Disusun Oleh :
Feni Tiara Diah, S.Kep
Lilia Tiara Lestari, S.Kep
Ririn Agustina, S.Kep
Pembimbing :
1. Latar Belakang
Proses penuaan pada manusia merupakan suatu proses alamiah yang tak
terhindarkan dan bersifat irreversibel. Proses penuaan mengakibatkan berbagai
perubahan seperti perubahan fisik, psikologis, sosial dan spiritual. Pada perubahan
fisiologis terjadi penurunan kemampuan untuk hidup, penurunan sistem kekebalan
tubuh dalam menghadapi gangguan dari dalam maupun dari luar serta peningkanan
kepekaan secara individual. Bagi manusia yang normal, tentu telah siap menerima
keadaan baru dalam setiap fase hidupnya dan mencoba menyesuaikan diri dengan
kondisi lingkunganya (Psychologymania, 2013).
Menurut WHO (2015), salah satu penyakit yang sering terjadi pada lansia
adalah stroke yaitu mencapai 36%. Diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000
penduduk terkena serangan stroke, dan sekitar 2,5% atau 125.000 orang meninggal
dan sisanya mengalami cacat ringan atau berat. Stroke merupakan masalah
kesehatan yang perlu mendapat perhatian khusus dan dapat menyerang siapa saja
dan kapan saja, tanpa memandang ras, jenis kelamin, atau usia. Di Amerika Serikat
tercatat hampir setiap 45 detik terjadi kasus stroke, dan setiap 4 detik terjadi
kematian akibat stroke (Yudha, 2014).
Pasien stroke yang mengalami kelemahan pada satu sisi anggota tubuh
disebabkan karena penurunan tonus otot, sehingga tidak mampu menggerakkan
tubuhnya. Tanpa latihan yang baik, pasien akan melakukan kompensasi gerakan
dengan menggunakan bagian tubuhnya yang sehat sehingga seumur hidupnya
pasien akan menggunakan bagian tubuh yang sehat dan membiarkan anggota
tubuhnya yang sakit (Bakara, 2016).
Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah disabilitas akibat
kerusakan dan perubahan kimiawi pada otak yang dapat mengganggu perubahan
emosional penderita stroke adalah dengan program stimulasi atau rehabilitasi
(National Stroke Association, 2012). Salah satu bentuk program stimulasi atau
rehabilitasi yang sering digunakan adalah latihan rentang gerak atau Range of
Motion (ROM).
Latihan Range of Motion (ROM) merupakan salah satu bentuk latihan
dalam proses rehabilitasi yang dinilai cukup efektif untuk mencegah terjadinya
kecacatan pada pasien dengan stroke (Yudha, 2014). Salah satu bentuk latihan
rentang gerak (ROM) adalah ROM aktif. Latihan ini dilakukan dengan cara klien
menggunakan lengan atau tungkai yang berlawanan dan lebih kuat untuk
menggerakkan setiap sendi pada ekstremitas yang tidak mampu bergerak.
Tujuan ROM adalah untuk meningkatkan atau mempertahankan
fleksibilitas dan kekuatan otot, mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan,
mencegah kontraktur dan kekakuan pada sendi. Sedangkan manfaat latihan ROM
adalah untuk menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam melakukan
pergerakan, memperbaiki tonus otot, memperbaiki toleransi otot untuk latihan,
mencegah terjadinya kekakuan sendi, memperlancar sirkulasi darah dengan
dilakukannya latihan ROM pada pasien ( Rahayu, 2015).
Dengan tingginya prevalensi kejadian stroke terutama pada lansia, perlunya
peningkatan dari sektor pelayanan kesehatan terutama bagi perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan untuk pasien stroke atau pasca stroke. Dengan
demikian, pada proposal ini penulis akan memberika terapi aktivitas kelompok
dengan metode demonstrasi mengenai latihan range of motion (ROM) untuk lansia
di Panti Tresna Werdha Teratai yang pernah mengalami stroke (post stroke).
2. TUJUAN PELAKSANAAN
Tujuan Umum :
Setelah mengikuti TAK, klien dapat meningkatkan kemampuan dalam
melatih rentang gerak dan melaksanakan secara rutin latihan yang sudah diberikan.
Tujuan Khusus :
1. Klien mampu mengikuti latihan rentang gerak yang diberikan terapis
2. Klien mampu mendemontrasikan kembali gerakan yang dilakukan terapis.
3. Klien mampu mengidentifikasi manfaat kegiatan yang dilakukan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Lansia
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia. Menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesehatan
dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60
tahun.
Berdasarkan definisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia (lansia)
apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan
tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan
tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai
oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres
fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup
serta peningkatan kepekaan secara individual.
B. Klasifikasi Lansia
1) Menurut organisasi kesehatan dunia, WHO ada 4 tahap yaitu :
a. Usia pertengahan (middle age), adalah kelompok usia 45-59 tahun.
b. Lanjut usia (elderly) antara usia 60-74 tahun
c. Usia tua (old) antara 75-90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun
2) Lanjut usia menurut Depkes RI dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Kelompok usia dalam masa virilitas (45-54 tahun), merupakan kelompok yang
berada dalam keluarga dan masyarakat luas.
b. Kelompok usia dalam masa pra-senium (55-64 tahun), merupakan kelompok
yang berada dalam keluarga, organisasi usia lanjut dan masyarakat pada
umumnya.
c. Kelompok usia masa senecrus (>65 tahun), merupakan kelompok yang umumnya
hidup sendiri, terpencil, hidup dalam panti, penderita penyakit berat.
C. Karakteristik Lansia
Lansia memiliki karakteristik sebagai berikut: berusia lebih dari 60 tahun (sesuai
dengan pasal 1 ayat (2) UU No.13 tentang kesehatan), kebutuhan dan masalah yang
bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai
spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif, lingkungan tempat
tinggal bervariasi .
1. ROM Aktif
Merupakan gerakan yang dilakukan oleh seseorang (pasien) dengan
menggunakan energi sendiri. Perawat memberikan motivasi dan
membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan sendiri secara mandiri
sesuai dengan rentang gerak sendi normal. Kekuatan otot yang digunakan
mencapai 75%.
Gerakan ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi
dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif. Sendi yang digerakkan
pada ROM aktif adalah sendi di seluruh tubuh klien secara aktif yakni dari
kepala sampai ujung jari kaki klien.
2. ROM Pasif
Merupakan gerakan dimana energi yang dikeluarkan untuk latihan
berasal dari orang lain atau alat mekanik. Perawat melakukan gerakan
persendian klien sesuai dengan rentang gerak yang normal. Kekuatan otot
yang digunakan pada gerakan ini adalah 50%.
Range of Motion pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-
otot dan persendian dengan menggerakkan otot individu lain secara pasif,
misalnya perawat membantu mengangkat dan menggerakkan kaki pasien.
Sendi yang digerakkan pada ROM pasif adalah seluruh persendian tubuh
atau hanya pada ekstremitas yang terganggu dan klien tidak mampu
melaksanakannya secara mandiri.
3. Tujuan ROM
a. Mempertahankan atau memelihara kekuatan otot
b. Memelihara mobilitas persendian
c. Merangsang sirkulasi darah
d. Mencegah kelainan bentuk
e. Mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan
Manfaat latihan gerak aktif – pasif
4. Manfaat ROM
a. Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam melakukan
pergerakan
b. Mengkaji tulang, sendi dan otot
c. Mencegah terjadinya kekakuan sendi
d. Memperlancar sirkulasi darah
e. Memperbaiki tonus otot
f. Meningkatkan mobilisasi sendi
g. Memperbaiki toleransi otot untuk latihan
2. Bahu
3. Siku
4. Lengan Bawah
6. Jari-jari Tangan
7. Ibu Jari
8. Pinggul
9. Lutut
11. Kaki
1. METODE
Metode yang digunakan dalam TAK ini adalah sosial therapeutic model
interpersonal yang didasari pada kognitif, afektif dan psikomotor.
2. MEDIA :
Media yang digunakan dalam TAK ini adalah Speaker.
3. SASARAN :
Klien di Panti Werda Teratai Jalan.Sosial KM 6 Palembang :
1. Partini
2. Misnawati
3. Juraida
4. Siti
5. Mariati
4. KRITERIA EVALUASI :
Peserta yang hadir dapat melakukan gerakan range of motion (ROM).
7. TATA TERTIB
1. Peserta bersedia mengikuti TAK
2. Peserta wajib hadir 5 menit sebelum TAK dimulai
3. Anggota wajib memberi tahu leader jika tidak hadir
4. Peserta berpakaian rapi dan sudah mandi
5. Jika ada klien yang ada meninggalkan kelompok harus meminta izin kepada
therapis
6. Lama kegiatan 60 menit
7. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir
8. Klien tidak boleh makan dan minum selama kegiatan
9. Jika ada klien yang mengacaukan jalannya TAK maka tersebut dikeluarkan dari
TAK
8. STRATEGI PELAKSANAAN
1. Fase perkenalan 5 menit
a. Therapis mempersiapkan lingkungan dan selanjutnya mengatur posisi
b. Mengucapkan salam
c. Memperkenalkan anggota yang hadir
d. Therapis menjelaskan tujuan TAK
e. Menjelaskan topik yang akan dibahas
f. Membuat kontrak waktu
g. Membacakan tata tertib
9. SETTING TEMPAT
1. Klien dan therapis duduk bersama membentuk setengan lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang
L CL
K K
1 F6
7
F1
K
K F5
6
F2 2
Keterangan : K K
4 5 F4
F3
L : Leader OB
CL : Co Leader
F1 – F6 : Fasilitator
K1 – K7 : Klien
OB : Observer
11. Dokumentasi
DAFTAR PUSTAKA
Bakara, D.M. (2016). Latihan Range Of Motion (ROM) pasif terhadap peningkatan rentang
sendi pasien pasca stroke di Kabupaten Rejang Lebong. Idea Nursing Journal. Vol.
VII No. 2. Prodi Keperawatan Curup Poltekkes Kemenkes Bengkulu : Bengkulu.