Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN JIWA
“ANSIETAS”

Oleh:
NAMA : DEVI INDAH PRATIWI
NIM : 22223021

Dosen Pembimbing:
Apriyani, S. Kep., Ns., M. Kep

INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI


MUHAMMADIYAH PALEMBANG
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PENDIDIKAN PROFESI NERS
TAHUN 2024
LAPORAN PENDAHULUAN
ANSIETAS

I. Masalah Keperawatan
Ansietas

II. Proses Terjadinya Masalah


A. Pengertian
Gangguan kecemasan atau ansietas adalah salah satu gangguan mental yang
paling umum di Amerika Serikat, dan dapat berdampak negatif terhadap kualitas
hidup pasien dan mengganggu kegiatan penting dalam kehidupan sehari-hari.
Ansietas merupakan keadaan emosi yang tidak menyenangkan berupa rasa takut yang
subjektif, rasa tidak nyaman pada tubuh, dan gejala fisik (Meliala & Lubis, 2020).
Ansietas adalah suatu penyakit mental yang sama halnya dengan penyakit fisik,
yang jika tidak ditangani dengan baik, maka akan sangat mengganggu aktivitas
sehari-hari bahkan dapat mengancam kehidupan seseorang. berdampak pada
kesehatan mental dan fisik, gangguan kecemasan ini juga dapat berdampak pada
kehidupan ekonomi dan sosial penderitanya (Djikoren & Hermanto, 2022).
Ansietas adalah gangguan pada psikologi yang menimbulkan emosional yang
tidak dapat dikontrol oleh pikiran, ansietas adalah respon seseorang berupa rasa
khawatir, was-was dan tidak nyaman dalam menghadapi suatu hal tanpa objek yang
jelas (Riyanto, 2022).

B. Faktor Predeposisi
(Stuart & Laraia, 2014), menyatakan ansietas dapat diekspresikan secara
langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping dan dikembangkan untuk
menjelaskan ansietas yaitu:
1. Faktor Psikoanalitik
Ansietas merupakan konflik emosional antara dua unsur kepribadian dari
seorang yaitu pikiran ego dan super ego. Konsep melambangkan dorongan intim
atau perasaan naluriah primitif sedangkan super ego mencerminkan hati nurani
seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego atau fungsi
diri berfungsi mem mediasi kebutuhan dari dua unsur yang bertentangan tersebut.
2. Faktor Interpersonal
Ansietas terjadi karena adanya perasaan takut dari individu tersebut akibat
ditolak oleh hubungan internasional. Ini juga dengan trauma masa perkembangan
seperti kehilangan perpisahan. Individu dengan harga diri rendah lebih mudah
mengalami kecemasan yang parah.
3. Faktor Perilaku
Ansietas merupakan produk depresi yaitu segala sesuatu yang mengganggu
kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
4. Kajian Biologis
Penelitian rilis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor spesifik
untuk obat yang memiliki efek penenang, obat ini dapat meningkatkan efek
penghambatan terhadap neuroregulatory inhibisi asam Gamma aminobutirat
(GABA), yang berperan penting dalam mekanisme biologis yang berhubungan
dengan ansietas. Dapat menyertai ketidaknyaman fisik dan dapat mengurangi
kemampuan individu untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi.

C. Faktor Presipitasi
(Stuart & Laraia, 2014), faktor presipitasi tresor pencetus dapat berasal dari
sumber internal atau eksternal. Pemicu dapat dibagi menjadi dua kategori:
1. Ancaman terhadap integritas fisik termasuk cacat fisik atau menurunnya
kemampuan menjalankan fungsi kehidupan sehari-hari.
2. Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas, harga diri dan
integritas fungsi sosial.

D. Tanda & Gejala


Menurut (PPNI, 2017), ada beberapa tanda dan gejala dari ansietas:
1. Gejala & Tanda Mayor
a. Subjektif
1) Merasa bingung
2) Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang di hadapi
3) Sulit berkonsentrasi
b. Objektif
1) Tampak gelisa
2) Tampak tegang
3) Sulit tidur
2. Gejala dan tanda minor
a. Subjektif
1) Mengeluh pusing
2) Anoreksia
3) Palpitasi
4) Merasa tidak berdaya
b. Objektif
1) Frekuensi nafas & nadi meningkat
2) Tekanan darah meningkat
3) Diaforesis
4) Tremor
5) Muka tampak pucat
6) Seuara bergetar
7) Kontak mata buruk

E. Akibat
Jika tidak ditangani dengan baik, maka akan sangat mengganggu aktivitas
sehari-hari bahkan dapat mengancam kehidupan seseorang. berdampak pada
kesehatan mental dan fisik, gangguan kecemasan ini juga dapat berdampak pada
kehidupan ekonomi dan sosial penderitanya (Djikoren & Hermanto, 2022).

F. Rentang Respon
Gambar: Rentang Respon Kognitif

Adaptif Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik


Sumber: (Stuart & Laraia, 2014)
1. Respon adaptif ketika individu dapat mengatur dan menerima kecemasan yang
dialami maka individu akan mendapatkan hasil yang positif. Kecemasan ini
dapat menjadikan motivasi bagi individu untuk memecahkan masalah, dan
merupakan sarana untuk memperoleh sebuah hasil yang tinggi. Individu sering
menggunakan strategi adaptif untuk untuk mengontrol kecemasan dengan
berbicara kepada orang lain, menangis, tidur dan menggunakan teknik relaksasi.
2. Respon maladaptif jika individu tidak dapat mengatur ansie tas yang dialaminya
maka individu akan menggunakan mekanisme koping yang disfungsi. Koping
malah adaptif mempunyai banyak jenis termasuk bicara tidak jelas, perilaku
agresif, kondisi alkohol berjudi.

III. Analisa Data


Data Masalah Keperawatan
Gejala dan tanda Subjektif Ansietas
1. Mayor
a. Pasien mengatakan merasa
bingung
b. Pasien mengatakan merasa
khawatir akan akibat
c. Pasien mengatakan sulit
berkonsentrasi
2. Minor
a. Mengeluh pusing
b. Anoreksia
c. Palpitasi
d. Merasa tidak berdaya
Gejala dan tanda Objektif
1. Mayor
a. Tampak gelisah
b. Tegang
c. Sulit tidur[
2. Minor
a. Frekuensi nafas meningkat
b. Frekuensi nadi meningkat
c. Tekanan darah meningkat
d. Diaforesis
e. Tremor
f. Muka tampak pucat
g. Suara bergetar
h. Kontak mata buruk
i. Sering berkemih
j. Berorientasi pada masa lalu

IV. Pohon Masalah


Harga diri rendah
Effect

Core Problem Ansietas

Causa Koping induvidu tidak efektifk

Kurang pengetahuan

Sumber: (Sutejo, 2021)


I. Rencana Tindakan Keperawatan
A. Pengkajian
Pengumpulan Data
a) Identitas klien : Identitas klien meliputi nama,umur,jenis kelmain, pendidikan,
agama, pekerjaan, status marital, suku/bangsa, alamat, nomor medrek, ruang
rawat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, dan diagnosa medis,
dan identitas penanggung jawab.
b) Alasan masuk : Tanya kepada pihak klien/keluarga atau pihak yang berkaitan
dantuliskan hasilnya, apa yang menyebabkan klien datang kerumah sakit, dan
Apa yang sudah dilakukan klien/keluarga sebelum atau sesudah berobat
kerumah sakit.
c) Faktor predisposisi

1) Riwayat ganguan jiwa

2) Pengobata

3) Aniaya

4) Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

5) Pengalaman masa lalu yang kurang menyenangkan

d) Pengkajian fisik : Tanda-tanda vital , Ukur dan observasi tandatanda vital:


tekanan darah, nadi, suhu, dan pernafasan klien, berat badan, dan tinggi
badan.
e) Pengkajian psikososial
1) Genogram
2) Konsep diri
a. Gambaran`diri: Disukai dan tidak disukai, klien akan mengatakan
tidak ada keluhan apapun.
b. Identitas diri: Kaji bagaiman kepuasan klien terhadap jenis
kelaminnya, status sebelum dirawat di rumah sakit. Klien merasa tidak
berdaya dan rendah diri sehingga tidak mempunyai status yang
dibanggakan atau diharapkan di keluarga maupun masyarakat
c. Peran: Biasanya pasien mengalami penurunan produktifitas,
ketegangan peran dan merasa tidak mampu dalam melaksanakan
tugas.
d. Ideal diri: Tanyakan harapan terhadap tubuh, posisi, status,
tugas/peran. Harapan klien terhadap lingkungan (keluarga, sekolah,
tempat kerja, masyarakat) harapan klien terhadap penyakitnya.
e. Harga diri: Pasien mengejek dan mengkritik diri sendiri, menurunkan
martabat, menolak kemampuan yang dimiliki yang nyata dan perasaan
dirinya lebih penting.

f) Hubungan sosial
1) Klien tidak mempunyai orang yang berarti untuk mengadu atau meminta
dukungan
2) Pasien merasa berada di lingkungan yang mengancam.

3) Keluarga kurang memberikan penghargaan kepada klien.

4) Klien sulit berinteraksi karena berprilaku kejam dan mengeksploitasi


orang lain
g) Spiritual
1) Falsafah hidup

Pasien merasa perjalanan hidupnya penuh dengan ancaman, tujuan hidup


biasanya jelas, kepercayaannya terhadap sakit serta enggan
penyembuhannya.
2) Konsep kebutuhan dan praktek keagamaan
Pasien mengakui adanya tuhan tetapi kurang yakin terhadap Tuhan, putus
asa karena tuhan tidak memberikan sesuatu yang diharapkan dan tidak
mau menjalankan kegiatan keagamaan.
h) Status mental
1) Penampilan
Penampilan tidak rapi, tidak sesuai karena klien kurang minat untuk
melakukan perawatan diri.
2) Pembicaraan
Klien dengan frekuensi lambat, tertahan, volume suara rendah, sedikit
bicara, inkoheren, dan bloking.
3) Aktivitas motorik
Tegang, lambat, gelisah, dan terjadi penurunan aktivitas interaksi.
4) Alam perasaan
Klien biasanya merasa tidak mampu dan pandangan hidup yang pesimis.
5) Afek
Afek klien biasanya tumpul yaitu klien tidak mampu berespon bila ada
stimulus emosi yang bereaksi.
6) Interaksi selama wawancara
Biasanya kurang kooperatif dan mudah tersinggung.
7) Persepsi
Klien mengalami halusinasi dengar/lihat yang mengancam atau member
perintah.

8) Proses pikir
Data diperoleh dari hasil observasi ketika wawancara tentang
sirkumtansial (pembicaraan yang berbelit-belit, tetapi samapai pada
tujuan pembicaraan). Tangensial (pembicaraan yang berbelit-belit, tetapi
tidak sampai pada tujuan pembicaraan). Kehilangan asosiasi
(pembicaraan tidak memiliki hubungan antara satu kalimat dengan
kalimat lainnya, serta klien tidak menyadarinya). Fight of ideas
(pembicaraan yang meloncat dari satu toipik ke topik lain, masih ada
hubungan yang tidak logis dan tidak sampai pada tujuan). Blocking
(pembicaraan terhenti secara tiba-tiba tanpa gangguan eksternal kemudian
dilanjutkan kembali). Perseverasi (pembicaraan yang diulang berkali-kali.
9) Isi pikir
Merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri sendiri,
mengejek dan mengkritik diri sendiri.
10) Tingkat kesadaran
Data tentang bingung (tampak bingung dan kacau) dan sedasi (klien
mengatakan malu bila bertemu orang lain karena dirinya mengalami
gangguan jiwa) diperoleh melalui wawancara dan observasi, stupor
(gangguan motorik seperti ketakutan, gerakan yang di ulang-ulang,
anggota tubuh klien dalam sikap canggung yang dipertahankan dalam
waktu lama.
11) Memori
Klien dengan harga diri rendah, umumnya tidak terdapat gangguan pada
memorinya, baik memori jangka pendek ataupun memori jangka panjang.
12) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Tingkat konsentrasi terganggu dan mudah beralih atau tidak mampu
mempertahankan konsentrasi dalam waktu lama, karena merasa cemas.
Dan biasanya tidak mengalami gangguan dalam berhitung.
13) Kemampuan menilai
Gangguan kemampuan penilaian ringan (dapat mengambil keputusan
yang sederhana dengan bantuan orang lain,
14) Daya tilik diri
Klien tidak tahu alasan dibawa ke Rumah Sakit dan tidak menyadari
mempunyai gangguan jiwa.
B. Diagnosa Keperawatan
Ansietas b.d krisis situasional d.d pasien mengatakan merasa bingung (D.0080)
PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA SELATAN Nama Pasien :
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR TTL :
Jln. Gubernur M. Ali Amin RT/RW 20/04KM.12 No. 02 Kelurahan Alang-Alang Lebar No RM :
Kecamatan Alang-Alang Lebar Palembang, Provinsi Sumatera Selatan NIK :
Telp.(0711) 5645126 Fax.(0711) 564512 DPJP :
Website : www.rs-erba.go.id. Email : layanan@rs-erba.go.id
Rencana Keperawatan Jiwa dengan Diagnosis Ansietas No RM :

Assessment keperawatan Diagnosa


No Luaran Intervensi Evaluasi
Data subjektif & objektif Analisa data keperawatan
1 Tanda dan gejala Subjektif Faktor biologis Ansietas b.d krisis Setelah dilakukan Intervensi utama □ Verbalisasi
A. Mayor (riwayat situasional. intevensi keperawatan Reduksi anxietas kebingunan
□ Pasien mengatakan keluarga,genetik), d.d pasien selama….., maka menurun
(I.09314)
merasa bingung. kejadian negatif mengatakan merasa Tingkat ansietas □ Verbalisasi
□ Pasien mengatakan dalam hidupnya, dan bingung D.0080 menurun dengan Observasi khawatir akibat
merasa khawatir dengan mengalami stres kriteria hasil : □ Identifikasi saat kondisi yang
akibat. yang tinggi, □ Verbalisasi tingkat anxietas dihadapi
□ Pasien mengatakan sulit hilangnya harapan, kebingunan berubah (mis. menurun
berkonsenstrasi. masalah sosial menurun Kondisi, waktu, □ Perilaku gelisah
□ Verbalisasi khawatir stressor) menurun
B. Minor akibat kondisi yang □ Identifikasi □ Perilaku tegang
□ Mengeluh pusing. Biochemical yang dihadapi menurun kemampuan menurun
□ Anoreksia. ada di otak, □ Perilaku gelisah mengambil □ Konsentrasi
□ Palpitasi. gangguan menurun keputusan membaik
□ Merasa tidak berdaya. neurotransmitter □ Perilaku tegang □ Monitor tanda □ Pola tidur
menurun anxietas (verbal dan membaik
Tanda dan gejala Objektif. □ Konsentrasi non verbal)
a. Mayor Pelepasan membaik
□ Tampak gelisah. norepinephrine □ Pola tidur membaik Terapeutik
□ Tegang. □ Ciptakan
□ Sulit tidur suasana terapeutik
Ansietas untuk menumbuhkan
kepercayaan
b. Minor □ Latih Tehnik
□Frekuensi napas Relaksasi (Tarik
meningkat. Nafas Dalam)
□Frekuensi nadi meningkat.
□Tekanan darah meningkat. □ Latih klien dengan
□Diaforesis. cara distraksi :
□ Tremor bercakap cakap hal
□ Muka tampak pucat. positif dll membuat
□ Suara bergetar. anxietas
□ Kontak mata buruk. □ Hipnotis lima jari
□ Sering berkemih. yang berfokus pada
□ Berorientasi pada masa hal positif
lalu. □ Motivasi
mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan

Edukasi
□ Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi
yang mungkin
dialami
□ Informasikan secara
factual mengenai
diagnosis,
pengobatan, dan
prognosis
□ Anjurkan keluarga
untuk tetap bersama
pasien.
□ Anjurkan melakukan
kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai
kebutuhan

Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
obat anti anxietas, jika
perlu
DAFTAR PUSTAKA

Djikoren, L., & Hermanto, Y. P. (2022). Spiritualitas Kristen dalam Menurunkan Tingkat
Kecemasan pada Penderita Ansietas. LOGON ZOES: Jurnal Teologi, Sosial dan
Budaya, 5(2), 82–93. https://doi.org/10.53827/lz.v5i2.88
Meliala, A. A., & Lubis, R. A. S. (2020). Hubungan Akne Vulgaris Dengan Gejala Ansietas
Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
JURNAL PANDU HUSADA, 1(2), 101. https://doi.org/10.30596/jph.v1i2.4604
PPNI, T. P. S. D. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. DPP PPNI.
Riyanto, D. (2022). Anxiety Level Of Family Of Intensive Care Units In Rumah Sakit umum
Daerah Yowari.
Stuart, G. W., & Laraia, M. T. (2014). Principles and practice of psychiatric nursing. 8th
edition. St. Louis: Mosby Year Book.
Sutejo. (2021). Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.
STRATEGI PELAKSANAAN (SP 1)
“ANSIETAS”

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien sudah beberapa hari mengalami gelisah, sulit tidur, tidak nafsu makan.
Klien selalu memikirkan anaknya yang bekerja sebagai TKW di luar negeri.
2. Diagnosa Keperawatan
Ansietas
3. Tujuan
a. Pasien mampu membina hubungan saling percaya
b. Pasien mampu mengenal ansietas
c. Pasien mampu mengatasi ansietas melalui teknik relaksasi
d. Pasien mampu memperagakan dan menggunakan teknik relaksasi untuk
mengatasi ansietas
4. Tindakan keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar pasien
merasaaman dan nyaman saat berinteraksi.
Tindakan yang harus dilakukan dalam membina hubungan saling percaya
adalah
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Berjabat tangan
3) Memperkenalkan identitas diri (nama lengkap, nama panggilan, asal institusi)
4) Menanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
5) Menjelaskan tujuan interaksi
6) Menyepakati kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien
b. Bantu pasien mengenal ansietas
1) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya
2) Bantu pasien menjelaskan situasi yang menimbulkan ansietas
3) Bantu pasien mengenal penyebab ansietas
4) Bantu pasien menyadari perilaku akibat ansietas
c. Ajarkan pasien teknik relaksasi untuk meningkatkan kontrol dan rasa percaya diri
1) Pengalihan situasi
2) Latihan relaksasi
a) Tarik nafas dalam
b) Mengerutkan dan mengendurkan otot-otot
3) Teknik 5 jari
d. Motivasi pasien melakukan teknik relaksasi setiap kali ansietas muncul

B. Proses pelaksanaan tindakan


a. Orientasi
a. Salam Terapeutik
”Assalamualaikum bu, perkenalkan saya perawat nia rehma panggil saja saya
perawatan nia. Saya perawat yang bertugas pada siang ini , nama ibu siapa
bu? Ibu lebih suka dipanggil siapa? Saya disini akan membantu
menyelesaikan masalah yang sedang ibu hadapi.
b. Evaluasi validasi
”Bagaimana perasaan ibu pagi ini? O, jadi ibu semalam gelisah, tidak bisa
tidur?”
c. Kontrak
1) Topik
”Baiklah, bu, bagaimana kalau sekarang kita berbincang-bincang tentang
perasaan yang ibu rasakan? Apa ibu bersedia?
2) Waktu
Bagaimana kalau kita berbincang-bincang selama 30 menit?”
3) Tempat
”Kita berbincang-bincang dimana bu? Baiklah kita akan berbincang-
bincang di ruang ini”
b. Kerja
”Tadi ibu katakan, ibu merasa gelisah, tidak bisa tidur, coba ibu ceritakan lebih
lanjut tentang perasaan ibu?”
“Apa yang ibu sedang pikirkan?”
“Apa yang ibu lakukan terkait dengan perasaan tersebut?”
“Apa yang terjadi sehingga ibu merasa gelisah?”
”Oh, jadi anak ibu sudah 3 bulan bekerja sebagai TKW di Malaysia, ibu khawatir
anak ibu mendapat perlakuan yang tidak baik karena sering mendengar berita
tentang TKW yang mendapat perlakuan buruk dari televisi?”
”Bagaimana kalau saya ukur dulu ya tekanan darah, ibu”
”Apakah sebelumnya ibu pernah mengalami kondisi seperti sekarang ini?”
”Jadi, ibu sebelumnya sering juga mengalami perasaan gelisah seperti
sekarang ?”
“Apa masalah yang sebelumnya sering membuat ibu gelisah?”
“Selama ini, bila ibu punya masalah yang mengganggu, apa yang ibu
lakukan?”
”Jadi kalau ibu punya masalah, ibu akan memikirkan terus masalah itu
sehingga ibu merasa gelisah, tidak bisa tidur, tidak nafsu makan?”
”Kalau ibu sedang tidak gelisah, bagaimana kebiasaan tidur dan makan ibu?”
“Apa pekerjaan ibu sehari-hari?”
“Apakah ibu selama ini puas dengan pekerjaan yang ibu lakukan? Bagaimana
dengan penghasilan ibu?”
“Dalam keluarga ibu, apa yang biasanya dilakukan kalau ada masalah ?”
“Oh, jadi dalam keluarga ibu, memang terbiasa cepat panik dalam menghadapi
masalah?”
“Bagaimana kebiasaan ibu dalam beribadah?”
“Bagaimana dengan kebiasaan beribadah dalam keluarga ibu?”
“Apakah sebelumnya ibu pernah mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan
?”
“Apa yang ibu lakukan?”
“Dengan siapa biasanya ibu meminta bantuan untuk menyelesaikan masalah kalau
ibu merasa tidak mampu menyelesaikan masalah tersebut?“
“Apakah ibu berhasil menyelesaikan masalah tersebut?”
“Wah, baik sekali, berarti dulu ibu pernah mampu menyelesaikan masalah yang
cukup berat, saya yakin sekali ibu sekarang juga akan mampu menyelesaikan
kecemasan yang ibu rasakan”
“Baiklah bu, bagaimana kalau sekarang kita coba mengatasi kecemasan ibu dengan
latihan relaksasi dengan cara tarik nafas dalam, ini merupakan salah satu cara untuk
mengurangi kecemasan yang ibu rasakan. Bagaimana kalau kita latihan sekarang,
Saya akan lakukan, ibu perhatikan saya, lalu ibu bisa mengikuti cara yang sudah
saya ajarkan. Kita mulai ya bu, ibu silakan duduk dengan posisi seperti saya.
Pertama-tama, ibu tarik nafas dalam perlahan-lahan, setelah itu tahan nafas dalam
hitungan tiga setelah itu ibu hembuskan udara melalui mulut dengan meniup udara
perlahan-lahan. Nah, sekarang coba ibu praktikkan.”
“Wah bagus sekali, ibu sudah mampu melakukannya. ibu bisa melakukan latihan
ini selama 5 sampai 10 kali sampai ibu merasa relaks atau santai”

C. Terminasi
a. Evaluasi
1) Evaluasi Subjektif
”Bagaimana perasaan ibu setelah kita ngobrol tentang masalah yang ibu rasakan
dan latihan relaksasi?”
2) Evaluasi Objektif
“Coba ibu ulangi lagi cara yang sudah kita pelajari, wah bagus sekali, jam berapa
ibu akan berlatih lagi melakukan cara ini?”
b. Rencana Tindak Lanjut
“Mari, kita masukkan dalam jadwal harian ibu. Jadi, setiap ibu merasa cemas, ibu
bisa langsung praktikkan cara ini, dan bisa melakukannya lagi sesuai jadwal yang
telah kita buat.”
c. Kontrak yang akan datang
1) Topik
“Latihan relaksasi ini hanya salah satu cara yang bisa digunakan untuk mengatasi
kecemasan atau ketegangan, masih ada cara lain dengan latihan mengerutkan dan
mengendurkan otot.” bagaimana kalau kita latihan cara yang kedua ini besok pagi,
jam berapa bu?”
2) Waktu
“Bagaimana kalau kita latihan cara yang kedua ini besok pagi jam 10.00 selama
30 menit ya bu?”
3) Tempat
“Dimana kita akan berbincang-bincang? Bagaimana kalua di ruang tamu saja?”
“Baiklah sampai jumpa besok bu, wassalamualaikum wr.wb.”

Anda mungkin juga menyukai