Anda di halaman 1dari 57

PROPOSAL

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN KEJADIAN


DIARE DI PUSKESMAS JANGGA BARU KABUPATEN
BATANGHARI PROVINSI JAMBI TAHUN 2020

Penelitian Keperawatan Anak

DWI ERNA WATI


NIM : 1802009

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SYEDZA SAINTIKA PADANG
PROPOSAL

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN KEJADIAN


DIARE DI PUSKESMAS JANGGA BARU KABUPATEN
BATANGHARI PROVINSI JAMBI TAHUN 2020

Penelitian Keperawatan Anak

OLEH :
DWI ERNA WATI

NIM : 1802009

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SYEDZA SAINTIKA PADANG

i
PROPOSAL

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN KEJADIAN


DIARE DI PUSKESMAS JANGGA BARU KABUPATEN
BATANGHARI PROVINSI JAMBI TAHUN 2020

Penelitian Keperawatan Anak

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana


Keperawatan Pada Program Studi Ilmu Keperawatan
STIKES Syedza Saintika

OLEH :
DWI ERNA WATI

NIM : 1802009

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SYEDZA SAINTIKA PADANG

ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN KEJADIAN


DIARE DI PUSKESMAS JANGGA BARU KABUPATEN
BATANGHARI PROVINSI JAMBI TAHUN 2020

Proposal

OLEH :
DWI ERNA WATI
NIM : 1802009

Telah disetujui oleh pembimbing proposal program studi ilmu keperawatan


sekolah tinggi ilmu kesehaatan syedza saintika
Tanggal Oktober 2020

Pembimbing I Pembimbing II

(Ns. Andika Herlina, M.Kep) (Ns. Ibrahim, M.Biomed)

Mengetahui

Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

iii
(Ns.Weni Sartiwi, M.Kep)

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadiran Allah swt. atas karunia-Nya berupa

kesehatan, kesempatan, dan nikmat yang begitu besar bagi umatnya, sehingga

peeneliti dapat menyelesaikan proposal yang berjudul “Hubungan Pengetahuan

dan Sikap Ibu dengan Kejadian Diare di Puskesmas Jangga Baru Kabupaten

Batanghari Provinsi Jambi Tahun 2020”. Selawat beriringkan salam tidak lupa

kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan petunjuk

untuk keselamatan umat di dunia dan di akhirat.

Dalam penyusunan skripsi ini banyak peneliti mengucapkan terima kasih

telah mendapatkan bimbingan Bapak Ns. Andika Herlina,M.Kep selaku

pembimbing I, Bapak Ns. Ibrahim, M. Biomed selaku pembimbing II, dan

bantuan dari berbagai pihak dalam penyusunan Proposal ini. Selanjutnya

perkenankanlah peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang

terhormat :

1. Bapak Prof DR. Syamsul Amar, MS, Pembina Yayasan Pengembangan

Sumber Daya Manusia (YPSDM) Sumatera Barat.

2. Bapak Drs.H. Hasrinal, A.md.Kep, M.M, Ketua STIKES Syedza Saintika

Padang

3. Ibu Ns.Weni Sartiwi, M.Kep, Ketua Prodi Sarjana Ilmu Keperawatan

STIKES Syedza Saintika Padang

4. Bapak/Ibu Staf dan Dosen pengajar STIKES Syedza Saintika Padang

5. Kepada kedua orang tua, Abang dan Suami serta seluruh keluarga yang telah

memberikan kasih sayang, nasehat, semangat dan do’a.

ii
6. Rekan-rekan senasib sepenanggungan mahasiswa Program Studi Ilmu

Keperawatan Syedza Saintika Padang yang telah memberikan perhatian dan

masukan bagi peneliti

Semoga segala kebaikannya mendapat imbalan pahala dari Allah swt. Akhir

kata semoga Skripsi yang sederhana dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu

pengetahuan khususnya ilmu keperawatan, Amin

Padang, 2020

Peneliti

iii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING................................................ iv
KATA PENGANTAR.................................................................................... ix
DAFTAR ISI................................................................................................... xi
DAFTAR BAGAN.......................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL........................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian............................................................................ 7
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 8
E. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Diare.................................................................................. 10
B. Pengetahuan.................................................................................... 21
C. Sikap .............................................................................................. 27

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian................................................................................ 27
B. Tempat danWaktu Penelitian........................................................... 27
C. Populasi dan Sampel Penelitian....................................................... 27
D. Etika Penelitian................................................................................ 34
E. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 35
F. Teknik Pengolahan Data.................................................................. 36
G. Teknik Analisa Data........................................................................ 37
H. Kerangka Konsep............................................................................. 37
I. Hipotesis Penelitian......................................................................... 38
J. Definisi Operasional........................................................................ 38

Daftar Pustaka

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak asasi manusua yang harus diperhatikan untuk

kemajuan suatu bangsa selain pendidikan dan ekonomi sekaligus merupakan

investasi sumber daya manusia, serta memiliki kontribusi yang besar untuk

meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Derajat kesehatan

masyarakat sangat ditentukan oleh berbagai faktor yang saling mendukung satu

sama lain mulai dari lingkungan, perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan

hingga genetika yang ada di masyarakat. Kesehatan merupakan hak asasi manusia

yang harus diperhatikan untuk mewujudkan status kesehatan masyarakat yang

optimum diperlakukan suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang juga

optimum. Kondisi kesehatan individu dan masyarakat dapat dipengaruhi oleh

keadaan lingkungan, kualitaas lingkungan yang buruk merupakan penyebab

timbulnya berbagai gangguan pada kesehatan masyarakat. Salah satunya penyakit

disebabkan oleh buruknya sanitasi dilingkungan masyarakat adalah diare, yaitu

buang air besar yang tidak normal berbentuk tinja encer dengan frekuensi lebih

banyak dari biasanya (Herlina, 2011).

Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang sering mengenai bayi

dan balita. Seorang bayi baru lahir umumnya akan buang air besar sampai lebih

dari sepuluh kali sehari, dan bayi yang lebih besar akan mempunyai waktu buang

air masing-masing, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2 kali

seminggu. Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar lebih dari

1
2

empat kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak, bila

frekuensinya lebih dari 3 kali sehari (Wati, 2015)

Menurut data World Health Organization (WHO), angka kematian akibat

diare pada balita di Nigeria dan India sebanyak 42% dan angka kesakitan balita

dengan diare sebanyak 39%. Menurut WHO, Penyakit diare adalah penyebab

utama kematian kedua pada anak di bawah lima tahun, dan bertanggung jawab

untuk membunuh sekitar 525.000 anak setiap tahun. Penyakit diare adalah

penyebab utama kematian anak dan morbiditas di dunia, dan sebagian besar hasil

dari makanan dan sumber air yang terkontaminasi. Di seluruh dunia, 780 juta

orang tidak memiliki akses ke air minum yang lebih baik dan 2,5 miliar tidak

memiliki sanitasi yang lebih baik. Perkiraan angka kematian anak-anak akibat

diare di Nigeria adalah sekitar 151, 700–175.000 per tahun (WHO, 2019).

Di Indonesia menurut KEMENKES RI 2018, penyakit diare merupakan

penyakit endemis dan juga merupakan penyakit yang berpotensi Kejadian Luar

Biasa (KLB) disertai dengan kematian. Pada tahun 2018 terjadi 10 kali KLB yang

tersebar di 8 provinsi, 8 kabupaten/kota dengan jumlah penderita 756 orang dan

kematian 36 orang (CFR 4,76%). Angka kematian (CFR) diharapkan <1%, saat

KLB angka CFR masih cukup tinggi (>1%), sedangkan pada tahun 2018 CFR

Diare mengalami peningkatan dibanding tahun 2017 yaitu menjadi 4,76%.

Berdasarkan Survey morbiditas diare pada tahun 2014 insiden diare pada balita

yaitu 27%, dan tahun 2016 diperkirakan jumlah penderita sebanyak 46,4%. Target

SDGs pada tahun 2030 mengakhiri kematian bayi dan balita dengan upaya

mengurangi angka kematian bayi dengan 12/1000 kelahiran hidup dan angka

kematian anak bawah lima tahun 25/1000 kelahiran hidup (Kemenkes, 2019).
3

Dari data profil Dinas Kesehatan provinsi Jambi tahun 2018, dilaporkan

bahwa penyakit diare masuk dalam 10 penyakit terbesar di Provinsi Jambi. Tetapi

jika dilihat dari prevalensi dari tahun sebelumnya diare merupakan kasus tertinggi,

persentase peningkatannya 8,71 % tahun 2015 dan 8,73 % pada tahun 2016,

kejadian diare meningkat menjadi 6,5% pada tahun 2017. Berdasarkan data yang

di peroleh dari cakupan penderita diare pada anak usia balita sebanyak 3.042

balita, dimana 1,38% anak usia balita terkena diare yang pernah melakukan

kunjungan kesehatan (Dinkes Jambi, 2018).

Menurut Brandt et al (2015), penyebab diare yaitu faktor Infeksi (Bakteri,

virus, parasit), gangguan penyerapan makanan dan minuman di usus seperti

penyerapan karbohidrat, lemak dan protein, faktor makanan seperti makanan basi,

beracun, alergi terhadap makanan, faktor psikologis seperti cemas, takut dan

terkejut. Penyebab lain dari diare adalah rotavirus, kualitas air minum, kebersihan

dan sanitasi Diare berdampak buruk jika tidak diatasi. Apabila diare tidak teratasi,

maka dapat menimbulkan kejang, gangguan irama jantung sampai pendarahan di

otak, apabila dehidrasi (kekurangan cairan tubuh) berat bisa menyebabkan

kematian.

Hasil data di Puskesmas Jangga Baru pada tahun 2017 didapatkan jumlah

diare yaitu 10 (21,3%) orang, pada tahun 2018 yaitu 17 (36,2 %) orang, dan pada

tahun 2019 yaitu 20 (42,5%) orang. Faktor risiko yang mempengaruhi kejadian

diare yaitu faktor lingkungan (Sarana air bersih, jamban keluarga, kepadatan

hunian rumah, sarana pembuangan air limbah dan pengelolaan sampah), faktor

ibu (perilaku, pendidikan, pengetahuan) dan faktor balita (ASI eksklusif,


4

imunisasi campak dan status gizi), serta faktor keluarga (jumlah balita dalam

keluarga dan sosial ekonomi keluarga) (Puskesmas Jangga Baru, 2020)

Menurut Penelitian Rury (2018) dengan judul Hubungan pengetahuan dan

sikap ibu dengan kejadian diare pada balita diwilayah kerja puskesmas kayu

palembang dengan hasil data dianalisa dengan menggunakan uji chi square

dengan 56 responden didapatkan ada hubungan antara pengetahuan ibu debfan

kejadian diare dengan p value = 0,000 dan ada hubungan antara sikap ibu dengan

kejadian diare dengan p value = 0,001.

Penelitian lain yang didukung oleh Nurrokhim (2010) dengan Judul

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Anak Balita

Di Wilayah Kerja Puskesmas I Mojolaban Kabupaten Sukoharjo Hasil uji statistik

korelasi Chi square dengan tingkat kepercayaan 95% atau  a = 0,05, didapatkan

nilai X2 = 45,805 dan p = 0,000 Sedangkan yang memiliki pengetahuan baik

tentang diare sebesar 41,8%. Sebagian besar ibu balita (56,70%) memiliki sikap

tidak mendukung. Sedangkan yang memiliki sikap mendukung sebesar 43,30%.

Hasil uji statistik korelasi Chi square dengan tingkat kepercayaan 95% atau  a =

0,05, didapatkan nilai X2 = 48,233 dan p = 0,000. Berarti ada hubungan yang

bermakna antara pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada balita dan ada

hubungan yang bermakna antara sikap ibu dengan kejadian diare pada anak balita.

Faktor ibu berperan dalam kejadian diare pada balita. Ibu adalah sosok

yang paling dekat dengan balita, jika balita terserang diare maka tindakan-

tindakan yang ibu ambil akan menentukan perjalanan penyakitnya. Tindakan

tersebut dipengaruhi berbagai hal, salah satunya adalah pengetahuan. Salah satu

pengetahuan ibu yang sangat penting adalah bagaimana praktek perawatan anak
5

dengan diare yaitu dengan mencegah dan mengatasi keadaan dehidrasi, pemberian

cairan pengganti (IDAI, 2015).

Pengetahuan seseorang tentang kesehatan dapat mempengaruhi perilaku

kesehatannya sebagai hasil dari intermediate impact, yang selanjutnya akan

meningkatkan indikator kesehatan (Wahyu 2015). Di tengah situasi krisis ini,

peran pemerintah pusat sangat dibutuhkan untuk memberikan informasi yang

akurat, selain juga melakukan tugas sebagai pembinaan dan pengawasan kepada

pemerintah daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan daerah lebih baik.

Namun di sisi lain, sebagai pembuat kebijakan bagi pemerintah pusat dan

pelaksanaan kebijakan bagi pemerintah daerah yang bersinggungan langsung

khususnya yang bertugas di lapangan, sehingga sangat rentan terpapar penyakit

diare termasuk sikap ibu dalam mencegah dan mengatasi.

Sikap merupakan konsep yang sangat penting dalam komponen sosio-

psikologis, karena merupakan kecenderungan bertindak, dan berpersepsi. Ada dua

faktor yang mempengaruhi sikap, yaitu faktor interisik individu diantaranya

kepribadian, intelegensi, bakat, minat, perasaan, serta kebutuhan dan motivasi

seseorang dan faktor ekstrisik antara lain adalah faktor lingkungan, pendidikan,

idoiologi, ekonomi, dan politik. Selain itu ada berbagai faktor yang

mempengaruhi pembentukan sikap diantaranya pengalaman pribadi, kebudayaan

orang lain, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama,

serta emosi dalam diri individu (Notoatmodjo, 2014).

Sikap adalah suatu penilaian seseorang terhadap stimulus atau objek dalam

hal ini adalah memaksa kesehatan, termasuk penyakit, setelah seseorang

mengetahui stimulus atau objek, proses selanjutnya akan menilai atau bersikap
6

terhadap stimulasi atau objek kesehatan tersebut, oleh sebab itu indikator untuk

sikap kesehatan juga sejalan dengan pengetahuan kesehatan yakni sikap terhadap

sakit dan penyakit, sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat, dan sikap

terhadap kesehatan lingkungan (Notoatmodjo, 2014).

Dari Survey penelitian yang peneliti lakukan di Puskesmas Jangga Baru 14

oktober 2020, didapatkan bahwa 4 dari 10 ibu tidak mengenali tanda tanda

dehidrasi berat yang diakibatkan diare, 2 orang tidak mengetahui tanda-tanda

dehidrasi ringan, 5 orang ibu-ibu tidak mengetahui akibat dari dehidrasi, 7 orang

ibu-ibu belum memberikan penanganan diare dengan baik seperti tidak

memberikan cairan oralit dan tidak membawa ke sarana kesehatan jika tidak

parah, 5 orang ibu-ibu mengaku sudah memberikan cairan oralit di rumah jika

anaknya mengalami diare. Untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap

masyarakat tentang penyakit, pihak puskesmas biasanya memberikan penyuluhan

pada setiap posyandu sebanyak 8 kali selama setahun dengan materi yang

berbeda-beda. Tetapi untuk materi diare pihak dari puskesmas hanya memberikan

penyuluhan satu kali dalam setahun dengan media leaflet. Hal ini menyebabkan

masyarakat tidak terlalu memahami materi yang diberikan karena hanya diberikan

sebanyak satu kali.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik melakukan penelitian

yang berjudul “Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu dengan Kejadian

Diare di Puskesmas Jangga Baru Kabupaten Batang Hari Provinsi Jambi

Tahun 2020”
7

B. Rumus Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka masalah

dalam penelitian ini adalah yaitu " Adakah Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu

dengan Kejadian Diare di Puskesmas Jangga Baru Kabupaten Batang Hari

Provinsi Jambi Tahun 2020 ?”.

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu dengan Kejadian

Diare di Puskesmas Jangga Baru Kabupaten Batang Hari Provinsi Jambi

Tahun 2020.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi Kejadian diare di Puskesmas

Jangga Baru Kabupaten Batang Hari Provinsi Jambi Tahun 2020.

b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi Pengetahuan ibu Puskesmas

Jangga Baru Kabupaten Batang Hari Provinsi Jambi Tahun 2020.

c. Untuk mengetahui distribusi frekuensi Sikap ibu Puskesmas Jangga Baru

Kabupaten Batang Hari Provinsi Jambi Tahun 2020.

d. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare di

Puskesmas Jangga Baru Kabupaten Batang Hari Provinsi Jambi Tahun

2020.

e. Untuk mengetahui hubungan sikap Ibu dengan Kejadian Diare di

Puskesmas Jangga Baru Kabupaten Batang Hari Provinsi Jambi Tahun

2020.
8

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan dan

mengembangkan pengetahuan mahasiswa tentang penelitian ilmiah terutama

tentang kejadian diare.

2. Bagi Petugas Kesehatan

Sebagai bahan masukan dalam upaya peningkatan pengetahuan dan

sikap ibu tentang kejadian diare

3. Bagi Masyarakat

Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap

ibu tentang kejadian diare.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai acuan atau masukan untuk peneliti selanjutnya terutama

tentang Hubungan pengetahuan dan sikap Ibu terhadap Kejadian Diare di

Puskesmas Jangga Baru Kabupaten Batang Hari Provinsi Jambi Tahun 2020.

E. Ruang Lingkup

Peneliti telah membahas mengenai Hubungan pengetahuan dan sikap Ibu

terhadap Kejadian Diare di Puskesmas Jangga Baru Kabupaten Batang Hari

Provinsi Jambi Tahun 2020. Penelitian akan dilakukan di Puskesmas Jangga Baru

Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi tahun 2020. Penelitian ini akan

dilaksanakan pada Bulan Oktobe 2020. Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh Ibu sebanyak 259 orang. Jenis penelitian yang akan digunakan adalah

deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional dengan teknik pengambilan

sampel menggunakan teknik purposive sampling. Besar sampel dalam penelitian


9

ini adalah 72 orang yaitu ibu yang datang ke puskesmas Jangga Baru yang akan

dijadikan responden. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan desain

cross sectional. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner, dimana

variabel independen adalah Pengetahuan dan sikap dan dependen kejadian diare.

Data di analisa menggunakan analisa univariat dan bivariat dengan uji statistik

Chi-Square.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Diare

1. Pengertian Diare

Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair,

bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga

kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes, 2011). Diare adalah buang air besar

pada balita lebih dari 3 kali sehari disertai perubahan konsistensi tinja

menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang

dari satu minggu (Juffrie, 2012).

Diare adalah perubahan konsistensi tinja yang terjadi tiba-tiba akibat

kandungan air di dalam tinja melebihi normal (10ml/kg/hari) dengan

peningkatan frekuensi defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam dan

berlangsung kurang dari 14 hari (Tanto, 2014). Berdasarkan ketiga definisi di

atas dapat disimpulkan bahwa diare adalah buang air besar dengan

bertambahnya frekuensi yang lebih dari biasanya 3 kali sehari atau lebih

dengan konsistensi cair.

2. Etiologi

Etiologi menurut Ngastiyah (2014) antara lain :

a. Faktor Infeksi

1) Infeksi enternal: infeksi saluran pencernaan makanan yang

merupakan penyebab utama diare pada anak.Meliputi infeksi

eksternal sebagai berikut :

10
11

a) Infeksi bakteri: Vibrio’ E coli, Salmonella, Shigella,

Campylobacter, Yersinia, aeromonas, dan sebagainya.

b) Infeksi virus: Enterovirus (virus ECHO, Coxsacki,

Poliomyelitis) Adeno-virus, Rotavirus, astrovirus, dan lain-lain.

c) Infeksi parasit: cacing (Ascaris, Trichuris, Oxcyuris,

Strongyloides) protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia

lamblia, Trichomonas hominis), jamur (Candida albicans)

2) Faktor malabsorbsi

a) Malabsorbsi karbohidrat disakarida (intoleransi laktosa, maltose

dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa,dan

galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering

(intoleransi laktosa).

b) Malabsorbsi lemak

c) Malabsornsi protein

d) Faktor makanan, makanan basi,beracun, alergi, terhadap

makanan.

e) Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat

terjadi pada anak yang lebih besar).

3. Faktor Resiko

Menurut jufrri (2012), ada beberapa faktor resiko diare yaitu :

a. Faktor umur yaitu diare terjadi pada kelompok umur 6-11 bulan pada

saat diberikan makanan pendamping ASI. Pola ini menggambarkan

kombinasi efek penurunan kadar antibody ibu, kurangnya kekebalan


12

aktif bayi, pengenalan makanan yang mungkin terkontaminasi bakteri

tinja.

b. Faktor musim : variasi pola musim diare dapat terjdadi menurut letak

geografis. Di Indonesia diare yang disebabkan oleh rotavirus dapat

terjadi sepanjang tahun dengan peningkatan sepanjang musim

kemarau, dan diare karena bakteri cenderung meningkat pada musim

hujan.

c. Faktor lingkungan meliputi kepadatan perumahan, kesediaan sarana

air bersih (SAB), pemanfaatan SAB, kualitas air bersih.

4. Patofisiologi

Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama

gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat

diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi,

sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi

rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk

mengeluarkannya sehingga timbul diare. Kedua akibat rangsangan tertentu

(misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekali air

dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena

terdapat peningkatan isi rongga usus. Ketiga gangguan motalitas usus,

terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan

usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya bila

peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan

yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula. Selain itu diare juga

dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus


13

setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme

tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat

toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan

diare (Santi, 2016).

WOC Diare

5. Manifestasi Klinis

a. Tanda :

1) Cengeng

2) Anus dan daerah sekitar lecet

3) BB menurun, Turgor berkurang

4) Mata dan ubun-ubun besar dan menjadi cekung (pada bayi),

Selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering


14

5) Nadi cupat dan kecil, Denyut jantung jadi cepat, TD menurun

6) Kesadaran menurun, Pucat, nafas cepat

7) Buang air besar 4x/hari untuk bayi dan > 3x untuk anak-anak atau

dewasa, Suhunya tinggi

b. Gejala :

a) Tidak nafsu makan

b) Lemas, Dehidrasi

c) Gelisah, Cengeng

d) Oliguria, Anuria

e) Rasa haus

6. Faktor- faktor yang mempengaruhi Diare

Menurut Maryunani (2010), faktor yang mempengaruhi diare yaitu :

a. Faktor Gizi: Makin buruk gizi seorang anak, ternyata makin banyak

kejadian diare.

b. Faktor sosial ekonomi

Kebanyakan anak – anak yang mudah menderita diare berasal

dari keluarga besar dengan daya beli yang rendah, kondisi rumah yang

buruk, tidak punya penyediaan air bersih yang memenuhi persyaratan

kesehatan, pendidikan orang tuanya yang rendah dan sikap serta

kebiasaan yang tidak menguntungkan.

c. Faktor lingkungan.

Sanitasi lingkungan yang buruk juga akan berpengaruh terhadap

kejadian diare, interaksi antara agent penyakit, manusia dan faktor –


15

faktor lingkungan, yang menyebabkan penyakit perlu diperhatikan

dalam penanggulangan diare.

d. Faktor makanan yang terkontaminasi pada masa sapih.

Insiden diare pada masyarakat golongan berpendapatan rendah

dan kurang pendidikan mulai bertambah pada saat anak untuk pertama

kali mengenal makanan tambahan dan frekuensi ini akan makin lama

meningkat untuk mencapai puncak pada saat anak sama sesekali di

sapih, makanan yang terkontaminasi jauh lebih mudah mengakibatkan

diare pada anak–anak lebih tua.

e. Faktor pendidikan

Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata

laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia

melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan memengaruhi

proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang, makin mudah orang

tersebut untuk menerima informasi. Tingkat pendidikan

mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu balita dalam berperilaku dan

berupaya secara aktif guna mencegah terjadinya diare pada balita.

7. Komplikasi

Menurut Maryunani (2010) sebagai akibat dari diare akan terjadi

beberapa hal sebagai berikut :

a. Kehilangan air (dehidrasi)

Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari

pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada

diare.
16

b. Gangguan keseimbangan asam basa (metabolik asidosis)

Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja.

Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun

dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya

anorexia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat

karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria atau anuria)

dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler ke dalam

cairan intraseluler.

c. Hipoglikemia

Hipoglikemia terjadi pada 2–3 % anak yang menderita diare, lebih

sering pada anak yang sebelumnya telah menderita Kekurangan Kalori

Protein (KKP). Hal ini terjadi karena adanya gangguan penyimpanan

atau penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan etabol

glukosa. Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah

menurun hingga 40 % pada bayi dan 50 % pada anak– anak.

d. Gangguan gizi

Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini

disebabkan oleh makanan sering dihentikan oleh orang tua karena

takut diare atau muntah yang bertambah hebat, walaupun susu

diteruskan sering diberikan dengan pengeluaran dan susu yang encer

ini diberikan terlalu lama, makanan yang diberikan sering tidak dapat

dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik.


17

e. Gangguan sirkulasi

Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik,

akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis

bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran

menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal.

Menurut Ngastiyah (2014) sebagai akibat diare baik akut maupun

kronik akan terjadi kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi)

yang mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa (asidosis

metabolis, hipokalemia), gangguan gizi akibat kelaparan (masukan

kurang, pengeluaran bertambah), hipoglikemia, gangguan sirkulasi

darah.

8. Penatalaksaan dan Pengobatan Diare

Dasar pengobatan diare adalah

a. Pemberian cairan: jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah

pemberianya

1) Cairan per oral. Pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang

cairan diberikan per oral berupa cairan yang berisikan NaCL dan

NaHCO3, KCL dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada

anak di atas umur 6 bulan kadar natrium 90 mEq/L.Formula

lengkap sering disebut oralit.Cairan sederhana yang dapat dibuat

sendiri (formula tidak lengkap) hanya mengandung garam dan gula

(NaCL dan sukrosa), atau air tajin yang diberi garam dan gula

untuk pengobatan sementara di rumah sebelum dibawa berobat ke


18

rumah sakit/pelayanan kesehatan untuk mencegah dehidrasi lebih

jauh.

2) Cairan parental. Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang

diperlukan sesuai dengan kebutuhan pasien misalnya untuk bayi

atau pasien yang MEP. Tetapi kesemuanya itu bergantung

tersedianya cairan setempat. Pada umumnya cairan ringer laktat

(RL) selalu tersedia di fasilitas kesehatan dimana saja. Mengenai

pemberian cairan seberapa banyak yang diberikan bergantung dari

berat /ringanya dehidrasi, yang diperhitungkan dengan kehilangan

cairan sesuai dengan umur dan berat badanya.

b. Dietetik (cara pemberian makanan).

Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan berat

badan kurang dari 7 kg jenis makanan:

1) Susu (ASI dan atau susu formula yang mengandug laktosa rendah

dan asam lemak tidak jenuh, misalnya LLM, almiron atau sejenis

lainya)

2) Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim),

bila anak tidak mau minum susu karena di rumah tidak biasa.

3) Susu kusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan

missalnya susu yang tidsk mengandung laktosa atau asam lemak

yang berantai sedang atau tidak jenuh.

4) Obat-obatan. Prinsip pengobatan diare ialah menggantikan cairan

yang hilang melalui tinja dengan atau tanpa muntah, dengan cairan
19

yang mengandung elektrolit dan glukosa atu karbohidrat lain

(gula,air tajin, tepung beras dan sebagainya) (Ngastiyah, 2014).

c. Terapi farmakologik

1) Antibiotik

pengobatan yang tepat terhadap penyebab diare diberikan

setelah diketahui penyebab diare dengan memperhatikan umur

penderita, perjalanan penyakit, sifat tinja. Pada penderita diare,

antibiotic boleh diberikan bila :

a) Ditemukan bakteri patogen pada pemeriksaan mikroskopik dan

atau biakan.

b) Pada pemeriksaan mikroskopis dan atau mikroskopis

ditemukan darah pada tinja.

c) Secara kinis terdapat tanda-tanda yang menyokong adanya

infeksi maternal.

d) Di daerah endemic kolera.

e) Neonatus yang diduga infeksi nosokomial

2) Obat antipiretik

obat antipiretik seperti preparat salisilat (asetosol, aspirin)

dalam dosis rendah (25 mg/ tahun/ kali) selain berguna untuk

menurunkan panas akibat dehidrai atau panas karena infeksi, juga

mengurangi sekresi cairan yang keluar bersama tinja.

3) Pemberian Zinc

Pemberianzinc selama diare terbuki mampu mengurangi

lama dan tingkat keparah diare, mengurangi frekuensi buang air


20

besar (BAB), mengurangi volume tinja, serta menurunkan

kekambuhan diare pada tiga bulan berikutnya (Lintas diare, 2011).

9. Kejadian Diare

Ditinjau dari daya ketahanan tubuh atau kekebalan terhadap

sesuatu serangan penyakit anak balita merupakan kelompok umur yang

rawan dibandingkan dengan kelompok umur yang lebih tua. Sebagai

akibat diare anak balita akan kehilangan cairan dalam tubuh yang sangat

banyak dalam waktu yang sangat singkat, keadaan ini disebut dehidrasi

atau kekurangan cairan, dehidrasi dapat menyebabkan anak kejang karena

kehilangan zat-zat tertentu seperti natrium, kalsium, magnesium, kalium

dan lain-lain tergantung dari berapa banyak terjadinya penurunan berat

badan akan terjadi dehidrasi sedang atau berat. Untuk menentukan tingkat

dehidrasi ini maka pertimbangan berat badan penderita sangat penting

karena diare dapat menyebabkan dehidrasi dan bila tidak segera diobati

menyebabkan kematian maka pengobatan diare yang paling penting adalah

dengan rehidrasi atau mengganti cairan yang hilang sebagai akibat diare.

B. Pengetahuan

1. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah orang

melakukan penginderan terhadap suatu objek tertentu. Objek dalam

pengetahuan adalah benda atau hal yang diselidiki oleh pengetahuan itu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera raba, rasa,

penglihatan, pendengaran dan penciuman. Karena itu pengetahuan


21

dimungkinakan didapat dari berbagai sumber dan pengalaman (Notoadmodjo,

2010).

2. Tingkatan Pengetahuan

Dalam domain kognitif ada 6 (enam) tingkatan pengetahuan yaitu:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelum termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) terhadap spesifik dari seluruh badan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu tahu

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk

mengukur bahwaborang itu tahu tentang apa yang dipelajari antara lain

menyebutkan, mengarahkan, mendefenisikan, dan menyatakan.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan akan berjalan optimal (Marimbi, 2010). materi

tersebut secara benar. Orang telah paham terhadap objek atau materi

harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Application)

Aplikais diartikan sebagai kemampuan untuk mengeluarkan

materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi riel (sebenarnya).
22

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu

struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan ata kerja, seperti

dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,

dan mengelompokkan.

e. Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru, dengan kat lain sintesisi adalah suatu kemampuan formulasi baru

dari formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-

penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditemukan sendiri atau

menggunakan kriteria-kriteria yang ada.

Menurut Notoatmodjo (2010), dalam buku Ilmu Kesehatan

Masyarakat mengemukakan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku

baru (berperilaku baru) di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang

berurutan yaitu:

1) Kesadaran (Awareness), dimana oarang tersebut menyadari dalam

arti mengetahui dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap

stimulus.
23

2) Merasa tertarik (Interest) terhadap stimulus atau objek tersebut.

Disini sikap subjek sudah mulai timbul.

3) Menimbang-menimbang (Evalution) terhadap baik atau tidaknya

stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah

lebih baik lagi.

4) Mencoba (Trial), dimana subjek ini mulai mencoba melakukan

sesuatu sesuai dengan apa yang telah dikehendaki oleh stimulus.

Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

3. Faktor- faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

a. Faktor Internal

1) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang

terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita tertentu

yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan

untu mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan

untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang

kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut YB

Mantra yang dikutip Notoatmodjo, (2010), pendidikan dapat

mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan

pola hidup terutama dalam memotivasi untukm sikap berperean serta

dalam pembangunan. Pada umumnya makin tinggi pendidikan

seseorang makin mudah menerima informasi.


24

2) Pekerjaan

Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2010),

pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk

menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan

bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara

mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan.

Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita

waktu.

3) Umur

Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2010), usia adalah

umur individu yang terhitung mulai saat melahirkan sampai berulang

tahun. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih

dewasa dipercayai dari orang yang belum tinggi kedewasaannya.

4) Pengalaman

Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut

dapat diartikan bahwa pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun

dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal

ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengamalan yang

diperoleh dalam memcahkan permasalahan yang dihadapi pada masa

lalu. (Notoatmodjo, 2010).

b. Faktor Eksternal

1) Lingkungan
25

Menurut Ann. Mariner yang dikutip dari Nursalam (2010),

lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia

dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan

perilaku orang atau kelompok.

2) Sosial Budaya

Sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi sikap

dan menerima informasi. Sosial budaya mempunyai pengaruh pada

pengetahuan seseorang.

4. Cara Memperoleh Pengetahuan

Notoatmodjo (2010), menyatakan cara memperoleh kebenaran

pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu:

a. Cara Tradisional

Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain :

1) Cara coba-coba

Ini dilakukan dengan menggunakn kemungkinan tersebut

tidak berhasil dicoba kemngkinan yang lama.

2) Cara kekuasaan (Otoritas)

Dimana pengetahuan diperoleh berdasarkan pada kekuasaan,

baik otoritas tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin, maupun

otoritas ahli ilmu pengetahuan.

3) Berdasarkan pengalaman

Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali

pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang

dihadapi pada masa lalu.


26

4) Melalui jalan pikiran

Manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam

memperoleh pengetahuan.

5. Pengukuran pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek

penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau

diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas (Arikunto 2010).

Penilaian pengetahuan dapat dilihat dari setiap item pertanyaan yang akan

diberikan peneliti kepada responden. Menurut Arikunto (2010), kategori

pengetahuan dapat ditentukan dengan kriteria :

a. Pengetahuan baik : jika jawaban benar 76 – 100 %

b. Pengetahuan cukup : jika jawaban benar 56 – 75 %

c. Pengetahuan kurang : jika jawaban benar ≤ 55

6. Modern Dalam Memperoleh Pengetahuan

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada deasa ini

lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut dengan metode penilaian

ilmiah atau lebih populer Metodelogi Penetian. (Notoatmodjo, 2010).

A. Sikap

1. Pengertian Sikap

Menurut Notoatmodjo (2014) menyebutkan bahwa sikap merupakan

konsep yang sangat penting dalam komponen sosio-psikologis, karena

merupakan kecenderungan bertindak, dan berpersepsi. Sikap adalah respon

tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah


27

melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang – tidak

senang, setuju–tidak setuju, baik – tidak baik dan sebagainya).

2. Tingkatan Sikap

Menurut Notoatmodjo (2012), tingkatan sikap terbagi menjadi 4 yaitu :

a. Menerima (receiving) : Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau

dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek.

b. Merespon (responding) : Memberi jawaban bila ditanya, mengerjakan

dan menyelesaikan tugas yang diberikan atau suatu indikasi dari sikap.

Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau

mengerjakan tugas diberikan, terlepas dari pekerjaan, itu benar atau

salah, berarti bahwa orang menerima ide itu.

c. Menghargai (valuing) : Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan suatu masalah atau suatu indikasi sikap tingkat tiga.

d. Bertanggung jawab (responsible) : Bertanggung jawab atas segala

sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang

paling tinggi.

3. Komponen Sikap

Menurut Azwar (2012), struktur sikap terdiri dari tiga komponen yang

saling menunjang yaitu :

a. Komponen kognitif (cognitive)

Disebut juga komponen perceptual, yang berisi kepercayaan

individu yang berhubungan dengan hal-hal bagaimana individu

berpresepsi terhadap objek sikap, dengan apa yang dilihat dan diketahui
28

(pengetahuan), pandangan, keyakinan, pikiran, pengalaman pribadi,

kebutuhan emosional, dan informasi dari orang lain.

b. Komponen efektif (affective)

Merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional dan

subjektifitas individu terhadap objek sikap, baik yang positif (rasa

senang) maupun negatif. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

Menurut Azwar (2012) faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

terhadap suatu objek antara lain :

a. Pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi yang terjadi secara tiba-tiba atau mengejutkan

yang meninggalkan kesan paling mendalam pada jiwa seseorang.

Kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang-ulang

dan terus-menerus, lama-kelamaan secara bertahap diserap ke dalam

individu dan mempengaruhiterbentuknya sikap.

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Dalam pembentukan sikap pengaruh orang lain sangat berperan,

misalnya dalam kehidupan masyarakat yang hidup di pedesaan, mereka

akan mengikuti apa yang diberikan oleh tokoh masyarakat.

c. Kebudayaan

Dimana kita hidup mempunyai pengaruh yang besar terhadap

pembentukan sikap. Dalam kehidupan di masyarakat diwarnai dengan

kebudayaan yang ada di daerahnya.


29

d. Media masa

Media masa elektronik maupun media cetak sangat besar

pengaruhnya terhadap pembentukan opini dan kepercayaan seseorang.

Dengan pemberian informasi melalui media masa mengenai sesuatu hal

akan memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap. (rasa

tidak senang) Komponen konatif (konative) Merupakan aspek

kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang, berkaitan

dengan objek sikap yang dihadapinya.

e. Lembaga pendidikan

Dalam lembaga pendidikan dan lembaga agama berpengaruh

dalam pembentukan sikap, hal ini dikarenakan keduanya meletakkan

dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu.

4. Pembentukan sikap

Ada dua faktor yang mempengaruhi sikap, yaitu faktor interisik

individu diantaranya kepribadian, intelegensi, bakat, minat, perasaan, serta

kebutuhan dan motivasi seseorang dan faktor ekstrisik antara lain adalah

faktor lingkungan, pendidikan, ediologi, ekonomi, dan politik. Selain itu ada

berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap diantaranya

pengalaman pribadi, kebudayaan orang lain, media massa, institusi atau

lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta emosi dalam diri individu

(Notoatmodjo, 2010).

5. Pengukuran Sikap

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak

langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau


30

pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat

dilakukan dengan pertanyaan-pertanyaan hipotesis, kemudian ditanyakan

pendapat responden (Notoatmodjo, 2012). Sikap diukur dengan berbagai item

pertanyaan yang dinyatakan dalam kategori respon dengan metode Likert.

Untuk mengetahui sikap responden digunakan lima alternatif jawaban yang

kemudian diberikan skor untuk dapat dihitung. Menurut Arikunto (2013) skor

dihitung dan dikelompokkan kedalam dua kategori positif dan negatif,

sebagai berikut : a. Pernyataan positif diungkapkan dengan kata-kata : Setuju

(S) mendapat skor 1, Tidak Setuju (TS) mendapat skor 0. b. Pernyataan

negatif diungkapkan dengan kata-kata : Sangat Setuju (SS) mendapat skor 1,

Setuju (S) mendapat skor 2, Ragu-Ragu mendapat skor 3, Tidak Setuju (TS)

mendapat skor 4, dan Sangat Tidak Setuju (STS) mendapat skor 5.

Tabel 2.1
Kerangka Konsep
Faktor –faktor yang mempengaruhi
Pengetahuan
1. Internal
a. Pendidikan
b. Umur
c. Pekerjaan
d. Pengalaman
e.
2. Ekternal
a. Lingkungan
b. Sosial budaya
Ibu Kejadian
faktor-faktor yang mempengaruhi Balita Diare
Sikap:
a. Pengalaman pribadi
b. Pengaruh orang lain yang
dianggap penting
c. Kebudayaan
d. Media masa
e. Lembaga pendidikan

Sumber : Maryunani, 2010, Notoatmodjo, 2012,Juffrie, 2012


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan desain penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan adalah deskriptif analitik dengan

pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika

korelasi antara masalah dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau

pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (points time approach)

(Notoatmodjo, 2012). Adapun penelitian ini menggunakan variabel independen

(Pengetahuan dan sikap) dengan variabel dependen (Kejadian Diare).

B. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Puskesmas Jangga Baru Kabupaten

Provinsi Jambi Tahun 2020, Penelitian akan dilakukan karena kurangnya

pengetahuan dan sikap Ibu dengan Kejadian Diare. Waktu penelitian Oktober

2020.

C. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi adalah proses pemilihan satuan (misalnya orang, organisasi)

dari sebuah populasi yang diperhatikan dalam suatu studi, sehingga sampel

dapat menjelaskan populasi dari mana sampel itu diambil. populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh ibu yang berkujung dipuskesmas Jangga Baru

Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi Tahun 2020.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi terjangkau dapat digunakan

32
33

sebagai subjek penelitian melalui sampling sehingga mewakili populasi yang

ada dengan tujuan penelitian (Nursalam, 2010). Penelitian ini menggunakan

metode purposive sampling yaitu tehnik penetapan sampel dengan cara

memilih sampel di antara popula disesuai dengan yang dikehendaki peneliti,

sehingga sampel tersebut dapat mewakili populasi yang telah dikenal

sebelumnya (Nursalam, 2010). Besar sampel dalam penelitian ini adalah 72

orang yaitu Ibu di Puskesmas Jangga Baru yang akan dijadikan responden,

yang diperoleh dari hasil perhitungan dengan rumus Slovin dalam

Notoatmodjo:

Keterangan :

N = besar populasi

n = besar sampel

d = tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan ( 0,1)

N =259

Rumus :

N
n=
1+ N (d )²

259
n=
1+ 3,59(0,001)

269
n= = 72
3,59

Kriteria Sampel

a. Kriteria inklusi
34

Kriteria inklusi adalah karakter umum subyek penelitian dari

suatu populasi target terjangkau yang akan diteliti (Notoatmodjo,

2010). Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

1) Bersedia menjadi responden

2) Ibu yang berkunjung di Puskesmas

b. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subyek

penelitian yang tidak memenuhi kriteria inklusi dari suatu studi karena

berbagai sebab. Sehingga tidak dapat menjadi subyek penelitian

(Notoatmodjo, 2010). Adapun kriteria eksklusi penelitian ini adalah :

1) Yang tidak mengalami diare

2) Yang Menolak untuk diteliti

D. Etika penelitian

Penelitian ini menggunakan manusia sebagai subyek sehingga dalam

pelaksanaannya tidak boleh bertentangan etika penulisan. Tujuan penelitian harus

etis dalam arti hak responden harus dilindungi. Penelitian ini dilakukan setelah

mendapat rekomendasi dari STIKES Syedza Saintika dan izin meneliti dari

Kepala Dinas Kabupaten Batanghari, dilanjutkan ke Pimpinan Kepala Puskesmas

Jangga Baru. Menurut Nursalam (2010) Penelitian dilakukan dengan menekankan

pada etika penelitian yang meliputi:

1. Informed Consent (lembar persetujuan)

Informed consent merupakan formulir persetujuan yang digunakan untuk

meminta persetujuan kepada responden untuk meminta keterangan dan

bersedia untuk diteliti sebagai perwujudan dari hak-hak dari responden. Tanda
35

dari persetujuan dari responden mereka harus menandatangani lembar

persetujuan. Jika responden tidak bersedia maka peneliti harus menghormati

hak-hak responden.

2. Anonimity (tanpa nama)

Peneliti tidak memberi atau mencantumkan nama responden pada

instrumen penelitian dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan

data dan hasil penelitian yang akan disajikan.

3. Confidentiaity (kerahasiaan responden)

Peneliti menjamin hak-hak subyektif penelitian dengan cara menjamin

kerahasiaan identitas dari subyek penelitian.

E. Teknik pengumpulan data

1. Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber

penelitian (responden) yaitu Ibu Balita menggunakan lembar kuesioner.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang pengumpulannya tidak dilakukan

sendiri oleh peneliti tetapi di peroleh dari institusi atau pihak lain yang dapat

dipercaya, seperti bagian kepala Puskesmas Jangga Baru

3. Instrumen penelitian

Penelitian ini menggunakan kuesioner untuk mengkaji mutu pelayanan

kesehatan dan kuesioner untuk mengkaji Pengetahuan dan sikap dengan

Perilaku. Kuesioner ini berisi pertanyaan-pertanyaan yang akan di jawab oleh

pasien (responden).
36

F. Teknik pengolahan data

Menurut Notoatmodjo (2010) Pengolahan data dilakukan dengan

mengunakan komputer dengan tahap sebagai berikut :

1. Menyunting data (Editing)

Editing dilakukan dengan cara menilai kelengkapan, kejelasan dan

kesesuaian dalam lembar observasi.

2. Mengkode data (Coding)

Pada setiap data yang telah terkumpul untuk memudahkan pengolahan dan

analisa data maka data tersebut diberi kode 1 = S : Setuju, 0 = Tidak setuju,

Memasukkan Data (Entry)

Setelah semua informasi yang terkumpul sudah diberi kode, selanjutnya

data dimasukkan kedalam master tabel untuk dianalisa.

3. Membersihkan Data (Cleaning)

Data yang dientri diperiksa kembali untuk memastikan bahwa data

bersih dari kesalahan dalam pengkodean ataupun membaca kode.

4. Mentabulasi data (Tabulating)

Setelah semua lembar observasi diisi dengan benar, maka dilakukan

pemindahan data kedalam master tabel, kemudian dikelompokkan sesuai

dengan variabel yang akan diteliti dengan mennggunakan tabel distribusi, serta

data ditabulasi dan disajikan dalam bentuk tabel univariat dan bivariat.

G. Teknik analisa data

Analisa data merupakan tindakan menginterpretasikan data yang di dapat

untuk digambarkan dan dipahami. Analisa data pada masing-masing variabel yang

diteliti yang kemudian dideskripsikan.Penelitian ini menggunakan dua cara dalam


37

menganalisis data yaitu analisis data univariat dan bivariat.

1. Analisa data univariat

Analisa data univariat merupakan proses analisis pada tiap variabel

penelitian terutama untuk melihat tampilan distribusi frekuensi variabel

independen dan variabel dependen. Analisis ini berupa distribusi frekuensi dan

persentase pada setiap variable yaitu pengetahuan dan sikap dengan kejadian

diare.

2. Analisa data bivariat

Analisa data bivariat dilakukan terhadap dua variabel independen dan

dependen yang diduga memiliki hubungan, dengan menggunakan uji statistic

melalui uji Chi-Square dengan tingkat signifikasi <0,05. Uji ini dimaksudkan

untuk mengetahui apakah ada hubungan pengetahuan dan sikap dengan

Kejadian Diare. (Nursalam,2010).

H. Kerangka konsep

Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan

bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis

beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah (Hidayat, 2013). Pada

penelitian ini yang menjadi variabel independen yaitu pengetahuan dan sikap

sedangkan yang menjadi variabel dependen yaitu Kejadian Diare.

Bagan 3.1
Konsep Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Berhubungan Dengan
Kejadian Diare

Variabel Independen Variabel dependen


Pengetahuan

Kejadian Diare
Sikap
38

I. Hipotesis penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, landasan teoritis dan kerangka konspetual

yang ditemukan maka hipotesis penelitian yang dihasilkan adalah:

Ho : “Tidak Ada Hubungan Pengetahuan sikap Dengan Kejadian Diare di

Puskesmas Jangga Baru Kabupaten BatangHari, Provinsi Jambi 2020”.

Ha : “Ada Hubungan Pengetahuan sikap Dengan Kejadian Diare di

Puskesmas Jangga Baru Kabupaten BatangHari, Provinsi Jambi 2020”.

J. Definisi operasional

Defenisi operasional adalah mendefenisikan variable secara operasional

berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkin kan peneliti untuk

melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau

fenomena (Hidayat, 2010).


39

Tabel 3.1
Definisi Operasional Hubungan Pengetahuan sikap Terhadap
Kejadian Diare di Puskesmas Jangga Baru Kabupaten
Batanghari Provinsi Jambi 2020
Variabel Definisi Alat Cara Hasil Ukur Skala
operasional Ukur Ukur Ukur
Variabel Kejadian Diare Kuesioner Angket Ordinal
dependen Adalah buang air
Kejadian besar pada balita
Diare lebih dari 3 kali
sehari disertai
perubahan
konsistensi tinja
menjadi cair
dengan atau tanpa
lendir dan darah
yang berlangsung
kurang dari satu
minggu (Juffrie,
2012).
Variabel - Pengetahuan Kuesioner Angket Pengetahuan Ordinal
Independen : merupakan hasil a. baik : jika
Pengetahuan dari tahu yang jawaban
Dan Sikap terjadi setelah benar 76 – -
orang melakukan 100 %
penginderan b. cukup :
terhadap suatu jika
objek tertentu jawaban
benar 56 –
75 %
a. kurang :
jika
jawaban
benar ≤
55

- Sikap adalah Sikap


respon tertutup
b. Setuju (S)
seseorang
mendapat
terhadap stimulus
skor 1
atau objek
c. Tidak
tertentu, yang
Setuju
sudah melibatkan
(TS)
faktor pendapat
mendapat
dan emosi yang
skor 0
bersangkutan
(senang – tidak
40

senang, setuju–
tidak setuju, baik
– tidak baik dan
sebagainya)
(Notoatmodjo,
2014)
DAFTAR PUSTAKA

___________ S, 20110, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta : Rineka


Cipta

___________, S, 2012, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta : Rineka


Cipta

______________2010. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan. Edisi 2.

Arikunto, S, 2011, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta :


Rineka Cipta

Azwar, 2010, Gizi Reproduksi, Yogyakarta : Pustaka Rihana

Depkes RI, 2011, Klasifikasi jumlah data kejadian diare, Jakarta : Depkes RI
Dinkes Jambi.2018. data profil Dinas Kesehatan provinsi Jambi tahun 2018,
Jambi

Hidayat, Alimul. 2013 Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan. Edisi 2.


Jakarta: Salemba Medika

_____________,2010. Keterampilan Dasar Praktik Klinik kebidanan. Jakarta:


Salemba Medika

Kartika. 2017. Buku Ajar Dasar Dasar Riset Keperawatan Dan Pengolahan Data
Statistik. Trans Info Media : Jakarta

Marimbi, 2010, Tumbuh Kembang Status Gizi dan Imunisasi Dasar Pada Balita,
Yogyakarta : Nuha Offset
Maryunani, A. (2010). Ilmu kesehatan anak dalam kebidanan. Jakarta: TIM.

MENKES/PER/XI/2011 PMKRIn. Pedoman pembinaan perilaku hidup bersih


dan sehat (PHBS). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2011.

Notoatmodjo, S, 2014, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta : Rineka


Cipta

Nursalam. 2010. Manajemen keperawatan: Aplikasi dan Praktik Keperawatan


Profesional, Edisi Kedua. Jakarta: Salemba Medika

Nurrokhim, 2010. Hubungan pengetahuan dan sikap ibu terhadap kejadian diare
di Puskesmas. https://skripsistikes.wordpress.com/2009/05/08/ikpiiill15
Rury, 2018. Hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan kejadian diare pada
balita di wilayah puskesmas puti kayu palembang-Jurnal ilmiah kesehatan
volume 7 No 1 januari 2018. Palembang
Santi, 2016. asuhan keperawatan anak pada bayi f dengan gastroenteritis akut di
ruang tulip rsud dr. tjitrowardojo purworejo-program profesi ners angkatan
xviii sekolah tinggi ilmu kesehatan surya global yogyakarta.yogyakarta
DAFTAR LAMPIRAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN KEJADIAN DIARE DI PUSKESMAS JANGGA BARU KECAMATAN
MUARA BULIAN KABUPATEN BATANGHARI JAMBI TAHUN 2020

No
Kegiatan MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Mengajuan judul
2 Acc Judul
3 Konsultasi Proposal
4 Seminar Proposal
5 Perbaikan proposal
6 Pengumpulan Data
7 Pengolahan Data
8 Penyusunan Skripsi
9 Konsultasi Skripsi
10 Ujian Sidang Skripsi
11 Perbaikan Skripsi
12 Pengumpulan Skripsi
Padang, Mei 2020

Pembimbing I Pembimbing II Peneliti

(Ns. Andika Herlina, M.Kep) (Ns. Ibrahim, M.Biomed) (Dwi Erna Wati)
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth
Calon Responden
Di Tempat
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Program Studi
Ilmu Keperawatan STIKES Syedza Saintika Padang.
Nama : Dwi Erna Wati
Nim : 1802009
Alamat: Jangga Baru, Kabupaten Batanghari-Jambi
Akan mengadakan penelitian dengan judul “Hubugan Pengetahuan dan Sikap
Ibu dengan Kejadian Diare di Puskesmas Jangga Baru Kecamatan Muara
Bulian, Kabupaten Batanghari-Jambi, Tahun 2020”.
Untuk keperluan tersebut saya memohon kesediaan dari Ibu/Saudari untuk
menjadiresponden dalam penelitian ini dan menandatangani lembar persetujuan
menjadi responden. Selanjutnya saya mengharapkan Ibu/Saudari untuk
memberikan tanggapan atau jawaban atas pertanyaan yang kami berikan dengan
kejujuran dan jawaban anda dijamin kerahasiaannya. Jika Ibu/Saudari tidak
bersedia menjadi responden, tidak ada sanksi bagi Ibu/Saudari .
Apabila Ibu/Saudari menyetujui, maka saya mohon kesediaannya untuk
menandatangani lembar persetujuan dan mengikuti semua rangkaian proses
penelitian ini. Atas perhatian dan kerjasama saudara kami ucapkan terima kasih.

Peneliti

(Dwi Erna Wati)


PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, bersedia untuk berpartisipasi


dalam penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan STIKES Syedza Saintika Padang.

Nama : Dwi Erna Wati

Nim : 1802009

Judul Penelitian : Hubugan Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Kejadian


Diare di Puskesmas Jangga Baru Kecamatan Muara
Bulian, Kabupaten Batanghari-Jambi, Tahun 2020

Saya memahami penelitian ini dimaksudkan untuk kepentingan ilmiah


dalam rangka menyusun skripsi bagi peneliti dan tidak akan mempunyai dampak
negatif serta merugikan bagi saya dan keluarga saya, sehingga jawaban dan hasil
observasi, benar-benar dapat dirahasiakan. Dengan demikian secara sukarela dan
tidak ada unsur paksaan dari siapapun, saya siap berpartisipasi dalam penelitian
ini. Demikian lembar persetujuan ini saya tanda tangani dan kiranya dipergunakan
sebagai mestinya.

Jangga Baru, 2020

Responden

(________________)
Lembar Kuesioner Pengetahuan, Sikap dengan Kejadian Diare
pada Balita di Puskesmas Jangga Baru

A. Petunjuk Pengisian:

1. Bacalah pertanyaan/pernyataan di bawah ini dengan baik dan berilah tanda


(v) pada alternatif jawaban yang ibu anggap benar.
2. Untuk pertanyaan terbuka, jawablah pertanyaan sesuai dengan yang ibu
ketahui dengan singkat.
3. Partisipasi ibu sangat bermanfaat dalam penelitian dan saya ucapkan
terimakasih.
B. Identitas Responden:

No Responden : (diisi oleh peneliti)


Nama Ibu :
Umur :
Alamat :
Pendidikan terakhir :
Pekerjaan :
Nama Anak :
Jenis kelamin :
Umur :

C. Pengetahuan Ibu terhadap Kejadian Diare pada Balita

1. Apakah yang dimaksud dengan diare?

a. Muntah

b. Mencret

c. Muntah dan mencret

d. Tidak tahu

2. Menurut anda berapa kali Buang air besar dalam sehari sehingga disebut

diare?
a. 1-3 kali

b. Lebih dari 3 kali dan tinjanya encer

c. Berapa kalipun asalkan tinjanya padat

d. Tidak tahu

3. Apa saja yang dapat menyebabkan diare?

a. Kuman penyakit, Tidak cuci tangan sebelum makan

b. Air yang kotor, Makanan yang motor

c. Makanan yang mengandung kuman penyakit

d. Tidak tahu

4. Menurut anda, diare dapat menular melalui apa saja?

a. Air, Udara

b. Makanan dan minuman

c. Susu sapi

d. Tidak tahu

5. Bagaimana cara mencegah diare ?

a. Selalu menjaga kebersihan makanan dan minuman

b. Mencuci tangan sebelum makan, Mencuci tangan setelah buang air besar

c. Memasak air minum hingga mendidih

d. Tidak tahu

6. Apa yang pertama kali harus diberikan pada penderita diare?

a. Oralit atau pengganti oralit (larutan gula-garam, air tajin)

b. Obat anti diare

c. Kedua jawaban diatas benar


d. Tidak tahu

7. Menurut ibu apa yang di maksud dengan kekurangan cairan ( dehidrasi )

a. Terjadinya gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh

b. Terjadinya pengeluaran cairan dari dalam tubuh

c. Kedua jawaban diatas benar

d. Tidak tahu

8. Apa yang terjadi jika diare tidak di obati secara cepat

a. Kekurangan cairan dan eletrolit

b. Lemas

c. Pingsan

d. Tidak tahu

9. Menurut ibu kekurangan cairan (dehidrasi) akibat dari

a. Sedikitnya asupan makanan dan minuman untuk anak

b. Banyaknya cairan yang keluar dari saat diare

c. Anak tidak mau minum dan makan

d. Tidak tahu

10. Menurut ibu bagaimana cara membuat larutan garam gula sebagai pengganti

oralit

a. 1 sendok teh gula ditambah ½ sendok teh garam dalam 1 liter air

b. 2 sendok the gula ditambah 1 sendok the garam dalam 1 liter air

c. 1 sendok teh gula ditambah ¼ sendok teh garam dalam 1 liter air

d. Tidak tahu
D. Sikap Ibu terhadap Kejadian Diare pada Balita

No
Pertanyaan Setuju Tidak setuju
.
Sebaiknya penderita diare diberikan
1.
oralit?
Sebelum memberi makan anak, ibu dan
2. anak harus mencuci tangan terlebih
dahulu.
Apakah anda setuju diadakan penyuluhan
3.
tentang diare?
Sebelum menggunakan botol susu, botol
4.
susu direbus terlebih dahulu.
Makanan yang diberikan pada balita
5. sebaiknya adalah makanan yang baru
dimasak
Untuk memenuhi kebutuhan gizi anak
6. maka makanan yang baik adalah terdiri
dari nasi, lauk, sayur dan buah.
Anak pada usia kurang dari 6 bulan
7.
hanya diberikan ASI.
Jika anak mencret atau diare, sebaiknya
8.
pemberian ASI diteruskan saja.
9. ASI lebih baik daripada susu Formula.
Jika ibu akan memasak makanan anak,
10. sebaiknya peralatan masak dicuci
terlebih dahulu.

Anda mungkin juga menyukai