Pengertian
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas dan
teratur untuk memenuhi kebutuhan sehat menuju kemandirian dan mobilisasi
yang mengacu pada ketidakmampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas.
(Perry and Potter, 1994)
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas,
mudah, dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat.
Kehilangan kemampuan untuk bergerak menyebabkan ketergantungan dan ini
membutuhkan tindakan keperawatan (Mubarak dan Chayatin, 2008:220).
Gangguan mobilitas fisik (imobilisasi) didefinisikan oleh North American
Nursing Diagnosis Assocication (NANDA) sebagai suatu kedaaan dimana
individu yang mengalami keterbatasan dalam gerakan fisik atau satu atau lebih
ekstremitas secara mandiri dan terarah.
B. Jenis Imobilitas
Menurut Mubarak dan Chayatin (2008:221), secara umum ada beberapa
macam jenis immobilitas antara lain :
1. Imobilitas fisik
Kondisi ketika seseorang mengalami keterbatasan fisik yang disebabkan
oleh faktor lingkungan maupun kondisi orang tersebut.
2. Imobilitas intelektual
Kondisi ini dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan untuk dapat
berfungsi sebagaimana mestinya, misalnya pada kasus kerusakan otak.
3. Imobilitas emosional
Kondisi ini bisa terjadi akibat proses pembedahan atau kehilangan
seseorang yang dicintai.
4. Imobilitas sosial
Kondisi ini bisa menyebabkan perubahan interaksi sosial yang sering
terjadi akibat penyakit.
C. Etiologi
Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan otot,
ketidakseimbangan, dan masalah psikologis. Osteoartritis merupakan penyebab
utama kekakuan pada usia lanjut. Gangguan fungsi kognitif berat seperti pada
demensia dan gangguan fungsi mental seperti pada depresi juga menyebabkan
imobilisasi. Kekhawatiran keluarga yang berlebihan dapat menyebabkan orang
usia lanjut terus menerus berbaring di tempat tidur baik di rumah maupun dirumah
sakit. Penyebab secara umum:
1. Kelainan postur
2. Gangguan perkembangan otot
3. Kerusakan system saraf pusat
4. Trauma lanngsung pada system mukuloskeletal dan neuromuscular
5. Kekakuan otot
D. Pathway
Fraktur
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis.
2. Keluhan Utama
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari fraktur,
yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien.
Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya
bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena.
Selain itu, dengan mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan bisa
diketahui luka kecelakaan yang lain.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan memberi
petunjuk berapa lama tulang tersebut akan menyambung. Penyakit-penyakit
tertentu seperti kanker tulang dan penyakit paget’s yang menyebabkan
fraktur patologis yang sering sulit untuk menyambung. Selain itu, penyakit
diabetes dengan luka di kaki sanagt beresiko terjadinya osteomyelitis akut
maupun kronik dan juga diabetes menghambat proses penyembuhan tulang.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang merupakan
salah satu faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti diabetes,
osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan, dan kanker tulang
yang cenderung diturunkan secara genetik.
6. Pola-Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
Pada kasus fraktur akan timbul ketakutan akan terjadinya kecacatan
pada dirinya dan harus menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk
membantu penyembuhan tulangnya. Selain itu, pengkajian juga
meliputi kebiasaan hidup klien seperti penggunaan obat steroid yang
dapat mengganggu metabolisme kalsium, pengkonsumsian alkohol
yang bisa mengganggu keseimbangannya dan apakah klien melakukan
olahraga atau tidak
b. Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan
sehari-harinya seperti kalsium, zat besi, protein, vit. C dan lainnya
untuk membantu proses penyembuhan tulang. Evaluasi terhadap pola
nutrisi klien bisa membantu menentukan penyebab masalah
muskuloskeletal dan mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak
adekuat terutama kalsium atau protein dan terpapar sinar matahari yang
kurang merupakan faktor predisposisi masalah muskuloskeletal
terutama pada lansia. Selain itu juga obesitas juga menghambat
degenerasi dan mobilitas klien.
c. Pola Eliminasi
Untuk kasus fraktur humerus tidak ada gangguan pada pola eliminasi,
tapi walaupun begitu perlu juga dikaji frekuensi, konsistensi, warna
serta bau feces pada pola eliminasi alvi. Sedangkan pada pola eliminasi
uri dikaji frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua
pola ini juga dikaji ada kesulitan atau tidak.
d. Pola Tidur dan Istirahat
Semua klien fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak, sehingga hal
ini dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu juga,
pengkajian dilaksanakan pada lamanya tidur, suasana lingkungan,
kebiasaan tidur, dan kesulitan tidur serta penggunaan obat tidur.
e. Pola Aktivitas
Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk
kegiatan klien menjadi berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak
dibantu oleh orang lain. Hal lain yang perlu dikaji adalah bentuk
aktivitas klien terutama pekerjaan klien. Karena ada beberapa bentuk
pekerjaan beresiko untuk terjadinya fraktur dibanding pekerjaan yang
lain.
f. Pola Hubungan dan Peran
Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam
masyarakat. Karena klien harus menjalani rawat inap
g. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Dampak yang timbul pada klien fraktur yaitu timbul ketakutan akan
kecacatan akibat frakturnya, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk
melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya
yang salah (gangguan body image).
h. Pola Sensori dan Kognitif
Pada klien fraktur daya rabanya berkurang terutama pada bagian distal
fraktur, sedang pada indera yang lain tidak timbul gangguan. begitu
juga pada kognitifnya tidak mengalami gangguan. Selain itu juga,
timbul rasa nyeri akibat fraktur.
i. Pola Reproduksi Seksual
Dampak pada klien fraktur yaitu, klien tidak bisa melakukan hubungan
seksual karena harus menjalani rawat inap dan keterbatasan gerak serta
rasa nyeri yang dialami klien. Selain itu juga, perlu dikaji status
perkawinannya termasuk jumlah anak, lama perkawinannya.
j. Pola Penanggulangan Stress
Pada klien fraktur timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya, yaitu
ketakutan timbul kecacatan pada diri dan fungsi tubuhnya. Mekanisme
koping yang ditempuh klien bisa tidak efektif.
k. Pola Tata Nilai dan Keyakinan
Untuk klien fraktur tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah
dengan baik terutama frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa
disebabkan karena nyeri dan keterbatasan gerak klien.
7. PemeriksaanFisik
a. Keadaan umum: baik atau buruknya yang dicatat adalah tanda-tanda
seperti:
1) Kesadaran penderita: apatis, sopor, koma, gelisah, komposmentis
tergantung pada keadaan klien.
2) Kesakitan, keadaan penyakit: akut, kronik, ringan, sedang, berat
dan pada kasus fraktur biasanya akut.
3) Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik fungsi
maupun bentuk.
b. Secara sistemik dari kepala sampai kaki
1) Sistem Integumen : Terdapat erytema, suhu sekitar daerah trauma
meningkat, oedema, nyeri tekan, tanda-tanda fraktur : nyeri,
deformitas, krepitasi, ekimosis, pergerakan abnormal, bengkak.
2) Kepala : Tidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak
ada penonjolan, tidak ada nyeri kepala.
3) Leher : Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan,
reflek menelan ada.
4) Muka : Wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada
perubahan fungsi maupun bentuk. Tak ada lesi, simetris, tak
oedema.
5) Mata : Konjungtiva tidak terlihat anemis
6) Telinga : Tidak ada lesi atau nyeri tekan.
7) Hidung : Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping hidung.
8) Mulut dan Faring : Tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi
perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.
9) Thoraks : Tidak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada
simetris.
- Paru
a) Inspeksi : Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya
tergantung pada riwayat penyakit klien yang berhubungan
dengan paru.
b) Palpasi : Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama.
c) Perkusi : Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara
tambahan lainnya.
d) Auskultas : Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara
tambahan lainnya seperti stridor dan ronchi.
- Jantung
a) Inspeksi : Tidak tampak iktus jantung.
b) Palpasi : Nadi meningkat, iktus tidak teraba.
c) Auskultasi : Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.
10) Abdomen
a) Inspeksi: Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.
b) Palpasi: Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar
tidak teraba.
c) Perkusi: Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan.
d) Auskultasi: Peristaltik usus normal ± 20 kali/menit.
11) Genetalia : Tampak tidak ada kelainan.
8. Program Terapi
9. Data Fokus
a. Data Subjektif : Keluhan yang dikatakan pasien
b. Data Objektif : Keadaan pasien atau pengukuran TTV yang dapat
dilihat perawat
10. Analisa Data
a. Data Fokus
b. Problem
c. Etiologi
B. Diagnosa Keperawatan
Hambatan mobilitas fisik
1. Definisi
Hambatan mobilitas fisik yaitu Keterbatasan dalam gerakan fisik atau
satu atau lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah.
2. Batasan Karateristik
a. Gangguan sikap berjalan
b. Gerakan lambat
c. Gerakan spastik
d. Gerakan tidak terkoordinasi
e. Kesulitan mebolak-balik posisi
f. Ketidaknyamanan
g. Melakukan aktivitas lain sebagai pengganti pergerakan (misal;
meningkatkan perhatian pada aktivitas orang lain, mengendalikan
perilaku, fokus pada aktivitas sebelum sakit)
h. Penurunan kemampuan melakukan keterampilan motorik halus dan
motorik kasar
i. Penurunan waktu reaksi
j. Dispnea setelah beraktivitas
3. Faktor yang Berhubungan
a. Ansietas
b. Depresi
c. Fisik tidak bugar
d. Gangguan fungsi kognitif, metabolisme, dan muskuloskeletal
e. Gaya hidup kurang gerak
f. Intoleran aktivitas
g. Nyeri
h. Kerusakan integritas struktur tulang
i. Manultrisi
j. Penurunan kekuatan otot, kendali otot, ketahanan tubuh.
B. Intervensi
No DiagNosa
Tujuan Intervensi
Dx Keperawatan
5. Latihan Keseimbangan
Ajarkan pada klien &
keluarga untuk dapat
mengatur posisi secara
mandiri dan menjaga
keseimbangan selama
latihan ataupun dalam
aktivitas sehari hari.
6. Perbaikan Posisi Tubuh
yang Benar
Ajarkan pada klien/
keluarga untuk mem
perhatikan postur tubuh
yg benar untuk
menghindari kelelahan,
keram & cedera.
Kolaborasi ke ahli terapi
fisik untuk program
latihan.
C. Evaluasi
Individu akan mengungkapkan bertambahnya kekuatan dan daya tahan
ekstremitas.
DAFTAR PUSTAKA
Mubarak, Wahit Iqbal dan Nurul Chayatin. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar
Manusia: Teori dan Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta: EGC.
Perry and Potter. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan
Praktik Edisi 4. Jakarta. Buku Kedokteran EGC.