Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PEMENUHAN


KEBUTUHAN PSIKOSOSIAL DENGAN DIAGNOSA MEDIS AMPUTASI

A. KONSEP KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


1. DEFINISI PSIKOSOSIAL
Psikososial adalah setiap perubahan dalam kehidupan individu, baik yang
bersifat psikologik maupun sosial yang mempunyai pengaruh timbal balik.
Masalah kejiwaan dan kemasyarakatan yang mempunyai pengaruh timbal
balik, sebagai akibat terjadinya perubahan sosial dan atau gejolak sosial dalam
masyarakat yang dapat menimbulkan gangguan jiwa (Depkes, 2011).

2. FISIOLOGIS NORMAL PSIKOSOSIAL


a. Konsep Diri
Konsep diri adalah semua perasaan kepercayaan dan nilai yang diketahui
tentang dirinya dan memengaruhi individu dalam bersosialisasi dengan
orang lain. Konsep diri berkembang secara bertahap saat bayi molai
mengenal dan membedakan dirinya dengan orang lain.
Pembentukan konsep diri ini sangat dipengaruhi oleh asuhan orang tua dan
lingkungannya.
1) Komponen konsep diri
a) Citra diri
adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak
sadar. Sikap ini mencakup presepsi dari pasangan tentang ukuran,
bentuk, dan fungsi penampilan tubuh saat ini dan masa lalu.
b) Ideal diri
Presepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku sesuai
dengan standar perilaku. Ideal diri akan mewujudkan cita-cita dan
harapan pribadi.
c) Harga diri
Harga diri adalah penilaian terhadap hasil yang dicapai dengan
analisis, sejauh mana perilaku memenuhi ideal diri. Jika individu
selalu sukses maka cenderung harga dirinya akan tinggi dan jika
mengalami kegagalan cenderung harga diri menjadi rendah. Harga
diperoleh dari diri sendiri dan orang lain.
d) Peran diri
Peran diri adalah pola sikap, perilaku nilai yang diharapkan dari
seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat.
e) Identitas diri
Identitas diri adalah kesadaran akan dirinya sendiri yang bersumber
dari observasi dan penilaian yang merupakan sintesis dari semua
aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh
b. Stres dan adaptasi
Stress merupakan bagian dari kehidupan yang mempunyai efek positif
dan negatif yang disebabkan karena perubahan lingkungan. Secara
sederhana stress adalah kondisi dimana adanya respons tubuh
terhadap perubahan untuk mencapai normal. Sedangkan stressor
adalah sesuatu yang dapat menyebabkan seseorang mengalami stress.
Stressor dapat berasal dari internal misalnya, perubahan hormon, sakit
maupun eksternal misalnya, temperatur dan pencemaran.
Seseorang mengalami situasi bahaya, maka respons akan muncul.
Respons yang tidak disadari pada saat tertentu disebut respons koping.
Perubahan dari suatu keadaan dari respons akibat stressor disebut
adaptasi. Adaptasi sesungguhnya terjadi apabila adanya keseimbangan
antara lingkungan internal dan eksternal. Contoh adaptasi misalnya:
optimalnya semua fungsi tubuh, pertumbuhan normal, normalnya
reaksi antara fisik dan emosi, kemampuan menolerir perubahan
situasi.

3. MASALAH-MASALAH PADA PSIKOSOSIAL


a. Gangguan Identitas Diri
1) Perubahan perkembangan.
2) Trauma
3) Jenis kelamin yang tidak sesuai
4) Budaya yang tidak sesuai
b. Gangguan citra tubuh (body image)
1) Hilangnya bagian tubuh
2) Perubahan perkembangan
3) Kecacatan
c. Gangguan harga diri
1) Hubungan interpersonal yang tidak harmonis
2) Kegagalan perkembangan
3) Kegagalan mencapai tujuan hidup
4) Kegagalan dalam mengikuti aturan normal
d. Gangguan peran
1) Kehilangan peran
2) Peran ganda
3) Konflik peran
4) Ketidakmampuan menampilkan peran
e. Gangguan Kecemasan

1. ASUHAN KEPERAWATAN
a. PENGKAJIAN (FUNDAMENTAL OF NURSING)
1) Riwayat penyakit sekarang
Lingkungan, kebisingan mempengaruhi rasa aman dan nyaman.
Lingkungan klien mencakup semua faktor fisik dan psikososial
yang mempengaruhi atau berakibat terhadap kehidupan dan
kelangsungan hidup klien. Keamanan yang ada dalam lingkungan
ini akan mengurangi insiden terjadinya penyakit dan cedera yang
akan mempengaruhi rasa aman dan nyaman klien.
2) Riwayat penyakit dahulu
Trauma pada jaringan tubuh, misalnya ada luka bekas
operasi/bedah menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan dan
iritasi secara langsung pada reseptor sehingga mengganggu rasa
nyaman klien
3) Riwayat penyakit keluarga
Riwayat kesehatan keluarga juga dapat menyebabkan gangguan
rasa aman dan nyaman. Karena dengan adanya riwayat penyakit
maka klien akan beresiko terkena penyakit sehingga
menimbulkan rasa tidak nyaman seperti nyeri.
4) Pengkajian Kebutuhan Psikososial
a) Pengkajian psikologis
Status emosional
- Apakah emosi sesuai perilaku?
- Apakah klien dapat mengendalikan emosi?
- Bagaimana perasaan klien yang tampil seperti biasaanya?
- Apakah perasaan hati sekarang merupakan ciri khas klien?
- Apa yang klien lakukan jika marah atau sedih?
Konsep Diri
- Bagaimana klien menilai dirinya sebagai manusia?
- Bagaimana orang lain menilai diri klien?
- Apakah klien suka akan dirinya?
Cara Komunikasi
- Apakah klien mudah merespons?
- Apakah spontanitas atau hanya jika ditanya?
- Bagaimana perilaku nonverbal klien dalam berkomunikasi?
- Apakah klien menolak untuk memberi respons?
Pola interaksi
- Kepada siapa klien mau berinteraksi?
- Siapa yang penting atau berpengaruh bagi klien?
- Bagaimana sifat asli klien : mendominasi atau positif?
b) Pengkajian Sosial
Pendidikan
- Pendidikan terakhir
- Keterampilan yang mampu dilakukan
- Pekerjaan klien
- Status keuangan
Hubungan sosial
- Teman dekat klien
- Bagaimana klien menggunakan waktu luang?
- Apakah klien berkecimpung dalam kelompok masyarakat?
Faktor kultural sosial
- Apakah agama dan kebudayaan klien?
- Bagaimana tingkat pemahaman klien tentang agama?
- Apakah bahasa klien memadai untuk berkomunikasi dengan
orang lain?
Pola Hidup
- Dimana tempat tinggal klien?
- Bagaimana tempat tinggal klien?
- Dengan siapa klien tinggal?
- Apa yang klien lakukan untuk menyenangkan diri?
Keluarga
- Apakah yang klien sudah menikah?
- Apakah klien sudah punya anak?
- Bagaimana status kesehatan klien dan keluarga?
- Masalah apa yang terutama dalam keluarga?
- Bagaimana tingkat kecemasan klien?
c. DIAGNOSIS KEPERAWATAN KEBUTUHAN PSIKOSOSIAL (SDKI)
Gejala dan Tanda
Dx Definisi Penyebab/faktor risiko Mayor Minor Kondisi Klinis Terkait

Ansieta Kondisi a. Krisis situasional Subjektif : Subjektif : 1. Penyakit kronis


s emosi dan b. Kebutuhan tidak - Merasa bingung - Mengeluh pusing progresif (mis.
pengalaman terpenuhi - Merasa khawatir - Anoreksia kanker, penyakit
subjektif c. Krisis maturasional dengan akibat dari - Palpitasi autoimun)
individu d. Ancaman terhadap kondisi yang - Merasa tidak 2. Penyakit akut
terhadap konsep diri dihadapi berdaya 3. Hospitalisasi
objek yang e. Ancaman terhadap - Sulit berkonsentrasi Objektif : 4. Rencana operasi
tidak jelas kematian 5. Kondisi
Objektif: - Frekuensi napas
dan spesifik f. Kekhawatiran diagnosis penyakit
- Tampak gelisah meningkat
akibat mengalami kegagalan belum jelas
- Tampak tegang - Frekuensi nadi
antisipasi g. Disfungsi sistem 6. Penyakit
- Sulit tidur meningkat
bahaya yang keluarga neurologis
h. Hubungan orang tua- - Tekanan darah 7. Tahap tumbuh
memungkin
anak tidak memuaskan meningkat kembang
kan individu
melakukan i. Faktor keturunan - Diaphoresis
tindakan (temperanen mudah - Tremor
untuk teragitasi sejak lahir) - Muka tampak
menghadapi j. Penyalahgunaan zat pucat
ancaman. k. Terpapar bahaya - Suara bergetar
lingkungan (mis. - Kontak mata
toksin, polutan, dan buruk
lain-lain) - Sering berkemih
l. Kurang terpapar - Berorientasi pada
informasi masa lalu

Berduk Respon 1. Kematian keluarga Subjektif Subjektif 1. Kematian anggota


a psikosoial atau orang yang berarti - Merasa sedih - Mimpi buruk keluarga atau orang
yang ditujukan 2. Antisipasi kematian - Merasa bersalah atau atau pola mimpi terdekat
oleh akibat keluarga atau orang menyalahkan orang berubah 2. Amputasi
kehilangan yang berarti lain - Merasa tidak 3. Cedera medulla
(orang, objek, 3. Kehilangan (objek, - Tidak menerima berguna spinalis
fungsi, status, pekerjaan, fungsi, kehilangan - Fobia 4. Kondisi kehilangan
bagian tubuh status, bagian tubuh, - Merasa tidak ada Objektif perinatal
atau hubungan sosial) harapan - Marah 5. Penyakit terminal
hubungan) Objektif : - Tampak panic (mis. kanker)
- Menangis - Fungsi imunitas 6. Putus hubungan
- Pola tidur tidak terganggu kerja
berubah
- Tidak mampu
berkonsentrasi
 

Ganggu Perubahan 1. Perubahan Subjektif : Subjektif : 1. Mastektomi


an citra persepsi struktur/bentuk tubuuh - Mengungkapkan - Tidak mau 2. Amputasi
tubuh tentang (mis. amputasi, trauma, kecacatan/kehilangan mengungkapkan 3. Jerawat
penampilan, luka bakar, obesitas, bagian tubuh kecacatan/kehila 4. Parut atau luka
struktur, dan jerawat) Objektif : ngan bagian bakar yang terlihat
fungsi fisik 2. Perubahan fungsi - Kehilangan bagian tubuh 5. Obesitas
individu. tubuh (mis. proses tubuh - Mengungkapkan 6. Hiperpigmentasi
penyakit, kehamilan, - Fungsi/struktur tubuh perasaan pada kehamilan
kelumpuhan) berubah/hilang negative tentang 7. Gangguan
3. Perubahan fungsi perubahan tubuh psikiatrik
kognitif - Mengungkapkan 8. Program terapi
4. Ketidaksesuaian kekhawatiran neoplasma
budaya, keyakinan atau pada
sistem nilai penolakan/reaksi 9. Alopecia
5. Transisi orang lain chemically induced
perkembangan - Mengungkapkan
6. Gangguan perubahan gaya
psikososial hidup
7. Efek Objektif :
tindakan/pengobatan - Menyembunyika
(mis. pembedahan, n/menunjukkan
kemoterapi, terapi bagian tubuh
radiasi) secara berlebihan
- Menghindari
melihat dan/atau
menyentuh
bagian tubuh
- Focus berlebihan
pada perubahan
tubuh
- Respon non
verbal pada
perubahan dan
persepsi tubuh
- Focus pada
penampilan dan
kekuatan masa
lalu
- Hubungan sosial
berubah
d. PERENCANAAN
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Utama Intervensi Pendukung
Ansietas Setelah diberikan asuhan Reduksi Ansietas - Bantuan kontrol marah
keperawatan selama 1x24 jam Observasi : - Biblioterapi
diharapkan kondisi emosi dan - Identifikasi saat tingkat - Dukungan emosi
pengalaman subjektif terhadap ansietas berubah (mis. - Dukungan hipnosis diri
objek yang tidak jelas dan Kondisi, waktu, stressor) - Dukungan kelompok
spesifik akibat antisipasi - Identifikasi kemampuan - Dukungan keyakinan
bahaya yang memungkinkan mengambil keputusan - Dukungan memaafkan
individu melakukan tindakan - Monitor tanda-tanda - Dukungan pelaksanaan
untuk menghadapi ancaman ansietas (verbal dan ibadah
menurun dengan kriteria nonverbal) - Terapi distrakso
hasil : Terapeutik - Teknik imajinasi
- Verbalisasi kebingungan - Ciptakan suasana terbimbing
menurun terapeutik untuk - Terapi musik
- Verbalisasi khawatir menumbuhkan
akibat kondisi yang kepercayaan
dihadapi menurun - Temani pasien untuk
- Perilaku gelisah menurun mengurangi kecemasan,
- Keluhan pusing menurun jika memungkinkan
- Anoreksia menurun - Pahami situasi yang
- Palpitasi menurun membuat ansietas
- Diaforesis menurun - Dengarkan dengan penuh
- Tremor menurun perhatian
- Pucat menurun - Gunakan pendekatan yang
- Konsentrasi membaik tenang dan meyakinkan
- Pola tidur membaik - Tempatkan barang pribadi
- Frekuensi pernapasan yang memberikan
membaik kenyamanan
- Frekuensi nadi membaik - Motivasi mengidentifikasi
- Tekanan darah menurun situasi yang memicu
- Kontak mata membaik kecemasan
- Pola berkemih membaik - Diskusikan perencanaan
- Orientasi membaik realistis tentang peristiwa
yang akan datang
Edukasi
- jelaskan prosedur,
termasuk sensasi yang
mungkin dialami
- Informasikan secara
faktual mengenai
diagnosis, pengobatan dan
prognosis
- Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien, jika
perlu
- Anjurkan melakukan
kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai
kebutuhan
- Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
- Latih kegiatan pengalihan
untuk mengurangi
ketegangan
- Latih penggunaan
mekanisme pertahanan
diri yang tepat
- Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
obat antiansietas, jika
perlu
Berduka Setelah dilakukan asuhan Dukungan Proses Berduka - Dukungan kelompok
keperawatan 1x24 jam Observasi - Dukungan keluarga
diharapkan respon psikososial - Identifikasi kehilangan - Dukungan keyakinan
yang ditunjukkan akibat yang dihadapi - Dukungan memaafkan
kehilangan (orang, objek, - Identifiaksi proses - Dukungan pelaksanaan
fungsi, status,bagian tubuh berduka yang dialami ibadah
atau hubungan) membaik - Identifikasi sifat - Dukungan perasaan
dengan kriteria hasil : keterikatan pada benda bersalah
- Verbalisasi menerima yang hilang atau orang - Dukungan spiritual
kehilangan meningkat yang meninggal - Konseling
- Verbalisasi harapan - Identifikasi reaksi awal - Manajemen Mood
meningkat terhadap kehilangan - Terapi keluarga
- Verbalisasi perasaan Terapeutik - Terapi sentuhan
berguna meningkat - Tunjukkan sikap
- Verbalisasi perasaan menerima dan empati
sedih menurun - Motivasi agar mau
- Verbalisasi perasaan mengungkapkan perasaan
bersalah atau kehilangan
menyalahkan orang lain - Motivasi untuk
menurun menguatkan dukungan
- Menangis menurun keluarga atau orang
- Verbalisasi mimpi buruk terdekat
menurun - Fasilitasi melakukan
- Fobia menurun kebiasaan sesuai dengan
- Marah menurun budaya, agama dan
- Panik menurun norma sosial
- Pola tidur membaik - Fasilitasi
- Konsentrasi membaik mengekspresikan
- Imunitas membaik perasaan dengan cara
yang nyaman (mis.
Membaca buku, menulis,
menggambar atau
bermain)
- Diskusikan strategi
koping yang digunakan
Edukasi
- Jelaskan pada pasien dan
keluarga bahwa sikap
mengingkari, marah,
tawar menawar, depresi
dan menerima adalah
wajar dalam menghadapi
kehilangan.
- Anjurkan
mengidentifikasi
ketakutan terbesar pada
kehilangan
- Anjurkan
mengekspresikan
perasaan tentang
kehilangan
- Ajarkan melewati proses
berduka secara bertahap
Gangguan citra tubuh Setelah dilakukan asuhan Promosi Citra Tubuh - Dukungan penampilan
keperawatan selama 1x24 jam Observasi peran
diharapkan persepsi tentang - Diskusikan perubahan - Dukungan pengambilan
penampilan, struktur, dan tubuh dan fungsinya keputusan
fungsi fisik individu - Diskusikan perbedaan - Dukungan
menungkat dengan kriteria penampilan fisik pengungkapan
hasil : terhadap harga diri keputusan
- Verbalisasi perasaan - Diskusikan perubahan - Manajemen stres
negatif tentang perubahan akibat pubertas, - Promosi harapan
tubuh menurun kehamilan dan penuaan - Terapi distraksi
- Verbalisasi kekhawatiran - Diskusikan kondisi stres - Teknik imajinasi
pada penolakan/reaksi yang mempengaruhi citra terbimbing
orang lain menurun tubuh secara realistis - Terapi diversional
- Verbalisasi perubahan - Diskusikan persepsi - Terapi kognitif perilaku
gaya hidup menurun pasien dan keluarga
- Menyembunyikan bagian tentang perubahan citra
tubuh berlebihan tubuh
menurun - Identifikasi harapan citra
- Menunjukkan bagian tubuh berdasarkan tahap
tubuh berlebihan perkembangan
menurun - Identifikasi budaya,
- Fokus pada bagian tubuh agama, jenis kelamin,
menurun dan umur terkait citra
- Fokus pada penampilan tubuh
masa lalu menurun - Identifikasi perubahan
- Fokus pada kekuatan citra tubuh yang
masa lalu menurun mengakibatkan isolasi
- Melihat bagian tubuh sosial
membaik - Monitor frekuensi
- Menyentuh bagian tubuh pernyataan kritik
membaik terhadap diri sendiri
- Verbalisasi kecacatan - Monitor apakah pasien
bagian tubuh membaik bisa melihat bagian tubuh
- Verbalisasi kehilangan yang berubah
bagian tubuh membaik Terapuetik
- Respon nonverbal pada - Diskusikan perubahan
perubahan tubuh tubuh dan fungsinya
membaik - Diskusikan perbedaan
- Hubungan sosial penampilan fisik
membaik terhadap harga diri
- Diskusikan perubahan
akibat pubertas,
kehamilan dan penuaan
- Diskusikan kondisi stres
yang mempengaruhi citra
tubuh secara realistis
- Diskusikan persepsi
pasien dan keluarga
tentang perubahan citra
tubuh
Edukasi
- Jelaskan kepada keluarga
tentang perawatan
perubahan citra tubuh
- Anjurkan
mengungkapkan
gambaran diri terhadap
citra tubuh
- Anjurkan mengguanakan
alat bantu (mis. Pakaian,
wig, kosmetik)
- Anjurkan mengikuti
kelompok pendukung
(mis. Kelompok sebaya)
- Latih fungsi tubuh yang
dimiliki
- Latih peningkatan
penampilan diri (mis.
berdandan)
- Latih pengungkapan
kemampuan diri kepada
orang lain maupun
kelompok.
B. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi Amputasi
Amputasi berasal dari kata “amputare“ yang kurang lebih diartikan
“pancung”.Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh
sebagian atau seluruh bagian ekstremitas, atau dengan kata lain suatu tindakan
pembedahan dengan membuang bagian tubuh (Burner, 1988; 807 ). Tindakan ini
merupakan tindakan yang dilakukan dalam kondisi pilihan terakhir manakala
masalah organ yang terjadi pada ekstremitas sudah tidak mungkin dapat
diperbaiki dengan menggunakan teknik lain, atau manakala kondisi organ dapat
membahayakan keselamatan tubuh klien secara utuh atau merusak organ tubuh
yang lain seperti dapat menimbulkan komplikasi infeksi.
Kegiatan amputasi merupakan tindakan yang melibatkan beberapa sistem
tubuh seperti sistem integumen, sistem persyarafan, sistem muskuloskeletal dan
sisten cardiovaskuler. Labih lanjut ia dapat menimbulkan madsalah psikologis
bagi klien atau keluarga berupa penurunan citra diri dan penurunan
produktifitas.
2. Etiologi Amputasi
Indikasi utama bedah amputasi adalah karena :
a. Iskemia
Iskemia karena penyakit reskulanisasi perifer, bisanya pada oang tua, seperti
klien dengan arteriosklerosis, diabetes mellitus.
b. Trauma
Amputasi bisa diakibatkan karena perang, kecelakaan kendaraan bermotor,
thermal injury seperti (terbakar) , infeksi, gangguan metabolism seperti
pagets deases dan kelainan congenital.
c. Gas ganggren
Keadaan nyeri akut dan dimana otot dan jaringan subkutan menjadi terisi
dengan gas dan eksudat serosangiunosa; disebabkan infeksi luka oleh bakteri
anaerob, yang diantaranya adalah berbagai spesies clostridium.
d. Osteomielitis
Peradangan pada tulang (bisa menyebabkan lumpuh) dan bisa juga terjadi
assending infection.
e. Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki.
f. Keganasan
Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif.

3. Patofisiologi Amputasi

4. Manifestasi Klinis
a. Kehilangan anggota gerak (ekstremitas atas atau bawah)
b. Nyeri pada bagian yang diamputasi yang berasal dari neuroma ujung saraf
dekat dengan permukaan.
c. Edema yang apabila tidak ditangani menyebabkan hyperplasia varikosa
dengan keronitis.
d. Dermatitis pada tempat tekanan ditemukan kista (epidermal atau aternom).
e. Bila kebersihan kulit diabaikan terjadi folikulitis dan furunkulitis.
f. Sedih dan harga diri rendah (self esteem) dan diikuti dengan proses
kehilangan.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi (ST- Scan)
b. X-ray
c. Kultur jaringan
d. Biopsy
e. Laboratorik
Tindakan pengkajian dilakukan juga dengan penilaian secara laboratorik atau
melalui pemeriksaan penunjang lain secara rutin dilakukan pada klien yang
akan dioperasi yang meliputi penilaian terhadap fungsi paru, fungsi ginjal,
fungsi hepar dan fungsi jantung.
f. Pemeriksaan pasca amputasi

Kondisi fisik

SISTEM TUBUH KEGIATAN

Integumen : Mengkaji kondisi umum kulit untuk meninjau tingkat


hidrasi.
Kulit secara umum.

Lokasi amputasi Lokasi amputasi mungkin mengalami keradangan akut


atau kondisi semakin buruk, perdarahan atau kerusakan
progesif. Kaji kondisi jaringan diatas lokasi amputasi
terhadap terjadinya stasis vena atau gangguan venus
return.

Sistem Mengkaji tingkat aktivitas harian yang dapat dilakukan


Cardiovaskuler :
pada klien sebelum operasi sebagai salah satu indikator
Cardiac reserve fungsi jantung.

Pembuluh darah
Mengkaji kemungkinan atherosklerosis melalui penilaian
terhadap elastisitas pembuluh darah.

Sistem Respirasi Mengkaji kemampuan suplai oksigen dengan menilai


adanya sianosis, riwayat gangguan nafas.
Sistem Urinari Mengkaji jumlah urine 24 jam.
Menkaji adanya perubahan warna, BJ urine.

Cairan dan elektrolit Mengkaji tingkat hidrasi.


Memonitor intake dan output cairan.

Sistem Neurologis Mengkaji tingkat kesadaran klien.


Mengkaji sistem persyarafan, khususnya sistem motorik
dan sensorik daerah yang akan diamputasi.

Sistem Mukuloskeletal Mengkaji kemampuan otot kontralateral.

6. Penatalaksanaan Medis
Tujuan utama pembedahan adalah mencapai penyembuhan luka amputasi,
menghasilkan sisa tungkai (puntung) yang tidak nyeri tekan dengan kulit yang
untuk menggunakan prostesis. Lansia mungkin mengalami keterlambatan
penyembuhan, karena nutrisi yang buruk dan masalah kesehatan lain. Percepatan
penyembuhan dapat dilakukan dengan penanganan yang lembut terhadap sisa
tungkai, pengontrolan edema sisa tungkai dengan balutan kompres lunak atau
rigid, dan menggunakan teknik aseptic dalam perawatan luka untuk menghindari
infeksi.
a. Balutan Rigid Tertutup
Digunakan untuk mendapatkan kompresi yang merata, menyangga
jaringan lunak dan mengontrol nyeri, serta mencegah kontraktur. Segera
setelah pembedahan balutan gips rigid dipasang dan dilengkapi tempat
memasang ekstensi prosthesis sementara (pylon) dan kaki buatan.Pasang
kaus kaki steril pada sisi steril, dan bantalan dipasang pada daerah peka
tekanan. Sisa tungkai (puntung) kemudian dibalut dengan gips elastisyang
ketika mengeras akan memberikan tekanan yang merata. Gips diganti sekitar
10-14 hari. Bila terjadi peningkatan suhu tubuh, nyeri berat atau gips mulai
longgar harus segera diganti.
b. Balutan Lunak
Balutan lunak dengan atau tanpa kompresi dapat digunakan bila
diperlukan inspeksi berkala sisa tungkai (puntung) sesuai kebutuhan. Bidai
imobilisasi dapat dibalutkan pada balutan.
c. Amputasi Bertahap
Dilakukan bila ada gangrene atau infeksi. Pertama-tama dilakukan
amputasi guillotine untuk mengangkat semua jaringan nekrosis dan sepsis.
Luka didebridemen dan dibiarkan mongering. Sepsis ditangani dengan
antibiotik. Dalam beberapa hari, bila infeksi telah terkontrol dank lien telah
stabil, dilakukan amputasi definitive dengan penutupan kulit.
d. Prostesis
Sementara kadang diberikan pada hari pertama pascabedah, sehingga
latihan segera dapat dimulai. Keuntungan menggunakan prostesis sementara
adalah membiasakan klien menggunakan prosthesis sedini mungkin. Kadang
prosthesis darurat baru diberikan setelah satu minggu luka menyembuh tanpa
penyulit. Pada amputasi karena pembuluh darah, prosthesis sementara
diberikan setelah empat minggu.
Prostesis bertujuan untuk mengganti bagian ekstremitas yang hilang.
Artinya defek system musculoskeletal harus diatasi, termasuk defek faal.
Pada ekstremitas bawah, tujuan prosthesis ini sebagian besar dapat dicapai.
Sebaliknya untuk ekstremitas atas, tujuan itu sulit dicapai, bahkan dengan
tangan mioelektrik canggih yang bekerja atas sinyal mioelektrik dari otot
biseps dan triseps.

7. Referensi
https://www.academia.edu/31571847/LAPORAN_PENDAHULUAN
PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Luran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
C. Kasus Pemicu
Tn. L usia 35 tahun masuk rumah sakit karena kecelakaan motor 2 bulan yang lalu,
dan didiagnosa fraktur femur sinistra tertutup kemudian Tn. L lebih memilih
menjalani pengobatan alternatif ke sangkal putung. Namun, setelah 1 bulan tidak
mengalami penyembuhan dan kaki kirinya mengalami nekrosis. Tn. L akhirnya
dibawa ke RS, dan didiagnosa oleh dokter mengalami gas gangren pada femur
sinistra. Tn. L diinstruksikan untuk dilakukan amputasi above knee. Setelah
dilakukan amputasi, Tn. L mengatakan malu dengan kondisinya saat ini. Tn. L
mengatakan dirinya menjadi tidak akan dapat bekerja karena kondisi kakinya. Tn. L
takut kalau istrinya dan anak-anaknya tidak akan menerima kondisinya saat ini. Tn.
L saat ini tidak menerima kondisinya yang hanya mempunyai satu kaki dan
menyalahkan orang lain yang merekomendasikannya untuk pergi ke sangkal putung.
Tn. L tampak marah dan menangis ketika menceritakan kisahnya. TTV saat dikaji
TD : 110/80 mmHg, N : 80x/menit, RR : 20x/menit, S : 37,8 0 C. Dari hasil
pemeriksaan laboratorium ditemukan hasil : Hb : 13,5 gr/dl, Trombosit : 230.000
dan leukosit 15.000/mm3.

Anda mungkin juga menyukai