Anda di halaman 1dari 58

PENGANTAR ILMU PENYAKIT

PENYAKIT DEGENERATIF

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar Ilmu
Penyakit yang diampu oleh : dr. Ferry Kadarusman, M.Kes

Disusun oleh :
Aprilia Sholeha BK.1.17.006
Dayufitrah BK.1.17.008
Mesy Wulandari BK.1.17.025
R. Harun A BK.1.17.033

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITA BHAKTI KENCANA BANDUNG

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya sehingga Makalah ini
dapat terselesaikan dengan tepat waktu. Tujuan penyusun membuat
Makalah Dasar Ilmu Penyakut mengenai Penyakit Degeneratif ini untuk
memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh Ibu dosen dr. Ferry
Kadaruman

Dalam penyusunan Makalah Dasar Ilmu Penyakit ini, kami sudah


berusaha semaksimal mungkin, namun dengan keterbatasan kemampuan
kami tentu saja tidak luput dari kekurangan. Sehubungan hal tersebut kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
penyempurnaan Makalah Dasar Ilmu Penyakut mengenai Penyakit
Degeneratif ini.

Akhirnya kami berharap semoga semua yang disusun disini bisa


bermanfaat khususnya bagi kami, umumnya bagi semua orang yang
membaca Makalah Dasar Ilmu Penyakut mengenai Penyakit Degeneratif.

Bandung, September 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I ............................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 2
1.3 Tujuan .............................................................................................. 2
BAB II ............................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ............................................................................................ 3
2. 1 Definisi ............................................................................................ 3
2. 2 Hipertensi ........................................................................................ 4
2. 3 Dislipidemia .................................................................................. 10
2. 4 Jantung Koroner ............................................................................ 15
2. 5 Stroke............................................................................................. 19
2.6 Obesitas ......................................................................................... 24
2.7 Diabetes mellitus ........................................................................... 26
2.8 Asam Urat ...................................................................................... 29
2.9 Penyakit ginjal ............................................................................... 33
2.10 Osteoporosis .................................................................................. 37
2.11 Osteoathritis................................................................................... 40
2.12 Kanker ........................................................................................... 42
2.13 Parkinson ....................................................................................... 46
2.14 Nyeri leher ..................................................................................... 50
BAB III ........................................................................................................ 54
PENUTUP .................................................................................................... 54
Kesimpulan ............................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 55

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pada saat ini ketika kehidupan manusia berada pada masa kemajuan
yang pesat resiko gangguan kesehatan pun seolah mengalami hal yang
sama. Tentu hal ini dipengaruhi karena kemajuan yang dicapai manusia
akan berpengaruhi pada gaya hidup. Orang menyebutnya sebagai gaya
hidup modern. Namun, apakah gaya hidup modern yang dijalani sudah
memperhatikan aspek kesehatan?

Oleh karena kemajuan teknologi dibidang transportasi, orang menjadi


malas untuk jalan kaki karna lebih memilih menggunakan kendaraan.
Kemudian, jika dilihat dari pola dan gaya makan. Orang modern tentu lebih
sering bertemu dengan makanan fastfood daripda makanan tradisional.
Belum lagi, banyak pilihan makanan yang hanya mengandalkan rasa daripda
kandungan gizinya. Jika dari hal tersebut tidak diperhatikan dengan baik,
tentu akan berpengaruh pada pada kesehatan manusia. Lalu muncullah
beberapa penyakit, terutama yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu
tentang penyakit degeneratif.

Manifestasi klinis dari degeneratif sel (yang menyebabkan penyakit-


penyakit degenratif) bisa mengenai semua organ tubuh. Pada sistem
musculoskeletal manifestasinya bisa berupa osteoporsosis. Pada sistem
neurosensori bisa berupa presbiop maupun katarak senilis. Manisfestasi
degeneratif sel pada system endokrin bisa berupa diabetes mellitus. Panyakit
jantung koroner, acute miocard infarc merupakan manisfestasi klinis
degeneratif sel pada system kardiovaskuler. Pada sitem saraf manifestasi
klinis degeneratif sel dapat berupa dmensia, Parkinson, delirium, stroke,
TIA. Degenetarif selluler bisa memudahlan terjadinya BPH (Benigna
prostate hyperthrophy) pada system uripoitika (Doll, 1995).

1
Penyakit degeneratif merupakan penyakit yang timbul karna penurunan
fungsi salah satu atau beberapa organ tubuh yang sangat rentan dialami oleh
orang berusia lanjut.

Makalah yang kami susun pun akan membahas tentang dampak dari
macam-macam penyakit degeneratif. Selain itu juga akan dijelaskan tentang
bagaimana etiologi, patofisiologi, pengendalian, pencegahan, dan
pengobatan dari beberapa penyakit yang berhubungan dangan penyakit
degeneratif.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa definisi dan macam-macam dari penyakit degeneratif
1.2.2 Etiologi dari penyakit degeneratif
1.2.3 Patofisiologi dari beberapa penyakit degeneratif
1.2.4 Dampak penyakit degeneratif
1.2.5 Pengendalian dari beberapa penyakit degeneratif
1.2.6 Cara pencegahan penyakit degeneratif
1.2.7 Pengobatan dari beberapa penyakit degeneratif

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui apa definisi dari penyakit degeneratif
1.3.2 Mengetahui etiologi dan patofisiologi dari penyakit degeneratif
1.3.3 Mengetahui dampak dari penyakit degeneratif
1.3.4 Mengetahui cara pengendalian, pencegahan, dan pengobatan dari
penyakit degeneratif

2
BAB II

PEMBAHASAN
2. 1 Definisi

Penyakit degeneratif adalah penyakit yang menyebabkan terjadinya


kerusakan atau penghacuran terhadap jaringan atau organ tubuh. Proses
dari kerusakan ini dapat disebabkan oleh penggunaan seiring dengan
usia maupun karena gaya hidup yang tidak sehat. Dapat dikatakan
bahwa kelompok penyakit ini timbul karena penurunan fungsi slah satu
atau beberapa organ tubuh yang sangat rentan dialami oleh orang berusia
lanjut.

Namun, adakalanya juga bisa pada usia muda. Akibat yang akan
ditimbulkan adalah penurunan derajat kesehatan yang biasanya dikuti
dengan penyakit. Akibat yang paling bahaya dari penyakit ini adalah
rasa sakit dan juga sangat menyita biaya terutama saat masa tua.
Bahkan, bisa juga akan berakhir dengan kematian.

Beberapa penyakit yang kini semakin banyak dijumpai sebagai


akibat dari perubahan pola hidup, termasuk pola makan dan pola
aktivitas fisik. Hipertensi, dyslipidemia, obesitas, diabetes mellitus,
misalnya, merupakan factor resiko lagi pennyakit jantung koroner yang
angkanya semakin melonjak. Contoh lain adalah asam urat yang
berkaitan dengan penyakit ginjal dan osteoarthritis, semakin banyak
diderita, bahkan oleh golongan usia muda.

Menurut World Health Organization (WHO), penyakit degeneratif


telah menambah peliknya konsidi kesehatan masyaraat sebagian negara
didunia. Penyait degeneratif dapat disebabkan oleh fungsi atau struktur
dari jaringan maupun organ yang terkena mengalami perubahan lebih
buruk dari waktu ke waku. Factor-faktor penyebab penyakit degeneratif
sudah banyak dimiliki oleh masyarakat usia produktif. Pencetusnya
antara lain karena katurunan, lingkungan, mutase gen, usia tua, pola
makan, dan gaya hidup.

3
2. 2 Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi kronis ketika


tekanan darah pada dinding arteri (pembuluh darah bersih) meningkat.
Kondisi ini dikenal sebagai “pembunuh diam-diam” karena jarang
memiliki gejala yang jelas. Satu-satunya cara mengetahui apakah
seseorang memiliki penyakit hipertensi dengan mengukur tekanan
darah.riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada 2013 menunjukan bahwa
penderita hipertensi yang berusia di atas 18 tahun mencapai 25,8% dari
jumlah kesekuruhan penduduk indonesia. Dari angka tersebut, hipertensi
perempuah lebih banyak 6% disbanding laki-laki. Sementara itu, yang
terdiagnosis oleh tenaga kesehatan hanya mencapai sekitar 9,4%. Hal ini
berarti masih banyak penderita hipertensi yang tidak terngkau dan
terdiagnosis oleh tenaga kesehatan serta tidak menjalani peengobatan
sesuai anjuran tenaga kesehatan. Hal tersebut menyebabkan hipertensi
sebegai salah satu penyebab kematian tertinggi tertinggi di Indonesia.

2.2.1 Etiologi
1. Hipertensi
a. Hipertensi essensial

Hipertensi essensial atau idiopatik adalah hipertensi tanpa kelainan


dasar patologis yang jelas. Lebih dari 90% kasus merupakan hipertensi
essensial. Penyebab hipertensi meliputi faktor genetik dan lingkungan.
Faktor genetik mempengaruhi kepekaan terhadap natrium, kepekaan
terhadap stress, reaktivitas pembuluh darah terhadap vasokontriktor,
resistensi insulin dan lain-lain. Sedangkan yang termasuk faktor
lingkungan antara lain diet, kebiasaan merokok, stress emosi, obesitas
dan lain-lain (Nafrialdi, 2009). Pada sebagian besar pasien, kenaikan
berat badan yang berlebihan dan gaya hidup tampaknya memiliki peran
yang utama dalam menyebabkan hipertensi. Kebanyakan pasien
hipertensi memiliki berat badan yang berlebih dan penelitian pada
berbagai populasi menunjukkan bahwa kenaikan berat badan yang
berlebih (obesitas) memberikan risiko 65-70 % untuk terkena
hipertensi primer (Guyton, 2008).

4
b. Hipertensi sekunder

Meliputi 5-10% kasus hipertensi merupakan hipertensi sekunder


dari penyakit komorbid atau obat-obat tertentu yang dapat
meningkatkan tekanan darah. Pada kebanyakan kasus, disfungsi renal
akibat penyakit ginjal kronis atau penyakit renovaskular adalah
penyebab sekunder yang paling sering. Obat-obat tertentu, baik secara
langsung ataupun tidak, dapat menyebabkan hipertensi atau
memperberat hipertensi dengan menaikkan tekanan darah (Oparil,
2003). Hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui, sering
berhubungan dengan beberapa penyakit misalnya ginjal, jantung
koroner, diabetes dan kelainan sistem saraf pusat (Sunardi, 2000).

2.2.2 Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah


terletak di pusat vasomotor pada medula di otak. Dari pusat vasomotor
ini bermula jaras saraf simpatis yang berlanjut ke bawah ke korda
spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di
toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia
simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin yang
akan merangsang serabut saraf pascaganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya norpinefrin mengakibatkan kontriksi
pembuluh darah (Brunner, 2002).

Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat


mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan
vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap
norpinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut
bisa terjadi (Corwin, 2005).

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang


pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Korteks

5
adrenal mengsekresikan kortisol dan steroid lainnya yang dapat
memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal dapat menyebabkan
pelepasan renin. Renin merangsang pembentukkan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokontriktor kuat,
yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks
adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus
ginjal sehingga menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua
faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi (Brunner,
2002).

Perubahaan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah


perifer bertanggung jawab pada perubahaan tekanan darah yang terjadi
pada lanjut usia. Perubahaan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos
pembuluh darah yang menyebabkan penurunan distensi dan daya regang
pembuluh darah. Akibat hal tersebut, aorta dan arteri besar mengalami
penurunan kemampuan dalam mengakomodasi volume darah yang
dipompa oleh jantung (volume sekuncup) sehingga mengakibatkan
penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Corwin,
2005).

2.2.3 Dampak
1. Kerusakan ginjal
Darah yang akan disaring oleh ginjal dialirkan melalui pembuluh
darah yang berada di sekitar ginjal, dan banyak sekali darah yang
mengalir di pembuluh darah ini. Seiring berjalannya waktu, kalau
hipertensi tidak terkontrol, maka akan menyebabkan arteri di sekitar
ginjal ini menyempit, melemah, dan mengeras. Kerusakan pada
arteri ini menghambat darah yang diperlukan oleh jaringan pada
ginjal.
2. Serangan jantung.

6
Tekanan darah tinggi dapat memaksa pembuluh darah koroner untuk
terus meregang. Lambat laun, tekanan tambahan ini dapat
melemahkan dinding arteri sehingga membuatnya lebih rentan
terhadap pembentukan plak yang semakin mempersempit pembuluh.
Kondisi ini disebut sebagai aterosklerosis.
Gumpalan darah juga cenderung lebih mudah terjadi ketika
pembuluh mengeras akibat plak, Ketika pembuluh darah tersumbat
oleh plak atau gumpalan darah, aliran darah ke otot-otot jantung
akan terganggu. Akibatnya, otot jantung tidak bisa mendapatkan
cukup asupan oksigen dan nutrisi. Ketika ini terjadi, jaringan otot
jantung akan mulai rusak dan bahkan mati perlahan sehingga
menyebabkan serangan jantung
3. Stroke.Glaukoma.
Tekanan darah tinggi termasuk salah satu faktor pemicu yang
meningkatkan risiko glaukoma. Ketika tekanan darah Anda tinggi,
maka dinding pembuluh darah pada retina akan menebal.
Akibatnya, pembuluh darah akan menyempit dan aliran darah ke
retina pun menjadi berkurang. Lama-lama, kerusakan pembuluh
darah retina akibat tekanan darah yang tinggi ini bisa merusak saraf
optik dan menimbulkan glaukoma.
4. Disfungsi ereksi.
Tekanan darah yang dibiarkan terus tinggi lama-lama akan
menyebabkan dinding pembuluh sobek. Untuk merespon cedera ini,
pembuluh arteri akan mengeras dan menyempit yang membuat aliran
darah Anda menjadi tidak lancar. Kondisi ini
disebut aterosklerosis. Jika jumlah arus darah yang mengalir ke
penis jadi lebih sedikit karena arterinya terlalu sempit, Anda akan
kesulitan untuk mencapai atau mempertahankan ereksi.
Tensi yang terus tinggi juga akan menurunkan kadar oksida nitrat
dalam sel dinding pembuluh. Padahal, oksida nitrat dibutuhkan
untuk membantu pembuluh melebar guna melancarkan aliran darah.
Orang-orang pengidap hipertensi kronis memiliki kadar oksida nitrat

7
yang rendah dalam tubuhnya. Hal ini kemudian jadi membatasi
mekanisme pelebaran pembuluh arteri dalam penis. Akibatnya,
aliran darah yang dibutuhkan untuk bisa ereksi tidak akan memenuhi
penis.
5. Dementia dan Alzheimer.
Alzheimer adalah penyakit yang bisa memicu gangguan daya ingat
yang sangat parah, khususnya di usia tua. Menurut Alzheimer’s
Society, disebutkan bahwa mereka yang sudah mengalami hipertensi
di usia muda cenderung mengalami risiko lebih besar terkena
demensia atau Alzheimer, tepatnya demensia vascular.
2.2.4 Pengendalian
1. Gizi seimbang dan pembatas gula, garam dan lemak .
2. Mempertahankan berat badan dan lingkar pinggang yang ideal
3. Olahraga teratur.
4. Stop merokok .
5. Membatasi kosumsi alcohol.
2.2.5 Pencegahan
1. Pola hidup sehat.
2. Kurangi garam.
3. Berhenti meroko.
4. Olahraga.
2.2.6 Pengobatan

Menjalani gaya hidup sehat dan konsumsi obat antihipertensi, bisa


menjadi langkah efektif untuk mengatasi hipertensi. Nilai tekanan darah
dan risiko pasien terserang komplikasi, seperti serangan jantung dan
stroke, akan menentukan pengobatan yang akan dijalani.

Perubahan gaya hidup. Mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat,


bisa menurunkan tekanan darah dalam beberapa minggu. Gaya hidup
sehat yang yang perlu dijalani, antara lain:

1. Mengadopsi pola diet DASH (dietary approaches to stop


hypertension), yaitu pola makan dengan lebih banyak mengonsumsi

8
buah, sayur-sayuran, susu rendah lemak, gandum, dan kacang-
kacangan, dibandingkan dengan daging merah dan makanan yang
mengandung lemak jenuh serta kolesterol tinggi.
2. Penggunaan Obat-obatan. Pada beberapa kasus, penderita hipertensi
harus mengonsumsi obat untuk seumur hidup. Namun, dokter bisa
menurunkan dosis atau menghentikan pengobatan jika tekanan darah
penderita sudah terkendali dengan mengubah gaya hidup. Penting
bagi pasien untuk mengonsumsi obat dalam dosis yang sudah
ditentukan dan memberitahu dokter jika ada efek samping yang
muncul. Beberapa jenis obat hipertensi antara lain:
a. Diuretik. Obat ini bekerja membuang kelebihan garam dan cairan di
tubuh melalui urine. Di antara jenis obat diuretik adalah
hydrochlorothiazide.
b. Antagonis kalsium. Antagonis kalsium menurunkan tekanan darah
dengan melebarkan pembuluh darah. Beberapa contoh obat ini
adalah amlodipine dan nifedipine.
c. Beta blocker. Berfungsi menurunkan tekanan darah dengan
melebarkan pembuluh dan memperlambat detak jantung. Contoh
obat golongan beta-blocker adalah atenolol dan bisoprolol.
d. ACE inhibitor. ACE inhibitor menurunkan tekanan darah dengan
cara membuat dinding pembuluh darah lebih rileks. Contoh obat
golongan ini adalah captopril dan ramipril.
e. Angiotensin-2 receptor blocker (ARB). Fungsi obat ini hampir sama
dengan ACE inhibitor yaitu membuat dinding pembuluh darah
menjadi rileks, sehingga kedua obat tersebut tidak boleh diberikan
secara bersamaan. Contoh obat ini adalah losartan dan valsartan.
f. Penghambat renin. Obat ini berfungsi menghambat kerja renin, yaitu
enzim yang dihasilkan ginjal dan berfungsi menaikkan tekanan
darah. Contoh obat penghambat renin adalah aliskiren

9
2. 3 Dislipidemia

Penyakit dyslipidemia adalah gangguan atau abnormal yang terjadi


pada darah yang menglaami kelebihan lipid (lemak). Gangguan yang
terjadi pada darah disebabkan akibat rendahnya tingkat kolesterol
plasma atau HDL pada darah. Hal ini dapat penyebabkan terjadinya
perkembanganperadangan pada darah dan gangguan pada jantung.

Tidak ada perbedaan alami antara tingkat lipid normal dan abnormal
karena pengukuran lipid bersifat berlanjut. Penyebab pada gejala
penyakit dyslipidemia ini dibedakan menjadi kedua kategori, yaitu
kategori primer dan sekunder. Pada kategori primer, penyakit ini
disebabkan oleh factor genetik atau keturunan. Jadi, jika orangtua
menderita penyakit ini maka anaknya pun akan lebih berisiko untuk
menderita penyakit yang sama. Pada kategori sekunder, penyakit ini
disebabkan oleh pola hidup tidak sehat, termasuk pola makanan dan
aktivitas fisik.

2.3.1 Etiologi
1. Faktor jenis kelamin
Jenis kelamin merupakan faktor yang berhubungan dengan
rendahnya kolesterol HDL. Resiko terjadinya dislipidemia pada
wanita lebih besar daripada pria. Sebagaimana penelitian Cooper
pada 589 perempuan didapatkan respon peningkatan kolesterol
sedikit berbeda yaitu kadar LDL kolesterol meningkat lebih cepat
sedangkan kadar HDL kolesterol juga meningkat sehingga rasio
kadar kolesterol total/HDL menjadi rendah (Djauzi, 2005).
2. Faktor usia

10
Semakin tua usia seseorang maka fungsi organ tubuhnya semakin
menurun, begitu juga dengan penurunan aktivitas reseptor LDL,
sehingga bercak perlemakan dalam tubuh semakin meningkat dan
menyebabkan kadar kolesterol total lebih tinggi, sedangkan
kolesterol HDL relative tidak berubah. Pada usia 10 tahun bercak
perlemakan sudah dapat ditemukan di pembuluh darah. Prevalensi
hiperkolesterolemia pada kelompok usia 25-34 tahun adalah 9,3%
dan meningkat sesuai dengan pertambahan usia hingga 15,5% pada
kelompok usia 55-64 tahun (Djauzi, 2005).
3. Faktor Genetik
Faktor genetik merupakan salah satu faktor terjadinya dislipidemia.
Dalam ilmu genetika menyebutkan bahwa gen diturunkan secara
berpasangan memerlukan satu gen dari ibu dan satu gen dari ayah,
sehingga kadar hiperlipidemia tinggi dan diakibatkan oleh faktor
dislipidemia primer karena faktor genetik (Djauzi, 2005).
4. Faktor kegemukan
Salah satu penyebab kolesterol naik adalah karena kelebihan berat
badan atau juga bisa disebut dengan penyakit obesitas. Kelebihan
berat badan ini juga bisa disebabkan oleh makanan yang terlalu
banyak yang mengandung lemak jahat tinggi di dalamnya.
Kelebihan berat badan dapat meningkatkan trigliserida dan dapat
menurunkan HDL (Anwar, 2004).
5. Faktor olahraga
Manfaat berolahraga secara teratur dapat membantu untuk
meningkatkan kadar kolesterol baik atau HDL dalam tubuh. Selain
itu berolahraga mampu meproduksi enzim yang berperan untuk
membantu proses memindahkan kolesterol LDL dalam darah
terutama pada pembuluh arteri kemudian dikembalikan menuju ke
hati untuk diubah menjadi asam empedu. Asam empedu ini
diperlukan melancarkan proses pencernaan kadar lemak dalam
darah. Semakin rutin berolahraga dengan teratur maka kadar

11
kolesterol LDL dalam tubuh akan semakin berkurang sampai
menuju ke titik normal (Arisman, 2008).
6. Faktor merokok
Merokok dapat meningkatkan kadar kolesterol total, kolesterol
LDL, trigliserida, dan menurunkan kolesterol HDL. Ketika
pengguna rokok menghisap rokok maka secara otomatis akan
memasukkan karbon monoksida ke dalam paru-paru dan akan
merusak dinding pembuluh darah. Nikotin yang terkandung dalam
asap rokok akan merangsang hormone adrenalin, sehingga akan
mengubah metabolisme lemak yang dapat menurunkan kadar
kolesterol HDL dalam darah (Anwar, 2004).
7. Faktor makanan
Konsumsi tinggi kolesterol menyebabkan hiperkolesterolemia dan
arterosklerosis. Asupan tinggi kolesterol dapat menyebabkan
peningkatan kadar kolestertol total dan LDL sehingga mempunyai
resiko terjadinya dislipidemia (Anwar, 2004).

2.3.2 Patofisiologi

Kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid diangkut dalam darah


sebagai kompleks lipid dan protein (lipoprotein). Lipid dalam darah
diangkut dengan 2 cara yaitu jalur eksogen dan jalur endogen. Jalur
eksogen yaitu trigliserida dan kolesterol yang berasal dari makanan
dalam usus dikemas sebagai kilomikron. Selain kolesterol yang berasal
dari makanan dalam usus juga terdapat kolesterol dari hati yang
diekskresi bersama empedu ke usus halus. Baik lemak di usus halus
yang berasal dari makanan maupun yang berasal dari hati disebut lemak
eksogen. Jalur endogen yaitu trigliserida dan kolesterol yang disintesis
oleh hati mengalami hidrolisis dalam sirkulasi oleh lipoprotein lipase
yang juga menghidrolisis kilomikron menjadi partikel lipoprotein yang
lebih kecil. LDL merupakan lipoprotein yang mengandung kolesterol
paling banyak (60-70%). Lipoprotein dikelompokkan menjadi 6 kategori
yaitu : I (Kilomikron), IIa (LDL), IIb (LDL+very-low-density

12
lipoprotein [VLDL]), III (intermediate density lipoprotein), IV (VLDL),
V (VLDL+kilomikron) (Dipiro et al, 2015).

Jumlah kolesterol yang akan teroksidasi tergantung dari kadar


kolesterol yang terkandung di LDL. Beberapa keadaan mempengaruhi
tingkat oksidasi seperti meningkatnya jumlah LDL seperti pada sindrom
metabolik dan kadar kolesterol HDL, makin tinggi kadar HDL maka
HDL bersifat protektif terhadap oksidasi LDL (Suyatna, 2006).

2.3.3 Dampak
1. Penyumbatan arteri.
2. Serangan jantung.
3. Stroke.
4. Permasalahan sirkulasi darah.

2.3.4 Pengendalian

Prinsip pengendalian dislipidemia sangat berkaitan dengan faktor


risiko kardiovaskular yang dimiliki pasien. Meskipun dalam
pemeriksaan profil lipid terdapat empat parameter yang diperiksa yaitu
kadar kolesterol total, LDL, HDL, dan trigliserida, parameter primer
untuk penapisan, diagnosis maupun terapi adalah kadar LDL. Hanya
saja pada kondisi kadar trigliserida sangat tinggi (>500 mg/dL),
pengobatan pertama ditujukan untuk menurunkan trigliserida dahulu
agar tidak terjadi pankreatitis. Setelah kadar trigliserida <500 mg/dL,
jenis obat diganti dengan agen penurun LDL.

Secara ringkas, pengendalian dislipidemia memiliki empat aspek


utama:

a. Penilaian dan stratifikasi risiko berdasarkan kriteria eksplisit


b. Perubahan gaya hidup seperti aktivitas fisik dan modifikasi diet
c. Untuk pasien dengan kadar kolesterol tinggi, penggunaan obat
golongan statin merupakan pilihan utama (pada beberapa kondisi
dapat pula digunakan bile acid sequestrants, ezetimibe, atau
niasin)

13
d. Untuk pasien dengan kadar trigliserida tinggi, pilihan terapi
adalah golongan fibrat, niasin, asam lemak omega tiga dan diet
lemak tidak jenuh.

2.3.5 Pencegahan
1. Hindari makanan yang banyak mengandung lemak.
2. Olahraga secara tratur.
3. Bagi penderita obesitas dianjurkan untuk melakukan
diet,menurunkan berat badan.
4. Berhenti merokok

2.3.6 Pengobatan

Ada beberapa hal yang bisa dijadikan sebagai cara mengobati


dislipidemia. Perubahan gaya hidup yang lebih sehat merupakan cara
mengobati dislipidemia secara alami. Apabila Anda memiliki gaya
hidup yang sehat maka kadar kolesterol dan trigliserida Anda akan
terkontrol dengan baik dan memulainya dengan mengubah pola makan
yang sehat dan teratur. Konsumsilah lebih banyak air putih, sayuran,
buah-buahan, biji-biijan, dan protein tanpa lemak. Hindari atau kurangi
asupan lemak jenuh dan gula rafinasi.

Anda juga perlu untuk menghentikan gaya hidup yang tidak sehat
seperti merokok dan minum alkohol. Selanjutnya Anda bisa melakukan
olahraga harian secara teratur agar kadar kolesterol LDL menjadi turun.
Selain memiliki gaya hidup sehat, cara yang paling sering digunakan
untuk mengobati dislipidemia adalah dengan obat-obatan. Jenis obat-
obatan yang paling sering digunakan untuk mengobati dislipidemia
adalah statin.

14
2. 4 Jantung Koroner

Penyakit jantung coroner adalah penyakit jantung yang terjadi


karena keursakan dinding pembuluh darah. Kerusakan dinding
pembuluh darah ini dapat terjaid karena beberapa factor resiko antara
lain radikal bebas yang terkandung dalam rokok dan polusi udara.
Kolesterol tinggi, hipertensi, penyakit diabetes mellitus, kebiasaan
merokok, dan sebagainya.

Kolesterol yang tertimbun pada dinding bagian dalam pembuluh


darah dapat mengakibatkan pembuluh darah mengalami penyempitan
sehingga aliran darah menjadi terganggu karena harus bekerja keras
untuk memompa aliran darah. Dalam jangka panjang, arteri-arteri
coroner semakin sempit dan mengeras. Kondisi inilah yang tersebut
aterosklerosis.

2.4.1 Etiologi

Etiologi penyakit jantung koroner adalah adanya


penyempitan,penyumbatan, atau kelainan pembuluh arteri koroner.
Penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah tersebut dapat
menghentikan aliran darah ke otot jantung yang sering ditandai dengan
nyeri. Dalam kondisi yang parah, kemampuan jantung memompa darah
dapat hilang. Hal ini dapat merusak sistem pengontrol irama jantung dan
berakhir dan berakhir dengan kematian (Hermawatirisa, 2014).

15
Faktor risiko dapat berupa semua faktor penyebab (etiologi) ditambah
dengan faktor epidemiologis yang berhubungan secara independen dengan
penyakit. Faktor – faktor utama penyebab serangan jantung yaitu perokok
berat, hipertensi dan kolesterol. Faktor pendukung lainnya meliputi obesitas,
diabetes, kurang olahraga, genetik, stres, pil kontrasepsi oral dan gout
(Huon, 2002). Faktor risiko seperti umur, keturunan, jenis kelamin, anatomi
pembuluh koroner dan faktor metabolisme adalah faktor-faktor alamiah
yang sudah tidak dapat diubah. Namun ada berbagai faktor risiko yang
justru dapat diubah atau diperbaiki. Sangat jarang orang menyadari bahwa
faktor risiko PJK bisa lahir dari kebiasaaan hidup sehari-hari yang buruk
misalnya pola komsumsi lemak yang berlebih, perilaku merokok, kurang
olaraga atau pengelolaan stress yang buruk (Anies,2005).

2.4.2 Patofisiologi

Perkembangan PJK dimulai dari penyumbatan pembuluh jantung oleh


plak pada pembuluh darah. Penyumbatan pembuluh darah pada awalnya
disebabkan peningkatan kadar kolesterol LDL (low-density lipoprotein)
darah berlebihan dan menumpuk pada dinding arteri sehingga aliran darah
terganggu dan juga dapat merusak pembuluh darah (Al fajar, 2015).

Penyumbatan pada pembuluh darah juga dapat disebabkan oleh


penumpukan lemak disertai klot trombosit yang diakibatkan kerusakan
dalam pembuluh darah. Kerusakan pada awalnya berupa plak fibrosa
pembuluh darah, namun selanjutnya dapat menyebabkan ulserasi dan
pendaeahan di bagian dalam pembuluh darah yang menyebabkan klot darah.
Pada akhirnya, dampak akut sekaligus fatal dari PJK berupa serangan
jantung (Naga, 2012).

2.4.3 Dampak
1. Detak jantung yang tidak beraturan (aritmia).
2. Detak jantung yang tiba-tiba tinggi dan tiba-tiba rendah.
3. Kondisi tidak sadar bahkan kematian.

2.4.4 Pencegahan

16
1. Periksa kesehatan secara rutin dan ikuti anjuran dokter.
2. Atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur.
3. Tetap diet dengan gizi seimbang.
4. Upayakan aktifitas fisik dengan aman .
5. Hindari asap roko, alcohol dan zat karsinogenik lainnya.

2.4.5 Pengendalian
1. Mengatur pola makan yang sehat
2. Olahraga yang teratur.
3. Istirahat yang cukup.
4. Kontrol berat badan .
5. Menghindari makanan tertentu.

2.4.6 Pengobatan

Penanganan penyakit jantung koroner (PJK) umumnya melibatkan


perubahan pola hidup yang dapat dikombinasikan dengan obat-obatan
atau prosedur medis. Menjalani pola hidup sehat dapat meningkatkan
kesehatan jantung.

Dokter juga akan meresepkan beberapa jenis obat untuk menangani


penyakit jantung koroner, antara lain:

a. Pengencer darah – Dokter dapat meresepkan pengencer darah jenis


antiplatelet, kecuali pada pasien dengan gangguan pembekuan
darah. Antiplatelet dapat membantu mencegah pembekuan darah,
dan menurunkan risiko angina serta serangan jantung. Contoh obat
ini adalah aspirin dan clopidogrel.
b. Statin – Statin berfungsi menurunkan kolesterol tinggi, dengan
membuang LDL dari darah, sehingga memperlambat
perkembangan penyakit jantung. Contoh obat statin yang biasa
diresepkan adalah atorvastatin dan simvastatin.

17
c. Obat penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE inhibitors) –
Jenis obat ini digunakan untuk mengobati hipertensi, di antaranya
captopril dan enalapril.
d. Angiotensin II receptor blockers (ARB) – Fungsi obat ini sama
seperti ACE inhibitors, yaitu mengatasi hipertensi. Contohnya
adalah valsartan dan telmisartan.
e. Penghambat beta (beta blockers) – Obat ini berfungsi mencegah
angina dan mengatasi hipertensi. Contohnya adalah bisoprolol dan
metoprolol.
f. Nitrat – Nitrat berfungsi melebarkan pembuluh darah, sehingga
aliran darah ke jantung meningkat, dan jantung tidak memompa
darah lebih keras. Salah satu jenis nitrat adalah nitrogliserin.
g. Antagonis kalsium – Obat ini bekerja melebarkan pembuluh darah,
sehingga tekanan darah menurun. Contohnya adalah verapamil dan
diltiazem.
h. Diuretik – Jenis obat ini bekerja mengurangi kadar air dan garam
dalam darah melalui urine, dan melebarkan pembuluh darah agar
tekanan darah menurun.

Bila obat sudah tidak efektif untuk mengatasi gejala yang dialami,
pasien akan disarankan untuk menjalani operasi. Dokter juga akan
menjalankan operasi bila penyempitan pembuluh darah disebabkan oleh
penumpukan ateroma. Sejumlah tindakan yang dilakukan, antara lain:

a. Pasang ring jantung - Pasang ring jantung atau angioplasti koroner


dilakukan dengan memasukkan kateter ke bagian arteri yang
mengalami penyempitan. Kemudian, dokter akan mengembangkan
balon kecil melalui kateter untuk melebarkan arteri yang
menyempit. Dengan demikian, aliran darah dapat kembali lancar.
Ring (stent) akan dipasang di arteri guna mencegah penyempitan
kembali.
b. Bypass jantung - Prosedur ini dilakukan dengan mengambil
pembuluh darah dari bagian tubuh lain, untuk ditempel (dicangkok)

18
ke bagian antara pembuluh darah besar (aorta) dan arteri, dengan
melewati area yang menyempit. Dengan begitu, darah akan
mengalir lancar melalui rute baru tersebut.
c. Transplantasi jantung - Tindakan ini dilakukan jika kerusakan
jantung sudah sangat parah, dan sudah tidak dapat lagi diatasi
dengan obat. Tranplantasi jantung dilakukan dengan mengganti
jantung yang rusak, dengan jantung yang sehat dari pendonor.

2. 5 Stroke

Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke otak


terputus akibat penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah sehingga
terjadi kematian sel-sel pada sebagian area otak. Stroke adalah kondisi
kesehatan yang membutuhkan penanganan cepat.

Otak dapat berfungsi dengan baik jika pasokan oksigen dan nutrisi
yang disediakan darah mengalir dengan baik. Jika pasokan darah
terhambat, otak akan rusak bahkan seseorang yang terkena stroke
meninggal.

Jenis stroke jika dilihat dari penyebabnyqa dibagi menjaid dua, yaitu
stroke iskemik dan stroke hemoragik. Stroke iskemik terjadi jika
pasokan darah berhenti akibat gumpalan darah dan stroke hemoragik
terjadi jika pembuluh darah yang memasok darah ke otak pecah. Ada
juga yang disebut TIA (transient ischemic attack) atau sering dikatakan
sebagai stroke ringan. TIA terjadi ketika pasokan darah kke otak
mengalami gangguan sesaat yang biasanya diawali dengan gejala ringan.

19
2.5.1 Etiologi

Pada level makroskopik, stroke iskemik paling sering disebabkan


oleh emboli dari ekstrakranial atau trombosis di intrakranial, tetapi dapat
juga disebabkan oleh berkurangnya aliran darah otak. Pada level seluler,
setiap proses yang mengganggu aliran darah ke otak dapat mencetuskan
suatu kaskade iskemik, yang akan mengakibatkan kematian sel-sel otak
dan infark otak (Rahmawati, 2009).

1. Emboli
Sumber emboli dapat terletak di arteri karotis maupun vertebralis
akan tetapi dapat juga di jantung dan sistem vaskular sistemik
(Mardjono, 1988).
a. Embolus yang dilepaskan oleh arteri karotis atau vertebralis,
dapat berasal dari “plaque atherosclerotique” yang berulserasi
atau thrombus yang melekat pada intima arteri akibat trauma
tumpul pada daerah leher.
b. Embolisasi kardiogenik dapat terjadi pada: Penyakit jantung
dengan “shunt” yang menghubungkan bagian kanan dengan
bagian kiri atrium atau ventrikel.
c. Embolisasi akibat gangguan sistemik dapat terjadi sebagai
emboli septik, misalnya dari abses paru atau bronkiektasis, dapat
juga akibat metaplasia neoplasma yang sudah ada di paru.

2. Trombosis
Stroke trombotik dapat dibagi menjadi stroke pada pembuluh darah
besar (termasuk sistem arteri karotis dan percabanganya) dan
pembuluh darah kecil. Tempat terjadinya trombosis yang paling
sering adalah titik percabangan arteri serebral utamanya pada
daerah distribusi dari arteri karotis interna. Adanya stenosis arteri
dapat menyebabkan terjadinya turbulensi aliran darah. Energi yang
diperlukan untuk menjalankan kegiatan neuronal berasal dari
metabolisme glukosa. Bila tidak ada aliran darah lebih dari 30 detik
gambaran EEG akan mendatar, bila lebih dari 2 menit aktifitas

20
jaringan otak berhenti, bila lebih dari 5 menit maka kerusakan
jaringan otak dimulai, dan bila lebih dari 9 menit manusia dapat
meninggal (Wijaya, 2013).

2.5.2 Patofisiologi

Stroke iskemik terjadi apabila terjadi oklusi atau penyempitan aliran


darah ke otak dimana otak membutuhkan oksigen dan glukosa sebagai
suber energi agar fungsinya tetap baik. Aliran drah otak atau Cerebral
Blood Flow (CBF) dijaga pada kecepatan konstan antara 50-150 mmHg
(Price, 2006).

Aliran darah ke otak dipengaruhi oleh:

1. Keadaan pembuluh darah


Viskositas darah meningkat, polisitemia menyebabkan aliran
darah ke otak lebih lambat, anemia yang berat dapat
menyebabkan oksigenasi otak menurun.
2. Tekanan darah sistemik
Autoregulasi serebral merupakan kemampuan intrinsik otak
untuk mempertahankan aliran darah ke otak tetap konstan
walaupun ada perubahan tekanan perfusi otak.
3. Kelainan jantung
Kelainan jantung berupa atrial fibrilasi, blok jantung
menyebabkan menurunnya curah jantung. Selain itu lepasnya
embolus juga menimbulkan iskemia di otak akibat okulsi lumen
pembuluh darah.

2.5.3 Dampak
1. Komplikasi yang berhubungan dengan system saraf.
2. Terjadinya infeksi.
3. Adanya masalah pada anggota gerak.
4. Komplikasi akibat imobilisasi.
5. Kurangnya nutrisi.
6. Dampak psiko-sosial.

21
2.5.4 Pengendalian
1. Mengkonsumsi buah dan sayur.
2. Hindari merokok
3. Melakukan aktivitas fisik.
4. Menghindari minuman beralkohol.

2.5.5 Pencegahan
1. Berolahraga secara teratur.
2. Makan makanan yang bergizi dan sehat.
3. Rutin melakukan cek kesehatan.

2.5.6 Pengobatan

Pengobatan stroke iskemik. Penanganan awal stroke iskemik akan


berfokus untuk menjaga jalan napas, mengontrol tekanan darah, dan
mengembalikan aliran darah. Penanganan tersebut dapat dilakukan
dengan cara:

1. Penyuntikkan rtPA. Penyuntikan rtPA (recombinant tissue


plasminogen activator) melalui infus dilakukan untuk
mengembalikan aliran darah. Namun, tidak semua pasien dapat
menerima pengobatan ini. Dokter akan menentukan apakah pasien
merupakan kandidat yang tepat untuk diberikan rtPA.
2. Obat antiplatelet. Untuk mencegah pembekuan darah, digunakan
obat antiplatelet, seperti aspirin.
3. Obat antikoagulan. Untuk mencegah pembekuan darah, pasien dapat
diberikan obat-obatan antikoagulan, seperti heparin, yang bekerja
dengan cara mengubah komposisi faktor pembekuan dalam darah.
Obat antikoagulan biasanya diberikan pada penderita stroke dengan
gangguan irama jantung
4. Obat antihipertensi. Pada penderita stroke baru, biasanya tekanan
darah tidak diturunkan terlalu rendah untuk menjaga suplai darah ke

22
otak. Namun, setelah keadaan stabil tekanan darah akan diturunkan
ke level optimal. Obat hipertensi juga digunakan untuk mencegah
stroke berulang, mengingat hipertensi merupakan faktor risiko
terbanyak penyebab stroke. Contoh obat hipertensi adalah obat
penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE inhibitor), obat
penghambat alfa dan beta (alpha- dan beta-blocker), diuretik
thiazide, dan obat antagonis kalsium (calcium channel blocker).
5. Statin. Dokter akan memberikan obat kolesterol golongan statin,
seperti atorvastatin, untuk mengatasi kolesterol tinggi. Statin
berguna untuk menghambat enzim penghasil kolesterol di dalam
organ hati.
6. Endarterektomi karotis. Terkadang operasi diperlukan untuk
mencegah berulangnya stroke iskemik, salah satunya adalah
endarterektomi karotis. Melalui prosedur ini, tumpukan lemak yang
menghambat arteri karotis dibuang oleh dokter dengan sebuah
pembedahan di leher pasien. Arteri katoris merupakan arteri yang
terdapat di setiap sisi leher yang menuju ke otak. Meski efektivitas
operasi endarterektomi karotis dalam mencegah stroke iskemik
cukup tinggi, namun prosedur ini tidak sepenuhnya aman dilakukan
pada pasien yang juga menderita kondisi lainnya, terutama penyakit
jantung.
7. Angioplasti. Selain endarterektomi karotis, arteri karotis juga dapat
dilebarkan dengan teknik angioplasti. Angioplasti dilakukan melalui
kateter yang dimasukkan melalui pembuluh darah di pangkal paha
untuk selanjutnya diarahkan ke arteri karotis. Kateter ini membawa
sebuah balon khusus dan stent. Setelah berada dalam arteri karotis,
balon digelembungkan untuk memperluas arteri yang tersumbat lalu
disangga dengan ring atau stent.

Pengobatan stroke hemoragik. Pada kasus stroke hemoragik,


penanganan awal bertujuan untuk mengurangi tekanan pada otak dan
mengontrol perdarahan. Ada beberapa bentuk pengobatan terhadap
stroke hemoragik, antara lain:

23
1. Obat-obatan. Dokter dapat memberikan obat untuk menurunkan
tekanan di otak, menurunkan tekanan darah, dan mencegah kejang.
Jika pasien mengonsumsi obat antikoagulan atau antiplatelet, dokter
akan memberikan transfusi faktor pembekuan atau obat-obatan
untuk membalik efek obat pengencer darah tersebut.
2. Operasi. Selain dengan obat, stroke hemoragik juga bisa ditangani
dengan operasi. Operasi dilakukan untuk mengurangi tekanan dalam
otak, dan bila memungkinkan memperbaiki pembuluh darah yang
pecah

2.6 Obesitas

Obesitas merupakan sebuah kondisi kronis dimana terjadinya


penumpukan lemak di dalam tubuh hingga melebihi batas yang baik
untuk kesehatan. Obesitas oleh awam diidentikkan sebagai kelebihan
berat badan atau kegemukan. Namun secara medis, obesitas
didefinisikan memiliki kelebihan lemak didalam tubuh. Obesitas
menigkatkan risiko penyakit lain seperti diabetes mellitus dan tekanan
darah tinggi.

2.6.1 Etiologi

Penyebab obesitas sangatlah kompleks. Meskipun gen berperan


penting dalam menentukan asupan makanan dan metabolisme energi,
gaya hidup dan faktor lingkungan dapat berperan dominan pada banyak
orang dengan obesitas. Diduga bahwa sebagian besar obesitas

24
disebabkan oleh karena interaksi antara faktor genetik dan faktor
lingkungan, antara lain aktifitas, gaya hidup, sosial ekonomi dan
nutrisional (Guyton, 2007).

2.6.2 Patofisiologi

Obesitas terjadi akibat ketidakseimbangan masukan dan keluaran kalori


dari tubuh serta penurunan aktifitas fisik (sedentary life style) yang
menyebabkan penumpukan lemak di sejumlah bagian tubuh (Rosen, 2008).
Penelitian yang dilakukan menemukan bahwa pengontrolan nafsu makan
dan tingkat kekenyangan seseorang diatur oleh mekanisme neural dan
humoral (neurohumoral) yang dipengaruhi oleh genetik, nutrisi,lingkungan,
dan sinyal psikologis. Pengaturan keseimbangan energi diperankan oleh
hipotalamus melalui 3 proses fisiologis, yaitu pengendalian rasa lapar dan
kenyang, mempengaruhi laju pengeluaran energi dan regulasi sekresi
hormon. Proses dalam pengaturan penyimpanan energi ini terjadi melalui
sinyal-sinyal eferen (yang berpusat di hipotalamus) setelah mendapatkan
sinyal aferen dari perifer (jaringan adiposa, usus dan jaringan otot).

2.6.3 Dampak
1. Diabetes tipe 2.
2. Stroke.
3. Gangguan pernapasan.
4. Penyakit ginjal.

2.6.4 Pengendalian
1. Cek kesehatan secara berkala.
2. Hindari asap rokok
3. Rajin aktivitas fisik.
4. Diet sehat dan seimbang.
5. Istirahat cukup.
6. kelola stress.

2.6.5 Pencegahan

25
1. Sering berolahraga.
2. Makan makanan sehat rendah lemak.
3. Menjaga berat badan.
4. Slalu konsisten terhadap perencanaan mengenai gaya hidup sehat.

2.6.6 Pengobatan

Penanganan obesitas dapat dilakukan melalui program penurunan


berat badan yang melibatkan dokter gizi, dokter endokrin, atau psikiater.
Program tersebut memiliki target awal penurunan berat badan yang
aman, atau sekitar 3-5 persen dari total berat badan. Dalam program ini,
penderita disarankan mengubah pola makan dan pola aktivitas fisik.
Kendati demikian, perubahan tersebut perlu disesuaikan dengan kondisi
kesehatan secara keseluruhan, serta tingkat obesitas yang dialami
penderita.

2.7 Diabetes mellitus

Diabetes mellitus adalah penyakit kronis (menahun) yang terjadi


ketika pancreas atau kelenjar atau kelenjar ludah perut tidak
memproduksi cukup insulin atau ketika tubuh tidak secara efektif
menggunakan insulin. Diabetes mellitus biasa ditandai dengan kadar
gula darah diatas normal.

Sementara itu, diabetes tipe 2 adalah diabetes mellitus yang


disebabkan tubuh tidak efektif menggunakan insulin atau kekurangan
insulin yangrelatif dibandingkan dengan kadar gula darah. Diabetes
mellitus tipe 2 yanng dahulu disebut diabetes mellitus yang tergantung
insulin (non-insulin-dependent diabetes mellitus/NIDDM) atau diabetes
onset dewasa- merupakan kelainan metabolic yang ditandai dengan
dengan kadar glukosa darah yang tinggi dalam konteks resistensi insulin
dan difisiensi insulin relative. Penyakit diabetes mellitus jenis ini
merupakan kebalikan dari diabetes mellitus tipe 1, dalam hal ini terdapat
defisiensi insulin, mutlak aakibat rusaknya sel islet di pakreas.

26
2.7.1 Etiologi

Kombinasi antara faktor genetik, faktor lingkungan, resistensi insulin


dan gangguan sekresi insulin merupakan penyebab DM tipe 2. Faktor
lingkungan yang berpengaruh seperti obesitas, kurangnya aktivitas fisik,
stres, dan pertambahan umur (KAKU, 2010). Faktor risiko juga
berpengaruh terhadap terjadinya DM tipe 2.

Beberapa faktor risiko diabetes melitus tipe 2 antara lain berusia ≥ 40


tahun, memiliki riwayat prediabetes ( A1C 6,0 % - 6,4 % ), memiliki
riwayat diabetes melitus gestasional, memiliki riwayat penyakit vaskuler,
timbulnya kerusakan organ karena adanya komplikasi, penggunaan obat
seperti glukokortikoid, dan dipicu oleh penyakit seperti HIV serta populasi
yang berisiko tinggi terkena diabetes melitus seperti penduduk Aborigin,
Afrika, dan Asia (Ekoe et al., 2013).

Klasifikasi etiologi diabetes melitus adalah sebagai berikut (Perkeni,


2011):

a. Tipe 1 (destruksi sel β).


b. Tipe 2 (dominan resistensi insulin, defisiensi insulin relatif, dan
disertai resistensi insulin).

2.7.2 Patofisiologi

Pada diabetes melitus tipe 2 jumlah insulin normal malah mungkin


lebih banyak tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada
permukaan sel yang kurang. Reseptor insulin ini dapat diibaratkan
sebagai lubang kunci pintu masuk ke dalam sel. Pada keadaan tadi
jumlah lubang kuncinya yang kurang, hingga meskipun anak kuncinya
(insulin) banyak, tetapi karena lubang kuncinya (reseptor) kurang, maka
glukosa yang masuk sel akan sedikit, sehingga sel akan kekurangan
bahan bakar (glukosa) dan glukosa di dalam pembuluh darah meningkat.
Dengan demikian keadaan ini sama dengan pada DM tipe 1.

27
Perbedaannya adalah DM tipe 2 disamping kadar glukosa tinggi juga
kadar insulin tinggi atau normal. Keadaan ini disebut resistensi insulin.(
Suyono, 2005, hlm 3).

Sebagian besar patologi diabetes melitus dapat dihubungkan dengan


efek utama kekurangan insulin yaitu :

a. Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, yang


mengakibatkan peningkatan konsentrasi glukosa darah sampai
setinggi 300 sampai 1200 mg per 100 ml.
b. Peningkatan mobilisasi lemak dan daerah penyimpanan lemak
sehingga menyebabkan kelainan metabolisme lemak maupun
pengendapan lipid pada dinding vaskuler.
c. Pengurangan protein dalam jaringan tubuh.

2.7.3 Dampak
1. Merusak pembuluh darah. Merusak saraf.
2. Menyebabkan gagal ginjal.
3. Meningkatkan resiko kebutaan.
4. Menyebabkan gastroparesis.
5. Mempengaruhi kehidupan seks.
6. Luka sulit sembuh.
7. Mempengaruhi kesehatan kulit

2.7.4 Pengendalian
1. Pola makan dan asupan gizi yang seimbang.
2. Melakukan aktifitas fisik yang baik sperti berolahraga.

2.7.5 Pencegahan
1. Mengurangi porsi makan.
2. Berolah raga
3. Menurunkan berat badan.
4. sarapan sangat penting.

28
5. Hindari makanan berlemak.
6. Hindari minuman manis.
7. Makan banyak sayuran.

2.7.6 Pengobatan

Penderita diabetes tipe 1 umumnya menjalani pengobatan terapi


insulin (Lantus/ Levemir, Humalog, Novolog atau Apidra) yang
berkesinambungan, selain itu adalah dengan berolahraga secukupnya
serta melakukan pengontrolan menu makanan (diet).

Pada penderita diabetes melitus tipe 2, penatalaksanaan pengobatan


dan penanganan difokuskan pada gaya hidup dan aktivitas fisik.
Pengontrolan nilai kadar gula dalam darah adalah menjadi kunci
program pengobatan, yaitu dengan mengurangi berat badan, diet, dan
berolahraga. Jika hal ini tidak mencapai hasil yang diharapkan, maka
pemberian obat tablet akan diperlukan. Bahkan pemberian suntikan
insulin turut diperlukan bila tablet tidak mengatasi pengontrolan kadar
gula darah.

2.8 Asam Urat

Penyakit asam urat atau gout adalah kondisi yang dapat


menyebabkan gejala nyeri yang tidak tertahankan, pembengkakan dan
rasa panas pada persendian. Meskipun semua sendi di tubuh dapat
terkena asam urat, namun yang paling sering terserang adalah sendi jari
tangan, lutut, pergelangan kaki, dan jari kaki. Laki-laki lebih berpotensi
terkena penyakit asam urat dianding dengan perempuan, terutama pada
saat usia mereka diatas 30 tahun. Pada perempuan, penyakit ini biasanya
justru berisiko yimbul setelah menopause.

Orang sering salah kaprah, menyamaakan penyakit asam urat (gout


atau pirai)dengan rematik. Padahal rematik adalah istilah umum yang
dipakai untuk menggambarkan rasa sakit pada persendian atau otot yang
megalami peradangan. Penyakit asam urat hanya salah satu penyebab

29
nyeri pada persendian. Banyak orang mengira apabila kadar asam urat
didalam darah tinggi (hiperurisemia) maka akan terkena gout. Hal ini
tidak selalu benar. Sebab, hanya sekitar sepertiga penderita
hiperurisemia yang mengalami gout.

2.8.1 Etiologi

Purin adalah zat yang secara alami dihasilkan tubuh, tapi juga
terdapat di beberapa jenis makanan. Untuk mengurai zat purin, tubuh
akan secara alami menghasilkan asam urat. Sebagian besar asam urat
dibuang melalui urine, dan sebagian lainnya dibuang melalui feses.

Pada penderita penyakit asam urat, kadar asam urat dalam tubuh
melebihi batas normal. Kondisi ini bisa terjadi bila tubuh menghasilkan
terlalu banyak asam urat, atau tubuh sulit membuang kelebihan asam
urat. Bila berlangsung dalam waktu lama, asam urat yang menumpuk
dalam tubuh dapat membentuk semacam kristal tajam di sendi, sehingga
menimbulkan nyeri, radang, bahkan pembengkakan.

2.8.2 Patofisiologi

Adanya gangguan metabolisme purin dalam tubuh, intake bahan


yang mengandung asam urat tinggi dan system eksresi asam urat yang
tidak adekuat akan menghasilkan akumulasi asam urat yang berlebihan
di dalam plasma darah ( hiperuricemia ), sehingga mengakibatkan

30
Kristal asam urat menumpuk dalam tubuh. Pennimbunan ini
menimbulkan iritasi lokal dan menimbulkan responinflamasi.

Hiperuricemia merupakan hasil :

a. Meningkatnya produksi asam urat akibat metabolisme purine


abnormal.
b. Menurunnya eksresi asam urat.
c. Kombinasi keduanya.

Saat asam urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh
lain, maka asam urat tersebut akan mengkristal dan akan membentuk
garam – garam urat yang berakumulasi atau menumuk di jaringan
konectif diseluruh tubuh, penumpukan ini disebut tofi. Adanya Kristal
memicu respon inflamasi akut dan netrofil melepaskan lisosomnya.
Lisosom tidak hanya merusak jaringan, tapi juga menyebabkan
inflamasi.

2.8.3 Dampak
1. Munculnya batu ginjal dan peningkatan resiko gagal ginjal.
2. Menyebabkan kemunculan tofi (benjolan pada lapisan bawah
kulit).
3. Menyebabkan deformitas sendi.
4. Susah tidur.
5. Memicu penyakit jantung coroner.
6. Menyebabkan asidosis metabolic.
7. Obesitas.

2.8.4 Pengendalian
1. Pantau kadar asam urat.
2. Olahraga dengan teratur.
3. Jaga berat badan dengan diet yang tepat.
4. Perbanyak minum air putih.
5. Mengandalkan obat alami

31
2.8.5 Pencegahan
1. Menghindari makanan yang kaya purin.
2. Kurangi asupan minuman beralkohol.
3. Minum banyak air.
4. Minum susu dan jus jeruk.
5. Minum kopi.
6. Multivitamin

2.8.6 Pengobatan

Penanganan penyakit asam urat adalah dengan pemberian obat-


obatan, untuk meringankan gejalanya dan mencegah penyakit kambuh
kembali. Jenis obat yang biasanya diresepkan dokter untuk menangani
penyakit asam urat adalah colchicine dan obat antiinflamasi nonsteroid
(OAINS). Pada pasien yang tidak bisa mengonsumsi kedua obat
tersebut, dokter akan meresepkan kortikosteoid.

Pada pasien yang mengalami beberapa kali serangan asam urat


dalam setahun, atau mengalami nyeri hebat akibat penyakit ini, dokter
akan meresepkan obat lain untuk mencegah komplikasi. Jenis obat yang
digunakan pada kasus di atas adalah allopurinol. Obat ini bekerja dengan
menghambat produksi asam urat di tubuh. Jenis obat lain yang juga
dapat diberikan adalah obat untuk meningkatkan pembuangan asam urat
berlebih dari tubuh seperti probenecid. Untuk mencegah serangan asam
urat kembali terjadi, pasien akan disarankan untuk menghindari
makanan berkadar purin tinggi, dan mengurangi minuman tinggi gula
serta minuman beralkohol. Pasien juga akan dianjurkan untuk memenuhi
asupan protein dengan mengonsumsi susu rendah lemak, serta rutin
berolahraga untuk mencapai dan menjaga berat badan ideal.

32
2.9 Penyakit ginjal

Ginjal adalah dua buah organ berbentuk menyerupai kacang merah


yang berada di kedua sisi tubuh bagian belakang atas, tepatnya dibawah
tulang rusuk manusia. Ginjal memiliki beberapa fungsi sebagai berikut

a. Menyaring ambas metabolism tubh, hasil sampinganm, dan cairan


berlebihan dari darah.
b. Menjaga keseimbangan kadar garam dan mineral dalam tubuh
c. Menghasilkan renin, yaitu enzim yang membantu mengatur
tekanan darah.
d. Menghasilkan senyawa aktif dari vitamin D untuk menjaga
keseahtan tulang.
e. Menghasilkan senyama eritropoetin yang berfungsi menstimulasi
produksi sel darah merah.
f. Mengatur kadar senyawa kimia dalam tubh yang akhirnya
membantu jantung dan otot-otot bisa berfungsi dengan baik.

Ketika ginjal mengalami ganguan yang rusak, sisa-sisa


metabolisme tubuh dan cairan berlebih dapat tertimbun didalam
tubuh. Akibatnya, dapat terjadi pembengkakan pada bagian
pergelangan kaki, muntah-muntah, merasa lemas, sesak napas, dan
kurang tidur. Penyakit ginjal merupakan kondisi yang berbahaya
apabila tidak ditangani dengan baik, ginjal dapat berhenti berfungsi.
Jikaa ginjal berhenti berfungsi, daapt berakibat fatal, bahkan
kematian.

1. Penyakit ginjal akut

Penyakit ginjal akut adalah kondisi ginjal yang secara tiba-tiba


berhenti berfungsi. Jika kondisi ini tidak segera ditangani
mengakibatkan kadar garam dan unsur kimia yang abnormal
didalam tubuh. Keadaan ini membuat organ lain terpengaruh dan
tidka dapat bekerja dengan baik.

2. Batu ginjal

33
Suatu kondisi ketika material keras yag menyerupai batu
terbentuk didalam ginjal. Material tersebut berasal dari zat-zat
limbah didalam darah yang disaring oleh ginjal yang kemudian
mengendap dan mengkristal seiring waktu

3. Infeksi ginjal

Berpindahnya bakteri dari bakteri dari kandung kemih menuju


kesalah satu atau kedua ginjal yang kemudian menyebabkan rasa
sakit. Kondisi ini biasanya hasil dari komplikasi infeksi saluran
kemih.

4. Gagal ginjal kronis

Gagal ginjal kronis atau chronic kidney disease (CKD) adalah


kendiis dimana penurunan fungsi ginjal secara bertahap dan bersifat
permanen.

5. Ginjal polikistik

Penyakit keturunan berupa munculnya kista, kantong berisi


cairan, didalam ginjal. Namun, kista pada ginjal polokistik juga
dapat muncul pada organ hati atau bagian dalam tbuh.

6. Gagal ginjal

Merupakan tahap terakhir dari gangguna penyakit ginjal atau


kombinasi dari gejala-gejala penyakit ginjal akut dan kronik. Gagal
ginjal terminal (GGT) terjadi bila fungsi ginjal sudah sangat buruk
dan penderita mengalami gangguan metabolism protein, lemak dan
karbohidrat. Ginjal yang sakit tib=dak bisa menahan protein darah
(albumin) yang seharusnya dilepaskan ke urine. Apabila kondisinya
semakin parah, akan terdapat pula protein lain (proteinuria). Jadi,
berkurangnya fungsi ginjal menyebabkan terjadinya hasil
pemecahan protein yang beracun bagi tubuh. Yaitu ureum dan
nitrogen.

34
2.9.1 Etiologi

Etiologi secara umum tergantung dari tipe Diabetes, yaitu :

1. Diabetes Tipe I ( Insulin Dependent Diabetes Melitus / IDDM )

Diabetes yang tergantung insulin yang ditandai oleh penghancuran


sel-sel beta pankreas disebabkan oleh :

a. Faktor genetik
b. Faktor Imunologi
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang
menimbulkan destruksi sel beta.
2. Diabetes Tipe II (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus /
NIDDM )
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II belum diketahui.
Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses
terjadinya resistensi insulin. Selain itu terdapat faktor-faktor risiko
tertentu yang berhubungan yaitu :
a. Usia
Umumnya manusia mengalami penurunan fisiologis yang
secara dramatis menurun dengan cepat pada usia setelah 40
tahun. Penurunan ini yang akan beresiko pada penurunan
fungsi endokrin pankreas untuk memproduksi insulin.
(Sujono & Sukarmin, 2008, hlm. 73).
d. Obesitas
e. Riwayat Keluarga
f. Gaya hidup (stres)
2.9.2 Patofisiologi

Pada diabetes melitus tipe 2 jumlah insulin normal malah mungkin


lebih banyak tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada
permukaan sel yang kurang. Reseptor insulin ini dapat diibaratkan

35
sebagai lubang kunci pintu masuk ke dalam sel. Pada keadaan tadi
jumlah lubang kuncinya yang kurang, hingga meskipun anak kuncinya
(insulin) banyak, tetapi karena lubang kuncinya (reseptor) kurang, maka
glukosa yang masuk sel akan sedikit, sehingga sel akan kekurangan
bahan bakar (glukosa) dan glukosa di dalam pembuluh darah meningkat.
Dengan demikian keadaan ini sama dengan pada DM tipe 1.
Perbedaannya adalah DM tipe 2 disamping kadar glukosa tinggi juga
kadar insulin tinggi atau normal. Keadaan ini disebut resistensi insulin.(
Suyono, 2005, hlm 3).

Sebagian besar patologi diabetes melitus dapat dihubungkan dengan


efek utama kekurangan insulin yaitu :

a. Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, yang


mengakibatkan peningkatan konsentrasi glukosa darah sampai
setinggi 300 sampai 1200 mg per 100 ml.
b. Peningkatan mobilisasi lemak dan daerah penyimpanan lemak
sehingga menyebabkan kelainan metabolisme lemak maupun
pengendapan lipid pada dinding vaskuler.
c. Pengurangan protein dalam jaringan tubuh.

2.9.3 Dampak
1. Hipertensi.
2. Gagal ginjal.
3. Munculnya kista dalam organ hati.
4. Aneurisme otak.
5. Perdarahan atau pecahnya kista.
6. Anemia.

2.9.4 Pengendalian
1. Deteksi dini.
2. Melakukan pemeriksaan darah, USG dan biopsi.
3. Cek kesehatan secara rutin

36
2.9.5 Pencegahan
1. Menerapkan pola makan sehat.
2. Perbanyak minum air putih
3. Tidak merokok.
4. Kurangi konsumsi garam.
5. Mengontrol kadar gula darah.
6. Memperbanyak aktifitas fisik.
7. Kendalikan stress.

2.9.6 Pengobatan

Obat-obatan. Dalam mengobati penyakit ginjal, dokter akan


memberikan salah satu obat darah tinggi dari golongan ACE inhibitors
(contohnya ramipril, captopril) atau ARBs (contoh valsartan, irbesartan).
Selain mengontrol tekanan darah, kelompok obat ini juga bisa
mengurangi kadar protein di dalam urine. Hormon erythropoietin (EPO)
juga dapat diberikan pada penderita penurunan fungsi ginjal dengan
anemia. Untuk infeksi ginjal dokter akan memberikan antibiotik selama
satu sampai dua minggu.

2.10 Osteoporosis

Penyakit sistematik pada tulang, yang dicirikan oleh pengurangan


massa tulang dan melemahkan materi kaya mineral yang kuat dan padat
pembentuk tulang. Oleh karena kehilangan kepadatan, tulang juga
kehilangan daya dukung terhadap tubuh sehinggga orang yang
menderita osteoporosis lebih mudah terkena patah utlang. Orang sering
memberi istilah, tulangnya telah keropos atau keropos tulang.

Dikenal dua jenis osteoporosis, yaitu primer dan sekunder.


Osteoporosis primer adalah osteoporosis yang tidak diketahui
penyebnya, terutama terjaid pada tulang belakang, tulang paha dan
pergelangan tangan. Sementara itu, osteoporosis sekunder adalah

37
osteoporosis yang disebabkan oleh penyakit lain. Misalnya
hiperparatiroidisme, hipertiroidisme, diabetes mellitus tipe 1, sindrom
cushing, pemakaian obat golongan kortikosteroid jangka panjang, dan
lain-lain.

2.10.1 Etiologi

Etiologi osteoporosis terbagi menjadi primer dan sekunder.


Osteoporosis primer diakibatkan oleh penuaan atau menopause
sedangkan osteoporosis sekunder diakibatkan oleh penyakit dasar
(misalnya tuberkulosis tulang dan diabetes mellitus tipe 1) maupun
penggunaan obat-obatan yang berpotensi meningkatkan kerapuhan
tulang (misalnya penggunaan kortikosteroid jangka panjang dan
antikonvulsan).

2.10.2 Patofisiologi

Patofisiologi osteoporosis berkaitan dengan perubahan kepadatan


dan kekuatan tulang akibat ketidakseimbangan pembentukan dan
resorpsi tulang. Kepadatan dan kekuatan tulang ini ditentukan oleh
aktivitas osteoblas untuk membentuk tulang dan aktivitas osteoklas
untuk resorpsi tulang. Ketidakseimbangan proses berupa peningkatan
resorpsi hingga melebihi pembentukan tulang dalam jangka panjang
akan menyebabkan terjadinya osteoporosis. Puncak massa tulang
biasanya tercapai pada sekitar usia 30 tahun. Setelah itu perlahan massa
tulang menurun menjadi semakin berporos, tulang trabekula menipis.

38
Puncak massa tulang yang inadekuat, mengakibatkan densitas massa
tulang rendah. Berbagai faktor risiko seperti penuaan, hipogonadisme
maupun kondisi menopause, laju turnover tulang yang tinggi akan
meningkatkan kehilangan massa tulang sehingga menurunkan kualitas
tulang. Penurunan massa dan kualitas tulang akan meningkatkan
kerapuhan tulang. Tulang menjadi rentan fraktur.

2.10.3 Dampak
1. Menurunnya total jumlah jaringan untuk kepadatan tulang.
2. Pengeroposan pada tulang.
3. Patah tulang

2.10.4 pengendalian

Kementerian Kesehatan menganjurkan suatu upaya promotif dan


preventif kepada masyarakat untuk mengadopsi gaya hidup sehat dengan
CERDIK, yaitu Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok,
Rajin aktivitas fisik, Diet sehat dan seimbang, Istirahat cukup, dan
Kelola stres. Dengan berperilaku CERDIK, semakin besar kesempatan
untuk hidup dengan tulang sehat.

2.10.5 Pencegahan
1. Makanan yang mengandung kalsium.
2. Mengkonsumsi ikan
3. Mengkonsumsi sayuran,dan
4. Biji-bijian (kacang kedelai,susu,tahu)

2.10.6 Pengobatan

Jika tulang mengalami keretakan atau seorang penderita


osteoporosis, Yang memerlukan penanganan yang dapat mengurangi
risiko terjadinya keretakan yang lebih parah di masa mendatang. Pilihan
penanganan osteoporosis yang akan diberikan ditentukan berdasarkan
usia, kepadatan tulang, dan faktor risiko keretakan. Mungkin tidak

39
memerlukan atau menginginkan obat-obatan untuk mengobati
osteoporosis, tapi tetap perlu menjaga tercukupinya kadar kalsium dan
vitamin D. Dokter mungkin akan menyarankan perubahan pola makan
dan konsumsi suplemen untuk memenuhi kebutuhan ini.

Pengobatan yang dijalani pasien osteoporosis secara garis besar


terbagi menjadi dua, yaitu pengobatan yang bersifat nonhormon dan
hormon.

2.11 Osteoathritis

Salah satu jenis arthritis yang paling umum terjadi. Kondisi ini
menyebabkan sendi-sendi terasa sakit dan kaku. Pembengkakan juga
dapat terjadi pada sendi-sendi tersebut.

Sendi yang paling mengalami kerusakan pada kondisi ini meliputi


tangan, pinggul, dan tulang punggung. Akan tetapi, tidak menutup
kemungkinan bahwa sendi-sendi yang lain juga bisa terserang.

2.11.1 Etiologi

Etiologi osteoarthritis belum diketahui secara pasti, namun faktor


biomekanik dan biokimia sepertinya merupakan faktor terpenting dalam
proses terjadinya osteoarthritis. Faktor biomekanik yaitu kegagalan
mekanisme protektif, antara lain kapsul sendi, ligamen, otot-otot
persendian, serabut aferen, dan tulang-tulang. Kerusakan sendi terjadi

40
multifaktorial, yaitu akibat terganggunya faktor-faktor protektif tersebut.
Osteoarthritis juga bisa terjadi akibat komplikasi dari penyakit lain
seperti gout, rheumatoid arthritis, dan sebagainya.

2.11.2 Patofisiologi

Patofisiologi osteoarthritis (OA) paling sering disebabkan karena


penuaan sendi secara fisiologis, sehingga sering kali disebut dengan
penyakit sendi degeneratif. Akan tetapi, banyak faktor yang berperan
dalam terjadi OA, seperti trauma, penggunaan berlebihan/overuse, faktor
genetik, obesitas, perubahan hormon, dan sebagainya. Faktor-faktor
tersebut memberikan beban pada sendi secara berkepanjangan, sehingga
menyebabkan terganggunya homeostasis dari sintesis-degradasi sendi
dan perubahan morfologi berupa kerusakan tulang rawan, pembentukan
osteofit, sklerosis subkondral, dan kista tulang subkondral.

2.11.3 Dampak
1. kurangnya pergesekan antar sendi yang disebabkan oleh
kurangnya cairan synovial (pelumas).
2. gesekan yang dihasilkan akan menimbulkan rasa nyeri.

2.11.4 Pengendalian

Tujuan pengendalian osteoarthritis (OA) adalah untuk


mengendalikan nyeri, optimalisasi fungsi sendi, mengurangi
keterbatasan fisik, meningkatkan kualitas hidup, menghambat terjadinya
komplikasi dan progresifitas penyakit..

Layanan Kesehatan Primer Dokter umum pada fasilitas layanan


kesehatan primer dapat menangani pasien osteoarthritis (OA) dengan
melakukan edukasi dan memberikan terapi konvensional (non-
farmakoterapi dan farmakoterapi dasar) untuk menanggulangi nyeri.

2.11.5 Pencegahan
1. Menjaga berat badan

41
2. Mengontrol kadar gula darah.
3. Rajin olahraga.
4. Menghindari cedera.
5. Gaya hidup sehat.

2.11.6 Pengobatan

Beberapa pengobatan osteoarthritis alami yang bisa diterapkan di


rumah guna meredakan nyeri dan peradangan sendi, antara lain:

1. Diet
2. Cabai merah. Jika Anda suka makanan pedas dan menderita
arthritis, makan cabai adalah salah satu pengobatan osteoarthritis
yang bisa Anda coba karena dipercaya mampu meredakan
peradangan sendi.
3. Paku ekor kuda. Paku ekor kuda adalah obat osteoarthritis yang
bisa Anda coba untuk meredakan nyeri. Paku ekor kuda
(Spenopsida) mempunyai percabangan yang memiliki bentuk
seperti ular sehingga mirip dengan ekor kuda. Sebagian besar paku
Spenopsida tinggal di lingkungan yang ada pasirnya. Anda bisa
menjadikannya jus dan diminum setiap hari untuk meredakan
nyeri.
4. Kemangi. Daun kemangi dan keluarga basil lain adalah obat
osteoarthritis yang sangat baik meredakan nyeri. Anda bisa
menambahkan dalam lalapan atau dijus setiap hari. Jika Anda
punya tanaman basil, Anda juga bisa menyeduhnya sebagai teh dan
diminum setiap 3 kali sehari.
5. Olahraga.
2.12 Kanker

Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal daro sel-


sel jaringan tubuh yang berubha menjadi sel kanker. Dalam
perkembangannya, sel-sel kanker dapat menyebabkan kematian.

42
Kanker sering dikenal oleh masyarakat sebagai tumor. Padahal, tidak
semua tumor adalah kanker. Tumor adalah segala benjolan tidak normal
atau abnormal. Tumor dibagi dalam dua golongan, yaitu tumor jinak dan
tumor ganas. Kanker adalah istilah umum untuk semua jenis tumor
ganas.

2.12.1 Etiologi

Penyebab utama kanker adalah perubahan (mutasi) genetik pada sel.


Mutasi genetik akan membuat sel menjadi abnormal. Sebenarnya, tubuh
memiliki mekanisme sendiri untuk menghancurkan sel abnormal ini.
Bila mekanisme tersebut gagal, sel abnormal akan tumbuh secara tidak
terkendali. Faktor yang dapat memicu pertumbuhan sel kanker berbeda-
beda, tergantung pada jenis kankernya. Meskipun demikian, tidak ada
jenis kanker yang spesifik hanya dipicu oleh 1 faktor.

Faktor yang diduga berisiko menyebabkan mutasi genetik pada sel


normal dan kegagalan tubuh untuk memperbaikinya antara lain:

a. Memiliki riwayat penyakit kanker dalam


b. Berusia di atas 65 tahun.
c. Merokok.
d. Terpapar radiasi, zat kimia (misalnya asbes atau benzene), atau sinar
matahari.
e. Terinfeksi virus, seperti hepatitis B, hepatitis C, dan HPV.
f. Terpapar hormon dalam kadar tinggi atau jangka panjang.
g. Mengalami obesitas.
h. Kurang banyak bergerak dan tidak rutin ber
i. Menderita penyakit yang menyebabkan inflamasi kronis (peradangan
jangka panjang), misalnya kolitis ulseratif.
j. Menurunnya sistem kekebalan tubuh, misalnya akibat menderita
HIV/AIDS.

2.12.2 Patofisiologi

43
Kanker adalah kelas penyakit beragam yang sangat berbeda dalam
hal penyebab dan biologisnya. Setiap organisme, bahkan tumbuhan, bisa
terkena kanker. Hampir semua kanker yang dikenal muncul secara
bertahap, saat kecacatan bertumpuk di dalam sel kanker dan sel anak-
anaknya (lihat bagian mekanisme untuk jenis cacat yang umum).

Setiap hal yang bereplikasi memiliki kemungkinan cacat (mutasi).


Kecuali jika pencegahan dan perbaikan kecatatan ditangani dengan baik,
kecacatan itu akan tetap ada, dan mungkin diwariskan ke sel
anang/(daughter cell). Biasanya, tubuh melakukan penjagaan terhadap
kanker dengan berbagai metode, seperti apoptosis, molekul pembantu
(beberapa polimerase DNA), penuaan/(senescence), dan lain-lain.
Namun, metode koreksi-kecatatan ini sering kali gagal, terutama di
dalam lingkungan yang membuat kecatatan lebih mungkin untuk
muncul dan menyebar. Sebagai contohnya, lingkungan tersebut
mengandung bahan-bahan yang merusak, disebut dengan bahan
karsinogen, cedera berkala (fisik, panas, dan lain-lain), atau lingkungan
yang membuat sel tidak mungkin bertahan, seperti hipoksia. Karena itu,
kanker adalah penyakit progresif, dan berbagai kecacatan progresif ini
perlahan berakumulasi hingga sel mulai bertindak berkebalikan dengan
fungsi seharusnya di dalam organisme. Kecacatan sel, sebagai penyebab
kanker, biasanya bisa memperkuat dirinya sendiri (self-amplifying),
pada akhirnya akan berlipat ganda secara eksponensial. Sebagai
contohnya:

a. Mutasi dalam perlengkapan perbaikan-kecacatan bisa menyebabkan


sel dan sel anangnya mengakumulasikan kecacatan dengan lebih
cepat.
b. Mutasi dalam perlengkapan pembuat sinyal (endokrin) bisa
mengirimkan sinyal penyebab-kecacatan kepada sel di sekitarnya.
c. Mutasi bisa menyebabkan sel menjadi neoplastik, membuat sel
bermigrasi dan dan merusak sel yang lebih sehat.

44
d. Mutasi bisa menyebabkan sel menjadi kekal (immortal), lihat
telomeres, membuat sel rusak bisa membuat sel sehat rusak
selamanya.

2.12.3 Dampak
1. Penurunan fungsi organ.
2. kehilangan fungsi organ.

2.12.4 Pengendalian
1. Program promotif dan pencegahan.
2. Deteksi dan tindak lanjut dini.

2.12.5 Pencegahan
1. Memeriksa risiko karena keturunan.
2. Menghindari makanan yang diasap dan dibakar.
3. Menjauhi alcohol.
4. Menghindari makanan dengan zat pewarna dan pengawet.
5. Menghindari rokok.
6. Menghindari makanan berlemak.
7. Makan makanan kaya serat.
8. Olahraga secara teratur.
9. Konsumsi vitamin A,C, dan E.
10. Prilaku seks yang sehat.

2.12.6 Pengobatan

Jenis pengobatan yang akan dipilih dokter tergantung pada beberapa


hal, mulai dari jenis kanker, letak kanker, stadium kanker, kondisi
kesehatan pasien secara umum, hingga keinginan pasien.

Metode pengobatan kanker yang umum digunakan adalah sebagai


berikut:

1. Kemoterapi

45
2. Operas
3. Radioterapi
4. Transplantasi sumsum tulang
5. Imunoterapi
6. Terapi hormone
7. Targeted drug therapy. Terapi ini dilakukan dengan memberikan
obat-obatan yang mampu menghambat mutasi genetik pada sel.

Perlu diketahui bahwa pengobatan kanker di atas dapat


menyebabkan berbagai efek samping. Salah satunya adalah
berkurangnya jumlah sel darah putih, sehingga tubuh penderita rentan
mengalami infeksi.

2.13 Parkinson

Penyakit Parkinson adalah degenerasi sel saraf secara bertahap pada


otak bagian tengah yang berfungsi mengatur pergerakan tubuh.gejala
yang banyak diketahui orang dari penyakit parkison adalah terjadinya
tremor atau gemetaran. Meskipun demikian, gejala penyakit parkinson
pada tahap awal sulit dikenali. Penyakit parkinson lebih sering terjadi
pada kalangan orangtua dan khususnya cenderung terjadi pada laki-laki.

46
2.13.1 Etiologi

Penyakit Parkinson disebabkan oleh rusaknya sel-sel saraf di bagian


otak yang disebut substantia nigra yang memproduksi dopamin.
Dopamin ini berfungsi sebagai utusan antara bagian-bagian otak dan
sistem saraf yang membantu mengontrol dan mengkoordinasikan
gerakan tubuh. Jika dopamin di otak kurang, maka akan menyebabkan
gerakan tubuh menjadi lambat dan tidak normal lalu timbullah
gejala penyakit parkinson. Penyebab rusaknya sel-sel saraf penghasil
dopamin memang belum diketahui secara pasti, tapi ada
beberapa faktor risiko, antara lain sebagai berikut:

a. Genetik
b. Faktor lingkungan
c. Usia

47
d. Obat-obatan : Gejala parkinson mucul setelah minum
obat tertentu, seperti beberapa jenis obat antipsikotik, dan
biasanya membaik setelah obat dihentikan

2.13.2 Patofisiologi

Penyebab terjadinya penyakit Parkinson adalah kurangnya jumlah


neurotransmitter dopamin di dalam susunan saraf. Jika otak
memerintahkan suatu aktivitas (misalnya mengangkat lengan), maka sel-
sel saraf di dalam ganglia basalis akan membantu menghaluskan
gerakan tersebut dan mengatur perubahan sikap tubuh. Ganglia basalis
mengolah sinyal dan mengantarkan pesan ke talamus, yang akan
menyampaikan informasi yang telah diolah kembali ke korteks otak
besar.

Keseluruhan sinyal tersebut diantarkan oleh bahan kimia


neurotransmiter sebagai impuls listrik di sepanjang jalur saraf dan di
antara saraf-saraf. Neurotransmiter yang utama pada ganglia basalis
adalah dopamin.

Pada penyakit Parkinson, sel-sel saraf pada ganglia basalis


mengalami kemunduran sehingga pembentukan dopamin berkurang dan
hubungan dengan sel saraf dan otot lainnya juga lebih sedikit.

Penyebab dari kemunduran sel saraf dan berkurangnya dopamin


terkadang tidak diketahui. Penyakit ini cenderung diturunkan, walau
terkadang faktor genetik tidak memegang peran utama. Kadang
penyebabnya diketahui. Pada beberapa kasus, Parkinson merupakan
komplikasi yang sangat lanjut dari ensefalitis karena virus (suatu infeksi
yang menyebabkan peradangan otak). Kasus lainnya terjadi jika
penyakit degeneratif lainnya, obat-obatan atau racun memengaruhi atau
menghalangi kerja dopamin di dalam otak. Misalnya obat antipsikosa
yang digunakan untuk mengobati paranoid berat dan skizofrenia
menghambat kerja dopamin pada sel saraf.

48
2.13.3 Dampak
1. Getaran anggota gerak akibat tidak mampu mengontrol geraka
2. Gangguan keseimbangan
3. Gerakan yang lambat
4. Ketidak mampuan menahan beban
5. Penurunan produktifitas
6. Kecemasan dan kegelisahan
7. Depresi pada pasien yang tidak dapat menerima kondisi penyakit
ini
8. Mudah terjatuh atau trauma
9. Masuknya makanan yang dimakan ke saluran nafas
10. Gangguan peredaran darah
11. Gangguan pernafasan akibat gangguan peredaran darah paru
12. Penurunan daya ingat
13. Halusinasi
14. Gangguan tidur

2.13.4 Pencegahan
1. Olahraga rutin.
2. Mengkonsumsi makanan kaya antioksidan.

2.13.5 Pengobatan

Sampai saat ini, penyakit Parkinson belum bisa disembuhkan


sepenuhnya. Namun demikian, ada beberapa metode pengobatan yang
dapat dilakukan untuk membantu meredakan gejala dan meningkatkan
kualitas hidup pasien, yaitu:

1. Terapi suportif
a. Fisioterapi. Fisioterapi bertujuan untuk membantu pasien
mengatasi kaku otot dan sakit pada persendian, sehingga dapat
meningkatkan kemampuan gerak dan kelenturan tubuh.

49
Fisioterapi juga bertujuan meningkatkan stamina dan kemampuan
pasien untuk beraktivitas tanpa bergantung kepada orang lain.
b. Perubahan menu makanan. Salah satu gejala penyakit Parkinson
adalah sembelit atau konstipasi. Kondisi ini dapat diatasi dengan
banyak minum air dan konsumsi makanan berserat tinggi. Dokter
juga dapat menganjurkan untuk meningkatkan asupan garam pada
makanan, bila pasien mengalami tekanan darah rendah, terutama
saat bangkit berdiri.
c. Terapi wicara. Penderita penyakit Parkinson cenderung
mengalami kesulitan dalam berbicara, sehingga diperlukan terapi
wicara agar bisa membantu meningkatkan cara berbicara.
2. Obat-obatan
a. Antikolinergik. Antikolinergik digunakan untuk membantu
mengatasi tremor. Salah satu obat antikolinergik yang dapat
digunakan adalah trihexyphenidyl.
b. Levodopa. Obat ini diserap oleh sel saraf di dalam otak, dan
diubah menjadi dopamin. Meningkatnya kadar dopamin akan
membantu mengatasi gangguan gerak tubuh.
c. Agonis dopamin. Obat ini memiliki efek yang sama seperti
levodopa, namun tidak menghasilkan dopamin, melainkan hanya
menggantikan fungsi dopamin di dalam otak.
d. Entacapone. Entacapone hanya diberikan kepada pasien penyakit
Parkinson tahap lanjut. Obat ini adalah pelengkap levodopa untuk
memperpanjang efek dari levodopa.

2.14 Nyeri leher

Nyeri leher (neck pain) adalah gejala yang disebabkan oleh tekanan
(stres) pada jaringan-jaringan lunak, tulang-tulang atau sendi-sendi dari
tulang belakang suvikal (cervical spine) atau struktur-struktu yang
berdekatan. Pada beberapa kasus, neck pain mungkin juga berakibat
dengan penyakit-penyakit yang mendasarinya pada leher atau bagian

50
lain dari tubuh. Leher adalah daerah tulang belakang (spine) yang paling
lentur.

2.14.1 Etiologi

Beberapa penyebab utama sakit leher di antaranya:

1. Melakukan kegiatan sehari-hari dengan postur tubuh yang tidak


nyaman dalam jangka waktu yang panjang
2. Kecelakaan dan terjatuh sehingga menyebabkan cedera yang
serius
3. Tidur dengan kondisi postur yang tidak nyaman
4. Otot leher keseleo
5. Osteoarthritis
6. Rematik
7. Peradangan spondilitis
8. Penyempitan pembuluh darah di sekitar tulang belakang
9. Infeksi osteomielitis yang terjadi pada sumsum tulang belakang
10. Kanker yang berhubungan dengan tulang belakang

2.14.2 Patofisiologi

Klasifikasi nyeri leher berdasarkan proses patofisiologi yang


mendasarinya di bedakan menjadi:

51
1. Nyeri leher non spesifik atau axial atau nyeri leher mekanik yaitu
nyeri leher yang disebabkan proses patologi pada otot-otot leher
tanpa ada proses penyakit tertentu yang mendasarinya, nyeri leher
tipe ini biasanya terlokalisir, sering kali dihubungkan dengan
postur atau posisi leher yang tidak ergonomis dalam jangka waktu
tertentu saat melakukan pekerjaan.
2. Nyeri leher radikulopati yaitu nyeri leher yang diikuti dengan
gangguan sensoris atau kelemahan pada sistem motorik, nyeri ini
timbul sebagai akibat kompresi atau penekanan akar saraf.
3. Mielopati yaitu nyeri yang dirasakan sebagai akibat kompresi
atau penekanan pada medula spinalis dengan gejala seperti nyeri
radikular, kelainan sensoris dan kelemahan motorik (Robert,
2014).

2.14.3 Dampak
1. Postur tubuh yang buruk.
2. Mengalami cedera di bagian leher.
3. Memiliki riwayat yang berhubungan dengan tulang belakang
sperti penyempitan di sekitar tulang belakang, pradangan
spondolitis dan infeksi tulang belakang.

2.14.4 Pencegahan
1. Olahraga.
2. Menjaga pola makan sehat.
3. Perbaiki posisi tubuh.

2.14.5 Pengobatan

Sebagian besar sakit leher biasanya dapat sembuh sendiri dalam 2-3
minggu. Namun, hal ini tentu saja tergantung pada penyebabnya.
Berikut ini adalah cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi rasa sakit
di leher:

1. Gunakan bantal yang sesuai

52
2. Lakukan senam leher
3. Kompres leher. Kompres leher yang nyeri dengan es batu yang
dibalut handuk selama 3 hari pertama. Setelah itu, kompres
dengan botol berisi air hangat untuk meredakan rasa nyeri pada
leher.
4. Hindari gerakan leher yang terlalu kencang. Hindari gerakan leher
yang tiba-tiba dan terlalu kencang untuk mengurangi peradangan
dan meredakan rasa sakit di leher.
5. Memijat leher yang sakit

Jika nyeri leher yang dialami cukup parah dan tak kunjung
sembuh meski sudah diberikan penanganan di atas, dokter dapat
memberikan atau merekomendasikan pengobatan berikut ini kepada
pasien:

1. Fisioterapi. Pada prosedur ini, terapis akan memperbaiki postur


tubuh yang bermasalah dengan latihan gerakan tertentu. Terapi
juga dapat dilakukan dengan neck traction. Alat seperti gantungan
untuk menopang kepala ini digunakan untuk merenggangkan
leher pasien.
2. Obat-obatan yang bisa diberikan untuk mengurangi rasa sakit
pada leher adalah paracetamol atau ibuprofen. Selain obat minum,
obat pereda nyeri yang dioles juga dapat diberikan.
3. Operasi. Meski jarang dilakukan, operasi juga bisa menjadi
pilihan. Operasi dilakukan jika terdapat penekanan pada saraf
tulang belakang yang tidak membaik dengan obat-obatan dan
fisioterapi.

53
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Degenerasi merupakan suatu perubahan keadaan secara fisika dan
kimia dalam sel, jaringan atau organ yang bersifat menurunkan efesiensinya.
Penyakit degeneratif merupakan istilah yang secara medis digunakan untuk
menerangkan adanya suatu proses kemunduran fungsi sel saraf tanpa sebab
yang diketahui, yaitu dari keadaan normal sebelumnya ke keadaan yang
lebih buruk.
Penyakit ini terjadi karena adanya perubahan pada sel-sel tubuh yang
akhirnya memengaruhi fungsi organ secara menyeluruh.
Proses penuaan adalah penyebab penyakit degeneratif yang paling
umum. Semakin bertambah usia, maka fungsi jaringan dan organ tubuh pun
akan semakin mengalami penurunan. Itu sebabnya, orang lanjut usia (lansia)
lebih mungkin mengalami berbagai jenis penyakit degeneratif dibandingkan
dengan orang yang lebih muda.
Karena itu, pencegahan penyakit degeneratif, yakni melakukan pola
makan yang baik, olah raga yang teratur,tidak mengkonsumsi rokok dan
minum obat serta suplemen.

54
DAFTAR PUSTAKA

Annies. 2018. Penyakit Degeneratif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Janti S, Budi K, Andhy H, Bing D. 2003. Ilmu Patologi Buku Kedokteran.


Jakarta : EGC.

Staf Pengajar Bagian Patologi Anatomik. 1973. Kumpulan Kuliah Patologi.


Jakarta: FKUI

Sudarto pringgoutomo, dkk. 2002. Buku Ajar Patologi I (Umum). Jakarta:


Sugeng Seto

Penyakit Degeneratif https://id.wikipedia.org/wiki/Penyakit_degeneratif


(diakses pada tanggal 20 September 2019)

Penyakit Hipertensi http://digilib.unila.ac.id/2440/9/BAB%20II.pdf


(diakses pada tanggal 20 September 2019)

Penyakit Dislipidemia http://eprints.umm.ac.id/41360/3/BAB%20II.pdf


(diakses pada tanggal 20 September 2019)

Penyakit Jantung Koroner http://eprints.umpo.ac.id/3913/3/BAB%202.pdf


(diakses pada tanggal 20 September 2019)

Penyakit stroke https://www.academia.edu/17746748/ETIOLOGI_stroke


(diakses pada tanggal 20 September 2019)

Penyakit asam urat


https://www.academia.edu/35625263/ETIOLOGI_ASAM_URAT (diakses
pada tanggal 20 September 2019)

Makalah Proses Degeneratif


https://www.academia.edu/36667295/PROSES_DEGENERATIF (diakses
pada tanggal 22 September 2019)

55

Anda mungkin juga menyukai