Anda di halaman 1dari 30

METODE PENELITIAN DALAM BIOPSIKOLOGI

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Biopsikologi Kelas 3


Dosen Pengampu : Annastasia Ediati, S.Psi., M.Sc., Ph.D.

Disusun oleh :

1. Annisa Mutiara Cantika 15000120140143


2. Diah Permata H 15000120140161
3. Fatkhiya Khoirunnisa 15000120140124
4. Nadiati Huda 15000120140090
5. Naila Zakia A 15000120140158
6. Rahma Aulia A 15000120140100
7. Tria Umita 15000120140168
8. Zharfan Amadeus Darmawan 15000120140159

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO


September, 2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
pembuatan makalah yang ditugaskan kepada kelompok kami. Makalah yang kami
buat ini berjudul “Metode Penelitian Dalam Biopsikologi”.
Kami menyadari bahwa dalam penulisaan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan saran dan kritik sehingga
makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu,kami mengharapkan saran serta masukan bahakan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Akhir kata kami berharap makalah ini dapat
berguna bagi perkembangan dunia pendidikan.

Semarang, September 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... .i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

A. POKOK PEMBAHASAN............................................................................... 1

BAB I PENDULUAN ........................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1


1.2 Tujuan .................................................................................................... 1
1.3 Manfaat ................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 2

2.1 Metode-Metode untuk Mempelajari Sistem Saraf................................ 2


2.1.1 Metode-Metode untuk Memvisualisasikan dan Menstimulasi
Otak Manusia Hidup ...................................................................... 2
2.1.2 Merekam Aktivitas Psikoisiologis Manusia ................................. .3
2.1.3 Metode Penelitian Fisiologis Pervasif ............................................ .5
2.1.4 Metode Penelitian Farmakologis ................................................... .8
2.1.5 Rekayasa Genetika ....................................................................... 10
2.2 Metode-Metode Penelitian Perilakuan dalam Biopsikologi ................ 11
2.2.1 Testing Neuropsikologik ............................................................... 11
2.2.2 Metode-Metode Perilakuan dalan Neurosains Kognitif................ 13
2.2.3 Paradigma-Paradigma Biopsikologis dalam Perilaku Hewan....... 15

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 18

3.1 Kesimpulan ......................................................................................... 18

B. SOAL PILIHAN GANDA ............................................................................. 19

C. SOAL URAIAN .............................................................................................. 20

D. DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 20

E. SENARAI ........................................................................................................ 20

ii
A. Pokok Pembahasan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Biopsikologi merupakan pendekatan psikologi dari aspek biologi. Manusia
pada dasarnya mewarisi sifat-sifat fisik dari orang tuanya, atau juga nenek dan
kakeknya secara genetik. Ciri-ciri ini tampak melalui aspek tinggi badan, warna
kulit, warna mata, keadaan rambut lurus atau kerinting, ketebalan bibir dan
sebagainya. Demikian pula ahli biopsikologi melihat bahwa sifat dan tingkah laku
manusia juga mengalami pewarisan daripada induk asal.
Biopsikologi diawali oleh seorang psikolog asal Persia, Avicenna (980-
1037 SM) yang dalam peraturan kedokteran, mengakui fisiologis psikologi dalam
perawatan penyakit termasuk emosi dan mengembangkan sistem untuk
menyatuhkan perubahan dalam aliran nadi dengan perasaan yang mendalam, yang
mana melihat antisipasi dari ujian persatuan kata. Neuroscience atau ilmu yang
mempelajari mengenai otak dan seluruh fungsi- fungsi saraf belakangan ini telah
berkembang menjadi neuropsikiatri dan neurobehavior. Tugas dari ilmu neural
(Neural science) adalah menjelaskan prilaku manusia dari sudut pandang aktifitas
yang terjadi di otak.
Dalam makalah kali ini kami membahas tentang metode penelitian
biopsikologi dimana terdapat beberapa poin salah satunya merekam aktivitas
psikofisiologis manusia yang memilikibeberapa ukuran psikofisiologis yang paling
luas dipelajari. Dengan adanya makalah metode penelitian biopsikologi ini, maka
diharapkan kita lebih memahami berbagai mavam penelitian.
1.2 Tujuan
Tujuan dalam penyusunan makalah ini merupakan bagaikan berikut:
1.2.1 Untuk mengenali apa saja metode penelitian dalam biopsikologi.
1.2.2 Untuk menambah wawasan terhadap metode penelitian biopsikologi.
1.2.3 Untuk pengertian berbagai penelitian dalam biopsikologi.
1.3 Manfaat
Manfaat pembuatan makalah ini adalah dapat digunakan sebagai bahan
pengajaran di bidang pendidikan maupun di bidang penelitian-penelitian.
1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Metode-Metode untuk Mempelajari Sistem Saraf


2.1.1 Metode-Metode untuk Memvisualisasikan dan Menstimulasi Otak
Manusia Hidup
A. Teknik-teknik Berbasis Sinar-X
Dalam teknik berbasis sinar-X untuk memvisualisasikan otak manusia
terdapat dua teknik yaitu CONTRAS X-RAYS dan COMPUTED TOMOGRAPHY.
Pada Teknik Contras X-Rays melibatkan penyuntikan substransi ke salah satu
kompratemen tubuh yang lebih sedikit atau lebih banyak menyerap sinar-X
dibanding dengan jaringan di sekitarnya. Salah satu teknik sinar-X kontras ialah
cerebral angiography. Lalu yang kedua Computed Tomography (CT) merupakan
prosedur sinar-X dengan bantuan komputer yang dapat digunakan untuk
memvisualisasikan otak dan struktur internal tubuh manusia lainnya.
B. Teknik-Teknik Berbasis Radioaktifitas

Pada Teknik berbasis radioaktif ini dinamakan dengan POSITRON


EMISSION TOMOGRAPHY (PET) yang merupakan teknik pencitraan otak pertama
yang memberikan gambar aktivitas otak bukan struktur otak. Di dalam salahh satu
PET yang sering digunakan adalah fluorodeoksiglukosa (FDG) yang dimana
radioaktif disuntikkan kedalam arteri carotid. Dan di setiap pemindaian PET adalah
sebuah gambar tingkat-tingkat radioaktifitas yang ditunjukan dengan kode warna.

C. Teknik-Teknik Berbasis Medan Magnet


Didalam teknik berbasis medan magnet ini terdapat 2 macam teknik yang
pertama Magnetic Resonance Imaging (MRI). MRI merupakan prosedur yang
dimana gambar- gambarnya memiliki resolusi tinggi dari pengukuran gelombang
yang dipancarkan oleh atom-atom hydrogen oleh gelombang-gelombang frekuensi
radio di medan magnet. Hasil dari MRI ini jau lebih jelas disbanding CT. MRI
memiliki beberapa hasil yaitu MRI dua-dimensi dan MRI tiga-dimensi. Teknologi
yang biasa digunakan adalah Fungsional MRI teknologi ini digunakan untuk
menghasilkan gambar fungsional otak.

2
MRI fungsional memiliki empat keunggulan dibandingan dengan PET.
Pertama tidak ada yang harus disuntikkan kedalam tubuh. Kedua memberikan hasil
structural maupun fungsional. Ketiga resolusi spasialnya lebih baik. Dan Terakhir
MRI dapat menghasilkan gambar tiga-dimensional. Teknik selanjutnya adalah
Diffusion Tensor Imaging. Diffusion Tensor Imaging adalah sebuah metode untuk
mengidentifikasikan jalur-jalur dimana di sepanjang jalur itu molekul –molekul air
terdifusi secara cepat.
D. Stimulasi Magnetik Transkranial
Stimulasi Transkranial memiliki dua teknik. Yang pertama Transcranial
magnetic stimulation (TMS) adalah teknik yang dapat digunakan untuk
menonaktifkan daerah korteks manusia dengan menciptakan medan magnet
dibawah sebuat kumparan yang diposisikan disamping tengkorak. Yang kedua
Transcranial direct current stimulation (tDCS) yang diartikan teknik yang dapat
digunakan untuk menstimulasi turn on daerah korteks dengan menerapkan arus
listrik melalui dua elektroda yang ditempatkan langsung dikepala.

2.1.2 Merekam Aktivitas Psikoisiologis Manusia


Metode ini merupakan metode merekam aktivitas fisiologis dari permukaan
tubuh manusia. Terdapat enam ukuran psikofisiologis yang paling luas
dipelajari, yaitu :
1. Ukuran-ukuran aktivitas otak.
A. Scalp Electroencephalography (EEG)
EEG adalah ukuran aktivitas elektrik kasar otak. Diukur melalui
elektroda-elektroda besan menggunakan mensin EEG. Teknik yang
digunakan adalah electroencephalography dan aktivitasnya direkam oleh
elektroda berbentuk piringan. EEG di kulit kepala berguna sebagai alat
penelitian dan diagnostic. Contoh gelombang Alfa beramplitudo tinggi
reguler, 8 – 12 detik berhubungan dengan keadaan tidur dan rileks.
Para pakar tertarik dengan gelombang EEG tertentu yaitu, even
related potentials (ERP) adalah gelombang-gelombang EEG yang
menyertai berbagai peristiwa secara umum. Sedangkan yang sering diteliti
yaitu sensory evoked potentials. Biasanya terdapat masalah yang terjadi

3
dalam merekam sensory evoked potentials ini yaitu noise. Metode untuk
menhurangi noise ini disebut signal averaging ( perata-rataan sinyal).
B. Magnetoencephalography (MEG)
MEG digunakan untuk memantau aktivitas otak subjek manus ia. MEG
mengukur perubahan-perubahan di merdan magnet di permukaan kepala.
C. Ukuran psikofisiologis aktivitas system saraf somatis.
A. Tegangan otot
Setiap otot skeletal terdiri atas jutaan serabut otot yang mirip
benang. Setiap otot yang sedang istirahat berkemungkinan untuk
berkontraksi. Terdpat Elecromyography yaitu prosedur lazim untuk
mengukurntegangan otot, hasilnya disebut electromyogram (EMG).
B. Gerakan mata
Teknik merekamnya disebut elctrooculography, hasilnya
disebut electrooculogram (EOG).
D. Ukuran-ukuran psikofisiologis aktivitas system saraf otomatik.
A. Konduksi kulit
Terdapat dua indeks yang paling lazim digunakan untuk aktifitas
electrodermal, pertama skin conductance level (SCL) atau tingkat
konduktansi kulit adalah ukuran background level konduktansi kulit. Kedua
skin cinductance response (SCR) atau respon konduktasi kulit adalah ukuran
perubahan sementara di dalam konduktansi kulit.
B. Aktivitas kardiovaskuler
Sistem kardiovaskuler memiliki dua bagian yaitu pembuluh darah
dan denyut jantung. Terdapat tiga macam ukuran aktivitas kardiovaskuler
diantaranya :
a) Denyut jantung
Sinyal elektrik yang berhubungan dengan jantung
direkam melalui elektroda-elektroda yang diletakkan
di dada. Hasilnya disebut electrocardiogram (ECG),
rata-rata denyut jantung saat istirahat sekitar 70
kali/menit.
b) Tekanan darah

4
Mengukur tekanan darah arteri melibatkan dua
pengukuran independent yaitu pengukuran tertinggi
selama periode kontraksi jantung (systoles) dan
pengukuran tekanan minimum selama relaksasi
(diastoles). Tekanan darah normal orang dewasa saat
beristirahat sekitar 130/70mmHg, jika lebih dari
140/30mmHg disebut Hipertensi.

2.1.3 Metode Penelitian Fisiologis Pervasif


1. Streotaxic Surgery
Streotaxic Surgery adalah pembedahan dimana alat – alat eksperimental
diposisikan dengan tepat di otak dengan berbagai kedalaman . Dua hal
disyaratkan dalam pembedahan stereotaxic : sebuah atlas ( stereotaxic atlas
) dan instrument ( stereotaxic instrument )
 Stereotaxic atlas ( atlas stereotaksik ) digunakan untuk
menemukan struktur-struktur otak dengan cara yang sangat
mirip dengan atlas geografik . Akan tetapi ada satu yang
membedakan , yaitu permukaan bumi itu hanya dua dimensi
sedangkan otak memiliki tiga dimensi . O leh karena itu , otak
direpresentasikan dalam sebuah atlas stereotaksik oleh
serangkaian peta individual . Semua jarak disebutkan dalam
millimeter dari titik acuan yang telah ditetapkan .
 Stereotaxic instrument ( instrument stereotaksik ) memiliki
dua bagian yaitu, head holder yang memegang erat otak
subjek dengan posisi dan orietasi yang telah ditetapkan dan
sebuah electrode holder berfungsi untuk memegang alat
yang akan dimasukkan . Selain itu , memiliki system
precision gear berfungsi untuk menggerakan electrode
holder secara tiga dimensi : anterior-posterior,dorsa-ventral
dan lateral-medial .

2. Metode – Metode Lesi

5
Dalam metode ini, sebuah bagian otak diambil , dirusak , atau dinonaktifkan
, setelah itu perilaku subjek diakses dengan cermat guna menetukan fungsi
struktur yang dilesi . Ada empat tipe lesi :
o Aspiration Lesions
Tipe ini sering menjadi metode pilihan , digunakan apabila sebuah
lesi akan dibuat di daerah jaringan kortikal yang dapat diakses oleh
mata dan instrument dokter bedah . Jaringan kortikal itu diambil
dengan suction ( penyedot ) melalui sebuah pipet gelas tajam yang
dipegang dengan tangan .
o Radio Frequency Lesions
Lesi subkortikal kecil biasa dibuat dengan meneruskan radio
frequency current ( arus berfrekuensi tinggi ) melalui jaringan target
dari ujung sebuah elektroda yang ditempatkan secara stereotaksik .
Ukuran dan bentuk lesi ditentukan oleh durasi dan intensitas arus
dan konfigurasi ujung elektrodanya .
o Knife Cuts
Sectioning ( pengirisan ) digunakan untuk mengeliminasi konduksi
di saraf atau traktus. Sebuah irisan kecil dan ditempatkan dengan
tepat menyelesaikan tugas ini tanpa menghasilkan kerusakan
ekstensif pada jaringan disekitarnya .
o Reversible Lesions
Reversible Lesions ( lesi yang dapat dipulihkan ) digunakan sebagai
alternatif yang bermanfaat untuk Destructive Lesions ( lesi destruktif
) . Reversible Lesions adalah metode untuk mengeliminasi secara
temporer aktivitas di daerah otak tertentu . Keunggulan dari metode
ini adalah bahwa subjek yang sama dapat dites berulang – ulang
dalam kondisi lesi maupun kondisi control . Cara kerja metode ini
adalah mendinginkan struktur target atau menyuntikan obat bius ke
dalam otak .

Meinginterpretasi Efek Efek Lesi

Efek lesion sulit diinterpretasi karena struktur otak yang kecil , terkonvulasi
dan terbungkus rapat satu sama lain . Dokter bedah yang sangat terampil

6
pun tidak mungkin merusak total struktur tanpa menghasilkan kerusakan
pada struktur yang berdekatannya .

Lesi Bilateral dan Uniliteral

Lesi Bilateral dan Uniliteral adalah sebagai prinsip umum namun dengan
beberapa pengecualian yang jelas , efek behavioral unilateral lesions ( lesi
yang terbatas pada salah satu belahan otak ) simetrik , khususnya pada
spesies non manusia . Efek behavioral lesi unilateral di beberapa struktuk
otak sulit dideteksi. Akibatnya , studi eksperimental tentang efek lesi adalah
studi lesi bilateral .

3. Simulasi Elektrik
Simulasi elektrik terhadap otak merupakan alat penelitian biopsikologis
penting karena sering kali memiliki efek behavioral , yang biasanya
berlawanan dengan yang dihasilkan oleh lesi di tempat yang sama .
Stimulasi dapat memicu sekuensi behavioral , termasuk makan , minum ,
menyerang,kopulasi dan tidur .
Oleh karena stimulasi elektrik otak terhadap otak adalah prosedur yg
invasive , penggunaanya biasanya terbatas pada non – manusia . Namun
adakalanya stimulasielektrik otak diadministrasikan kepada pasian manusia
dalam keadaan sadar .
4. Metode – Metode Perekaman Elektrofisiologis Invasif

o Intracellular Unit Recording

Metode yang temuan-temuannya didiskusikan panjang lebar di Bab


4, intracellular unit recording (perekaman unit intreaseluler),
memberikan rekaman moment-by- moment dari berbagai fluktuasi
tergradasi pada potensial membransatu neuron. Sebagian besar
eksperimen yang menggunakan prosedur perekaman ini dilakukan
pada hewan-hewan yang sengaja dibuat lumpuh secara kimiawi
karena mustahil untuk menempatkan sebuah mikroelektroda di
dalam sebuah neuron pada hewan yang bergerak bebas (lihat Long
& Lee, 2012).

7
o Extracellular Unit Recording
Ada kemungkinan untuk merekam potensial aksi sebuah neuron
melalui sebuah mikroelektroda yang ujungnya ditempatkan dalam
cairan ekstraseluler di dekatnya – tiap kali neuron itu menembak,
terjadi gangguan elektrik dan sebuah blip" (seperti titik berkedip-
kedip yang muncul di radar) terekam di ujung elektroda. Dengan
begitu, extracellular unit recording (perekaman unit ekstraseluler)
memberikan rekaman penembakan sebuah neuron tetapi tanpa
informasi tentang potensial membran neuron tersebut. Sulit untuk
merekam secara ekstraseluler dari sebuah neuron pada hewan yang
bergerak bebas tanpa membuat ujung elektrodanya bergeser dari
neuron itu. Tetapi hal ini dapat dilakukan dengan mikroelektroda
fleksibel khusus yang dapat bergeser sedikit saja ketika posisi otak
berubah . Perekaman unit ekstraseluler hanya melibatkan perekaman
neuron satu-satu ,akan tetapi kini memungkinkan merekam sinyal –
sinyal ekstraseluler dari 100 neuron .

o Multiple Unit Recording


Dalam unit ini ujung elektrodanya jauh lebih besar dibanding
mikroelektroda,sehingga elektrodanya dapat mengambil sinyal dari
banyak neuron , dan hanya sedikit bergeser posisinya akibat gerakan
subjek dan itupun dengan efek yg kecil pada sinyal yg terekam secara
keseluruhan .

o Invasive Eeg Recording


Pada hewan – hewan laboratorium , sinyal EEG direkam melalui
implantasi elektroda besar dan bukan melalui elektroda kulit kepala
. Sinyal EEG kortikaldirekam frekuensi nya melalui skill screws dan
sinyal EEG subkortikal direkam frekuensinya dengan elektroda
kabel yg diimplantasikan secara stereotaksik .

2.1.4 Metode Penelitian Farmakologis

8
Metode Penelitian Farmakologis yaitu metode yang berhubungan dengan
obat-obatan. ada beberapa metode pengadministrasian obat diantaranya :
1. Dimakan oleh subjek
2. Disuntikkan melalui tube ke dalam perut
3. Disuntikkan secara hypodermal ke dalam rongga peritoneal abdomen, ke
dalam sebuah otot besar, ke dalam jaringan lemak di bawah kulit atau ke
urat nadi permukaan besar
A. Metode lesi neurotoksik

Yaitu sebuah metode pengobatan dengan menggunakan toksik yang beraksi di


sel saraf neuron, biasanya dengan berinteraksi pada protein membran. Efek-efek
lesi pembedahan lesion sering kali sulit diinterpretasi karena mereka mempengaruhi
seluruh neuron di wilayah yang menjadi target.

B. Mengukur aktivitas kimiawi otak

ada 2 teknik yang telah terbukti sangat berguna dalam penelitian biopsikologis :

1. Teknik 2-deoxyglucose : melibatkan seekor hewan yang telah


diinjeksi dengan 2-DG radioaktif dalam situasi tes dimana ia terlibat
perilaku. Daerah-daerah otak yang menyerap radioaktif 2-DG dengan
ringkat tinggi selama tes itu tampak seperti bintik-bintik hitam.
2. Dialis serebral yaitu metode pengukuran konsentrasi ekstraseluler
dari neurochemical tertentu pada hewan-hewan yang sedang
berperilaku tertentu. Dialis serebral melibatkan implantasi tube halus
dalam otak dengan semipermeable section pendek.
C. Teknik untuk menemukan neurotransmiter atau reseptor tentu di otak
ada 2 teknik yang dapat digunakan yaitu :
1. Immunocytochemistry yaitu prosedur untuk menemukan neuro protein
tertentu di otak dengan memberi label antibodinya dengan sebuah
pewarna atau elemen radioaktif dan kemudian memapari irisan- irisan
jaringan otak dengan antibody berlabel itu.
2. In situ hybridization yaitu bahwa semua peptide dan protein
ditranskripsikan dari sekuensi nucleotide bases.

9
2.1.5 Rekayasa Genetika
 Terdapat 3 Pendekatan Rekayasa Genetika

1. Gene Knockout

Gene Knockout Adalah prosedur untuk menciptakan organisme yang


kekurangan gen yang sedang diteliti. Banyak studi Gene Knockout telah dilakukan
untuk mengklarifikasi mekanisme- mekanisme neural perilaku. Contoh, Ruby,
Hattar, dan rekan-rekannya menggunakanmelanopsin knockout untuk mempelajari
peran melanopsin dalammeregulasi siklus terang gelap yang mengontrol risme
srikadian. Knockout gen untuk mensintensis melanopsis menghendaya, tapi tidak
meniadakan kemampuan tikus untuk menyesuaikan ritme sirkadian mereka sebagai
respons terhadap perubahan pada siklus terang gelap jadinya tanya setiap perilaku
dikontrol oleh banyak gen yang saling berinteraksi

2. Gene Replacement

Gene Replacement dimungkinkan untuk mengganti sebuah gen dengan gen


lain pada tikus. Gene Replacement techniques menciptakan beberapa kemungkinan
menarik bagi penelitian dan terapi perkembangan sebagai contoh sen dan rekan-
rekan sejawatnya menciptakan tikus transgenetik dengan memasukkan sebuah gen
cacat manusia yang telah ditemukan berkaitan dengan skizofrenia lalu tikus-tikus
tersebut memperlihatkan berbagai abnormalitas

 Gene Fluoresent Protein ( GFP )

Gene Fluoresent Protein adalah protein yang memperlihatkan flourescent


(pendar) hijau terang ketika di Paparan sinar biru. kegunaan GFP sebagai alat
penelitian di bidang ilmu Biologi tidak dapat direalisasi sampai semuanya
diidentifikasi dan dikloning pada awal 1990-an strategi umumnya mengaktifkan
GFP hanya pada sel-sel tertentu yang sedang diteliti sehingga mereka dapat
divisualisasikan dengan mudah Hal ini dapat dilakukan dengan dua cara dengan
menyisipkan gen GFP hanya di sel sel target atau dengan mengintroduksikan gfp di
semua sel subjek tapi mengekspresikan gen tersebut hanya di sel sel target

10
 Optogenetika : Saklar Sinar Neural

Opsins adalah saluran ion yang sensitif terhadap cahaya yang ditemukan di
membran sel bakteria dan sel tertentu ketika opsins didekatkan dengan cahaya
mereka terbuka dan memungkinkan ion-ion untuk memasuki sel. Kegunaan opsins
untuk penelitian neurosains tidak dapat direalisasikan sampai dan mereka
terindikasi dan dirubah menjadi bentuk yang dapat diekspresikan. Dalam sel
mamalia dan hal dan ini berhasil dilakukan untuk pertama kalinya pada 2003 lalu
para pakar neurosains mulai menggunakan teknik rekayasa genetika untuk
menyiapkan absen atau varian dan oksigen ke dalam neuron dengan tiba-tiba
tertentu

2.2 Metode-Metode Penelitian Perilakuan dalam Biopsikologi


2.2.1 Testing Neuropsikologik
Tiga Pendekatan Testing Neuropsikologis:
1. Pendekatan Tes-Tunggal

Digunakan sebelum tahun 1950-an dan dirancang untuk mendeteksi


keberadaan kerusakan otak. Pendekatan ini terbukti tidak berhasil karena tidak ada
satu tes pun yang dapat dikembangkan, yang cukup sensitif untuk seluruh gejala
psikologis yang beragam dan kompleks, yang berpotensi dapat terjadi pada pasien-
pasien yang mengalami kerusakan otak.

2. Pendekatan Beterai-Tes-Terstandar

Standardized-test-battery approach merupakan pendekatan yang ada


setelah kegagalan pendekatan sebelumnya dan mulai mendominasi pada tahun
1960-an. Pendekatan ini juga mendeteksi keberadaan kerusakan otak namun
menggunakan baterai tes terstandar. Baterai tes terstandar terbukti hanya sukses
secara marginal dan tidak begitu baik dalam mendiskriminasikan antara pasien-
pasien neurologis dan pasien-pasien psikiatrik.

3. Customized-Test-Battery Approach

11
Pendekatan ini terbukti sangat sukses dalam penelitian dan dengan cepat
menyebar ke praktik klinis. Pendekatan ini digunakan di beberapa lembaga elite
pada tahun 1960-an. Tujuannya adalah untuk mengarakterisasikan sifat defisit
psikologis yang dialami pasien yang menderita kerusakan otak.

Tes-Tes dalam Baterai Tes Neuropsikologis Umum

 Intelegensi

Banyak penilaian neuropsikologis yang dimulai dengan Wechsler Adult


Intelligence Scale (WAIS), yang dipublikasikan untuk pertama kalinya pada tahun
1955. WAIS sering menjadi tes pertama karena dengan mengetahui IQ pasien
seorang neuropsikolog dapat terbantu dalam menginterpretasi hasil- hasil tes
selanjutnya.

 Ingatan

Salah satu kelemahan WAIS adalah tes ini sering gagal mendeteksi defisit
ingatan, meskipun tes ini mencakup subtes-subtes yang dirancang secara khusus
untuk menguji fungsi ingatan. Sebagai contoh, subtes informasi WAIS mengakses
ingatan untuk pengetahuan umum dan subtes digit span mengidentifikasi rangkaian
acak angka-angka terpanjang yang dapat diulang dengan tepat oleh pasien sebanyak
50% percobaan.

 Bahasa

Bila seorang pasien neuropsikologis telah menjalani tes WAIS, defisit


dalam penggunaan Bahasa dapat disimpulkan dari skor agregat yang rendah pada
subset verbalnya. Namun, bagi yang belum menjalaninya dapat diidentifikasi defisit
bahasanya dengan token test.

 Lateralisasi Bahasa

Ada dua tes lateralisasi bahasa yang digunakan secara luas yaitu Sodium
amytal test dan dichotic listening test. Tes lateralisasi bahasa sering dimasukkan
dalam baterai tes umum karena mengetahui hemisfer mana yang dominan untuk
bahasa sering kali berguna dalam menginterpretasikan hasil tes-tes lain.

12
Tes-Tes untuk Fungsi Neuropsikologis Khusus

 Ingatan

Banyak pasien amnesia yang menunjukkan defisit berat dalam ingatan


langsung tanpa adanya defisit dalam ingatan tidak langsungnya. Repetition priming
test terbukti instrumental dalam penilaian dan pengkajian terhadap pola ini. Pasien
diberi sebuah daftar kata dan diminta untuk mempelajarinya. Setelah itu mereka
diminta melengkapi sejumlah potongan kata tadi. Sebagai contoh bila “Yellow” ada
di dalam tes pertama, “ye_l_w” mungkin salah satu potongan katanya. Pasien
amnesia sering kali tidak memiliki ingatan yang disadari tentang kata manapun yang
terdapat dalamkata yang pertama. Dengan kata lain mereka memperlihatkan ingatan
implisit yang baik tentang berbagai pengalaman tanpa ingatan eksplisit tentangnya.

 Bahasa

Bila seorang pasien neuropsikologis ternyata memilikidefisit terkait Bahasa


pada baterai tes umum, serangkaian tes yang kompleks diadministrasikan untuk
mengklarifikasikan sifat masalahnya. Sebagai contoh, bila pasien memiliki
gangguan bicara, masalah itu mungkin merupakan salah satu dari t iga masalah
fundamental diantaranya masalah fonologi, sintaks, dan semantik.

Wisconsin Card Sorting Test

Pada setiap kartu Wisconsin terdapat sebuah, dua, atau tiga simbol atau
simbol identik yang berupa segitiga, bintang, lingkaran, atau tanda silang; dan
semuanya berwarna merah, hijau, kuning, atau biru. Pada awal tes, pasien
dihadapkan dengan empat kartu stimulus yang berbeda. Tugasnya adalah menyortir
dengan benar kartu kartu dalam tumpukan kartu. Pasien dengan kerusakan pada
lobus frontalnya sering kali terus menerus menyortir berdasarkan salah satu prinsip
penyortiran untuk 100 kali percobaan atau lebih sampai cara penyortiran itu
menjadi keliru. Mereka tampaknya mengalami kesulitan dalam mempelajari dan
mengingat bahwa pedoman sebelumnya sesuai untuk perilaku efektif menjadi tidak
sesuai lagi, masalah yang disebut perseveration (perseverasi)

2.2.2 Metode-Metode Perilakuan dalan Neurosains Kognitif

13
Neurosains kognitif diprediksi dengan dua asumsi terkait. Premis pertama,
setiap proses kognitif yang kompleks dihasilkan dari kombinasi aktivitas dari suatu
proses kognitif sederhana disebut konstituen proses kognitif (constituent cognitive
processes). Premis kedua, setiap konstituen proses kognitif dimediasi oleh aktivitas
natural dibagian tertentu pada otak. Salah satu capaian utama neurosains kognitif
adalah untuk mengidentifikasi bagian dari otak yang menjadi perantara berbagai
konstituen proses kognitif.
a. Teknik Paired-Image Substraction
Teknik paired-image substraction telah menjadi salah satu kunci metode
penelitian yang diperankan oleh PET dan fMRI dalam penelitian riset
neurosains kognitif. Teknik paired-image substraction melibatkan
pengambilan gambar otak fungsional dibeberapa tugas kognitif yang
berbeda. Kemudian aktivitas otak berkaitan dengan proses tersebut dapat
diperkirakan dengan mengurangi aktivitas pada gambar yang terkait dengan
salah satu dari dua tugas pada aktivitas di dalam gambar terkait. Sebagai
contoh, salah satu dari beberapa tugas yang dilakukan Petersen dan rekan-
rekannya, para relawan menghabiskan waktu satu menit membaca dengan
keras kata-kata yang telah dicetak terlampir pada layar. Kemudian Petersen
dan rekan-rekannya mengurangi aktivitas pada beberapa gambar yang
mereka rekam selama dua tugas diberikan untuk mendapatkan perbedaan
gambar. Perbedaan gambar mengilustrasikan area pada otak secara khusus
yang terlibat dalam konstituen proses kognitif pembuatan asosiasi kata.
b. Default Mode Network
Interpretasi dari perbedaan gambar diperumit oleh fakta bahwa terdapat
aktivitas otak yang substansial ketika manusia duduk dengan tenang (diam)
dan membiarkan pemikiran mereka mengembara, tingkat aktivitas ini
diistilahkan sebagai mode default otak. Struktur otak biasanya aktif pada
default mode serta kurang aktif disaat kognitif atau tugas perilaku secara
kolektif disebut sebagai jaringan mode default. Default mode network terdiri
dari beberapa struktur termasuk empat bagian cortical, yaitu medial parietal
cortex, lateral parietal cortex, medial prefontal cortex, and lateral temporal
cortex.

14
c. Mean Difference Image
Beberapa kesulitan dalam menggunakan PET dan fMRI untuk menemukan
hasil proses konstituen proses kognitif dari gangguan yang terkait dengan
kejadian otak secara acak yang terjadi selama tes. Sebagai contoh,
memikirkan tentang rasa lapar yang tiba-tiba dan memperhatikan seekor
lalat dilayar. Dengan memberikan rata-rata perbedaan gambar yang
diperoleh dari pengulangan tes yang sama, para peneliti dapat meningkatkan
signal-to-noise ratio. Jika dua relawan memiliki pola aktivitas kortikal yang
spesifik tetapi berbeda, gambaran rata-rata yang diperoleh dari keduanya
akan mengungkapkan sedikit tentang keduanya. Karena orang berbeda
secara substansial satu sama lain dalam lokalisasi kortikal kemampuan
kognitif. Selain itu, area korteks yang me ngontrol kemampuan tertentu
dapat berubah pada individu sebagai hasil dari pengalaman.

2.2.3 Paradigma-Paradigma Biopsikologis dalam Perilaku Hewan


Dalam Paradigma perilaku yang digunakan untuk mempelajari biopsikologi
spesies laboratorik disuguhkan tiga judul:(1) Paradigma untuk asesmen pperilaku
lazim spesies; (2) paradigma pengondisian tradisiona; (3) paradigma pembelajaran
hewan semi alamiah. Bagaimanapun, fokusnya adalah pada metode metode yang
digunakan untuk mempelajari perilaku tikus laboratorium, subjek yang paling sering
digunakan dalam penelitian biopsikologis
A. Paradigma untuk Asesmen Perilaku Lazim-Spesies
Banyak behavioral paradigms yang digunakan dalam penelitian
biopsikologis yang digunakan untuk mempelajari perilaku-perilaku lazim-
spesies. Species-common behavior adalah perilaku yang diperlihatkan
oleh semua anggota spesies, atau paling tidak oleh semua anggota yang
berumur dan berjenis kelamin sama. Perilaku yang sering diteliti termasuk
perilaku merawat,makan,minum,kopulasi, bertarung, dan membangun
sarang. Disini akan dideskripsikan
1. Open Field Test

15
Test ini biasanya dilakukan disebuah ruangan besar berpagar
dan aktivitasnya direkam.
2. Test Of Aggressive And Defensive Behavior
Test ini biasanya dilihat dari perilaku agresif ddan defensive
yang diobservasi dan diukur melalui beberapa test
3. Tes Perilaku Seksual
Test ini dilakukan berupaya untuk mempelajari dasar fisiologis
perilaku seksual hewan.

B. Paradigma Paradigma pengondisian Tradisional


Mendeskripsikan paradigma Pavlovian conditioning dan paradigma
operant conditioning. Paradigma paradigma belajar memainkan peran
peran penting dalam penelitian biopsikologi karena tiga alasan
1. Belajar adalah fenomena yang menjadi minat utama para
psikolog.
2. Paradigma paradigma belajar menyediakan teknologi yang
efektif untuk menghasilkan dan mengontrol perilaku hewan.
3. Kemungkinan untuk menarik banyak kesimpulan tentang
keadaan,sensorik,motoric,motivasional dan kognitif hewan dari
kemampuannya untuk belajar dan melakukan berbagai respons

C. Paradigma Paradigma pembelajaran hewan semi alamiah


Mendeskripsikan empat paradigma pembelajaran hewan semi-alamiah.
Selain paradigma Pavlovian dan operant conditioning, biopsikologi juga
menggunakan paradigma pembelajaran hewan yang dirancang untuk meniru
situasi yang mungkin akan ditemui di lingkungan alaminya.
Berikut ini dideskripsikan empat paradigma pembelajaran semi-
alamiah
1. Conditioned Taste Aversion
respons penghindaran yang berkembang untuk rasa rasa
makanan yang konsumsinya dikuti oleh sakit.
2. Radial Harm Maze

16
Mengungkap berbagai kemampuan spasial yang
berkembang dengan baik pada tikus.
3. Morris Water Maze
4. Conditione Defenive Burying

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil makalah yang telah kami buat, kami dapat
menyimpulkan bahwa. Pada materi Metode-Metode Penelitian Biopsikologi yang
biasa digunakan oleh para biopsikologi terdapat dua jenis metode yaitu metode
mempelajari sistem saraf/otak dan metode mempelajari perilaku. Pada metode
system saraf memiliki berbagai macam metode serta teknik yang berbeda-beda.
Sama halnya dengan metode penelitian perilaku. Metode ataupun teknik ini sering
digunakan oleh para biopsikologi. Dan sebagian besar metode yang digunakan
untuk mempelajari otak manusia digunakan untuk klinis baik itu dalam diagnosis
maupun penanganan.

18
B. Soal Pilihan Ganda
1. Pada pendekatan baterai tes terstandar terdapat seperangkat tes yang
cenderung dijalani dengan buruk oleh pasien yang mengalami kerusakan
otak bila dibandingkan pasien-pasien lain atau subjek-subjek sehat yang
dijadikan kontrol. Perangkat Tes apakah yang dimaksud ?
a. Token test
b. Sodium amytal test
c. Halstead-Reitan
d. Digit span test
e. Wisconsin card sorting test
2. Merekam aktivitas psikofisiologis manusia memiliki enam ukuran, salah
satunya ukuran psikofisiologis saraf somatik. Terdapat konduktansi kulit
yang di dalamnya memiliki indeks lazim yang digunakan. Salah satunya
adalah?
a. Electroenceohalography
b. Electromyogram
c. Event related potentials
d. Skin cobductance level
e. Electrocardiogram
3. Sebagian besar teknik fisiologis yang digunakan dalam penelitian
biopsikologi pada hewan-hewan laboratorium dapat dikelompokkan
kedalam beberapa kelompok. Salah satunya adalah metode lesi. Berikut
merupakan metode-metode lesi, kecuali…
a. Knife cuts
b. Radio frequency
c. Revisable
d. Aspiration
e. Intracellular

19
C. Soal Uraian

1. Jelaskan bagaimana pengaplikasian token test pada tes bahasa di dalam baterai
tes neuropsikologis umum ?
Jawab : Dua puluh token dengan dua bentuk yang berbeda, dua ukuran yg
berbeda, dan lima warna yang berbeda diletakkan diatas meja di depan subjek.
Test dimulai dengan membacakan instruksi sederhana kepada subjek misalnya,
“sentuhlah kotak merah” dan subjek berusaha mengikuti instruksi tsb. Tes
kemudian meningkat ke instruksi instruksi yang lebih sulit “sentuh lingkaran
merah kecil-kecil dan setelah itu kotak hijau besar”. Terakhir, subjek diminta
membaca instruksinya keras-keras dan mengikutinya.

D. Daftar Pustaka

 Pinel, J.P.J., & Barnes, S.J (2018). Biopsychology, 10th Edition. Essex:
Pearson Education Limited.

E. Senarai
Behavioral paradigm : paradigma perilaku
Cerebral angiography : tes diagnostik yang menggunakan sinar-X.
Computerised Tomography :pemeriksaan yang menggunakan sistem
penggambaran digital dan sinar-X untuk
memperoleh gambar penampang tubuh.
Conditioned taste aversion : terjadi saat hewan mengasosiasikan rasa makanan
tertentu dengan gejala yang disebabkan oleh zat
beracun, busuk, atau beracun.
Cortical : tulang kompak adalah salah satu dari dua jenis
jaringan internal yang membentuk tulang.
Default Mode Network : sistem area otak yang terhubung yang
menunjukkan peningkatan aktivitas ketika
seseorang tidak fokus pada dunia luar.
Defensive burying : pendekatan etologis yang memiliki validitas
farmakologis dan fisiologis dalam mempelajari

20
perilaku seperti kecemasan hewan pengerat.
Dichotic Listening : merupakan salah satu metode tes yang biasa nya
digunakan untuk menyelidiki perhatian selektif
dalam sistem pendengaran.
Electroencephalography : suatu alat yang mempelajari gambar dari rekaman
aktivitas listrik di otak.
Fonologi : ilmu tentang perbendaharaan bunyi
bunyi (fonem) bahasa dan distribusinya.
Fonologi diartikan sebagai kajian bahasa yang
mempelajari tentang bunyi-bunyi bahasa yang
diproduksi oleh alat ucap manusia.
Gene Knockout : teknik genetik di mana salah satu gen organisme
dibuat tidak dapat bekerja.
Gene replacement : teknik mengenali gen yang salah, menerapkan
sepotong DNA dalam bentuk yang benar melalui
vektor virus (dikenal sebagai molekul pembawa) ke
gen tersebut, sehingga menimpa gen rusak yang
teridentifikasi dengan salinan yang benar.
Magnetic resonance imaging : pemeriksaan yang memanfaatkan medan magnet
dan energi gelombang radio untuk menampilkan
gambar struktur dan organ dalam tubuh.
Open field test : Tes lapangan terbuka adalah tes eksperimental
yang digunakan untuk menguji tingkat aktivitas
lokomotor secara umum, kecemasan, dan kemauan
untuk mengeksplorasi pada hewan (biasanya tikus)
dalam penelitian ilmiah.
Operant Conditioning : teori yang disampaikan oleh skinner yang
menjelaskan bahwa perilaku tidak selalu diperoleh
melalui refleks yang dikondisikan sebagaimana
klaim Pavlov, tapi juga bisa diperoleh dengan
mengasosiasikan antara respons dan penguatan.

21
Paired-Image Substraction : untuk menemukan proses kognitif penyusun di otak
dengan menghasilkan gambar perbedaan aktivitas
otak yang terkait dengan dua tugas kognitif yang
berbeda dalam hal proses kognitif penyusun tunggal.
Pavlovian conditioning : mengacu pada prosedur pembelajaran di mana
rangsangan yang secara biologis kuat dipasangkan
dengan rangsangan yang sebelumnya netral.
Positron Emission Tomography: pemeriksaan penggambaran medis termutakhir
yang memberikan informasi rinci mengenai fungsi
organ atau sistem dalam tubuh.
Radial arm maze : sebuah peralatan yang terdiri dari kompartemen
tengah melingkar dari mana 8 lengan dengan jarak
yang sama diperpanjang.
Radio frequency current : arus berfrekuensi tinggi.
Semantik :cabang linguistik yangmempelajari
arti/makna yang terkandung pada
suatu bahasa, kode, atau jenis representasi lain.
Signal to Noise rasio : suatu ukuran untuk menentukan kualitas dari
sebuah sinyal yang terganggu oleh derau.
Sintaks : merupakan cabang linguistik.
Stereotaxic surgery : teknik bedah yang menggunakan bantuan
pemindaian 3 dimensi untuk menentukan letak dan
batas tumor dengan tepat. Metode stereotactic ini
bekerja seperti GPS (petunjuk lokasi).
Test of aggressive and defensive behavior: tes perilaku agresif dan defensif.
The Morris water maze : adalah tes pembelajaran spasial untuk hewan
pengerat yang bergantung pada petunjuk distal
untuk menavigasi dari lokasi awal di sekeliling arena
renang terbuka untuk menemukan platform pelarian
yang terendam.
Transcranial direct current stimulation: adalah bentuk neuromodulasi yang

22
menggunakan arus searah rendah yang konstan yang
dikirim melalui elektroda di kepala.
Transcranial Magnetic Simulation: salah satu alat bidang neurofisiologi yang
dapat digunakan untuk membantu diagnosis
gangguan saraf maupun terapi gangguan saraf.

23
Pertanyaan dan Jawaban Mengenai Topik “Metode-Metode Dalam
Penelitian Biopsikologis”

Kelompok 1

1. Januarayza Amanda Nurul Aulia (15000120140176)


Pertanyaan: Pada bagian aktivitas kardiovaskuler, pada poin ke 3 yaitu volume
darah dijelaskan plethusmography mengacu pada beberapa teknik untuk mengukur
perubahan volume darah. Apa saja teknik yang digunakan?
Jawaban: Terdapat Teknik isotop ganda dengan 2 suntikan dan 2 standar
(untuk menandai volume plasma) serta menarik infus ulang pasien dengan darah pasien
itu sendiri dan dengan system semi otomatis yang dihubungkan dengan computer
mampu melaporkan Volume Darah Total (TBV), Volume Darah Plasma (PV), Volume
Sel Merah (RCV). Kemudian menyuntikkan indicator/pelacak. Setelah pelacak
disuntikkan, teknisi mengambil lima sampel darah yang menjalani yang menjalani
sentrifugasi mikrohemotokrit untuk mengekstrapolasi volume darah yang sebenarnya
pada waktu 0.

2. Natasya Nur Widya (15000120140102)


Pertanyaan: Salah satu dari tipe metode lesi adalah Riversible Lesions apakah
Riversible Lesions mempunyai keunggulan dari tipe yang lainnya?
Jawaban: Riversible Lesions adalah metode untuk mengeleminasi secara
temporer aktivitas di daerah otak tertentu. Keunggulan dari metode ini adalah bahwa
subjek yang sama dapat di tes berulang-ulang dalam kondisi lesi maupun kondisi
control.

3. Kamila Naila Kautsar (15000120140134)


Pertanyaan: Apa itu paradigma? bisa tolong jelaskan?
Jawaban: Paradigma adalah daftar semua bentukan dari sebuah kata yang
memperlihatkan konjungsi dan deklanasi

4. Yohana Tarida (15000120140222)


Pertanyaan: Tadi di bagian EEG, yang paling sering diteliti adalah Sensory
Evoked Potentials. Boleh tolong dijelaskan mengenai penelitian ini?
Jawaban: Sensory Evoked Potensials itu adalah perubahan pada sinyal EG
kortikal yang dibangkitkan oleh keberadaan stimulus sensorik yang hanya sebentar.
Untuk mengukur Sensory Evoked Potensials itu sendiri mirip dengan mendeteksi
bisikan dalam konser music rock.

5. Bagas Siwoyo Wikandono (15000120140215)


Pertanyaan: Contoh pengaplikasiannya seperti apa ya dalam penggunaan alat
stereotatik pada metode penelitian fisiologis pervasif?
Jawaban: Contoh pengaplikasiannya adalah dalam Operasi Streotaktik yang
merupakan operasi otak yang dilakukan tanpa kraniotomi (pembukaaan tulang kepala)
dengan menempatkan 3 koordinat dalam 3 dimensi yang diarahkan ke suatu tempat
tertentu di dalam otak.

6. Elvira Raissa Naswadia (15000120140235)


Pertanyaan: Pada bagian paradigma biopsikologi pada hewan, disebutkan
salah satunya 'Test of Agresive and Defensive Behaviour', apa bisa diberikan penjelasan
lebih lanjut tentang itu? mungkin bisa diberi contohnya.
Jawaban: Test of Aggresif and Defensive Behaviour dapat diobservasi dan
diukur selama pertarungan antara tikus jantan dominan di sebuah koloni dengan tikus
jantan penyusup yang berukuran lebih kecil. Perilaku jantan dominan dianggap agresif
sedangkan perilaku jantan penyusup dianggap difensif. Jantan dominan di koloni itu
bergerak kearah penyusup dengan bulu-bulu tubuh tegak. Ketika sudah dekat dengan
penyusup, pejantan dominan akan berusaha membuat penyusup kehilangan
keseimbangan lalu menggigit punggung dan bagian sayapnya dengan berdiri dengan
kaki belakang dan mendorong penyerang dengan cakar depan.

7. Ayna Zahra Darmawan (15000120140217)


Pertanyaan: Menegenai stereotoxic atlas, tadi dijelaskan bahwa otak kita
menginterpretasikan 3 dimensi. Sedangkan otak kita 2 dimensi. Apakah bisa dijelaskan
lebih lengkapnya?
Jawaban: Otak memiliki tiga dimensi. Otak dipresentasikan dalam sebuah atlas
streotasik oleh serangkaian peta individual, satu peta perhalaman biasanya masing-
masing merepresentasikan satu struktur irisab otakbribtal dua dimensuibal diatlas uni
semua jarak disebutkan dalam milimeter dari titik acuan yang telah ditetapkan.
8. Maria Olivia Veronica (15000120140125)
Pertanyaan: Mengapa simulasi elektrik buasanya terbatas pada non-manusia?
Jawaban: Simulasi elektrik otak terhadap otak adalah prosedur yang invasive.
Prosedur invasive adalah suatu tindakan medis yang langsung dapat memengaruhi
keutuhan jaringan tubuh pasien.

9. Hesa Azka Basyara (15000120140113)

Pertanyaan: Tadi dijelaskan aktivitas kardio vaskuler dan terdapat 3 macam,


saya ingin bertanya. Bagaimana sistem kerja sistoles dan diastoles?
Jawaban: Sistoles adalah tekanan ketika jantung mempompa darah , sedangkan
diastole adalah tekanan pada jantung saat periode istirahat di antara detak jantung.
Sebagai contoh , jika seseorang memiliki tekanan darah 110/70 mmHg artinya tekanan
darah sisstole nya adalah 110 mmHg dan tekanan darah diastoles nya 70.

10. Fiorenza Julian Norman (15000120140173)


Pertanyaan: Open field test yang dijalankan spesies itu gimana ya? apa 1
rangkaian tes untuk semua spesies atau tergantung pada jenis spesies nya?
Jawaban: Bagaimanapun fokusnya adalah pada metode metode yang
digunakan untuk mempelajari perilaku tikus laboratorium yang paling sering digunakan
dalam penelitian biopsikologi .

11. Aghniya Sukmaghaida Sukandar (15000120140126)


Pertanyaan: Teknik morris water maze itu seperti apa dan bagaimana ?
Jawaban: Tikus ditempatkan di sebuah kolam air berwarna putih susu
berbentuk lingkaran , dimana ia harus berenang sampai permukaan platform untuk
melarikan diri yang tidak dapat dilihat karena berada dibawah permukaan air .

12. Fatin Muthia Anwar (15000120140231)


Pertanyaan: Tadi kan dijelaskan ada 4 paradigma pembelajaran semi-alamiah,
salah satunya ada conditioned taste aversion. itu dijelaskan respons penghindaran yg
berkembang untuk rasa-rasa makanan yang konsumsinya diikuti oleh rasa sakit. Yang
dimaksud oleh rasa sakit itu apa ya ?
Jawaban: Pada eksperimen conditioned taste aversion standar tikus menerima
sebuah emetic (obat yang menginduksi rasa mual) setelah mengkonsumsi sebuah
makanan yang rasanya agak familiar berdasarkan satu percobaan itu tikus menghindari
rasa itu .

13. Alya Hefana Difa (15000120140228)


Pertanyaan: Pada metode dengan teknik PET tadi dijelaskan bahwa teknik
tersebut menggunakan analisis warna pada otak , apakah tiap warna memiliki
penggambaran kondisi otak tertentu? Atau bagaimana?
Jawaban: Iya tentu , setiap pemindaian PET sekedar peta berwarna untuk
banyaknya radioaktivitas disetiap volume pixelsnya yang menyusun pemindaian itu .
Tepatnya setiap voxel terpetakan jadi sebuah struktur otak tertentu.

14. Yardan Hanif (15000120140209)


Pertanyaan: Dari beberapa metode farmakologis yang kalian jelaskan .
Menurut kalian metode apa yang kurang efektif ? dan kenapa bisa tidak efektif ?
Jawaban: Menurut kami yang kurang efektif dari metode metode farmakologis
ialah metode pengadministrasian obat . Mengapa ? karena terdapat sedikit kesulitan di
metode ini yaitu rute rute peripheral ini adalah banyak obat yg tidak dapat dengan
mudah melewati penghalang darah pada otak

15. Nayla Azka (15000120140101)


Pertanyaan: Tujuan cognitive neuroscience itu kan mengidentifikasi bagian
bagian otak yang memperantarakan proses proses kognitif konstituen. Maksud dari
proses proses kognitif konstituen itu gimana ya?
Jawaban: Jadi,proses – proses kognitif konstituen itu terbentuk dari setiap
proses kognitif kompleks yg dihasilkan dari kombinasi aktivitas berbagai proses
kognitif . Nah , yg dimaksud proses kognitif itu sendiri adalah kemampuan mengingat
, menganalisis , memahami , menilai , menalar , membayangkan dan berbahasa.

Anda mungkin juga menyukai