Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

PSIKOLOGI KEPRIBADIAN
“ Pengantar Psikologi Kepribadian ( Lanjutan )”

Dosen :
Nila Aggreiny, M.psi., Psikolog
Dwi Puspasari, M.Psi., Psikolog

Kelompok 2 :
1. Fikri Alhamdika ( 1710321018 )
2. Sisi Ananda Putri ( 1710322002 )

Program Studi Psikologi


Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas
2018 / 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hinayah-Nya terutama nikmat sehat dan kesempatan sehingga penulis mampu
menyelesaikan tugas kelompok mata kuliah psikologi kepribadian tentang
Pengantar Psikologi Kepribadian ( Lanjutan ) ini, sholawat serta salam
semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi besar Baginda Muhammad Saw yang
telah menjadikan suri tauladan bagi umat diseluruh alam.
Tugas kelompok ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah psikologi
kepribadian di program studi Psikologi pada Universitas Andalas. Selanjutnya
penulis mengucapkan terimah kasih yang sebanyak-banyaknya kepada ibu Nila
Anggreiny, M.Psi., Psikolog dan ibu Dwi Puspasari, M.Psi., Psikolog selaku
dosen mata kuliah psikologi kepribadian.
Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penulisan tugas
kelompok ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
untuk pembuatan tugas kelompok yang akan datang.

Padang , 21 Agustus 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata pengantar..........................................................................................................i
Daftar isi...................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................1
1.3 Tujuan............................................................................................................1
BAB II Pembahasan.................................................................................................3
2.1 Psychodynamic Theories............................................................................3
2.2 Humanistic Existential Theories................................................................10
2.3 Dispositional Theories...............................................................................13
2.4 Biological Evolutionary Theories..............................................................15
2.5 Learning (Social ) Cognitive Theories.......................................................17

BAB III Penutup....................................................................................................22


3.1 Kesimpulan................................................................................................22
3.2 Saran...........................................................................................................23
Daftar Pustaka........................................................................................................24
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kepribadian adalah pola sifat yang relatif permanen dan karakteristik unik
yang memberikan baik konsistensi dan individualitas ke perilaku orang (Roberts
& Mroczek, 2008 ). Banyak teori yang menjelaskan apa itu kepribadian dan
bagaimana dimensi, struktur dan perkembangannya.
Pendekatan yang digunakan untuk memahami kepribadian ada 5 yaitu
psikodinamik, humanistik, dispositional teori, teori boilogi atau evolusi dan
learning cognitive teori. Dalam masing-masing pendekatan terdapat beberapa ahli
yang mendukung dan mengemukakan hasil penelitian atau interpretasinya.
Dimana teori – teori ini selalu berekembangan sesuai perkembangan zaman
sehingga selalu diperbaharui.
Oleh karena itu sangat menarik saat membahas tentang pendekatan yang
digunakan untuk memahami kepribadian. Sebab karena terdapat perbedaan
disetiap pendekatan yang banyak menimbulkan perdebatan.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana perspektif psychodynamic theories tentang kepribadian ?
1.2.2 Bagaimana perspektif humanistic theories tentang kepribadian ?
1.2.3 Bagaimana perspektif dispositional theories tentang kepribadian ?
1.2.4 Bagaimana perspektif biologycal evolutionary theories tentang
kepribadian ?
1.2.5 Bagaimana perspektif learing ( social ) cognitive theories tentang
kepribadian ?

1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini secara umum adalah untuk menyelesaikan tugas
dari ibu Nila Anggreiny, M.Psi., Psikolog dan Dwi Puspasari, M.Psi., Psikolog.
selaku dosen mata kuliah psikologi kepribadian , namun tujuan penulisan makalah
ini secara khusus adalah sebagai berikut :
a) Untuk mengetahui perspektif psychodynamic theories tentang
kepribadian.
b) Untuk mengetahui perspektif humanistic theories tentang kepribadian.
c) Untuk mengetahui perspektif dispositional theories tentang kepribadian.
d) Untuk mengetahui perspektif biologycal evolutionary tentang kepribadian.
e) Untuk mengetahui perspektif learing ( social ) cognitive theories tentang
kepribadian.
BAB II
PEMBAHASAN
2.6 Psychodynamic Theories
Psikoanalisis dan pedekatan psikodinamik pembahsaannya fokus kepada
pentingnya pengalaman dimasa kanak-kanak awal dan hubungan dengan orang
tua sebagai pembentuk dari kepribadian. Selain itu, pendekatan ini juga melihat
bahwa pikiran bawah sadar lebih berpengaruh dari pada kesadaran. Psikoanalisis
tradisional menggunakan penafsiran mimpi untuk menemukan pikiran bawah
sadar, perasaan dan impuls sebagai bentuk treatment dari penyakit saraf dan
mental.

2.1.1 Psikoanalisis
Tokoh psikologi analisis adalah Sigmund Freud. Pemahaman Freud tentang
kepribadian manusia didasarkan pada pengalamannya dengan pasien, analisisnya
tentang mimpinya sendiri, dan bacaannya yang luas dalam berbagai ilmu dan
kemanusiaan. Freud berpendapat bahwa psikoanalisis tidak dapat mengalami
eklektisisme.
Freud lebih mengandalkan penalaran deduktif daripada metode penelitiannya,
dan dia melakukan observasi secara subyektif dan pada sampel pasien, yang
kebanyakan berasal dari kelas menengah-atas dan atas. Dia tidak mengukur
datanya, dia juga tidak melakukan pengamatan dalam kondisi yang terkendali. Dia
menggunakan pendekatan studi kasus hampir secara eksklusif, biasanya
merumuskan hipotesis setelah fakta-fakta kasus itu diketahui.
Kontribusi terbesar Freud terhadap teori kepribadian adalah eksplorasi
ketidaksadaran dan desakannya bahwa orang termotivasi terutama oleh dorongan
yang mereka miliki sedikit atau tidak ada kesadaran. Bagi Freud, kehidupan
mental terbagi menjadi dua tingkat, yaitu tidak sadar dan sadar. Freud juga
mengembangkan teori tentang Provinces of the Mind yaitu ;
a) Id
Inti dari kepribadian dan sepenuhnya tidak disadari adalah wilayah psikis
yang disebut id. Id tidak memiliki kontak dengan realitas, tetapi ia terus
menerus mengurangi ketegangan dengan memuaskan keinginan dasar.
Karena satu-satunya fungsinya adalah mencari kesenangan, kita
mengatakan bahwa id memiliki prinsip kesenangan.
b) Ego
Ego, adalah satu-satunya wilayah pikiran yang berhubungan dengan
realitas. Ini tumbuh dari id selama masa bayi dan menjadi sumber
komunikasi satu-satunya orang dengan dunia luar. Ini diatur oleh prinsip
realitas, yang mencoba untuk menggantikan prinsip kesenangan dari id.
c) Superego
Dalam psikologi Freudian, superego mewakili aspek-aspek moral dan
ideal dari kepribadian dan dipandu oleh prinsip-prinsip moralistik dan
idealistik yang bertentangan dengan prinsip kesenangan dari id dan prinsip
realistis dari ego. Superego tumbuh dari ego, dan seperti ego, ia tidak
memiliki energi sendiri. Namun, superego berbeda dari ego dalam satu hal
yang penting - ia tidak memiliki kontak dengan dunia luar dan oleh karena
itu tidak realistis dalam tuntutannya untuk kesempurnaan (Freud, 1923 /
1961a).

2.1.2 Psikologi Individual


Alfred Adler adalah tokoh mengembangkan teori psikologi invidual. Bagi
Adler, manusia dilahirkan dengan tubuh yang lemah dan inferior (suatu kondisi
yang mengarah pada perasaan rendah diri dan ketergantungan pada orang lain ).
Oleh karena itu, perasaan persatuan dengan orang lain (minat sosial) melekat
pada manusia dan merupakan standar tertinggi untuk kesehatan psikologis. Lebih
khusus lagi, prinsip-prinsip utama teori Adlerian dapat dinyatakan dalam bentuk
garis besar. Berikut ini diadaptasi dari daftar yang mewakili pernyataan akhir
psikologi individu (Adler, 1964) :
a) Satu-satunya kekuatan dinamis di balik perilaku orang adalah perjuangan
untuk mencapai kesuksesan atau keunggulan.
b) Persepsi subjektif masyarakat membentuk perilaku dan kepribadian
mereka.
c) Kepribadian adalah terpadu dan konsisten.
d) Nilai semua aktivitas manusia harus dilihat dari sudut pandang
kepentingan sosial.
e) Struktur kepribadian yang konsisten diri berkembang menjadi gaya hidup
seseorang.
f) Gaya hidup dibentuk oleh kekuatan kreatif orang-orang.

2.1.3 Psikologi Analisis


Carl Gustav Jung memisahkan diri dari psikoanalisis ortodoks untuk
membentuk teori kepribadian yang terpisah yang disebut psikologi analitis, yang
bersandar pada asumsi bahwa fenomena gaib dapat dan memang memengaruhi
kehidupan semua orang. Jung percaya bahwa kita masing-masing termotivasi
tidak hanya oleh pengalaman-pengalaman yang ditekan tetapi juga oleh
pengalaman-pengalaman emosional tertentu yang diwariskan dari leluhur kita.
Gambar-gambar yang diwariskan ini membentuk apa yang disebut Jung sebagai
ketidaksadaran kolektif. Ketidaksadaran kolektif mencakup unsur-unsur yang
tidak pernah kita alami secara individu tetapi yang telah datang kepada kita dari
nenek moyang kita. Beberapa elemen dari ketidaksadaran kolektif menjadi sangat
berkembang dan disebut arketipe. Pola dasar yang paling inklusif adalah gagasan
realisasi diri, yang dapat dicapai hanya dengan mencapai keseimbangan antara
berbagai kekuatan yang berlawanan dari kepribadian.
Jung mengemukakan teori tentang Levels of the Psyche yang terdiri dari :
a) Conscious
Menurut Jung, kesadaanr adalah yang dirasakan oleh ego,
sedangkan elemen tidak sadar tidak memiliki hubungan dengan ego. Jung
melihat ego sebagai pusat kesadaran, tetapi bukan inti dari kepribadian.
(Jung, 1951 / 1959a).
b) Personal Unconscious
Ketidaksadaran pribadi mencakup semua pengalaman yang
ditindas, terlupakan, atau dirasakan secara subliminal dari satu individu
tertentu. Ini berisi kenangan dan impuls kekanak-kanakan yang direpresi,
peristiwa yang terlupakan, dan pengalaman yang awalnya dirasakan di
bawah ambang kesadaran kita. Ketidaksadaran pribadi kita terbentuk oleh
pengalaman pribadi kita dan karenanya unik bagi kita masing-masing.
(Jung, 1931 / 1960b).
c) Collective Unconscious
Berbeda dengan ketidaksadaran pribadi, yang dihasilkan dari pengalaman
individu, ketidaksadaran kolektif berakar pada masa lalu leluhur dari
seluruh spesies. Ini mewakili konsep Jung yang paling kontroversial, dan
mungkin yang paling khas. Isi fisik dari ketidaksadaran kolektif
diwariskan dan berpindah dari satu generasi ke generasi berikutnya
sebagai potensi psikis. Pengalaman nenek moyang jauh dengan konsep
universal seperti Tuhan, ibu, air, bumi, dan sebagainya telah ditularkan
melalui generasi sehingga orang-orang di setiap waktu dan waktu telah
dipengaruhi oleh pengalaman primordial nenek moyang primitif mereka
(Jung, 1937/1959 ).

2.1.4 Object Relations Theory


Teori relasi objek Melanie Klein dibangun berdasarkan pengamatan yang
cermat terhadap anak-anak kecil. Berbeda dengan Freud, yang menekankan 4
sampai 6 tahun pertama kehidupan, Klein menekankan pentingnya 4 sampai 6
bulan pertama setelah kelahiran.
Menurut Klein, hubungan anak dengan ibu sangat penting dan berfungsi
sebagai prototipe untuk hubungan selanjutnya dengan seluruh objek.
Kecenderungan awal bayi untuk berhubungan dengan objek parsial memberikan
pengalaman mereka sebuah kualitas yang tidak realistis atau seperti fantasi yang
mempengaruhi semua hubungan interpersonal di kemudian hari.
Dengan demikian, ide-ide Klein cenderung mengalihkan fokus teori
psikoanalitik dari tahap pengembangan yang berbasis organisasional ke peran
fantasi awal dalam pembentukan hubungan interpersonal.
Teori hubungan objek adalah keturunan teori naluri Freud, tetapi ada
perbedaan dalam 3 hal. Pertama, teori hubungan objek menempatkan penekanan
yang kurang pada dorongan berbasis biologis dan lebih penting pada pola
hubungan interpersonal yang konsisten. Kedua, berlawanan dengan teori Freud
yang agak paternalistik yang menekankan kekuatan dan kontrol ayah, teori relasi
objek cenderung lebih keibuan, menekankan keintiman dan pengasuhan ibu.
Ketiga, ahli teori hubungan objek pada umumnya melihat kontak dan hubungan
manusia.
Dalam istilah Freudian, objek drive adalah setiap orang, bagian dari seseorang,
atau hal yang melaluinya tujuan terpuaskan. Klein dan ahli teori hubungan objek
lainnya memulai dengan asumsi dasar Freud dan kemudian berspekulasi tentang
bagaimana bayi nyata atau membayangkan hubungan awal dengan ibu menjadi
model untuk semua hubungan antarpribadi selanjutnya.

2.1.5 Sosial Psikoanalisis Theory


Teori sosial psikoanalitik dari Karen Horney dibangun di atas asumsi bahwa
kondisi sosial dan budaya, terutama pengalaman masa kanak-kanak, sebagian
besar bertanggung jawab untuk membentuk kepribadian. Orang yang tidak
memiliki kebutuhannya akan cinta dan kasih sayang yang terpuaskan selama masa
kanak-kanak mengembangkan permusuhan dasar terhadap orang tua mereka dan
sebagai akibatnya, menderita kecemasan dasar.
Horney berteori bahwa orang-orang memerangi kecemasan dasar dengan
mengadopsi salah satu dari tiga gaya dasar berhubungan dengan orang lain: (1)
bergerak ke arah orang, (2) bergerak melawan orang, atau (3) bergerak menjauh
dari orang. Perilaku kompulsif mereka menghasilkan konflik intrafisik yang
mendasar yang dapat mengambil bentuk citra diri yang ideal atau kebencian
terhadap diri sendiri. Citra diri yang diidealkan diekspresikan sebagai (1)
pencarian neurotik untuk kemuliaan, (2) klaim neurotik, atau (3) kebanggaan
neurotik. Self hatred diekspresikan sebagai penghinaan diri atau keterasingan dari
diri sendiri.
Horney mengkritik teori Freud pada beberapa hal. Pertama, ia mengatakan
bahwa kepatuhan yang ketat terhadap psikoanalisis ortodoks akan menyebabkan
stagnasi baik dalam pemikiran teoretis maupun praktik terapeutik (Horney, 1937).
Kedua, Horney (1937, 1939) keberatan dengan gagasan Freud tentang psikologi
feminin. Ketiga, ia menekankan pandangan bahwa psikoanalisis harus bergerak di
luar teori naluri dan menekankan pentingnya pengaruh budaya dalam membentuk
kepribadian. “Manusia diperintah bukan oleh prinsip kesenangan semata tetapi
oleh dua prinsip pemandu: keselamatan dan kepuasan” (Horney, 1939, hlm. 73).
Meskipun Horney tidak mengabaikan pentingnya faktor genetik, ia berulang
kali menekankan pengaruh budaya sebagai basis utama untuk perkembangan
kepribadian neurotik dan normal. Budaya modern, ia berpendapat, didasarkan
pada persaingan di antara individu. Horney percaya bahwa konflik neurotik dapat
berasal dari hampir setiap tahap perkembangan, tetapi masa kanak-kanak adalah
usia dari mana sebagian besar masalah muncul.
Horney (1939) berhipotesis bahwa masa kanak-kanak yang sulit terutama
bertanggung jawab untuk kebutuhan neurotik. Kebutuhan ini menjadi kuat karena
mereka adalah satu-satunya sarana untuk mendapatkan perasaan aman. Namun
demikian, tidak ada pengalaman awal yang bertanggung jawab untuk kepribadian
nanti. Horney memperingatkan bahwa "jumlah total pengalaman masa kecil
membawa tentang struktur karakter tertentu, atau lebih tepatnya, memulai
perkembangannya" (hal. 152). Dengan kata lain, totalitas hubungan awal
membentuk pengembangan kepribadian.

2.1.6 Post Fredudian Theory


Erik Erikson, orang yang menciptakan istilah krisis identitas. Tidak seperti
teori-teori psikodinamik sebelumnya yang memutuskan hampir semua hubungan
dengan psikoanalisis Freudian, Erikson bermaksud teorinya dapat memperdalam
kajian tentang kepribadian daripada menolak asumsi-asumsi Freud dan
menawarkan "cara baru dalam memandang sesuatu" (Erikson, 1963, hlm. 403).
Teori pasca-Freudnya memperpanjang tahap perkembangan infantil Freud ke
masa remaja, dewasa, dan tua. Erikson menyarankan bahwa pada setiap tahap
perjuangan psikososial tertentu berkontribusi pada pembentukan kepribadian.
Sejak remaja, perjuangan itu mengambil bentuk krisis identitas titik balik dalam
kehidupan seseorang yang dapat memperkuat atau memperlemah kepribadian.
Erikson menganggap teori pasca-Freudnya sebagai perpanjangan psikoanalisis.
Meskipun ia menggunakan teori Freudian sebagai landasan untuk pendekatan
siklus hidupnya terhadap kepribadian, Erikson berbeda dari Freud dalam beberapa
hal. Selain menguraikan tahap-tahap psikoseksual di luar masa kanak-kanak,
Erikson lebih menekankan pada pengaruh sosial dan sejarah.

2.1.7 Psikoanalisis Humanistik


Tesis Erich Fromm adalah bahwa orang zaman modern telah terlepas dari
persatuan prasejarah mereka dengan alam dan juga dengan satu sama lain, namun
mereka memiliki kekuatan penalaran, pandangan ke depan, dan imajinasi.
Kesadaran diri memberi kontribusi pada perasaan kesepian, keterasingan, dan
tunawisma. Untuk melepaskan diri dari perasaan-perasaan ini, orang berusaha
untuk bersatu kembali dengan alam dan dengan sesama manusia.
Fromm mengembangkan teori kepribadian yang menekankan pengaruh faktor
sosiobiologis, sejarah, ekonomi, dan struktur kelas. Psikoanalisis humanistiknya
mengasumsikan bahwa pemisahan manusia dari dunia alam telah menghasilkan
perasaan kesepian dan isolasi, suatu kondisi yang disebut kecemasan dasar.
Fromm mengambil pandangan evolusioner tentang kemanusiaan. Ketika manusia
muncul sebagai spesies terpisah dalam evolusi hewan, mereka kehilangan
sebagian besar naluri hewan mereka tetapi memperoleh “peningkatan dalam
perkembangan otak yang memungkinkan kesadaran diri, imajinasi, perencanaan,
dan keraguan” (Fromm, 1992, hlm. 5). Kombinasi naluri lemah dan otak yang
sangat maju ini membuat manusia berbeda dari semua hewan lainnya.
Kejadian yang lebih baru dalam sejarah manusia adalah munculnya
kapitalisme, yang di satu sisi telah berkontribusi pada pertumbuhan waktu luang
dan kebebasan pribadi, tetapi di sisi lain, hal itu telah menghasilkan perasaan
cemas, keterasingan, dan ketidakberdayaan. Biaya kebebasan, Fromm
dipertahankan, telah melampaui manfaatnya. Isolasi yang ditimbulkan oleh
kapitalisme telah tak tertahankan, meninggalkan orang-orang dengan dua
alternatif: (1) untuk melepaskan diri dari kebebasan ke dalam ketergantungan
antarpribadi, atau (2) untuk pindah ke realisasi diri melalui cinta dan kerja
produktif.

2.7 Humanistic Existential Theories


Asumsi utama dari penedekatan humanistik adalah orang berusaha untuk
mencari makna, pertumbuhan, kesejahteraan, kebahagian, dan kesehatan
psikologi. Keadaan emosi postif dan kebahagian menumbuhkan kesehatan
psikologis dan perilaku pro sosial. Mempelajari aspek-aspek positif yang
berkembang dari perilaku manusia memberikan banyak wawasan tentang sifat
manusia. Teoris eksistensial mengasumsikan bahwa kita tidak hanya di dorong
oleh pengalaman positif tetapi juga oleh pengalaman negatif seperti kecemasan,
kegagalan dan lain-lain.

2.2.1 Holistic Dynamic Theory


Teori kepribadian Abraham Maslow telah banyak disebut teori humanistik,
teori transpersonal, kekuatan ketiga dalam psikologi, kekuatan keempat dalam
kepribadian, teori kebutuhan, dan teori aktualisasi diri. Namun, Maslow (1970)
menyebutnya sebagai teori holistik-dinamis karena mengasumsikan bahwa
seluruh orang terus termotivasi oleh satu kebutuhan atau yang lain dan bahwa
orang memiliki potensi untuk tumbuh menuju kesehatan psikologis, yaitu
aktualisasi diri. Untuk mencapai self actualization, orang harus memenuhi
kebutuhan tingkat yang lebih rendah seperti kelaparan, keamanan, cinta, dan harga
diri. Hanya setelah mereka relatif puas dalam setiap kebutuhan ini dapat mereka
mencapai aktualisasi diri.
Teori Maslow, Gordon Allport, Carl Rogers, Rollo May, dan lain-lain kadang-
kadang dianggap sebagai kekuatan ketiga dalam psikologi. (Kekuatan pertama
adalah psikoanalisis dan perubahannya; yang kedua adalah behaviorisme dan
berbagai bentuknya).
Maslow mengkritik psikoanalisis dan behaviorisme karena pandangan
manusia yang terbatas dan pemahaman mereka yang tidak memadai tentang orang
yang sehat secara psikologis. Maslow percaya bahwa manusia memiliki sifat yang
lebih tinggi daripada yang bisa disarankan oleh psikoanalisis atau behaviorisme.

2.2.2 Person−Centered Theory


Carl Rogers mengembangkan teori humanistik kepribadian yang tumbuh dari
pengalamannya sebagai seorang psikoterapis . Dia lebih peduli membantu orang
daripada menemukan mengapa mereka berperilaku seperti yang mereka lakukan.
Dia lebih cenderung bertanya, “Bagaimana saya bisa membantu orang ini tumbuh
dan berkembang?” Daripada merenungkan pertanyaan “Apa yang menyebabkan
orang ini berkembang dengan cara ini?”
Tidak seperti kebanyakan ahli teori lainnya, ia terus-menerus menyerukan
penelitian empiris untuk mendukung teori kepribadian dan pendekatan
terapeutiknya.
Rogers mendalilkan dua asumsi yaitu tentang kecenderungan formatif dan
kecenderungan aktualisasi.
Rogers (1978, 1980) percaya bahwa ada kecenderungan untuk semua materi,
baik organik maupun anorganik, untuk berevolusi dari bentuk yang lebih
sederhana ke bentuk yang lebih kompleks. Untuk seluruh alam semesta, proses
kreatif, dan bukannya proses disintegratif, sedang beroperasi. Rogers menyebut
proses ini sebagai kecenderungan .
Kecenderungan aktualisasi, atau kecenderungan di dalam semua manusia (dan
hewan dan tumbuhan lainnya) untuk bergerak menuju penyelesaian atau
pemenuhan potensi (Rogers, 1959, 1980). Kecenderungan ini adalah satu-satunya
motif yang dimiliki orang. Kebutuhan untuk memuaskan dorongan lapar
seseorang, untuk mengungkapkan emosi mendalam ketika dirasakan, dan untuk
menerima diri sendiri adalah contoh dari motif tunggal aktualisasi.

2.2.3 Existential Psychology


Setelah Perang Dunia II, psikologi eksistensial mulai menyebar dari Eropa ke
Amerika Serikat. Psikologi eksistensial berakar pada filsafat Søren Kierkegaard,
Friedrich Nietzsche, Martin Heidegger, Jean-Paul Sartre, dan filsuf Eropa lainnya.
Psikolog eksistensial pertama dan psikiater juga orang Eropa, dan ini termasuk
Ludwig Binswanger, Medard Boss, Victor Frankl, dan lain-lain. Selama hampir
50 tahun, juru bicara terpenting untuk psikologi eksistensial di Amerika Serikat
adalah Rollo May. Selama bertahun-tahun sebagai psikoterapis, May
mengembangkan cara baru dalam memandang manusia. Pendekatannya tidak
didasarkan pada penelitian ilmiah yang terkontrol tetapi lebih pada pengalaman
klinis. Dia melihat orang-orang hidup di dunia pengalaman saat ini dan akhirnya
bertanggung jawab atas jati diri mereka. Memahami wawasan dan analisis
mendalam dari kondisi manusia membuat dia menjadi penulis populer di kalangan
orang awam dan juga psikolog profesional.
Para filsuf dan psikolog menafsirkan eksistensialisme dalam berbagai cara,
beberapa elemen umum ditemukan di antara pemikir eksistensial.
Pertama, eksistensi lebih diutamakan daripada esensi. Eksistensi berarti
muncul atau menjadi; esensi menyiratkan zat statis yang tidak berubah. Eksistensi
menunjukkan proses; esensi lebih merujuk ke suatu produk. Eksistensi dikaitkan
dengan pertumbuhan dan perubahan; esensi menandakan stagnasi dan finalitas.
Eksistensialis menegaskan bahwa esensi orang adalah kekuatan mereka untuk
terus mendefinisikan kembali diri mereka sendiri melalui pilihan yang mereka
buat.
Kedua, eksistensialisme menentang pemisahan antara subjek dan objek.
Menurut Kierkegaard, orang lebih dari sekadar roda di mesin masyarakat industri,
tetapi mereka juga lebih dari makhluk berpikir subyektif hidup pasif melalui
spekulasi kursi. Sebaliknya, orang-orang bersifat subjektif dan obyektif dan harus
mencari kebenaran dengan menjalani kehidupan yang aktif dan otentik.
Ketiga, orang mencari makna bagi kehidupan mereka. Mereka bertanya
(meskipun tidak selalu sadar) pertanyaan penting tentang eksistensi diri mereka
sendiri.
Keempat, eksistensialis berpendapat bahwa pada akhirnya kita masing-masing
bertanggung jawab atas siapa kita dan apa jadinya kita.
Kelima, eksistensialis pada dasarnya bersifat antitheoretical. Bagi mereka,
teori lebih lanjut merendahkan manusia dan menjadikannya sebagai obyek. Teori-
teori dibangun sebagian untuk menjelaskan fenomena. Eksistensialis umumnya
menentang pendekatan ini. Pengalaman otentik lebih diutamakan daripada
penjelasan buatan. Ketika pengalaman dibentuk menjadi model teoretis yang
sudah ada sebelumnya, mereka kehilangan keasliannya dan menjadi terpisah dari
individu yang mengalaminya.

2.8 Dispositional Theories


Teori disposional berpendapat bahwa yang unik dan kecenderungan
jangka panjang untuk berperilaku dalam cara-cara tertentu merupakan inti dari
kepribadian, seperti extraversion atau kecemasan disebut sebagai sifat.

2.3.1 Psychology of the Individual


Gordon Allport menekankan teorinya kepada keunikan individu. Allport
keberatan dengan sifat dan teori faktor yang cenderung mengurangi perilaku
individu dengan ciri-ciri umum. Dia melakukan studi tentang ilmu morfogenik
individu dan membandingkannya dengan metode nomotetik yang digunakan oleh
sebagian besar psikolog lainnya. Metode morfogenik adalah metode yang
mengumpulkan data pada satu individu, sedangkan metode nomotetik
mengumpulkan data pada sekelompok orang. Allport juga menganjurkan
pendekatan eklektik untuk membangun teori. Bagi Allport, teori yang luas dan
komprehensif lebih disukai daripada teori yang sempit dan spesifik sekalipun
tidak menghasilkan banyak hipotesis yang bisa diuji. Allport menentang
partikularisme, atau teori yang menekankan satu aspek kepribadian. Dalam
peringatan penting bagi ahli teori lain, dia memperingatkan mereka untuk tidak
"melupakan apa yang telah Anda putuskan untuk diabaikan" (Allport, 1968, hal.
23).
Dengan kata lain, tidak ada teori yang sepenuhnya komprehensif, dan psikolog
harus selalu menyadari bahwa banyak sifat manusia tidak termasuk dalam teori
tunggal. Bagi Allport, teori yang luas dan komprehensif lebih disukai daripada
teori yang sempit dan spesifik sekalipun tidak menghasilkan banyak hipotesis
yang bisa diuji.
2.3.2 Five Factor Trait Theories
Hans J. Eysenck berpendapat bahwa hanya tiga faktor utama pembentuk sifat
seseorang yang dapat dilihat oleh pendekatan analisis faktor. Teknik analisis
faktor Eysenck menghasilkan tiga faktor yaitu extraversion / introversi,
neurotisisme / stabilitas, dan psikotikisme / superego. Sedangakan menurut
McCrea dan Costa dan kebanyakan tokoh yang membahas tentang kepribadian
mengemukakan The Five Factor Theory yang terdiri dari extraversion,
neuroticism, openness, agreeableness dan conscientiousness. Dimana McCrea dan
Costa lebih fokus kepada extraversion dan neuroticism.
Neuroticism (N) dan extraversion (E) adalah dua ciri kepribadian yang terkuat
, Costa dan McCrae serta Eysenck memiliki konsep yang sama dalam
mendefinisikannya. Orang yang kuat neurotisisme cenderung cemas,
temperamental, mengasihani diri sendiri, sadar diri, emosional, dan rentan
terhadap gangguan yang terkait dengan stres.
Orang-orang yang mendapat skor tinggi pada extraversion cenderung
menyukai, riang, banyak bicara, bergabung, dan suka bersenang-senang.
Keterbukaan terhadap pengalaman membedakan orang-orang yang lebih suka
variasi daripada orang tertutup dan yang mendapatkan kenyamanan dalam
hubungan mereka dengan orang-orang dan hal-hal yang akrab. Orang yang
terbuka umumnya kreatif, imajinatif, ingin tahu, dan liberal dan memiliki
preferensi untuk variasi.
Agreeableness membedakan orang yang berhati lembut dengan yang kejam.
Orang yang agreeableness cenderung percaya, murah hati, menyerah, menerima,
dan baik hati. Mereka yang mencetak gol di arah lain umumnya curiga, pelit, tidak
ramah, mudah tersinggung, dan kritis terhadap orang lain.
Ketelitian menggambarkan orang-orang yang tertata, terkontrol, terorganisir,
ambisius, berfokus pada pencapaian, dan disiplin diri. Secara umum orangnya
adalah pekerja keras, teliti, tepat waktu, dan gigih. Sebaliknya, orang yang skor
rendah pada kesadaran cenderung tidak teratur, lalai, malas, dan tanpa tujuan dan
cenderung menyerah ketika proyek menjadi sulit.
2.9 Biological Evolutionary Theories
Perilaku, pikiran, perasaan dan kepribadian dipengaruhi oleh perbedaan
genetik, epigenetik, neurologikal sistem setiap orang. Alasan orang memiliki
perbedaan sifat, dispotional dan cara berpikir disebabkan oleh perbedaan dari
genotip dan sistem saraf pusat. Pendekatan ini menekankan bahwa apa yang kita
pikirkan, rasakan dan lakukan tidak selalu sebuah interaksi antara nature and
nurture.

2.4.1 Biologically Based Factor Theory


Setiap teori kepribadian yang didiskusikan sejauh ini telah
mengenyampingkan bahkan berdebat tentang dasar biologis kepribadian manusia.
Hanya McCrae dan Costa menempatkan penekanan ringan pada pengaruh genetik
dan biologis pada kepribadian.
Eysenck mengembangkan teori faktor seperti McCrae dan Costa, tetapi karena
ia secara mendasar taksonominya dalam analisis faktor dan biologi, ia hanya
menggerakkan tiga, bukan lima, dimensi kepribadian ekstraversi / introversi,
neuritik / stabilitas, dan psikotikisme / superego. Kunci untuk Eysenck adalah
bahwa perbedaan individu dalam kepribadian orang adalah aspek biologis, dan
bukan hanya psikologis serta kepribadian. Yaitu, perbedaan genetik
menyebabkan perbedaan struktural dalam sistem saraf pusat, termasuk struktur
otak, hormon, dan neurotransmiter, dan perbedaan dalam biologi ini menyebabkan
perbedaan sepanjang tiga faktor kepribadian extraversion, neurotisisme, dan
psikotik.
Bukti untuk dasar biologis kepribadian berasal dari berbagai sumber, termasuk
temperamen, genetika perilaku, penelitian pengukuran otak. Pertama, temperamen
adalah kecenderungan berdasarkan biologis untuk berperilaku dalam cara-cara
tertentu dari awal kehidupan. Dalam satu penelitian, misalnya, janet dipietro dan
rekan-rekannya (1996) menunjukkan bahwa aktivitas janin dan detak jantung
janin memprediksi perbedaan temperamen selama tahun pertama kehidupan.
Kedua, untuk memahami bagaimana faktor keturunan mempengaruhi perilaku
dan kepribadian, psikolog beralih ke ilmu genetika perilaku atau studi ilmiah
tentang peran hereditas dalam perilaku (lebih lengkap & thompson, 1960).
Ketiga, aspek biologis kepribadian dinilai menggunakan teknik pencitraan
otak, dua bentuk paling umum diantaranya adalah electroencephalography (EEG)
dan pencitraan resonansi magnetik fungsional (fMRI). Peneliti kami
electroencephalography (EEG) untuk merekam aktivitas listrik otak. Prosedur
melibatkan penempatan elektroda pada kulit kepala seseorang. Elektroda, cakram
logam yang melekat pada kabel, biasanya dipasang di tutup kain yang pas di atas
kepala. Biasanya, orang tersebut melakukan tugas-tugas tertentu sementara
aktivitas listrik dicatat. EEG bersifat supperior terhadap teknik pencitraan otak
lainnya dalam menunjukkan ketika aktivitas otak terjadi. Itu tidak terlalu nyata
untuk menunjukkan dengan tepat di mana aktivitas terjadi. fMRI memberitahu
kita tentang aktivitas otak.
Teori kepribadian Hans Eysenck memiliki komponen psikometrik dan
biologis yang kuat. Namun, Eysenck berpendapat bahwa kecanggihan psikometri
saja tidak cukup untuk mengukur struktur kepribadian manusia dan bahwa
dimensi kepribadian tiba di melalui metode analitik faktor yang steril dan tidak
berarti kecuali mereka telah terbukti memiliki keberadaan biologis.

2.4.2 Evolutionary Theory of Personality


Kontribusi utama Charles Darwin bukanlah teori evolusi melainkan penjelasan
tentang bagaimana evolusi terjadi, yaitu melalui seleksi dan peluang. Kesempatan
terjadi sebagian besar melalui mutasi genetik acak, dan kita tidak akan banyak
bicara tentang chace.
Untuk memahami seleksi alam dan seksual, mari kita periksa dulu konsep
serupa yang diciptakan oleh manusia dan yang memberi darwin wawasan kunci:
seleksi buatan. Seleksi buatan terjadi pada manusia yang memilih sifat-sifat
tertentu yang diinginkan dalam spesies pembiakan.
Seleksi alam hanyalah sebuah bagian dari seleksi buatan di mana alam agak
memilih sifat-sifatnya. Lebih spesifik, itu terjadi ketika sifat menjadi lebih atau
kurang umum pada suatu spesies dalam jangka waktu yang lama karena mereka
melakukan atau tidak mengarah pada survivabilitas yang lebih besar (d.buss,
1999; d.buss & greiling, 1999).
Selektif seksual beroperasi ketika anggota lawan jenis menemukan ciri-ciri
tertentu yang lebih menarik dan menarik daripada yang lain dan dengan demikian
menghasilkan keturunan dengan sifat-sifat tersebut. Kuncinya adalah kualitas-
kualitas ini harus menjadi penanda dari firasat yang tidak dapat dengan mudah
dipalsukan.
Proses evolusioner menghasilkan tiga hasil yang berbeda: adaptasi, produk
dan kebisingan (d.buss, 1999; tooby & cosmides, 1992). Adaptasi adalah strategi
yang berkembang yang memecahkan masalah kelangsungan hidup dan / atau
reproduksi yang penting. Adaptasi sering merupakan hasil seleksi alam atau
seksual dan harus memiliki dasar genetik atau warisan mereka. Kecerdasan
manusia dan kreativitas adalah adaptasi karena mereka memfasilitasi solusi
adaptif untuk masalah kelangsungan hidup (feist, 2000; miller, 2000).
Produk adalah sifat yang terjadi sebagai hasil dari adaptasi tetapi bukan bagian
dari desain fungsional (d.buss, 1999; tooby & cosmides, 1992).
Kebisingan, juga dikenal sebagai "efek acak", terjadi ketika evolusi menghasilkan
perubahan acak dalam desain yang tidak mempengaruhi fungsi. Kebisingan
cenderung diproduksi secara kebetulan dan tidak dipilih untuk.
Istilah evolusi psikologi dapat dijelaskan sebagai ilmu pengetahuan tentang
pemikiran manusia dan perilaku yang berasal dari pendekatan yang berkembang
dan fokus pada 4 pertanyaan yaitu kenapa bentuk pikiran manusia itu seperti itu,
bagaimana bentuk dari pikiran manusia, apa fungsi dari dari bagian – bagian dari
pikiran manusia dan bagaimana lingkungan mempengaruhi perilkau manusia.

2.10 Learning (Social ) Cognitive Theories


Pendekatan kognitif berpendapat bahwa car kita berpikir tentang diri kita dan
orang lain, asumsi yang kita buat dan cara penyelesaian masalah yang kita buat
merupakan cara utama kita untuk memahami perbedaan dari setiap orang. Apakah
kita percaya bahwa kita bisa berhasil dalam melakukan sesuatu atau tidak
dipengaruhi perilaku serta kepribadian kita. Singkatnya, kepribadian kita
menentukan bagaimana cara pemikiran kita atau melihat dunia. Berikut adalah
beberapa teori yang termasuk kedalam perspektif kognitif.

2.5.1 Behavioral Analysis


Dua perintis awal behaviorisme adalah E L Thorndike dan John Watson, tetapi
orang yang paling sering dikaitkan dengan posisi behavioris adalah BF Skinner,
yang analisis perilaku adalah keberangkatan yang jelas dari teori psikodinamik
yang sangat spekulatif. Skinner meminimalkan spekulasi dan fokus hampir
seluruhnya pada perilaku yang dapat diamati. Namun, dia tidak mengklaim bahwa
perilaku yang dapat diamati terbatas pada peristiwa eksternal. Perilaku pribadi
seperti berpikir, mengingat, dan mengantisipasi semuanya dapat diobservasi oleh
orang yang mengalaminya. Ketaatan ketat Skinner terhadap perilaku yang dapat
diamati menghasilkan pendekatannya pada label behaviorisme radikal, sebuah
doktrin yang menghindari semua konstruksi hipotetis, seperti ego, sifat, drive,
kebutuhan, kelaparan, dan sebagainya.
Teori Skinner dipengaruhi oleh beberapa ahli sebelumnya. Seperti Edward L.
Thorndike adalah psikolog pertama yang secara sistematis mempelajari
konsekuensi perilaku, yang awalnya meneliti hewan (Thorndike, 1898, 1913) dan
kemudian dengan manusia (Thorndike, 1931). Thorndike mengamati bahwa
pembelajaran terjadi terutama karena efek yang mengikuti tanggapan, dan dia
menyebut pengamatan ini sebagai hukum efek. Skinner (1954) mengakui bahwa
hukum efek sangat penting untuk mengendalikan perilaku dan melihat
pekerjaannya sebagai memastikan bahwa efek yang terjadi dan bahwa mereka
terjadi dalam kondisi optimal untuk belajar. Dia juga setuju dengan Thorndike
bahwa efek hadiah lebih dapat diprediksi daripada efek hukuman dalam
membentuk perilaku.
Pengaruh kedua dan lebih langsung pada Skinner adalah karya John B.
Watson (J. B. Watson, 1913, 1925; J. B. Watson & Rayner, 1920). Watson telah
mempelajari binatang dan manusia dan menjadi yakin bahwa konsep kesadaran
dan introspeksi tidak boleh berperan dalam studi ilmiah perilaku manusia. Dalam
Psikologi sebagai Pandangan Behavioris, Watson (1913) berpendapat bahwa
perilaku manusia, seperti perilaku hewan dan mesin, dapat dipelajari secara
obyektif. Ia tidak hanya membahas kesadaran dan introspeksi tetapi juga gagasan
naluri, sensasi, persepsi, motivasi, keadaan mental, pikiran, dan citra.

2.5.2 Social Cognitive Theory


Teori kognitif sosial dari Albert Bandura bersandar pada beberapa asumsi
dasar. Pertama, karakteristik manusia yang luar biasa adalah plastisitas; artinya,
manusia memiliki fleksibilitas untuk mempelajari berbagai perilaku dalam
berbagai situasi. Bandura setuju dengan pendapat Skinner bahwa orang dapat dan
benar-benar belajar melalui pengalaman langsung, tetapi dia lebih menekankan
pada belajar dengan mengamati orang lain. Bandura juga menekankan gagasan
bahwa penguatan dapat dilakukan secara sukarela; orang dapat diperkuat dengan
mengamati orang lain menerima hadiah.
Kedua, melalui model penyebab timbal balik triadik yang mencakup faktor
perilaku, lingkungan, dan pribadi, orang memiliki kapasitas untuk mengatur
kehidupan mereka.
Ketiga, teori kognitif sosial mengambil perspektif agen, yang berarti bahwa
manusia memiliki kapasitas untuk melakukan kontrol atas sifat dan kualitas hidup
mereka. Orang adalah produsen serta produk sistem sosial. Komponen penting
dari model penyebab timbal balik triadik adalah self-efficacy. Kinerja orang
umumnya ditingkatkan ketika mereka memiliki self-efficacy yang tinggi: yaitu,
keyakinan bahwa mereka dapat melakukan perilaku yang akan menghasilkan
perilaku yang diinginkan dalam situasi tertentu.
Keempat, orang mengatur perilaku mereka melalui faktor eksternal dan
internal. Faktor eksternal meliputi lingkungan fisik dan sosial orang-orang,
sedangkan faktor internal mencakup pengamatan diri, penilaian, dan reaksi diri.
Kelima, ketika orang menemukan diri mereka dalam situasi ambigu moral,
mereka biasanya mencoba untuk mengatur perilaku mereka melalui agensi moral,
yang meliputi mendefinisikan perilaku, mengabaikan atau mendistorsi
konsekuensi dari perilaku mereka, merendahkan atau menyalahkan korban dari
perilaku mereka, dan menggusur atau menyebarkan tanggung jawab atas tindakan
mereka.

2.5.3 Cognitive Social Learning Theory


Teori belajar sosial kognitif dari Julian Rotter dan Walter Mischel bergantung
pada asumsi bahwa faktor kognitif membantu membentuk bagaimana orang akan
bereaksi terhadap kekuatan lingkungan. Kedua ahli teori keberatan dengan
penjelasan Skinner bahwa perilaku dibentuk oleh penguatan langsung dan
sebaliknya menunjukkan bahwa harapan seseorang atas peristiwa masa depan
adalah penentu utama kinerja.
Rotter berpendapat bahwa perilaku manusia paling baik diprediksi dari
pemahaman interaksi orang-orang dengan lingkungannya yang berarti. Sebagai
seorang interaksionis, ia percaya bahwa baik lingkungan itu sendiri maupun
individu sama sekali tidak bertanggung jawab atas perilaku. Sebaliknya, ia
berpendapat bahwa kognisi orang, riwayat masa lalu, dan harapan masa depan
adalah kunci untuk memprediksi perilaku.
Teori sosial kognitif Mischel memiliki banyak kesamaan dengan teori sosial
kognitif Bandura dan teori belajar sosial Rotter. Seperti Bandura dan Rotter,
Mischel percaya bahwa faktor kognitif, seperti harapan, persepsi subyektif, nilai,
sasaran, dan standar pribadi, memainkan peran penting dalam membentuk
kepribadian. Kontribusinya terhadap teori kepribadian telah berevolusi dari
penelitian tentang keterlambatan gratifikasi, untuk penelitian mengenai
konsistensi atau inkonsistensi kepribadian, dan dilanjutkan dengan penelitian
bersama Yuichi Shoda pada pengembangan sistem kepribadian kognitif afektif.

2.5.4 Psychology of Personal Constructs


Teori konstruksi pribadi George Kelly tidak seperti teori kepribadian lainnya.
Teori ini telah banyak disebut teori kognitif, teori perilaku, teori eksistensial, dan
teori fenomenologis tapi tidak bisa dikatan sebagai salah teori tersebut. Mungkin
istilah yang paling tepat adalah "metateori,". Menurut Kelly, semua orang
(termasuk mereka yang membangun teori kepribadian) mengantisipasi peristiwa
dengan makna atau interpretasi yang mereka tempatkan pada peristiwa tersebut
(Stevens & Walker, 2002).
Makna atau interpretasi ini disebut konstruk. Orang-orang ada di dunia nyata,
tetapi perilaku mereka dibentuk oleh penafsiran atau konstruksi dunia yang
berkembang secara bertahap. Mereka menafsirkan dunia dengan cara mereka
sendiri, dan setiap konstruksi terbuka untuk revisi atau penggantian. Orang bukan
korban keadaan, karena konstruksi alternatif selalu tersedia. Kelly menyebut
posisi filosofis ini sebagai alternativisme konstruktif.
Alternativisme konstruktif diimplikasikan oleh teori konstruk pribadi Kelly,
sebuah teori yang ia nyatakan dalam satu postulat dasar dan 11 konsekuensi
pendukung. Postulat dasar mengasumsikan bahwa orang-orang selalu aktif dan
bahwa aktivitas mereka dipandu oleh cara mereka mengantisipasi peristiwa.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ada lima pendekatan yang digunakan untuk memahami apa itu kepribadian
dan bagaimana kepribadian itu berkembang.
Pertama, psychodynamic theories yang memiliki asumsi - asumsi utama
yaitu pembentukan kepribadian dimulai dari lahir sampai umur 5 tahun, pemikiran
alam bawah sadar sangatlah penting dan hasil neurosis bergerak dari tidak sehat
ke arah, melawan atau menjauh dari yang lain. Ada banyak tokoh yang teori-
teorinya termasuk kepada pendekatan psikodinamik sepertu Sigmund Freud yang
fokus pada unconscious, Alfred Adler yang membahas tentang early recollections,
Carl Jung tentang ketidaksadaran kolektif, Melanie Klien tentang archetypes,
Karen Horney tentang object relations, Erik Erikson tentang identity crises dan
Erich Fromm tentang relatedness.
Kedua, humanistic / existential theoris memiliki asumsi- asumsi bahwa
orang-orang yang berarti, hidup bahagia; orang termotivasi oleh pertumbuhan dan
kesehatan psikologis; kepribadian dibentuk oleh kebebasan memilih, respons
terhadap kecemasan, dan kesadaran. Tokoh yang membahas ini adalah Abraham
H. Maslow, Carl Roger dan Rollo May.
Ketiga, dispisitional theories yang berpendapat bahwa orang cenderung
berperilaku dengan cara yang unik dan konsisten, mereka memiliki ciri-ciri unik
ada lima ciri dimensi dalam kepribadian manusia. Tokoh-tokoh yang termasuk ke
pendekatan in adlah Gordon Allport tentang traits and motives , Robert R.
McCrae and Paul T. Costa.
Keempat, biological/evolutionary theories yang berasumsi landasan
pemikiran dan perilaku adalah kekuatan biologis dan genetik serta pemikiran dan
perilaku manusia telah dibentuk oleh kekuatan evolusioner (seleksi alam dan
seksual). Tokoh – tokohnya adalah Hans J. Eysenck tentang struktur otak,
neurochemical dan gen dan David Buss tentang mekanisme adaptasi.
Kelima, learning cognitive theories yang mengatakan penjelasan untuk
perilaku adalah kondisi yang menciptakan perilaku , pembelajaran terjadi melalui
asosiasi dan konsekuensi, belajar juga terjadi melalui berhasil atau gagal dan
wacthing orang lain berhasil atau gagal di tugas,kepribadian berkembang sebagai
interaksi antara karakteristik internal dan eksternal dari orang tersebut dan
konstruksi kognitif yang kita kembangkan untuk memahami dunia dan cetakan
lain yang membentuk kepribadian kita. Tokoh yang tergabung dalam pedekatan
ini adalah B.F Skinner tentang conditional responce, shaping, reinforcement serta
observational learning , Albert Bandura tentang modeling self efficacy, Julian
Rotter dan Walter Mischel tentang cognitive affective units serta Geoge Kelly
tentang constructs.

3.2 Saran
Penulis menyadari akan kekurangan makalah ini, maka penulis mengharap
dengan sangat kritik dan saran dari pembaca untuk kebaikan dan pengembangan
makalah ini dengan baik untuk kedepannya. Serta lebih banyak mencari referensi
dari buku lain sehingga pembahasan materinya lebih terarah dan lengkap.
Daftar Pustaka

Jess F., Gregory J. F., &Tomi A. R. ( 2018 ). Theories of Personality. Ed. 9.


New York : McGraw Hill Education.

Anda mungkin juga menyukai