D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
KELOMPOK 5
1. IYASSALWANI (160204104)
2. HIKMAH SIKUTIRO (160204105)
3. MILDA FAHMI (160204056)
4. REYNHAD MANURUNG (160204063)
5. THERESIA YUNI (160204016)
DOSEN PENGAJAR:
Ns. Agnes Marbun, S.Kep,M.Kep
RUANGAN:
4.2 PSIK
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Terapi Oksigen dan Perawatan pasien dengan menggunakan ventilator mekanik” tepat pada
waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Keperawatan Kritis.
Penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
Bapak/Ibu:
1. Parlindungan Purba, SH, MM, Selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara Indonesia
Medan.
2. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, Selaku Rektor Universitas Sari Mutiara
Indonesia Medan.
3. Ns.Taruli Rohana Sinaga, Sp.MKM , Selaku Dekan Fakultas Keperawatan
dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan.
4. Ns. Rinco Siregar, MNS, Selaku Ketua Program Studi Ners Fakultas
Keperawatan dan Kebidanan seklaigus dosen pembimbing lapangan
Universitas Sari Mutiara Indonesia.
5. Ns. Agnes Marbun, S.Kep, M.Kep sebagai dosen pengajar di Keperawatan
Kritis
6. Para dosen yang senantiasa sabar mengajar, mendidik dan membimbing
penulis selama menjadi mahasiswa Program Studi Ners Universitas Sari
Mutiara Indonesia.
7. Kepada teman-teman Mahasiswa/i Universitas Sari Mutiara Indonesia yang
telah banyak memberikan dukungan dan motivasi dalam penyusunan laporan
ini.
Penulis menyadari makalah banyak kekurangan yang harus di perbaiki, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak untuk
kesempurnaan makalah ini dan penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi kita
semua.
Kelompok 5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelayanan kesehatan pada masa kini sudah merupakan industri jasa kesehatan utama di
mana setiap rumah sakit bertanggung jawab terhadap penerima jasa pelayanan kesehatan.
Keberadaan dan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan ditentukan oleh nilai-nilai
dan harapan dari penerima jasa pelayanan tersebut. Di samping itu, penekanan pelayanan
kepada kualitas yang tinggi tersebut harus dapat dicapai dengan biaya yang dapat
dipertanggung-jawabkan. Dengan demikian, semua pemberi pelayanan ditekan untuk
menurunkan biaya pelayanan namun kualitas pelayanan dan kepuasan klien sebagai
konsumen masih tetap menjadi tolok ukur pelayanan kesehatan yang diberikan
(Nurachmah, 2001).
Ilmu perawatan kritis adalah bidang keperawatan dengan suatu fokus pada penyakit yang
kritis atau pasien yang tidak stabil. Perawat kritis dapat ditemukan bekerja pada
lingkungan yang luas dan khusus, seperti departemen keadaan darurat dan unit gawat
darurat (Wikipedia, 2013). Keperawatan kritis adalah keahlian khusus di dalam ilmu
perawatan yang menghadapi secara rinci dengan manusia yang bertanggung jawab atas
masalah yang mengancam jiwa. Perawat kritis adalah perawat profesional yang resmi
yang bertanggung jawab untuk memastikan pasien dengan sakit kritis dan keluarga-
keluarga mereka menerima kepedulian optimal (American Association of Critical-Care
Nurses).
Kritis adalah penilaian dan evaluasi secaracermat dan hati-hati terhadap suatu kondisi
krusial dalam rangka mencari penyelesaian/jalan keluar. Keperawatan kritis merupakan
salah satu spesialisasi di bidang keperawatan yang secara khusus menangani respon
manusia terhadap masalah yang mengancam hidup.Keperawatan kritis adalah suatu
bidang yang memerlukan perawatan pasien yang berkualitas tinggi dan konperhensif.
Untuk pasien yang kritis, waktu adalah vital. Proses keperawatan memberikan suatu
pendekatan yang sistematis, dimana perawat keperawatan kritis dapat mengevaluasi
masalah pasien dengan cepat. Proses keperawatan adalah susunan metode pemecahan
masalah yang meliputi pengkajian, analisa, perencanaan ,implementasi, dan evaluasi.
The American Asosiation of Critical care Nurses (AACN) menyusun standar proses
keperawatan sebagai asuhan keperawatan kritikal.
a. Kateter nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan O2 secara kontinu
dengan aliran 1 – 6 L/mnt dengan konsentrasi 24% - 44%.
- Keuntungan
Pemberian O2 stabil, klien bebas bergerak, makan dan berbicara, murah
dan nyaman serta dapat juga dipakai sebagai kateter penghisap.
- Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 yang lebih dari 45%, tehnik
memasuk kateter nasal lebih sulit dari pada kanula nasal, dapat terjadi
distensi lambung, dapat terjadi iritasi selaput lendir nasofaring, aliran
dengan lebih dari 6 L/mnt dapat menyebabkan nyeri sinus dan
mengeringkan mukosa hidung, kateter mudah tersumbat.
b. Kanula nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan O2 kontinu dengan
aliran 1 – 6 L/mnt dengan konsentrasi O2 sama dengan kateter nasal.
- Keuntungan Pemberian O2 stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan
teratur, mudah memasukkan kanul disbanding kateter, klien bebas makan,
bergerak, berbicara, lebih mudah ditolerir klien dan nyaman.
Kerugian
Kerugian system ini pada umumnya hampir sama dengan sungkup muka yang
lain pada aliran rendah.
2.3 Perawatan pasien dengan Ventilor
STANDAR
PROSEDUR Ditetapkanoleh
TanggalTerbit : Direktur,
OPERASIONAL
PENGERTIAN Perawatan rutin yang dilakukan pada pasien yang terpasang alat bantuan
pernafasan berupa ventilator
Tanda Tangan :
PENGERTIAN : Pemberian oksigen melalui alat nasal kanul atau masker. Nasal
kanul digunakan untuk memberikan oksigen konsentrasi (FiO2)
rendah (bila 24% berikan 1 liter/menit, bila 28% berikan 2
liter/menit, dan bila 35-40% mendapat 4-6 liter/menit). Face mask
digunakan untuk memberikan oksigen dengan konsentrasi lebih dari
nasal kanul (30-60%) pada 5-8 liter/menit
TUJUAN : 1. Mempertahankan dan memenuhi kebutuhan oksigen
2. Mencegah atau mengatasi hipoksia
KEBIJAKAN : Pasien dengan gangguan Oksigenasi
REFERENSI :
PRINSIP : 1. Jauhkan sumber oksigen dari api atau rokok
2. Jaga humidikasi/ kelembabanoksigen
3. Cegah terjadinya keracunan oksigen
PERALATAN : 1. Nasal kanul/ masker oksigen
2. Selang oksigen
3. Sumber oksigen dengan flowmeter
4. Cairan steril
5. Humidifier
6. Bengkok, plester, kassa pembersih
PROSEDUR : Tahap PraInteraksi
JUDUL:
Pemberian/Inhalasi Oksigen (Masker/sungkup muka
rebreathing dan nonrebreathing)
Tanggal terbit
Masker nonrebreathing:
1. klien gagal jantung yang tidak sadar dan membutuhkan
oksigen >70%
2. Klien menunjukkan tanda-tanda shock, dipsnea,
sianosis,apnea
3. Klien yang membutuhkan oksigen dengan kecepatan
aliran 8-12 liter/menit dan konsentrasi oksigen hingga
90%
Kontraindikasi Masker rebreathing:
Klien PPOK yang membutuhkan konsentrasi oksigen <60%
Masker nonrebreathing:
Klien PPOK dan mengalami muntah-muntah
Alat dan bahan 1. Set oksigen (tabung oksigen, oksigen, flowmeter,
humidifier)
2. Air steril
3. Plester non iritan
4. Masker rebreathing atau nonrebreathing (sesuai
kebutuhan dan ukuran)
5. Sarung tangan bersih
Prosedur 1. Ucapkan salam terapeutik
2. Lakukan evaluasi/validasi
3. Terangkan prosedur pada klien
4. Cuci tangan
5. Menggunakan sarung tangan bersih
6. Hubungkan selang oksigen ke humidifier dengan aliran
rendah, selang tidak tertekuk dan sambungan paten
7. Ada gelembung udara pada humidifier
8. Isi oksigen ke dalam kantong dengan cara menutup
lubang antara kantong dengan sungkup, terasa oksigen
keluar dari masker
9. Atur tali pengikat sungkup sehingga menutup dengan
rapat dan nyaman
10. Sesuaikan aliran oksigen,sehingga kantong akan terisi
saat ekspirasi dan hampir kuncup waktu inspirasi
11. Mengarahkan masker ke wajah klien dan pasang dari
hidung ke bawah
12. Lingkarkan karet sungkup pada kepala klien agar
sungkup muka tidak lepas
13. Alirkan oksigen (sesuai kebutuhan)
14. Periksa masker, aliran oksigen setiap 2 jam (sesuai
kondisi dan keadaan umum pasien)
15. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
Dokumentasi Catat segala tindakan yang dilakukan, Catat tanggal dan
waktu pelaksanaan prosedur, Catat hasil pengkajian (respon
klien setelah diberikan oksigen, kecepatan aliran oksigen)
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sebelum dibuat rencana tidakan, terlebih dahulu memprioritaskan masalah.
Prioritas masalah dibuat berdasarkan pada ancaman/risiko ancaman hidup (cth:
penurunan curah jantung, defisit volume cairan, bersihan jalan napas tdk efektif,
gg prtukaran gas, pola napas tdk efektif, inefektif perfusi jaringan (cerebral,
ginjal, abdomen)).
Dx keperawatan dibuat untuk meningkatkan keamanan, kenyamanan (cth:
risiko ketidakseimbangan cairan, risiko infeksi, risiko trauma) dan diagnosa
keperawatan untuk mencegah komplikasi (spt risiko gg integritas kulit). Yg
terakhir adalah mengidentifikasi diagnosa syndrome (cth: defisit perawatan diri).
Perencanaan tindakan mencakup 4 unsur kegiatan:
Observasi/monitoring
Terapi keperawatan
Pendidikan
Terapi kolaboratif.
Pertimbangan lain adalah kemampuan utk melaksanakan rencana dilihat dari
keterampilan perawat, fasilitas, kebijakan, dan standar operasional prosedur.
Perencanaan tindakan perlu pula diprioritaskan dgn perencanaan ini untuk
membuat efisiensi sumber-sumber, mengukur kemampuan perawat dan
mengoptimalkan penyelesaian masalah. Perawatan harus dibut berdasarkan pada
parameter yg objektif dan jelas.
4.2 Saran