DISUSUN OLEH:
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nanti kan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makan merupakan kebutuhan primer. Setiap individu memerlukan
makan untuk menghasilkan energi supaya dapat beraktivitas. Aktivitas
makan bagi sebagian besar orang merupakan aktivitas yang dinikmati
bukan saja secara fisik, melainkan juga mempunyai fungsi rekreasional
dan sosial. Namun demikian, sebagian orang mengalami gangguan makan,
di mana aktivitas makan justru merupakan hal yang mengganggu
keberfungsian sebagai individu.
3
gangguan makan yang memiliki angka kematian tertinggi
dibandingkan dengan gangguan makan yang lain yaitu 5,1 per 1.000 orang
per tahun (Arcelus, Mitchell, Wales, & Nielsen, 2011). Selain itu, individu
dengan anoreksia nervosa memiliki risiko untuk bunuh diri (American
Psychiatric Association, 2013) . Artinya, gangguan ini sangat perlu
mendapatkan perhatian, termasuk di Indonesia. Sayangnya penelitian
mengenai anoreksia nervosa di Indonesia sangat jarang. Khusus untuk
DIY belum ada data statistik mengenai kecenderungan anoreksia nervosa.
Dinas Kesehatan DIY tahun 2010 melakukan screening kesehatan dasar
yang hasilnya remaja di Yogyakarta mengalami kekurangan energi
dikarenakan pembatasan asupan makanan (Tomi, 2013). Pembatasan
asupan makanan ini belum tentu mengarah pada anoreksia nervosa, namun
penelitian lebih lanjut sangat diperlukan sebagai upaya preventif.
4
lakilaki. Pada tahun 1990’an perbandingan antara penderita anoreksia laki-
laki dan perempuan sekitar 1:20 (Kaplan & Sadock, 1991). Tahun 2000an
perbandingannya meningkat menjadi 1:10 (American Psychiatric
Association, 2013). Sumber lain menyatakan estimasi perbandingannya
yaitu 10-15% penderita anoreksia nervosa adalah laki-laki (Shepphird,
2010).
5
berinteraksi dengan teman sekolah dan juga dengan pacarnya karena
merasa dirinya kurang diterima (Harter, Marold, Whitesel, & Cobbs,
1996). Perasaan tidak suka pada diri sendiri merupakan bagian dari harga
diri yang rendah. Remaja dengan harga diri yang rendah berusaha
menyesuaikan dengan tuntutan lingkungan supaya dapat disukai.
Ketidakpuasan dalam diri menyebabkan individu ingin tampil dengan
lebih baik sesuai standar pribadinya. Upaya untuk terlihat menarik secara 5
fisik dilakukan dengan tujuan agar dapat lebih diterima oleh lingkungan
sosialnya. Oleh karena itu, pada individu yang memiliki kecenderungan
anoreksia nervosa, harga diri yang lebih rendah diduga berkorelasi dengan
kecenderungan anoreksia nervosa yang lebih tinggi. Dugaan inilah yang
akan diuji dalam penelitian ini. Oleh karena berdasarkan penelitian
sebelumnya prevalensi anoreksia nervosa pada laki-laki dan perempuan
sangat berbeda, penelitian ini akan melihat juga peranan jenis kelamin
terhadap kecenderungan anoreksia nervosa.
B. Tujuan
penelitian ini adalah untuk melihat peran jenis kelamin dan harga
diri dalam memprediksi kecenderungan anoreksia nervosa. Di samping itu,
penelitian ini bertujuan memperoleh karakteristik kecenderungan
anoreksia nervosa pada mahasiswa, khususnya di Yogyakarta.
C. Manfaat
Manfaat Teoritis Memberikan tambahan khasanah keilmuan
psikologi khususnya bidang klinis dan perkembangan dalam hal gangguan
makan.
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Gangguan makan ditandai dengan ekstrem. Gangguan makan hadir
ketika seseorang mengalami gangguan parah dalam tingkah laku makan,
seperti mengurangi kadar makanan dengan ekstrem atau makan terlalu
banyak yang ekstrem, atau perasaan menderita atau keprihatinan tentang
berat atau bentuk tubuh yang ekstrem. Seseorang dengan gangguan makan
mungkin berawal dari mengkonsumsi makanan yang lebih sedikit atau
lebih banyak daripada biasa, tetapi pada tahap tertentu, keinginan untuk
makan lebih sedikit atau lebih banyak terus menerus di luar keinginan
(American Psychiatric Association [APA], 2005).
B. ETIOLOGI
Penyebab pasti gangguan makan tidak diketahui. Namun beberapa faktor
dapat berpengaruh terhadap timbulnya keadaan ini, seperti:
1. Biologis
a. gangguan hormone
b. genetic
c. kekurangan nutrisi
2. Psikologi
a. profil tubuh yang negative
b. kurangnya kepercayaan diri
3. Lingkungan
a. gangguan dinamik keluarga
b. pekerjaan yang mempromosikan tubuh yang kurus dan penurunan
berat badan (misalkan model, balerina)
c. olahraga yang berorientasi pada estetika, di mana mempertahankan
tubuh ramping penting untuk performa (misalkan pelari jarak jauh,
pesenam)
7
d. trauma keluarga dan masa kecil (misalkan pelecehan seksual
semasa kecil)
e. tekanan dari orang terdekat dan budaya
f. transisi atau perubahan hidup yang menyebabkan stress
C. KLASIFIKASI
Terdapat tiga jenis gangguan makan: anorexia nervosa, bulimia,
dan binge eating. Ketiganya merupakan penyakit serius. Anorexia nervosa
merupakan penyebab kematian tertinggi dibandingkan dengan gangguan
jiwa lainnya, menurut National Alliance on Mental Illness.
1) Anorexia Nervosa
Penderita anorexia selalu merasa dirinya kelebihan berat badan
walaupun sesungguhnya mereka sudah sangat kurus. Mereka makan
sangat sedikit (kurang dari 1000 kalori perhari), berolahraga secara
berlebihan, memuntahkan makanannya, mengkonsumsi obat-obatan
pencahar dan diuretik untuk mengurangi berat badannya. Walaupun
lebih banyak terjadi pada gadis remaja dan wanita muda, anorexia
juga dapat terjadi pada pria, anak-anak, dan lansia.
Penderita anorexia seringkali tidak mau mengakui bahwa yang
dialaminya adalah suatu penyakit. Karena mengkonsumsi makanan
kurang dari yang dibutuhkan, umumnya mereka mengalami malnutrisi
yang ditandai dengan tulang dan kuku rapuh, rambut rontok, kulit
kering dan pucat. Pada wanita, anorexia dapat menyebabkan amenore
selama sedikitnya tiga bulan berturut-turut. Tanda lainnya adalah suhu
tubuh yang rendah, tekanan darah rendah, dan frekuensi jantung yang
rendah yang dapat berlanjut menjadi gangguan irama jantung dan
gagal jantung. Ginjal dan otak juga tidak dapat bekerja dengan baik.
Tidak sedikit kasus anorexia menyebabkan kematian.
2) Bulimia Nervosa
Penderita bulimia makan secara berlebihan kemudian
mengkompensasinya dengan mencuci perut dengan memaksakan diri
untuk muntah atau BAB, mengkonsumsi pencahar, olahraga berlebih,
8
atau berpuasa. Bedanya makan berlebihan pada bulimia dan makan
berlebihan pada umumnya adalah pada bulimia disertai rasa bersalah.
Bulimia juga lebih sering terjadi pada wanita dan umumnya
dimulai pada usia remaja atau dewasa muda. Setengah dari wanita
yang mengidap anorexia juga mengidap bulimia. Bulimia dapat
menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit, dehidrasi, dan masalah
jantung, bahkan kematian.
3) Binge Eating Disorder
Binge eating disorder adalah keadaan dimana seseorang kehilangan
kontrol dan makan dalam jumlah sangat banyak. Disebut kehilangan
kontrol karena penderita binge tidak dapat berhenti makan walaupun
ingin. Bedanya dengan binge pada bulimia, penderita binge eating
disorder tidak berusaha memuntahkan makanan yang telah
dimakannya atau berolahraga berlebihan untuk mengurangi berat
badan. Nama lain dari binge eating disorder adalah compulsive
overeating, emotional eating, atau food addiction.
Binge biasanya dimulai pada usia 20an dan terjadi lebih banyak
pada wanita. Makan berlebihan pada binge biasanya dipicu oleh mood
yang buruk. Namun, tidak jarang binge juga menyebabkan perasaan
bersalah pada penderita setelah makan banyak. Binge menyebabkan
masalah kesehatan seperti overweight atau obesitas, diabetes melitus
tipe 2, dan lain lain.
Ketiga gangguan makan tersebut membutuhkan pertolongan dari
ahli dengan psikoterapi maupun obat-obatan.
9
D. PATHWAY
Kekurangan nutrisi
10
E. MANIFESTASI KLINIK
Gejala ini bervariasi tergantung dari jenis gangguan yang dialami,
diantaranya:
11
infeksi. Mengonsumsi bahan-bahan tersebut tidak baik untuk
tingkat perkembangan dan bukan bagian dari kebudayaan terentu
atau praktek kehidupan di masyarakat. Gangguan ini sering mucul
bersama gangguan lain, seperti autisme spektrum atau
keterbelakangan mental.
b. Rumination disorder. Gejalanya adalah meludakan kembali
makanan yang baru ditelan secara berulang. Makanan dimasukkan
kembali ke dalam mulut tanpa didahului mual atau muntah. Selain
itu, gangguan ini bisa membuat seseorang kekurangan gizi dan
umumnya dialami anak kecil dan orang dengan keterbelakangan
mental.
c. Restrictive food intake disorder. Gejala gangguan ini adalah
seseorang tidak ingin makan dan menghindari makanan dengan
ciri tertentu yang berkaitan dengan indra, misalnya warna, tekstur,
bau, atau rasa. Gejala ini berkaitan dengan rasa takut terserdak
setelah makan, bukan karena takut berat badan berlebih.
12
F. PROSEDUR DIAGNOSTIK
Diagnosis gangguan makan ini dibuat berdasarkan tanda, gejala dan
kebiasaan makan seseorang. Jika dicurigai mengalami gangguan makan,
maka seseorang diminta menjalani beberapa pemeriksaan oleh dokter dan
psikolog/psikiater untuk menentukan keberadaan gangguan
tersebut. Diagnosis dilakukan dengan cara:
G. KOMPLIKASI
Gangguan makan dapat menyebabkan berbagai komplikasi. Semakin
parah dan lama gangguan makan yang dialami, maka semakin serius
kompllikasi yang bisa dialami, di antaranya:
13
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pengobatan gangguan makan biasanya dilakukan oleh sebuah tim
yang meliputi dokter, psikolog atau psikiater, ahli gizi, dan semua yang
berpengalaman dalam gangguan makan. Pengobatan ini dilakukan
berdasarkan jenis gangguan yang dialami namun jika kondisi ganggguan
sudah mengancam nyawa, maka diperlukan perawatan di rumah sakit.
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kekurang Nutrisi
2. Kelebihan Nutrisi
14
J. INTERVENSI
Rencana Tindakan Keperawatan
NO DIAGNOSA
Tujuan Intervensi Rasional
1 Kekurangan Setelah dilakukan keperawatan 1.1 1.1
Nutrisi 24 jam, kriteria hasil noc nafsu menyarankan meningkatkan
makan : kebiasaan selera makan
Indikator 1 2 3 4 5 untuk oral klien
1.hasrat hygien
untuk sebelum dan
makan sesudah makan
2.intake
makanan 1.2 berikan 1.2 untuk
3.rangsang makanan selagi meningkatkan
an untuk hangat nafsu makan
makan
Ket : 2.1 berikan 2.1 untuk
1.sangat terganggu makanan memudahkan
2.banyak terganggu dengan jumlah proses makan
3.cukup terganggu kecil dan
4.sedikit terganggu bertahap
5.tidak terganggu
2.2 kaji 2.2
pemenuhan mengetahui
kebutuhan kekurangan
nutrisi klien nutrisi klie
15
nafsu makan
16
konsisten berlebih
dengan
rencana asupan
kalori dan zat
gizi
17
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
18
DAFTAR PUSTAKA
https://www.alodokter.com/gangguan-makan
https://www.alodokter.com/anoreksia-nervosa
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/23140/Chapter%20ll.p
df?sequence=4&isAllowed=y
https://id.scribd.com/doc/45471561/intervensi-Ketidaksimbangan-Nutrisi-
Kurang-Dari-Kebutuhan-Tubuh
https://id.scribd.com/document/344957023/Nutrisi-Lebih-Dari-Kebutuhan-
Tubuh-Ketidakseimbangan
19