Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN HERNIA INGUINALIS LATERALIS DEXTRA (HILD)

DAN
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA An. A DENGAN HERNIA INGUIENALIS LATERALIS DEXTRA (HILD)
DI BANGSAL AIRLANGGA RSKB JATIWINANGUN

Di susun oleh :

Khaerul Amin Trisetyo


LAPORAN PENDAHULUAN

HERNIA

A. Definisi
Hernia merupakan proskusi atau penonjolan isi suatu rongga dari berbagai organ internal melalui pembukaan
abnormal atau kelemahan pada otot yang mengelilinginya dan kelemahan pada jaringan ikat suatu organ tersebut.
Hernia adalah tonjolan keluarnya organ atau jaringan melalui dinding rongga dimana organ tersebut seharusnya
berada yang didalam keadaan normal tertutup. Hernia atau usus turun adalah penonjolan abnormal suatu organ
atau sebagian dari organ melalui lubang pada struktur di sekitarnya. Hernia inguinalis adalah penonjolan hernia
yang terjadi pada kanalis inguinal (lipat paha). Herniotomy adalah tindakan pembedahan yang dilakukan untuk
mengembalikan isi hernia pada posisi semula dan menutup cincin hernia.

B. Etiologi
Penyebab hernia adalah:
1. Kelemahan otot dinding abdomen.
a. Kelemahan jaringan
b. Adanya daerah yang luas di ligamen inguinal
c. Trauma
2. Peningkatan tekanan intra abdominal.
a. Obesitas
b. Mengangkat benda berat
c. Mengejan dan Konstipasi
d. Kehamilan
e. Batuk kronik
f. Hipertropi prostate
3. Faktor resiko: kelainan kongenital

C. Manifestasi Klinik
a. Penonjolan di daerah umbilikalis
b. Nyeri pada benjolan atau bila terjadi strangulasi.
c. Obstruksi usus yang ditandai dengan muntah, nyeri abdomen seperti kram dan distensi abdomen.
d. Terdengar bising usus pada benjolan
e. Kembung
f. Perubahan pola eliminasi BAB
g. Gelisah
h. Dehidrasi
i. Hernia biasanya terjadi atau tampak di atas area yang terkena pada saat pasien berdiri atau mendorong.
D. Klasifikasi
Banyak sekali penjelasan mengenai klasifikasi hernia menurut macam, sifat dan proses terjadinya.
1. Macam-macam hernia menurut letaknya :
a. Inguinal
Hernia inguinal ini dibagi lagi menjadi :
1) Indirek / lateralis: Hernia ini terjadi melalui cincin inguinalis dan melewati korda spermatikus melalui
kanalis inguinalis. Hal ini umumnya terjadi pada pria dari pada wanita. Insidennya tinggi pada bayi
dan anak kecil. Hernia ini dapat menjadi sangat besar dan sering turun ke skrotum. Benjolan tersebut
bisa mengecil atau menghilang pada waktu tidur dan bila menangis, mengejan atau mengangkat benda
berat atau bila posisi pasien berdiri dapat timbul kembali.
2) Direk / medialis: Hernia ini melewati dinding abdomen di area kelemahan otot, tidak melalui kanal
seperti pada hernia inguinalis dan femoralis indirek. Ini lebih umum pada lansia. Hernia inguinalis
direk secara bertahap terjadi pada area yang lemah ini karena defisiensi kongenital. Hernia ini disebut
direkta karena langsung menuju anulus inguinalis eksterna sehingga meskipun anulus inguinalis
interna ditekan bila pasien berdiri atau mengejan, tetap akan timbul benjolan. Bila hernia ini sampai
ke skrotum, maka hanya akan sampai ke bagian atas skrotum, sedangkan testis dan funikulus
spermatikus dapat dipisahkan dari masa hernia. Pada pasien terlihat adanya massa bundar pada anulus
inguinalis eksterna yang mudah mengecil bila pasien tidur. Karena besarnya defek pada dinding
posterior maka hernia ini jarang sekali menjadi ireponibilis.
b. Femoral :
Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum pada wanita dari pada pria. Ini mulai
sebagai penyumbat lemak di kanalis femoralis yang membesar dan secara bertahap menarik peritoneum
dan hampir tidak dapat dihindari kandung kemih masuk ke dalam kantung. Ada insiden yang tinggi dari
inkarserata dan strangulasi dengan tipe hernia ini.
c. Umbilikal :
Hernia umbilikalis pada orang dewasa lebih umum pada wanita dan karena peningkatan tekanan
abdominal. Ini biasanya terjadi pada klien gemuk dan wanita multipara. Tipe hernia ini terjadi pada sisi
insisi bedah sebelumnya yang telah sembuh secara tidak adekuat karena masalah pascaoperasi seperti
infeksi, nutrisi tidak adekuat, distensi ekstrem atau kegemukan.
d. Incisional :
batang usus atau organ lain menonjol melalui jaringan parut yang lemah.
2. Macam-macam Hernia berdasarkan terjadinya:
a. Hernia bawaan atau kongenital Patogenesa
b. Hernia dapatan atau akuisita (acquisitus = didapat)
3. Macam-macam Hernia menurut sifatnya :
a. Hernia responsibel/reducible,
yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengejan dan masuk lagi jika
berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
b. Hernia iresponsibel,
yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga. Ini biasanya disebabkan oleh
perlekatan isi kantong pada peri tonium kantong hernia. Hernia ini juga disebut hernia akreta (accretus =
perlekatan karena fibrosis). Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus.
c. Hernia strangulata atau inkarserata (incarceratio = terperangkap, carcer = penjara),
yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Hernia inkarserata berarti isi kantong terperangkap, tidak
dapat kembali ke dalam rongga perut disertai akibatnya yang berupa gangguan pasase atau
vaskularisasi.Secara klinis “hernia inkarserata” lebih dimaksudkan untuk hernia ireponibel dengan
gangguan pasase, sedangkan gangguan vaskularisasi disebut sebagai “hernia strangulata”. Hernia
strangulata mengakibatkan nekrosis dari isi abdomen di dalamnya karena tidak mendapat darah akibat
pembuluh pemasoknya terjepit. Hernia jenis ini merupakan keadaan gawat darurat karenanya perlu
mendapat pertolongan segera.
E. Patofisiologi
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan seperti tekanan pada saat
mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air besar atau batuk yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian
usus kedaerah otot abdominal, tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan menyebabkan
suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut
dimana kondisi itu ada sejak atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan abdominal dan
kegemukan. Pertama-tama terjadi kerusakan yang sangat kecil pada dinding abdominal, kemudian terjadi hernia.
Karena organ-organ selalu selalu saja melakukan pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang cukup
lama, sehingga terjadilah penonjolan dan mengakibatkan kerusakan yang sangat parah.sehingga akhirnya
menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut menjadi atau mengalami kelemahan jika suplai darah terganggu
maka berbahaya dan dapat menyebabkan ganggren.
F. Pathway

Obesitas batuk, kongenital, mengedan,


pengangkatan beban

Tekanan intra abdomen meningkat

Rusaknya integritas dinding otot perut

Organ terdorong keluar melalui defek

Mengeluarkan zat-zat proteolitik


Hernia Respon nyeri Nyeri
(Bradakini,histamine,
prostaglandin)

Hernia umbikalis Hernia para Hernia Hernia insisional


umbikalis inguinalis Hiatus hernia
kongenital

Kantung hernia
Kantung hernia Kantung hernia Kantung hernia Kantung hernia memasuki celah
keluar melalui melewati dinding memasuki celah memasuki bekas insisi
umbikalis abdomen inguinal rongga thorak

Terdorong lewat dinding posterior


canalis inguinal yang lemah

Benjolan pada regio inguinal

Abdomen Pembedahan Cemas


terdesak

Mual, muntah Pemasangan Insisi bedah Dampak anestesi


elektroda

Terputusnya kontinitas
Asupan nutrisi kurang Posisi tidak jaringan
tepat
Ekstremitas bawah
tidak dapat
Resiko Mengeluarkan zat-zat Luka terbuka digerakkan
proteolitik
Ketidakseimbanga (Bradakini,histamine,
prostaglandin) Port de entry Hambatan
n nutrisi kurang
kuman mobilitas fisik
dari kebutuhan
tubuh Respon nyeri
Resiko infeksi
Nyeri

Kerusakan
integritas kulit
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan diameter
Dengan inspeksi, adanya benjolan pada umbilikus dan terlihat cukup jelas.
2. Pemeriksaan lab:
a. Darah lengkap: Peningkatan jumlah sel darah putih dengan pergeseran diferensial.
b. Urinalis untuk mendeteksi adanya infeksi saluran kemih
3. Pemeriksaan rontgen
a. Rontgen abdomen, untuk mendeteksi penyebab lain
b. Rontgen dada, untuk mengesampingkan pneumonia
H. Penatalaksanaan
1. Konservatif
a. Istirahat di tempat tidur dan menaikkan bagian kaki, hernia ditekan secara perlahan
menuju abdomen (reposisi), selanjutnya gunakan alat penyokong.
b. Jika suatu operasi daya putih isi hernia diragukan, diberikan kompres hangat dan
setelah 5 menit di evaluasi kembali.
c. Istirahat baring
d. Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya Asetaminofen,
antibiotic untuk membasmi infeksi, dan obat pelunak tinja untuk mencegah sembelit.
e. Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian makan dengan
gizi seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat sembelit dan mengedan selama BAB, hindari kopi
kopi, teh, coklat, cola, minuman beralkohol yang dapat memperburuk gejala-gejala.
2. Reposisi
Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulate, kecuali pada pasien anak-anak. reposisi dilakukan
secara bimanual.
Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan pemberian sedative dan kompres es diatas hernia. Jika
reposisi hernia tidak berhasil dalam waktu enam jam harus dilakukan operasi segera.
3. Operatif
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional. Indikasi operasi
sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari herniotomi dan hernioraphy.
a. Herniotomy
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai kelehernya. Kantong dibuka dan isi hernia
dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu
dipotong
b. Hernioraphy
Pada hernioplasti/hernioraphy dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti mencegah terjadinya residif. Dikenal
berbagai metode hernioplastik seperti metode Bassini, atau metode McVay. Bila defek cukup besar atau
terjadi residif berulang diperlukan pemakaian bahan sintesis seperti mersilene, prolene mesh atau marleks
untuk menutup defek.
I. Komplikasi
Akibat dari hernia dapat menimbulkan komplikasi sebagai berikut :
1. Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali
(hernia inguinalis lateralis ireponibilis). Pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus.
2. Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus yang masuk. Cincin hernia menjadi relatif
sempit dan dapat menimbulkan gangguan penyaluran isi usus. Keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis
incarcerata.
3. Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi penekanan pembuluh darah dan terjadi
nekrosis. Keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis strangulata.
4. Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan pembuluh darah dan kemudian timbul
nekrosis.
5. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah dan obstipasi.
6. Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki,
7. Pendarahan yang berlebihan/infeksi luka bedah,
8. Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.
9. Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis metabolik, abses.

J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Persiapan Pra Operatif
1) Informed consent (tanda persetujuan secara tertulis).
2) Penyuluhan pre operasi :
a) Menjelaskan apa yang akan dihadapi oleh pasien jika ia akan dioperasi.
b) Menjelaskan bagaimana tubuh akan tetap berfungsi setelah dilakukan Herniotomy.
c) Menjelaskan bahwa akan merasa sakit / nyeri pada daerah luka / insisi setelah operasi.
d) Untuk mencegah komplikasi pasca operasi (atelektasis) pasien diajarkan tentang kesehatan
paru-paru, batuk efektif, menarik nafas dalam.
3) Persiapan fisik.
a) Nutrisi
Pasien diberi makanan yang berkadar lemak rendah, tinggi karbohidrat, protein, vitamin dan
kalori. Pasien harus berpuasa 12 – 18 jam sebelum operasi.
b) Cairan
Pasien tidak boleh minum selama 8 jam sebelum operasi. Tindakan pemberian cairan dan
elektrolit maupun plasma sebelum operasi. Perhatikan balance 6 – 8 jam pre operasi.
c) Hygiene
- Pasien harus mandi sebelum operasi.
- Kuku disikat dan cat kuku dibuang.
- Mulut harus dibersihkan.
d) Istirahat
Malam sebelum operasi diusahakan agar pasien dapat tidur nyenyak dan beristirahat, kalau
perlu kolaborasi pemberian obat penenang.
e) Eliminasi
- Kandung kencing harus kosong, sedapat mungkin kateterisasi harus dihindari.
- Pengosongan isi usus dengan pemberian garam fisiologis atau di lavement.
f) Obat-obatan pre medikasi
Pre medikasi:
Adalah pemberian obat untuk menjamin anastesi dapat berjalan dengan baik dan lancar, dan
bertujuan sebagai:
- Menghilangkan rasa gelisah dan takut sebelum operasi.
- Menurunkan BM, mengurangi pemakaian O2 tubuh.
- Melemahkan gerak refleks pada sistem saraf otonom untuk menahan keluarnya air liur dan
sekresi di bagian atas tenggorok untuk mencegah konvulsi dan muntah.
- Mengurangi pemakaian obat anestesi dasar (utama).
- Analgesia, yang sering digunakan adalah:
 Morfin untuk mengurangi perasan sakit.
 Atrofin mengurangi sekresi dari mulut dan saluran pernafasan.
 Obat anti muntah.
g) Kulit
Mencukur bagian yang akan dioperasi.
h) Observasi tanda-tanda vital
i) Transporting pasien
Pasien harus dibawa tepat pada waktunya, jangan terlalu cepat, sebab terlalu lama menunggu
saat operasi akan menyebabkan pasien gelisah dan takut. Baju pasien diganti dengan baju
khusus operasi, barang-barang berharga diserahkan pada keluarga.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan insisi bedah
b. Kurang volume cairan berhubungan dengan pembatasan pada operasi
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan masuknya mikroorganisme sekunderterhadap luka
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik

3. Perencanaan Asuhan Keperawatan


a. Nyeri berhubungan dengan insisi bedah
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam diharapkan nyeri
Kriteria Hasil :
- Keluhan nyeri berkurang atau hilang (skala 0-1)
- Tampak rileks
- TTV dalam batas normal (TD : 100/80 mmHg, N : 60-100 x/menit, S : 360 C, RR : 16-20
x/menit)
Intervensi :
Mandiri :
- Selidiki keluhan nyeri,perhatikan lokasi,intensitas
- Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri segera
- Observasi TTV
- Kaji insisi bedah,perhatikan edema, perubahan kontur luka/inflamasi
- Berikan tindakan kenyamanan, misalnya:latihan nafas dalam, lingkungan
- yang tenang dan tekhnik relaksasi
Kolaborasi:
- Berikan analgesik, narkotik sesuai indikasi
b. Kurang volume cairan berhubungan dengan pembatasan pasca operasi
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam diharapkan kurangvolume cairan
dapat teratasi
Kriteria Hasil :
- Membran mukosa lembab
- Turgor kullit baik
- Haluaran urine adekuat
- intake Oral, Prenatal adekuat
- TTV dalam batas normal (TD:120/80x/menit, RR:16-20x/menit, S: 360 C, N:60-100x/menit)
Intervensi :
Mandiri :
- Awasi TD dan Nadi
- Lihat membran mukosa, turgor kulit dan pengisian kapiler
- Awasi masukan haluaran, catat warna urine, konsentrasi
Kolaborasi:
- Pertahankan penghisapan gaster atau usus
- Berikan cairan infus dan elektrolit
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan masuknya mikroorganisme sekunder terhadap luka
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam diharapkan infeksi tidak terjadi
Kriteria Hasil :
- Tidak ada tanda-tanda infeksi (Rubor, Dolor, Kalor, Tumor, Fungsiolaesa)
- TTV stabil
- Terdapat tanda-tanda penyembuhan
Intervensi :
Mandiri :
- Awasi TTV, Perhatikan demam, menggigil, berkeringat, meningkatnya nyeriabdomen,
perubahan mental
- Lakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan luka yang baik, danperawatan luka
septic
- Lihat insisi dan balutan drainase bila diindikasikan
Kolaborasi:
- Ambil kultur contoh drainase bila diindikasikan
- Berikan antibiotik sesuai indikasi
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam diharapkan DefisitPerawatan diri
teratasi
Kriteria Hasil :
- Klien dapat memenuhi kebutuhan perawatan sendiri
Intervensi :
Mandiri :
- Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan dasar
- Hindari melakukan sesuatu untuk pasien yang dapat dilakukan pasiensendiri
- Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri
- Berikan perawatan sesuai kebutuhan
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA An. A DENGAN HERNIA INGUIENALIS LATERALIS DEXTRA (HILD)
DI BANGSAL AIRLANGGA RSKB JATIWINANGUN

Tanggal dan jam pengkajian : 01 Februari 2017/11.00 WIB


Tanggal dan jam masuk RS : 01 Februari 2017/07.30 WIB
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama Pasien : An. A
Tanggal lahir : 14 November 2014
Umur : 2,5 Tahun
Orang tua : Bp. S
Usia : 44 Tahun
Alamat : Desa Karangsalam RT 03/04 Baturraden
Diagnosa Medis : HILD (Hernia Inguinalis Lateralis Dextra)
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Bp. S
Umur : 44 Tahun
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMA
Alamat : Desa Karangsalam RT 03/04 Baturraden
Hubungan dengan klien : Ayah kandung
3. Keluhan Utama
Terdapat benjolan disertai nyeri tekan di selangkangan kanan
4. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dari poli klinik RSKB Jatiwinangun tanggal 01 Februari 2017 pukul 07.30 wib. Keluarga
pasien mengatakan terdapat benjolan disertai nyeri tekandi selakangan bagian kanan. Di poliklinik pasien
belum mendapatkan terapi, kemudian dilakukan pemeriksaan dengan hasil nadi : 100 x/menit, suhu : 36 0c,
kemudian pasien dipindahkan ke ruang Airlangga01 Februari 2017 pukul 11.00 wib.
5. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak mempunyai riwayat alergi. Sebelumnya pasien pernah mendapat imunisasi BCG dan polio.
6. Pertumbuhan dan Perkembangan
BBL : 5000 g
BB : 13,2 kg
TB : 57 cm
7. Kebiasaan
Pasien mempunyai kebiasaan menggigit ibu jari. Pasien biasa tidur tidur siang ±1,5 jam dan pada malam
hari pasientidur jam 21.00 wib sampai jam 05.00 wib pagi, selama sakit pasien mengalami gangguan
tidur. Pasien hanya tidur jam 23.00 wib sampai 04.00 wib karena nyeriluka post operasi. Pasien bila ingin
bab atau bak selalu mengatakan kepada ibu atau ayahnya.
8. Riwayat Nutrisi dan Cairan
a. Pemberian ASI, lama pemberian : 2 tahun
b. Pemberian susu formula : ya
Mulai pemberian : umur 2 tahun
c. Nama produk : dancow
Lama penggunaan : 3 bulan
d. Jumlah pemberian per hari : 2 - 3 x/hari
Penggunaan botol : ya
e. Pemberian cairan extra : air putih dan teh
f. Nafsu makan : baik
Kebiasaan sarapan : ya
Makan siang : ya
g. Makanan favorit : telur puyuh
Jumlah makanan perhari : 3 x sehari
h. Kebiasaan makan manis/snack : ya
Gosok gigi : kadang-kadang
9. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien anak terakhir dari 4 bersaudara pasangan Tn. S dan ny. T. ibu pasien mengatakan dalam keluarga
tidak ada yang memiliki penyakit menurun seperti DM, hipertensi, asma, dll.
Genogram :

An.A

Keterangan :
: laki-laki ------ : tinggal satu rumah

: perempuan : garis keturunan

: laki-laki sudah meninggal : garis pernikahan

: perempuan sudah meninggal

: pasien

10. Riwayat Sosial


Pasien tinggal bersama orangtua, rumahnya terdapat fentilasi yang cukup dan jauh dari polusi udara dan
suara, ayahnya bekerja sebagai pegawai swasta, keluarganya beragama islam.
11. Fungsi Keluarga
a. Interaksi dan peran keluarga
Pasien dirumah sangat dekat kedua orang tuanya dan saudaranya. Pasien dirumah mendapatkan
perhatian yang penuh dari keluarga.
b. Observasi
Keluarga dalam merawat pasien selama sakit dengan penuh kasih sayang. Anak tampak dekat dengan
bapaknya
c. Pembuat keputusan dan problem solving
Dalam keluarga yang mengambil adalah kepala keluarga (bapak). Apabila ada masalah kepala
keluarga berdiskusi bersama anggota keluarga untuk mengambil keputusan.
d. Komunikasi
Pasien cara berkomunikasi sudah cukup jelas. Orang tua dan saudaranya selalu mengajak
berkomunikasi kepada pasien. Orang tua selalu berkata lembut kepada pasien.
12. Pengukuran pertumbuhan
a. Panjang Badan : 85 cm
b. Berat Badan : 13,2 kg
c. IMT : 18,3 m
13. Pemeriksaan tanda vital
a. Suhu : 360c
b. Nadi : 100 x per menit
c. Pernafasan : 24 x per menit
14. Pemriksaan umum
a. Keadaan umum : composmentis
b. Tingkah laku : aktif
c. Perkembangan : baik
d. Kulit
Warna : coklat
Turgor : elastis
e. Struktur asesoris
 Rambut
Warna : hitam, pendek
Kebersihan : tidak ada ketombe
 Kuku
Warna : merah muda
f. Kelenjar limfe
Pembesaran : tidak ada pembesaran
Keterangan : tidak ada pembesaran dan pembengkakan
g. Kepala
 Kesimetrisan : simetris ka/ki
 Kontrol kepala : anak sudah bisa mengontrol kepala saat duduk maupun berdiri
 Kepatenan sutura : garis sutura telah tertutup
 Bentuk : mesocepal
 Rom : aktif
 Palpasi fontanel : tidak ada fontanel
h. Mata
 Warna sklera : tidak ikterik, tidak ada kebiruan
 Warna kornea : hitam
 Warna konjungtiva : tidak anemis
 Posisi : ka/ki sama simetris
 Gerakan Mata : normal
 Keadaan kelopak mata : normal
 Reaksi pupil : reaksi + ka/ki
i. Telinga
 Kebersihan : ada sedikit serumen
 Kemampuan pendengaran : baik
j. Hidung
 Letak : simetris
k. Mulut
 Warna bibir : merah muda tekstur : lembab
 Warna membran mukosa : merah muda tekstur : lembab
 Warna gusi : merah muda
 Warna lidah : merah muda
 Gerakan lidah : elastis
l. Leher
 Bentuk leher : normal
 Pembesaran kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran
 Distensi vena leher :-
m. Dada
1) Struktur
Bentuk : normochest
Kesimetrisa : simetris
2) Paru-paru
Inspeksi : simetris, normochest, tidak ada jejas, tidak ada penggunaan otot bantu
pernafasaan.
Perkusi : suara paru sonor
Palpasi : vokal premitus ka/ki sama, ekspansi paru ka/ki sama
Auskultasi : suara paru veskuler
3) Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak dari luar
Perkusi :suara jantung pekak, batas tidak melebar
Palpasi : ictus cordis teraba di ics V
Auskultasi : BJ 1-2 murni (lub-dup)
n. Abdomen
 Inspeksi : tidak terdapat lesi
 Auskultasi peristaltic : 15 x/menit
 Perkusi : pekak pada kuadran 1, timpani pada kuadran 2,3, dan 4
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan
o. Anus
Hemoroid :tidak ada hemoroid
p. Ekstermitas
- Atas
 Kekuatan otot ka/ki : kekuatan otot kanan 5,
kekuatan otot kiri 5
 ROM ka/ki : kanan aktif, kiri pasif
 Capilary refile : kurang dari 2 detik
 Perubahan bentuk tulang : tidak ada kelainan
perubahan tulang
 Perabaan akral : hangat
- Bawah
 Kekuatan otot ka/ki : kekuatan otot kanan 5
kekuatan otot kiri 5
 ROM ka/ki : kanan pasif, kiri aktif
 Capilary refile : berubah kurang dari 2 detik
 Perubahan bentuk tulang : tidak ada kelainan perubahan tulang
 Perabaan akral : hangat
 Sebelum operasi pada daerah selangkangan : Pada tanggal 01 Februari 2017 :
DS : Keluarga pasien mengatakan nyeri pada benjolan di selakangan sebelah
kanan
P : keluarga pasien mengatakan nyeri bertambah saat ditekan.
Q : nyeri senut-senut
R : nyeri pada selakangan kanan
S : skala nyeri 6
T : nyeri hilang timbul kurang lebih 5 menit
DO :Terdapat benjolan di selakangan kanan, dan terdapat nyeri tekan pada
benjolan tersebut, pasien tampak meringis kesakitan saat di tekan
B. PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN DATA PENUNJANG LAINNYA
Pemeriksaan darah lengkap
T Jenis Hasil Satuan Nilai
gl pemeriksaan normal
2 WBC 10,4 K/uL 4,1 – 10,9
7-7-15
LYM 4,8 %L 0,6 – 4,1
MID 0.9 %M 0,0 – 1,8
GRAN 4,7 %G 2,0 – 7,8
RBC 4,49 M/uL 4,20 – 6,30
HGB 12,6 ᴏ/dl 12,0 – 18,0
HCT 38,6 % 37,0 – 51,0
MCV 85,9 fL 80,0 –97,0
MCH 28,1 Pg 26,0 – 32,0
MCHC 32,6 g/dl 31,0 – 36,0
RDW 14,3 % 11,5 – 14,5
PLT 289 g/dl 140 – 440
MPV 6,8 % 0,0 – 99,8

C. THERAPY
Jenis terapi Dosis Golongan & Fungsi
kandungan
Infus RL 500 mg Cairan resusitas Menambah cairan tubuh.
Injeksi Antalgin 1g / 8jam Analgesik non narkotik Meredakan nyeri ringan sampai
dengan berat, demam.
Sirup Cefadroxil 2 x 1 sdt Antimikroba, antibakteri, Infeksi saluran nafas, kulit,
sefalosporin jaringan lunak, saluran cerna,
saluran kemih, dan infeksi lain
yang berkaitan dengan
organisme bersangkutan.
SirupParacetamol 3 x 1 sdt Analgesik non narkotik Meringankan rasa sakit kepala
sakit gigi, nyeri setelah operasi
dan menurunkan demam

D. ANALISA DATA
Nama : An. A No. RM : 0667 56
Umur : 2,5 tahun Dx medis : HILD
N Data focus Problem Etiologi
Tgl/jam Ttd
o.
1 01 DS : Nyeri Agen
. Februari akut cidera
2017 Keluarga pasien mengatakan nyeri pada benjolan di (00132) biologis
11:00 selakangan sebelah kanan (pre op)
WIB
P : keluarga pasien mengatakan nyeri bertambah saat
ditekan.
Q : nyeri senut-senut
R : nyeri pada selakangan kanan
S : skala nyeri 6

T : nyeri hilang timbul kurang lebih 5 menit

DO :

Terdapat benjolan di selakangan kanan, dan terdapat


nyeri tekan pada benjolan tersebut, pasien tampak
meringis kesakitan saat di tekan
(pre op )
2 02 DS : N Ag
. Februari Keluarga Pasien mengatakan sudah tidak ada yeri akut en cidera
2017 benjolan diselakangan namun nyeri bekas pembedahan (0 fisik (post
12.30 P : pasien mengatakan nyeri bekas pembedahan 0132) op)
WIB Q : nyeri cekit – cekit
R : selangkagan kanan
S : skala nyeri 6
T : nyeri hilang timbul kurang lebih 5 menit (post
operasi)
DO :
Pasien tampak meringis menahan nyeri bekas
operasi, terdapat luka bekas operasi tertutup oleh kasa
(post op)
3 02 DS : H Pro
. Februari Pasien mengatakan terbatas aktivitasnya, nyeri ambatan gram
2017 saat akan berpindah mobilitas pembatasa
12.30 DO : fisik n gerak
WIB Terdapat luka bekas operasi di selakangan kanan (0
tertutup kasa, terpasang infus di 0085)

tangan kiri.
Selama sakit ADL=
a. Makan minum :2
b. Toileting :2
c. Berpakaian :2
d. Mobilitas di tempat tidur : 2
e. Berpindah :2
f. Ambulasi/ROM : 2
Keterangan : 0: mandiri; 1 : dengan alat; 2 :
dibantu orang lain; 3 : dibantu orang lain dan alat; 4 :
tergantung total

E. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (pre op)
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (post op)
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan intoleransi aktivitas (post op)
F. RENCANA KEPERAWATAN
Nama : An. A No. RM : 06 67 56
Umur : 2,5 tahun Dx medis : HILD
No. Ttd
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
Dx
1 Setelah dilakukan Pain (managemen ₰
. tindakan keperawatan selama 1400) : - Mengetahui
Tim
3x24 jam diharapkan masalah - Mengobservasi tipe & sumber karakteristik nyeri
keperawatan nyeri akut teratasi nyeri - Menurunkan
dengan KH : ketegangan otot,
Pain control (1605) : - Berikan posisi semifowler menurunkan rasa
- Mampu mengontrol nyeri (tahu kurang nyaman
penyebab nyeri, mampu - Agar pasienmengerti
menggunakan terknik non & dapat membantu
farmakologi untuk mengurangi proses penyembuhan
nyeri - Berikan informasi yang akurat - Mengetahui keadaan
Pain level (2102): untuk mengurangi rasa sakit umum pasien
- Mampu mengenali nyeri (skala
intensitas, frekuensi, dan tanda
nyeri) - Monitor TTV - Untuk menurunkan
- Skala 4 menjadi 2 intensitas nyeri
Comfort level (2008) :
- Menyatakan rasa nyaman Analgesik
setelah nyeri berkurang Administration (2210) :
- Mampu mengenali nyeri (skala - Pilih analgesik yang diperlukan
intensitas, frekuensi dan tanda atau kombinasi dari analgesik
nyeri) ketika pemberian lebih dari satu
(pre op)
2 Setelah dilakukan Pain (managemen ₰
. tindakan keperawatan selama 1400) : - Mengetahui
Tim
3x24 jam diharapkan masalah - Mengobservasi tipe & sumber karakteristik nyeri
keperawatan nyeri akut teratasi nyeri
dengan KH : - Untuk memberikan
Pain control (1605) : rasa nyaman pada
- Mampu mengontrol nyeri (tahu - Berikan posisi semifowler pasien
penyebab nyeri, mampu
menggunakan terknik non
farmakologi untuk mengurangi
- Agar pasien mengerti
nyeri
& dapat membantu
Pain level (2102):
proses penyembuhan
- Mampu mengenali nyeri (skala
intensitas, frekuensi, dan tanda - Berikan informasi yang akurat
nyeri) untuk mengurangi rasa sakit
- Untuk menurunkan
Comfort level (2008) :
intensitas nyeri
- Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang Analgesik
Mampu mengenali nyeri Administration (2210) :
(skala intensitas, frekuensi dan - Pilih analgesik yang diperlukan
tanda nyeri) atau kombinasi dari analgesik
(post op) ketika pemberian lebih dari satu
3 Setelah dilakukan Exercise therapy : ₰
. tindakan keperawatan selama ambulation (0221):
-Mengetahui Tim
3x24jam di harapkan masalah - Kaji kemampuan pasien dalam kemampuan
keperawatan hambatan mobilitas mobilisasi berpindah pasien
fisik teratasi dengan KH : -Memberi bantuan
Join movement (0206) : - Dampingi dan bantu pasien saat dapat membantu
- Klien meningkatkan dalam mobilisasi dan bantu penuhi klien untuk
aktivitas fisik kebutuhan ADLs pasien.(pindah mempermudah
- Memverbalisasikan perasaan dari tempat tidur ke bawah) berpindah
dalam meningkatkan kekuatan - Memberikan posisi
dan meningkatkan kekuatan dan - Ajarkan pasien bagaimana yang nyaman dapat
kemampuan berpindah merubah posisi dan berikan meningkatkan
Self care : ADLs (020612 bantuan jika diperlukan. kenyamanan klien
:) - Membantu untuk
- Mengerti tujuan dari peningkatan berpindah ketika
- Kolaborasi dengan keluarga
mobilitas perawat tidak ada
untuk membantu berpindah
- Pasien mampu melakukan
pasien
ADLs secara mandiri

G. IMPLEMENTASI
Nama : An. A No. RM : 066756
Umur : 2,5 tahun Dx medis : HILD
No. dx Implementasi Respon klien
Hari/tgl/jam
Rabu, 1. - mengobservasi tipe & sumber DS : Keluarga pasien mengatakan nyeri pada
benjolan di selakangan sebelah kanan.
01 Februari nyeri
2017 P : keluarga pasien mengatakan nyeri
bertambah saat ditekan
11.00 WIB
Q : nyeri senut-senut

R : nyeri pada selakangan kanan

S : skala nyeri 6

T : nyeri hilang timbul

DO : Terdapat benjolan di selakangan kanan,


dan terdapat nyeri tekan pada benjolan tersebut,
pasien tampak meringis kesakitan saat di tekan
(pre op )

11.45 WIB 1 Memberikan posisi semi fowler DS : ibu pasien mengatakan An. A merasa
nyaman dengan posisi semifowler
DO : pasien terlihat tenang dan nyaman
12.00 wib 1 Mengobservasi tanda-tanda vital DS : ibu pasien mengatakan mengizinkan
pasien pasien untuk di periksa ttv.
DO : S : 360C
N : 100 x/ menit
RR : 24 x/ menit
12.10 WIB 1 Berikan informasi yang akurat DS : keluarga pasien mengatakan bersedia
untuk mengurangi rasa sakit diberi informasi.
( dengan cara memberikan
DO : Pasien tampak menganggukan kepala.
mainan atau dengan
mendengarkan lagu

Kamis, 1 - Mengobservasi tipe & sumber DS : Keluarga pasien mengatakan nyeri pada
02 Februari nyeri benjolan di selakangan sebelah kanan.

2017 P : keluarga pasien mengatakan nyeri


08.00 bertambah saat ditekan

Q : nyeri senut-senut

R : nyeri pada selakangan kanan

S : skala nyeri 6

T : nyeri hilang timbul

DO : Terdapat benjolan di selakangan kanan,


dan terdapat nyeri tekan pada benjolan tersebut,
pasien tampak meringis kesakitan saat di tekan

(pre op )
09.00 1 - Mengobservasi tanda-tanda DS : ibu pasien mengatakan mengizinkan
vital pasien pasien untuk di periksa ttv.
DO : S : 360C N : 104 x/ menit

RR : 22 x/ menit
10.00 1 - Memberikan penkes tentang DS : keluarga pasien mengatakan mengerti
nyeri setelah operasi bahwa setelah operasi pasien tidak boleh untuk
makan dan minum sebelum pasien flatus, dan
membatasi aktifitas.
DO : keluarga pasien tampak mengerti dan
bersiap-siap untuk mengantarkan pasien
keruang operasi.
12.30 (setelah 2 - Mengobservasi tipe & sumber DS : Keluarga Pasien mengatakan sudah tidak
op) nyeri ada benjolan diselakangan namun nyeri bekas
pembedahan

P : pasien mengatakan nyeri bekas pembedahan


Q : nyeri cekit – cekit

R : selangkagan kanan

S : skala nyeri 6

T : nyeri (post operasi)

DO : Pasien tampak meringis menahan nyeri


bekas operasi, terdapat luka bekas operasi
tertutup oleh kasa

(post op)
13.00 2 Berikan informasi yang akurat DS : keluarga pasien mengatakan mengerti cara
untuk mengurangi rasa sakit yang diberikan untuk mengurangi/mengalihkan
(dengan cara memberikan
perhatian terhadap nyeri pasien.
mainan atau dengan
mendengarkan lagu) DO : keluarga pasien tampak membunyikan
lagu dari handphonenya.
13.30 2 Berikan posisi semifowler DS : pasien setuju untuk posisi semifowler dan
merasa nyaman
DO : pasien terlihat tenang

14.00 WIB 3 Memonitor kemampuan dalam DS : keluarga pasien mengatakan pasien


mobilisasi terbatas aktivitasnya
DO : pasien dapat bergerak dengan bantuan
15.00 WIB 3 Mengajarkan keluarga pasien DS : keluarga pasien mengatakan mengerti
bagaimana merubah posisi dan DO : pasien melakukan apa yang diinstruksikan
berikan bantuan jika diperlukan
16.00 WIB 2 Memantau tanda-tanda vital DS : keluarga pasien mengatakan bersedia cek
TTV an A
DO : Pasien tampak tenang, Suhu : 36 derajat
celcius, Nadi : 100 x/menit

17.00 WIB 2 Memilih analgesic yang DS : Keluarga mengatakan setuju dengan


diperlukan atau kombinasi dari diberikan obat analgesic
analgesic ketika pemberian lebih DO : pasien tampak meringis kesakitan
dari satu Inj antalgin ¼ /8jam
18.00 WIB 3 Dampingi dan bantu pasien saat DS : keluarga pasien mengatakan mengerti
mobilisasi dan bantu penuhi DO : pasien melakukan apa yang diinstruksikan
kebutuhan ADLs pasien
19.00 WIB 3 Berkolaborasi dengan keluarga DS : keluarga pasien mengatakan mengerti
untuk membantu berpindah DO : pasien melakukan apa yang diinstruksikan
pasien
20.00 WIB 2 Berikan posisi semifowler DS : keluarga pasien mengatakan bersedia
pasien diposisikan semifowler untuk
memberikan rasa nyaman pada pasien.
DO : pasien tampak nyaman tidur di samping
ibunya.
Jum’at, 2 Mengobservasi tipe & sumber DS : Keluarga Pasien mengatakan sudah tidak
03 Februari nyeri ada benjolan diselakangan namun nyeri bekas
pembedahan
2017
09.00 WIB P : pasien mengatakan nyeri bekas pembedahan
Q : nyeri cekit – cekit

R : selangkagan kanan

S : skala nyeri 3

T : nyeri (post operasi)

DO : Pasien tampak tenang menahan nyeri


bekas operasi, terdapat luka bekas operasi
tertutup oleh kasa

(post op)
09.30 WIB 3 Memonitor kemampuan dalam DS : keluarga pasien mengatakan pasien dapat
mobilisasi bergerak
DO : pasien dapat bergerak dengan bantuan
11.00 WIB 2 Memantau tanda tanda vital DS : keluarga pasien mengatakan bersedia cek
TTV an A.
DO : Pasien tampak tenang, Suhu : 36 derajat
celcius, Nadi : 108 x/menit

H. CATATAN PERKEMBANGAN/ EVALUASI


Nama : An. A No. RM : 06 67 56
Umur : 2,5 tahun Dx medis : HILD
Hari/tgl/jam No. Dx Evaluasi

Rabu, 1 S : Keluarga pasien mengatakan nyeri pada benjolan di selakangan sebelah


01 Februari 2017 kanan
13.50 WIB P : keluarga pasien mengatakan nyeri bertambah saat ditekan
Q : nyeri senut-senut
R : nyeri pada selakangan kanan
S : skala nyeri 6
T : nyeri hilang timbul
O : Terdapat benjolan di selakangan kanan, dan terdapat nyeri tekan
pada benjolan tersebut, pasien tampak meringis kesakitan saat di
tekan
(pre op )
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
Pain (managemen 1400) :
- Kaji tipe & sumber nyeri
- Berikan posisi semifowler
Analgesik Administration (2210)
- Memilih analgesic yang diperlukan atau kombinasi dari analgesic
ketika pemberian lebih dari satu
Inj antal 1g / 8jam

Kamis, 2 S : Keluarga Pasien mengatakan sudah tidak ada benjolan diselakangan


02 Februari 2017 namun nyeri bekas pembedahan
14.00 WIB P : pasien mengatakan nyeri bekas pembedahan
Q : nyeri cekit – cekit
R : selangkagan kanan
S : skala nyeri 6
T : nyeri (post operasi)
O : Pasien tampak meringis menahan nyeri bekas operasi, terdapat
luka bekas operasi tertutup oleh kasa
(post op)
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
Pain (managemen 1400) :
- Kaji tipe & sumber nyeri
14.00 WIB 3 S : ibu pasien mengatakan An. A terbatas aktifitasnya karena efek operasi
dan teprpasang infus di tangan kiri.
O : Kemampuan ADL=
a. Makan minum :0
b. Toileting :2
c. Berpakaian :2
d. Mobilitas di tempat tidur :2
e. Berpindah :2
f. Ambulasi/ROM :2
Keterangan : 0: mandiri; 1 : dengan alat; 2 : dibantu orang lain; 3 :
dibantu orang lain dan alat; 4 : tergantung total
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
Exercise therapy : ambulation (0221)
- Memonitor kemampuan dalam mobilisasi
21.00 WIB 2 S : Keluarga Pasien mengatakan sudah tidak ada benjolan diselakangan
namun nyeri bekas pembedahan
P : pasien mengatakan nyeri bekas pembedahan
Q : nyeri cekit – cekit
R : selangkagan kanan
S : skala nyeri 5
T : nyeri (post operasi)
O : Pasien tampak meringis menahan nyeri bekas operasi, terdapat
luka bekas operasi tertutup oleh kasa
(post op)
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
Pain (managemen 1400) :
Kaji tipe & sumber nyeri
21.00 WIB 3 S: ibu pasien mengatakan An. A terbatas aktifitasnya karena efek operasi
dan teprpasang infus di tangan kiri.
O : Kemampuan ADL=
a. Makan minum :0
b. Toileting :2
c. Berpakaian :2
d. Mobilitas di tempat tidur :2
e. Berpindah :2
f. Ambulasi/ROM :2
Keterangan : 0: mandiri; 1 : dengan alat; 2 : dibantu orang lain; 3 :
dibantu orang lain dan alat; 4 : tergantung total
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
Exercise therapy : ambulation (0221)
Memonitor kemampuan dalam mobilisasi
Jum’at, 2 S : Keluarga Pasien mengatakan sudah tidak ada benjolan diselakangan
03 Februari 2017 namun nyeri bekas pembedahan
13.00 WIB P : pasien mengatakan nyeri bekas pembedahan

Q : nyeri sudah berkurang

R : selangkagan kanan

S : skala nyeri 3

T : nyeri (post operasi)

O : Pasien tampak sedikit nyaman, terdapat luka bekas operasi tertutup


oleh kasa

(post op)
A : masalah teratasi

P : hentikan intervensi
3 S: ibu pasien mengatakan An. A dapat beraktivitas

O : Kemampuan ADL=

a. Makan minum :0
b. Toileting :2
c. Berpakaian :2
d. Mobilitas di tempat tidur :0
e. Berpindah :0
f. Ambulasi/ROM :0
Keterangan : 0: mandiri; 1 : dengan alat; 2 : dibantu orang lain; 3 : dibantu
orang lain dan alat; 4 : tergantung total
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi
DAFTAR PUSTAKA

Black, J dkk. 2002. Medical Surgical Nursing, edisi 4. Pensylvania : W.B Saunders

Bobak, Lowdermilk, & Jensen. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas, alih bahasa Maria A. Wijayarini, Peter I.
Anugrah (Edisi 4). Jakarta: EGC.

Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Doenges, M.E.et all. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. (edisi 3). Jakarta: EGC

Evelyn C. Pearce (2003). Anatomi Fisiologi; untuk paramedis , Jakarta: PT Gramedia

Kowalak , J. P., Welsh, W., & Mayer, B. (2011). Buku Ajar Patofisiologi . Jakarta : EGC

Mansjoer, Arif. (2002). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.

Sudoyo, Aru W, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 1 edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam FKUI.

Winkjosastro, Hanifa, (2005), Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai