Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK


LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM)

Disusun Oleh :
Feni Tiara Diah, S.Kep
Lilia Tiara Lestari, S.Kep
Ririn Agustina, S.Kep

Pembimbing :

Putri Widita Muharyani, S. Kep., Ns., M.Kep

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Proses penuaan pada manusia merupakan suatu proses alamiah yang tak
terhindarkan dan bersifat irreversibel. Proses penuaan mengakibatkan berbagai
perubahan seperti perubahan fisik, psikologis, sosial dan spiritual. Pada perubahan
fisiologis terjadi penurunan kemampuan untuk hidup, penurunan sistem kekebalan
tubuh dalam menghadapi gangguan dari dalam maupun dari luar serta peningkanan
kepekaan secara individual. Bagi manusia yang normal, tentu telah siap menerima
keadaan baru dalam setiap fase hidupnya dan mencoba menyesuaikan diri dengan
kondisi lingkunganya (Psychologymania, 2013).
Menurut WHO (2015), salah satu penyakit yang sering terjadi pada lansia
adalah stroke yaitu mencapai 36%. Diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000
penduduk terkena serangan stroke, dan sekitar 2,5% atau 125.000 orang meninggal
dan sisanya mengalami cacat ringan atau berat. Stroke merupakan masalah
kesehatan yang perlu mendapat perhatian khusus dan dapat menyerang siapa saja
dan kapan saja, tanpa memandang ras, jenis kelamin, atau usia. Di Amerika Serikat
tercatat hampir setiap 45 detik terjadi kasus stroke, dan setiap 4 detik terjadi
kematian akibat stroke (Yudha, 2014).
Pasien stroke yang mengalami kelemahan pada satu sisi anggota tubuh
disebabkan karena penurunan tonus otot, sehingga tidak mampu menggerakkan
tubuhnya. Tanpa latihan yang baik, pasien akan melakukan kompensasi gerakan
dengan menggunakan bagian tubuhnya yang sehat sehingga seumur hidupnya
pasien akan menggunakan bagian tubuh yang sehat dan membiarkan anggota
tubuhnya yang sakit (Bakara, 2016).
Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah disabilitas akibat
kerusakan dan perubahan kimiawi pada otak yang dapat mengganggu perubahan
emosional penderita stroke adalah dengan program stimulasi atau rehabilitasi
(National Stroke Association, 2012). Salah satu bentuk program stimulasi atau
rehabilitasi yang sering digunakan adalah latihan rentang gerak atau Range of
Motion (ROM).
Latihan Range of Motion (ROM) merupakan salah satu bentuk latihan
dalam proses rehabilitasi yang dinilai cukup efektif untuk mencegah terjadinya
kecacatan pada pasien dengan stroke (Yudha, 2014). Salah satu bentuk latihan
rentang gerak (ROM) adalah ROM aktif. Latihan ini dilakukan dengan cara klien
menggunakan lengan atau tungkai yang berlawanan dan lebih kuat untuk
menggerakkan setiap sendi pada ekstremitas yang tidak mampu bergerak.
Tujuan ROM adalah untuk meningkatkan atau mempertahankan
fleksibilitas dan kekuatan otot, mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan,
mencegah kontraktur dan kekakuan pada sendi. Sedangkan manfaat latihan ROM
adalah untuk menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam melakukan
pergerakan, memperbaiki tonus otot, memperbaiki toleransi otot untuk latihan,
mencegah terjadinya kekakuan sendi, memperlancar sirkulasi darah dengan
dilakukannya latihan ROM pada pasien ( Rahayu, 2015).
Dengan tingginya prevalensi kejadian stroke terutama pada lansia, perlunya
peningkatan dari sektor pelayanan kesehatan terutama bagi perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan untuk pasien stroke atau pasca stroke. Dengan
demikian, pada proposal ini penulis akan memberika terapi aktivitas kelompok
dengan metode demonstrasi mengenai latihan range of motion (ROM) untuk lansia
di Panti Tresna Werdha Teratai yang pernah mengalami stroke (post stroke).

2. TUJUAN PELAKSANAAN
Tujuan Umum :
Setelah mengikuti TAK, klien dapat meningkatkan kemampuan dalam
melatih rentang gerak dan melaksanakan secara rutin latihan yang sudah diberikan.
Tujuan Khusus :
1. Klien mampu mengikuti latihan rentang gerak yang diberikan terapis
2. Klien mampu mendemontrasikan kembali gerakan yang dilakukan terapis.
3. Klien mampu mengidentifikasi manfaat kegiatan yang dilakukan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Lansia
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia. Menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesehatan
dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60
tahun.
Berdasarkan definisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia (lansia)
apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan
tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan
tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai
oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres
fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup
serta peningkatan kepekaan secara individual.

B. Klasifikasi Lansia
1) Menurut organisasi kesehatan dunia, WHO ada 4 tahap yaitu :
a. Usia pertengahan (middle age), adalah kelompok usia 45-59 tahun.
b. Lanjut usia (elderly) antara usia 60-74 tahun
c. Usia tua (old) antara 75-90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun
2) Lanjut usia menurut Depkes RI dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Kelompok usia dalam masa virilitas (45-54 tahun), merupakan kelompok yang
berada dalam keluarga dan masyarakat luas.
b. Kelompok usia dalam masa pra-senium (55-64 tahun), merupakan kelompok
yang berada dalam keluarga, organisasi usia lanjut dan masyarakat pada
umumnya.
c. Kelompok usia masa senecrus (>65 tahun), merupakan kelompok yang umumnya
hidup sendiri, terpencil, hidup dalam panti, penderita penyakit berat.

C. Karakteristik Lansia
Lansia memiliki karakteristik sebagai berikut: berusia lebih dari 60 tahun (sesuai
dengan pasal 1 ayat (2) UU No.13 tentang kesehatan), kebutuhan dan masalah yang
bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai
spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif, lingkungan tempat
tinggal bervariasi .

D. Perubahan-Perubahan yang Terjadi pada Lansia


Perubahan yang terjadi pada lansia meliputi perubahan fisik, sosial dan
psikososial (Maryam, 2008). Perubahan fisik meliputi :
a) Perubahan sel
Jumlah berkurang, ukuran membesar, cairan tubuh menurun, dan cairan
intraseluler menurun.
b) Perubahan kardiovaskuler
Katub jantung menebal dan kaku, kemampuan memompa darah menurun,
menurunnya kontraksi dan volume, elastisitas pembuluh darah menurun, serta
meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah
meningkat.
c) Respirasi
Otot-otot pernapasan kekuatannya menurun dan kaku, elastisitas paru
menurun, kapasitas residu meningkat sehingga menarik napas lebih berat,
alveoli melebar dan jumlahnya menurun, kemampuan batuk menurun, serta
terjadinya penyempitan pada bronkus.
d) Persarafan
Saraf panca indra mengecil sehingga fungsinya menurun serta lambat dalam
merespon dan waktu bereaksi khusunya yang berhubungan dengan stres,
berkurang atau hilangnya lapisan mielin akson, sehingga menyebabkan
berkurangnya respon motorik dan refleks.
e) Muskuloskeletal
Cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh, bungkuk, persendian
membesar dan menjadi kaku, kram, tremor, tendon mengerut dan mengalami
sklerosis.
f) Gastrointestinal
Esofagus melebar, asam lambung menurun, dan peristaltik menurun
sehingga daya absorpsi juga ikut menurun, ukuran lambung mengecil serta
fungsi organ aksesori menurun sehingga menyebabkan berkurangnya produksi
hormon dan enzim pencernaan.
g) Genitouinaria
Ginjal mengecil, aliran darah ke ginjal menurun, penyaringan di glomerulus
menurun, dan fungsi tubulus menurun sehingga kemampuan mengonsentrasi
urin juga ikut menurun, vesika urinaria (otot-otot melemah, kapasitasnya
menurun dan retensi urin, Prostat akan mengalami hipertrofi pada 75% lansia.
Vagina akan mengalami perubahan yakni selaput lendir mengering dan sekresi
menurun.
h) Pendengaran
Membran tympani atrofi sehingga terjadi gangguan pendengaran, Tulang-
tulang pendengaran mengalami kekakuan.
i) Penglihatan
Respon terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap gelap menurun,
akomodasi menurun, lapang pandang menurun, dan katarak.
j) Endokrin
Produksi hormon menurun
k) Kulit
Keriput serta kulit kepala dan rambut menipis, rambut dalam hidung dan
telinga menebal, elastisitas menurun, vasikularisasi menurun, rambut memutih,
kelenjar keringat menurun, kuku keras dan rapuh serta kuku kaki tumbuh
berlebihan seperti tanduk.
l) Belajar dan memori
Kemampuan belajar masih ada tetapi relatif menurun, memori atau daya
ingat menurun karena proses incoding menurun, intelegensi secara umum tidak
banyak berubah, personality dan adjusment (pengaturan) tidak banyak berubah
hampir seperti saat muda.
Perubahan sosial, meliputi perubahan peran, keluarga, teman, masalah
hukum, pensiun, ekonomi, rekreasi, keamanan, transportasi, politik,
pendidikan, agama dan panti jompo. Perubahan psikologis meliputi frustasi,
kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut menghadapi kematia, perubahan
keinginan, depresi, dan kecemasan. Pada saat orang tua terpisah dari anak serta
cucunya, maka muncul perasaan tidak berguna dan kesepian padahal mereka
yang sudah tua masih mampu mengaktualisasikan potensinnya secara optimal.
Jika lansia dapat mempertahankan pola hidup dan cara dia memandang suatu
makna kehidupan maka sampai ajal menjemput mereka masih dapat berbuat
banyak bagi kepentingan semua orang (Maryam, dkk, 2008)
10 kebutuhan lansia menurut Darmojo (2001) dalam Maryam (2008), adalah
sebagai berikut :
a. Makan cukup dan sehat.
b. Pakaian dan kelengkapannya.
c. Perumahan/tempat tinggal/tempat berteduh.
d. Perawatan dan pengawasan kesehatan.
e. Bantuan teknis praktik sehari-hari/bantuan hukum.
f. Transportasi umum.
g. Kunjungan/teman bicara/informasi.
h. Rekreasi dan hiburan sehat lainnya.
i. Rasa aman dan tentram.
j. Bantuan alat-alat pancaindra, kesinambungan bantuan dana dan fasilitas.

F. Tugas Perkembangan Lansia


Lansia harus menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik yang terjadi seiring
penuaan. Waktu dan durasi perubahan ini bervariasi pada tiap individu, namun seiring
penuaan sistem tubuh, perubahan penampilan dan fungsi tubuh akan terjadi.
Perubahan ini tidak dihubungkan dengan penyakit dan merupakan perubahan normal.
Adanya penyakit terkadang mengubah waktu timbulnya perubahan atau dampaknya
terhadap kehidupan sehari-hari.
Adapun tugas perkembangan pada lansia dalam adalah beradaptasi terhadap
penurunan kesehatan dan kekuatan fisik, beradaptasi terhadap masa pensiun dan
penurunan pendapatan, beradaptasi terhadap kematian pasangan, menerima diri
sebagai individu yang menua, mempertahankan kehidupan yang memuaskan,
menetapkan kembali hubungan dengan anak yang telah dewasa, menemukan cara
mempertahankan kualitas hidup (Potter & Perry, 2009).
G. Konsep R.O.M
1. Pengertian
Range of Motion (ROM) adalah gerakan yang dalam keadaan normal dapat
dilakukan oleh sendi yang bersangkutan (Suratun, 2008). Range of motion
(ROM) adalah jumlah maksimum gerakan yang mungkin dilakukan sendi
pada salah satu dari tiga potongan tubuh, yaitu sagital, transversal dan frontal.
Potongan sagital adalah garis yang melewati tubuh dari depan ke belakang,
membagi tubuh menjadi bagian kiri dan kanan. Potongan frontal melewati
tubuh dari sisi ke sisi dan membagi tubuh menjadi bagian depan ke belakang.
Potongan transversal adalah garis horizontal yang membagi tubuh menjadi
bagian atas dan bawah (Suratun, 2008).
2. Jenis-jenis Range of Motion (ROM)
Range of Motion dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :

1. ROM Aktif
Merupakan gerakan yang dilakukan oleh seseorang (pasien) dengan
menggunakan energi sendiri. Perawat memberikan motivasi dan
membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan sendiri secara mandiri
sesuai dengan rentang gerak sendi normal. Kekuatan otot yang digunakan
mencapai 75%.
Gerakan ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi
dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif. Sendi yang digerakkan
pada ROM aktif adalah sendi di seluruh tubuh klien secara aktif yakni dari
kepala sampai ujung jari kaki klien.
2. ROM Pasif
Merupakan gerakan dimana energi yang dikeluarkan untuk latihan
berasal dari orang lain atau alat mekanik. Perawat melakukan gerakan
persendian klien sesuai dengan rentang gerak yang normal. Kekuatan otot
yang digunakan pada gerakan ini adalah 50%.
Range of Motion pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-
otot dan persendian dengan menggerakkan otot individu lain secara pasif,
misalnya perawat membantu mengangkat dan menggerakkan kaki pasien.
Sendi yang digerakkan pada ROM pasif adalah seluruh persendian tubuh
atau hanya pada ekstremitas yang terganggu dan klien tidak mampu
melaksanakannya secara mandiri.
3. Tujuan ROM
a. Mempertahankan atau memelihara kekuatan otot
b. Memelihara mobilitas persendian
c. Merangsang sirkulasi darah
d. Mencegah kelainan bentuk
e. Mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan
Manfaat latihan gerak aktif – pasif
4. Manfaat ROM
a. Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam melakukan
pergerakan
b. Mengkaji tulang, sendi dan otot
c. Mencegah terjadinya kekakuan sendi
d. Memperlancar sirkulasi darah
e. Memperbaiki tonus otot
f. Meningkatkan mobilisasi sendi
g. Memperbaiki toleransi otot untuk latihan

5. Prinsip Dasar Latihan ROM


a. ROM harus diulang sekitar 8 kali dan dikerjakan minimal 2 kali sehari.
b. ROM di lakukan berlahan dan hati-hati sehingga tidak melelahkan pasien
c. Dalam merencanakan program latihan ROM, perhatikan umur pasien,
diagnosa, tanda-tanda vital dan lamanya tirah baring.
d. Bagian-bagian tubuh yang dapat di lakukan latihan ROM adalah leher, jari,
lengan, siku, bahu, tumit, kaki, dan pergelangan kaki.
e. ROM dapat di lakukan pada semua persendian atau hanya pada bagian-
bagian yang di curigai mengalami proses penyakit.
f. Melakukan ROM harus sesuai waktunya. Misalnya setelah mandi atau
perawatan rutin telah di lakukan.
6. Gerakan ROM berdasarkan Bagian Tubuh
Menurut Potter dan Perry (2005), Range of Motion terdiri dari gerakan pada
persendian sebagai berikut.
1. Leher, Spina, Servikal
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menggerakan dagu menempel ke dada, rentang 45°
Ekstensi Mengembalikan kepala ke posisi tegak, rentang 45°
Hiperektensi Menekuk kepala ke belakang sejauh rentang 40-45°
mungkin,
Fleksi lateral Memiringkan kepala sejauh mungkin rentang 40-45°
sejauh mungkin kearah setiap bahu,
Rotasi Memutar kepala sejauh mungkin dalam rentang 180°
gerakan sirkuler,

2. Bahu

Gerakan Penjelasan Rentang


Fleksi Menaikan lengan dari posisi di samping rentang 180°
tubuh ke depan ke posisi di atas kepala,
Ekstensi Mengembalikan lengan ke posisi di rentang 180°
samping tubuh,
Hiperektensi Mengerkan lengan kebelakang tubuh, rentang 45-60°
siku tetap lurus,
Abduksi Menaikan lengan ke posisi samping di rentang 180°
atas kepala dengan telapak tangan jauh
dari kepala,
Adduksi Menurunkan lengan ke samping dan rentang 320°
menyilang tubuh sejauh mungkin,
Rotasi dalam Dengan siku pleksi, memutar bahu rentang 90°
dengan menggerakan lengan sampai ibu
jari menghadap ke dalam dan ke
belakang,
Rotasi luar Dengan siku fleksi, menggerakan lengan rentang 90°
sampai ibu jari ke atas dan samping
kepala,
Sirkumduksi Menggerakan lengan dengan lingkaran rentang 360°
penuh,

3. Siku

Gerakan Penjelasan Rentang


Fleksi Menggerakkan siku sehingga lengan bahu rentang 150°
bergerak ke depan sendi bahu dan tangan
sejajar bahu,
Ektensi Meluruskan siku dengan menurunkan rentang 150°
tangan,

4. Lengan Bawah

Gerakan Penjelasan Rentang


Supinasi Memutar lengan bawah dan tangan rentang 70-90°
sehingga telapak tangan menghadap ke
atas,
Pronasi Memutar lengan bawah sehingga telapak rentang 70-90°
tangan menghadap ke bawah,
5. Pergelangan Tangan

Gerakan Penjelasan Rentang


Fleksi Menggerakan telapak tangan ke sisi rentang 80-90°
bagian dalam lengan bawah,
Ekstensi Mengerakan jari-jari tangan sehingga jari- rentang 80-90°
jari, tangan, lengan bawah berada dalam
arah yang sama,
Hiperekstensi Membawa permukaan tangan dorsal ke rentang 89-90°
belakang sejauh mungkin,
Abduksi Menekuk pergelangan tangan miring ke rentang 30°
ibu jari,
Adduksi Menekuk pergelangan tangan miring ke rentang 30-50°
arah lima jari,

6. Jari-jari Tangan

Gerakan Penjelasan Rentang


Fleksi Membuat genggaman, rentang 90°
Ekstensi Meluruskan jari-jari tangan, rentang 90°
Hiperekstensi Menggerakan jari-jari tangan ke belakang rentang 30-60°
sejauh mungkin,
Abduksi Mereggangkan jari-jari tangan yang satu rentang 30°
dengan yang lain,
Adduksi Merapatkan kembali jari-jari tangan, rentang 30°

7. Ibu Jari

Gerakan Penjelasan Rentang


Fleksi Mengerakan ibu jari menyilang rentang 90°
permukaan telapak tangan,
Ekstensi menggerakan ibu jari lurus menjauh dari rentang 90°
tangan,
Abduksi Menjauhkan ibu jari ke samping, rentang 30°
Adduksi Mengerakan ibu jari ke depan tangan, rentang 30°
Oposisi Menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari
-
tangan pada tangan yang sama.

8. Pinggul

Gerakan Penjelasan Rentang


Fleksi Mengerakan tungkai ke depan dan rentang 90-120°
atas,
Ekstensi Menggerakan kembali ke samping rentang 90-120°
tungkai yang lain,
Hiperekstensi Mengerakan tungkai ke belakang rentang 30-50°
tubuh,
Abduksi Menggerakan tungkai ke samping rentang 30-50°
menjauhi tubuh,
Adduksi Mengerakan tungkai kembali ke posisi
rentang 30-50°
media dan melebihi jika mungkin,
Rotasi dalam Memutar kaki dan tungkai ke arah
rentang 90°
tungkai lain,
Rotasi luar Memutar kaki dan tungkai menjauhi
rentang 90°
tungkai lain,
Sirkumduksi Menggerakan tungkai melingkar -

9. Lutut

Gerakan Penjelasan Rentang


Fleksi Mengerakan tumit ke arah belakang rentang 120-130°
paha,
Ekstensi Mengembalikan tungkai kelantai, rentang 120-130°

10. Mata Kaki

Gerakan Penjelasan Rentang


Dorsifleksi Menggerakan kaki sehingga jari-jari rentang 20-30°
kaki menekuk ke atas,
Plantarfleksi Menggerakan kaki sehingga jari-jari rentang 45-50°
kaki menekuk ke bawah,

11. Kaki

Gerakan Penjelasan Rentang


Inversi Memutar telapak kaki ke samping rentang 10°
dalam,
Eversi Memutar telapak kaki ke samping luar, rentang 10°

12. Jari-jari Kaki

Gerakan Penjelasan Rentang


Fleksi Menekukkan jari-jari kaki ke bawah, rentang 30-60°
Ekstensi Meluruskan jari-jari kaki, rentang 30-60°
Abduksi Menggerakan jari-jari kaki satu dengan rentang 15°
yang lain,
Adduksi Merapatkan kembali bersama-sama, rentang 15°
BAB III
PENGORGANISASIAN

1. METODE
Metode yang digunakan dalam TAK ini adalah sosial therapeutic model
interpersonal yang didasari pada kognitif, afektif dan psikomotor.

2. MEDIA :
Media yang digunakan dalam TAK ini adalah Speaker.

3. SASARAN :
Klien di Panti Werda Teratai Jalan.Sosial KM 6 Palembang :
1. Partini
2. Misnawati
3. Juraida
4. Siti
5. Mariati

4. KRITERIA EVALUASI :
Peserta yang hadir dapat melakukan gerakan range of motion (ROM).

5. WAKTU DAN TEMPAT :


Hari/Tanggal :
Waktu : 10.00 wib
Tempat : Panti Werda Teratai KM 6 Palembang

6. URAIAN STRUKTUR KELOMPOK


Pengorganisasian dan uraian tugas therapis :
1. Leader : Feni Tiara Diah
Tugas :
a. Merencanakan, mengontrol dan mengatur jalannya TAK.
b. Membuka acara
c. Memimpin jalannya TAK
d. Menjelaskan tujuan TAK
e. Memperkenalkan anggota TAK
f. Mengatur jalannya TAK
g. Menetapkan jalannya tata tertib
h. Dapat mengambil keputusan dengan tepat dan dapat menyimpulkan hasil
TAK pada kelompok terapi tersebut
i. Menutup jalannya TAK

2. Co Leader : Ririn Agustina


Tugas :
a. Membantu tugas leader.
b. Mengambil alih posisi leader jika terjadi bloking.
c. Menjadi motivator.
d. Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader
e. Mengingatkan leader bila diskusi menyimpang
f. Mengingatkan lamanya waktu pelaksanan
g. Bersama leader memberi contoh kerja sama yang baik

3. Observer : Lilia Tiara Lestari


Tugas :
a. Mengamati dan mencatat respon klien selama kegiatan.
b. Mengidentifikasi motivasi strategi untuk kelompok berikutnya
c. Mencatat hasil dari diskusi
d. Memberikan tanggapan terhadap jalannya kegiatan.
4. Fasilitator : 1. Povi Olivia
2. Egha Tresia
3. Sri Rahmatiyah
4. Ayu Anjar Sari
5. Muthia
6. Praseta Okta Viana
Tugas :
a. Membantu meluruskan dan menjelaskan tugas yang harus dilakukan klien
sebagai peserta TAK.
b. Mendampingi peserta diskusi
c. Memotivasi peserta biar aktif dalam TAK
d. Menjadi contoh bagi klien selama kegiatan

7. TATA TERTIB
1. Peserta bersedia mengikuti TAK
2. Peserta wajib hadir 5 menit sebelum TAK dimulai
3. Anggota wajib memberi tahu leader jika tidak hadir
4. Peserta berpakaian rapi dan sudah mandi
5. Jika ada klien yang ada meninggalkan kelompok harus meminta izin kepada
therapis
6. Lama kegiatan 60 menit
7. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir
8. Klien tidak boleh makan dan minum selama kegiatan
9. Jika ada klien yang mengacaukan jalannya TAK maka tersebut dikeluarkan dari
TAK

8. STRATEGI PELAKSANAAN
1. Fase perkenalan 5 menit
a. Therapis mempersiapkan lingkungan dan selanjutnya mengatur posisi
b. Mengucapkan salam
c. Memperkenalkan anggota yang hadir
d. Therapis menjelaskan tujuan TAK
e. Menjelaskan topik yang akan dibahas
f. Membuat kontrak waktu
g. Membacakan tata tertib

2. Fase kerja 45 menit


Season 1
Menjelaskan materi tentang Latihan Rentang Gerak (Pengertian, Tujuan
dan Manfaat)
Season 2
a. Hidupkan speaker (music)
b. Memberikan contoh gerakan – gerakan latihan rentang gerak aktif sebagai
berikut :
1. Abduksi : gerakan menjauhi garis tubuh
2. Aduksi : gerakan mendekati garis tubuh
3. Fleksi : membengkokkan sendi sehingga sudut dari sendi tidak ada lagi
4. Ekstensi : gerakan kembali dari posisi fleksi
5. Fleksi palmar : gerakan yang memfleksikan/ membengkokkan lengan dalam
kearah telapak tangan
6. Fleksi plantar : gerakan yang memfleksikan/ membengkokkan kaki dalam
kearah telapak kaki
7. Pronasi : rotasi lengan atas sehingga telapak tangan kebawah
8. Supinasi : rotasi lengan atas sehingga telapak tangan keatas
9. Inverse : gerakan memutar telapak kaki kearah dalam
10.Eversi : gerakan memutar telapak kaki kearah luar

c. Bersama – sama melakukan gerakan latihan rentang gerak aktif


d. Klien melakukan latihan rentang gerak aktif tanpa diberikan contoh
e. Berikan reward berupa tepukan tangan kepada semua peserta

3. Fase terminasi 10 menit


a. Leader memberikan kesempatan kepada klien untuk beristirahat sejenak
b. Leader meminta tanggapan dari klien terhadap kegiatan yang telah dilakukan.
c. Therapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti kegiatan TAK tersebut.
d. Menyimpulkan kegiatan yang telah dilakukan dan memotivasi anggota
kelompok untuk mengikuti kegiatan lainnya yang positif
e. Obsever memberikan tanggapan terhadap jalannya TAK
f. Menutup acara.

9. SETTING TEMPAT
1. Klien dan therapis duduk bersama membentuk setengan lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang

L CL
K K
1 F6
7
F1
K
K F5
6
F2 2

Keterangan : K K
4 5 F4
F3
L : Leader OB
CL : Co Leader
F1 – F6 : Fasilitator
K1 – K7 : Klien
OB : Observer

10. valuasi Kegiatan


Evaluasi Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
Range Of Motion (ROM)

Gerakan Mariati Juraidah Partini Siti Misnawati


Fleksi     
Ekstensi     
Abduksi     
Adduksi     
Fleksi     
Palmar
Fleksi     
Plantar
Supinasi     
Pronasi     
Inversi  - -  
Eversi  - -  
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa lansia yang mengikuti
kegiatan TAK Latihan ROM dapat mengikuti kegiatan tersebut dengan baik.
Terdapat tiga lansia yang mampu melakukan semua gerakan dengan benar.
Selain itu terdapat juga dua lansia yang masih membutuhkan stimulasi untuk
melakukan beberapa gerakan seperti inversi dan eversi karena keterbatasan
mobilisasi.

11. Dokumentasi
DAFTAR PUSTAKA
Bakara, D.M. (2016). Latihan Range Of Motion (ROM) pasif terhadap peningkatan rentang
sendi pasien pasca stroke di Kabupaten Rejang Lebong. Idea Nursing Journal. Vol.
VII No. 2. Prodi Keperawatan Curup Poltekkes Kemenkes Bengkulu : Bengkulu.

Damayanti, D. (2011). Perbedaan Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Dilakukan


Hidroterapi Random Hangat. Jurnal Kesehatan Ngudi Waluyo Ungaran
Depkes RI, 1995. Penerapan Proses Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta. Bakti Husada.
Hasan, M. (2008) . Pengaruh Latihan Range of Motion (ROM) terhadap Perubahan
Mobilisasi pada Pasien Stroke di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar. Stikes
Bina Husada Bali
Hawari, Dadang. 2001. Manajemen Stres, Cemas, dan Depresi. Jakarta : Fakultas.
Kedokteran Universitas Indonesia
Maryam, R. Siti, dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika.
National Stroke Association. (2009). What is stroke?. http://www.stroke.org. Diakses pada
tanggal 08 November 2017.
Nugroho, W. (2009). Komunikasi Dalam Keperawatan Gerontik. EGC : Jakarta
Psychologymania. (2012). Pengertian-lansia-lanjut-usia. Diakses pada hari Senin,
01 April, 2013. http://www.psychologymania.com/2012/07/pengertian-lansia-lanjut-
usia.html
Potter& Perry. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Edisi 4. Jakarta: EGC
Rahayu, K.I.N. (2015). pengaruh latihan Range of Motion terhadap kekuatan otot pasien
post stroke di RSUD Gambiran Kediri. Jurnal Keperawatan. Vol.6 No.2. Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Kadiri : Kediri.

Suratun. (2008). Patophysiology, Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. EGC, Jakarta.


Undang-undang No.13 tahun 1998 tentang Kesehatan.
Warfield, C. (1996). Segala Sesuatu yang Perlu Anda Ketahui Terapi Medis.
Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia.
Yudha, F. (2014). Pengaruh Range Of Motion (ROM) Terhadap Kekuatan Otot dan Rentang
Otot Gerak Pasien Pasca Perawatan Stroke.

Anda mungkin juga menyukai