Anda di halaman 1dari 11

HARGA DIRI RENDAH

1. Pengertian Konsep Diri


Konsep Diri didefenisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang
merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan mempengaruhi hubungan dengan
orang lain (Stuart & Sundeen 2005). Konsep diri adalah cara individu memandang dirinya
secara utuh, fisikal, emosional, intelektual, sosial dan spiritual (Keliat, 2005). Konsep diri
adalah citra subjektif dari diri dan pencampuran yang kompleks dari perasaan, sikap dan
persepsi bawah sadar maupun sadar. Konsep diri memberi kita kerangka acuan yang
mempengaruhi manejemen kita terhadap situasi dan hubungan kita dengan orang lain
(Potter & Perry, 2005).

2. Komponen Konsep Diri


Konsep diri terdiri dari Citra Tubuh (Body Image), Ideal Diri (Self ideal),
Harga Diri (Self esteem), Peran (Self Rool) dan Identitas(self idencity)
a. Citra Tubuh (Body Image)
Body Image (citra tubuh) adalah sikap individu terhadap dirinya baik disadari
maupun tidak disadari meliputi persepsi masa lalu atau sekarang mengenai ukuran
dan dinamis karena secara konstan berubah seiring dengan persepsi dan
pengalaman-pengalaman baru. Body image berkembang secara bertahap selama
beberapa tahun dimulai sejak anak belajar mengenal tubuh dan struktur, fungsi,
kemampuan dan keterbatasan mereka. Body image (citra tubuh) dapat berubah
dalam beberapa jam, hari, minggu ataupun bulan tergantung pada stimuli eksterna
dalam tubuh dan perubahan aktual dalam penampilan, stuktur dan fungsi (Potter &
Perry, 2005).
b. Ideal Diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia seharusnya
bertingkah laku berdasarkan standar pribadi. Standar dapat berhubungan dengan
tipe orang yang diinginkan/disukainya atau sejumlah aspirasi, tujuan, nilai yang
diraih. Ideal diri akan mewujudkan cita-cita ataupun penghargaan diri berdasarkan
norma-norma sosial di masyarakat tempat individu tersebut melahirkan
penyesuaian diri. Ideal diri berperan sebagai pengatur internal dan membantu
individu mempertahankan kemampuan menghadapi konflik atau kondisi yang
membuat bingung. Ideal diri penting untuk mempertahankan kesehatan dan
keseimbangan mental.
Pembentukan ideal diri dimulai pada masa anak-anak dipengaruhi oleh orang
yang dekat dengan dirinya yang memberikan harapan atau tuntunan tertentu.
Seiring dengan berjalannya waktu individu menginternalisasikan harapan tersebut
dan akan membentuk dari dasar ideal diri. Pada usia remaja, ideal diri akan
terbentuk melalui proses identifikasi pada orang tua, guru dan teman. Pada usia
yang lebih tua dilakukan penyesuaian yang merefleksikan berkurangnya kekuatan
fisik dan perubahan peran serta tanggung jawab.
c. Harga Diri
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan
menganalisis seberapa banyak kesesuaian tingkah laku dengan ideal dirinya. Harga
diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain yaitu : dicintai, dihormati dan dihargai.
Mereka yang menilai dirinya positif cenderung bahagia, sehat, berhasil dan dapat
menyesuaikan diri, sebaliknya individu akan merasa dirinya negative, relatif tidak
sehat, cemas, tertekan, pesimis, merasa tidak dicintai atau tidak diterima di
lingkungannya (Keliat BA, 2005).
Harga diri dibentuk sejak kecil dari adanya penerimaan dan perhatian. Harga
diri akan meningkat sesuai dengan meningkatnya usia. Harga diri akan sangat
mengancam pada saat pubertas, karena pada saat ini harga diri mengalami
perubahan, karena banyak keputusan yang harus dibuat menyangkut dirinya sendiri.
d. Peran
Peran adalah serangkaian pola sikap perilaku, nilai dan tujuan yang
diharapkan oleh masyarakat dihubungkan dengan fungsi individu di dalam
kelompok sosial. Setiap orang disibukkan oleh beberapa peran yang berhubungan
dengan posisi pada tiap waktu sepanjang daur kehidupannya. Harga diri yang tinggi
merupakan hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal diri.
e. Identitas Diri
Identitas diri adalah kesadaran tentang diri sendiri yang dapat diperoleh
individu dari observasi dan penilaian dirinya, menyadari bahwa individu dirinya
berbeda dengan orang lain. Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang
kuat akan memandang dirinya berbeda dengan orang lain, dan tidak ada duanya.
Identitas berkembang sejak masa kanak-kanak, bersamaan dengan berkembangnya
konsep diri. Dalam identitas diri ada otonomi yaitu mengerti dan percaya diri,
respek terhadap diri, mampu menguasai diri, mengatur diri dan menerima diri.

3. Pengertian Harga Diri Rendah


Harga diri rendah adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya
percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan (Keliat, dalam Fitria,
2009). Harga diri rendah adalah perasaan seseorang bahwa dirinya tidak diterima
lingkungan dan gambaran-gambaran negatif tentang dirinya (Barry, dalam Yosep,
2009).

4. Penyebab Harga Diri Rendah


a. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi,
kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja,
perasaan malu karena sesuatu (korban perkosaan, dituduh korupsi,
dipenjara tiba-tiba).
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena :
1) Privacy yang harus diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis,
pemasangan kateter, pemeriksaan perineal).
2) Harapan akan struktur bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai
karena dirawat/sakit/penyakit.
3) Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya
berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan
tanpa persetujuan.
b. Kronik yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama,
yaitu sebelum sakit/dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang
negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif
terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang maladaptif.
c. Faktor Predisposisi
1. Faktor yang memiliki harga diri meliputi pendataan orang lain, harapan
orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang kali, kurang
mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain dan
ideal diri yang tidak realistis.
2. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran adalah peran seks, tuntutan
peran kerja, harapan peran kultural.
3. Faktor yang mempengaruhi identitas personal, meliputi ketidak percayaan
orang tua tekanan dari kelompok sebaya, perubahan dalam stuktural sosial.
d. Faktor Presipitasi
1. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan
kejadian yang mengancam kehidupannya.
2. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang
diharapkan dimana individu mengalaminya sebagai frustasi
3. Transisi Peran situasi adalah terjadi dengan bertambah atau
berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran dan kematian
4. Transisi peran sehat sakit akibat pergeseran dari keadaan sehat ke sakit
dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran bentuk,
penampilan, fungsi tubuh, perubahan fisik berhubungan dengan
tumbang normal moral dan prosedur medis keperawatan
5. Manifestasi Klinis Harga Diri Rendah
Menurut Suliswati, 2005 tanda dan gejala harga diri rendah yaitu :
a. Merasa dirinya lebih rendah dari orang lain
b. Mengkritik diri sendiri dan orang lain
c. Gangguan dalam berhubungan
d. Rasa diri penting yang berlebihan
e. Perasaan tidak mampu
f. Rasa bersalah
g. Pandangan hidup yang pesimis
h. Penolakan terhadap kemampuan personal
i. Menarik diri secara social
j. Khawatir dan menarik diri dari realitas
6. Penatalaksanaan Harga Diri Rendah
Penatalaksanaan klien dengan harga diri rendah meliputi:
a. Farmakologi
b. Terapi lain seperti terapi psikomotor, terapi rekreasi, terapi tingkah laku,
terapi keluarga, terapi spiritual, terapi lingkungan, terapi aktivitas kelompok
yang tujuannya adalah memperbaiki perilaku klien dengan harga diri rendah.
c. Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi (kembali memfungsikan) dan
perkembangan klien supaya dapat melaksanakan sosialisasi secara wajar
dalam kehidupan bermasyarakat.
Menurut Stuart dan Sundeen (1998) penatalaksanaan pada klien dengan
gangguan konsep diri berfokus pada tingkat penilaian kognitif terhadap kehidupan
yang terdiri dari :
a. Persepsi
b. Kesadaran klien akan emosi dan perasaan
c. Menyadari masalah dan perubahan sikap
Prinsip asuhan keperawatan yang diberikan terlihat dari kemajuan klien
meningkatkan dari satu tingkat ke tingkat berikutnya yaitu :
a. Meluaskan kesadaran diri yaitu dengan meningkatkan hubungan keterbukaan
dan saling percaya.
b. Menyelidiki dan mengeksplorasi diri (self exploration) yaitu membantu klien
untuk menerima perasaan dan pikirannya.
c. Perencanaan realita (realita planning) membantu klien bahwa hanya saja di
yang dapat merubah bukan rang lain.
d. Tanggung jawab bertindak (comitment to action) membantu klien melakukan
tindakan yang perlu untuk merubah respon maladaptif dan mempertahankan
respon adaptif.
7. Pathway

8. Asuhan Keperawatan
 Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, tanggal
MRS (masuk rumah sakit), informan, tanggal pengkajian, No Rumah Sakit dan
alamat klien.
b. Keluhan utama
Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga
datang ke rumah sakit. Yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah,
dan perkembangan yang dicapai.
c. Faktor predisposisi
Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan
jiwa pada masa lalu, pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik,
seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan
criminal. Dan pengkajiannya meliputi psikologis, biologis, dan social budaya.
d. Aspek fisik/biologis
Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu, Pernafasan, TB, BB)
dan keluhan fisik yang dialami oleh klien.
e. Aspek psikososial
 Genogram yang menggambarkan tiga generasi
 Konsep diri
 Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan,
kelompok, yang diikuti dalam masyarakat
 Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah
f. Status mental
Nilai klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik klien,
afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat
kesadaran, memori, tingkat konsentrasi, dan berhitung.
g. Kebutuhan persiapan pulang
 Kemampuan makan klien dan menyiapkan serta merapikan alat makan
kembali.
 Kemampuan BAB, BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta
membersihkan dan merapikan pakaian.
 Mandi dan cara berpakaian klien tampak rapi.
 Istirahat tidur kilien, aktivitas didalam dan diluar rumah.
 Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksinya setelah diminum.
h. Mekanisme koping
Malas beraktivitas, sulit percaya dengan orang lain dan asyik dengan stimulus
internal, menjelaskan suatu perubahan persepsi dengan mengalihkan tanggung
jawab kepada orang lain.
i. Masalah psikososial dan lingkungan
Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok, lingkungan,
pendidikan, pekerjaan, perumahan, dan pelayanan kesehatan.
 Diagnosa Keperawatan
Harga diri rendah

Diagnosa : Harga Diri Rendah.

Dx Kep Pasien Keluarga


Harga Diri SP 1 P SP 1 K
Rendah 1. Identifikasi kemampuan 1. Diskusikan masalah yang
melakukan kegiatan dan dirasakan dalam merawat
aspek positif pasien (buat pasien
daftar kegiatan) 2. Jelaskan pengertian, tanda
2. Bantu pasien menilai dan gejala dan proses
kegiatan yang dapat terjadinya harga diri rendah
dilakukan saat ini (pilih (gunakan booklet)
dari daftar kegiatan) : buat 3. Diskusikan kemampuan atau
daftar kegiatan yang dapat aspek positif yang dimiliki
dilakukan pasien saat ini. pasien baik sebelum dan
3. Bantu pasien memilih salah setelah sakit.
satu kegiatan yang dapat 4. Jelaskan cara merawat harga
dilakukan saat ini untuk diri rendah terutama
dilatih. memberikan pujian semua hal
4. Latih kegiatan yang dipilih positif pada pasien
(alat dan cara 5. Latih keluarga memberi
melakukannya) tanggung jawab kegiatan
5. Masukan dalam jadwal pertama yang dipilih pasien :
kegiatan untuk latihan dua bimbing dan beri pujian.
kali per hari 6. Anjurkan membantu pasien
SP 2 P sesuai jadwal harian yang
1. Evaluasi kegiatan pertama telah dibuat
yang telah dilatih dan SP 2 K
berikan pujian 1. Evaluasi kegiatan keluarga
dalam membimbing pasien
2. Bantu pasien memilih melaksanakan kegiatan
kegiatan kedua yang akan pertama yang dipilih dan
dilatih dilatih pasien, berikan pujian.
3. Latih kegiatan kedua (alat 2. Bersama keluarga melatih
dan cara melakukannya) pasien dalam melakukan
4. Masukan pada jadwal kegiatan kedua yang dipilih
kegiatan untuk latihan : dua pasien.
kegiatan masing-masing 3. Anjurkan membantu pasien
dua kali per hari sesuai jadwal dan memberi
SP 3 P pujian.
1. Evaluasi kegiatan pertama SP 3 K
dan kedua yang telah 1. Evaluasi kegiatan keluarga
dilatih dan berikan pujian dalam membimbing pasien
2. Bantu pasien memilih melaksanakan kegiatan
kegiatan ketiga yang akan pertama dan kedua yang
dilatih dipilih dan dilatih pasien,
3. Latih kegiatan kedua (alat berikan pujian.
dan cara melakukannya) 2. Bersama keluarga melatih
4. Masukan pada jadwal pasien dalam melakukan
kegiatan untuk latihan : kegiatan ketiga yang dipilih
dua kegiatan masing- pasien.
masing dua kali per hari 3. Anjurkan membantu pasien
SP 4 P sesuai jadwal dan memberi
1. Evaluasi kegiatan pertama, pujian.
kedua dan ketiga yang SP 4 K
telah dilatih dan berikan 1. Evaluasi kegiatan keluarga
pujian dalam membimbing pasien
2. Bantu pasien memilih melaksanakan kegiatan
kegiatan ketiga yang akan pertama, kedua dan ketiga
dilatih yang dipilih dan dilatih
pasien, berikan pujian.
3. Latih kegiatan keempat 2. Bersama keluarga melatih
(alat dan cara pasien dalam melakukan
melakukannya) kegiatan keempat yang
4. Masukan pada jadwal dipilih pasien.
kegiatan untuk latihan : 3. Jelaskan follow up ke RSJ /
dua kegiatan masing- PKM tanda kambuh dan
masing dua kali per hari rujukan.
SP 5 P 4. Anjurkan membantu pasien
1. Evaluasi kegiatan latihan sesuai jadwal dan memberi
dan berikan pujian pujian.
2. Latih kegiatan dilanjutkan SP 5 K
sampai tak terhingga 1. Evaluasi kegiatan keluarga
3. Nilai kemampuan yang dalam membimbing pasien
telah mandiri melakukan kegaitn yang
4. Masukan nilai apakah dipilih oleh pasien dan
harga diri pasien berikan pujian
meningkat 2. Nilai kemampuan keluarga
dalam membimbing pasien
3. Nilai kemampuan keluarga
melakukan kontrol ke RSJ /
PKM
DAFTAR PUSTAKA

Fitria Nita. 2014. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7 Diagnosa
Keperawatan Jiwa Berat Bagi Program S-1 Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika

Keliat, Budi Anna, Dkk. 2005 . Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2.
Jakarta: EGC

Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC

Stuart, Gail & Sundeen, Sandra. 2005. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai