Anda di halaman 1dari 15

KEPERAWATAN KRITIS

TERAPI OKSIGEN DAN PERAWATAN PASIEN DENGAN MENGGUNAKAN


VENTILATOR MEKANIK

D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
KELOMPOK 5
1. IYASSALWANI (160204104)
2. HIKMAH SIKUTIRO (160204105)
3. MILDA FAHMI (160204056)
4. REYNHAD MANURUNG (160204063)
5. THERESIA YUNI (160204016)

DOSEN PENGAJAR:
Ns. Agnes Marbun, S.Kep,M.Kep

RUANGAN:
4.2 PSIK

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN
2019/ 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Terapi Oksigen dan Perawatan pasien dengan menggunakan ventilator mekanik” tepat pada
waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Keperawatan Kritis.

Penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
Bapak/Ibu:
1. Parlindungan Purba, SH, MM, Selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara Indonesia
Medan.
2. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, Selaku Rektor Universitas Sari Mutiara
Indonesia Medan.
3. Ns.Taruli Rohana Sinaga, Sp.MKM , Selaku Dekan Fakultas Keperawatan
dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan.
4. Ns. Rinco Siregar, MNS, Selaku Ketua Program Studi Ners Fakultas
Keperawatan dan Kebidanan seklaigus dosen pembimbing lapangan
Universitas Sari Mutiara Indonesia.
5. Ns. Agnes Marbun, S.Kep, M.Kep sebagai dosen pengajar di Keperawatan
Kritis
6. Para dosen yang senantiasa sabar mengajar, mendidik dan membimbing
penulis selama menjadi mahasiswa Program Studi Ners Universitas Sari
Mutiara Indonesia.
7. Kepada teman-teman Mahasiswa/i Universitas Sari Mutiara Indonesia yang
telah banyak memberikan dukungan dan motivasi dalam penyusunan laporan
ini.
Penulis menyadari makalah banyak kekurangan yang harus di perbaiki, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak untuk
kesempurnaan makalah ini dan penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi kita
semua.

Medan, 19 November 2019

Kelompok 5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelayanan kesehatan pada masa kini sudah merupakan industri jasa kesehatan utama di
mana setiap rumah sakit bertanggung jawab terhadap penerima jasa pelayanan kesehatan.
Keberadaan dan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan ditentukan oleh nilai-nilai
dan harapan dari penerima jasa pelayanan tersebut. Di samping itu, penekanan pelayanan
kepada kualitas yang tinggi tersebut harus dapat dicapai dengan biaya yang dapat
dipertanggung-jawabkan. Dengan demikian, semua pemberi pelayanan ditekan untuk
menurunkan biaya pelayanan namun kualitas pelayanan dan kepuasan klien sebagai
konsumen masih tetap menjadi tolok ukur pelayanan kesehatan yang diberikan
(Nurachmah, 2001).

Ilmu perawatan kritis adalah bidang keperawatan dengan suatu fokus pada penyakit yang
kritis atau pasien yang tidak stabil. Perawat kritis dapat ditemukan bekerja pada
lingkungan yang luas dan khusus, seperti departemen keadaan darurat dan unit gawat
darurat (Wikipedia, 2013). Keperawatan kritis adalah keahlian khusus di dalam ilmu
perawatan yang menghadapi secara rinci dengan manusia yang bertanggung jawab atas
masalah yang mengancam jiwa. Perawat kritis adalah perawat profesional yang resmi
yang bertanggung jawab untuk memastikan pasien dengan sakit kritis dan keluarga-
keluarga mereka menerima kepedulian optimal (American Association of Critical-Care
Nurses).

Kritis adalah penilaian dan evaluasi secaracermat dan hati-hati terhadap suatu kondisi
krusial dalam rangka mencari penyelesaian/jalan keluar. Keperawatan kritis merupakan
salah satu spesialisasi di bidang keperawatan yang secara khusus menangani respon
manusia terhadap masalah yang mengancam hidup.Keperawatan kritis adalah suatu
bidang yang memerlukan perawatan pasien yang berkualitas tinggi dan konperhensif.
Untuk pasien yang kritis, waktu adalah vital. Proses keperawatan memberikan suatu
pendekatan yang sistematis, dimana perawat keperawatan kritis dapat mengevaluasi
masalah pasien dengan cepat. Proses keperawatan adalah susunan metode pemecahan
masalah yang meliputi pengkajian, analisa, perencanaan ,implementasi, dan evaluasi.
The American Asosiation of Critical care Nurses (AACN) menyusun standar proses
keperawatan sebagai asuhan keperawatan kritikal.

1.2 Tujuan Penulisan


Untuk mengetahui tentang terapi oksigen dan perawatan pada pasien dengan ventilator
mekanik
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Definisi Terapi Oksigen


Oksigen (O2) merupakan salah satu komponen gas dan unsure vital dalam proses
metabolisme, untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh. Secara
normal elemen ini iperoleh dengan cara menghirup udara ruangan dalam setiap kali
bernafas. Penyampaian O2 ke jaringan tubuh ditentukan oleh interaksi system respirasi,
kardiovaskuler dan keadaan hematologis. Adanya kekurangan O2 ditandai dengan
keadaan hipoksia, yang dalam proses lanjut dapat menyebabkan kematian jaringan
bahkan dapat mengancam kehidupan.
Klien dalam situasi demikian mengharapkan kompetensi perawat dalaam mengenal
keadaan hipoksemia dengan segera untuk mengatasi masalah. Pemberian terapi O2
dalam asuhan keperawatan, memerlukan dasar pengetahuan tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi masuknya O2 dari atmosfir hingga sampai ke tingkat sel melalui alveoli
paru dalam proses respirasi. Berdasarkan hal tersebut maka perawat harus memahami
indikasi pemberian O2, metode pemberian O2 dan bahaya-bahaya pemberian O2.
Terapi O2 merupakan salah satu dari terapi pernafasan dalam mempertahankan
okasigenasi jaringan yang adekuat. Secara klinis tujuan utama pemberian O2 adalah (1)
untuk mengatasi keadaan Hipoksemia sesuai dengan hasil Analisa Gas Darah, (2) untuk
menurunkan kerja nafas dan meurunkan kerja miokard.
Syarat-syarat pemberian O2 meliputi : (1) Konsentrasi O2 udara inspirasi dapat
terkontrol, (2) Tidak terjadi penumpukan CO2, (3) mempunyai tahanan jalan nafas yang
rendah, (4) efisien dan ekonomis, (5) nyaman untuk pasien. Dalam pemberian terapi O2
perlu diperhatikan “Humidification”.
Hal ini penting diperhatikan oleh karena udara yang normal dihirup telah mengalami
humidfikasi sedangkan O2 yang diperoleh dari sumber O2 (Tabung) merupakan udara
kering yang belum terhumidifikasi, humidifikasi yang adekuat dapat mencegah
komplikasi pada pernafasan.
Berdasarkan tujuan terapi pemberian O2 yang telah disebutkan, maka adapun indikasi
utama pemberian O2 ini adalah sebagai berikut : (1) Klien dengan kadar O2 arteri rendah
dari hasil analisa gas darah, (2) Klien dengan peningkatan kerja nafas, dimana tubuh
berespon terhadap keadaan hipoksemia melalui peningkatan laju dan dalamnya
pernafasan serta adanya kerja otot-otot tambahan pernafasan, (3) Klien dengan
peningkatan kerja miokard, dimana jantung berusaha untuk mengatasi gangguan O2
melalui peningkatan laju pompa jantung yang adekuat.
Berdasarkan indikasi utama diatas maka terapi pemberian O2 dindikasikan kepada klien
dengan gejal : (1) sianosis, (2) hipovolemi, (3) perdarahan, (4) anemia berat, (5)
keracunan CO, (6) asidosis, (7) selama dan sesudah pembedahan, (8) klien dengan
keadaan tidak sadar.

2.2 Metode pemberian Terapi Oksigen


2.2.1 Sistem Aliran Rendah
Tehnik system aliran rendah diberikan untuk menambah konsentrasi udara
ruangan. Tehnik ini menghasilkan FiO2 yang bervariasi tergantung pada tipe
pernafasan dengan patokan volume tidal pasien. Pemberian O2 sistem aliran
rendah ini ditujukan untuk klien yang memerlukan O2 tetapi masih mampu
bernafas dengan pola pernafasan normal, misalnya klien dengan Volume Tidal
500 ml dengan kecepatan pernafasan 16 – 20 kali permenit. Contoh system aliran
rendah ini adal;ah : (1) kataeter naal, (2) kanula nasal, (3) sungkup muka
sederhana, (4) sungkup muka dengan kantong rebreathing, (5) sungkup muka
dengan kantong non rebreathing. Keuntungan dan kerugian dari masing-masing
system :

a. Kateter nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan O2 secara kontinu
dengan aliran 1 – 6 L/mnt dengan konsentrasi 24% - 44%.
- Keuntungan
Pemberian O2 stabil, klien bebas bergerak, makan dan berbicara, murah
dan nyaman serta dapat juga dipakai sebagai kateter penghisap.

- Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 yang lebih dari 45%, tehnik
memasuk kateter nasal lebih sulit dari pada kanula nasal, dapat terjadi
distensi lambung, dapat terjadi iritasi selaput lendir nasofaring, aliran
dengan lebih dari 6 L/mnt dapat menyebabkan nyeri sinus dan
mengeringkan mukosa hidung, kateter mudah tersumbat.

b. Kanula nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan O2 kontinu dengan
aliran 1 – 6 L/mnt dengan konsentrasi O2 sama dengan kateter nasal.
- Keuntungan Pemberian O2 stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan
teratur, mudah memasukkan kanul disbanding kateter, klien bebas makan,
bergerak, berbicara, lebih mudah ditolerir klien dan nyaman.

- Kerugian Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 lebih dari 44%, suplai


O2 berkurang bila klien bernafas lewat mulut, mudah lepas karena
kedalam kanul hanya 1 cm, mengiritasi selaput lendir.

c. Sungkup muka sederhana


Merupakan alat pemberian O2 kontinu atau selang seling 5 – 8 L/mnt dengan
konsentrasi O2 40 – 60%.
- Keuntungan Konsentrasi O2 yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau
kanula nasal, system humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan
sungkup berlobang besar, dapat digunakan dalam pemberian terapi
aerosol.

- Kerugian Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 kurang dari 40%, dapat


menyebabkan penumpukan CO2 jika aliran rendah.

d. Sungkup muka dengan kantong rebreathing


Suatu tehinik pemberian O2 dengan konsentrasi tinggi yaitu 60 – 80% dengan
aliran 8 – 12 L/mnt
- Keuntungan Konsentrasi O2 lebih tinggi dari sungkup muka sederhana,
tidak mengeringkan selaput lendir

- Kerugian Tidak dapat memberikan O2 konsentrasi rendah, jika aliran


lebih rendah dapat menyebabkan penumpukan CO2, kantong O2 bisa
terlipat.

e. Sungkup muka dengan kantong non rebreathing


Merupakan tehinik pemberian O2 dengan Konsentrasi O2 mencapai 99%
dengan aliran 8 – 12 L/mnt dimana udara inspirasi tidak bercampur dengan
udara ekspirasi
- Keuntungan : Konsentrasi O2 yang diperoleh dapat mencapi 100%, tidak
mengeringkan selaput lendir.

- Kerugian Kantong O2 bisa terlipat.


2.2.2 Sistem Aliran Tinggi
Suatu tehnik pemberian O2 dimana FiO2 lebih stabil dan tidak dipengaruhi oleh
tipe pernafasan, sehingga dengan tehnik ini dapat menambahkan konsentrasi O2
yang lebihtepat dan teratur. Adapun contoh tehnik system aliran tinggi yaitu
sungkup muka dengan ventury. Prinsip pemberian O2 dengan alat ini yaitu gas
yang dialirkan dari tabung akan menuju ke sungkup yang kemudian akan
dihimpit untuk mengatur suplai O2 sehingga tercipta tekanan negatif, akibatnya
udaraluar dapat diisap dan aliran udara yang dihasilkan lebih banyak. Aliran
udara pada alat ini sekitas 4 – 14 L/mnt dengan konsentrasi 30 – 55%.
Keuntungan
Konsentrasi O2 yang diberikan konstan sesuai dengan petunjuk pada alat dan
tidak dipengaruhi perubahan pola nafas terhadap FiO2, suhu dan kelembaban
gas dapat dikontrl serta tidak terjadi penumpukan CO2.

Kerugian
Kerugian system ini pada umumnya hampir sama dengan sungkup muka yang
lain pada aliran rendah.
2.3 Perawatan pasien dengan Ventilor

STANDAR

PROSEDUR Ditetapkanoleh
TanggalTerbit : Direktur,

OPERASIONAL

PENGERTIAN Perawatan rutin yang dilakukan pada pasien yang terpasang alat bantuan
pernafasan berupa ventilator

TUJUAN Sebagian acuan penerapan langkah-langkah perawatan pasien yang terpasang


ventilator

KEBIJAKAN 1. SK Direktur Tentang Kebijakan Umum Pelayanan Rumah Sakit


2. SK Direktur Tentang Kebijakan Pasien Risiko Tinggi Rumah Sakit
3. SK Direktur Tentang Pedoman Pelayanan dan Penggorganisasian Unit
Perawatan Intensif Rumah Sakit

PROSEDUR 1. Perawat memperkenalkan diri dan mengucapkan salam.


2. Perawat melakukan identifikasi pasien.
3. Perawat melakukan kebersihan tangan.
4. Perawat menjaga privasi pasien.
5. Perawat melakukan pemantauan oksigenisasi/ventilasi pasien:
a. Mengkaji suara nafas dengan auskultasi paru kiri dan kanan apakah
kualitasnya sama setiap jam
b. Melakukan suction sesuai dengan indikasi.
c. Memberikan oksigen 100% (tekan menu suction pada ventilator) saat
akan melakukan suction.
d. Memantau air way dan tidal volume pasien setiap jam.
e. Memberikan nebulizer sesuai order dokter yang tertulis di daftar obat
f. Memantau saturasi O2 dan CO2 di dalam monitor setiap jam
g. Melakukan pemeriksaan analisa gas darah setiap pagi dan atau sesuai
indikasi.
h. Mengkaji keefektifan ventilator dan pola nafas pasien setiap jam
i. Mencatat kedalaman endotracheal pada posisi batas bibir setiap shift
j. Mengembangkan cuff dengan cuff inflator dan berikan tekanan < 25
mmHg setelah intubasi
k. Melakukan thorax foto untuk mengevaluasi posisi tube endotrakheal
setelah intubasi dan 3 – 5 hari atau setelah pasang ventilator/sesuai
indikasi.
l. Melakukan chest fisioterapi dan clapping punggung bila tidak ada
kontra indikasi 3 kali sehari
6. Perawat memantau sirkulasi:
a. Memantau perubahan hemodinamik (BP,HR,CVP,Saturasi) dan
memonitor gambaran EKG setiap jam
b. Mengbservasi akral pada tangan dan kaki setiap jam
7. Perawat memantau cairan dan elektrolit:
a. Monitor dan berikan cairan parenteral sesuai indikasi.
b. Monitor intake dan out put /balans cairan tiap jam.
c. Cek elektrolit dalam darah setiap pagi dan atau sesuai indikasi.
d. Buang urine setiap 2-3 jam
8. Perawat melakukan mobilisasi dengan memberikan posisi kepala elevasi
30˚- 40˚ dan merubah posisi pasien miring kanan, kiri dan telentang setiap
2 – 4 jam bila tidak ada kontra indikasi.
9. Perawat mencegah dekubitus dengan memasang kasur anti dekubitus dan
memastikan harus mengembang dengan baik
10. Perawat memberikan nutrisi enteral sesuai dengan indikasi dan kolaborasi
dengan dokter.
11. Perawat menjaga kenyamanan dengan memberikan obat-obat
analgesia/sedasi sesuai indikasi dan program dari dokter intensivis
12. Perawat memfasilitasi kebutuhan psikososial;
a. Memfasilitasi pasien sadar untuk berkomunikasi dengan cara menulis
di kertas.
b. Menjelaskan kepada pasien jadwal harian yang akan dilakukan dan
menganjurkan pasien untuk berpartisipasi dalam jadwal
harian(personal hygiene) pagi dan sore
c. Menjelaskan ke pasien tentang tujuan pemasangan ventilator, prosedur
suction, program penyapihan dan extubasi/pelepasan alat ventilator.
13. Perawat mencatat semua tindakan yang dilakukan di form catatan
perkembangan terintegrasi

UNIT TERKAIT 1. Unit Perawatan Intensif


2. SMF
3. Layanan Tekhnik
BAB III
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR
PEMASANGAN OKSIGEN NASAL
KANUL DAN FACE MASK
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit:
Halaman :

Tanda Tangan :

PENGERTIAN : Pemberian oksigen melalui alat nasal kanul atau masker. Nasal
kanul digunakan untuk memberikan oksigen konsentrasi (FiO2)
rendah (bila 24% berikan 1 liter/menit, bila 28% berikan 2
liter/menit, dan bila 35-40% mendapat 4-6 liter/menit). Face mask
digunakan untuk memberikan oksigen dengan konsentrasi lebih dari
nasal kanul (30-60%) pada 5-8 liter/menit
TUJUAN : 1. Mempertahankan dan memenuhi kebutuhan oksigen
2. Mencegah atau mengatasi hipoksia
KEBIJAKAN : Pasien dengan gangguan Oksigenasi
REFERENSI :
PRINSIP : 1. Jauhkan sumber oksigen dari api atau rokok
2. Jaga humidikasi/ kelembabanoksigen
3. Cegah terjadinya keracunan oksigen
PERALATAN : 1. Nasal kanul/ masker oksigen
2. Selang oksigen
3. Sumber oksigen dengan flowmeter
4. Cairan steril
5. Humidifier
6. Bengkok, plester, kassa pembersih
PROSEDUR : Tahap PraInteraksi

1. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada


2. Mencuci tangan
3. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar
Tahap Orientasi

1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik


2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/pasien
3. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
Tahap Kerja

1. Berikan salam terapeutik


2. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan dan tujuannya
3. Siapkan alat sesuai kebutuhan prosedur dan dekatkan kesamping
tempat tidur klien
4. Kaji fungsi pernafasan klien, adanya tanda hipoksia, dan hasil
analisis gas darahn klien
5. Kaji kondisi mulut dan hidung klien (bila kotor, bersihkan)
6. Pastikan tabung humidifier terisi cairan secara adekuat
7. Sambungkan nasal kanul/masker ke selang oksigen dan
kesumber oksigen yang sudah dihumidifikasi
8. Berikan oksigen sesuai dengan program terapi
9. Pastikan oksigen mengalir dengan baik ke klien
10. Beri fiksasi pada kanula
11. Cek kanul/face mask, humidifier, & sumber oksigen tiap 8 jam
12. Pertahankan level air pada botol humidifier setiap waktu
Tahap Terminasi

1. Melakukan evaluasi tindakan


2. Berpamitan dengan klien
3. Membereskan alat-alat
4. Mencuci tangan
Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
Standar Operasional Prosedur (SOP)

JUDUL:
Pemberian/Inhalasi Oksigen (Masker/sungkup muka
rebreathing dan nonrebreathing)

Tanggal terbit

Pengertian Pemberian/Inhalasi oksigen merupakan cara pemberian


oksigen ke dalam paru-paru melalui saluran pernapasan
dengan menggunakan alat bantu oksigen (Hidayat & Uliyah,
2005).
Tujuan 1. Memenuhi kebutuhan oksigen (mempertahankan PaO2>
60 mmHg atau SaO2> 90%)
2. Mencegah terjadinya hipoksia
Indikasi Masker rebreathing:
1. Klien hipoksia dengan dispneu, apneu, dan sianosis.
2. Perfusi jaringan adekuat
3. Klien yang membutuhkan oksigen dengan kecepatan
aliran 8-12 liter/menit dan konsentrasi oksigen sebesar
60%-80%

Masker nonrebreathing:
1. klien gagal jantung yang tidak sadar dan membutuhkan
oksigen >70%
2. Klien menunjukkan tanda-tanda shock, dipsnea,
sianosis,apnea
3. Klien yang membutuhkan oksigen dengan kecepatan
aliran 8-12 liter/menit dan konsentrasi oksigen hingga
90%
Kontraindikasi Masker rebreathing:
Klien PPOK yang membutuhkan konsentrasi oksigen <60%
Masker nonrebreathing:
Klien PPOK dan mengalami muntah-muntah
Alat dan bahan 1. Set oksigen (tabung oksigen, oksigen, flowmeter,
humidifier)
2. Air steril
3. Plester non iritan
4. Masker rebreathing atau nonrebreathing (sesuai
kebutuhan dan ukuran)
5. Sarung tangan bersih
Prosedur 1. Ucapkan salam terapeutik
2. Lakukan evaluasi/validasi
3. Terangkan prosedur pada klien
4. Cuci tangan
5. Menggunakan sarung tangan bersih
6. Hubungkan selang oksigen ke humidifier dengan aliran
rendah, selang tidak tertekuk dan sambungan paten
7. Ada gelembung udara pada humidifier
8. Isi oksigen ke dalam kantong dengan cara menutup
lubang antara kantong dengan sungkup, terasa oksigen
keluar dari masker
9. Atur tali pengikat sungkup sehingga menutup dengan
rapat dan nyaman
10. Sesuaikan aliran oksigen,sehingga kantong akan terisi
saat ekspirasi dan hampir kuncup waktu inspirasi
11. Mengarahkan masker ke wajah klien dan pasang dari
hidung ke bawah
12. Lingkarkan karet sungkup pada kepala klien agar
sungkup muka tidak lepas
13. Alirkan oksigen (sesuai kebutuhan)
14. Periksa masker, aliran oksigen setiap 2 jam (sesuai
kondisi dan keadaan umum pasien)
15. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
Dokumentasi Catat segala tindakan yang dilakukan, Catat tanggal dan
waktu pelaksanaan prosedur, Catat hasil pengkajian (respon
klien setelah diberikan oksigen, kecepatan aliran oksigen)

Prinsip pemberian oksigen dengan masker rebreathing:


1. Mengalirkan oksigen dengan konsentrasi 60%-80%
2. Volume aliran  8-12 liter/menit
3. Terdapat kantung reservoir untuk meningkatkan FiO2

Prinsip pemberian oksigen dengan masker nonrebreathing:


1. Mengalirkan oksigen dengan konsentrasi mencapai 99%
2. Volume aliran 10-12 liter/menit
3. Terdapat kantung reservoir untuk meningkatkan FiO2 dan dua katup untuk menampung
oksigen

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sebelum dibuat rencana tidakan, terlebih dahulu memprioritaskan masalah.
Prioritas masalah dibuat berdasarkan pada ancaman/risiko ancaman hidup (cth:
penurunan curah jantung, defisit volume cairan, bersihan jalan napas tdk efektif,
gg prtukaran gas, pola napas tdk efektif, inefektif perfusi jaringan (cerebral,
ginjal, abdomen)).
Dx keperawatan dibuat untuk meningkatkan keamanan, kenyamanan (cth:
risiko ketidakseimbangan cairan, risiko infeksi, risiko trauma) dan diagnosa
keperawatan untuk mencegah komplikasi (spt risiko gg integritas kulit). Yg
terakhir adalah mengidentifikasi diagnosa syndrome (cth: defisit perawatan diri).
Perencanaan tindakan mencakup 4 unsur kegiatan:
 Observasi/monitoring
 Terapi keperawatan
 Pendidikan
 Terapi kolaboratif.
Pertimbangan lain adalah kemampuan utk melaksanakan rencana dilihat dari
keterampilan perawat, fasilitas, kebijakan, dan standar operasional prosedur.
Perencanaan tindakan perlu pula diprioritaskan dgn perencanaan ini untuk
membuat efisiensi sumber-sumber, mengukur kemampuan perawat dan
mengoptimalkan penyelesaian masalah. Perawatan harus dibut berdasarkan pada
parameter yg objektif dan jelas.

4.2 Saran

Anda mungkin juga menyukai