, merokok, statis cairan tubuh, trauma jaringan, penurunan hemoglobin, leukopenia, supresi respon inflamasi. Penulis tidak menegakan diagnosa
resiko infeksi karena tidak ada faktor yang berhubungan dengan pasien tersebut dan tidak terjadi hal yang lebih parah pada pasien.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Setelah penulis melakukan pengkajian, penentuan diagnoda, perencanaan, implementasi, dan evaluasi selama menjalani perawatan pada Asuhan
keperawatan pada Tn. J dengan Diabates Mellitus diruang Airlangga RSKB Jatiwinangun Purwokerto maka dapat ditarik kesimpulan
B. Pengkajian.
Dalam pengkajian pada tanggal 03 July 2019 tindakan yang dilakukan penulis adalah dengan observasi, wawancara dengan keluarga pasien dan
pemeriksaan fisik. Dan penulis mengumpulkan data kesehatan pasien dengan teori Gordon dengan 11 pola fungsional, dimana data yang diperoleh akan
memberikan gambaran mengenai fisik, psikologis, sosial, budaya, spiritual, kognitif dan kemampuan fungsi serta gaya hidup pasien.
1. Diagnosa keperawatan.
Diagnosa keperawatan yang penulis jadikan sebagai masalah keperawata berdasarkan prioritas masalah adalah nyeri akut, kerusakan integritas
jaringan, resiko ketidakstabilan glukosa dalam darah dan resiko devisit volume cairan.
2. Intervensi Keperwatan
Perencanaan merupakan tahap proses keperawatan dimana penulis membuat rencana keperawatan yang memuat intervensi-intervensi untuk
Pelaksanaan dalam tahap ini penulis mengaplikasikan intervensi-intervensi selama 3 hari sesuai dengan yang telah diidentifikasi dan ditetapkan
dalam rencana keperawatan yang telah dibuat, kemudian dalam melakukan setiap intervensi yang direncanakan, penulis memantau dan mencatat
4. Evaluasi Keperawatan
Penulis menggunakan jenis evaluasi sumatif. Evaluasi keperawatan pada masalah keperawatan pertama adalah nyeri akut berhubungan dengan
agen cedera fisik masalah teratasi sebagian. Evaluasi masalah keperawatan yang kedua adalah kerusakan integritas jaringan masalah belum teratasi.
Evaluasi masalah keperawatan yang ketiga adalah resiko ketidakstabilan glukosa dalam darah berhubungan dengan status kesehatan fisik
hiperglikemia masalah teratasi. Evaluasi masalah keperawatan keempat adalah resiko devisit volume cairan berhubungan dengan output yang
C. Saran
Pada kesempatan ini penulis akan mengemukakan beberapa saran sebagai bahan masukan yang bermanfaat untuk peningkatan mutu pelayanan
Pasien dan keluarga diharapkan mengetahui tentang penyakit, tanda gejala, pencegahan dan penatalaksanaan pertama pada pasien Diabetes
Mellitus
pada keluarga maupun perawat dalam setiap tindakan yang nantinya akan dilakukan.
b. Saat melakukan implementasi atau tindakan keperawatan harus sesuai dengan rencana tindakan yang telah dibuat dan dalam 1melakukan
tindakan keperawatan hendaknya melibatkan keluarga agar keluarga dapat mandiri melakukan tindakan yang memang dapat dilakukan oleh
keluarga.
c. Dalam mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan harus diperhatikan dengan baik karena masalah pasien dapat teratasi, teratasi sebagian, atau