Anda di halaman 1dari 20

KASUS 1

GIZI BURUK PADA LANSIA

Mata Kuliah : Keperawatan Gerontik


Dosen Pengampu : Ns. Sang Ayu Made Adyani, M.Kep, Sp.Kep.Kom

Disusun Oleh :
1. Nur’Aini 1910701001
2. Anggita Astagina 1910701003
3. Mira Santia 1910701011
4. Sapna Santika 1910701020
5. Aulia Nurshafira Rahayu 1910701032
6. Anisa Amelia 1910701033
7. Dewy Indarty Putry 1910701036

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM DIPLOMA TIGA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA
2021

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Kasus 1 Gizi Buruk pada Lansia”

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang kasus 1 gizi buruk pada lansia
ini dapat memberikan manfaat terhadap pembaca.

Jakarta, 24 Agustus 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Prevalensi Gizi Buruk Pada Lansia........................................................3
2.2 Pengertian Gizi Buruk............................................................................4
2.3 Etiologi Gizi Buruk................................................................................6
2.4 Komplikasi Gizi Buruk..........................................................................6
2.5 Asuhan Keperawatan Kasus...................................................................8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................16
3.2 Saran.......................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gizi sangat dibutuhkan bagi usia lanjut untuk mempertahankan kualitas
hidupnya. Bagi lanjut usia yang mengalami gangguan gizi diperlukan untuk
penyembuhan dan mencegah agar tidak terjadi komplikasi pada penyakit
yang dideritanya. Gizi merupakan unsur penting bagi kesehatan tubuh dan
gizi yang baik (Darmojo, 2011). Pemenuhan gizi pada usia lanjut sangat
penting.Pada usia lanjut menunjukkan bahwaasupan energi pada usia lanjut
sangat mempengaruhi ketahanan tubuh. Apabila seseorang berhasil mencapai
usia lanjut, maka salah satu upaya utama adalah mempertahankan atau
membawa status gizi yang bersangkutan pada kondisi optimum agar kualitas
hidup yang bersangkutan lebih baik.
Perubahan status gizi pada lanjut usia disebabkan perubahan lingkungan
maupun faali dan status kesehatan mereka. Perubahan ini makin nyata pada
kurun usia dekade 70an. Faktor lingkungan antara lain meliputi perubahan
kondisi ekonomi yang terjadi akibat memasuki masa pensiun, isolasi sosial
berupa hidup sendiri setelah pasangannya meninggal, dan rendahnya
pemahaman gizi menyebabkan mundurnya atau memburuknya keadaan gizi
lanjut usia.
Perubahan gizi lanjut usia merupakan salah satu masalah yang harus dihadapi,
hal ini terjadi oleh beberapa faktor antara lain : perubahan pola makan, faktor
ekonomi keluarga,perubahan fisik dan mental lanjut usia. Perubahan fisik dan
penurunan fungsi tubuh akan mempengaruhi konsumsi dan penyerapan zat
gizi. Zat gizi termasuk zat besi pada lanjut usia yang mempunyai efek dari
penurunan kemampuan lansia dalam beraktivitas dan menurunkan kekebalan
tubuh (Maryam,2008)

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Prevalensi gizi buruk pada lansia
2. Pengertian gizi buruk
3. Etiologi gizi buruk
4. Komplikasi gizi buruk
5. Asuhan keperawatan kasus

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengatahui dan memahami prevalensi gizi buruk pada lansia
2. Mengetahui dan memahami pengertian gizi buruk
3. Mengetahui dan memahami etiologi gizi buruk
4. Mengetahui dan memahami komplikasi gizi buruk
5. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan kasus

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Prevalensi Gizi Buruk Pada Lansia


Menurut Kemenkes Indonesia, pertambahan presentase penduduk lanjut usia
diseluruh dunia dibandingkan kelompok usia lainnya cukup pesat yaitu sejak
tahun 2013 sebesar 13,4. Di Indonesia pada tahun 2013, ju,lah lansia sudah
mencapai 22,250 juta jiwa atau 8,9%. (Nurfanti, 2016). Dengan banyaknya
usia yang terlantar dan jumlah populasi usia yang naik dengan begitu
cepatnya maka cepat atau lambat akan menjadi masalah apabila tidak
dipersiapkan mulai dari sekarang, juga ada 2 penyebab langsung karena gizi
kurang seperti penyakit infeksi dan tingkat asupan makanan. (Amran,
Kusumawardani dan Supriyatiningsih, 2010).
Lansian merupakan fase akhir kehidupan manusia, setiap insan yang berumur
pasti akan melewati fase ini. Semakin bertambahnya usia maka seluruh fungsi
organ telah mencapai puncak maksimal sehingga yang terjadi searang adalah
penurunan fungsi organ.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 13 tahun 1998 tentang
kesejahteraan lanjut usia, yang dimaksud dengan kesehatan lansia pada
dasranya terletak pada status gizinya. Kurang gizi merupakan salah satu
masalah gizi yang sering terjadi pada lansia. Kejadian ini belum Nampak
secara jelas hingga lansia tersebut jatuh dalam kondisi gizi buruk. Hal ini
sebagai akibat tidak tercukupi asupan energy dan protein. Orang-orang tua
pada umumnya menderita menderita kekurangan gizi makro dan mikro akan
memiliki respon system dan fungsi imun yang rendah.
Jika fungsi imun lansia dapat ditingkatkan, maka kualitas hidup lansia
meningkat sehingga dapat menjadi lansia yang sehat, mandiri berdaya guna
tidak menjadi beban buat keluarga ataupun masyarakat serta dapat menekan
pelayanan kesehatan. Lansia di Indonesia banyak yang mengalami gangguan
pemenuhan gizi yang mengalami gizi kurang (IMT 16,5-18,49) sebanyak
31%. Pengasuhan gizi mungkin memiliki efek positif pada asupan energy dan

3
zat gizi yang lain serta kualitas hidup penduduk lansia dan lansia yang
menderita malnutrisi. (Indraswari, Thaha dan Jafar, 2012).
Adapun masalah gizi yang sering terjadi pada lansia salah satunya masalah
gizi kurang. Status gizi lansia yang abnormal dapat terjadi karena adanya
perubahan-perubahan yaitu penurunan air liur, kultus dalam menelan, dan
menunda pengosongan perut dan kerongkongan serta menurunkan gastroin
yaitu gerakan testinal dimana masalah ini dapat mempengaruhi nutrisi dan
sebagai salah satu yang paling penting dalam pemeliharaan ksehatan sehingg
ahasilnya yaitu lansia termaksud kelompok yang berpotensi rentang resiko
kekurangan gizi. (Albhogasem Gorji et al, 2017).
Status gizi ialah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat. Status gizi seseorang dapat ditemukan oleh beberapa
pemeriksaan gizi. Pemeriksaan actual gizi yang memberikan data paling
meyakinkan tentang keadaan actual gizi seseorang. Bagi lansia, pengukuran
dan penentuan status gizi pada lansia ialah dengan menggunakan indeks masa
tubuh (IMT) dan mini nutrional assessment (MNA), dan MNA ini ialah salah
satu alat ukur yang digunakan untuk screening status gizi pada lansia.

2.2 Pengertian Gizi Buruk


Malnutrisi ialah keadaan patologis yang dihasilkan akibat defisiensi nutrisi.
Cadangan gizi manusia yang habis sebagai akibat dari kecukupan asupan gizi
untuk memnuhi kebutuhan nutrisi. Ketidakcukupan nuteisi diakibatkan dari
gangguan dalam proses pencernaan makanan, pencernaan atau penyerapan.
Hal ini dapat terjadi akibat ketidakmampuan untuk mengkonsumsi nutrisi
yang memadai, ketidakmampuan untuk mencerna nutrisi, ketidak mampuan
untuk menyerap nutrisi dan peningkatan kebutuhan nutrisi oleh tubuh.
Identifikasi awal dari kekurangan gizi atau resiko kekurangan gizi dapat
menurunkan kejadian tersebut.
Factor yang mempengaruhi malnutrisi ialah penurunan nafsu makan,
penurunan rasa dan bau, status kondisi kesehatan gigi dan mulut, disfagia,
depresi, dan keadaan psikologis. Penurunan nafsu makan pada lanjut usia
sangat berhubungan dengan jumlah intake makanan lanjut usia. Hal ini

4
disebabkan oleh penurunan resptor opioid dan opioid endogen pada otak,
sehingga hal ini menurunkan kapasitas serja dari sel tersebut dimana sel-sel
itu berperan pada hasrat atau keinginan seseorang tersebut terhadap makanan.
Hasil survey the nutrion diet and nutrion survey menunjukan bahwa akibat
proses menua, lanjut usia yang berusia 65 tahun atau lebih mengalami
penurunan jumlah gigi.
Selain itu penurunan kemampuan mengunyah juga dijumpai pada populasi
tersebut. Kedua hal tersebut berkontribusi pada intake nutrisi oral lanjut usia
yang berdampak pada kondisi mikronutrien seperti kadar kalsium, zat besi,
vit A,B,C,E. (Nurfanti, 2016). Menurut salah satu peneliatan bernama
Koswara ditahun 2007 tentang masalah kesehatan yang dihadapi oleh lansia
berkaitan erat dengan menurunnya aktifitas fisiologis tubuhnya. Konsumsi
pangan yang kurang seimbang akan memperburuk kondisi lansia yang secar
alami memang sudah menurun.
Kebutuhan gizi lansia pada umumnya lebih rendah karena adanya penurunan
metabolisme basal dan kemunduran fungsi tubuh yang lain. Gizi kurang
sering disebabkan oleh masalah social dan ekonomi dan juga karean
gangguan penyakit, bila konsumsi kalori yang terlalu rendah dari yang
dibutuhkan maka berat badan kurang dari normal. Apabila hal ini disertai
dengan kekurangan protein maka akan terjadi rambut rontok, dan daya tahan
tubuh menurun. (Pesisir, 2009).
Peneliti bernama Muis mengatakan bahwa terjadinya kekurangan gizi pada
lansia karena sebab-sebab primer meliputi ketidaktahuan, isolasi social, hidup
seorang diri, kehilangan pasangan hidup, gangguan fisik, gangguan indera,
gangguan mental serta kemiskinan sehingga kurangnya asupan makanan.
Sebab-sebab sekunder meliputi malabsorbsi, penggunaan obat-obatan,
peningkatan kebutuhan zat gizi serta alkoholisme sehingga factor-faktor
tersebut dapat menyebbakan malnutrisi pada lansia dan jika bergabung maka
akan mengakibatkan keburukan nutrisi sehingga dapat membahayakan status
kesehatan mereka. (Indraswari, Thaha dan Jafar, 2012).

5
2.3 Etiologi Gizi Buruk
Penyebab kurang gizi dapat bersifat primer, yaitu apabila kebutuhan individu
yang sehat akan protein, energi, atau keduanya, tidak dipenuhi oleh makanan
yang adekuat, atau sekunder, akibat adanya penyakit yang dapat
menyebabkan asupan kurang optimal, gangguan penyerapan, dan peningkatan
kebutuhan karena terjadi kehilangan zat gizi atau keadaan stres (Alpers,
2006).
Faktor risiko terjadinya malnutrisi pada usia lanjut adalah selera makan
rendah, gangguan gigi geligi, disfagia, gangguan fungsi pada indera
penciuman dan pengecap, pernapasan, saluran cerna, neurologi, infeksi, cacat
fisik, dan penyakit lain seperti kanker. Kurangnya pengetahuan mengenai
asupan makanan yang baik bagi usia lanjut, kesepian karena terpisah dari
sanak keluarga dan kemiskinan juga menentukan status gizi usia lanjut.
Adanya factor psikologis seperti depresi, kecemasan, demensia memiliki
dampak dalam menentukan asupan makanan dan zat gizi usia lanjut.

2.4 Komplikasi Gizi Buruk


Masalah gizi kurang dapat menimbulkan dampak negative. Dampak
malnutrisi pada lansia antara lain :
1. Anemia
Malnutrisi bisa disebabkan oleh riwayat penyakit pada lansia. Di satu sisi,
malnutrisi juga bisa menyebabkan munculnya penyakit pada lansia, salah
satunya anemia. Anemia atau kondisi kurangnya sel darah yang
disebabkan oleh malnutrisi adalah anemia defisiensi besi dan anemia
defisiensi vitamin B12 dan folat.
 Anemia defisiensi besi
Anemia defisiensi besi bisa terjadi karena kurangnya kadar zat besi di
tubuh. Pada lansia, kurangnya zat besi di tubuh bisa disebabkan
karena sudah menurunnya fungsi saluran pencernaan serta penyakit
pada saluran pencernaan pada kanker.
 Anemia defisiensi vitamin B12 dan folat

6
Anemia defisiensi vitamin B12 dan folat pada lansia bisa disebabkan
karena kebiasaan mengonsumsi alkohol berlebih. Selain itu, konsumsi
obat-obatan seperti antikejang dan methotrexate juga bisa menjadi
penyebab kondisi ini.
2. Penurunan fungsi otak
Tidak bisa dipungkiri, penuaan membuat fungsi tubuh mengalami
penurunan secara alamiah. Salah satu fungsi tubuh yang menurun tersebut
adalah otak. Akan tetapi, penurunan fungsi otak juga bisa saja terjadi
akibat malnutrisi. Otak memerlukan asupan nutrisi setiap hari agar dapat
berfungsi dengan baik. Maka tidak heran, kurangnya asupan nutrisi akan
membuat organ vital tersebut mengalami gangguan.
Pada lansia, dampak malnutrisi terhadap otak yakni memicu terjadinya
gangguan fungsi otak seperti mengingat dan berpikir. Dalam dunia medis,
kondisi ini dikenal sebagai demensia. Demensia pada lansia merupakan
sindrom akibat otak tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
3. Otot melemah
Melemahnya otot tubuh menjadi dampak negatif lainnya yang akan
dialami lansia dengan gizi buruk. Pasalnya, otot tubuh juga memerlukan
asupan nutrisi seperti protein agar dapat berfungsi dengan baik. Otot
tubuh yang lemah tentu berbahaya karena bisa mengganggu aktivitas
lansia dan meningkatkan risiko lansia jatuh.
4. Terserang penyakit kronis
Dampak malnutrisi pada lansia lainnya yang perlu diwaspadai adalah
terserang penyakit kronis. Usia yang semakin tua membuat fungsi organ-
organ tubuh menurun. Jika tidak diimbangi dengan asupan nutrisi yang
cukup, hal ini akan membuat organ-organ tersebut rentan mengalami
malfungsi yang lantas berujung pada sejumlah penyakit seperti jantung,
stroke, gagal ginjal, hingga kanker. Selain itu, kurang gizi juga memicu
rendahnya albumin dalam serum darah (hypoalbuminemia). Hal ini sangat
berbahaya karena dapat menyebabkan kerusakan berbagai jaringan tubuh.
Maka, bukannya tidak mungkin kurang gizi lama-lama dapat
meningkatkan risiko kematian pada lansia.

7
2.5 Asuhan Keperawatan Kasus
KASUS
Hasil pengkajian perawat didapatkan data, Seorang lansia tinggal di Panti
wherda sejak 2 tahun yang lalu, usia 76 Tahun, terlantar dijalanan, terkena
razia dan dimasukkan ke ke Panti. Klien mengatakan pernah menikah dengan
seorang duda yang mempunyai anak 5 orang, setelah ditinggal suaminya
hidup menggelandang. Klien mengatakan kurang nafsu makan, makan yang
disediakan tidak pernah habis, jatah makan untuk pagi hari dimakan pukul
10.30 dan untuk makan siang klien jarang sekali dan makan malam pukul
18.00. sehingga praktis makan klien 2 kali sehari 2 x porsi kecil dan tidak
pernah habis.
Klien juga mengatakan kadang mengalami nyeri di ulu hati, BB 37 kg dari
berat badan awal 47 kg, gigi sudah tanggal semua. klien merasa dibuang oleh
anak-anaknya, merasa hidupnya sepi setelah suaminya tidak ada,
mengungkapkan perasaan sedihnya hanya dengan menangis sendiri jika
mengingat suaminya, klien juga merasa hidupnya sendiri walau tinggal di
panti. dan ingin pulang tapi tdak tahu jalan dan tidak mempunyai ongkos.
menolak belakukan TAK bersama teman-temannya, tampak murung dan
lebih sering menyendiri. indeks Katz : Skor A yaitu kemandirian dalam hal
makan, mandi, berpindah, berpakaian, kekamar kecil.

A. Data Fokus

Data Subjektif Data Objektif


1. Klien mengatakan pernah 1. Seorang lansia tinggal di Panti
menikah dengan seorang duda wherda sejak 2 tahun yang
yang mempunyai anak 5 orang, lalu, usia 76 Tahun, terlantar
setelah ditinggal suaminya dijalanan, terkena razia dan
hidup menggelandang. dimasukkan ke ke Panti.
2. Klien mengatakan kurang 2. Makan yang disediakan tidak
nafsu makan. pernah habis, jatah makan

8
3. Klien juga mengatakan kadang untuk pagi hari dimakan pukul
mengalami nyeri di ulu hati. 10.30 dan untuk makan siang
4. Klien merasa dibuang oleh klien jarang sekali dan makan
anak-anaknya,merasa hidupnya malam pukul 18.00. sehingga
sepi setelah suaminya tidak praktis makan klien 2 kali
ada. sehari 2 x porsi kecil dan tidak
5. Klien juga merasa hidupnya pernah habis.
sendiri walau tinggal di panti. 3. BB 37 kg dari berat badan
dan ingin pulang tapi tdak tahu awal 47 kg, gigi sudah tanggal
jalan dan tidak mempunyai semua
ongkos. 4. Klien tampak menangis
sendiri jika mengingat
suaminya
5. Menolak belakukan TAK
bersama teman-temannya
6. Klien tampak murung dan
lebih sering menyendiri.
7. Indeks Katz : Skor A yaitu
kemandirian dalam hal makan,
mandi, berpindah, berpakaian,
kekamar kecil.

B. Analisa Data

No. Symptom Problem Etiologi


DX
1 Data Subjektif : Defisit Nutrisi Faktor
1. Klien mengatakan kurang Psikologis
nafsu makan.
2. Klien juga mengatakan Taksonomi:
kadang mengalami nyeri Kategori :

9
di ulu hati. Fisiolois
Subkategori :
Nutrisi dan
Data Objektif :
Cairan
1. Makan yang disediakan
Kode :
tidak pernah habis, jatah
D.0019
makan untuk pagi hari
Hal : 56
dimakan pukul 10.30 dan
SDKI-2017
untuk makan siang klien
jarang sekali dan makan
malam pukul 18.00.
sehingga praktis makan
klien 2 kali sehari 2 x
porsi kecil dan tidak
pernah habis.
2. BB 37 kg dari berat badan
awal 47 kg, gigi sudah
tanggal semua

2 Data Subjektif : Keputusasaan Pengasingan


1. Klien mengatakan pernah
menikah dengan seorang Taksonomi :
duda yang mempunyai Kategori :
anak 5 orang, setelah Psikologis
ditinggal suaminya hidup Subkategori :
menggelandang. Integritas
2. Klien merasa dibuang Ego
oleh anak-anaknya, Kode :
merasa hidupnya sepi D.0088
setelah suaminya tidak Hal : 196
ada. SDKI-2017
3. Klien juga merasa
hidupnya sendiri walau

10
tinggal di panti. dan ingin
pulang tapi tdak tahu
jalan dan tidak
mempunyai ongkos.

Data Objektif :
1. Seorang lansia tinggal di
Panti wherda sejak 2
tahun yang lalu, usia 76
Tahun, terlantar dijalanan,
terkena razia dan
dimasukkan ke ke Panti.
2. Klien tampak menangis
sendiri jika mengingat
suaminya
3. Menolak belakukan TAK
bersama teman-temannya
4. Klien tampak murung dan
lebih sering menyendiri.
5. Indeks Katz : Skor A
yaitu kemandirian dalam
hal makan, mandi,
berpindah, berpakaian,
kekamar kecil.

11
C. Diagnosa Keperawatan

No Masalah Keperawatan
1 Defisit Nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis
Taksonomi:
Kategori : Fisiolois
Subkategori : Nutrisi dan Cairan
Kode : D.0019
Hal : 56
SDKI-2017

2 Keputusasaan berhubungan dengan pengasingan


Taksonomi :
Kategori : Psikologis
Subkategori : Integritas Ego
Kode : D.0088
Hal : 196
SDKI-2017

12
D. Intervensi Keperawatan

Tanggal No Tujuan & Rencana Paraf &


DX Kriteria Hasil (NOC) Tindakan Nama
(NIC) Jelas
24 1 Status Nutrisi – Manajemen Nutrisi
Agustus L.03030 hal 121 – I.03119 hal 200
2021 SLKI-2019 SIKI 2018 Kelomp
Setelah dilakukan ok 4
tindakan keperawatan Observasi :
selama 1x24 jam, 1. Identfikasi
diharapkan defisit status nutrisi
nutrisi pada pasien 2. Identifikasi
dapat teratasi dengan kebutuhan
kriteria hasil : kalori dan jenis
1. Porsi makan yang nutrien
dihabiskan 3. Monitor asupan
dipertahankan makanan
pada skala 2 4. Monitor berat
ditingkatkan ke badan
skala 5 Terapeutik
2. Frekuensi makan 1. Lakukan oral
dipertahankan hygiene
pada skala 2 sebelum makan
ditingkatkan ke 2. Sajikan
skala 5 makanan secara
3. Nafsu makan menarik dan
dipertahankan suhu yang
pada skala 2 sesuai
ditingkatkan ke 3. Berikan
skala 5 makanan tinggi
kalori dan

13
Status Penilaian tinggi protein
1 = menurun 4. Berikan
2= cukup menurun suplemen
3= sedang makanan
4= cukup meningkat
5= meningkat

24 2 Harapan – L.07055 Dukungan


Agustus Hal 29 SLKI-2019 Emosional –
2021 Setelah dilakukan I.09256 hal 23 Kelomp
tindakan keperawatan SIKI 2018 ok 4
selama 1x24 jam,
diharapkan Observasi :
keputusasaan pada 1. Identifikasi
pasien dapat teratasi fungsi marah,
dengan kriteria hasil : frustasi, dan
1. Keterlibatan dalam amuk bagi
aktivitas pasien
perawatan 2. Identifikasi hal
dipertahankan yang telah
pada skala 2 memicu emosi
ditingkatkan ke Terapeutik :
skala 5 1. Fasilitasi
2. Minat komunikasi mengungkapkan
verbal perasaan cemas,
dipertahankan marah, atau
pada skala 2 sedih
ditingkatkan ke 2. Buat pernyataan
skala 5 suportif atau
empati selama
Status Penilaian fase berduka
1 = menurun 3. Lakukan
2= cukup menurun sentuhan untuk

14
3= sedang memberikan
4= cukup meningkat dukungan
5= meningkat Edukasi :
1. Anjurkan
mengungkapkan
perasaan yang
dialami
2. Ajarkan
penggunaan
mekanisme
pertahanan yang
tepat

BAB III

15
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Malnutrisi ialah keadaan patologis yang dihasilkan akibat defisiensi nutrisi.
Cadangan gizi manusia yang habis sebagai akibat dari kecukupan asupan gizi
untuk memnuhi kebutuhan nutrisi. Ketidakcukupan nuteisi diakibatkan dari
gangguan dalam proses pencernaan makanan, pencernaan atau penyerapan.
Hal ini dapat terjadi akibat ketidakmampuan untuk mengkonsumsi nutrisi
yang memadai, ketidakmampuan untuk mencerna nutrisi, ketidak mampuan
untuk menyerap nutrisi dan peningkatan kebutuhan nutrisi oleh tubuh.
Identifikasi awal dari kekurangan gizi atau resiko kekurangan gizi dapat
menurunkan kejadian tersebut.
Factor yang mempengaruhi malnutrisi ialah penurunan nafsu makan,
penurunan rasa dan bau, status kondisi kesehatan gigi dan mulut, disfagia,
depresi, dan keadaan psikologis. Penurunan nafsu makan pada lanjut usia
sangat berhubungan dengan jumlah intake makanan lanjut usia. Hal ini
disebabkan oleh penurunan resptor opioid dan opioid endogen pada otak,
sehingga hal ini menurunkan kapasitas serja dari sel tersebut dimana sel-sel
itu berperan pada hasrat atau keinginan seseorang tersebut terhadap makanan.

3.2 Saran
Diharapkan mahasiswa/i dapat memahami kasus gizi buruk pada lansia

16
DAFTAR PUSTAKA

Munawirah dkk. 2017. Jurnal Kesehatan Andalas. Hubungan Beberapa Faktor


Risiko Dengan Malnutrisi Pada Usia Lanjut Di Nagari Sijunjung Kecamatan
Sijunjung, Vol 6, No 2

Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada (hhttps://akper-sandikarsa.e-


journal.id/JIKSH) vol9, No.1, Juni 2020, pp;1-7. P-ISSN: 2354-6093 dan e-ISSN:
2654-4563.

Herb-Medicine Journal, ISSN: 2620-567X. Prevalensi Malnutrisi Pada Lansia


Dengan Pengukuran Mini Nutrional Assement (MNA) vol2, No. 1, April 2019.

17

Anda mungkin juga menyukai