PENYAKIT DEGENERATIF
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar Ilmu
Penyakit yang diampu oleh : dr. Ferry Kadarusman, M.Kes
Disusun oleh :
Aprilia Sholeha BK.1.17.006
Dayufitrah BK.1.17.008
Mesy Wulandari BK.1.17.025
R. Harun A BK.1.17.033
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya sehingga Makalah ini
dapat terselesaikan dengan tepat waktu. Tujuan penyusun membuat
Makalah Dasar Ilmu Penyakut mengenai Penyakit Degeneratif ini untuk
memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh Ibu dosen dr. Ferry
Kadaruman
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada saat ini ketika kehidupan manusia berada pada masa kemajuan
yang pesat resiko gangguan kesehatan pun seolah mengalami hal yang
sama. Tentu hal ini dipengaruhi karena kemajuan yang dicapai manusia
akan berpengaruhi pada gaya hidup. Orang menyebutnya sebagai gaya
hidup modern. Namun, apakah gaya hidup modern yang dijalani sudah
memperhatikan aspek kesehatan?
1
Penyakit degeneratif merupakan penyakit yang timbul karna penurunan
fungsi salah satu atau beberapa organ tubuh yang sangat rentan dialami oleh
orang berusia lanjut.
Makalah yang kami susun pun akan membahas tentang dampak dari
macam-macam penyakit degeneratif. Selain itu juga akan dijelaskan tentang
bagaimana etiologi, patofisiologi, pengendalian, pencegahan, dan
pengobatan dari beberapa penyakit yang berhubungan dangan penyakit
degeneratif.
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui apa definisi dari penyakit degeneratif
1.3.2 Mengetahui etiologi dan patofisiologi dari penyakit degeneratif
1.3.3 Mengetahui dampak dari penyakit degeneratif
1.3.4 Mengetahui cara pengendalian, pencegahan, dan pengobatan dari
penyakit degeneratif
2
BAB II
PEMBAHASAN
2. 1 Definisi
Namun, adakalanya juga bisa pada usia muda. Akibat yang akan
ditimbulkan adalah penurunan derajat kesehatan yang biasanya dikuti
dengan penyakit. Akibat yang paling bahaya dari penyakit ini adalah
rasa sakit dan juga sangat menyita biaya terutama saat masa tua.
Bahkan, bisa juga akan berakhir dengan kematian.
3
2. 2 Hipertensi
2.2.1 Etiologi
1. Hipertensi
a. Hipertensi essensial
4
b. Hipertensi sekunder
2.2.2 Patofisiologi
5
adrenal mengsekresikan kortisol dan steroid lainnya yang dapat
memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal dapat menyebabkan
pelepasan renin. Renin merangsang pembentukkan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokontriktor kuat,
yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks
adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus
ginjal sehingga menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua
faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi (Brunner,
2002).
2.2.3 Dampak
1. Kerusakan ginjal
Darah yang akan disaring oleh ginjal dialirkan melalui pembuluh
darah yang berada di sekitar ginjal, dan banyak sekali darah yang
mengalir di pembuluh darah ini. Seiring berjalannya waktu, kalau
hipertensi tidak terkontrol, maka akan menyebabkan arteri di sekitar
ginjal ini menyempit, melemah, dan mengeras. Kerusakan pada
arteri ini menghambat darah yang diperlukan oleh jaringan pada
ginjal.
2. Serangan jantung.
6
Tekanan darah tinggi dapat memaksa pembuluh darah koroner untuk
terus meregang. Lambat laun, tekanan tambahan ini dapat
melemahkan dinding arteri sehingga membuatnya lebih rentan
terhadap pembentukan plak yang semakin mempersempit pembuluh.
Kondisi ini disebut sebagai aterosklerosis.
Gumpalan darah juga cenderung lebih mudah terjadi ketika
pembuluh mengeras akibat plak, Ketika pembuluh darah tersumbat
oleh plak atau gumpalan darah, aliran darah ke otot-otot jantung
akan terganggu. Akibatnya, otot jantung tidak bisa mendapatkan
cukup asupan oksigen dan nutrisi. Ketika ini terjadi, jaringan otot
jantung akan mulai rusak dan bahkan mati perlahan sehingga
menyebabkan serangan jantung
3. Stroke.Glaukoma.
Tekanan darah tinggi termasuk salah satu faktor pemicu yang
meningkatkan risiko glaukoma. Ketika tekanan darah Anda tinggi,
maka dinding pembuluh darah pada retina akan menebal.
Akibatnya, pembuluh darah akan menyempit dan aliran darah ke
retina pun menjadi berkurang. Lama-lama, kerusakan pembuluh
darah retina akibat tekanan darah yang tinggi ini bisa merusak saraf
optik dan menimbulkan glaukoma.
4. Disfungsi ereksi.
Tekanan darah yang dibiarkan terus tinggi lama-lama akan
menyebabkan dinding pembuluh sobek. Untuk merespon cedera ini,
pembuluh arteri akan mengeras dan menyempit yang membuat aliran
darah Anda menjadi tidak lancar. Kondisi ini
disebut aterosklerosis. Jika jumlah arus darah yang mengalir ke
penis jadi lebih sedikit karena arterinya terlalu sempit, Anda akan
kesulitan untuk mencapai atau mempertahankan ereksi.
Tensi yang terus tinggi juga akan menurunkan kadar oksida nitrat
dalam sel dinding pembuluh. Padahal, oksida nitrat dibutuhkan
untuk membantu pembuluh melebar guna melancarkan aliran darah.
Orang-orang pengidap hipertensi kronis memiliki kadar oksida nitrat
7
yang rendah dalam tubuhnya. Hal ini kemudian jadi membatasi
mekanisme pelebaran pembuluh arteri dalam penis. Akibatnya,
aliran darah yang dibutuhkan untuk bisa ereksi tidak akan memenuhi
penis.
5. Dementia dan Alzheimer.
Alzheimer adalah penyakit yang bisa memicu gangguan daya ingat
yang sangat parah, khususnya di usia tua. Menurut Alzheimer’s
Society, disebutkan bahwa mereka yang sudah mengalami hipertensi
di usia muda cenderung mengalami risiko lebih besar terkena
demensia atau Alzheimer, tepatnya demensia vascular.
2.2.4 Pengendalian
1. Gizi seimbang dan pembatas gula, garam dan lemak .
2. Mempertahankan berat badan dan lingkar pinggang yang ideal
3. Olahraga teratur.
4. Stop merokok .
5. Membatasi kosumsi alcohol.
2.2.5 Pencegahan
1. Pola hidup sehat.
2. Kurangi garam.
3. Berhenti meroko.
4. Olahraga.
2.2.6 Pengobatan
8
buah, sayur-sayuran, susu rendah lemak, gandum, dan kacang-
kacangan, dibandingkan dengan daging merah dan makanan yang
mengandung lemak jenuh serta kolesterol tinggi.
2. Penggunaan Obat-obatan. Pada beberapa kasus, penderita hipertensi
harus mengonsumsi obat untuk seumur hidup. Namun, dokter bisa
menurunkan dosis atau menghentikan pengobatan jika tekanan darah
penderita sudah terkendali dengan mengubah gaya hidup. Penting
bagi pasien untuk mengonsumsi obat dalam dosis yang sudah
ditentukan dan memberitahu dokter jika ada efek samping yang
muncul. Beberapa jenis obat hipertensi antara lain:
a. Diuretik. Obat ini bekerja membuang kelebihan garam dan cairan di
tubuh melalui urine. Di antara jenis obat diuretik adalah
hydrochlorothiazide.
b. Antagonis kalsium. Antagonis kalsium menurunkan tekanan darah
dengan melebarkan pembuluh darah. Beberapa contoh obat ini
adalah amlodipine dan nifedipine.
c. Beta blocker. Berfungsi menurunkan tekanan darah dengan
melebarkan pembuluh dan memperlambat detak jantung. Contoh
obat golongan beta-blocker adalah atenolol dan bisoprolol.
d. ACE inhibitor. ACE inhibitor menurunkan tekanan darah dengan
cara membuat dinding pembuluh darah lebih rileks. Contoh obat
golongan ini adalah captopril dan ramipril.
e. Angiotensin-2 receptor blocker (ARB). Fungsi obat ini hampir sama
dengan ACE inhibitor yaitu membuat dinding pembuluh darah
menjadi rileks, sehingga kedua obat tersebut tidak boleh diberikan
secara bersamaan. Contoh obat ini adalah losartan dan valsartan.
f. Penghambat renin. Obat ini berfungsi menghambat kerja renin, yaitu
enzim yang dihasilkan ginjal dan berfungsi menaikkan tekanan
darah. Contoh obat penghambat renin adalah aliskiren
9
2. 3 Dislipidemia
Tidak ada perbedaan alami antara tingkat lipid normal dan abnormal
karena pengukuran lipid bersifat berlanjut. Penyebab pada gejala
penyakit dyslipidemia ini dibedakan menjadi kedua kategori, yaitu
kategori primer dan sekunder. Pada kategori primer, penyakit ini
disebabkan oleh factor genetik atau keturunan. Jadi, jika orangtua
menderita penyakit ini maka anaknya pun akan lebih berisiko untuk
menderita penyakit yang sama. Pada kategori sekunder, penyakit ini
disebabkan oleh pola hidup tidak sehat, termasuk pola makanan dan
aktivitas fisik.
2.3.1 Etiologi
1. Faktor jenis kelamin
Jenis kelamin merupakan faktor yang berhubungan dengan
rendahnya kolesterol HDL. Resiko terjadinya dislipidemia pada
wanita lebih besar daripada pria. Sebagaimana penelitian Cooper
pada 589 perempuan didapatkan respon peningkatan kolesterol
sedikit berbeda yaitu kadar LDL kolesterol meningkat lebih cepat
sedangkan kadar HDL kolesterol juga meningkat sehingga rasio
kadar kolesterol total/HDL menjadi rendah (Djauzi, 2005).
2. Faktor usia
10
Semakin tua usia seseorang maka fungsi organ tubuhnya semakin
menurun, begitu juga dengan penurunan aktivitas reseptor LDL,
sehingga bercak perlemakan dalam tubuh semakin meningkat dan
menyebabkan kadar kolesterol total lebih tinggi, sedangkan
kolesterol HDL relative tidak berubah. Pada usia 10 tahun bercak
perlemakan sudah dapat ditemukan di pembuluh darah. Prevalensi
hiperkolesterolemia pada kelompok usia 25-34 tahun adalah 9,3%
dan meningkat sesuai dengan pertambahan usia hingga 15,5% pada
kelompok usia 55-64 tahun (Djauzi, 2005).
3. Faktor Genetik
Faktor genetik merupakan salah satu faktor terjadinya dislipidemia.
Dalam ilmu genetika menyebutkan bahwa gen diturunkan secara
berpasangan memerlukan satu gen dari ibu dan satu gen dari ayah,
sehingga kadar hiperlipidemia tinggi dan diakibatkan oleh faktor
dislipidemia primer karena faktor genetik (Djauzi, 2005).
4. Faktor kegemukan
Salah satu penyebab kolesterol naik adalah karena kelebihan berat
badan atau juga bisa disebut dengan penyakit obesitas. Kelebihan
berat badan ini juga bisa disebabkan oleh makanan yang terlalu
banyak yang mengandung lemak jahat tinggi di dalamnya.
Kelebihan berat badan dapat meningkatkan trigliserida dan dapat
menurunkan HDL (Anwar, 2004).
5. Faktor olahraga
Manfaat berolahraga secara teratur dapat membantu untuk
meningkatkan kadar kolesterol baik atau HDL dalam tubuh. Selain
itu berolahraga mampu meproduksi enzim yang berperan untuk
membantu proses memindahkan kolesterol LDL dalam darah
terutama pada pembuluh arteri kemudian dikembalikan menuju ke
hati untuk diubah menjadi asam empedu. Asam empedu ini
diperlukan melancarkan proses pencernaan kadar lemak dalam
darah. Semakin rutin berolahraga dengan teratur maka kadar
11
kolesterol LDL dalam tubuh akan semakin berkurang sampai
menuju ke titik normal (Arisman, 2008).
6. Faktor merokok
Merokok dapat meningkatkan kadar kolesterol total, kolesterol
LDL, trigliserida, dan menurunkan kolesterol HDL. Ketika
pengguna rokok menghisap rokok maka secara otomatis akan
memasukkan karbon monoksida ke dalam paru-paru dan akan
merusak dinding pembuluh darah. Nikotin yang terkandung dalam
asap rokok akan merangsang hormone adrenalin, sehingga akan
mengubah metabolisme lemak yang dapat menurunkan kadar
kolesterol HDL dalam darah (Anwar, 2004).
7. Faktor makanan
Konsumsi tinggi kolesterol menyebabkan hiperkolesterolemia dan
arterosklerosis. Asupan tinggi kolesterol dapat menyebabkan
peningkatan kadar kolestertol total dan LDL sehingga mempunyai
resiko terjadinya dislipidemia (Anwar, 2004).
2.3.2 Patofisiologi
12
lipoprotein [VLDL]), III (intermediate density lipoprotein), IV (VLDL),
V (VLDL+kilomikron) (Dipiro et al, 2015).
2.3.3 Dampak
1. Penyumbatan arteri.
2. Serangan jantung.
3. Stroke.
4. Permasalahan sirkulasi darah.
2.3.4 Pengendalian
13
d. Untuk pasien dengan kadar trigliserida tinggi, pilihan terapi
adalah golongan fibrat, niasin, asam lemak omega tiga dan diet
lemak tidak jenuh.
2.3.5 Pencegahan
1. Hindari makanan yang banyak mengandung lemak.
2. Olahraga secara tratur.
3. Bagi penderita obesitas dianjurkan untuk melakukan
diet,menurunkan berat badan.
4. Berhenti merokok
2.3.6 Pengobatan
Anda juga perlu untuk menghentikan gaya hidup yang tidak sehat
seperti merokok dan minum alkohol. Selanjutnya Anda bisa melakukan
olahraga harian secara teratur agar kadar kolesterol LDL menjadi turun.
Selain memiliki gaya hidup sehat, cara yang paling sering digunakan
untuk mengobati dislipidemia adalah dengan obat-obatan. Jenis obat-
obatan yang paling sering digunakan untuk mengobati dislipidemia
adalah statin.
14
2. 4 Jantung Koroner
2.4.1 Etiologi
15
Faktor risiko dapat berupa semua faktor penyebab (etiologi) ditambah
dengan faktor epidemiologis yang berhubungan secara independen dengan
penyakit. Faktor – faktor utama penyebab serangan jantung yaitu perokok
berat, hipertensi dan kolesterol. Faktor pendukung lainnya meliputi obesitas,
diabetes, kurang olahraga, genetik, stres, pil kontrasepsi oral dan gout
(Huon, 2002). Faktor risiko seperti umur, keturunan, jenis kelamin, anatomi
pembuluh koroner dan faktor metabolisme adalah faktor-faktor alamiah
yang sudah tidak dapat diubah. Namun ada berbagai faktor risiko yang
justru dapat diubah atau diperbaiki. Sangat jarang orang menyadari bahwa
faktor risiko PJK bisa lahir dari kebiasaaan hidup sehari-hari yang buruk
misalnya pola komsumsi lemak yang berlebih, perilaku merokok, kurang
olaraga atau pengelolaan stress yang buruk (Anies,2005).
2.4.2 Patofisiologi
2.4.3 Dampak
1. Detak jantung yang tidak beraturan (aritmia).
2. Detak jantung yang tiba-tiba tinggi dan tiba-tiba rendah.
3. Kondisi tidak sadar bahkan kematian.
2.4.4 Pencegahan
16
1. Periksa kesehatan secara rutin dan ikuti anjuran dokter.
2. Atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur.
3. Tetap diet dengan gizi seimbang.
4. Upayakan aktifitas fisik dengan aman .
5. Hindari asap roko, alcohol dan zat karsinogenik lainnya.
2.4.5 Pengendalian
1. Mengatur pola makan yang sehat
2. Olahraga yang teratur.
3. Istirahat yang cukup.
4. Kontrol berat badan .
5. Menghindari makanan tertentu.
2.4.6 Pengobatan
17
c. Obat penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE inhibitors) –
Jenis obat ini digunakan untuk mengobati hipertensi, di antaranya
captopril dan enalapril.
d. Angiotensin II receptor blockers (ARB) – Fungsi obat ini sama
seperti ACE inhibitors, yaitu mengatasi hipertensi. Contohnya
adalah valsartan dan telmisartan.
e. Penghambat beta (beta blockers) – Obat ini berfungsi mencegah
angina dan mengatasi hipertensi. Contohnya adalah bisoprolol dan
metoprolol.
f. Nitrat – Nitrat berfungsi melebarkan pembuluh darah, sehingga
aliran darah ke jantung meningkat, dan jantung tidak memompa
darah lebih keras. Salah satu jenis nitrat adalah nitrogliserin.
g. Antagonis kalsium – Obat ini bekerja melebarkan pembuluh darah,
sehingga tekanan darah menurun. Contohnya adalah verapamil dan
diltiazem.
h. Diuretik – Jenis obat ini bekerja mengurangi kadar air dan garam
dalam darah melalui urine, dan melebarkan pembuluh darah agar
tekanan darah menurun.
Bila obat sudah tidak efektif untuk mengatasi gejala yang dialami,
pasien akan disarankan untuk menjalani operasi. Dokter juga akan
menjalankan operasi bila penyempitan pembuluh darah disebabkan oleh
penumpukan ateroma. Sejumlah tindakan yang dilakukan, antara lain:
18
ke bagian antara pembuluh darah besar (aorta) dan arteri, dengan
melewati area yang menyempit. Dengan begitu, darah akan
mengalir lancar melalui rute baru tersebut.
c. Transplantasi jantung - Tindakan ini dilakukan jika kerusakan
jantung sudah sangat parah, dan sudah tidak dapat lagi diatasi
dengan obat. Tranplantasi jantung dilakukan dengan mengganti
jantung yang rusak, dengan jantung yang sehat dari pendonor.
2. 5 Stroke
Otak dapat berfungsi dengan baik jika pasokan oksigen dan nutrisi
yang disediakan darah mengalir dengan baik. Jika pasokan darah
terhambat, otak akan rusak bahkan seseorang yang terkena stroke
meninggal.
Jenis stroke jika dilihat dari penyebabnyqa dibagi menjaid dua, yaitu
stroke iskemik dan stroke hemoragik. Stroke iskemik terjadi jika
pasokan darah berhenti akibat gumpalan darah dan stroke hemoragik
terjadi jika pembuluh darah yang memasok darah ke otak pecah. Ada
juga yang disebut TIA (transient ischemic attack) atau sering dikatakan
sebagai stroke ringan. TIA terjadi ketika pasokan darah kke otak
mengalami gangguan sesaat yang biasanya diawali dengan gejala ringan.
19
2.5.1 Etiologi
1. Emboli
Sumber emboli dapat terletak di arteri karotis maupun vertebralis
akan tetapi dapat juga di jantung dan sistem vaskular sistemik
(Mardjono, 1988).
a. Embolus yang dilepaskan oleh arteri karotis atau vertebralis,
dapat berasal dari “plaque atherosclerotique” yang berulserasi
atau thrombus yang melekat pada intima arteri akibat trauma
tumpul pada daerah leher.
b. Embolisasi kardiogenik dapat terjadi pada: Penyakit jantung
dengan “shunt” yang menghubungkan bagian kanan dengan
bagian kiri atrium atau ventrikel.
c. Embolisasi akibat gangguan sistemik dapat terjadi sebagai
emboli septik, misalnya dari abses paru atau bronkiektasis, dapat
juga akibat metaplasia neoplasma yang sudah ada di paru.
2. Trombosis
Stroke trombotik dapat dibagi menjadi stroke pada pembuluh darah
besar (termasuk sistem arteri karotis dan percabanganya) dan
pembuluh darah kecil. Tempat terjadinya trombosis yang paling
sering adalah titik percabangan arteri serebral utamanya pada
daerah distribusi dari arteri karotis interna. Adanya stenosis arteri
dapat menyebabkan terjadinya turbulensi aliran darah. Energi yang
diperlukan untuk menjalankan kegiatan neuronal berasal dari
metabolisme glukosa. Bila tidak ada aliran darah lebih dari 30 detik
gambaran EEG akan mendatar, bila lebih dari 2 menit aktifitas
20
jaringan otak berhenti, bila lebih dari 5 menit maka kerusakan
jaringan otak dimulai, dan bila lebih dari 9 menit manusia dapat
meninggal (Wijaya, 2013).
2.5.2 Patofisiologi
2.5.3 Dampak
1. Komplikasi yang berhubungan dengan system saraf.
2. Terjadinya infeksi.
3. Adanya masalah pada anggota gerak.
4. Komplikasi akibat imobilisasi.
5. Kurangnya nutrisi.
6. Dampak psiko-sosial.
21
2.5.4 Pengendalian
1. Mengkonsumsi buah dan sayur.
2. Hindari merokok
3. Melakukan aktivitas fisik.
4. Menghindari minuman beralkohol.
2.5.5 Pencegahan
1. Berolahraga secara teratur.
2. Makan makanan yang bergizi dan sehat.
3. Rutin melakukan cek kesehatan.
2.5.6 Pengobatan
22
otak. Namun, setelah keadaan stabil tekanan darah akan diturunkan
ke level optimal. Obat hipertensi juga digunakan untuk mencegah
stroke berulang, mengingat hipertensi merupakan faktor risiko
terbanyak penyebab stroke. Contoh obat hipertensi adalah obat
penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE inhibitor), obat
penghambat alfa dan beta (alpha- dan beta-blocker), diuretik
thiazide, dan obat antagonis kalsium (calcium channel blocker).
5. Statin. Dokter akan memberikan obat kolesterol golongan statin,
seperti atorvastatin, untuk mengatasi kolesterol tinggi. Statin
berguna untuk menghambat enzim penghasil kolesterol di dalam
organ hati.
6. Endarterektomi karotis. Terkadang operasi diperlukan untuk
mencegah berulangnya stroke iskemik, salah satunya adalah
endarterektomi karotis. Melalui prosedur ini, tumpukan lemak yang
menghambat arteri karotis dibuang oleh dokter dengan sebuah
pembedahan di leher pasien. Arteri katoris merupakan arteri yang
terdapat di setiap sisi leher yang menuju ke otak. Meski efektivitas
operasi endarterektomi karotis dalam mencegah stroke iskemik
cukup tinggi, namun prosedur ini tidak sepenuhnya aman dilakukan
pada pasien yang juga menderita kondisi lainnya, terutama penyakit
jantung.
7. Angioplasti. Selain endarterektomi karotis, arteri karotis juga dapat
dilebarkan dengan teknik angioplasti. Angioplasti dilakukan melalui
kateter yang dimasukkan melalui pembuluh darah di pangkal paha
untuk selanjutnya diarahkan ke arteri karotis. Kateter ini membawa
sebuah balon khusus dan stent. Setelah berada dalam arteri karotis,
balon digelembungkan untuk memperluas arteri yang tersumbat lalu
disangga dengan ring atau stent.
23
1. Obat-obatan. Dokter dapat memberikan obat untuk menurunkan
tekanan di otak, menurunkan tekanan darah, dan mencegah kejang.
Jika pasien mengonsumsi obat antikoagulan atau antiplatelet, dokter
akan memberikan transfusi faktor pembekuan atau obat-obatan
untuk membalik efek obat pengencer darah tersebut.
2. Operasi. Selain dengan obat, stroke hemoragik juga bisa ditangani
dengan operasi. Operasi dilakukan untuk mengurangi tekanan dalam
otak, dan bila memungkinkan memperbaiki pembuluh darah yang
pecah
2.6 Obesitas
2.6.1 Etiologi
24
disebabkan oleh karena interaksi antara faktor genetik dan faktor
lingkungan, antara lain aktifitas, gaya hidup, sosial ekonomi dan
nutrisional (Guyton, 2007).
2.6.2 Patofisiologi
2.6.3 Dampak
1. Diabetes tipe 2.
2. Stroke.
3. Gangguan pernapasan.
4. Penyakit ginjal.
2.6.4 Pengendalian
1. Cek kesehatan secara berkala.
2. Hindari asap rokok
3. Rajin aktivitas fisik.
4. Diet sehat dan seimbang.
5. Istirahat cukup.
6. kelola stress.
2.6.5 Pencegahan
25
1. Sering berolahraga.
2. Makan makanan sehat rendah lemak.
3. Menjaga berat badan.
4. Slalu konsisten terhadap perencanaan mengenai gaya hidup sehat.
2.6.6 Pengobatan
26
2.7.1 Etiologi
2.7.2 Patofisiologi
27
Perbedaannya adalah DM tipe 2 disamping kadar glukosa tinggi juga
kadar insulin tinggi atau normal. Keadaan ini disebut resistensi insulin.(
Suyono, 2005, hlm 3).
2.7.3 Dampak
1. Merusak pembuluh darah. Merusak saraf.
2. Menyebabkan gagal ginjal.
3. Meningkatkan resiko kebutaan.
4. Menyebabkan gastroparesis.
5. Mempengaruhi kehidupan seks.
6. Luka sulit sembuh.
7. Mempengaruhi kesehatan kulit
2.7.4 Pengendalian
1. Pola makan dan asupan gizi yang seimbang.
2. Melakukan aktifitas fisik yang baik sperti berolahraga.
2.7.5 Pencegahan
1. Mengurangi porsi makan.
2. Berolah raga
3. Menurunkan berat badan.
4. sarapan sangat penting.
28
5. Hindari makanan berlemak.
6. Hindari minuman manis.
7. Makan banyak sayuran.
2.7.6 Pengobatan
29
nyeri pada persendian. Banyak orang mengira apabila kadar asam urat
didalam darah tinggi (hiperurisemia) maka akan terkena gout. Hal ini
tidak selalu benar. Sebab, hanya sekitar sepertiga penderita
hiperurisemia yang mengalami gout.
2.8.1 Etiologi
Purin adalah zat yang secara alami dihasilkan tubuh, tapi juga
terdapat di beberapa jenis makanan. Untuk mengurai zat purin, tubuh
akan secara alami menghasilkan asam urat. Sebagian besar asam urat
dibuang melalui urine, dan sebagian lainnya dibuang melalui feses.
Pada penderita penyakit asam urat, kadar asam urat dalam tubuh
melebihi batas normal. Kondisi ini bisa terjadi bila tubuh menghasilkan
terlalu banyak asam urat, atau tubuh sulit membuang kelebihan asam
urat. Bila berlangsung dalam waktu lama, asam urat yang menumpuk
dalam tubuh dapat membentuk semacam kristal tajam di sendi, sehingga
menimbulkan nyeri, radang, bahkan pembengkakan.
2.8.2 Patofisiologi
30
Kristal asam urat menumpuk dalam tubuh. Pennimbunan ini
menimbulkan iritasi lokal dan menimbulkan responinflamasi.
Saat asam urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh
lain, maka asam urat tersebut akan mengkristal dan akan membentuk
garam – garam urat yang berakumulasi atau menumuk di jaringan
konectif diseluruh tubuh, penumpukan ini disebut tofi. Adanya Kristal
memicu respon inflamasi akut dan netrofil melepaskan lisosomnya.
Lisosom tidak hanya merusak jaringan, tapi juga menyebabkan
inflamasi.
2.8.3 Dampak
1. Munculnya batu ginjal dan peningkatan resiko gagal ginjal.
2. Menyebabkan kemunculan tofi (benjolan pada lapisan bawah
kulit).
3. Menyebabkan deformitas sendi.
4. Susah tidur.
5. Memicu penyakit jantung coroner.
6. Menyebabkan asidosis metabolic.
7. Obesitas.
2.8.4 Pengendalian
1. Pantau kadar asam urat.
2. Olahraga dengan teratur.
3. Jaga berat badan dengan diet yang tepat.
4. Perbanyak minum air putih.
5. Mengandalkan obat alami
31
2.8.5 Pencegahan
1. Menghindari makanan yang kaya purin.
2. Kurangi asupan minuman beralkohol.
3. Minum banyak air.
4. Minum susu dan jus jeruk.
5. Minum kopi.
6. Multivitamin
2.8.6 Pengobatan
32
2.9 Penyakit ginjal
2. Batu ginjal
33
Suatu kondisi ketika material keras yag menyerupai batu
terbentuk didalam ginjal. Material tersebut berasal dari zat-zat
limbah didalam darah yang disaring oleh ginjal yang kemudian
mengendap dan mengkristal seiring waktu
3. Infeksi ginjal
5. Ginjal polikistik
6. Gagal ginjal
34
2.9.1 Etiologi
a. Faktor genetik
b. Faktor Imunologi
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang
menimbulkan destruksi sel beta.
2. Diabetes Tipe II (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus /
NIDDM )
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II belum diketahui.
Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses
terjadinya resistensi insulin. Selain itu terdapat faktor-faktor risiko
tertentu yang berhubungan yaitu :
a. Usia
Umumnya manusia mengalami penurunan fisiologis yang
secara dramatis menurun dengan cepat pada usia setelah 40
tahun. Penurunan ini yang akan beresiko pada penurunan
fungsi endokrin pankreas untuk memproduksi insulin.
(Sujono & Sukarmin, 2008, hlm. 73).
d. Obesitas
e. Riwayat Keluarga
f. Gaya hidup (stres)
2.9.2 Patofisiologi
35
sebagai lubang kunci pintu masuk ke dalam sel. Pada keadaan tadi
jumlah lubang kuncinya yang kurang, hingga meskipun anak kuncinya
(insulin) banyak, tetapi karena lubang kuncinya (reseptor) kurang, maka
glukosa yang masuk sel akan sedikit, sehingga sel akan kekurangan
bahan bakar (glukosa) dan glukosa di dalam pembuluh darah meningkat.
Dengan demikian keadaan ini sama dengan pada DM tipe 1.
Perbedaannya adalah DM tipe 2 disamping kadar glukosa tinggi juga
kadar insulin tinggi atau normal. Keadaan ini disebut resistensi insulin.(
Suyono, 2005, hlm 3).
2.9.3 Dampak
1. Hipertensi.
2. Gagal ginjal.
3. Munculnya kista dalam organ hati.
4. Aneurisme otak.
5. Perdarahan atau pecahnya kista.
6. Anemia.
2.9.4 Pengendalian
1. Deteksi dini.
2. Melakukan pemeriksaan darah, USG dan biopsi.
3. Cek kesehatan secara rutin
36
2.9.5 Pencegahan
1. Menerapkan pola makan sehat.
2. Perbanyak minum air putih
3. Tidak merokok.
4. Kurangi konsumsi garam.
5. Mengontrol kadar gula darah.
6. Memperbanyak aktifitas fisik.
7. Kendalikan stress.
2.9.6 Pengobatan
2.10 Osteoporosis
37
osteoporosis yang disebabkan oleh penyakit lain. Misalnya
hiperparatiroidisme, hipertiroidisme, diabetes mellitus tipe 1, sindrom
cushing, pemakaian obat golongan kortikosteroid jangka panjang, dan
lain-lain.
2.10.1 Etiologi
2.10.2 Patofisiologi
38
Puncak massa tulang yang inadekuat, mengakibatkan densitas massa
tulang rendah. Berbagai faktor risiko seperti penuaan, hipogonadisme
maupun kondisi menopause, laju turnover tulang yang tinggi akan
meningkatkan kehilangan massa tulang sehingga menurunkan kualitas
tulang. Penurunan massa dan kualitas tulang akan meningkatkan
kerapuhan tulang. Tulang menjadi rentan fraktur.
2.10.3 Dampak
1. Menurunnya total jumlah jaringan untuk kepadatan tulang.
2. Pengeroposan pada tulang.
3. Patah tulang
2.10.4 pengendalian
2.10.5 Pencegahan
1. Makanan yang mengandung kalsium.
2. Mengkonsumsi ikan
3. Mengkonsumsi sayuran,dan
4. Biji-bijian (kacang kedelai,susu,tahu)
2.10.6 Pengobatan
39
memerlukan atau menginginkan obat-obatan untuk mengobati
osteoporosis, tapi tetap perlu menjaga tercukupinya kadar kalsium dan
vitamin D. Dokter mungkin akan menyarankan perubahan pola makan
dan konsumsi suplemen untuk memenuhi kebutuhan ini.
2.11 Osteoathritis
Salah satu jenis arthritis yang paling umum terjadi. Kondisi ini
menyebabkan sendi-sendi terasa sakit dan kaku. Pembengkakan juga
dapat terjadi pada sendi-sendi tersebut.
2.11.1 Etiologi
40
multifaktorial, yaitu akibat terganggunya faktor-faktor protektif tersebut.
Osteoarthritis juga bisa terjadi akibat komplikasi dari penyakit lain
seperti gout, rheumatoid arthritis, dan sebagainya.
2.11.2 Patofisiologi
2.11.3 Dampak
1. kurangnya pergesekan antar sendi yang disebabkan oleh
kurangnya cairan synovial (pelumas).
2. gesekan yang dihasilkan akan menimbulkan rasa nyeri.
2.11.4 Pengendalian
2.11.5 Pencegahan
1. Menjaga berat badan
41
2. Mengontrol kadar gula darah.
3. Rajin olahraga.
4. Menghindari cedera.
5. Gaya hidup sehat.
2.11.6 Pengobatan
1. Diet
2. Cabai merah. Jika Anda suka makanan pedas dan menderita
arthritis, makan cabai adalah salah satu pengobatan osteoarthritis
yang bisa Anda coba karena dipercaya mampu meredakan
peradangan sendi.
3. Paku ekor kuda. Paku ekor kuda adalah obat osteoarthritis yang
bisa Anda coba untuk meredakan nyeri. Paku ekor kuda
(Spenopsida) mempunyai percabangan yang memiliki bentuk
seperti ular sehingga mirip dengan ekor kuda. Sebagian besar paku
Spenopsida tinggal di lingkungan yang ada pasirnya. Anda bisa
menjadikannya jus dan diminum setiap hari untuk meredakan
nyeri.
4. Kemangi. Daun kemangi dan keluarga basil lain adalah obat
osteoarthritis yang sangat baik meredakan nyeri. Anda bisa
menambahkan dalam lalapan atau dijus setiap hari. Jika Anda
punya tanaman basil, Anda juga bisa menyeduhnya sebagai teh dan
diminum setiap 3 kali sehari.
5. Olahraga.
2.12 Kanker
42
Kanker sering dikenal oleh masyarakat sebagai tumor. Padahal, tidak
semua tumor adalah kanker. Tumor adalah segala benjolan tidak normal
atau abnormal. Tumor dibagi dalam dua golongan, yaitu tumor jinak dan
tumor ganas. Kanker adalah istilah umum untuk semua jenis tumor
ganas.
2.12.1 Etiologi
2.12.2 Patofisiologi
43
Kanker adalah kelas penyakit beragam yang sangat berbeda dalam
hal penyebab dan biologisnya. Setiap organisme, bahkan tumbuhan, bisa
terkena kanker. Hampir semua kanker yang dikenal muncul secara
bertahap, saat kecacatan bertumpuk di dalam sel kanker dan sel anak-
anaknya (lihat bagian mekanisme untuk jenis cacat yang umum).
44
d. Mutasi bisa menyebabkan sel menjadi kekal (immortal), lihat
telomeres, membuat sel rusak bisa membuat sel sehat rusak
selamanya.
2.12.3 Dampak
1. Penurunan fungsi organ.
2. kehilangan fungsi organ.
2.12.4 Pengendalian
1. Program promotif dan pencegahan.
2. Deteksi dan tindak lanjut dini.
2.12.5 Pencegahan
1. Memeriksa risiko karena keturunan.
2. Menghindari makanan yang diasap dan dibakar.
3. Menjauhi alcohol.
4. Menghindari makanan dengan zat pewarna dan pengawet.
5. Menghindari rokok.
6. Menghindari makanan berlemak.
7. Makan makanan kaya serat.
8. Olahraga secara teratur.
9. Konsumsi vitamin A,C, dan E.
10. Prilaku seks yang sehat.
2.12.6 Pengobatan
1. Kemoterapi
45
2. Operas
3. Radioterapi
4. Transplantasi sumsum tulang
5. Imunoterapi
6. Terapi hormone
7. Targeted drug therapy. Terapi ini dilakukan dengan memberikan
obat-obatan yang mampu menghambat mutasi genetik pada sel.
2.13 Parkinson
46
2.13.1 Etiologi
a. Genetik
b. Faktor lingkungan
c. Usia
47
d. Obat-obatan : Gejala parkinson mucul setelah minum
obat tertentu, seperti beberapa jenis obat antipsikotik, dan
biasanya membaik setelah obat dihentikan
2.13.2 Patofisiologi
48
2.13.3 Dampak
1. Getaran anggota gerak akibat tidak mampu mengontrol geraka
2. Gangguan keseimbangan
3. Gerakan yang lambat
4. Ketidak mampuan menahan beban
5. Penurunan produktifitas
6. Kecemasan dan kegelisahan
7. Depresi pada pasien yang tidak dapat menerima kondisi penyakit
ini
8. Mudah terjatuh atau trauma
9. Masuknya makanan yang dimakan ke saluran nafas
10. Gangguan peredaran darah
11. Gangguan pernafasan akibat gangguan peredaran darah paru
12. Penurunan daya ingat
13. Halusinasi
14. Gangguan tidur
2.13.4 Pencegahan
1. Olahraga rutin.
2. Mengkonsumsi makanan kaya antioksidan.
2.13.5 Pengobatan
1. Terapi suportif
a. Fisioterapi. Fisioterapi bertujuan untuk membantu pasien
mengatasi kaku otot dan sakit pada persendian, sehingga dapat
meningkatkan kemampuan gerak dan kelenturan tubuh.
49
Fisioterapi juga bertujuan meningkatkan stamina dan kemampuan
pasien untuk beraktivitas tanpa bergantung kepada orang lain.
b. Perubahan menu makanan. Salah satu gejala penyakit Parkinson
adalah sembelit atau konstipasi. Kondisi ini dapat diatasi dengan
banyak minum air dan konsumsi makanan berserat tinggi. Dokter
juga dapat menganjurkan untuk meningkatkan asupan garam pada
makanan, bila pasien mengalami tekanan darah rendah, terutama
saat bangkit berdiri.
c. Terapi wicara. Penderita penyakit Parkinson cenderung
mengalami kesulitan dalam berbicara, sehingga diperlukan terapi
wicara agar bisa membantu meningkatkan cara berbicara.
2. Obat-obatan
a. Antikolinergik. Antikolinergik digunakan untuk membantu
mengatasi tremor. Salah satu obat antikolinergik yang dapat
digunakan adalah trihexyphenidyl.
b. Levodopa. Obat ini diserap oleh sel saraf di dalam otak, dan
diubah menjadi dopamin. Meningkatnya kadar dopamin akan
membantu mengatasi gangguan gerak tubuh.
c. Agonis dopamin. Obat ini memiliki efek yang sama seperti
levodopa, namun tidak menghasilkan dopamin, melainkan hanya
menggantikan fungsi dopamin di dalam otak.
d. Entacapone. Entacapone hanya diberikan kepada pasien penyakit
Parkinson tahap lanjut. Obat ini adalah pelengkap levodopa untuk
memperpanjang efek dari levodopa.
Nyeri leher (neck pain) adalah gejala yang disebabkan oleh tekanan
(stres) pada jaringan-jaringan lunak, tulang-tulang atau sendi-sendi dari
tulang belakang suvikal (cervical spine) atau struktur-struktu yang
berdekatan. Pada beberapa kasus, neck pain mungkin juga berakibat
dengan penyakit-penyakit yang mendasarinya pada leher atau bagian
50
lain dari tubuh. Leher adalah daerah tulang belakang (spine) yang paling
lentur.
2.14.1 Etiologi
2.14.2 Patofisiologi
51
1. Nyeri leher non spesifik atau axial atau nyeri leher mekanik yaitu
nyeri leher yang disebabkan proses patologi pada otot-otot leher
tanpa ada proses penyakit tertentu yang mendasarinya, nyeri leher
tipe ini biasanya terlokalisir, sering kali dihubungkan dengan
postur atau posisi leher yang tidak ergonomis dalam jangka waktu
tertentu saat melakukan pekerjaan.
2. Nyeri leher radikulopati yaitu nyeri leher yang diikuti dengan
gangguan sensoris atau kelemahan pada sistem motorik, nyeri ini
timbul sebagai akibat kompresi atau penekanan akar saraf.
3. Mielopati yaitu nyeri yang dirasakan sebagai akibat kompresi
atau penekanan pada medula spinalis dengan gejala seperti nyeri
radikular, kelainan sensoris dan kelemahan motorik (Robert,
2014).
2.14.3 Dampak
1. Postur tubuh yang buruk.
2. Mengalami cedera di bagian leher.
3. Memiliki riwayat yang berhubungan dengan tulang belakang
sperti penyempitan di sekitar tulang belakang, pradangan
spondolitis dan infeksi tulang belakang.
2.14.4 Pencegahan
1. Olahraga.
2. Menjaga pola makan sehat.
3. Perbaiki posisi tubuh.
2.14.5 Pengobatan
Sebagian besar sakit leher biasanya dapat sembuh sendiri dalam 2-3
minggu. Namun, hal ini tentu saja tergantung pada penyebabnya.
Berikut ini adalah cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi rasa sakit
di leher:
52
2. Lakukan senam leher
3. Kompres leher. Kompres leher yang nyeri dengan es batu yang
dibalut handuk selama 3 hari pertama. Setelah itu, kompres
dengan botol berisi air hangat untuk meredakan rasa nyeri pada
leher.
4. Hindari gerakan leher yang terlalu kencang. Hindari gerakan leher
yang tiba-tiba dan terlalu kencang untuk mengurangi peradangan
dan meredakan rasa sakit di leher.
5. Memijat leher yang sakit
Jika nyeri leher yang dialami cukup parah dan tak kunjung
sembuh meski sudah diberikan penanganan di atas, dokter dapat
memberikan atau merekomendasikan pengobatan berikut ini kepada
pasien:
53
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Degenerasi merupakan suatu perubahan keadaan secara fisika dan
kimia dalam sel, jaringan atau organ yang bersifat menurunkan efesiensinya.
Penyakit degeneratif merupakan istilah yang secara medis digunakan untuk
menerangkan adanya suatu proses kemunduran fungsi sel saraf tanpa sebab
yang diketahui, yaitu dari keadaan normal sebelumnya ke keadaan yang
lebih buruk.
Penyakit ini terjadi karena adanya perubahan pada sel-sel tubuh yang
akhirnya memengaruhi fungsi organ secara menyeluruh.
Proses penuaan adalah penyebab penyakit degeneratif yang paling
umum. Semakin bertambah usia, maka fungsi jaringan dan organ tubuh pun
akan semakin mengalami penurunan. Itu sebabnya, orang lanjut usia (lansia)
lebih mungkin mengalami berbagai jenis penyakit degeneratif dibandingkan
dengan orang yang lebih muda.
Karena itu, pencegahan penyakit degeneratif, yakni melakukan pola
makan yang baik, olah raga yang teratur,tidak mengkonsumsi rokok dan
minum obat serta suplemen.
54
DAFTAR PUSTAKA
55