Disusun Oleh :
1. Nur’Aini 1910701001
2. Anggita Astagina 1910701003
3. Mira Santia 1910701011
4. Sapna Santika 1910701020
5. Aulia Nurshafira Rahayu 1910701032
6. Anisa Amelia 1910701033
7. Dewy Indarty Putry 1910701036
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Kasus 1 Gizi Buruk pada Lansia”
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang kasus 1 gizi buruk pada lansia
ini dapat memberikan manfaat terhadap pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Prevalensi Gizi Buruk Pada Lansia........................................................3
2.2 Pengertian Gizi Buruk............................................................................4
2.3 Etiologi Gizi Buruk................................................................................6
2.4 Komplikasi Gizi Buruk..........................................................................6
2.5 Asuhan Keperawatan Kasus...................................................................8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................16
3.2 Saran.......................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Prevalensi gizi buruk pada lansia
2. Pengertian gizi buruk
3. Etiologi gizi buruk
4. Komplikasi gizi buruk
5. Asuhan keperawatan kasus
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
zat gizi yang lain serta kualitas hidup penduduk lansia dan lansia yang
menderita malnutrisi. (Indraswari, Thaha dan Jafar, 2012).
Adapun masalah gizi yang sering terjadi pada lansia salah satunya masalah
gizi kurang. Status gizi lansia yang abnormal dapat terjadi karena adanya
perubahan-perubahan yaitu penurunan air liur, kultus dalam menelan, dan
menunda pengosongan perut dan kerongkongan serta menurunkan gastroin
yaitu gerakan testinal dimana masalah ini dapat mempengaruhi nutrisi dan
sebagai salah satu yang paling penting dalam pemeliharaan ksehatan sehingg
ahasilnya yaitu lansia termaksud kelompok yang berpotensi rentang resiko
kekurangan gizi. (Albhogasem Gorji et al, 2017).
Status gizi ialah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat. Status gizi seseorang dapat ditemukan oleh beberapa
pemeriksaan gizi. Pemeriksaan actual gizi yang memberikan data paling
meyakinkan tentang keadaan actual gizi seseorang. Bagi lansia, pengukuran
dan penentuan status gizi pada lansia ialah dengan menggunakan indeks masa
tubuh (IMT) dan mini nutrional assessment (MNA), dan MNA ini ialah salah
satu alat ukur yang digunakan untuk screening status gizi pada lansia.
4
disebabkan oleh penurunan resptor opioid dan opioid endogen pada otak,
sehingga hal ini menurunkan kapasitas serja dari sel tersebut dimana sel-sel
itu berperan pada hasrat atau keinginan seseorang tersebut terhadap makanan.
Hasil survey the nutrion diet and nutrion survey menunjukan bahwa akibat
proses menua, lanjut usia yang berusia 65 tahun atau lebih mengalami
penurunan jumlah gigi.
Selain itu penurunan kemampuan mengunyah juga dijumpai pada populasi
tersebut. Kedua hal tersebut berkontribusi pada intake nutrisi oral lanjut usia
yang berdampak pada kondisi mikronutrien seperti kadar kalsium, zat besi,
vit A,B,C,E. (Nurfanti, 2016). Menurut salah satu peneliatan bernama
Koswara ditahun 2007 tentang masalah kesehatan yang dihadapi oleh lansia
berkaitan erat dengan menurunnya aktifitas fisiologis tubuhnya. Konsumsi
pangan yang kurang seimbang akan memperburuk kondisi lansia yang secar
alami memang sudah menurun.
Kebutuhan gizi lansia pada umumnya lebih rendah karena adanya penurunan
metabolisme basal dan kemunduran fungsi tubuh yang lain. Gizi kurang
sering disebabkan oleh masalah social dan ekonomi dan juga karean
gangguan penyakit, bila konsumsi kalori yang terlalu rendah dari yang
dibutuhkan maka berat badan kurang dari normal. Apabila hal ini disertai
dengan kekurangan protein maka akan terjadi rambut rontok, dan daya tahan
tubuh menurun. (Pesisir, 2009).
Peneliti bernama Muis mengatakan bahwa terjadinya kekurangan gizi pada
lansia karena sebab-sebab primer meliputi ketidaktahuan, isolasi social, hidup
seorang diri, kehilangan pasangan hidup, gangguan fisik, gangguan indera,
gangguan mental serta kemiskinan sehingga kurangnya asupan makanan.
Sebab-sebab sekunder meliputi malabsorbsi, penggunaan obat-obatan,
peningkatan kebutuhan zat gizi serta alkoholisme sehingga factor-faktor
tersebut dapat menyebbakan malnutrisi pada lansia dan jika bergabung maka
akan mengakibatkan keburukan nutrisi sehingga dapat membahayakan status
kesehatan mereka. (Indraswari, Thaha dan Jafar, 2012).
5
2.3 Etiologi Gizi Buruk
Penyebab kurang gizi dapat bersifat primer, yaitu apabila kebutuhan individu
yang sehat akan protein, energi, atau keduanya, tidak dipenuhi oleh makanan
yang adekuat, atau sekunder, akibat adanya penyakit yang dapat
menyebabkan asupan kurang optimal, gangguan penyerapan, dan peningkatan
kebutuhan karena terjadi kehilangan zat gizi atau keadaan stres (Alpers,
2006).
Faktor risiko terjadinya malnutrisi pada usia lanjut adalah selera makan
rendah, gangguan gigi geligi, disfagia, gangguan fungsi pada indera
penciuman dan pengecap, pernapasan, saluran cerna, neurologi, infeksi, cacat
fisik, dan penyakit lain seperti kanker. Kurangnya pengetahuan mengenai
asupan makanan yang baik bagi usia lanjut, kesepian karena terpisah dari
sanak keluarga dan kemiskinan juga menentukan status gizi usia lanjut.
Adanya factor psikologis seperti depresi, kecemasan, demensia memiliki
dampak dalam menentukan asupan makanan dan zat gizi usia lanjut.
6
Anemia defisiensi vitamin B12 dan folat pada lansia bisa disebabkan
karena kebiasaan mengonsumsi alkohol berlebih. Selain itu, konsumsi
obat-obatan seperti antikejang dan methotrexate juga bisa menjadi
penyebab kondisi ini.
2. Penurunan fungsi otak
Tidak bisa dipungkiri, penuaan membuat fungsi tubuh mengalami
penurunan secara alamiah. Salah satu fungsi tubuh yang menurun tersebut
adalah otak. Akan tetapi, penurunan fungsi otak juga bisa saja terjadi
akibat malnutrisi. Otak memerlukan asupan nutrisi setiap hari agar dapat
berfungsi dengan baik. Maka tidak heran, kurangnya asupan nutrisi akan
membuat organ vital tersebut mengalami gangguan.
Pada lansia, dampak malnutrisi terhadap otak yakni memicu terjadinya
gangguan fungsi otak seperti mengingat dan berpikir. Dalam dunia medis,
kondisi ini dikenal sebagai demensia. Demensia pada lansia merupakan
sindrom akibat otak tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
3. Otot melemah
Melemahnya otot tubuh menjadi dampak negatif lainnya yang akan
dialami lansia dengan gizi buruk. Pasalnya, otot tubuh juga memerlukan
asupan nutrisi seperti protein agar dapat berfungsi dengan baik. Otot
tubuh yang lemah tentu berbahaya karena bisa mengganggu aktivitas
lansia dan meningkatkan risiko lansia jatuh.
4. Terserang penyakit kronis
Dampak malnutrisi pada lansia lainnya yang perlu diwaspadai adalah
terserang penyakit kronis. Usia yang semakin tua membuat fungsi organ-
organ tubuh menurun. Jika tidak diimbangi dengan asupan nutrisi yang
cukup, hal ini akan membuat organ-organ tersebut rentan mengalami
malfungsi yang lantas berujung pada sejumlah penyakit seperti jantung,
stroke, gagal ginjal, hingga kanker. Selain itu, kurang gizi juga memicu
rendahnya albumin dalam serum darah (hypoalbuminemia). Hal ini sangat
berbahaya karena dapat menyebabkan kerusakan berbagai jaringan tubuh.
Maka, bukannya tidak mungkin kurang gizi lama-lama dapat
meningkatkan risiko kematian pada lansia.
7
2.5 Asuhan Keperawatan Kasus
KASUS
Hasil pengkajian perawat didapatkan data, Seorang lansia tinggal di Panti
wherda sejak 2 tahun yang lalu, usia 76 Tahun, terlantar dijalanan, terkena
razia dan dimasukkan ke ke Panti. Klien mengatakan pernah menikah dengan
seorang duda yang mempunyai anak 5 orang, setelah ditinggal suaminya
hidup menggelandang. Klien mengatakan kurang nafsu makan, makan yang
disediakan tidak pernah habis, jatah makan untuk pagi hari dimakan pukul
10.30 dan untuk makan siang klien jarang sekali dan makan malam pukul
18.00. sehingga praktis makan klien 2 kali sehari 2 x porsi kecil dan tidak
pernah habis.
Klien juga mengatakan kadang mengalami nyeri di ulu hati, BB 37 kg dari
berat badan awal 47 kg, gigi sudah tanggal semua. klien merasa dibuang oleh
anak-anaknya, merasa hidupnya sepi setelah suaminya tidak ada,
mengungkapkan perasaan sedihnya hanya dengan menangis sendiri jika
mengingat suaminya, klien juga merasa hidupnya sendiri walau tinggal di
panti. dan ingin pulang tapi tdak tahu jalan dan tidak mempunyai ongkos.
menolak belakukan TAK bersama teman-temannya, tampak murung dan
lebih sering menyendiri. indeks Katz : Skor A yaitu kemandirian dalam hal
makan, mandi, berpindah, berpakaian, kekamar kecil.
A. Data Fokus
8
3. Klien juga mengatakan kadang untuk pagi hari dimakan pukul
mengalami nyeri di ulu hati. 10.30 dan untuk makan siang
4. Klien merasa dibuang oleh klien jarang sekali dan makan
anak-anaknya,merasa hidupnya malam pukul 18.00. sehingga
sepi setelah suaminya tidak praktis makan klien 2 kali
ada. sehari 2 x porsi kecil dan tidak
5. Klien juga merasa hidupnya pernah habis.
sendiri walau tinggal di panti. 3. BB 37 kg dari berat badan
dan ingin pulang tapi tdak tahu awal 47 kg, gigi sudah tanggal
jalan dan tidak mempunyai semua
ongkos. 4. Klien tampak menangis
sendiri jika mengingat
suaminya
5. Menolak belakukan TAK
bersama teman-temannya
6. Klien tampak murung dan
lebih sering menyendiri.
7. Indeks Katz : Skor A yaitu
kemandirian dalam hal makan,
mandi, berpindah, berpakaian,
kekamar kecil.
B. Analisa Data
9
di ulu hati. Fisiolois
Subkategori :
Nutrisi dan
Data Objektif :
Cairan
1. Makan yang disediakan
Kode :
tidak pernah habis, jatah
D.0019
makan untuk pagi hari
Hal : 56
dimakan pukul 10.30 dan
SDKI-2017
untuk makan siang klien
jarang sekali dan makan
malam pukul 18.00.
sehingga praktis makan
klien 2 kali sehari 2 x
porsi kecil dan tidak
pernah habis.
2. BB 37 kg dari berat badan
awal 47 kg, gigi sudah
tanggal semua
10
tinggal di panti. dan ingin
pulang tapi tdak tahu
jalan dan tidak
mempunyai ongkos.
Data Objektif :
1. Seorang lansia tinggal di
Panti wherda sejak 2
tahun yang lalu, usia 76
Tahun, terlantar dijalanan,
terkena razia dan
dimasukkan ke ke Panti.
2. Klien tampak menangis
sendiri jika mengingat
suaminya
3. Menolak belakukan TAK
bersama teman-temannya
4. Klien tampak murung dan
lebih sering menyendiri.
5. Indeks Katz : Skor A
yaitu kemandirian dalam
hal makan, mandi,
berpindah, berpakaian,
kekamar kecil.
11
C. Diagnosa Keperawatan
No Masalah Keperawatan
1 Defisit Nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis
Taksonomi:
Kategori : Fisiolois
Subkategori : Nutrisi dan Cairan
Kode : D.0019
Hal : 56
SDKI-2017
12
D. Intervensi Keperawatan
13
Status Penilaian tinggi protein
1 = menurun 4. Berikan
2= cukup menurun suplemen
3= sedang makanan
4= cukup meningkat
5= meningkat
14
3= sedang memberikan
4= cukup meningkat dukungan
5= meningkat Edukasi :
1. Anjurkan
mengungkapkan
perasaan yang
dialami
2. Ajarkan
penggunaan
mekanisme
pertahanan yang
tepat
BAB III
15
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Malnutrisi ialah keadaan patologis yang dihasilkan akibat defisiensi nutrisi.
Cadangan gizi manusia yang habis sebagai akibat dari kecukupan asupan gizi
untuk memnuhi kebutuhan nutrisi. Ketidakcukupan nuteisi diakibatkan dari
gangguan dalam proses pencernaan makanan, pencernaan atau penyerapan.
Hal ini dapat terjadi akibat ketidakmampuan untuk mengkonsumsi nutrisi
yang memadai, ketidakmampuan untuk mencerna nutrisi, ketidak mampuan
untuk menyerap nutrisi dan peningkatan kebutuhan nutrisi oleh tubuh.
Identifikasi awal dari kekurangan gizi atau resiko kekurangan gizi dapat
menurunkan kejadian tersebut.
Factor yang mempengaruhi malnutrisi ialah penurunan nafsu makan,
penurunan rasa dan bau, status kondisi kesehatan gigi dan mulut, disfagia,
depresi, dan keadaan psikologis. Penurunan nafsu makan pada lanjut usia
sangat berhubungan dengan jumlah intake makanan lanjut usia. Hal ini
disebabkan oleh penurunan resptor opioid dan opioid endogen pada otak,
sehingga hal ini menurunkan kapasitas serja dari sel tersebut dimana sel-sel
itu berperan pada hasrat atau keinginan seseorang tersebut terhadap makanan.
3.2 Saran
Diharapkan mahasiswa/i dapat memahami kasus gizi buruk pada lansia
16
DAFTAR PUSTAKA
17