Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN

PADA KASUS KECEMASAN (ANSIETAS)


STASE KEPERAWATAN JIWA

UNTUK MEMENUHI TUGAS PROFESI NERS STASE KEPERAWATAN JIWA

DISUSUN OLEH:
KLARA MITA APRILIYANI, S.KEP
2008037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN, BISNIS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
A. KASUS (MASALAH UTAMA)
Ansietas / Kecemasan

B. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. PENGERTIAN
Kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek yang
tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu
melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman. (PPNI,2016) Ansietas
merupakan perasaan tidak tenang yang samar–samar karena ketidaknyamanan
atau rasa takut yang disertai suatu respons (penyebab tidak spesifik atau tidak
diketahui oleh individu) (Yusuf, Fitryasari, & Tristiana, 2019)
Menurut Stuart dan Sundeen (2014) kecemasan adalah keadaan emosi
tanpa objek tertentu. Kecemasan dipicu oleh hal yang tidak diketahui dan
menyertai semua pengalaman baru, seperti masuk sekolah, memulai pekerjaan
baru atau melahirkan anak. Karakteristik kecemasan ini yang membedakan dari
rasa takut.
Kecemasan (anxiety) merupakan reaksi emosional terhadap penilaian
individu yang subyektif, yang dipengaruhi oleh alam bawah sadar dan tidak
diketahu secara khusus penyebabnya (Depkes, 2008). Ansietas (kecemasan)
adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi

2. PENYEBAB
- Krisis situasional
- Kebutuhan tidak terpenuhi
- Krisis maturasional
- Ancaman terhadap konsep diri
- Ancaman terhadap kematian
- Kekhawatiran mengalami kegagalan
- Disfungsi sistem keluarga
- Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan
- Faktor keturunan (temperamen mudah teragitasi sejak lahir)
- Penyalahgunaan zat
- Terpapar bahaya lingkungan (mis. toksin, polutan, dan lain-lain)
- Kurang terpapar informasi (PPNI, 2016)

Stuart & Suddent (2014) menyatakan bahwa ansietas dapat diekspresikan secara
langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping yang dikepakngkan
untuk menjelaskan asal ansietas yaitu :
a. Faktor presdisposisi
1) Faktor Psikoanalitik, ansietas adalah konflik emosional yang terjadi
antara dua elemen kepribadian Id dan superego. Id mewakili dorongan
insting dan impuls 9 primitif seseorang, sedangkan superego
mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-
norma budaya seseorang. Ego atau Aku, berfungsi menengahi tuntutan
dari dua elemen yang bertentangan, dan fungsi ansietas adalah
mengingatkan ego bahwa ada bahaya
2) Faktor Interpersonal, bahwa ansietas timbul dari perasaan takut
terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal.
Ansietas juga berhubungan dengan perkepakngan trauma, seperti
perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kelemahan spesifik.
Orang dengan harga diri rendah terutama mudah mengalami
perkepakngan ansietas yang berat.
3) Faktor Perilaku, ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala
sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.
4) Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas biasanya
terjadi dalam keluarga. Gangguan ansietas juga tumpang tindih antara
gangguan ansietas dengan depresi
5) Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus
untuk benzodiasepin, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulatory
inhibisi asam gama-aminobutirat (GABA), yang berperan penting
dalam mekanisme biologis yang berhubungan dengan ansietas. Selain
itu, kesehatan umum individu dan riwayat ansietas pada keluarga
memiliki efek nyata sbagai predisposisi ansietas. Ansietas mungkin
disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan
kemampuan individu untuk mengatasi stressor.
b. Faktor Presipitasi
Stressor pencetus dapat berasal dari sumber internal atau eksternal.
Stressor pencetus dapat dikelompokkan dalam dua kategori :
1) Ancaman terhadap integritas fisik meliputi disabilitas fisiologi yang
akan terjadi atau penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas
hidup sehari-hari.
2) Ancaman terhadap sistem diri dapat mepakhayakan indentitas, harga
diri, dan fungsi social yang terintegrasi pada individu

3. TANDA GEJALA
a. Tanda dan gejala mayor pada subyek ansietas
1) Data Subyektif
a) Merasa bingung
b) Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi
c) Sulit berkonsentrasi
2) Data Objektif
a) Tampak gelisah
b) Tampak tegang
c) Sulit tidur
b. Tanda dan gejala minor pada subyek ansietas
1) Data Subyektif
a) Mengeluh pusing
b) Anoreksia
c) Palpitasi
d) Merasa tidak berdaya
2) Data Objektif
a) Frekuensi nafas meningkat
b) Frekuensi nadi meningkat
c) Tekanan darah meningkat
d) Diaforesis
e) Tremor
f) Muka tampak pucat
g) Suara bergetar
h) Kontak mata buruk
i) Sering berkemih
j) Berorientasi pada masa lalu

4. AKIBAT
Dapat berasal dari sumber internal dan eksternal dapat diklasifikasikan dalam
dua jenis :
a. Ancaman terhadap integitas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis
yang akan terjadi atau menurunkan kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup
seharihari. Pada ancaman ini stressor yang berasal dari sumber eksternal
adalah faktorfaktor-faktor yang dapat menyebabakan gangguan fisik (misal:
infeksi virus dan polusi udara). Sedangkan yang enjadi sumber internalanya
adalah kegagalan mekanisme fisisologi tubuh (misalnya: sitem jantung ,
sistem imun pengaturan suhu dan perubahan fisologis selama kehamilan)
b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat mepakhayakan indetitas, harga
diri dan fungsi social yang teringretisasi seseorang. Ancaman yang berasal
dari sumber internal berupa gangguan hubungan interpersonal di rumah
tempat kerja atau menerima pesan baru (Eko prabowo, 2014: 125)

5. TINGKATAN
Menurut Donsu (2017) adapun tingkat ansietas adalah :
a. Ansietas ringan (Mild Anxiety)
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan
menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan
persepsinya.
b. Ansietas sedang (Moderate Anxiety)
Memusatkan perhatian pada hal – hal yang penting dan mengesampingkan
yang lain. Perhatian seseorang menjadi selektif, namun dapat melakukan
sesuatu yang lebih terarah lewat arahan dari orang lain.
c. Ansietas berat (Severe Anxiety)
Kecemasan berat ditandai lewat sempitnya persepsi seseorang. Selain itu,
memiliki perhatian terpusat pada hal yang spesifik dan tidak dapat berpikir
tentang hal – hal lain, di mana semua perilaku ditunjukkan untuk
mengurangi ketegangan.
d. Panik
Setiap seseorang memiliki kepanikan. Hanya saja, kesadaran dan
kepanikan itu memiliki kadarnya masing –masing. Kepanikan muncul
disebabkan karena kehilangan kendali diri dan detail perhatian kurang.
Ketidakmampuan melakukan apapun meskipun dengan perintah menapakh
tingkat kepanikan seseorang.

C. POHON MASALAH

D. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


1. Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, agama, suku, bangsa, dll
2. Penyebab/ etiologi
- Krisis situasional
- Kebutuhan tidak terpenuhi
- Krisis maturasional
- Ancaman terhadap konsep diri
- Ancaman terhadap kematian
- Kekhawatiran mengalami kegagalan
- Disfungsi sistem keluarga
- Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan
- Faktor keturunan (temperamen mudah teragitasi sejak lahir)
- Penyalahgunaan zat
- Terpapar bahaya lingkungan (mis. toksin, polutan, dan lain-lain)
- Kurang terpapar informasi (PPNI, 2016)

Stuart & Suddent (2014)


- Faktor presdisposisi (psikoanalitik, interpersonal, perilaku, kajian keluarga,
kajian biologis)
- Faktor Presipitasi

3. Tanda gejala/ manifestasi klinis

Tanda gejala mayor


Subjektif Objektif
Merasa bingung Tampak gelisah
Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi Tampak tegang
Sulit berkonsentrasi Sulit tidur
Tanda gejala minor
Subjektif Objektif
Mengeluh pusing Frekuensi napas meningkat
Anoreksia Frekuensi nadi meningkat
Palpitasi Diaforesis
Merasa tidak berdaya Muka tampak pucat
Kontak mata buruk

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Kecemasan/ ansietas (SDKI- D.0080)

F. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Tujuan : tingkat kecemasan menurun (SLKI- L.09093)
REDUKSI ANXIETAS (SIKI- I.09314)
Observasi
 Identifikasi saat tingkat anxietas berubah (mis. Kondisi, waktu, stressor)
 Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
 Monitor tanda anxietas (verbal dan non verbal)
Terapeutik
 Ciptakan suasana  terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
 Temani pasien untuk mengurangi kecemasan , jika memungkinkan
 Pahami situasi yang membuat anxietas
 Dengarkan dengan penuh perhatian
 Gunakan pedekatan yang tenang dan meyakinkan
 Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
 Diskusikan perencanaan  realistis tentang peristiwa yang akan datang
Edukasi
 Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
 Informasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatan, dan
prognosis
 Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
 Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesuai kebutuhan
 Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
 Latih kegiatan pengalihan, untuk mengurangi ketegangan
 Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
 Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat anti anxietas, jika perlu

TERAPI RELAKSASI (SIKI- I.09325)


Observasi
 Identifikasi penurunan tingkat energy, ketidakmampuan berkonsentrasi,
atau gejala lain yang menganggu kemampuan kognitif
 Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
 Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan teknik sebelumnya
 Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu
sebelum dan sesudah latihan
 Monitor respons terhadap terapi relaksasi
Terapeutik
 Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan pencahayaan
dan suhu ruang nyaman, jika memungkinkan
 Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik
relaksasi
 Gunakan pakaian longgar
 Gunakan nada suara lembut dengan irama lapakt dan berirama
 Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetik atau
tindakan medis lain, jika sesuai
Edukasi
 Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis, relaksasi yang tersedia (mis.
music, meditasi, napas dalam, relaksasi otot progresif)
 Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih
 Anjurkan mengambil psosisi nyaman
 Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
 Anjurkan sering mengulang atau melatih teknik yang dipilih’
 Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi (mis. napas dalam,
pereganganm atau imajinasi terbimbing )
DAFTAR PUSTAKA

Stuart, G. W., & Sundeen, S. J. (2014). Buku Saku Keperawatan Jiwa (5th ed.). Jakarta:
EGC

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2019). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2019). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus PPNI
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Diagnose keperawatan : ansietas


Pertemuan hari ke 1

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
DS : Klien mengatakan cemas dan khawatir dengan kondisinya, tidak jarang
ada juga rekan seperjuangan di ruang hemodialisa meninggal, klien juga cemas
jika saja dia akan diambil Tuhan.
DO :Klien tampak cemas, klien tampak bingung, gelisah, merasa khawatir,
sulit berkonsentrasi
2. Diagnosa Keperawatan: Ansietas
3. Tujuan
- Klien mampu mengenal ansietasnya
- klien dapat menggunakan mekanisne koping yang adaptif
- Klien dapat menggunakan teknik relaksasi
4. Tindakan:
- Bina hubungan saling percaya
- Memperkenalkan diri
- Menjelaskan tujuan interaksi
- Menciptakan lingkungan yang aman dan tenang
- Mewawancarai dan mengobservasi kondisi klien secara langsung dari
keluarga.
B. Strategi Pelaksanaan Tindakan
SP1 : Membina hubungan saling percaya, mepakntu klien mengenal ansietas,
mepakntu klien menjelaskan situasi yang menimbulkan cemas, dan mepakntu Klien
mengurangi kecemasan dengan cara tekhnik relaksasi napas dalam

Fase Orientasi
“Assalamualaikum Bapak. Saya mahasiswa keperawatan UNIVERSITAS WIDYA
HUSADA yang akan merawat pak. Perkenalkan nama saya Klara Mita Apriliyani,
saya biasa dipanggil Klara. Nama bapak siapa? Senang di panggil apa bapak ?
“Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apa keluhan bapak saat ini?
“Baiklah pak , bagaimana kalau kita berbincang - bincang tentang perasaan yang
bapak rasakan. Bapak maunya berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit? Dimana
tempatnya pak ? Nah Bagaimana kalau disini saja ya ?.”

Fase Kerja
“Bapak mengatakan kalau merasa khawatir dengan kondisi saat ini, merasa
bingung dan gelisah. “Coba bapak ceritakan lebih lanjut tentang perasaan bapak,
kenapa bapak merasakan hal tersebut, apa yang bapak pikirkan?” Bagaimana
kalau kita coba megatasi kecemasan bapak dengan cara relaksasi tarik napas
dalam”. Ini merupakan salah satu cara untuk mengurangi kecemasan yang bapak
rasakan.” “Bagaimana kalau kita latihan sekarang. Saya akan lakukan, dan bapak
memperhatikan saya, lalu mengikuti yang sudah saya ajarkan. Kita mulai ya bapak
? Pertama-tama bapak tarik napas dalam perlahan-lahan, setelah itu tahan napas.
Dalam hitungan ketiga setelah itu bapak hempaskan udara melalui mulut dengan
meniup udara secara perlahan-lahan. “Sekarang coba bapak praktikan.”
“Nah begitu, bagus. Coba lagi bapak.... ya bagus bapak sudah bisa.”

Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak “Apakah perasaan cemasnya sudah berkurang
bapak ? Apakah sudah merasa lebih baik sekarang ?”.
“Sekarang coba bapak lakukan lagi tahapan-tahapan melakukan relaksasi yang
seperti saya contohkan tadi ya?”
“Baiklah. Bagaimana kalau kita lanjutkan percakapan kita besok pagi lagi pukul
09.00 pagi seperti saat ini diruang tamu ?
“Selanjutnya bapak harus mengingat-ingat apa yang sudah saya ajarkan ya?”
“Baiklah, untuk hari ini cukup sekian dulu ya bapak, kita lanjutkan besok.
Terimakasih untuk waktunya. Sampai jumpa.”

Pertemuan ke 2
SP2 : Mengontrol kecemasan dengan tekhnik relaksasi otot

Fase Orientasi “
“Assalamualaikum pak, bagaimana perasaan hari ini ? Apakah bapak sudah
melatih cara mengalihkan situasi untuk menghilangkan kecemasan bapak ?,
“Sesuai janji kita kemaren, hari ini saya datang kepakli untuk mendiskusikan
tentang latihan tekhnik relaksasi otot.” Berapa lama kita akan berlatih bapak ?
“Bagaimana kalau 20 menit? Dimana tempatnya pak ? Nah Bagaimana kalau
dihalaman samping saja ya ?.”

Fase Kerja
“Bapak kemarin mengatakan kalau merasa khawatir dengan kondisi bapak
sekarang ini, merasa bingung dan gelisah. Apakah bapak masih merasa gelisah
saat ini? Baiklah kalau bapak masih merasa gelisah. Kemarin kita sudah
mempelajari teknik napas dalam, apakah bapak sudah melakukannya lagi ?
Kalau begitu kali ini kita akan mempelajari teknik relaksasi otot. Ikuti instruksi
saya ya bapak”.
1) Kepalkan dengan kencang sesaat telapak tangan anda seolah-olah hendak
meninju untuk mengencangkan otot bisep dan lengan bawah, dan rileks.
2) Kerutkan semua otot-otot diwajah anda, mulai dari dahi, mata, hidung,mulut,
sampai leher dan bahu sekitar 4 hitungan dan rasakan ketegangan itu lalu
tarik nafas panjang dan perlahan-lahan hepaskan nafas anda dan sambil
kedurkan mulai dari dahi, mata, hidung, mulut. Leher, hidung.
3) Luruskan kaki anda lalu tegangkan rasakan tegang mulai dari jari kaki, lutut,
betis, paha, pantat, rasakan ketegangan beberapa saat, lalu kepakli tarik
napas dalam sambil menghempaskan nafas secara perlahan.
“Nah begitu, bagus. Coba lagi bapak.... ya bagus bapak sudah bisa.”
Fase Terminasi
“Nah, sekarang bagaimana perasaan bapak ? Apakah perasaan cemasnya sudah
berkurang bapak ? Apakah sudah merasa lebih baik sekarang?”
“Sekarang coba bapak lakukan lagi tahapan-tahapan melakukan relakasasi yang
seperti saya contohkan tadi ya?”
“Baiklah. Bagaimana kalau kita lanjutkan percakapan kita besok pagi lagi pukul
10.00 seperti saat ini di halaman samping”.
“Selanjutnya bapak harus mengingat-ingat apa yang sudah saya ajarkan ya?”
“Baiklah, untuk hari ini cukup sekian dulu ya bapak, kita lanjutkan besok.
Terimakasih untuk waktunya. Sampai jumpa.”

18 / 03 / 2021
+7 / +9 /
25 desember 2021

Anda mungkin juga menyukai