Anda di halaman 1dari 63

MAKALAH ILMU BIOMEDIK DASAR

Sistem Sensori Pengindera


Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Biomedik Dasar pada
Semester I TA 2023/2024 Program Studi Sarjana Terapan Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Padang

Dosen Pengampu:
Dr. Metri Lidya, S.Kp, M.biomed

Oleh Kelompok 3:

1. Muhammad Luthfi Win Ariga 6. Putri Lenggo Sari


(233311315) (233311320)
2. Muthia Andila Zikra 7. Raihan Fredella
(233311316) (233311321)
3. Mutiara Alkadri 8. Renza Elfinia Putri
(233311317) (233311322)
4. Nazifah Aulia Putri 9. Ria Nanda
(233311318) (233311323)
5. Nisaul Nabila 10. Sholehatur Rifa
(233311319) (233311324)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum Warahmatullahi.Wabarakatuh.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul "Sistem Sensori Pengindera" sebagai salah satu tugas mata kuliah "Ilmu
Biomedik Dasar." Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Dr. Metri Lidya,
S.Kp, M.biomed, dosen mata kuliah ini, yang telah memberikan bimbingan dan
kesempatan kepada kami untuk menjelajahi lebih dalam tentang sistem sensori
pengindera.

Dalam makalah ini, kami mencoba untuk menggali pengetahuan tentang


sistem sensori manusia, yang menjadi salah satu aspek kunci dalam ilmu
biomedik. Kami berharap makalah ini dapat memberikan pemahaman yang lebih
mendalam tentang bagaimana sistem sensori manusia berperan dalam mengindera
lingkungan sekitar, serta bagaimana sistem ini terkait dengan berbagai aspek ilmu
biomedik.

Terakhir, kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat dan


wawasan yang berharga dalam pemahaman tentang sistem sensori pengindera.
Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan di masa
mendatang.

Padang, 28 Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................2

1.3 Tujuan Masalah....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................1

2.1 Macam-macam Organ Sensori.............................................................................1

2.2 Fungsi Organ Sensorik.......................................................................................19

2.3 Mekanisme akomodasi (memfokuskan mata)....................................................26

2.4 Proses Mendengar..............................................................................................33

2.5 Pengujian Fungsi Penglihatan............................................................................41

2.6 PENGUJIAN FUNGSI PENDENGARAN.......................................................48

BAB III PENUTUP.............................................................................................57

3.1 Kesimpulan........................................................................................................57

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam dunia yang semakin kompleks ini, sistem sensorik indera


pendengaran dan penglihatan memainkan peran yang sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari kita. Sistem sensorik indera ini memungkinkan kita untuk
menerima dan memproses informasi dan lingkungan sekitar melalui indra
pendengaran dan penglihatan.

Indra pendengaran memungkinkan kita untuk mendengar suara dan


memahami komunikasi verbal, sementara indra penglihatan memungkinkan kita
untuk melihat dan memahami dunia visual di sekitar kita. Kedua sistem sensorik
indera ini bekerja secara kompleks dan saling berinteraksi untuk memberikan
pengalaman sensorik yang lengkap.

Dalam makalah ini, kami akan membahas secara mendalam tentang sistem
sensorik indera pendengaran dan penglihatan kami akan menjelaskan macam
macam dari sistem organ sensorik ,apa saja fungsi dari organ sensori ini, termasuk
bagaimana indra pendengaran dan penglihatan bekerja,serta bagaimana pengujian
fungsi sensorik pendengaran dan penglihatan di lakukan. Selain itu, kami juga
akan membahas tentang proses dari pendengaran,proses akomodasi.

Dalam penulisan makalah ini, kami mengacu pada sumber-sumber


terpercaya dan penelitian terkini untuk memastikan keakuratan dan kebaruan
informasi yang disajikan. Kami berharap makalah ini dapat memberikan
pemahaman yang baik tentang sistem sensorik indera pendengaran dan
penglihatan kepada pembaca.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa saja Macam organ sensori?
2. Apa fungsi organ sensori ?
3. Bagaimana Proses akomodasi terjadi?
4. Apa saja Proses dari mendengar ?
5. Apa saja pengujian fungsi penglihatan ?
6. Apa saja Pengujian fungsi pendengaran ?

1.3 Tujuan Masalah


Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan masalah ditulis sebagai berikut :
1. Memaparkan macam macam organ sensori.
2. Menjelaskan fungsi organ sensori.
3. Menjelaskan proses akomodasi.
4. Memaparkan proses dari mendengar.
5. Mengetahui apa saja macam pengujian fungsi penglihatan.
6. Mengetahui apa saja macam pengujian fungsi pendengaran.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Macam-macam Organ Sensori


Sistem saraf sensorik adalah bagian dari sistem saraf yang bertanggung jawab
untuk memproses informasi sensorik . Sistem sensorik terdiri dari neuron sensorik
(termasuk sel reseptor sensorik), jalur saraf , dan bagian otak yang terlibat dalam
persepsi sensorik dan interosepsi . Sistem sensorik yang umum dikenal adalah
sistem penglihatan,pendengaran,sentuhan,rasa,penciuman,keseimbangan,dan
sensasi visceral. Organ indera adalah transduser yang mengubah data dari dunia
fisik luar ke alam pikiran tempat orang menafsirkan informasi, menciptakan
persepsi mereka terhadap dunia di sekitar mereka.

Bidang reseptif adalah area tubuh atau lingkungan tempat organ reseptor dan sel
reseptor merespons. Misalnya, bagian dunia yang dapat dilihat oleh mata adalah
bidang reseptifnya; cahaya yang dapat dilihat oleh setiap batang atau kerucut ,
merupakan medan reseptifnya. Bidang reseptif telah diidentifikasi untuk sistem
visual , sistem pendengaran dan sistem somatosensori

 STIMULUS

Sistem sensorik mengkode empat aspek stimulus ; jenis ( modalitas ), intensitas,


lokasi, dan durasi. Waktu kedatangan pulsa suara dan perbedaan fase suara
kontinu digunakan untuk lokalisasi suara . Reseptor tertentu sensitif terhadap jenis
rangsangan tertentu (misalnya, mekanoreseptor yang berbeda memberikan
respons terbaik terhadap berbagai jenis rangsangan sentuhan, seperti benda tajam
atau tumpul). Reseptor mengirimkan impuls dalam pola tertentu untuk
mengirimkan informasi tentang intensitas suatu stimulus (misalnya seberapa keras
suatu suara). Letak reseptor yang dirangsang memberikan informasi ke otak
tentang lokasi rangsangan (misalnya merangsang mekanoreseptor di jari akan
mengirimkan informasi ke otak tentang jari tersebut). Durasi stimulus (berapa

1
lama berlangsungnya) disampaikan melalui pola pengaktifan reseptor. Impuls ini
ditransmisikan ke otak melalui neuron aferen .

 KEADAAN DIAM

Kebanyakan sistem sensorik mempunyai keadaan diam, yaitu keadaan dimana


sistem sensorik menyatu ketika tidak ada masukan. Hal ini terdefinisi dengan baik
untuk sistem invarian waktu linier , yang ruang masukannya adalah ruang vektor,
dan dengan demikian menurut definisi mempunyai titik nol. Hal ini juga
didefinisikan dengan baik untuk sistem sensorik pasif apa pun, yaitu sistem yang
beroperasi tanpa memerlukan daya masukan. Keadaan diam adalah keadaan
dimana sistem menyatu ketika tidak ada daya masukan.

Hal ini tidak selalu terdefinisi dengan baik untuk organ sensorik nonlinier dan
nonpasif, karena organ tersebut tidak dapat berfungsi tanpa masukan energi.
Misalnya, koklea bukanlah organ yang pasif, namun secara aktif menggetarkan
rambut sensoriknya sendiri untuk meningkatkan sensitivitasnya. Ini
bermanifestasi sebagai emisi otoakustik pada telinga yang sehat, dan tinitus pada
telinga yang patologis. Koklea masih dalam keadaan diam, karena terdapat mode
input daya yang diterimanya (energi getaran di gendang telinga), yang
memberikan definisi jelas tentang "daya input nol"

 INDRA DAN RESEPTOR

Meskipun terjadi perdebatan di kalangan ahli saraf mengenai jumlah indera


tertentu karena perbedaan definisi tentang apa yang dimaksud dengan indera ,
Buddha Gautama dan Aristoteles mengklasifikasikan lima indra manusia
'tradisional' yang telah diterima secara universal: sentuhan , rasa , penciuman ,
penglihatan , dan pendengaran .

1. RESEPTOR

nisialisasi sensasi berasal dari respons reseptor spesifik terhadap stimulus fisik.
Reseptor yang bereaksi terhadap stimulus dan memulai proses sensasi umumnya
dicirikan dalam empat kategori berbeda: kemoreseptor , fotoreseptor ,
mekanoreseptor , dan termoreseptor . Semua reseptor menerima rangsangan fisik

2
yang berbeda dan mentransduksi sinyal menjadi potensial aksi listrik . Potensi
aksi ini kemudian berjalan sepanjang neuron aferen ke wilayah otak tertentu untuk
diproses dan diinterpretasikan.

2. KEMORESEPTOR

Kemoreseptor, atau kemosensor, mendeteksi rangsangan kimia tertentu dan


mentransduksi sinyal tersebut menjadi potensial aksi listrik. Dua jenis
kemoreseptor utama adalah:

1. Kemoreseptor jarak merupakan bagian integral dalam menerima


rangsangan dalam bentuk gas di sistem penciuman melalui neuron reseptor
penciuman dan neuron di organ vomeronasal .

2. Kemoreseptor langsung yang mendeteksi rangsangan dalam cairan


termasuk pengecap pada sistem pengecapan serta reseptor di badan aorta yang
mendeteksi perubahan konsentrasi oksigen

3. FOTORESEPTOR

Sel fotoreseptor adalah jenis khusus dari saraf yang ditemukan di retina yang
memiliki kemampuan foto transduksi. Sel fotoreseptor berfungsi mengubah
cahaya yang masuk ke retina menjadi sinyal yang dapat menstimulasi proses
biologi. Secara lebih spesifik protein fotoreseptor di dalam sel menyerap foton
menyebabkan perubahan pada potensial membran. Sel fotoreseptor berfungsi
Fotoreseptor memberi sinyal warna; mereka menandakan adanya cahaya di area
visual merespon, baik panjang gelombang maupun intensitas sumber cahaya.
Misalnya, cahaya merah pada intensitas tertentu dapat menghasilkan respons yang
sama persis di fotoreseptor dengan cahaya hijau pada intensitas berbeda. Oleh
karena itu, respons fotoreseptor tunggal tidak terlalu jelas dalam hal warna.

4. MEKANORESEPTOR

Mekanoreseptor adalah reseptor sensorik yang merespons kekuatan mekanis,


seperti tekanan atau distorsi . Meskipun mekanoreseptor terdapat dalam sel
rambut dan memainkan peran integral dalam sistem vestibular dan pendengaran ,

3
sebagian besar reseptor mekanoreseptor bersifat kulit dan dikelompokkan menjadi
empat kategori:

1) Reseptor tipe 1 yang beradaptasi secara perlahan memiliki bidang reseptif


yang kecil dan merespons rangsangan statis. Reseptor ini terutama digunakan
dalam sensasi bentuk dan kekasaran .

2) Reseptor tipe 2 yang beradaptasi secara perlahan memiliki bidang reseptif


yang besar dan merespons regangan. Mirip dengan tipe 1, mereka menghasilkan
respons berkelanjutan terhadap rangsangan yang berkelanjutan.

3) Reseptor yang beradaptasi dengan cepat memiliki bidang reseptif yang


kecil dan mendasari persepsi tergelincir.

4) Reseptor Pacinian mempunyai bidang reseptif yang besar dan merupakan


reseptor utama untuk getaran frekuensi tinggi.

5. NOSISEPTOR

Nosiseptor merespons rangsangan yang berpotensi merusak dengan mengirimkan


sinyal ke sumsum tulang belakang dan otak. Proses ini disebut nosisepsi ,
biasanya menimbulkan persepsi nyeri . Mereka ditemukan di organ dalam dan
juga di permukaan tubuh. Nociceptors mendeteksi berbagai jenis rangsangan yang
merusak atau kerusakan yang sebenarnya. Nosiseptor yang hanya merespons
ketika jaringan rusak disebut nosiseptor “tidur” atau “diam”.

 KORTEKS SENSORIK

Semua rangsangan yang diterima oleh reseptor yang tercantum di atas


ditransduksi menjadi potensial aksi , yang dibawa sepanjang satu atau lebih
neuron aferen menuju area tertentu di otak. Meskipun istilah korteks sensorik
sering digunakan secara informal untuk merujuk pada korteks somatosensori ,
istilah ini lebih akurat merujuk pada berbagai area otak tempat indera diterima

4
untuk diproses. Untuk lima indera tradisional pada manusia, ini mencakup korteks
primer dan sekunder dari berbagai indera : korteks somatosensori, korteks visual ,
korteks pendengaran , korteks penciuman primer , dan korteks pengecapan .
Modalitas lain juga memiliki area korteks sensorik yang sesuai, termasuk korteks
vestibular untuk rasa keseimbangan.

1. KORTEKS SOMOTOSENSORI

Terletak di lobus parietal , korteks somatosensori primer merupakan area reseptif


utama untuk indera peraba dan proprioception dalam sistem somatosensori .
Korteks ini dibagi lagi menjadi area Brodmann 1, 2, dan 3. Area Brodmann 3
dianggap sebagai pusat pemrosesan utama korteks somatosensori karena
menerima lebih banyak masukan dari talamus , memiliki neuron yang sangat
responsif terhadap rangsangan somatosensori, dan dapat membangkitkan
rangsangan somatik. sensasi melalui rangsangan listrik . Area 1 dan 2 menerima
sebagian besar masukan dari area 3

2. KORTEKS VISUAL

Korteks visual mengacu pada korteks visual primer, Terletak di lobus oksipital,
V1 bertindak sebagai stasiun relay utama untuk input visual, mentransmisikan
informasi ke dua jalur utama yang diberi label aliran dorsal dan ventral. Aliran
punggung mencakup area V2 dan V5, dan digunakan dalam menafsirkan visual 'di
mana' dan ‘ bagaimana’.

3. KORTEKS PENDENGARAN

Terletak di lobus temporal, korteks pendengaran adalah area reseptif utama untuk
informasi suara. Korteks pendengaran terdiri dari area Brodmann 41 dan 42, juga
dikenal sebagai area temporal transversal anterior 41 dan area temporal
transversal posterior 42. Kedua area tersebut bertindak serupa dan merupakan
bagian integral dalam menerima dan memproses sinyal yang dikirimkan dari
reseptor pendengaran.

4. KORTEKS PENCIUMAN PRIMER

5
Terletak di lobus temporal, korteks penciuman primer adalah area reseptif utama
untuk penciuman, atau penciuman.

5. KORTEKS PENGECAPAN

Korteks pengecapan merupakan daerah reseptif utama terhadap rasa. Kata rasa
digunakan dalam pengertian teknis untuk merujuk secara khusus pada sensasi
yang berasal dari pengecap di lidah. Lima kualitas rasa yang dideteksi lidah antara
lain rasa asam, pahit, manis, asin, dan kualitas rasa protein yang disebut umami.
Sebaliknya, istilah rasa mengacu pada pengalaman yang dihasilkan melalui
integrasi rasa dengan informasi penciuman dan sentuhan. Korteks pengecap terdiri
dari dua struktur utama: insula anterior, terletak di lobus insular, dan operculum
frontal, terletak di lobus frontal.

 SISTEM SENSORIK MANUSIA

1. Visual
Sistem visual terdiri dari organ sensorik ( mata ) dan bagian sistem saraf pusat
( retina yang mengandung sel fotoreseptor , saraf optik , saluran optik , dan
korteks visual ) yang memberi organisme indra penglihatan (kemampuan untuk
mendeteksi dan mendeteksi) . memproses cahaya tampak ) serta memungkinkan
terbentuknya beberapa fungsi respons foto non-gambar. Ia mendeteksi dan
menafsirkan informasi dari spektrum optik yang dapat dilihat spesies tersebut
untuk "membangun representasi" lingkungan sekitar. Sistem visual melakukan
sejumlah tugas kompleks, termasuk penerimaan cahaya dan pembentukan
representasi saraf monokuler, penglihatan warna , mekanisme saraf yang
mendasari stereopsis dan penilaian jarak ke dan antar objek, identifikasi objek
tertentu yang menarik, persepsi gerak , analisis dan integrasi informasi visual,
pengenalan pola , koordinasi motorik yang akurat di bawah bimbingan visual, dan
banyak lagi. Sisi neuropsikologis pemrosesan informasi visual dikenal sebagai
persepsi visual , kelainan yang disebut gangguan penglihatan , dan jika tidak ada
sama sekali, disebut kebutaan . Fungsi visual pembentuk non-gambar, terlepas
dari persepsi visual, meliputi (antara lain) refleks cahaya pupil dan
fotoentrainment sirkadian .

6
Mata adalah organ sensorik dari sistem penglihatan . Iris , pupil , dan sklera terlihat.

Fungsi utama sistem visual adalah mengkategorikan objek visual. Telah terbukti
bahwa manusia dapat melakukan kategorisasi pada gambar yang disajikan secara
singkat dalam sepersekian detik. Hasilnya menunjukkan bahwa manusia mampu
melakukan tugas ini dengan sangat baik (dengan tingkat keberhasilan lebih dari
95%) namun yang terpenting adalah aktivitas diferensial untuk dua kategori
gambar dapat diamati dengan elektroensefalografi, yang menunjukkan bahwa
diferensiasi ini muncul dengan latensi yang sangat singkat dalam aktivitas saraf.

2. Sistem Pendengaran
Sistem pendengaran adalah sistem sensorik untuk indra pendengaran . Ini
mencakup organ indera (telinga) dan bagian pendengaran dari sistem sensorik .
Struktur Telinga :
1) Bagian Luar Telinga
Lipatan tulang rawan yang mengelilingi saluran telinga disebut pinna .
Gelombang suara dipantulkan dan dilemahkan ketika mencapai pinna, dan
perubahan ini memberikan informasi tambahan yang akan membantu otak
menentukan arah suara.
Gelombang suara memasuki saluran pendengaran , sebuah tabung yang tampak
sederhana. Saluran telinga memperkuat suara antara 3 dan 12 kHz . Membran
timpani , di ujung saluran telinga menandai permulaan telinga tengah .
2) Telinga Tengah

7
Gelombang suara merambat melalui saluran telinga dan mengenai membran
timpani, atau gendang telinga . Informasi gelombang ini berjalan melintasi rongga
telinga tengah yang berisi udara melalui serangkaian tulang halus: maleus (palu),
inkus (landasan) dan stapes (sanggurdi). Tulang-tulang pendengaran ini bertindak
sebagai tuas, mengubah getaran suara gendang telinga bertekanan rendah menjadi
getaran suara bertekanan tinggi di membran lain yang lebih kecil yang disebut
jendela oval atau jendela vestibular. Manubrium (pegangan) malleus berartikulasi
dengan membran timpani, sedangkan footplate (dasar) stapes berartikulasi dengan
jendela oval . Tekanan yang lebih tinggi diperlukan di jendela oval dibandingkan
di membran timpani karena telinga bagian dalam di luar jendela oval lebih banyak
mengandung cairan daripada udara. Refleks stapedius otot-otot telinga tengah
membantu melindungi telinga bagian dalam dari kerusakan dengan mengurangi
transmisi energi suara ketika otot stapedius diaktifkan sebagai respons terhadap
suara. Telinga tengah masih memuat informasi suara dalam bentuk gelombang;
itu diubah menjadi impuls saraf di koklea
3) Bagian Dalam Telinga
Telinga bagian dalam terdiri dari koklea dan beberapa struktur non-pendengaran.
Koklea memiliki tiga bagian berisi cairan (yaitu skala media, skala timpani, dan
skala vestibuli) , dan mendukung gelombang cairan yang didorong oleh tekanan
melintasi membran basilar yang memisahkan dua bagian tersebut. Yang
mengejutkan, satu bagian, yang disebut saluran koklea atau skala media ,
mengandung endolimfe . Organ Corti terletak di saluran ini pada membran
basilar, dan mengubah gelombang mekanik menjadi sinyal listrik di neuron. Dua
bagian lainnya dikenal sebagai skala timpani dan skala vestibuli . Ini terletak di
dalam labirin tulang, yang berisi cairan yang disebut perilimfe , komposisinya
mirip dengan cairan serebrospinal. Perbedaan kimia antara cairan endolimfe dan
cairan perilimfe penting untuk fungsi telinga bagian dalam karena perbedaan
potensial listrik antara ion kalium dan kalsium. [ kutipan diperlukan ]

8
Coklat adalah telinga bagian luar .

Merah adalah telinga tengah .

Ungu adalah telinga bagian dalam .

3. Sistem Somatosensori
Secara fisiologi , sistem somatosensori adalah jaringan struktur saraf di otak dan
tubuh yang menghasilkan persepsi sentuhan ( haptic perception ), serta suhu
( thermoception ), posisi tubuh ( proprioception ), dan nyeri .Ini adalah bagian dari
sistem saraf sensorik , yang juga mewakili rangsangan visual , pendengaran ,
penciuman , dan pengecapan .

Sentuhan adalah sarana penting untuk menerima informasi. Foto ini menunjukkan
tanda sentuhan yang mengidentifikasi tangga untuk penyandang tunanetra.

Somatosensasi dimulai ketika struktur mekano- dan termosensitif di kulit atau


organ dalam merasakan rangsangan fisik seperti tekanan pada kulit (lihat
mekanotransduksi , nosisepsi ). Aktivasi struktur atau reseptor ini menyebabkan
aktivasi neuron sensorik perifer yang menyampaikan sinyal ke sumsum tulang
belakang sebagai pola potensial aksi . Informasi sensorik kemudian diproses
secara lokal di sumsum tulang belakang untuk menggerakkan refleks, dan juga
disampaikan ke otak untuk persepsi sentuhan dan proprioception secara sadar.
Perhatikan, informasi somatosensori dari wajah dan kepala masuk ke otak melalui
neuron sensorik perifer di saraf kranial , seperti saraf trigeminal .

9
Jalur saraf yang menuju ke otak disusun sedemikian rupa sehingga informasi
tentang lokasi stimulus fisik tetap terjaga. Dengan cara ini, neuron tetangga di
korteks serebral somatosensori di otak mewakili lokasi terdekat pada kulit atau
tubuh, menciptakan peta, yang juga disebut homunculus kortikal .

Anatomi Gray , gambar 759: saluran sensorik, menunjukkan jalur (biru) ke sumsum tulang
belakang, melalui thalamus somatosensori, ke S1 (area Brodmann 3, 1, dan 2), S2, dan BA7

4. Sistem Pengecapan
Sistem pengecapan atau indera perasa merupakan sistem indra yang ikut
bertanggung jawab terhadap persepsi rasa (flavor). Rasa adalah persepsi yang
terangsang ketika suatu zat di dalam mulut bereaksi secara kimia dengan sel
reseptor rasa yang terletak pada kuncup pengecap di rongga mulut , sebagian
besar di lidah . Rasa, bersama dengan indra penciuman dan rangsangan saraf
trigeminal (mencatat tekstur, nyeri, dan suhu), menentukan rasa makanan dan zat
lainnya. Manusia memiliki reseptor rasa pada pengecap dan area lainnya,
termasuk permukaan atas lidah dan epiglotis . Korteks pengecap bertanggung
jawab atas persepsi rasa.

Lidah ditutupi ribuan benjolan kecil yang disebut papila , yang terlihat dengan
mata telanjang .Di dalam setiap papila terdapat ratusan pengecap.

10
Pengecualiannya adalah papila filiformis yang tidak memiliki kuncup pengecap.
Ada antara 2000 dan 5000 pengecap yang terletak di bagian belakang dan depan
lidah. Lainnya terletak di atap, samping dan belakang mulut, serta di
tenggorokan . Setiap kuncup pengecap mengandung 50 hingga 100 sel reseptor
rasa.

Reseptor rasa di mulut merasakan lima rasa dasar: manis , asam , asin , pahit , dan
gurih (juga dikenal sebagai gurih atau umami ). Eksperimen ilmiah telah
menunjukkan bahwa kelima rasa ini ada dan berbeda satu sama lain. Kuncup
pengecap mampu membedakan rasa yang berbeda ketika berinteraksi dengan
molekul atau ion yang berbeda. Rasa manis, gurih, dan pahit dipicu oleh
pengikatan molekul pada reseptor berpasangan protein G pada membran sel
pengecap. Rasa asin dan asam dirasakan ketika logam alkali atau ion hidrogen
bertemu dengan selera.

Rasa dasar hanya berkontribusi sebagian terhadap sensasi dan rasa makanan di
mulut—faktor lain termasuk bau , yang dideteksi oleh epitel penciuman hidung;
tekstur, terdeteksi melalui berbagai mekanoreseptor , saraf otot, dll.; suhu,
terdeteksi oleh reseptor suhu ; dan "kesejukan" (seperti mentol ) dan "panas"
( kepedasan ), melalui kemestesis .

Ketika sistem pengecapan merasakan hal-hal yang berbahaya dan bermanfaat,


semua rasa dasar membawa peringatan atau keinginan, tergantung pada efek yang
dirasakan pada tubuh. Rasa manis membantu mengidentifikasi makanan kaya
energi, sedangkan rasa pahit memperingatkan orang akan racun.

Pada manusia, persepsi rasa mulai memudar seiring bertambahnya usia , papila
lidah hilang, dan produksi air liur perlahan menurun. Manusia juga dapat
mengalami distorsi selera ( disgeusia ).

11
Pengecapan Pada Lidah

Rasa manis

Rasa manis dihasilkan oleh adanya gula , beberapa protein, dan zat lain seperti
alkohol seperti anethol , gliserol dan propilen glikol , saponin seperti glisirrhizin ,
pemanis buatan (senyawa organik dengan berbagai struktur), dan senyawa timbal
seperti timbal asetat . Hal ini sering dihubungkan dengan aldehida dan keton ,
yang mengandung gugus karbonil . [ kutipan diperlukan ] Banyak makanan yang
dianggap manis terlepas dari kandungan gula sebenarnya. Misalnya, beberapa
tumbuhan seperti akar manis , adas manis atau stevia dapat digunakan sebagai
pemanis. Rebaudioside A adalah steviol glikosida yang berasal dari stevia yang
200 kali lebih manis dari gula. Timbal asetat dan senyawa timbal lainnya
digunakan sebagai pemanis, sebagian besar untuk anggur, sampai keracunan
timbal diketahui. Orang Romawi biasa merebus musti di dalam bejana timah
untuk membuat anggur yang lebih manis. Rasa manis dideteksi oleh berbagai
reseptor berpasangan protein G yang digabungkan dengan protein G yang
bertindak sebagai perantara komunikasi antara pengecap dan otak, gustducin .
Reseptor ini adalah T1R2+3 (heterodimer) dan T1R3 (homodimer), yang berperan
dalam penginderaan manis pada manusia dan hewan lainnya.

Rasa asin

Rasa asin adalah rasa yang paling baik dihasilkan oleh adanya kation (seperti Na+

12
, K+ atau Li+) dan secara langsung dideteksi oleh masuknya kation ke dalam sel
mirip glial melalui saluran kebocoran yang menyebabkan depolarisasi sel. Kation
monovalen lainnya , misalnya amonium , NH+4, dan kation divalen dari golongan
logam alkali tanah pada tabel periodik , misalnya kalsium, Ca2+, ion, secara
umum, menimbulkan rasa pahit daripada asin meskipun ion tersebut juga dapat
melewati saluran ion di lidah.

Asam

Rasa asam adalah keasaman , dan, seperti garam, itu adalah rasa yang dirasakan
menggunakan saluran ion . Asam yang tidak terdisosiasi berdifusi melintasi
membran plasma sel prasinaps, di mana asam tersebut berdisosiasi sesuai dengan
prinsip Le Chatelier . Proton yang dilepaskan kemudian memblokir saluran
kalium, yang mendepolarisasi sel dan menyebabkan masuknya kalsium. Selain
itu, reseptor rasa PKD2L1 ditemukan terlibat dalam rasa asam.

Kepahitan

Penelitian telah menunjukkan bahwa TAS2R (reseptor rasa, tipe 2, juga dikenal
sebagai T2R) seperti TAS2R38 bertanggung jawab atas kemampuan merasakan
zat pahit pada vertebrata. [Mereka diidentifikasi tidak hanya berdasarkan
kemampuannya merasakan ligan pahit tertentu, tetapi juga berdasarkan morfologi
reseptor itu sendiri (terikat permukaan, monomer).

Rasa gurih

Asam amino asam glutamat bertanggung jawab atas rasa gurih, tetapi beberapa
nukleotida ( asam inosinat dan asam guanilat) dapat bertindak sebagai pelengkap,
meningkatkan rasa. Asam glutamat berikatan dengan varian reseptor berpasangan
protein G, menghasilkan rasa gurih .

5. Sistem Penciuman
Sistem penciuman, atau indera penciuman, adalah sistem sensorik yang digunakan
untuk mencium ( penciuman ). Penciuman merupakan salah satu indra khusus

13
yang berhubungan langsung dengan organ tertentu. Sistem penciuman utama
mendeteksi zat-zat di udara, sedangkan sistem aksesori merasakan rangsangan
fase cairan.

Indra penciuman dan pengecapan ( sistem pengecapan ) sering disebut bersama


sebagai sistem kemosensori , karena keduanya memberikan informasi kepada otak
tentang komposisi kimia suatu benda melalui proses yang disebut transduksi .

Komponen sistem penciuman

Perifel

Sistem penciuman perifer terutama terdiri dari lubang hidung , tulang ethmoid ,
rongga hidung , dan epitel penciuman (lapisan jaringan tipis yang ditutupi lendir
yang melapisi rongga hidung). Komponen utama lapisan jaringan epitel adalah
selaput lendir , kelenjar penciuman , neuron penciuman , dan serabut saraf saraf
penciuman.

Molekul bau dapat masuk ke jalur perifer dan mencapai rongga hidung baik
melalui lubang hidung saat menghirup ( olfaksi ) maupun melalui tenggorokan
saat lidah mendorong udara ke belakang rongga hidung saat mengunyah atau
menelan (retro-nasal olfaction). Di dalam rongga hidung, lendir yang melapisi
dinding rongga melarutkan molekul bau. Lendir juga menutupi epitel penciuman,

14
yang berisi selaput lendir yang memproduksi dan menyimpan lendir, dan kelenjar
penciuman yang mengeluarkan enzim metabolisme yang terdapat dalam lendir.

Transduksi

Neuron sensorik penciuman di epitel mendeteksi molekul bau yang terlarut dalam
lendir dan mengirimkan informasi tentang bau tersebut ke otak dalam proses yang
disebut transduksi sensorik .Neuron penciuman memiliki silia (rambut kecil) yang
mengandung reseptor penciuman yang mengikat molekul bau, menyebabkan
respons listrik yang menyebar melalui neuron sensorik ke serabut saraf penciuman
di bagian belakang rongga hidung .

Saraf dan serabut penciuman mengirimkan informasi tentang bau dari sistem
penciuman perifer ke sistem penciuman sentral otak, yang dipisahkan dari epitel
oleh pelat kribiform tulang ethmoid . Serabut saraf penciuman, yang berasal dari
epitel, melewati pelat kribriformis, menghubungkan epitel ke sistem limbik otak
di bulbus olfaktorius .

Pusat

Bola penciuman utama mentransmisikan sinyal ke sel mitral dan sel berumbai,
yang membantu menentukan konsentrasi bau berdasarkan waktu aktifnya
kelompok neuron tertentu (disebut 'kode waktu'). Sel-sel ini juga mencatat
perbedaan antara bau yang sangat mirip dan menggunakan data tersebut untuk
membantu pengenalan di kemudian hari. Berbeda dengan sel mitral yang memiliki
laju pengaktifan rendah dan mudah dihambat oleh sel tetangga, sedangkan sel
berumbai memiliki laju pengaktifan tinggi dan lebih sulit dihambat. Bagaimana
sirkuit saraf bulbar mengubah masukan bau ke bohlam menjadi respons bulbar
yang dikirim ke korteks penciuman sebagian dapat dipahami dengan model
matematika.

Unkus menampung korteks penciuman yang meliputi korteks piriform ( korteks


orbitofrontal posterior ), amigdala, tuberkulum penciuman, dan girus
parahippocampal.

15
6. Sistem Vestibular
Sistem vestibular , pada vertebrata , merupakan sistem sensorik yang menciptakan
rasa keseimbangan dan orientasi spasial untuk tujuan mengoordinasikan gerakan
dengan keseimbangan. Bersama dengan koklea , bagian dari sistem pendengaran ,
ini merupakan labirin telinga bagian dalam pada sebagian besar mamalia.

Karena gerakan terdiri dari rotasi dan translasi, sistem vestibular terdiri dari dua
komponen: saluran setengah lingkaran , yang menunjukkan gerakan rotasi ; dan
otolit , yang menunjukkan percepatan linier . Sistem vestibular mengirimkan
sinyal terutama ke struktur saraf yang mengontrol pergerakan mata ; ini
memberikan dasar anatomi refleks vestibulo-okular , yang diperlukan untuk
penglihatan jernih. Sinyal juga dikirim ke otot-otot yang menjaga hewan tetap
tegak dan secara umum mengontrol postur tubuh ; ini menyediakan sarana
anatomi yang diperlukan untuk memungkinkan hewan mempertahankan posisi
yang diinginkannya di ruang angkasa.

Otak menggunakan informasi dari sistem vestibular di kepala dan dari


proprioception di seluruh tubuh untuk memungkinkan hewan memahami
dinamika dan kinematika tubuhnya (termasuk posisi dan percepatannya) dari
waktu ke waktu. Bagaimana kedua sumber perseptif ini diintegrasikan untuk
menyediakan struktur dasar sensorium tidak diketahui.

Jalur saraf sistem vestibular/keseimbangan

16
Struktur

Karena dunia ini tiga dimensi, sistem vestibular berisi tiga kanal setengah
lingkaran di setiap labirin . Mereka kira-kira ortogonal (di sudut kanan) satu sama
lain, dan merupakan kanalis semisirkularis horizontal (atau lateral ), kanalis
semisirkularis anterior (atau superior ), dan kanalis semisirkularis posterior (atau
inferior ). Kanalis anterior dan posterior secara kolektif disebut kanalis
semisirkularis vertikal .

1) Pergerakan cairan di dalam kanalis semisirkularis horizontal berhubungan


dengan rotasi kepala di sekitar sumbu vertikal (yaitu leher), seperti saat
melakukan putaran .
2) Kanalis semisirkularis anterior dan posterior mendeteksi rotasi kepala pada
bidang sagital (seperti saat mengangguk), dan pada bidang frontal , seperti
saat melakukan gerakan meroda . Kanal anterior dan posterior berorientasi
sekitar 45° antara bidang frontal dan sagital.
Pergerakan cairan mendorong struktur yang disebut cupula yang berisi sel-sel
rambut yang mengubah gerakan mekanis menjadi sinyal listrik.

7. Sistem Interoseptif
Interoception adalah kumpulan indera yang memberikan informasi kepada
organisme tentang keadaan internal tubuh. Hal ini dapat terjadi secara sadar dan
tidak sadar. Ini mencakup proses otak dalam mengintegrasikan sinyal yang
diteruskan dari tubuh ke subwilayah tertentu—seperti batang otak , talamus ,
insula , somatosensori , dan korteks cingulate anterior —memungkinkan
representasi berbeda dari keadaan fisiologis tubuh. Hal ini penting untuk menjaga
kondisi homeostatis dalam tubuh dan, berpotensi, memfasilitasi kesadaran diri .

Sinyal interoseptif diproyeksikan ke otak melalui beragam jalur saraf , khususnya


dari lamina I sumsum tulang belakang sepanjang jalur spinotalamikus dan melalui
proyeksi nukleus soliter , yang memungkinkan pemrosesan sensorik dan prediksi
sinyal internal. keadaan tubuh. Kesalahpahaman tentang keadaan internal, atau
terputusnya hubungan antara sinyal tubuh dan interpretasi serta prediksi otak

17
terhadap sinyal tersebut, diduga mendasari kondisi seperti kecemasan , depresi,
gangguan panik , anoreksia nervosa, bulimia nervosa , gangguan stres pasca
trauma (PTSD), gangguan obsesif kompulsif (OCD), gangguan pemusatan
perhatian dan hiperaktivitas (ADHD), alexithymia , gangguan gejala somatik , dan
gangguan kecemasan penyakit . Definisi interoception kontemporer tidak
sinonim dengan istilah "visceroception". [Visceroception mengacu pada persepsi
sinyal tubuh yang muncul secara khusus dari organ dalam : jantung, paru-paru,
lambung, dan kandung kemih, serta organ dalam lainnya di batang tubuh. Ini
tidak termasuk organ seperti otak dan kulit. Interoception mencakup sinyal
visceral, namun lebih luas berkaitan dengan semua jaringan fisiologis yang
meneruskan sinyal ke sistem saraf pusat tentang keadaan tubuh saat ini. Sinyal
interoseptif ditransmisikan ke otak melalui beberapa jalur termasuk jalur lamina I
spinothalamic , jalur viscerosensori klasik , saraf vagus dan saraf
glossopharyngeal , jalur kemosensori dalam darah, dan jalur somatosensori dari
kulit.

Sinyal interoseptif muncul dari berbagai sistem fisiologis tubuh. Sistem yang
paling umum dipelajari adalah interoception kardiovaskular yang biasanya diukur
dengan mengarahkan perhatian terhadap sensasi detak jantung selama berbagai
tugas. Sistem fisiologis lain yang tidak terpisahkan dari pemrosesan interoseptif
termasuk sistem pernapasan , sistem gastrointestinal dan genitourinari , sistem
nosiseptif , sistem termoregulasi , sistem endokrin dan kekebalan . Sentuhan
lembut pada kulit adalah sinyal sensorik lain yang sering dimasukkan dalam
sistem pemrosesan interoseptif.

18
Interoception terlibat dalam banyak sistem fisiologis yang berbeda seperti sistem kardiorespirasi,
sistem gastrointestinal, sistem nosiseptif, endokrin dan sistem kekebalan tubuh.

2.2 Fungsi Organ Sensorik

A. Mata

Mata berfungsi sebagai indra penglihatan (fotoreseptor). Reseptor mata adalah


fovea centralis pada retina,yang merupakan lapisan mata terdalam yang peka
terhadap cahaya. Bola mata terdiri dari tiga lapisan, yakni:

19
1. Sklera (tunika fibrosa), lapisan terluar yang berwarna putih dan tidak
bening yang berfungsi Melindungi bola mata dari kerusakan mekanis dan
memungkinkan melototnya otot mata
2. Koroid (tunika vaskulosa), lapisan tengah yang mengandung pembuluh
darah dan pigmen.Pembuluh darah mensuplai nutrisi bagi mata dan
pigmen berfungsi menyerap refleksi cahaya pada mata
3. Retina (tunika nervosa), lapisan terdalam mata yang banyak mengandung
sel-sel foto reseptor, antara lain, Sel kerucut (konus), peka terhadap
intensitas cahaya tinggi dan warna. Sel konus terdiri dari sel yangpeka
terhadap warna merah, biru dan hijau. Sel konus menghasilkan iodopsin
berupa retinin untuk melihat saat terang, Sel batang (basil), peka terhadap
intensitas cahaya rendahdan tidak peka terhadap warna. Sel basil
menghasilkan rhodopsin berupa retinin dan opsin untuk melihat saat gelap.
Mata butuh adaptasi untuk memproduksi rhodopsin saat gelap
mendadak.sehingga mata mengalami kebutaan sementara. Secara umum
retina berfungsi Menerima bayangan dan untuk melihat benda
Struktur bola mata:
 Kornea adalah bagian sklera yang bening dan dilindungi oleh lapisan
konjungtiva yang melindungi komea dari gesekan. Fungsi komea adalah
memfokuskan bayangan yang masuk ke mata.
 Aqueous humor adalah cairan yang dihasilkan badan siliaris dan mengisi
bagian depan lensa. Fungsi aqueous humor adalah memberi nutrisi bagi
kornea dan lensa, dan membiaskan cahaya yang masuk ke mata
 Kanal Schlemm adalah pengatur volumeaqueous humor dengan
mengalirkannya ke pembuluh darah.
 Pupil adalah jalan masuknya cahaya ke mata.
 Iris (selaput pelangi) adalah bagian koroid yang mengatur diameter pupil
yang mempengaruhi jumlah cahaya masuk. Saat terang, iris akan
mempersempit pupil, dan saat gelap, iris akan memperlebar pupil. Otot
yang mengatur diameter pupil adalah otot sfingter (sirkuler) dan dilator
(radial)

20
Otot Sfingter Otot dilator

1. berbentuk cincin 1. berbentuk jari-jari

2. kontraksi pada tempat terang 2. kontraksi pada tempat gelap

3. mempersempit pupil (relaksasi 3. memperlebar pupil (kontraksi


iris) iris)

4. otot mata cepat lelah 4. otot mata tidak lelah.

5. dipengaruhi saraf parasimpatik 5. dipengaruhi saraf simpatik

 Lensa mata adalah lensa bikonkaf bening dari serat protein. Daya
akomodasi adalah kemampuan lensa mata untuk mengubah kecembungan
sehingga bayangan jatuh tepat pada retina.
 Badan siliari adalah kumpulan ligamen suspensor yang berfungsi
mengubah cembung-cekung lensa mata dengan kontraksi-relaksasi.
 Vitreous humor adalah cairan yang mengisi bagian belakang lensa mata
(isi bola mata). Fungsi vitreous humor adalah menjaga bentuk dan tekanan
bola mata.
 Makula lutea (bintik kuning) adalah bagian retina berpigmen kuning dan
terdapat fovea sentralisyang mengandung sel konus dan sangat peka dan
tajam dalam menerima rangsangan cahaya.
 Bintik buta adalah bagian yang tidak mengandung sel-sel fotoreseptor
Bintik buta adalah daerah awal saraf optik meninggalkan bola mata • Saraf optik
(II) adalah saraf yang mengatur indra penglihatan

21
B. Telinga

Telinga berfungsi sebagai indra pendengaran (fonoreseptor) dan pendeteksi


keseimbangan (ekuilibrium). Berikut fungsi organ:
 Daun telinga / Pinna/ Aurikula
merupakan daun kartilago ,fungsinya menangkap gelombang bunyi dan
menjalarkannya ke kanal auditori eksternal (lintasan sempit yang panjangnya
sekitar 2,5 cm yang merentang dari aurikula sampai membran timpani).
 Membran timpani (gendang telinga)
merupakan perbatasan telinga bagian luar dengan tengah. Berbentuk kerucut,
dilapisi kulit pada permukaan eksternal, dilapisi mukosa pada permukaan internal.
memiliki ketegangan, ukuran, dan ketebalan yang sesuai untuk menghantarkan
gelombang bunyi secara mekanis.
 Tulang-tulang pendengaran Secara berurutan terdiri dari tulang martil
(maleus), landasan (inkus), dan sanggurdi (stapes). Berfungsi
meneruskan getaran suara ke tingkap oval.
 Saluran Eustachius adalah saluran yang berhubungan dengan
tenggorokan yang berfungsi untuk menyeimbangkan tekanan dalam
dan luar.
 Kanal semisirkuler (saluran 1/2lingkaran). Terdiri dari tiga saluran
yang mengandung cairan endolimfe dan sel-sel reseptor keseimbangan
berupa kupu layang dipengaruhi gerakan sel rambut.
 Vestibula, terdiri dari sakulus dan utrikulus yang mengandung cairan
endolimfe dan sel-sel reseptor keseimbangan berupa makula yang
dipengaruhi gerakan otolith.

22
 Koklea adalah saluran menggulung berisi cairan limfe yang terdiri dari
tiga saluran:
 Skala vestibular, berhubungan dengan tulang sanggurdi melalui
tingkap oval.
 Skala koklea (media), berada di antara skala vestibular dan
timpani dibatasiolch membran Reissner dan membran basilar.
 Skala timpani, berhubungan dengan rongga timpani melalui
tingkap bulat. Skala vestibular dan timpani mengandung cairan
perilimfe, dan skala koklea mengandung cairan endolimfe dan
reseptor suara.
 Sarf auditori (VIII) adalah saraf yang mengatur indra pendengaran dan
keseimbangan.
C. Hidung

Hidung berfungsi sebagai indra pembau/penghiduan(kemoreseptor gas).


1. Lubang hidung
Setiap manusia mempunyai dua lubang hidung secara normal, di mana lubang
hidung tersebut berhubungan dengan rongga hidung. Dalam rongga hidung ada
rambut hidung dan juga terdapat selaput lendir, fungsinya yaitu untuk menahan
berbagai kotoran yang masuk dalam hidung, tepatnya pada waktu bernafas. Jika
terjadi kecelakaan fatal yang mengakibatkan lubang hidung menjadi kurang
terbuka, akan mengakibatkan seseorang kekurangan oksigen sebab kesulitan
bernafas, oleh karena itu biasanya dilakukan bedah plastik.

23
2. Rongga hidung
Yang kedua setelah lubang hidung, akan ada rongga hidung (seperti yang sudah
dibahas di atas), rongga hidung sendiri memiliki fungsi paling unggul dalam
saluran pernafasan manusia. Rongga hidung memanjang hingga bagian
nasofaring. Rongga hidung seseorang terbagi dalam 3 wilayah yaitu ruang depan,
daerah penciuman dan daerah pernafasan.
Wilayah penciuman berada pada puncak dari rongga hidung. Dan dilapisi dengan
sel penciuman dan reseptor penciuman.Selanjutnya wilayah pernafasan, wilayah
ini pada rongga hidung adalah bagian yang paling besar, dilapisi dengan epitel
bersilia psudeostratified. Dan di dalam epitel diselingi dengan sel goblet
mukus.Yang terakhir pada rongga hidung terdapat vestibulum yang mengacu ke
daerah sekitar pembukaan eksternal sampai dengan rongga hidung manusia.
3. Sel saraf pembau
Alasan mengapa seseorang dapat merasakan bau-bauan atau wangi-wangian
adalah karena terdapat sel saraf pembau pada indera penciumannya. Sel saraf di
hidung bertugas dalam menangkap zat kimia yang terdapat dalam udara. Sel saraf
pembau mempunyai rambut halus, di mana rambut halus ini berhubungan ke urat
saraf, dan juga bersatu menjadi saraf penciuman menuju otak. Saraf pembau di
hidung manusia berada pada bagian selaput lendir yang ada di kerang hidung atas,
permukaan hidung tengah dan rongga hidung atas.
4. Sinus
Sinus adalah 4 buah rongga yang mempunyai letak berbeda di sekitar daerah
hidung. Sinus berada pada bagian rongga samping dan atas dari hidung, dan sudah
terbentuk sejak pertama kali seseorang dilahirkan. Sementara pada bagian dahi
rongga, sinus tidak muncul hingga seseorang mencapai umur 7 tahun.
5. Tulang rawan
hidung terbentuk dari kumpulan tulang rawan, yang lentur, sehingga harus
dilindungi. Tulang rawan juga memiliki nama lain kartilago.
6. Pemisah (septum)
Di dalam hidung manusia, juga terdapat septum. Septum adalah pemisah hidung
menjadi 2 buah rongga, yang terbentuk membentang mulai dari lubang hidung
hingga tenggorokan bagian belakang.

24
D. Lidah

Lidah adalah kumpulan otot rangka pada baagian lantai mulut yang dapat
membantu pencernaan makanan dengan mengunyah dan menelan lidah dikenal
sebagai indera pengecap yang banyak memiliki struktur tunas pengecap. Melalui
penggunaan lidah kita dapat membedakan macam-macam rasa. Lidah juga turut
membantu dalam tindakan bicara. Sebagian besar lidah tersusun atas otot rangka
yang terlekat pada tulang hyoideus, tulang rahang bawah, dan processus
styloideus di tulang pelipis. Terdapat dua jenis otot pada lidah yaitu otot ekstrinsik
dan intrinsic. Lidah memiliki permukaan yang kasar karena memiliki tonjolan
yang disebut papilla. Terdapat 3 jenis papilla yaitu:
 papilla filiformis berbentuk seperti benang halus
 papilla sirkumvalata bebrbentuk bulat, tersusun seperti huruf V pada
bagian belakang lidah
 papilla fungiformis berbentuk seperti jamur
tunas pengecap adalah bagian pengecap yang terdapat di pinggir papilla, terdiri
atas dua sel yaitu sel penyokong dan sel pengecap. Sel pengecap berfungsi sebagai
reseptor sedangkan sel penyokong berfungsi untuk menopang bagian-bagian lidar
terdiri atas bagian depan, pinggir, dan belakang.
a. bagian depan lidah, berfungsi untuk mengecap rasa manis
b. bagian pinggir lidah, berfungsi mengecap rasa asin dan asam
c. bagian belakang lidah berfungsi mengecap rasa pahit lidah memiliki
kelenjar ludah yang menghasilkan air ludah dan enzim amylase (ptyalin).
Enzim ini berfungsi mengubah zat tepung (amilum) menjadi zat gula.
Letak kelenjar ludah yaitu kelenjar ludah atas terdapat di belakang telinga,
dan kelenjar ludah bawah terletak di bagian bawah lidah.

25
E. Kulit

Dengan adanya reseptor pada kulit membuat kulit memiliki peran yang sangat
penting dalam system koordinasi kulit berfungsi untuk melindungi dan menerima
rangsangan sensorik dari eksternal. Kulit sebagai alat peraba memiliki
fungsi antara lain:
1. melindungi tubuh dari gangguan lingkungan
2. tempat penyimpanan lemak
3. tempat pembentukan vitamin D dengan bantuan sinar matahari
4. membantu mengatur suhu dan mengendalikan hilangnya air dari tubuh
5. alat pengeluaran

2.3 Mekanisme akomodasi (memfokuskan mata)


Mekanisme akomodasi yaitu mekanisme yang memfokuskan system lensa dari
mata, penting untuk meningkatkan ketajaman mata. Akomodasi terjadi akibat
kontraksi atau relaksasi muskulus siliaris, kontraksi menyebabkan peningkatan
system lensa, dan relaksasi menyebabkan penurunan kekuatan.

1. Peran otot siliar

Jika otot siliar berkontraksi, jarak antara otot dan lensa berkurang, lebih khusus
adalah jarak equator lensa dan jonjot jonjot siliar berkuran→> jarak antara origo
dan inersi zonula akan mengendur, sehingga lensa yang lentur ini berubah
menjadi lebih bulat->daya refraksi bertambah karena akomodasi.

26
Untuk pengelihatan dekat

Otot siliar akan berkontraksi->serabut zonula mnegndor dan lensa bentuknya


menjadi lebih bulat yang berarti akan menambah daya refraksi.

Untuk pengelihatan jauh

Otot siliar mengendor->serabut-serabut zonula dan kapsul menegang dan bentuk


lensa menjadi lebih lonjong yang berakibat menurunnya daya refraksi.

2. Peran Lensa

Pada orang muda, lensa terdiri atas kapsul elastis yang kuat dan berisi cairan
kental yang mengandung banyak protein dan serabut-serabut transparan. Bila
lensa berada dalam keadaan relaksasi tanpa tarikan terhadap kapsulnya, maka
lensa dianggap berbentuk hampir sferis. Namun selain terdapat kapsul elastis, juga
terdapat ligamen yang sangat tidak elastis, yaitu zonula yang melekat disekeliling
lensa, menarik tepi lensa kearah bola mata. Ligamen ini secara konstan
direnggangkan oleh perlekatannya ke badan siliar pada tepi anterior koroid dan
retina.

Hal ini menyebabkan lensa relatif datar dalam keadaan mata istirahat. Tempat
perlekatan ligamen lensa di badan siliar merupakan suatu otot yang disebut otot
siliaris. Otot ini mempunyai dua perangkat serabut, yaitu serabut meridional dan
serabut circular. Serabut meridional membentang sampai peralihan kornea-sklera.
Kalau serabut ini berkontraksi, bagian perifer dari ligamen lensa tadi akan tertarik
kedepan dan bagian medialnya ke arah kornea, sehingga remangan terhadap lensa
akan berkurang sebagian. Serabut sirkular akan tersusun melingkar mengelilingi
bagian dalam mata, sehingga pada waktu berkontraksi terjadi gerakan sfingter,
jarak antar pangkal ligamen mendekat, dan sebagai akibatnya regangan ligamen
terhadap kapsula lensa berkurang. Jadi, kontraksi seperangkat serabut otot polos
dalam otot siliaris akan mengendurkan kapsula lensa, dan lensa akan lebih
cembung seperti balon karena sifat elastisitas kapsulanya. Oleh karena itu bila otot
siliaris melakukan relaksasi lengkap, kekuatan dioptri lensa akan berkurang

27
menjadi sekecil mungkin yang dapat dicapai oleh lensa. Sebaliknya bila otot
siliaris berkontraksi sekuat-kuatnya, kekuatan lensa menjadi maksimal.

3. Pengaturan akomodasi melalui saraf parasimpatis


Mekanisme akomodasi yaitu mekanisme yang memfokuskan system lensa dari
mata, penting untuk meningkatkan ketajaman mata. Akomodasi terjadi akibat
kontraksi atau relaksasi muskulus siliaris, kontraksi menyebabkan peningkatan
system lensa, dan relaksasi menyebabkan penurunan kekuatan.

Akomodasi lensa diatur oleh mekanisme umpan balik negatif yang secara
otomatis mengatur kekuatan fokal lensa untuk tingkat tajam penglihatan yang
paling tinggi. Bila mata difiksasi pada beberapa objek yang jauh, kemudian
difiksasi pada beberapa objek yang dekat, biasanya lensa akan berakomodasi
untuk tajam penglihatan maksimum dalam waktu kurng dari 1 detik. Walaupun
mekanisme pengaturan yang sebenarnya yang menimbulkan fokus mata cepat dan
akurat masih tidak jelas, beberapa gambaran mekanisme yang diketahui adalah
sebagai berikut.

Pertama, bila mata sekonyong-konyong mengubah jarak titik fiksasi, lensa selalu
mengubah kekuatannya dalam arah yang sesuai untuk mencapai fokus yang baru.
Dengan kata lain lensa tidak membuat kesalahan dan mengubah kekuatan
lensanya pada arah yang salah dalam usaha untuk mendapatkan fokus.

Kedua, petunjuk lain yang dapat membantu lensa untuk mengubah kekuatan
dalam arah yang sesuai adalah dalam hal-hal berikut ini: (1) aberasi kromatik
tampaknya penting. Dengan demikian, sinar cahaya merah difokuskan sedikit di
posterior cahaya biru, karena lensa lebih membiaskan sinar biru daripada sinar
merah. Mata tampaknya dapat mendeteksi kedua tipe sinar ini yang mempunyai
fokus lebih baik, dan mekanisme ini memberi informasi kepada mekanisme untuk
membuat lensa menjadi lebih kuat atau lebih lemah. (2) bila benda di fiksasi pada
objek yang dekat, mata juga berkonvergensi saling maju satu sama lain.
Mekanisme syaraf untuk konvergensi menimbulkan sinyal secara serentak untuk
memperkuat lensa. (3) karena fovea terletak pada lekukan lubang yang lebih

28
dalam daripada yang lainnya dari retina, maka kejelasan fokus didalam fovea
berbeda dengan kejelasan fokus pada tepi-tepinya. Telah diduga ini juga memberi
petunjuk seperti carta yang dilakukan untuk mengubah kekuatan lensa. (4) telah
dijumpai bahwa tingkat akomodasi lensa telah bergetar sedikit sepanjang waktu,
pada frekwensi sampai dua kali perdetik. Bayangan terlihat menjadi lebih jelas
bila getaran kekuatan lensa kuat diubah dalam arah yang sesuai dan menjadi lebih
lemah bila kekuatan lensa diubah dalam yang salah. Ini dapat memberi petunjuk
yang cepat seehingga kekuatan lensa perlu diubah fokus yang lebih sesuai.

Disimpulkan bahwa area korteks otak yang mengatur akomodasi terletak paralel
dengan area yang mengatur gerakan fiksasi mata, dengan integrasi akhir berupa
sinyal penglihatan dalam area 18 dan 19 korteks Brodmann dan menjalankan
sinyal motorik ke muskulus siliaris melalui pretektal dalam batang otak dan
kemudian masuk ke dalam inti Edinger Westphal.

Mekanisme akomodasi (memfokuskan mata)

Pada orang muda, lensa terdiri atas kapsul elastis yang kuat dan berisi cairan
kental yang mengandung banyak protein dan serabut-serabut transparan. Bila
lensa berada dalam keadaan relaksasi tanpa tarikan terhadap kapsulnya, maka
lensa dianggap berbentuk hampir sferis. Namun selain terdapat kapsul elastis, juga
terdapat ligamen yang sangat tidak elastis, yaitu zonula yang melekat disekeliling
lensa, menarik tepi lensa kearah bola mata. Ligamen ini secara konstan
direnggangkan oleh perlekatannya ke badan siliar pada tepi anterior koroid dan
retina. Hal ini menyebabkan lensa relatif datar dalam keadaan mata istirahat.

Tempat perlekatan ligamen lensa di badan siliar merupakan suatu otot yang
disebut otot siliaris. Otot ini mempunyai dua perangkat serabut, yaitu serabut
meridional dan serabut circular. Serabut meridional membentang sampai peralihan
kornea-sklera. Kalau serabut ini berkontraksi, bagian perifer dari ligamen lensa
tadi akan tertarik kedepan dan bagian medialnya ke arah komea, sehingga
remangan terhadap lensa akan berkurang sebagian. Serabut sirkular akan tersusun
melingkar mengelilingi bagian dalam mata, sehingga pada waktu berkontraksi

29
terjadi gerakan sfingter, jarak antar pangkal ligamen mendekat, dan sebagai
akibatnya regangan ligamen terhadap kapsula lensa berkurang.

Jadi, kontraksi seperangkat serabut otot polos dalam otot siliaris akan
mengendurkan kapsula lensa, dan lensa akan lebih cembung seperti balon karena
sifat elastisitas kapsulanya. Oleh karena itu bila otot siliaris melakukan relaksasi
lengkap, kekuatan dioptri lensa akan berkurang menjadi sekecil mungkin yang
dapat dicapai oleh lensa. Sebaliknya bila otot siliaris berkontraksi sekuat-kuatnya,
kekuatan lensa menjadi maksimal.

Pengaturan akomodasi melalui saraf parasimpatis

Otot siliaris hampir seluruhnya diatur oleh sinyal saraf parasimpatis yang
dijalarkan ke mata dari nukleus saraf kranial ketiga pada batang otak.
Perangsangan saraf parasimpatis menimbulkan kontraksi otot siliaris, yang
selanjutnya mengendurkan ligamen lensa dan meningkatkan daya bias. Dengan
meningkatnya daya bias, mata mampu melihat objek lebih dekat dibanding
sewaktu daya biasnya rendah. Akibatnya dengan memendeknya objek kearah
mata, frekwensi impuls saraf parasimpatis ke otot siliaris secara progresif
ditingkatkan agar objek dapat tetap dilihat dengan jelas.

Mekanisme akomodasi (memfokuskan mata)

Mekanisme akomodasi yaitu mekanisme yang memfokuskan system lensa dari


mata, penting untuk meningkatkan ketajaman mata. Akomodasi terjadi akibat
kontraksi atau relaksasi muskulus siliaris, kontraksi menyebabkan peningkatan
system lensa, dan relaksasi menyebabkan penurunan kekuatan

1. Peran otot siliar

Jika otot siliar berkontraksi, jarak antara otot dan lensa berkurang, lebih khusus
adalah jarak equator lensa dan jonjot jonjot siliar berkuran→> jarak antara origo

30
dan inersi zonula akan mengendur, sehingga lensa yang lentur ini berubah
menjadi lebih bulat->daya refraksi bertambah karena akomodasi.

⚫ Untuk pengelihatan dekat

Otot siliar akan berkontraksi->serabut zonula mnegndor dan lensa bentuknya


menjadi lebih bulat yang berarti akan menambah daya refraksi.

⚫ Untuk pengelihatan jauh

Otot siliar mengendor->serabut-serabut zonula dan kapsul menegang dan bentuk


lensa menjadi lebih lonjong yang berakibat menurunnya daya refraksi.

2. Peran Lensa

Pada orang muda, lensa terdiri atas kapsul elastis yang kuat dan berisi cairan
kental yang mengandung banyak protein dan serabut-serabut transparan. Bila
lensa berada dalam keadaan relaksasi tanpa tarikan terhadap kapsulnya, maka
lensa dianggap berbentuk hampir sferis. Namun selain terdapat kapsul elastis, juga
terdapat ligamen yang sangat tidak elastis, yaitu zonula yang melekat disekeliling
lensa, menarik tepi lensa kearah bola mata. Ligamen ini secara konstan
direnggangkan oleh perlekatannya ke badan siliar pada tepi anterior koroid dan
retina. Hal ini menyebabkan lensa relatif datar dalam keadaan mata istirahat.

Tempat perlekatan ligamen lensa di badan siliar merupakan suatu otot yang
disebut otot siliaris. Otot ini mempunyai dua perangkat serabut, yaitu serabut
meridional dan serabut circular. Serabut meridional membentang sampai peralihan
kornea-sklera. Kalau serabut ini berkontraksi, bagian perifer dari ligamen lensa
tadi akan tertarik kedepan dan bagian medialnya ke arah kornea, sehingga
remangan terhadap lensa akan berkurang sebagian. Serabut sirkular akan tersusun
melingkar mengelilingi bagian dalam mata, sehingga pada waktu berkontraksi
terjadi gerakan sfingter, jarak antar pangkal ligamen mendekat, dan sebagai
akibatnya regangan ligamen terhadap kapsula lensa berkurang. Jadi, kontraksi
seperangkat serabut otot polos dalam otot siliaris akan mengendurkan kapsula

31
lensa, dan lensa akan lebih cembung seperti balon karena sifat elastisitas
kapsulanya. Oleh karena itu bila otot siliaris melakukan relaksasi lengkap,
kekuatan dioptri lensa akan berkurang menjadi sekecil mungkin yang dapat
dicapai oleh lensa. Sebaliknya bila otot siliaris berkontraksi sekuat-kuatnya,
kekuatan lensa menjadi maksimal.

3Pengaturan akomodasi melalui saraf parasimpatis

PROSES AKOMODASI

 Kemampuan menyesuaikan kekuatan lensa

 Akomodasi meningkatkan kekuatan lensa untuk melihat dekat

 Pada mata normal :

 M.ciliaris relaksasi, lensa lebih pipih untuk melihat jauh.

 M.ciliaris kontraksi, lensa menjadi lebih konveks shg lebih kuat untuk
melihat dekat.

 Stimulasi simpatis → M.ciliaris relaksasi

 Stimulasi parasimpatis M.ciliaris kontraksi

BERIKUT GAMBAR BENTUK PROSES AKOMODASI

32
2.4 Proses Mendengar
Proses pendengaran adalah mekanisme yang memungkinkan kita
untuk mendengar suara. Proses ini melibatkan beberapa bagian telinga
yang bekerja secara berkesinambungan. Berikut adalah penjelasan
mengenai proses pendengaran:

1. Bagian-Bagian Telinga dan Fungsinya dalam Proses Pendengaran

Telinga manusia terdiri dari tiga bagian utama, yaitu telinga bagian
luar, tengah, dan dalam. Setiap bagian memiliki peran penting dalam
proses pendengaran. Berikut adalah penjelasan singkat mengenai masing-
masing bagian:

33
Gambar 1. Bagian-bagian auricula telinga luar. Panah menunjukkan arah tarikan
auricula yang harus dilakukan untuk meluruskan meatus acusticus externus sebelum
memasang otoskop pada orang dewasa. B, Bagian luar dan tengah telinga kanan, dilihat
dari depan. C. Membrana tympanica kanan dilihat melalui otoskop. (Sumber: Anatomi
Klinis Berdasarkan Sistem Richard S.Snell)

1. Telinga Bagian Luar

Telinga luar terdiri dari auricula dan meafus acusticus externus.


Auricula mempunyai bentuk yang khas dan berfungsi mengumpulkan
getaran udara. Terdiri atas lempeng tulang rawan elastis tipis yang ditutupi
kuiit. Auricula mempunyai otot intrinsik dan ekstrinsik, keduanya disarafi
oleh nervus facialis. Meatus acusticus externus adalah saluran berkelok
yang menghubungkan auricula dengan membrana tympanica. Meatus
acusticus externus berfungsi menghantarkan gelombang suara dari auricula
ke membrana tympanica. Rangka sepertiga bagian luar meatus adalah
cartilago elastis, dan dua pertiga bagian dalam adalah tulang, yang

34
dibentuk oleh lempeng tympani. Meatus dilapisi oleh kulit, dan sepertiga
bagian luarnya mempunyai rambut, glandula sebacea, dan glandula

ceruminosa. Glandula ceruminosa merupakan modifikasi kelenjar


keringat yang menghasilkan secret lilin berwarna coklat kekuningan.
Rambut dan 1ilin ini merupakan barier yang lengket, untuk mencegah
masuknya benda asing. Saraf sensorik yang menyarafi kulit yang melapisi
meatus berasal dari nervus auriculotemporalis dan ramus auricularis nervi
vagi. Aliran limfe menuju ke nodi parotidei superficiales, mastoidei, dan
cervicales superfi cia les. Berfungsi sebagai corong yang mengumpulkan
gelombang suara dan menyalurkannya ke gendang telinga.

2. Telinga Bagian Tengah (Cavitas Tympani)

Telinga tengah adalah ruang berisi udara di dalam pars petrosa


ossis temporalis. Cavitas tympani berbentuk celah sempii yang dilapisi
oleh membrana mucosa. Ruang ini berisi tulang-tuiang pendengaran yang
berfungsi meneruskan getaran membrana tympanica (gendang telinga) ke
perilympha telinga dalam. Di depan ruang ini berhubungan dengan
nasopharynx melalui tuba auditiva dan di belakang dengan antrum
mastoideum. Telinga tengah mempunyai atap, lantai, dinding anterior,
dinding posterior, dinding lateral, dan dinding medial. ll

 Atap dibentuk oleh lempeng tipis tulang, disebut tegmen tympani, yang
merupakan bagian dari pars petrosa ossis temporalis. Lempengini
memisahkan cavitas tympani dari meningen dan lobus temporalis cerebri
di dalam fossa cranii media.
 Lantai dibentuk di bawah oleh lempeng tipis tulang, yang mungkin
sebagian diganti oleh jaringan fibrosa. Lempeng ini memisahkan cavitas
tympani dari bulbus superior vena jugularis interna.
 Dinding anterior dibentuk di bawah oleh lempeng tipis tulang yang
memisahkan cavitas tympani dari arteria carotis interna. Pada bagian atas
dinding anterior terdapat muara dari dua buah saluran. Saluran yang lebih
besar dan terletak lebih bawah menuju ke tuba auditiva, dan yang terletak

35
lebih atas dan lebih kecil menuju ke saluran untuk musculus tensor
tympani. Septum tulang tipis, yang memisahkan saluran-saluran ini
diperpanjang ke belakang pada dinding medial, yang akan membentuk
tonjolan mirip kerang.
 Di bagian atas dinding posterior terdapat sebuah lubang besar yang tidak
beraturan, yaitu aditus ad antrum. Di bawah ini terdapat penonjolan yang
berbentuk kerucut, sempit, kecil, disebut pyramis. Dari puncak pyramis ini
keluar tendo musculus stapedius.
 Dinding lateral sebagian besar dibentuk oleh membrana tympanica.
 Dinding medial dibentuk oleh dinding lateral telinga dalam. Bagian
terbesar dari dinding memperlihatkan penonjolan bulat, disebut
promontorium, yang disebabkan oleh lengkung pertama cochlea yang ada
di bawahnya. Di atas dan belakang promontorium terdapat fenestra
vestibuli, yang berbentuk lonjong dan ditutupi oleh basis stapedis. Pada
sisi medial fenestra terdapat perilympha scalae vestibuli telinga dalam. Di
bawah ujung posterior promontorium terdapat fenestra cochleae, yang
berbentuk bulat dan ditutupi oleh membrana tympanica secundaria. pupil
sclera sudut lateral mata cornea iris plexus arteriae conjunctivae su perf
iciales margo posterior palpebrae margo anterior palpebrae Medial dari
fenestra ini terdapat perilympha pada ujung buntu scala tympani.

Kerang tulang yang berkembang dari dinding anterior meluas ke belakang


pada dinding medial di atas promontorium dan di atas fenestra vestibuli.
Kerang ini menyokong musculus tensor tympani. Ujung posteriornya
melengkung ke atas dan membentuk takik disebut processus cochleariformis.
Di sekeliling takik ini tendo musculus tensor tympani membelok ke lateral
untuk sampai ke tempat insersinya yaitu manubrium mallei. Sebuah rigi bulat
berjalan secara horizontal ke belakang, di atas promontorium dan fenestra
vestibuli dan dikenal sebagai prominentia canalis nervi facialis (berisi nervus
facialis). Sesampainya di dinding posterior prominentia ini melengkung ke
bawah di belakang pyramis

36
Gambar 2. A. Dinding lateral cavitas tympani dextra dilihat dari sisi medial, Perhatikan
letak ossicula dan antrum mastoideum. B. Dinding medial cavitas tympani dextra dilihat dari
sisi lateral. Perhatikan posisi nervus facialis di dalam canalis osseus. (Sumber : Anatomi
Klinis Berdasarkan Sistem Richard S.Snell)

37
Gambar 3. A. Cavitas tympani dan struktur yang ada di sekitarnya. Labyrinthus osseus
(B) dan membranaceus (C) (Sumber : Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem Richard S.Snell)

Terdiri dari gendang telinga (tympanic membrane) dan tulang-tulang


pendengaran (ossicles). Berfungsi untuk memindahkan getaran suara dari
gendang telinga menuju telinga bagian dalam.

3. Telinga Bagian Dalam

38
Gambar 4. Bagian-bagian telinga. (Sumber : https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5796206/3-
bagian-telinga-dan-fungsinya-dalam-proses-mendengar )

Telinga bagian dalam merupakan bagian penting dalam proses


pendengaran manusia. Telinga bagian dalam terletak di dalam tengkorak
dan terdiri dari beberapa komponen yang bekerja secara
berkesinambungan. Proses pendengaran dimulai ketika suara ditangkap
oleh telinga bagian luar, kemudian diteruskan ke telinga bagian tengah,
dan akhirnya sampai ke telinga bagian dalam.

Telinga bagian dalam terdiri dari koklea, yang memiliki bentuk


yang menyerupai siput. Koklea berperan penting dalam mengubah
gelombang suara menjadi sinyal listrik yang dapat dipahami oleh otak. Di
dalam koklea terdapat sel rambut halus yang merespons getaran suara dan
mengubahnya menjadi sinyal listrik. Sinyal listrik ini kemudian dikirim
melalui saraf pendengaran ke otak untuk diproses lebih lanjut menjadi
suara yang dapat kita dengar.

Selain berperan dalam pendengaran, telinga bagian dalam juga


memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan. Di dalam telinga

39
bagian dalam terdapat organ yang disebut dengan vestibular, yang
berfungsi untuk mendeteksi perubahan posisi dan gerakan tubuh.
Informasi dari vestibular ini dikirim ke otak untuk membantu menjaga
keseimbangan dan koordinasi gerakan.

2. Proses Mendengar

Gambar 5. Mekanisme Pendengaran (Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=jmLapknGxVo


)

Proses mendengar melibatkan beberapa tahapan yang terjadi dalam


telinga manusia. Tahapan-tahapan ini memungkinkan suara yang
ditangkap oleh telinga bagian luar dapat diubah menjadi suara yang dapat
kita dengar. Tahapan dalam mendengar dimulai ketika suara ditangkap
oleh telinga bagian luar, yaitu daun telinga (pinna) dan saluran telinga.
Gelombang suara kemudian mencapai gendang telinga (tympanic
membrane) di telinga bagian tengah, yang bergetar akibat gelombang
suara. Getaran suara kemudian diteruskan melalui tulang-tulang
pendengaran (ossicles) di telinga bagian tengah. Tulang-tulang
pendengaran memperkuat getaran suara dan meneruskannya ke koklea di
telinga bagian dalam. Di koklea, getaran suara diubah menjadi sinyal
listrik oleh sel rambut halus. Sinyal listrik ini kemudian dikirim melalui

40
saraf pendengaran ke otak untuk diproses lebih lanjut menjadi suara yang
dapat kita dengar.

Selain itu, telinga bagian dalam juga berperan dalam menjaga


keseimbangan. Di dalam telinga bagian dalam terdapat organ yang disebut
vestibular, yang berfungsi untuk mendeteksi perubahan posisi dan gerakan
tubuh. Informasi dari vestibular ini dikirim ke otak untuk membantu
menjaga keseimbangan dan koordinasi gerakan. Dengan demikian, telinga
bagian dalam tidak hanya berperan dalam pendengaran, tetapi juga dalam
menjaga keseimbangan tubuh kita.

Proses mendengar terjadi setelah suara ditangkap oleh telinga bagian


luar dan diteruskan ke bagian-bagian lain di dalam telinga. Berikut adalah
tahapan-tahapan dalam proses mendengar:

1. Suara ditangkap oleh telinga bagian luar, yaitu daun telinga (pinna) dan saluran
telinga.

2. Gelombang suara kemudian mencapai gendang telinga (tympanic membrane) di


telinga bagian tengah.

3. Gendang telinga bergetar akibat gelombang suara dan meneruskan getaran


tersebut ke tulang-tulang pendengaran (ossicles) di telinga bagian tengah.

4. Tulang-tulang pendengaran (ossicles) memperkuat getaran suara dan


meneruskannya ke koklea di telinga bagian dalam.

5. Di koklea, getaran suara diubah menjadi sinyal listrik oleh sel rambut halus.

6. Sinyal listrik kemudian dikirim melalui saraf pendengaran ke otak untuk


diproses lebih lanjut menjadi suara yang dapat kita dengar.

2.5 Pengujian Fungsi Penglihatan

41
Pemeriksaan mata harus merupakan bagian rutin dari penilaian anak secara
periodik mulai dari periode bayi baru lahir. Program uji tapis di sekolah dan
masyarakat dapat juga efektif dalam mendeteksi masalah awal. Pada 1992,
American Academy of Ophthalmology merekomendasikan uji tapis penglihatan
sebagai suatu cara mengurangi kehilangan penglihatan yang dapat dicegah. Uji ini
harus dikerjakan oleh petugas pelayanan primer selama kunjungan anak sehat.
Anak harus diperiksa oleh ahli mata bilamana kelainan okular atau defek
penglihatan yang nyata ditemukan atau bahkan dicurigai. Idealnya, setiap anak
harus mengalami pemeriksaan oftalmologi menyeluruh di suatu saat pada masa
anak awal, lebih baik pada umur 3-4 tahun; ini adalah umur genting untuk deteksi
dan penanganan ambliopia, strabismus, kelainan refraksi berat, dan banyak
gangguan lain yang bermakna.

Pemeriksaan dasar, apakah dikerjakan oleh dokter ahli anak atau ahli mata, harus
meliputi pemeriksaan ketajaman penglihatan dan lapangan penglihatan, penilaian
pupil, motili- tas dan penyejajaran okular, pemeriksaaan luar umum, dan
pemeriksaan ofthalmoskopi media dan fundus. Bila ada indikasi, biomikroskopi
(pemeriksaan lampu celah), refraksi sikloplegi, dan tonometri dilaksanakan oleh
dokter ahli mata. Pada beberapa kasus prosedur diagnostik khusus, seperti
pemeriksaan ultrasonik, angiografi fluoresein, elektroretinografi (ERG), atau uji
respons visual yang dibangkitkan (visual evoked response [VER]) juga
terindikasi.

 KETAJAMAN PENGLIHATAN

Ada banyak uji ketajaman penglihatan. Uji mana yang digunakan tergantung pada
umur dan kemampuan anak untuk bekerjasama, maupun pilihan dan pengalaman
klinikus dengan masing-masing uji. Uji ketajaman penglihatan paling umum pada
bayi adalah penilaian kemampuannya untuk memfiksasi dan mengikuti suatu
sasaran. Jika sasaran yang serasi digunakan, refleks ini dapat diperagakan pada
sekitar umur 6 minggu. Uji ini dilaksanakan dengan mendudukkan anak secara
nyaman di pangkuan pengasuh. Objek yang menarik penglihatan, biasanya

42
mainan berwarna terang, digerakkan perlahan-lahan ke kanan dan ke kiri.
Pemeriksaan mengamati apakah mata bayi berputar menengok ke objek dan
mengikuti gerakannya. Pemeriksa dapat menggunakan ibu jarinya untuk menutupi
salah satu mata bayi untuk menguji setiap mata secara terpisah. Meskipun objek
yang menimbulkan suara dapat mengganggu kemurnian rangsang visual, dalam
praktek, mainan yang menguak atau gemerincing mempertinggi kepedulian dan
perhatian bayi dalam uji.

Meskipun objek uji sering digunakan, wajah manusia adalah sasaran yang lebih
baik. Pemeriksa dapat mengeksploitasi ini dengan menggerakkan wajahnya
perlahan-lahan di depan wajah bayi. Jika gerakan serasi yang mengikuti tidak
timbul, uji harus diulangi dengan wajah pengasuh sebagai perangsang uji.

Pengukuran objektif ketajaman penglihatan biasanya dimungkinkan bila anak


mencapai usia 2,5-3 tahun. Anak pada usia ini diuji dengan menggunakan gambar
skematik atau peta yang bukan tulisan yang lain. Tiap mata harus diuji terpisah.
Adalah penting untuk menghindari anak mengintip. Pemeriksa harus memegang
penutup pada tempatnya dan mengamati anak selama pengujian. Selama
pengujian anak harus diyakinkan dan didorong, karena banyak anak merasa
terganggu oleh prosedurnya dan takut akan “nilai jelek” atau hukuman bila salah.

Uji E, di mana anak menunjuk arah huruf, adalah uji ketajaman penglihatan yang
paling luas dipakai untuk anak prasekolah. Presentasi kanan-kiri adalah lebih
membingungkan daripada presentasi atas-bawah. Dengan latihan prauji, uji ini
dapat dilaksanakan pada kebanyakan anak umur 3-4 tahun.

Peta ketajaman penglihatan Snellen model-dewasa dapat digunakan pada umur 5


atau 6 tahun jika anak mengetahui huruf. Ketajaman sebesar 20/40 biasanya
diterima sebagai normal untuk anak umur 3 tahun. Pada umur 4 tahun, 20/30
adalah biasa. Pada umur 5 atau 6 tahun, kebanyakan anak mencapai visus 20/20.

43
Nistagmus optokinetik (respons terhadap deretan sasaran yang bergerak;
nistagmus “rel kereta api”) dapat juga digunakan untuk menilai visus; ini dapat
dikalibrasi dengan berbagai ukuran sasaran (pita atau noktah) atau genderang
yang berputar pada jarak tertentu. VER, suatu metode elektrofisiologi untuk
mengevaluasi respons terhadap cahaya dan rangsang visual tertentu, seperti pita
terkalibrasi atau pola papan mainan dam, dapat juga digunakan untuk mempelajari
fungsi penglihatan pada kasus-kasus terpilih. Uji melihat memilih juga digunakan
untuk mengevaluasi penglihatan pada bayi dan anak yang tidak dapat merespons
uji ketajaman baku. Ini adalah teknik perilaku yang didasarkan pada observasi,
yang memberi pilihan, bayi lebih memilih melihat rangsangan yang berpola
dibanding dengan yang tidak berpola.

 PENILAIAN LAPANGAN PENGLIHATAN

Seperti uji ketajaman penglihatan, penilaian lapangan penglihatan harus


disesuaikan dengan umur dan kemampuan anak. Pemeriksaan lapangan
penglihatan formal (perimetri dan skotometri) sering dapat dilakukan pada anak
usia sekolah. Namun, pemeriksa sering harus mendasarkan pada teknik
konfrontasi dan menghitung jari dalam kuadran lapangan penglihatan. Pada
banyak anak hanya uji dengan menarik perhatian dapat diterapkan; pemeriksa
mengamati respons anak terhadap sasaran yang amat dikenal yang dibawa ke
dalam setiap bagian dari empat kuadran lapangan penglihatan secara bergantian.
Botol susu anak, mainan yang disukai, dan gula-gula adalah objek yang terutama
efektif untuk menarik perhatian. Bahkan metode yang demikian kasar sering
secara diagnostik dapat mendeteksi perubahan lapangan penglihatan yang
bermakna seperti hemianopsia bitemporal lesi khiasma atau hemianopsia
homonim lesi serebral.

 UJI PENGLIHATAN WARNA

Ini dapat diterapkan bilamana anak telah mampu memberi nama atau mengenali
simbol uji; ini dapat berupa angka atau X, O, segitiga, atau simbol lain. Uji

44
penglihatan warna biasanya tidak diperlukan pada anak kecil, tetapi orang tua
kadang-kadang memintanya, terutama jika anak sepertinya lamban dalam belajar
warna. Kekurang sempurnaan penglihatan warna tidak jarang pada anak laki-laki
tetapi jarang pada wanita. Kadang-kadang, ada akhroma- topsia, defek
penglihatan warna total dengan ketajaman penglihatan subnormal, nistagmus, dan
fotofobia. Kelainan dalam membedakan warna dapat merupakan tanda penyakit
saraf mata atau retina.

 PEMERIKSAAN PUPIL

Ini meliputi evaluasi reaksi langsung maupun tidak langsung terhadap cahaya,
reaksi waktu memandang dekat, dan respons terhadap penerangan yang dikurangi,
dengan mengenali ukuran dan simetri dari pupil pada semua keadaan. Perhatian
khusus perlu dilakukan untuk membedakan reaksi cahaya dari reaksi terhadap
memandang dekat; kecenderungan alami anak adalah melihat langsung pada
cahaya yang mendekat, yang menginduksi refleks memandang dekat ketika
seseorang mencoba untuk menguji hanya reaksi terhadap cahaya; karenanya,
harus diupayakan benar-benar untuk mengendalikan fiksasi. Uji lampu senter
yang diayunkan terutama berguna untuk mendeteksi defek aferen pre-khi-asma
unilateral atau asimetri pada anak.

 GERAKAN BOLA MATA

Ini diuji dengan cara anak mengikuti sasaran dalam berbagai posisi pandangan.
Gerakan tiap mata secara sendiri-sendiri (ductions) dan dua mata bersama
(version, gerakan konjugasi, dan konvergensi) dinilai. Penyejajaran dinilai dengan
simetri refleks cahaya kornea dan de- ngan respons terhadap penutupan setiap
mata bergantian.

 PEMERIKSAAN LUAR

Pemeriksaan luar dimulai dengan in-speksi umum dengan penerangan baik,


mengamati ukuran, bentuk, dan simetri orbita, posisi dan gerakan kelopak mata,

45
dan posisi serta simetri bola mata. Melihat mata dan kelopak mata dari atas
membantu dalam mendeteksi asimetri orbita, masa kelopak mata, proptosis
(eksoftalmus), dan kelainan pulsasi. Palpasi juga penting dalam mendeteksi masa
orbita dan kelopak mata.

Aparatus lakrimalis dinilai dengan mencari adanya kekurangan air mata,


kelebihan air mata (epifora), dan eritema serta. Pembengkakan di daerah kantong
atau kelenjar air mata. Kantong air mata dimassase untuk membuktikan aliran
balik bila dicurigai ada obstruksi. Adanya dan posisi pungta juga diperiksa.

Kelopak mata dan konjungtiva diperiksa khusus untuk lesi setempat, benda asing,
dan tanda radang; hilangnya dan salah arah bulu mata juga diperiksa. Bila perlu,
kelopak mata dapat dibalik dengan cara sebagai berikut:

(1) suruh penderita melihat ke bawah;

(2) pegang bulu mata dari kelopak mata atas penderita di antara ibu jari dan
telunjuk dari satu tangan;

(3) tempatkan suatu probe, suatu aplikator berujung kapas, atau ibu jari tangan
yang lain pada tepi atas dari tarsal plate; dan

(4) tarik kelopak mata ke bawah dan ke luar, balikkan di atas probe, dengan
menggunakan instrumen sebagai titik tumpu. Ketrampilan membalik kelopak
mata harus dikuasai. Benda asing biasanya tersangkut di cekungan tepat di atas
tepi kelo-pak mata dan terlihat hanya dengan membalik kelopak mata penuh.

Segmen depan mata kemudian dievaluasi dengan iluminasi setempat miring,


diperhatikan kilau dan kejernihan kornea, kedalaman dan kejernihan kamera
anterior, dan gambaran iris. Transiluminasi segmen depan membantu mendeteksi
kekeruhan dan memperlihatkan atrofi atau hipopigmentasi dari iris; tanda-tanda
ini penting bila albinisme mata dicurigai. Bila perlu, pewarna fluoresein dapat
juga digunakan untuk membantu diagnosis abrasi, ulserasi, dan benda asing.

46
 BIOMIKROSKOPI (PEMERIKSAAN LAMPU CELAH)

Ini menyajikan pandangan yang amat diperluas dari berbagai struktur mata dan
potongan optikal melalui media mata yaitu, kornea, humor aqueus, lensa, dan
korpus vitreum. Lesi tidak hanya dapat diidentifikasi tetapi juga dicari lokalisasi
kedalamannya dalam bola mata, dan resolusi itu cukup untuk memungkinkan
deteksi bahkan mengenai sel radang individu dalam aqueus dan korpus vitreum.
Dengan tambahan lensa dan prisma khusus, sudut kamera anterior dan daerah
fundus juga dapat diperiksa dengan lampu celah. Biomikroskopi sering amat
penting pada trauma dan pada pemeriksaan iritis. Ia juga membantu dalam
diagnosis berbagai penyakit metabolik pada masa anak.

 PEMERIKSAAN FUNDUS (OFTHALMOSKOPI)

Pemeriksaan ini, paling baik dikerjakan dengan pupil yang dilebarkan kecuali bila
ada kontraindikasi neurologik atau yang lain. Tropikamid (Mydria- cyl), 0,5-1%
dan fenilefrin (Neo-Synephrine), 2,5%, dianjurkan sebagai midriatika berjangka
pendek. Obat-obat ini aman pada kebanyakan anak, tetapi kemungkinan pengaruh
sistemik yang merugikan harus dikenali. Untuk bayi yang sangat kecil preparat
yang lebih encer mungkin dianjurkan. Dimulai dengan bagian belakang, diskus
dan makula, keempat quadran diperiksa secara sistematis dengan mengikuti tiap-
tiap kelompok pembuluh darah besar ke perifer. Lebih banyak fundus dapat
dilihat jika anak disuruh melihat ke atas, ke bawah, ke kanan, dan ke kiri. Bahkan
dengan seksama, hanya sejumlah terbatas dari fundus dapat dilihat dengan
ofthalmoskopi langsung atau tangan. Untuk memeriksa jauh ke perifer fundus
harus digunakan ofthalmoskopi tidak langsung, dan dilatasi penuh pupil sangat
diperlukan.

Harus dicatat bahwa, sebelum retina diperiksa, ofthamoskop digunakan untuk


memeriksa kejernihan media. Dengan penempatan lensa positif (+8 atau +10),
ofthalmoskop dapat digunakan untuk pemeriksaan luar lensa dan benda asing,
karena ia memberi pembesaran dan iluminasi yang baik.

47
 REFRAKSI

Ini menentukan keadaan rafraksi mata, yaitu, derajat terang-dekat, terang-jauh,


atau astigmatisme. Retinos kopi memberikan penentuan objektif besarnya koreksi
yang diperlukan dan dapat dilakukan pada usia berapapun. Pada anak kecil ini
paling baik dilakukan dengan sikloplegia. Perbaikan subjektif refraksi meliputi
meminta penderita untuk menentukan pilihan kekuatan dan aksis lensa koreksi;
pemeriksaan dapat dilakukan pada banyak anak usia sekolah. Refraksi dan
penentuan ketajaman penglihatan dengan menggunakan lensa koreksi yang tepat
merupakan langkah penting dalam memutuskan apakah penderita mempunyai
defek visual atau ambliopia atau tidak.

 TONOMETRI

Ini mengukur tekanan intraokular; biasanya ini dikerjakan dengan cara indentasi
dengan pengukur Schiots atau dengan cara aplanasi dengan lampu celah. Cara-
cara alternatif adalah tonometri pneumatik dan elektronik. Bila pengukuran
tekanan yang akurat diperlukan pada seorang anak yang tidak koperatif,
pengukuran ini dapat dilakukan dengan sedasi atau anestesia umum. Taksiran
kasar tekanan dapat dibuat dengan palpasi bola mata dengan jari telunjuk yang
diletakkan berdampingan pada kelopak mata di atas plat tarsus.

2.6 PENGUJIAN FUNGSI PENDENGARAN

Terdapat beberapa macam tes atau pengujian fungsi pendengaran, diantaranya:

1. Acoustic reflex measure

Tes pendengaran ini disebut juga middle ear muscle reflex (MEMR), yang
mengukur bagaimana telinga seseorang berespon terhadap suara keras. Pada

48
telinga yang fungsi pendengarannya normal, otot kecil di dalam telinga akan
mengencang ketika terdengar suara kencang. Ini disebut reflex akustik.

Selama pemeriksaan, audiologis atau petugas pemeriksaan akan meletakkan


sumbatan berbahan karet di dalam telinga Anda. Suara yang keras kemudian akan
digetarkan melalui ujungnya dan kemudian direkam dalam sebuah mesin. Mesin
akan menunjukkan kapan suara tersebut mencetuskan refleks pada telinga.

2. Pure tones test (audiometri nada murni)

Pemeriksaan ini disebut juga sebagai tes audiometri nada murni. Prosedur
pemeriksaan ini adalah sebagai berikut:

•Anda akan diberikan headphone untuk menutupi kedua telinga.

•Beberapa nada suara akan dikirimkan ke headphone.

•Pemeriksa akan mengubah nada dan volume suara beberapa kali selama
pemeriksaan. Pada satu titik, nada yang didengar mungkin akan sangat kecil dan
sulit didengar.

•Pemeriksa akan meminta kita memberikan respon bila kita mendengarkan suara.
Cara kita merespon bila kita mendengar suara adalah dengan mengangkat tangan
atau menekan tombol yang telah disediakan.

•Pemeriksaan ini bertujuan menemukan ambang suara terendah yang dapat kita
dengar pada beberapa tingkat nada.

3. Tuning Fork Test (pemeriksaan garpu tala)

Tes garpu tala dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

•Pemeriksa akan meletakkan garpu tala pemeriksaan di belakang telinga atau pada
puncak kepala Anda

49
•Pemeriksa akan memukulkan garpu tala sehingga garpu tala tersebut bergetar dan
menghasilkan suara

•Kita akan diminta memberitahukan pemeriksa ketika kita mendengar nada pada
berbagai volume atau bila kita mengarkan suara hanya pada telinga kiri, telinga
kanan, atau dapat mendengarkan pada kedua telinga dengan sama baiknya.

4. Speech and word recognition test

Pemeriksaan ini dapat menunjukkan seberapa baik kita dapat mendengarkan


bahasa yang diucapkan pemeriksa. Prosedur pemeriksaan adalah sebagai berikut:

•Anda akan diberikan headphone untuk menutupi kedua liang telinga

•Pemeriksa akan berbicara melalui headphone tersebut dan meminta Anda


mengulang beberapa kata sederhana yang diucapkannya pada beberapa volume
yang berbeda (volume tinggi, volume normal, volume rendah)

•Petugas pemeriksaan akan pada volume terendah yang mana Anda masih bisa
mengulangi kalimat yang diucapkan pemeriksa

•Pemeriksaan mungkin juga dilakukan di tempat keramaian karena kebanyakan


orang dengan gangguan pendengaran mengalami gangguan pendengaran pada
tempat ramai

5. Timpanometri

Tahap pemeriksaan timpanometri adalah sebagai berikut:

•Pemeriksa akan meletakkan sebuah alat kecil di dalam liang telinga

•Alat ini akan mendorong udara ke dalam liang telinga sehingga membuat
gendang telinga bergerak maju mundur

•Sebuah mesin (yang disebut timpanogram) akan merekam pergerakan gendang


telinga

50
•Pemeriksaan ini membantu menentukan apakah terdapat infeksi telinga atau
masalah lain seperti cairan. kotoran liang telinga

6. Otoacoustic emissions (OAE)

Otoacoustic emissions adalah tes pendengaran yang dilakukan dengan tujuan


mengetahui seberapa baik fungsi telinga bagian dalam yang disebut koklea.

Saat ada bunyi yang masuk ke telinga, koklea akan mengeluarkan suara emisi
otoakustik. Suara ini berasal dari sel-sel rambut yang bergetar akibat bunyi
tersebut.

Suara emisi inilah yang diukur pada pemeriksaan yang satu ini.

Untuk melakukan tes pendengaran OAE, berikut ini tahap-tahap yang dilakukan
dokter:

•Dokter akan menempatkan earphone atau probe kecil di telinga.

•Earphone atau probe tersebut kemudian akan mengeluarkan bunyi dan mengukur
suara balasan atau OAE yang datang dari dalam telinga

•Selama pengukuran berlangsung, pasien tidak perlu berbicara.

•Hasil pengukuran akan langsung tampak di layar.

•Tes pendengaran OAE biasanya dilakukan pada bayi baru lahir.

7. Brainstem auditory evoked response (BAER)

Brainstem auditory evoked response (BAER) adalah tes pendengaran untuk


mengevaluasi fungsi telinga bagian dalam yang disebut koklea dan bagian otak
yang berhubungan dengan kemampuan mendengar. Pemeriksaan ini disebut juga
sebagai Auditory Brainstem Response (ABR).

Biasanya, BAER dilakukan pada anak-anak yang belum bisa menjalani tes
pendengaran biasa.

51
Berikut ini tahapan yang dilakukan pada pemeriksaan BAER:

•Dokter akan memasang earphone di telinga dan meletakkan elektroda di kulit


pasien. Elektroda tersebut terhubung ke komputer.

•Elektroda akan merekam aktivitas otak saat merespon suara yang keluar dari
earphone.

•Pasien hanya perlu diam atau bahkan tidur saat pemeriksaan berlangsung.

•Hasil pemeriksaan akan langsung tampak di layar komputer.

8. Nilai Ambang Pengenalan Bicara.

Cara lain yang berguna dalam menggambarkan fungsi pendengaran adalah nilai
ambang pengenalan bicara (NPB), yang adalah tingkat intensitas paling rendah di
mana kebenaran skor yang mendekati 50% diperoleh lewat upaya mengenali kata-
kata spondee. Kata-kata spondee adalah kata-kata atau kalimat dua-suku kata yang
mempunyai tekanan yang sama pada setiap suku kata (misal, baseball, hotdog,
pancake).

Pendengar harus terbiasa dengan semua kata agar hasil uji yang benar (valid)
diperoleh. NPB harus cocok dengan rata-rata nilai ambang nada-murni pada 500,
1.000, dan 2.000 Hz, rata-rata nada-murni (RNM). NPB relevan karena sejumlah
besar dasar pemikiran untuk menilai pendengaran pada anak mencakup penentuan
adekuasi untuk perkembangan serta penggunaan bicara dan bahasa. NPB juga
berperan mencocokkan validitas evaluasi, karena anak dengan kehilangan
pendengaran nonorganik (yaitu orang yang pura- pura tuli) sering mempunyai
ketidakcocokan antara RNM dan NPB. Namun, konfigurasi audiometri dapat juga
mempe- ngaruhi hubungan NPB-RNM dan harus dipertimbangkan se- belum
menilai kemungkinan pura-pura tuli.

Serangkaian uji pendengaran dasar menyimpulkan dengan penilaian kemampuan


anak mengartikan kata-kata monosillabik (satu kata) bila disajikan pada tingkat
pendengaran yang menyenangkan. Kinerja pada uji kejelasan kata demikian

52
membantu dalam mendiagnosis banding gangguan pendengar- an, dan juga
memberikan cara seberapa baik anak melakukan ila bicara disajikan pada tingkat
kekerasan serupa dengan tingkat kekerasan yang ditemukan dalam lingkungan.

9. Evaluasi respon batang otak (brainstem evoke response evaluation)

Brainstem evoke response evaluation (BERA) mengukur saraf listrik yang


membawa suara dari telinga bagian dalam ke otak. Evaluasi respons batang otak
nantinya akan melihat apakah terdapat halangan pada saraf tersebut.

Elektroda akan ditempatkan di liang telinga dan di atas kepala Anda. Anda
kemudian akan mendengar suara klik. Setelah itu, ahli kesehatan dapat
menentukan apakah ada gangguan yang menghalangi suara dari saraf ke otak.

10. Threshold equalizing noise (TEN) test

Tes pendengaran ini memeriksa apakah ada bagian telinga Anda Anda tang tidak
dapat merespons rangsangan suara. Jika ada, bagian telinga ini disebut dengan
“zona mati” atau “dead zone”. Audiolog Anda akan menggunakan informasi dari
pemeriksaan ini untuk menentukan alat bantu dengar yang tepat untuk kondisi
Anda.

11. Tes kalimat dalam kebisingan

Sentence-in-noise (SIN) test atau uji kalimat dalam kebisingan dilakukan untuk
mengukur kemampuan Anda untuk memahami percakapan dalam lingkungan
yang bising. Hasilnya akan dibandingkan dengan kemampuan pendengaran Anda
dalam lingkungan yang tenang.

Seperti apa hasil Pengujian Fungsi pendengaran?

53
Hasil pengujian fungsi pendengaran bergantung dari jenis uji pendengaran yang
seseorang jalani, yaitu:

1. Acoustic reflex measure

Pada pemeriksaan ini, seseorang diinterpretasikan mengalami gangguan


pendengaran bila butuh suara intensitas sangat tinggi untuk mencetuskan refleks
pada telinga.

2. Pure-tone test

Tes ini dilakukan untuk menentukan ambang suara terendah yang masih dapat
Anda dengar. Hasil pemeriksaan pure-tone test antara lain sebagai berikut:

Fungsi pendengaran normal: ambang pendengaran <25 dB

Gangguan pendengaran ringan: ambang pendengaran 25-40 dB (desibel)

Gangguan pendengaran sedang: ambang pendengaran 41-65 dB

Gangguan pendengaran berat: ambang pendengaran 66-90 dB

Gangguan pendengaran sangat berat: ambang pendengaran >90 dB

3. Tuning fork test (tes garpu tala)

Berdasarkan dimana posisi garpu tala diletakkan dan bagaimana respon Anda,
pemeriksaan ini dapat menunjukkan apakah terdapat gangguan pendengaran pada
satu atau kedua sisi telinga. Pemeriksaan ini juga dapat menunjukkan apakah
gangguan pendengaran yang seseorang alami adalah gangguan pendengaran
konduktif atau sensorineural.

Terdapat 2 macam pemeriksaan garpu tala, yaitu tes rinne dan weber.
Pemeriksaan rinne bertujuan membandingkan konduksi udara dibandingkan
konduksi tulang pada telinga. konduksi udara terjadi melalui udara di dekat liang
telinga dan melibatkan liang dan gendang telinga. Hasil pemeriksaan rinne adalah
sebagai berikut:

54
Fungsi pendengaran normal yaitu bila fungsi konduksi udara dua kali lebih tinggi
dibandingkan waktu konduksi tulang. Dengan kata lain, bila fungsi pendengaran
Anda normal, maka ketika garpu tala diletakkan pada bagian belakang telinga dan
sudah tidak terdengar lagi dan ketika dipindahkan ke bagian depan telinga suara
garpu tala tersebut masih terdengar (2 kali lebih panjang)

•Gangguan pendengaran sensorineural: hasil pemeriksaan tes rinne hampir sama


dengan orang yang fungsi pendengarannya normal, namun biasanya tidak
sepanjang pada yang fungsi pendengarannya normal

•Gangguan pendengaran konduktif: pada kondisi ini, konduksi tulang lebih


panjang dibandingkan konduksi udara. Maksudnya adalah ketika garpu tala
digetarkan dan sudah tidak terdengar ketika diletakkan di bagian belakang telinga,
kemudian diletakkan lagi di bagian telinga depan, suara garpu tala tersebut tidak
terdengar lagi.

Pada pemeriksaan weber yang diperiksa adalah bagaimana fungsi persarafan


telinga. Hasil tes weber adalah sebagai berikut:

•Fungsi sensorineural pendengaran normal bila pada saat garpu tala diletakkan di
puncak kepala seseorang akan menghasilkan suara yang simetris di telinga kanan
dan kiri

•Gangguan pendengaran konduktif bila suara lebih kencang pada sisi telinga yang
mengalami masalah dibandingkan telinga yang sehat

•Gangguan pendengaran sensorineural bila suara lebih kejang pada sisi telinga
yang sehat dibandingkan telinga yang mengalami masalah.

4. Speech and recognition test

Pemeriksaan ini bertujuan menentukan seberapa peka dan baik telinga Anda
mendengarkan dan mengenali suara yang diucapkan pembicara.

5. Timpanometri

55
Pemeriksaan ini menentukan apakah terdapat masalah pada liang telinga seperti
ada tidaknya cairan, penumpukan kotoran telinga, atau lubang pada gendang
telinga. Hasil pemeriksan timpanometri yang normal antara lain:

•Tidak terdapat cairan pada telinga tengah

•Gendang telinga bergerak secara normal

Tekanan di telinga tengah normal

•Pergerakan tulang bagian dalam telinga (osikel) normal

•Tekanan normal di telinga tengah: +50 s/d -200 daPa

•Hasil timpanometri dikatakan tidak normal bila:

Terdapat cairan di telinga tengah

•Perforasi gendang telinga

•Perlukaan pada gendang telinga

•Tekanan telinga tengah melebihi normal

•Terdapat kotoran yang menyumbat liang telinga

•Gangguan mobilitas/pergerakan tulang di telinga tengah

6. Otoacoustic emissions (OAE)

Hasil tes pendengaran OAE dikatakan normal apabila ada emisi suara yang
terdeteksi saat pemeriksaan. Pada orang dengan gangguan pendengaran yang tidak
bisa mendengar suara mulai dari 25-30 desibel, maka emisi atau pantulan suara
tersebut tidak akan diproduksi.

7. Brainstem auditory evoked response (BAER)

Hasil pemeriksaan BAER akan keluar dalam bentuk cetakan kertas yang
menunjukkan grafik aktivitas otak setiap pasien mendengar suara. Apabila garis
pada grafik terlihat datar, maka tandanya tidak ada respon dari otak dan itu
mengindikasikan adanya gangguan pendengaran.

56
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kedua sistem ini merupakan bagian penting dari kemampuan manusia untuk
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Sistem penginderaan penglihatan
memungkinkan kita untuk melihat dan memproses informasi visual, sedangkan
sistem penginderaan pendengaran memungkinkan kita untuk mendengar dan
memproses informasi auditif.

Dalam makalah ini, telah dibahas tentang macam macam organ sensori dan fungsi
dari kedua sistem sensori ini.Selain itu, makalah ini juga membahas tentang
proses akomodasi,proses dari mendengar dan juga pengujian fungsi penglihatan
dan pendengaran. Dalam kesimpulannya, makalah ini menekankan pentingnya
menjaga kesehatan dan merawat kedua sistem sensori ini. Dengan menjaga
kesehatan mata dan telinga, kita dapat memaksimalkan kemampuan penglihatan
dan pendengaran kita, serta meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.

57
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai