KELAS C – 2018
KELOMPOK 6 :
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Demikian makalah ini disusun dengan harapan dapat bermanfaat bagi siapa
sajayang membacanya, kami menyadaribahwa makalah ini masih jauh
darikesempurnaan, oleh karena itu semua kritik dan saran senantiasa kami terima
untukkesempurnaan makalah ini agar menjadi lebih baik lagi.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................. 2
BAB I ............................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 4
A.Latar Belakang...................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................. 5
BAB II ........................................................................................................................... 6
KAJIAN PUSTAKA .................................................................................................... 6
A. Anoreksia nervosa ............................................................................................... 6
B. Bulimia Nervosa ................................................................................................... 8
C. Binge Eating Disorders (BED) .......................................................................... 10
D. Faktor Penyebab Eating Disorders .................................................................. 11
E.Terapi / Penanganan Eating Disorder .............................................................. 12
BAB III........................................................................................................................ 15
PENUTUP ................................................................................................................... 15
Kesimpulan ............................................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Faktor kepercayaan diri, perilaku diet dan perhatian terhadap citra tubuh
dikatakan juga sebagai faktor penyebab8 terjadinya penyimpangan perilaku mkaan
(Thompson,2004). Media baik media cetak maupun elektronik dikatakan juga
sebagai salah satu faktor yang dapat menyebabkan timbulnya penyimpangan
perilaku makan ada remaja. Namun media cetak lebih memberikan dampak nyata
terhdap terjadinya kasus penyimpangan perilaku makan (Gonza ‘lez, 2003 ). Jacobi
et al (2004) mengatakan ada beberapa faktor risiko yang menyebabkan terjadi
penyimpangan perilaku makan antara lain gender, ras/etnis, kebiasaan makan pada
waktu kecil dan masalah saluran pencernaan, penilaian negatif diri, kekerasan
seksual serta perhatian lebih terhadap bentuk dan berat tubuh.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu gangguan makan Anoreksia Nervosa?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui gangguan makan Anoreksia Nervosa
KAJIAN PUSTAKA
Anoreksia nervosa, bulimia nervosa dan binge eating disorders (BED) semua
termasuk gangguan makan yang dapat diamati, sering menggunakan obat pencahar
dan perilaku-perilaku yang lain. Bagaimana pun, untuk mengembangkan konsep
secara lengkap dari setiap gangguan ditambahkan dari sisi sosiokultural, behavioral,
kognitif dan proses emosi. Prevalensi dari anoreksia nervosa pada perempuan
dewasa diperkirakan sekitar 0.3 %-1.62 % (Hoek & van hoeken,2003;Kaye,
Klump,Frank &Strober,2000). Bulimia berdasarkan penelitian merupakan
gangguan makan yang lebih umum jika dibandingkan dengan anoreksia nervosa,
yaitu 1-5% pada perempuan usia sekolah, 1-3% pada perempuan dewasan(Harris &
Kuba,1993) dan 0.2% pada laki-laki muda (warheit,langer,Zimmerman
&Biafora,1993).
A.Anoreksia nervosa
Anorexia nervosa adalah gangguan makan yang mencakup pencarian tanpa
akhir dari bentuk badan ideal melalui kelaparan (King, 2014). Berbeda dengan
obesitas, penderita anorexia nervosa menunjukkan kesamaan tingkah laku yang
relative termasuk penolakan untuk mengonsumsi makanan yang cukup untuk
menjaga berat badan yang sehat; dengan penurunan berat badan seringkali 20%
lebih besar dari berat badan ideal (Turner, Calhoun, & Adams, 1990).
Ketakutan terhadap kenaikan berat badan tetap terjadi mekipun dengan adanya
peningkatan cachexia (penurunan berat badan, atropiotot, lelah, lemah, dan
penurunan nafsu makan yang signifikan), dan terjadi distorsi bentuk tubuh
penderita anorexia, serta ketidakmampuan untuk merpersepsi ukuran tubuh
secara akurat.
Penderita anorexia nervosa juga menunjukkan berbagai tingkat kesenangan
mereka dalam kegiatan mempersiapan makanan dan minuman, mulai dari
menimbun makanan secara rahasia hingga berlimpah dan kemudian
memasaknya untuk orang lain. Makanan yang disenangi mereka
bermacam-macam. Beberapa dari penderita memakan hanya apel dan daging
panggang, yang lain mengonsumsiikan, keju, dan biskuit, beberapa juga
mengonsumsi makanan dengan kadar kalori rendah.
Pengurangan berat badan terjadi dengan berbagai macam cara mulai dari
pembatasan makanan yang dikonsumsi, memuntahkan secara paksa makanan
yang sudah dimakan, dan atau menggunakan obat pencahar untuk
mengeluarkan semua makanan tersebut. Dua metode terakhir yang sering
diasosiasikan dengan gangguan pola makan serius seperti makan secara rakus
di tingkah yang ekstrim atau makan makanan ringan secara kompulsif dan
diikuti oleh puasa panjang. Penolakan terhadap rasa lelah secara hiperaktif
yang terus-menerus terjadi merupakan hal yang biasa untuk penderita anorexia,
dan tanpa terkecuali. Amenorrhea sekunder (berhentinya siklus menstruasi
dikarenakan gangguan hormonal) terjadi pada hamper semua penderita wanita
anorexia nervosa, sebesar 90% dari total populasi. Usia 12-25 tahun adalah
saat-saat awal munculnya amenorrhea pada penderita anorexia nervosa wanita,
meskipun awal mula sindrom ini sudah diberitakan pada saat prepubertas, dan
sangat jarang terjadi pada wanita usia pertengahan.
1. Menolak mempertahankan berat badan pada atau diatas berat badan normal
minimal menurut usia dan tinggi badan (misalnya, menurunkan berat badan
untuk mempertahankan berat badan kurang dari 85% yang diharapkan; atau
kegagalan untuk menaikan berat badan yang diharapkan selama periode
pertumbuhan, menyebabkan berat badan kurangdari 85% dari yang diharapkan).
2. Ketakutan yang kuat mengalami kenaikan berat badan atau menjadi gemuk,
walaupun sesungguhnya memiliki berat badan kurang.
4. Pada wanita pasca menarki, amenore yaitu tidak ada sekurangnya tiga
siklus menstruasi berturut-turut (seorang wanita dianggap mengalami
amenore jika periodenya timbul hanya setelah pemberian hormon, misalnya,
estrogen).
1. Faktorbiologis
2. Faktor sosial
B. Bulimia Nervosa
Dalam beberapa tahun terakhir,bulimia nervosa telah mendapatkan perhatian
yang meningkat seiring besarnya kejadian dan tingkat keparahan
simtomatologinya yang telah diketahui, meskipunbulimia secara harfiah
diterjemahkan berarti "sapi kelaparan," untuk sebagian besar dengan kondisi ini.
Makan memiliki keterkaitan dengan pemenuhan kelaparan biologis secara
normal. Pesta makan mungkin lebih merupakan akibat dari pembatasan diet
secara sukarela, persepsi yang menyimpang, ukuran tubuh, dan kebutuhan untuk
mencapai tubuh ideal. Perilaku ini dipelajarisebagai cara untuk membersihkan
tubuh dari kelebihan kalori terhadap pesta makan tersebut. Namun, setiap
melakukan pesta makan akan terjadi pembersihan dan pembatasan diet, ini
berlangsung terus menerus sehingga tergambar sebagai siklus.
Merekamencoba melepaskan tubuh mereka dari apa yang baru saja mereka
makan dengan memuntahkannya sendiri, menggunakan obat pencahar atau
diuretik, sedangkanMereka yang memiliki tipe tidak terbantahkan mencoba
mengimbangi apa yang mereka makan dengan berpuasa atauolahraga
berlebihan.Mereka terlibat dalam episode berulang pesta makan yang ditandai
dengan (1) makan secara substansialjumlah makanan yang lebih banyak dalam
kerangka waktu tertentu dan (2)mengalami kekurangan kontrol atas makan
selama episode ini
Mereka terlibat dalam perilaku kompensasi yang tidak tepat yang bertujuan
untuk mencegah berat badan. Keuntungan (mis., muntah yang disebabkan sendiri;
puasa; olah raga yang berlebihan; atau penggunaan obat pencahar, diuretik,atau
enema). Perilaku makan dan kompensasi pesta makan keduanya rata-rata terjadi
setidaknya dua kali dalam seminggu selama 3 bulan.
Data dari literatur yang tersedia dan survei profesional yang terkait dengan
gangguan makan menunjukkan bahwa kebutuhan pesta makan terdiri dari yang
besarjumlah makanannya, atau frekuensi pestanya yang minim, dapat dipenuhi
sebelum diagnosis bulimia nervosa dibuat (Wilson, 1992). Pesta makan bisa
terdiri dari jumlah makanan yang relatif sedikit; danmungkin jarang terjadi sekali
dalam seminggu. Faktor psikologisnya merasa bahwa makan itu di luar kendali
dan makanan itu "dilarang". Meskipun tidak ada kriteria yang ditetapkan untuk
menetapkan asupan minimal selamapesta makan, Bagi kebanyakan orang
bulimia, ada biaya psikologis dari praktik mereka yang sejajar.Budaya kita
mempromosikan standar perilaku yang dapat diterimapenyerapan dan eliminasi
(termasuk muntah). Perilaku meluas, dengan beberapa-kali konsumsi luar biasa
dan penghapusan paksa, melintasi batas-bataspenerimaan. Sebagian besar yang
terlibat dalam praktik ini sangat menyadari hal tersebuttidak dapat diterima;
Banyak yang merasa malu karenanya. Kesadaran seperti itu terkait dengan
rendahnyaharga diri, perasaan tidak mampu, dan derogasi diri diamati di antara
banyak orangbulimia. Rasa malu yang menyertai praktik ini mungkin adalah
alasan utama masalah ini tetap ada.
2) Faktor psikologis diantaranya yaitu diet yang kaku atau sangat membatasi
dapat mengakibatkan berkurangnya kontrol yang diikuti dengan pelanggaran
diet dan menghasilkan makan berlebihan yang bersifat bulimik, Ketidak puasan
pada tubuh memicu dilakukannya cara-cara yang tidak sehat untuk mencapai
berat badan yang diinginkan, merasa kurang memiliki control atas berbagai
aspek kehidupan selain diet, kesulitan berpisah dari keluarga dan membangun
identitas individual, kebutuhan psikologis untuk kesempurnaan dan
kecenderungan untuk berfikir secara dikotomis/ hitam putih.
Prinsip terapi perilaku dan kognitif dapat diterapkan di lingkungan rawat inap
maupun rawat jalan. terapi perilaku ternyata efektif untuk mencetuskan
peningkatan berat badan. pemantauan adalah komponen penting pada terapi
perilaku kognitip. pasien diajarkan untuk mengawasi asupan makanan, emosi
dan perasaan, perilaku makan berlebihan dan mengeluarkan kembali, serta
masalah mereka di dalam hubungan interpersonal.
3. Terapi keluarga
Analisis keluarga harus dilakukan pada semua pasien anoreksia nervosa yang
tinggal dengan keluarganya. Berdasarkan analisis ini, penilaian klinis dapat
dibuat untuk menentukan jenis terapi keluarga atau konseling yang disarankan.
Pada beberapa kasus, terapi keluarga tidak mungkin dilakukan, dengan
demikian terapi individu disarankan untuk menyelesaikan masalah hubungan
keluarga.
b. ) Bulimia Nervosa
Terapi berbasis bukti yang efektif dan tersedia untuk binge eating disorder
(BED) , meliputi terapi kognitif perilaku (CBT), terapi interpersonal (IPT),
terapi perilaku dialektis (DBT), dan farmakoterapi. Semua perawatan harus
dievaluasi dalam matriks risiko, manfaat, dan alternatif.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Anoreksia nervosa, bulimia nervosa dan binge eating disorders (BED) termasuk
kedalam gangguan makan atau eating disorders.Hal itu bisa disebabkan oleh 4
faktor yaitu sosiokultural, psikologis, keluarga dan biologis. Eating disorders dapat
ditangani dengan metode terapi maupun perawatan dirumah sakit.
Eating disorders bukanlah suatu masalah yang dapat hilang dengan sendirinya
tanpa perawatan. Tetapi karena perasaan malu yang diasosiasikan dengan
gangguan yang kompleks ini, banyak penderita tidak mencari pertolongan sampai
bertahun-tahun kemudian. Dibutuhkan upaya yang sungguh-sungguh dari semua
pihak, baik itu penderita sendiri, keluarga, tenaga kesehatan, masyarakat dan
pemerintah
DAFTAR PUSTAKA