1. ASUHAN KEPERAWATAN
a. PENGKAJIAN (FUNDAMENTAL OF NURSING)
1) Riwayat penyakit sekarang
Lingkungan, kebisingan mempengaruhi rasa aman dan nyaman.
Lingkungan klien mencakup semua faktor fisik dan psikososial
yang mempengaruhi atau berakibat terhadap kehidupan dan
kelangsungan hidup klien. Keamanan yang ada dalam lingkungan
ini akan mengurangi insiden terjadinya penyakit dan cedera yang
akan mempengaruhi rasa aman dan nyaman klien.
2) Riwayat penyakit dahulu
Trauma pada jaringan tubuh, misalnya ada luka bekas
operasi/bedah menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan dan
iritasi secara langsung pada reseptor sehingga mengganggu rasa
nyaman klien
3) Riwayat penyakit keluarga
Riwayat kesehatan keluarga juga dapat menyebabkan gangguan
rasa aman dan nyaman. Karena dengan adanya riwayat penyakit
maka klien akan beresiko terkena penyakit sehingga
menimbulkan rasa tidak nyaman seperti nyeri.
4) Pengkajian Kebutuhan Psikososial
a) Pengkajian psikologis
Status emosional
- Apakah emosi sesuai perilaku?
- Apakah klien dapat mengendalikan emosi?
- Bagaimana perasaan klien yang tampil seperti biasaanya?
- Apakah perasaan hati sekarang merupakan ciri khas klien?
- Apa yang klien lakukan jika marah atau sedih?
Konsep Diri
- Bagaimana klien menilai dirinya sebagai manusia?
- Bagaimana orang lain menilai diri klien?
- Apakah klien suka akan dirinya?
Cara Komunikasi
- Apakah klien mudah merespons?
- Apakah spontanitas atau hanya jika ditanya?
- Bagaimana perilaku nonverbal klien dalam berkomunikasi?
- Apakah klien menolak untuk memberi respons?
Pola interaksi
- Kepada siapa klien mau berinteraksi?
- Siapa yang penting atau berpengaruh bagi klien?
- Bagaimana sifat asli klien : mendominasi atau positif?
b) Pengkajian Sosial
Pendidikan
- Pendidikan terakhir
- Keterampilan yang mampu dilakukan
- Pekerjaan klien
- Status keuangan
Hubungan sosial
- Teman dekat klien
- Bagaimana klien menggunakan waktu luang?
- Apakah klien berkecimpung dalam kelompok masyarakat?
Faktor kultural sosial
- Apakah agama dan kebudayaan klien?
- Bagaimana tingkat pemahaman klien tentang agama?
- Apakah bahasa klien memadai untuk berkomunikasi dengan
orang lain?
Pola Hidup
- Dimana tempat tinggal klien?
- Bagaimana tempat tinggal klien?
- Dengan siapa klien tinggal?
- Apa yang klien lakukan untuk menyenangkan diri?
Keluarga
- Apakah yang klien sudah menikah?
- Apakah klien sudah punya anak?
- Bagaimana status kesehatan klien dan keluarga?
- Masalah apa yang terutama dalam keluarga?
- Bagaimana tingkat kecemasan klien?
c. DIAGNOSIS KEPERAWATAN KEBUTUHAN PSIKOSOSIAL (SDKI)
Gejala dan Tanda
Dx Definisi Penyebab/faktor risiko Mayor Minor Kondisi Klinis Terkait
3. Patofisiologi Amputasi
4. Manifestasi Klinis
a. Kehilangan anggota gerak (ekstremitas atas atau bawah)
b. Nyeri pada bagian yang diamputasi yang berasal dari neuroma ujung saraf
dekat dengan permukaan.
c. Edema yang apabila tidak ditangani menyebabkan hyperplasia varikosa
dengan keronitis.
d. Dermatitis pada tempat tekanan ditemukan kista (epidermal atau aternom).
e. Bila kebersihan kulit diabaikan terjadi folikulitis dan furunkulitis.
f. Sedih dan harga diri rendah (self esteem) dan diikuti dengan proses
kehilangan.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi (ST- Scan)
b. X-ray
c. Kultur jaringan
d. Biopsy
e. Laboratorik
Tindakan pengkajian dilakukan juga dengan penilaian secara laboratorik atau
melalui pemeriksaan penunjang lain secara rutin dilakukan pada klien yang
akan dioperasi yang meliputi penilaian terhadap fungsi paru, fungsi ginjal,
fungsi hepar dan fungsi jantung.
f. Pemeriksaan pasca amputasi
Kondisi fisik
Pembuluh darah
Mengkaji kemungkinan atherosklerosis melalui penilaian
terhadap elastisitas pembuluh darah.
6. Penatalaksanaan Medis
Tujuan utama pembedahan adalah mencapai penyembuhan luka amputasi,
menghasilkan sisa tungkai (puntung) yang tidak nyeri tekan dengan kulit yang
untuk menggunakan prostesis. Lansia mungkin mengalami keterlambatan
penyembuhan, karena nutrisi yang buruk dan masalah kesehatan lain. Percepatan
penyembuhan dapat dilakukan dengan penanganan yang lembut terhadap sisa
tungkai, pengontrolan edema sisa tungkai dengan balutan kompres lunak atau
rigid, dan menggunakan teknik aseptic dalam perawatan luka untuk menghindari
infeksi.
a. Balutan Rigid Tertutup
Digunakan untuk mendapatkan kompresi yang merata, menyangga
jaringan lunak dan mengontrol nyeri, serta mencegah kontraktur. Segera
setelah pembedahan balutan gips rigid dipasang dan dilengkapi tempat
memasang ekstensi prosthesis sementara (pylon) dan kaki buatan.Pasang
kaus kaki steril pada sisi steril, dan bantalan dipasang pada daerah peka
tekanan. Sisa tungkai (puntung) kemudian dibalut dengan gips elastisyang
ketika mengeras akan memberikan tekanan yang merata. Gips diganti sekitar
10-14 hari. Bila terjadi peningkatan suhu tubuh, nyeri berat atau gips mulai
longgar harus segera diganti.
b. Balutan Lunak
Balutan lunak dengan atau tanpa kompresi dapat digunakan bila
diperlukan inspeksi berkala sisa tungkai (puntung) sesuai kebutuhan. Bidai
imobilisasi dapat dibalutkan pada balutan.
c. Amputasi Bertahap
Dilakukan bila ada gangrene atau infeksi. Pertama-tama dilakukan
amputasi guillotine untuk mengangkat semua jaringan nekrosis dan sepsis.
Luka didebridemen dan dibiarkan mongering. Sepsis ditangani dengan
antibiotik. Dalam beberapa hari, bila infeksi telah terkontrol dank lien telah
stabil, dilakukan amputasi definitive dengan penutupan kulit.
d. Prostesis
Sementara kadang diberikan pada hari pertama pascabedah, sehingga
latihan segera dapat dimulai. Keuntungan menggunakan prostesis sementara
adalah membiasakan klien menggunakan prosthesis sedini mungkin. Kadang
prosthesis darurat baru diberikan setelah satu minggu luka menyembuh tanpa
penyulit. Pada amputasi karena pembuluh darah, prosthesis sementara
diberikan setelah empat minggu.
Prostesis bertujuan untuk mengganti bagian ekstremitas yang hilang.
Artinya defek system musculoskeletal harus diatasi, termasuk defek faal.
Pada ekstremitas bawah, tujuan prosthesis ini sebagian besar dapat dicapai.
Sebaliknya untuk ekstremitas atas, tujuan itu sulit dicapai, bahkan dengan
tangan mioelektrik canggih yang bekerja atas sinyal mioelektrik dari otot
biseps dan triseps.
7. Referensi
https://www.academia.edu/31571847/LAPORAN_PENDAHULUAN
PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Luran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
C. Kasus Pemicu
Tn. L usia 35 tahun masuk rumah sakit karena kecelakaan motor 2 bulan yang lalu,
dan didiagnosa fraktur femur sinistra tertutup kemudian Tn. L lebih memilih
menjalani pengobatan alternatif ke sangkal putung. Namun, setelah 1 bulan tidak
mengalami penyembuhan dan kaki kirinya mengalami nekrosis. Tn. L akhirnya
dibawa ke RS, dan didiagnosa oleh dokter mengalami gas gangren pada femur
sinistra. Tn. L diinstruksikan untuk dilakukan amputasi above knee. Setelah
dilakukan amputasi, Tn. L mengatakan malu dengan kondisinya saat ini. Tn. L
mengatakan dirinya menjadi tidak akan dapat bekerja karena kondisi kakinya. Tn. L
takut kalau istrinya dan anak-anaknya tidak akan menerima kondisinya saat ini. Tn.
L saat ini tidak menerima kondisinya yang hanya mempunyai satu kaki dan
menyalahkan orang lain yang merekomendasikannya untuk pergi ke sangkal putung.
Tn. L tampak marah dan menangis ketika menceritakan kisahnya. TTV saat dikaji
TD : 110/80 mmHg, N : 80x/menit, RR : 20x/menit, S : 37,8 0 C. Dari hasil
pemeriksaan laboratorium ditemukan hasil : Hb : 13,5 gr/dl, Trombosit : 230.000
dan leukosit 15.000/mm3.