Anda di halaman 1dari 38

DI

S
U
S
U
N
OLEH KELOMPOK 2

Arjun Prajun Siahgian :1602040


Iyassalwni :160204104
Santi Melia Lubis : 160204071
Sarah Monika :160204046
Sari Indah Wahyuni :1602040

Ns. Rinco Siregar S.Kep MNS

UIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
MEDAN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah ini yang berjudul ASUHAN KEPERAWATA LANSIA
DENGAN DIABETES MILETUS bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada dosen pengajar kami Ns.Rinco
Siregar S.Kep MNS yang senantiasa telah mengajar kami dan teman-teman yang
telah berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa
disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para


pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

8 November 2019

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................


DAFTAR ISI ............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................
1.1 Latar belakang .....................................................................................................
1.2 Tujuan .................................................................................................................

BAB II TINJAUN PUSTAKA ..............................................................................


2.1 defenisi lansia .....................................................................................................
2.2 penyebab terjadinya penurunan pada lansia ........................................................
2.3 perubahan lansia pada sistem endokrin ...............................................................
2.4 patofisiologi penyakit diabetes melitus pada lansia ............................................
2.5 karakteristikpenyakit dibetes melitus pada lansia................................................
2.6 penyebab
BAB III TINJAUAN KASUS ................................................................................
3.1 Pengkajian ..........................................................................................................
3.2 Diagnosa .............................................................................................................
3.3 intervensi..............................................................................................................
3.5 implementasi........................................................................................................
3.6 evaluasi ................................................................................................................
BAB VI PENUTUP.................................................................................................
4.1 Kesimpulan.........................................................................................................
4.2 saran ....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN

.1. Latar belakang


Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan
manusia. Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapan-
tahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin
rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat menyebabkan
kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan,
pencernaan, endokrin dan lain sebagainya. Hal tersebut disebabkan seiring
meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel,
jaringan, serta sistem organ. Pada usia lanjut terjadi perubahan anatomik-
fisiologik dan dapat timbul pula penyakit-penyakit pada sistem endokrin
khususnya penyakit diabetes mellitus. Perubahan tersebut pada umumnya
berpengaruh pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya
akan berpengaruh pada ekonomi dan sosial lansia. Sehingga secara umum akan
berpengaruh pada activity of daily living (Fatmah, 2010). Usia harapan hidup
lansia di Indonesia semakin meningkat karena pengaruh status kesehatan, status
gizi, tingkat pendidikan, ilmu pengetahuan dan sosial ekonomi yang semakin
meningkat sehingga populasi lansia pun meningkat. 
Penyakit DM sering terjadi pada kaum lanjut usia. Diantara individu yang
berusia >65 tahun, 8,6 % menderita DM tipe II. Angka ini mencakup 15 %
populasi pada panti lansia (Steele, 2008). Laporan statistik dari International
Diabetik Federation menyebutkan, bahwa sudah ada sekitar 230 juta orang pasien
DM. Angka ini terus bertambah hingga 3 % atau sekitar 7 juta orang tiap
tahunnya. Dengan demikian, jumlah pasien DM diperkirakan akan mencapai 350
juta orang pada tahun 2025 dan setengah dari angka tersebut berada di Asia,
terutama India, Cina, Pakistan, dan Indonesia (Tandra, 2007).
Diabetes melitus pada lanjut usia umumnya adalah diabetes tipe yang tidak
tergantung insulin (NIDDM). Prevalensi diabetes melitus makin meningkat pada
lanjut usia. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus di beberapa negara
berkembang akibat peningkatan kemakmuran di negara yang bersangkutan
dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain peningkatan pendapatan perkapita dan
perubahan gaya hidup terutama di kota besar menyebabkan peningkatan
prevalensi penyakit degeneratif.
Hasil pendataan yang dilakukan oleh penulis di puskesmas tanjung rejo desa
percut kecamatan deli serdang tahun 2015 terdapat jumlah usia lanjut > 45 tahun
sebanyak 16 orang dan lansia yang menderita penyakit diabetes melitus diwilayah
kerja puskesmas tanjung rejo desa percut sejumlah 14 pasien.
Berkaitan dengan data tersebut di atas penulis tertarik untuk mengetahui
tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan keperawatan gerontik
untuk “Asuhan Keperawatan Gerontik Gangguan Sistem Endokrin Dengan
Diabetes Mellitus Pada Ny.S Di Dusun X Desa Percut Kecamatan Percut Sei
Tuan Kabupaten Deli Serdang”.

.2. Tujuan
a. Tujuan umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kperawatan pada lansia secara
profesional dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.

b. Tujuan khusus
Setelah melakukan kunjungan rumah keluarga lansia mahasiswa dapat :
1. Melakukan pengkajian keperawatan keluarga gerontik pada Ny.S
dengan diabetes mellitus.
2. Menganalisa masalah kesehatan keluarga Ny.S dengan diabetes
mellitus.
3. Merencanakan tindakan keperawatan berdasarkan kebutuhan keluarga
Ny.S dengan diabetes mellitus.
4. Melakukan tindakan keperawatan dalam pencegahan, penyembuhan
dan pemulihan berdasarkan masalah yang dialami keluarga Ny.S
dengan diabetes mellitus.
5. Mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah diberikan pada
keluarga Ny.S dengan diabetes mellitus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi lansia


Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia.
Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang hanya di mulai dari satu
waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menua merupakan
proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya,
yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis, maupun
psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya
kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit mengendur, rambut memutih, gigi
mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk,
gerakan-gerakan lambat, dan postur tubuh yang tidak proforsional (Nugroho,
2008).

2.2 Penyebab terjadinya penuaan pada lansia


Banyak faktor yang menyebabkan setiap orang menjadi tua melalui proses
penuaan. Pada dasarnya berbagai faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi
faktor internal dan faktor eksternal. Beberapa faktor internal adalah radikal bebas,
hormon yang menurun kadarnya, proses glikosilasi, sistem kekebalan tubuh yang
menurun dan juga faktor genetik. Sedangkan faktor eksternal adalah gaya hidup
yang tidak sehat, diet yang tidak sehat, kebiasaan hidup yang salah, paparan polusi
lingkungan dan sinar ultraviolet, stres dan penyebab sosial lain seperti
kemiskinan. Kedua faktor ini saling terkait dan memainkan peran yang besar
dalam penyebab proses penuaan (Uchil Nissa, 2014).

2.3 Perubahan lansia pada sistem endokrin


Sekitar 50% lansia menunjukka intoleransi glukosa, dengan kadar gula
puasa yang normal. Penyebab dari terjadinya intoleransi glukosa ini adalah
faktor diet, obesitas, kurangnya olahraga, dan penuaan. Frekuensi hipertiroid pada
lansia yaitu sebanyak 25%, sekitar 75% dari jumlah tersebut mempunyai
gejala, dan sebagian menunjukkan “apatheic thyrotoxicosis”.
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem
endokrin akibat proses menua:
1. Kadar glukosa darah meningkat. Implikasi dari hal ini adalah
glukosa darah puasa 140 mg/dL dianggap normal.
2. Ambang batas ginjal untuk glukosa meningkat. Implikasi dari hal
ini adalah kadar glukosa darah 2 jam PP 140-200 mg/dL
dianggap normal.
3. Residu urin di dalam kandung kemih meningkat. Implikasi dari hal ini
adalah pemantauan glukosa urin tidak dapat diandalkan.
4. Kelenjar tiroad menjadi lebih kecil, produksi T3 dan T4 sedikit
menurun, dan waktu paruh T3 dan T4 meningkat. Implikasi dari
hal ini adalah serum T3 dan T4 tetap stabil.

2.4 Patofisiologi penyakit diabetes akibat penuaan


Diabetes mellitus adalah “suatu gangguan metabolik yang melibatkan
berbagai sistem fisiologi, yang paling kritis adalah melibatkan metabolisme
glukosa.” Fungsi vaskular, renal, neurologis dan penglihatan pada orang yang
mengalami diabetes dapat terganggu dengan proses penyakit ini, walaupun
perubahan-perubahan ini terjadi pada jaringan yang tidak memerlukan insulin
untuk berfungsi (Stanley, Mickey, 2006).
Beberapa kondisi dapat menjadi predisposisi bagi seseorang untuk
mengalami diabetes, walaupun terdapat dua tipe yang dominan. Diabetes mellitus
tergantung insulin (Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)), atau diabetes
tipe I, terjadi bila seseorang tidak mampu untuk memproduksi insulin endigen
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Tipe diabetes ini terutama dialami
oleh orang yang lebih muda. Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (Non-
Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)) atau diabetes tipe II, adalah
bentuk yang paling sering pada penyakit ini. Antara 85-90 % orang dengan
diabetes memiliki tipe NIDDM, yang lebih dekat dihubungkan dengan obesitas
daripada dengan ketidakmampuan untuk memproduksi insulin (Stanley, Mickey,
2006).
NIDDM, bentuk penyakit yang paling sering diantara lansia, adalah
ancaman serius terhadap kesehatan karena beberapa alasan. Pertama, komplikasi
kronis yang dialami dalam hubungannya dengan fungsi penglihatan, sirkulasi,
neurologis, dan perkemihan dapat lebih menambah beban pada sistem tubuh yang
telah mengalami penurunan akibat penuaan. Kedua, sindrom hiperglikemia
hipeosmolar nonketotik, suatu komplikasi diabetes yang dapat mengancam jiwa
meliputi hiperglikemia, peningkatan osmolalitas serum, dan dehidras, yang terjadi
lebih sering di antara lansia (Stanley, Mickey, 2006).

2.5 Karakteristik penyakit diabetes mellitus pada lansia


Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan
karakteristik peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) yang terjadi akibat
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Glukosa dibentuk di hati dari
makanan yang dikonsumsi dan secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu
dalam darah. Insulin merupakan suatu hormon yang diproduksi pankreas yang
berfungsi mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan mengatur produksi
dan penyimpanannya (American Diabetes Assosiation, 2004 dalam
Smeltzer&Bare, 2008).
Secara klinis terdapat dua tipe DM yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2. DM
tipe 1 disebabkan karena kurangnya insulin secara absolut akibat proses autoimun
sedangkan DM tipe 2 merupakan kasus terbanyak (90-95% dari seluruh kasus
diabetes) yang umumnya mempunyai latar belakang kelainan diawali dengan
resistensi insulin (American Council on Exercise, 2001; Smeltzer&Bare, 2008).
DM tipe 2 berlangsung lambat dan progresif, sehingga tidak terdeteksi karena
gejala yang dialami pasien sering bersifat ringan seperti kelelahan, iritabilitas,
poliuria,polidipsi dan luka yang lama sembuh (Smeltzer&Bare, 2008).

2.6 Pencegahan
1. Pencegahan primer
Pendidikan tentang kebutuhan diet mungkin diperlukan. Suatu perencanaan
makanan yang terdiri dari 10% lemak, 15% protein, dan 75% karbohidrat
kompleks direkomendasikan untuk mencegah diabetes. Kandungan rendah lemak
dalam diet ini tidak hanya mencegah arterosklerosis, tetapi juga meningkatkan
aktivitas reseptor insulin (Stanley, Mickey, 2006).
Latihan juga diperlukan untuk membantu mencegah diabetes. Berjalan atau
berenang, dua aktivitas dengan dampak rendah, merupakan permulaan yang sanga
baik untuk para pemula.

2. Pencegahan sekunder
a. Penapisan
Kadar gula darah harus diperiksa secara rutin sebagai komponen dari
penapisan, tetapi hasil yang negatif dalam gejala ringan yang lain tidak
dapat dianggap sebagai suatu kesimpulan. Tes toleransi glukosa oral pada
umumnya dianggap lebih sensitif dan merupakan indikator yang dapat
diandalkan daripada kadar glukosa darah puasa dan harus dilakukan
untuk menentukan diagnosis dan perawatan awal NIDDM (Stanley,
Mickey, 2006).

b. Nutrisi
Perawat yang membantu lansia dalam merencanakan makan dapat
mengambil kesempatan untuk memberikan pendidikan kepada klien
tentang prinsip umum nutrisi yang baik. Perawat dapat mengajarkan
klien tentang membaca label untuk menghindari asupan sehari-hari,
memilih sumber-sumber makanan rendah kolesterol, dan memasukkan
serat yang adekuat dalam diet mereka (Stanley, Mickey, 2006).

c. Olahraga
Untuk lansia dengan NIDDM, olahraga dapat secara langsung
meningkatkan fungsi fisiologis dengan mengurangi kadar glukosa darah,
meningkatkan stamina dan kesejahteraan emosional, dan meningkatkan
sirkulasi. Walaupun berenang dan berjalan cepat telah dinyatakan sebagai
pilihan yang sangat baik untuk lansia dengan NIDDM, tipe aktivitas
lainnya juga sama-sama bermanfaat. Khususnya, aerobik yang
menawarkan manfaat paling banyak. Seseorang dengan NIDDM harus
melakukan latihan minimal satu kali setiap 3 hari (Stanley, Mickey,
2006).

d. Pengobatan
Bila intervensi sebelumnya tidak berhasil dalam memodifikasi kadar gula
darah dan gejala-gejala, terapi agens oral dan insulin akan diperlukan
untuk menambah suplai dari tubuh (Stanley, Mickey, 2006).
BAB III
TINJAUAN KASUS

Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan gerontik ini dilaksanakan didusun X


pada tanggal 7-11 Desember 2015, yang mana penulis mengadakan kunjungan
rumah sebanyak 15 kepala keluarga diobservasi dengan usia lansia 55-65 tahun
keatas sebanyak 5 orang. Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan gerontik
penulis melakukan pelayanan kesehatan hanya pada Ny.S, adapun langkah-
langkah pembuatan asuhan keperawatan gerontik dapat dijelaskan sebagai berikut:

.1. Pengkajian
.1.1. Pengumpulan data
1. Identitas
Ny.S berumur 60 tahun, jenis kelamin perempuan, sudah kawin, beragama
islam, suku jawa dan berkebangsaan Indonesia.

2. Riwayat pekerjaan dan status ekonomi


Tn.Z mengatakan semenjak sakit diabetes tidak bekerja lagi hanya Tn.Z
menjaga warung disamping rumahnya, pekerjaan sebelumnya Tn.Z sebagai
nelayan dan menjual ikan hasil tangkapannya ke pasar sedangkan Ny.S bekerja
sebagai petani dan membantu suaminya untuk bertani disawah. Pendapatan Ny.S
tidak menentu dalam 1 bulan, yaitu ± 350.000/bulan. Dan anak satu-satunya
terkadang mau memberi uang tambahan pada orang tuanya.

3. Lingkungan tempat tinggal kebersihan dan kerapihan


Rumah Tn.Z merupakan rumah milik pribadi dengan ukuran kurang lebih 100
m2. Termasuk rumah permanent, berdinding tembok lantainya dari semen.
Mempunyai 1 ruang tamu, 2 kamar tidur, 1 ruang makan, 1 dapur , 1 kamar mandi
dan WC. Saat dilakukan pengkajian ventilasi rumah sudah mencukupi 10% dari
total bangunan dan lingkungannya tampak kurang bersih, banyak lawa-lawa
diventilasi dan jendela.
Penerangan dalam ruangan dirumah Tn.Z kurang terang pada siang hari
dikarenakan jendela rumah jarang dibuka sehingga sirkulasi dalam ruangan tidak
nyaman, keadaan kamar tidur kurang rapi, dapur terlihat berantakan karena alat-
alat dapur tidak disusun dengan rapi, kamar mandi tampak kotor dan berlumut.
Keluarga memperoleh air minum dari sumur pompa yang ada dirumahnya.
Kualitas air jernih dan tidak berbau. Keluarga selalu memasak air sumur sampai
mendidih.Persediaan air mencukupi kebutuhan keluarga, apabila pompa rusak
keluarga berusaha untuk membeli air minum.
Keluarga mempunyai jamban sendiri, pembuangan tinja melalui septik tank.
Kebiasaan keluarga Tn.Z memelihara jamban tidak dimanfaatkan dengan baik
sehingga jamban menjadi tumpukan sampah, tidak terpelihara dan berbau.
Keluarga memiliki tempat pembuangan sampah dan biasanya keluarga
membakar sampah dibelakang rumahnya. Pengolahan air limbah keluarga kurang
baik, dibuang ke selokan dan tersumbat akibat sampah yang dibuang
sembarangan.
Lingkungan rumah Ny.S tampak bersih, pekarangan tidak dimanfaatkan
secara maksimal hanya ada beberapa tanaman saja.

4. Riwayat kesehatan
a. Status kesehatan saat ini
Keadaan Ny.S saat ini kurang membaik. Klien mengeluh dengan
penyakitnya, klien mengatakan menderita penyakit diabetes, ada luka pada ibu jari
kaki sebelah kanan berwarna merah sekitar 2 cm dan tidak sembuh sejak 3 bulan
yang lalu. Luka sudah diobati, namun belum bisa sembuh sampai sekarang. Ny.S
merasa banyak minum tapi juga banyak kencing walaupun pada dasarnya Ny.S
juga udah sering minum banyak. Klien tampak lemas, sering ngantuk, berat badan
menurun dari 75 kg menjadi 60 kg, mukosa mulut dan bibir klien kering,
pandangan kabur dan klien cemas dengan kondisinya saat ini. Keluarga
mengatakan Ny.S dibawa berobat ke puskesmas namun penyakitnya tidak bisa
sembuh karena jarang kontrol ke puskesmas.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Tn.Z mengatakan tidak ada penyakit masa lalu dan tidak ada alergi terhadap
makanan, obat-obatan dan tidak pernah anggota keluarga yang mengalami
kecelakaan. Ny.S mengatakan jika ada anggota keluarga yang sakit, Ny.S hanya
meminum obat yang ada diwarungnya dan jika tidak sembuh juga Ny.S berusaha
membawa berobat ke klinik maupun puskesmas. Keluarga juga mengatakan tidak
pernah dirawat dirumah sakit.

5. Pola fungsional
a. Persepsi kesehatan dan pola manajemen kesehatan
Keluarga mengatakan selalu menjaga kesehatannya dengan makan teratur.
Klien tidak ada riwayat merokok maupun minum-minuman keras. Jika anggota
keluarga sakit, keluarga meminum obat yang ada diwarungnya maupun obat yang
telah diresepkan oleh dokter.

b. Nutrisi metabolik
Kebiasaan keluarga untuk makan dan minum setiap anggota keluarga tidak
sama. Ny.S mempunyai kebiasaan makan tidak tentu kadang 2x atau bisa lebih,
suka makan-makanan yang manis dan kadang tidak tentu berapa kali dalam sehari
namun untuk minum klien lebih senang minum teh yang kental dan manis. Klien
mengatakan setelah mengetahui menderita diabetes, klien mengurangi makan-
makanan yang manis. Klien mengatakan setiap makan hanya menghabiskan ½
porsi karena takut gula darah semakin naik. Sedangkan Tn.Z dan anaknya makan
seadanya 3x sehari, kebiasaan minum tergantung aktivitas, ketika aktivitasnya
berat minumnya bisa lebih dari 2 liter perhari, ketika aktivitasnya biasa hanya
minum 4-5 gelas berupa air putih dan air teh.

c. Eliminasi
Ny. S biasa BAB 1x/hari, BAK tergantung banyaknya air yang Tn.Z minum 
kalau minumnya banyak BAK bisa lebih dari 3x. Ny.S banyak minum sehingga di
sering kali kencing terkadang sampai 10 kali sedangkan untuk BAB biasanya 1
kali sehari.

d. Aktivitas pola latihan rutinitas


Keluarga mengatakan mandi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari, keramas sekali 2
hari, dan ganti pakaian tiap kali selesai mandi.
Kegiatan yang biasa dilakukan Ny.S dan Tn.Z adalah jalan-jalan disekitar
rumah sambil berbincang-bincang dengan tetangga dekat rumah mereka. Tn.Z
mengatakan kadang-kadang kakinya kesemutan.

e. Pola istirahat dan tidur


Tn.Z jarang sekali tidur siang, karena tiap hari pergi kesawah. Tidur siang
jamnya tidak tentu dan tidur malam dari pukul 22.00 sampai dengan 04.30 WIB
atau ketika adzan subuh setelah itu tidak tidur lagi sedangkan Ny. S jarang tidur
siang atau hampir tidak pernah tidur siang, untuk malam biasanya tidur diatas
pukul 21.00 sampai dengan 05.00 WIB dan setelah itu tidak tidur lagi.

f. Pola kognitif-persepsi
Ny.S mengatakan mata sebelah kiri tidak bisa melihat dengan jelas,
pangangan kabur terutama menjelang malam hari. Klien mengatakan apabila
keluar ruangan atau jalan-jalan di sekitar rumah harus memegang dinding terlebih
dahulu sebagai sokongan. Klien tampak berjalan sambil memegang dinding atau
pakai tongkat. Klien tampak tidak tahu dan tidak melihat dengan jelas pada saat
seseorang datang kerumah dan menanyakan kepada perawat siapa yang datang.
Klien mengatakan tidak tahu komplikasi dari diabetes mellitus, penyebab dan
perawatan diabetes terutama pada luka yang ada dijari kaki sebelah kanannya.

g. Persepsi diri-pola konsepsi diri


Ny. S beranggapan bahwa ia mampu membiayai kebutuhan hidup. Ny. S
masih tetap semangat meskipun sudah tua dan suami tak dapat bekerja lagi. Ny.S
mengatakan tetangga-tetangganya sangat baik kepada mereka dan mau saling
membantu dengan sesama.

h. Pola peran-hubungan
Tn. Z mengatakan perannya sebagai ayah dan suami dikeluarga sangat
penting dan berharga meskipun istri saat ini sedang mengalami penyakit diabetes.
Dan Ny. S sebagai istri hanya bisa membantu untuk menjaga warung dirumah dan
mendapat penghasilan secukupnya, sedangkan An.A yang berperan sebagai anak
dan bekerja mengajar anak SMP dan mau membantu kedua orang tuanya untuk
melakukan aktivitas sehari-hari.

i. Sexualitas
Ny.S mempunyai 1 orang anak yang sudah dewasa dan belum menikah. Ny.S
sudah tidak pernah melakukan hubungan seksual lagi karena menderita penyakit
diabetes.

j. Koping-pola toleransi stress


Tn.Z mengatakan jika ada kesulitan dalam keluarga, masih mampu untuk
mengatasinya dengan cara bermusyawarah dengan anggota keluarga dirumah.

k. Nilai keyakinan
Ny.S menganut agama Islam dan percaya terhadap agam yang dianutnya.
Ny.S mengatakan selalu berdoa kepada Tuhan jika keluarga ada masalah.

6. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : compos mentis
b. TTV :
- TD : 130/80 mmhg
- T/P : 36,2o C/82 x/i
- RR : 20 x/i
c. BB/TB : 60 kg/155 cm
d. Kepala :
- Rambut : pendek, lurus dan hitam dan mulai memutih
- Mata : konjungtiva tidak anemis dan sklera tidak ikterik
- Telinga : bersih, tidak ada serumen
- Mulut : kotor dan terdapat karang gigi
- Gigi : tidak lengkap, sudah ada yang berlubang dan ompong
- Bibir : tampak lembab
- Dada : simetris dan tidak ada pembengkakan
- Abdomen : simetris, tidak terdapat nyeri tekan
- Kulit : berwarna sawo matang, dan tidak pucat
- Ekstremitas : simetris, dan kekuatan otot baik.

.1.2. Analisa data

No. Sign sympton Etiologi Problem


1. Ds : Gangguan Kerusakan
- Klien mengatakan ada luka metabolisme integritas kulit
pada ibu jari kaki sebelah
kanan yang tidak sembuh
sejak 3 bulan yang lalu. Luka
sudah diobati, namun sampai
sekarang luka tersebut tidak
sembuh-sembuh.
- Klien mengatakan setelah
mengetahui menderita
diabetes, klien mengurangi
makan-makanan yang manis.
- Klien mengatakan setiap
makan hanya menghabiskan ½
porsi karena takut gula darah
semakin naik.
Do :
- Ditemukan adanya luka pada
ibu jari kaki sebelah kanan
berwarna merah sekitar 2 cm.
- Klien tampak lemas dan sering
ngantuk.
- Berat badan klien menurun
dari 75 kg menjadi 60 kg.
- Mukosa mulut dan bibir klien
kering.
2. Ds : Penurunan Resiko terjadi
- Klien mengatakan mata ketajaman cedera
sebelah kiri tidak bisa melihat penglihatan
dengan jelas, pandangan kabur
terutama menjelang malam
hari.
- Klien mengatakan apabila
keluar ruangan atau jalan-jalan
di sekitar rumah harus
memegang dinding terlebih
dahulu sebagai sokongan.

Do :
- Klien tampak tidak tahu dan
tidak melihat dengan jelas
pada saat seseorang datang
kerumah dan menanyakan
kepada perawat siapa yang
datang.
- Klien
tampak berjalan sambil
memegang dinding atau pakai
tongkat.
- Penerang
an dalam ruangan dirumah Tn.
Z kurang terang pada siang
hari dikarenakan jendela
rumah jarang dibuka.
3. Ds : Ketidakmampuan Kurang
- Klien mengatakan mata keluarga pengetahuan
sebelah kiri tidak bisa melihat merawat anggota mengenai
dengan jelas, pandangan kabur keluarga yang penyakit
terutama menjelang malam sakit diabetes mellitus
hari.
- Klien mengatakan tidak tahu
komplikasi dari diabetes
mellitus, penyebab dan
perawatan diabetes terutama
pada luka yang ada dijari kaki
sebelah kanannya.

Do :
- Terdapat
luka pada ibu jari kaki sebelah
kanan berwarna merah sekitar
2 cm dan tidak sembuh sejak 3
bulan yang lalu. Luka sudah
diobati, namun belum bisa
sembuh sampai sekarang.
- Klien
tampak cemas dengan
kondisinya.
.2. Diagnosa keperawatan

Tanggal
No. Diagnosa keperawatan Paraf
Ditemukan Teratasi
1. Kerusakan integritas kulit 7 Desember 2015
berhubungan dengan gangguan
metabolik yang ditandai dengan
klien mengatakan ada luka pada ibu
jari kaki sebelah kanan yang tidak
sembuh sejak 3 bulan yang lalu.
Luka sudah diobati, namun sampai
sekarang luka tersebut tidak sembuh-
sembuh. Klien mengatakan setelah D
mengetahui menderita diabetes, klien E
mengurangi makan-makanan yang S
manis. Klien mengatakan setiap I
makan hanya menghabiskan ½ porsi
karena takut gula darah semakin Y
naik. Ditemukan adanya luka pada A
ibu jari kaki sebelah kanan berwarna N
merah sekitar 2 cm, klien tampak T
lemas dan sering ngantuk, berat I
badan klien menurun dari 75 kg
menjadi 60 kg, mukosa mulut dan
bibir klien kering.
2. Resiko terjadi cedera berhubungan 7 Desember 2015
dengan penurunan ketajaman
penglihatan yang ditandai dengan
klien mengatakan mata sebelah kiri
tidak bisa melihat dengan jelas,
pandangan kabur terutama menjelang
malam hari. Klien mengatakan
apabila keluar ruangan atau jalan-
jalan di sekitar rumah harus
memegang dinding terlebih dahulu
sebagai sokongan. Klien tampak
tidak tahu dan tidak melihat dengan
jelas pada saat seseorang datang
kerumah dan menanyakan kepada
perawat siapa yang datang. Klien
tampak berjalan sambil memegang D
dinding atau pakai tongkat. E
Penerangan dalam ruangan dirumah S
Tn.Z kurang terang pada siang hari I
dikarenakan jendela rumah jarang
dibuka. Y
3. Kurang pengetahuan mengenai 7 Desember 2015
A
penyakit diabetes mellitus
N
berhubungan dengan
T
ketidakmampuan keluarga merawat
I
anggota keluarga yang sakit yang
ditandai dengan klien mengatakan
mata sebelah kiri tidak bisa melihat
dengan jelas, pandangan kabur
terutama menjelang malam hari.
Klien mengatakan tidak tahu
komplikasi dari diabetes mellitus,
penyebab dan perawatan diabetes
terutama pada luka yang ada dijari
kaki sebelah kanannya. Terdapat
luka pada ibu jari kaki sebelah kanan
berwarna merah sekitar 2 cm dan
tidak sembuh sejak 3 bulan yang
lalu. Luka sudah diobati, namun
belum bisa sembuh sampai sekarang.
Klien tampak cemas dengan
kondisinya.
.3. Intervensi keperawatan

No. Diagnosa keperawatan NOC NIC Paraf


1. Kerusakan integritas Setelah dilakukan 1. Kaji pengetahuan
kulit berhubungan tindakan keperawatan klien mengenai
dengan gangguan 3x30 menit klien mampu adanya faktor resiko
metabolik. mempertahankan yang dapat
keutuhan kulit dan menyebabkan
mengatur pola makan kerusakan kulit.
secara adekuat dengan 2. Pantau warna, suhu,
kriteria: dan kelembapan kulit D
- Mukosa mulut dan pada klien. E
bibir tidak kering. 3. Identifikasi makanan S
- Berat badan dalam yang disenangi oleh I
batas normal. klien.
4. Libatkan keluarga Y
dalam perencanaan A
makan sesuai N
indikasi. T
5. Kolaborasi I
melakukan
pemeriksaan gula
darah.
2. Resiko terjadi cedera Setelah dilakukan 1. Ajarkan kepada
berhubungan dengan tindakan keperawatan keluarga untuk
penurunan ketajaman selama 3x30 menit, menyediakan
penglihatan. cedera tidak terjadi pada lingkungan yang
klien dengan kriteria: aman untuk pasien.
- Klien terbebas dari 2. Identifikasi
cedera kebutuhan keamanan
- Klien mampu pasien, sesuai dengan
menjelaskan cara kondisi fisik dan
untuk mencegah fungsi kognitif pasien
cedera dan riwayat penyakit
- Klien mampu terdahulu pasien.
menjelaskan manfaat 3. Ajarkan kepada
senam mata keluarga dan klien
- Klien mampu untuk menghindarkan
mendemonstrasikan lingkungan yang
senam mata berbahaya (misalnya
memindahkan
D
perabotan berbahaya,
E
kebersihan lantai
S
rumah dan kamar
I
mandi).
4. Ajarkan kepada
Y
keluarga untuk
A
memberikan
N
penerangan yang
T
cukup di dalam
I
rumah.
5. Jelaskan manfaat
senam mata.
6. Ajarkan gerakan
senam mata
3. Kurang pengetahuan Setelah dilakukan 1. Jelaskan pada klien
mengenai penyakit tindakan keperawatan penyebab diabetes
diabetes mellitus 1x30 menit keluarga mellitus.
berhubungan dengan dapat mengenal masalah 2. Jelaskan pada klien
ketidakmampuan kesehatan dengan tanda dan gejala
keluarga merawat kriteria: diabetes mellitus
anggota keluarga yang - Klien dapat 3. Jelaskan pada klien
sakit. menyebutkan komplikasi diabetes
penyebab diabetes mellitus yang dapat
mellitus. terjadi.
D
- Klien dapat 4. Jelaskan pada
E
menyebutkan tanda keluarga cara
S
dan gejala diabetes perawatan pada
I
mellitus. diabetes mellitus.
- Klien dapat
Y
menyebutkan
A
komplikasi diabetes
N
mellitus.
T
- Keluarga dapat
I
merawat anggota
keluarga yang sakit
diabetes mellitus.
.4. Implementasi dan evaluasi keperawatan

Tanggal Diagnosa keperawatan Jam Implementasi Evaluasi Paraf


7 Des 2015 Kerusakan integritas kulit 1. Mengucapkan salam kepada S : - Klien mengatakan sudah
berhubungan dengan pasien dan keluarga. mengetahui keadaan
gangguan metabolik. 2. Salam dijawab oleh pasien dan kulitnya.
keluarga. O : - Klien tampak merasa gatal
3. Menjelaskan tujuan yang akan dan sakit pada kulitnya
disampaikan pada klien. - Klien tidak menjawab
4. Mengkaji pengetahuan klien semua pertanyaan dengan
tentang keadaan kulit yang sempurna. D
tampak pada klien (lanjut A : Masalah belum teratasi. E
usia). P : Lanjutkan rencana tindakan. S
5. Mendiskusikan pada klien cara I
untuk mencegah kulit yang
pecah-pecah atau ada luka,
(klien mengatakan tidak
mampu melakukannya karena
tidaknya).
6. Memberi kesempatan pada
klien untuk bertanya apabila
ada materi yang belum jelas
(klien mengatakan sudah lupa
tentang cara mencegah kulit
pecah-pecah atau mengobati
luka yang sudah ada).
7. Menjelaskan kembali kepada Y
klien klien cara untuk A
mencegah kulit yang sudah N
kering. T
8. Memberi kesempatan klien I
untuk bertanya.
9. Menanyakan kembali kepada
klien tentang pengobatan luka
pada kulit-kulitnya (klien
menjawab dengan baik tetapi
tidak sempurna).
10. Memberi pujian atas
kemampuan klien
mendengar ,dan menjawab
sebagian pertanyaan dari
perawat.
11. Kontrak waktu kembali
dengan klien.
9 Des 2015 1. Menyampaikan salam, pasien S : - Klien mengatakan
menjawab. mengerti sedikit tentang
2. Membicarakan dengan penyakit yang dialaminya.
keluarga tentang ruangan dan O : - Klien hati-hati dan defektif D
lingkungan yang aman terhadap lingkungan dan E
terhadap resiko cedera ruangan. S
berhubungan dengan keadaan A : - Masalah belum teratasi. I
pasien. P : - Lanjutkan rencana
3. Memotivasi keluarga untuk tindakan
menuntun pasien dorongan dan
lingkungan.
4. Membicarakan
penatalaksanaan kenyamanan
rumah baik dari segi fasilitas
dan kondisi ruangan.
5. Mengidentifikasi tingkat
ketajaman penglihatan pasien
dengan uji lapangan pandang.
6. Merapikan ruangan dan
membantu keluarga untuk
Y
penataan ruangan yang aman
A
dari kondisi pasien.
N
7. Memotivasi pasien untuk
T
makan siang. Makanan habis 1
I
porsi.
8. Menganjurkan pasien untuk
istirahat siang. Pasien dapat
tidur dengan nyenyak.
9. Menganjurkan pasien dan
keluarga untuk perawatan diri.
11 Des 2015 1. Salam pembuka, S : - Klien mengatakan udah
mengingatkan dengan kontrak lupa ,lebih mudah
yang disepakati. mengingat yang dulu dari
2. Menjelaskan tujuan pertemuan pada penjelasan yang
dilakukan. disampaikan .
3. Mengakaji pengetahuan klien O : - Klien menceritakan
tentang kejadian-kejadian kejadian yang dulu kepada
dimasa lampau. perawat. D
4. Membantu mengembalikan A : - Masalah teratasi. E
daya ingat klien dengan P : - Lanjutkan rencana S
menunjukan gambar-gambar keperawatan I
atau album foto yang ada pada
keluarga. Y
5. Memberi kesempatan pada A
klien untuk menanyakan atau N
tehnik yang belum jelas (klien T
mengatakan lebih ingat dengan I
kejadian dulu daripada yang
sekarang, klien mudah lupa).
6. Menjelaskan pada klien bahwa
kejadian atau hal yang dialami
pada klien itu karena pengaruh
dari usia yang semakin
bertambah tua, dimana organ
tubuh sudah mulai menurun
fungsinya misalnya otak,
(klien mendengar dengan
antusias).
7. Menganjurkan klien agar tetap
melatih daya ingat.
8. Memberi motivasi kepada
keluarga dan klien.
9. Mengevaluasi tingkat
pengetahuan keluarga dan
klien tentang apa yang yang
sudah diberikan.
7 Des 2015 Resiko terjadi cedera 1. Mengucapkan salam kepada S : Klien mengatakn tidak ingat
berhubungan dengan pasien dan keluarga. tentang materi yang dijelskan.
penurunan ketajaman 2. Salam dijawab oleh pasien dan O : Klien tampak duduk santai
penglihatan. keluarga. disamping istri
3. Menjelaskan tujuan yang akan A : Masalah belum teratasi D
disampaikan pada klien. P : Lanjutkan tindakan keperawatan E
4. Memberi kesempatan pada S
klien untuk bertanya apabila I
ada materi yang belum jelas
(klien mengatakan sudah lupa
tentang cara mencegah kulit
pecah-pecah atau mengobati
luka yang sudah ada).
5. Menjelaskan kembali kepada
klien klien cara untuk
mencegah kulit yang sudah
kering.
6. Memberi kesempatan klien
untuk bertanya.
7. Memberi pujian atas
Y
kemampuan klien
A
mendengar ,dan menjawab
N
sebagian pertanyaan dari
T
perawat.
I
8. Kontrak waktu kembali
dengan klien.
9 Des 2015 1. Menyampaikan salam. S : - Klien mengatakan D
2. Pasien menjawab salam. mengerti sedikit tentang E
3. Membicarakan dengan masalah lantai yang kotor S
keluarga tentang ruangan dan dan licin. I
lingkungan yang aman O : - Klien tampak berjalan
terhadap resiko cedera dengan hati –hati karena
berhubungan dengan keadaan lantai rumah yang licin.
pasien. A : Masalah belum teratasi . Y
4. Menganjurkan pasien untuk P : Pertahankan rencana
A
istirahat siang. tindakan.
N
5. Pasien dapat tidur dengan
T
nyenyak.
I
6. Menganjurkan pasien dan
keluarga untuk perawatan diri.
11 Des 2015 1. Salam pembuka, S : - Klien dapat menjawab
mengingatkan dengan kontrak sedikit pertanyaan yang
yang disepakati. diberi.
2. Menjelaskan tujuan pertemuan O : - Klien tampak serius D
dilakukan. mendengar penjelasan E
3. Mengkaji pengetahuan klien perawat. S
tentang kejadian-kejadian A : Masalah teratasi. I
dimasa lampau . P : Lanjutkan rencana
4. Memberi kesempatan pada keperawatan.
klien untuk menanyakan atau -
tehknik yang belum jelas
(klien mengatakan lebih ingat
dengan kejadian dulu daripada
yang sekarang,klien mudah
lupa) Y
5. Memberi motivasi kepada A
keluarga dan klien. N
6. Mengevaluasi tingkat T
pengetahuan keluarga dan I
klien tentang apa yang yang
sudah diberikan.

7 Des 2015 Kurang pengetahuan 1. Mengucapkan salam dan S : Keluarga dan Ny.S hanya dapat
mengenai penyakit diabetes menjelaskan kegiatan hari ini menyebutkan tanda dan gejala D
mellitus berhubungan akan melakukan penyuluhan dari diabetes mellitus E
dengan ketidakmampuan tentang diabetes mellitus. sering BAK, banyak makan dan S
keluarga merawat anggota 2. Menjelaskan pada keluarga minum. I
keluarga yang sakit. dengan leaflet pengertian O : Keluarga dan Ny.S tampak
diabetes mellitus. memperhatikan saat diberikan
3. Menjelaskan pada keluarga penyuluhan dan
dengan leaflet tanda dan gejala mendemontrasikan diit untuk
diabetes mellitus. penderita DM.
4. Menjelaskan pada keluarga A : masalah belum teratasi, klien
dengan leaflet penyebab dan keluarga masih tampak
diabetes mellitus bingung terhadap penjelasan
5. Mendemontrasikan diityang perawat.
tepat untuk penderita diabetes P : 
mellitus - Anjurkan kepada Ny.S Y
6. Mendemontrasikan testurine untuk beristirahat yang A
dengan menggunakan cukup. N
glukotest. - Anjurkan kepada keluarga T
dalam memberikan I
makanan sesuai diit untuk
penderita diabetes mellitus.
BAB VI
PENUTUP

.1. Kesimpulan
Setelah dilakukan tahap-tahap pembuatan asuhan keperawatan pada lansia, penulis
mampu :
a. Melakukan pengkajian terhadap gerontik khususnya pada Ny.S dengan
gangguan diabetes melitus.
b. Menegakkan diagnosa keperawatan pada gerontik khususnya pada Ny.S dengan
gangguan diabetes melitus.
c. Menyusun rencana keperawatan pada gerontik khususnya pada Ny. S dengan
gangguan diabetes melitus.
d. Mengimplementasikan rencana keperawatan yang sudah disusun pada gerontik
khususnya pada Ny.S dengan gangguan diabetes melitus.
e. Mengevaluasi tindakan keperawatan pada gerontik khususnya pada Ny. S
dengan gangguan diabetes melitus.

.2. Saran
1. Semoga dengan dibuatnya asuhan keperawatan ini, mahasiswa dapat
mempergunakannya dalam menambah wawasan tentang asuhan keperawatan pada
gerontik.
2. Bagi mahasiswa diharapkan untuk memperdalam pengetahuan dalam menerapkan
asuhan keperawatan gerontik secara efektif dan efisien baik teoritis maupun di
dalam kasus.
3. Bagi Ny.S selaku sebagai klien agar dapat mengontrol penyakitnya seperti
mengurangi makanan yang banyak mengandung gula serta tidak melakukan
aktivitas yang berlebihan.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Dinkes Kota Semarang. 2010. Profil Kesehatan Kota Semarang. Semarang : Dinkes
Kota Semarang.

Fatmah. 2010. Gizi Usia Lanjut. Erlangga : Jakarta.

NANDA, 2005/2006, Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, Alih Bahasa Budi


Santosa, Prima Medika, NANDA.

Stanley, Mickey dan Patricia Gauntlett Beare. (2006). Buku Ajar Keperawatan
Gerontik, Edisi 2., Jakarta: EGC.

Tandra. (2007). Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.

WHO., 2008. Integrated Chronic Disease Prevention and Control. www.who.int.

Anda mungkin juga menyukai