Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH BIOMEDIK (ANATOMI & FISIOLOGI)

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM SARAF

DOSEN PENGAMPUH :

Dr. Asnia Zainuddin, M.Kes.

DISUSUN OLEH :

Fitra sawfla insani (J1A122029)


Fitri Hajra Pandiana (J1A122030)
Galang (J1A122031)
Hajratul Asfa (J1A122032)
Hajratul Laila (J1A122033)

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ANATOMI FISIOLOGI
SISTEM SARAF” tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas Ibu Dosen Dr. Asnia Zainuddin, M.Kes. dalam mata kuliah
Biomedik (Anatomi & Fisiologi). Selain itu, makalah ini pula bertujuan untuk menambah
wawasan tentang pengertian system saraf, mekanisme kerja neutron, sistem Anatomi saraf
pusat ( otak dan medulla spinalis ), karakteristik sistem saraf pusat, mekanisme kerja sistem
saraf pusat, cara kerja anatomi sistem saraf tepi( neuron motorik dan sensorik ), karakteristik
sistem saraf tepi, mekanisme kerja saraf tepi, dan jenis-jenis penyakit yang berkaitan dengan
sistem saraf bagi para pembaca dan bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dosen Dr, Asnia Zainuddin, M.Kes.
selaku dosen yang telah memberikan tugas ini, sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih
pada seluruh pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kamidapat
menyelesaikan tugas makalah ini.

Kami menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Kendari, 20 September 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .......................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................1
1.3 Tujuan ...................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem Saraf ........................................................................................ 3


2.2 Mekanisme Kerja Neutron ..................................................................................... 4
2.3 Sistem Anatomi Saraf Pusat (Otak dan Medula spinalis) .................................... 6
2.4 Karakteristik Sistem Saraf Pusat............................................................................ 9
2.5 Mekanisme Kerja Sistem Saraf Pusat .................................................................... 12
2.6 Cara Kerja Anatomi Sistem Saraf Tepi (Neuron Motoric dan Sensoric) .............. 14
2.7 Karakteristik Sistem Saraf Tepi ............................................................................ 14
2.8 Mekanisme Sistem Saraf Tepi ............................................................................... 16
2.9 Jenis-Jenis Penyakit Yang Berkaitan Dengan Sistem Saraf .................................. 20

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 22


3.2 Saran .................................................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tubuh manusia merupakan satu kesatuan dari berbagai sistem organ. Suatusistem organ
terdiri dari berbabagai organ tubuh atau alat-alat tubuh. Dalammelaksanakan kegiatan
fisiologisnya diperlukan adanya hubungan atau kerjasama antara alat-alat tubuh yang satu
dengan yang lainnya. Agar kegiatan sistem-sistem organ yang tersusun atas banyak alat itu
berjalan dengan harmonis(serasi), maka diperlukan adanya sistem pengendalian atau
pengatur. Sistem pengendalian itu disebut sebagai sistem koordinas (Lita, 2006)

Tubuh manusia dikendalikan oleh sistem saraf, sistem indera, dan sistemendokrin.
Pengaruh sistem saraf yakni dapat mengambil sikap terhadap adanya perubahan keadaan
lingkungan yang merangsangnya. Semua kegiatan tubuh manusia dikendalikan dan diatur
oleh sistem saraf. Sebagai alat pengendali dan pengaturkegiatan alat-alat tubuh, susunan saraf
mempunyai kemampuan menerima rangsangdan mengirimkan pesan-pesan rangsang atau
impuls saraf ke pusat susunan saraf, danselanjutnya memberikan tanggapan atau reaksi
terhadap rangsang tersebut. Impuls saraf tersebut dibawa oleh serabut-serabut saraf (Kus
Irianto, 2004)

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan system saraf?
2. Bagaimana mekanisme kerja neutron?
3. Apa saja anatomi sistem saraf pusat ( otak dan medulla spinalis )?
4. Bagaiamana karakteristik sistem saraf pusat ?
5. Bagaiamana mekanisme kerja sistem saraf pusat ?
6. Bagaiamana cara kerja anatomi sistem saraf tepi( neuron motorik dan sensorik )?
7. Bagaiamana karakteristik sistem saraf tepi?
8. Bagaiamana mekanisme kerja saraf tepi?
9. Apa saja jenis jenis penyakit yang berkaitan dengan sistem saraf?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan system saraf
2. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme kerja neutron
3. Untuk mengetahui apa saja anatomi sistem saraf pusat (otak dan medulla spinalis)
4. Untuk mengetahui bagaiamana karakteristik sistem saraf pusat

1
5. Untuk mengetahui bagaiamana mekanisme kerja sistem saraf pusat
6. Untuk mengetahui bagaiamana cara kerja anatomi sistem saraf tepi( neuron
motorik dan sensorik )
7. Untuk mengetahui bagaiamana karakteristik sistem saraf tepi
8. Untuk mengetahu bagaiamana mekanisme kerja saraf tepi
9. Untuk mengetahui apa saja jenis jenis penyakit yang berkaitan dengan sistem
saraf

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian sistem saraf

Sistem saraf merupakan struktur pusat pengaturan yang tersusun oleh milyaran sel-sel
neuron yang berorganisasi dengan berbagai macam jaringan (Carlsson dkk, 2000). Sistem
saraf terbagi menjadi dua tipe sel, yaitu neuron dan neuroglia. Neuron merupakan stuktur
dasar dan unit fungsional pada sistem saraf (Fox, 2004). Sel neuroglia merupakan sel
penunjang tambahan neuron yang berfungsi sebagai jaringan ikat dan mampu menjalani
mitosis yang mendukung proses proliferasi pada sel saraf otak (Sloane, 2003).

Sistem saraf adalah suatu jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dansaling
berhubungan satu dengan yang lain. Sistem saraf mengkoordinasi, menafsirkandan
mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan lainnya. Sistem tubuhyang pentng
ini juga mengatur kebanyakan aktivitas system-system tubuh lainnya,karena pengaturan saraf
tersebut maka terjalin komunikasi antara berbagai system tubuh hingga menyebabkan tubuh
berfungsi sebagai unit yang harmonis. Dalam system inilah berasal segala fenomena
kesadaran, pikiran, ingatan, bahasa, sensasidan gerakan. Jadi kemampuan untuk dapat
memahami, belajar dan memberi respon terhadap suatu rangsangan merupakan hasil kerja
integrasi dari system saraf yang puncaknya dalam bentuk kepribadian dan tingkah laku
individu.Jaringan saraf terdiri Neuroglia dan Sel schwan (sel-sel penyokong)
serta Neuron (sel-sel saraf). Kedua jenis sel tersebut demikian erat dan terintergrasi satu sama
lain nya sehingga bersama-sama berfungsi sebagai satu unit. Sistem saraf merupakan suatu
struktur yang terdiri dari komponen-komponen sel saraf (neuron).

Sistem saraf bersama-sama dengan sistem hormon memelihara fungsi tubuh. Pada
umumnya sistem saraf berfungsi mengatur, misalnya kontraksi otot, perubahan alat-alat tubuh
bagian dalam yang berlangsung dengan cepat, dengan kecepatan sekresi beberapa kelenjar
endokrin. Sistem saraf pada manusia memiliki sifat mengatur yang sangat kompleks dan
khusus. Sistem syaraf menerima berjuta-juta rangsangan yang berasal dari berbagai organ.
Semua rangsangan tersebut akan bersatu untuk dapat menentukan respon apa yang akan
diberikan oleh tubuh. Sistem saraf sendiri terdiri dari otak, sumsum tulang belakang, organ-
organ sensorik, dan semua saraf yang menghubungkan organ-organ ini dengan seluruh tubuh.

3
Sistem saraf akan mengoordinasikan setiap tindakan bagian tubuh dengan
mengirimkan sinyal ke dan dari berbagai bagian tubuhnya. Bersama-sama, setiap organ ini
bertanggung jawab untuk mengendalikan tubuh dan komunikasi di antara bagian-bagiannya.
Contoh, saraf memberi tahu jantung untuk berdetak atau memberi tahu paru-paru untuk
bernapas tanpa kita sadari.

2.2 Mekanisme kerja neuron

 Struktur sel saraf neuron


Merupakan kesatuan struktural dan fungsional sistem saraf. Dalam neuron terdapat
sitoplasma yang mengandung ribosom, badan golgi, retikulum endoplasma, dan
mithokondria. Neuron terdiri dari :
a) Badan Sel
Mengandung inti sel yang besar didalamnya terdapat RNA ( Asam Ribo Nukleat)
dan sitoplasma, ini sering disebut dengan neuroplasma. Dalam badan sel terdapat juga
terdapat inti sel, mitokondria, aparat golgi, lisosom, dan badan niesel.
b) Dendrit
Merupakan kumpulan dari serabut sitoplasma. Serabut sarafnya tidak panjang dan
bercabang seperti pohon, berfungsi menerima rangsang yang datang dari ujung akson dari
neuron lain lalu meneruskannya ke badan sel.
c) Akson ( neurit)
Merupakan serabut sitoplasma tunggal. Serabut sitoplasma tunggal memiliki serabut
yang panjang dan tidak bercabang, yang berfungsi membawa rangsangan yang berasal dari
badan sel saraf ke kelenjar dan serabut – serabut saraf. Akson di bungkus oleh selubung
lemak yang disebut selubung mielin. Selubung meielin terdiri atas membran sel yang meluas
dari sel schwan. Daerah akson yang tidak diselubungi oleh mielin dinamakan Nodus Ranvier.
Nodus Ranvier berfungsi untuk mempercepat jalannya impuls dan berperan penting pada
perbanyakan impuls saraf. Titik temu antara terminal akson yang satu dengan akson yang lain
dinamakan Sinapsis, yang berfungsi untuk meneruskan rangsangan ke sel saraf lainnya. Pada
sinapsis mengeluarkan bahan kimia yang disebut neurotransmiter, yang berguna untuk
meneruskan rangsang.

4
 Penggolonogan neutron
Berdasarkan pada cara neuron memindahkan rangsangan dan posisi yang ditempatinya,
neuron dibedakan menjadi 3, yaitu:
1) Neuron Aferen (Neuron Sensori)
Bertugas menghantarkan rangsang dari organ penerima rangsang ( reseptor ) kepada
sistem saraf pusat ( otak dan sumsum tulang belakang ). Kumpulan badan sel saraf
neuron membetuk ganglion yang berlanjut ke sumsum tulang belakang atau tali spinal.
Struktur neuron sensorik yakni memiliki dendrit panjang dan neurit atau akson pendek.
2) Neuron Intermedier
Merupakan penghubung antara neuron aferen dan neuron eferen. Neuron Intermedier
terdapat di saraf pusat. Berfungsi untuk meneruskan rangsang dari aferen ke eferen
atau ke neuron intermedier yang lainnya. Memiliki struktur dendrit yang panjang dan
neurit atau akson pendek atau panjang.
3) Neuron Eferen ( Neuron Motorik )
Berfungsi untuk mengirimkan impuls atau tanggapan dari saraf pusat ke otot atau
kelenjar yang akan melakukan respons tubuh. Umumnya neuron ini menerima ragsang
dari neuron intermedier, akan tetapi ada kalanya impuls ditransmisikan langsung dari
neuron aferen ke neuron eferen. Strukturnya berupa dendrit pendek dan neurit atau
akson panjang.

 Cara kerja penghantaran rangsangan neuron


Cara penghantaran rangsangan ada dua, yaitu:
1) Lewat Sel Saraf
Impuls berjalan sepanjang akson,setelah itu membran neuron memulihkan keaadaanya
seperti semula. Selama masa pemulin ini, impuls tidak bisa melewati neuron tersebut ,
waktu ini disebutkan dengan periode refaktori..
2) Lewat Sinapsis
Impuls yang tiba pada tombol sinapsis akan menyebabkan meningkatnya permeabilitas
pada membran pra sinapsis terhadap ion Ca, kemudian ion Ca masuk dan gelombang
sinapsis smbil mengeluarkan neutransmiter kecelah sinapsis. Setelah menyampaikan
impuls, neutransmiter dihidrolisir oleh enzim yang dikeluarkan oleh membran post
sinapsis.

5
Secara skematis jalanya rangsang adalah Rangsang ---> reseptor ---> konduktor --->
efektor ---> respon (baik berupa gerakan pada otot maupun pengeluaran pada kelenjar).
Jalannya rangsang untuk gerak biasa dengan gerak refleks berbeda, jika pada gerak biasa
rangsang dibawa ke otak sebagai pusat kesadaran, maka pada gerak refleks rangsang
dibawa ke sumsum tulang belakang, ini disebabkan karena gerak refleks terjadi diluar
kesadaran manusia untuk itu otak tidak sempat merespon rangsangan, dan hanya sampai
pada sumsum tulang belakang. Jika dibuat skema alurnya sebagai berikut:
Gerak biasa: Rangsang ---> Urat saraf sensorik ---> otak ---> saraf motorik
Gerak Refleks : Rangsang ---> Saraf sensorik ---> sumsum tulang belakang --- > saraf
motorik
2.3 Anatomi sistem saraf pusat (Otak dan Medulla Spinalis )
Sistem saraf pusat adalah organ yang meliputi otak dan sumsum tulang belakang.
Keduanya merupakan organ yang sangat lunak, dengan fungsi yang sangat penting maka
perlu perlindungan. Selain tengkorak dan ruas-ruas tulang belakang, otak juga dilindungi 3
lapisan selaput meninges. Bila membran ini terkena infeksi maka akan terjadi radang yang
disebut meningitis.

Ketiga lapisan membran meninges dari luar ke dalam adalah sebagai berikut:

1. Duramater; terdiri dari dua lapisan, yang terluar bersatu dengan tengkorak
sebagai endostium, dan lapisan lain sebagai duramater yang mudah dilepaskan dari
tulang kepala. Di antara tulang kepala dengan duramater terdapat rongga epidural.
2. Arachnoid mater; disebut demikian karena bentuknya seperti sarang laba-laba. Di
dalamnya terdapat cairan yang disebut liquor cerebrospinalis; semacam cairan limfa
yang mengisi sela sela membran araknoid. Fungsi selaput arachnoidea adalah sebagai
bantalan untuk melindungi otak dari bahaya kerusakan mekanik.
3. Piamater. Lapisan terdalam yang mempunyai bentuk disesuaikan dengan lipatan-
lipatan permukaan otak.

Otak dan sumsum tulang belakang mempunyai 3 materi esensial yaitu:

1. badan sel yang membentuk bagian materi kelabu (substansi grissea)


2. serabut saraf yang membentuk bagian materi putih (substansi alba)
3. sel-sel neuroglia, yaitu jaringan ikat yang terletak di antara sel-sel saraf di dalam
sistem saraf pusat

6
Walaupun otak dan sumsum tulang belakang mempunyai materi sama tetapi susunannya
berbeda. Pada otak, materi kelabu terletak di bagian luar atau kulitnya (korteks) dan bagian
putih terletak di tengah. Pada sumsum tulang belakang bagian tengah berupa materi kelabu
berbentuk kupu-kupu, sedangkan bagian korteks berupa materi putih.

Otak mempunyai lima bagian utama, yaitu: otak besar (serebrum), otak tengah
(mesensefalon), otak kecil (serebelum), sumsum sambung (medulla oblongata), dan jembatan
varol.

1. Otak besar (serebrum)

Otak besar mempunyai fungsi dalam pengaturan semua aktivitas mental, yaitu yang
berkaitan dengan kepandaian (intelegensi), ingatan (memori), kesadaran, dan pertimbangan.
Otak besar merupakan sumber dari semua kegiatan/gerakan sadar atau sesuai dengan
kehendak, walaupun ada juga beberapa gerakan refleks otak. Pada bagian korteks otak
besar yang berwarna kelabu terdapat bagian penerima rangsang (area sensor) yang terletak di
sebelah belakang area motor yang berfungsi mengatur gerakan sadar atau merespon
rangsangan. Selain itu terdapat area asosiasi yang menghubungkan area motor dan sensorik.
Area ini berperan dalam proses belajar, menyimpan ingatan, membuat kesimpulan, dan
belajar berbagai bahasa. Di sekitar kedua area tersebut dalah bagian yang mengatur kegiatan
psikologi yang lebih tinggi. Misalnya bagian depan merupakan pusat proses berpikir (yaitu
mengingat, analisis, berbicara, kreativitas) dan emosi. Pusat penglihatan terdapat di bagian
belakang.
2. Otak tengah (mesensefalon)

Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Di depan otak tengah
terdapat talamus dan kelenjar hipofisis yang mengatur kerja kelenjar-kelenjar endokrin.
Bagian atas (dorsal) otak tengah merupakan lobus optikus yang mengatur refleks mata seperti
penyempitan pupil mata, dan juga merupakan pusat pendengaran.

3. Otak kecil (serebelum)

Serebelum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan otot yang terjadi secara
sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang merugikan atau berbahaya
maka gerakan sadar yang normal tidak mungkin dilaksanakan.

7
4. Sumsum sambung (medulla oblongata)

Sumsum sambung berfungsi menghantar impuls yang datang dari medula spinalis menuju
ke otak. Sumsum sambung juga memengaruhi jembatan, refleks fisiologi seperti detak
jantung, tekanan darah, volume dan kecepatan respirasi, gerak alat pencernaan, dan sekresi
kelenjar pencernaan.Selain itu, sumsum sambung juga mengatur gerak refleks yang lain
seperti bersin, batuk, dan berkedip.
5. Jembatan varol (pons varoli)

Jembatan varol berisi serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri dan
kanan, juga menghubungkan otak besar dan sumsum tulang belakang.

Sumsum tulang belakang atau medula spinalis adalah kumpulan serabut saraf yang
dikelilingi oleh tulang, cakram tulang rawan, ligamen, dan otot, untuk melindunginya dari
cedera dan guncangan akibat gerakan tubuh. Tulang tersebut terdiri dari 33 ruas yang disebut
dengan vertebra atau tulang belakang. Adapun sumsum tulang belakang melewati lubang di
tengah (disebut kanal tulang belakang) yang ada di setiap ruas tulang belakang.

Bentuk organ vital ini relatif silinder dengan panjang sekitar 45 cm, dan hanya sekitar dua
pertiga bagian dari total panjang ruas-ruas tulang belakang. Dari panjang tersebut, sumsum
tulang belakang dibagi menjadi empat susunan atau struktur, yaitu servikal (leher), toraks
(punggung atas), lumbal (punggung bawah), dan sakral (panggul). Di bagian paling bawah
terdapat kumpulan saraf yang menyerupai ekor kuda, yang disebut dengan cauda equina.

Sama seperti anatomi otak, di dalam sepanjang medula spinalis juga dikelilingi oleh
cairan serebrospinal dan selaput membran (meninges) yang berfungsi untuk melindungi
organ ini. Selaput meninges tersebut terdiri dari tiga lapisan yang disebut dengan dura meter,
arachnoid, dan pia meter.

Bila medulla spinalis dipotong secara horizontal, terdapat beberapa bagian di dalamnya
yang memiliki fungsi berbeda-beda. Berikut adalah beberapa bagian atau anatomi dari
sumsum tulang belakang (medula spinalis) tersebut:

1. Grey matter (Bagian abu-abu)

Grey matter merupakan bagian gelap berwarna abu-abu dan memiliki bentuk seperti
kupu-kupu yang berada di dalam sumsum tulang belakang. Bagian ini terdiri dari badan sel

8
saraf (neuron) dan sel glial serta memiliki empat ‘sayap’ yang disebut dengan tanduk. Dua
tanduk yang berada di depan (tanduk anterior atau ventral) mengandung sel saraf atau neuron
motorik yang berfungsi membawa informasi dari otak dan medulla spinalis ke otot tubuh
untuk merangsang pergerakannya. Sementara dua tanduk yang berada di belakang (tanduk
posterior atau dorsal) membawa informasi sensorik, seperti sentuhan, tekanan, atau rasa sakit,
dari tubuh kembali ke medulla spinalis dan otak.

Selain itu, ada pula yang disebut dengan tanduk lateral dan kolom intermediate yang
berperan dalam sistem saraf otonom. Meski demikian, tanduk lateral hanya ditemukan di
beberapa area sumsum tulang belakang, yaitu toraks, lumbal atas, dan sakral.

2. White matter (Bagian putih)

Grey matter di dalam medulla spinalis terbungkus oleh bagian berwarna putih, yang
disebut dengan white matter. Bagian ini berisi akson yang memungkinkan berbagai bagian
sumsum tulang belakang untuk berkomunikasi dengan baik dan lancar. Akson ini bergerak ke
dua arah. Beberapa akson yang mengarah naik berfungsi membawa sinyal dari tubuh ke otak,
sedangkan yang turun mengirimkan sinyal dari otak ke neuron yang terletak di bagian lain
dari tubuh.

Sama seperti grey matter, white matter juga dipisahkan menjadi beberapa bagian yang
disebut kolom. Keempat bagian tersebut, yaitu kolom posterior (di antara dua tanduk
posterior), kolom anterior (di antara dua tanduk anterior), dan kolom lateral (antara tanduk
posterior dan akson dari neuron tanduk anterior). Kolom posterior terdiri dari akson yang
mengarah naik, sedangkan kolom anterior dan lateral terdiri dari banyak kelompok akson
yang berbeda dari saluran yang naik dan turun, termasuk yang mengontrol sistem saraf
perifer atau tepi.

3. Saraf tulang belakang

Masing-masing bagian sumsum tulang belakang, yaitu servikal, toraks, lumbal, dan
sakral, memiliki akar saraf yang muncul di kanan dan kirinya. Akar-akar saraf ini terdiri akar
saraf ventral (anterior) yang mengandung neuron motorik, serta akar saraf dorsal (posterior)
yang mengandung neuron sensorik. Kedua macam akar saraf tersebut bersatu dan membentuk
saraf tulang belakang. Terdapat 31 pasang saraf tulang belakang yang terbagi ke dalam lima

9
bagian, yaitu delapan pasang saraf di bagian servikal (leher), 12 pasang saraf di toraks (dada),
lima pasang saraf di lumbal (perut), lima pasang saraf di sakral (panggul), serta 1 pasang
saraf lagi di yang berada di ruas tulang ekor (koksigeal).

Saraf-saraf tulang belakang inilah yang kemudian menghubungkan sumsum tulang


belakang dengan berbagai bagian di tubuh, serta menghantarkan impuls ke dan dari otak
melalui medula spinalis ke lokasi tubuh tertentu.

2.4 Karakteristik sistem saraf pusat

Struktur sistem saraf pusat terdiri dari otak besar (serebrum), otak kecil (serebelum)
dan medula spinalis, yang terletak di dalam rongga kranium dan kanalis vertebralis. Bila
diiris, serebrum, serebelum, dan medula spinalis memperlihatkan struktur berwarna putih
yang disebut substansia alba, dan struktur yang berwarna abu-abu yang disebut substansia
grisea; perbedaan hal tersebut terjadi karena perbedaan distribusi mielin.

Unit fungsional primer dari Jaringan saraf adalah sel saraf (neuron), yang berfungsi
membentuk dan menyalurkan informasi berupa impuls listrik. Sel penyokong (neuroglia)
terletak disekeliling neuron dan berjumlah lebih banyak dari pada neuron. Neuroglia pada
sistem saraf pusat terdiri dari astrosit, oligodendrosit, mikroglia, dan sel ependim. Selain
neuron dan neuroglia, pada jaringan saraf juga terdapat sel sel lain yang tidak khas, seperti sel
endotel yang menyusun dinding pembuluh darah.

Neuron memiliki bentuk yang sangat khas untuk mendukung fungsinya sebagai
pembentuk dan penyalur informasi. Bagian bagian dari neuron antara lain badan sel (soma
atau perikaryon), dendrit serta akson. Badan sel berfungsi sebagai pembentuk impuls, dendrit
sebagai penerima impuls, dan akson sebagai pembawa impuls keluar dari neuron.5
Berdasarkan jumlah dendrit dan akson, neuron diklasifikasikan menjadi neuron multipolar,
bipolar dan pseudounipolar. Neuron multipolar memiliki satu akson dan dua atau lebih
dendrit, neuron bipolar memiliki satu akson dan satu dendrit, neuron pseudounipolar berisfar
sensoris dan memiliki satu akson yang segera terbagi menjadi dua cabang.

Neuroglia berperan menyediakan lingkungan mikro yang kondusif bagia kativitas


neuron. Juluran-juluran dari kedua sel, baik neuron maupun neuroglia, membentuk suatu

10
jaringan serabut yang mengisi celah antar Syalwa Meutia | Sistem Saraf Pusat dan Perifer
neuron (interneurone space), jaringan ini dinamakan neuropil.

Astrosit merupakan makroglia yang berasal dari neuroektoderm, berbentuk seperti


bintang dengan sitoplasma yang menjulur dan bercabang-cabang, yaitu astrocyte (end) feet.
Ujung dari juluran-juluran tersebut berakhir pada berbagai struktur, antara lain pada badan sel
neuron, dendrit, sinaps, dinding pembuluh darah dan lapisan dalam dari piamater. Terdapat
dua Jenis astrosit, yaitu astrosit protoplasmik yang banyak terdapat pada substansia grisea
dan astrosit fibrous yang banyak terdapat pada substansia alba.

Oligodendrosit berukuran lebih kecil dari pada astrosit dan mempunyai juluran yang
lebih pendek dan sedikit. Oligodendrosit yang terletak disekitar badan sel neuron (pada
substansia grisea) dinamakan perineuronal satellite cells, sedangkan yang terletak disekitar
serabut saraf yang bermyelin (substansia alba) dan berjumlah lebih banyak, dinamakan
interfascicular oligodendrocytes. Sitoplasma oligodendrosit mengandung mitokondria,
retikulum endoplasmik kasar, poliribosom, aparatus golgi, mikrotubulus serta filament.

Mikroglia berbentuk pipih dan mempunyai juluran angular yang panting dan
bercabang. Mikroglia berperan dalam proses fagositik dan terdapat dengan distribusi yang
relatif sama pada substansia grisea maupun substansia alba. Sel ependim merupakan sel
neuroglia yang melapisi dinding ventrikel-ventrikel otak dan canalis sentralis pada medula
spinalis. Sel ependim berbentuk sepeti epitel kuboid atau kolumnar rendah, memiliki silip
atau mikrovili pada permukaan apikalnya, namun tidak mempunyai basal membran. Sel
ependim yang melapisi pleksus khoroideus dinamakan choroid plexus epithelium.

Secara histologis , serebrum terdiri atas 6 lapisan :

1. Lapisan molekular, terutama terdiri atas serat-serat saraf yang berasal dari sel-sel saraf
yang terdapat lapisan dibawahnya. Lapisan ini mengandung sel horizontal (canal). Sel
ini berukuran Cecil dengan bentuk pipih (gepeng) dengan akson dan dendritnya
berjalan sejajar permukaan.
2. Lapisan granular luar, terdiri atas sel piramid yang merupakan sel saraf dengan badan
sel berbentuk segitiga/piramid. Dendritnya mengarah ke lapisan molekular dan
bercabang-cabang, sementara aksonnya mengarah ke lapisan dibawahnya dan sel
stelata (sel granular) merupakan sel saraf kecil yang berbentuk poligonal. Aksonnya

11
pa jang dan mengarah kelapisan molekular, sementara dendritnya pendek dan
mengarak kelapisan di bawahnya.
3. Lapisan piramid luar, terdiri atas sel-sel piramid yang ukurannnya makin ke dalam
semakin bertambah besar. Dendritnya mengarah kelapisan molekular, sementara
aksonnya mengarah kesubstansia alba.
4. Lapisan granular dalam, terdiri atas sel stelata (sel granular) halus dan sel-sel piramid
berukuran sedang.
5. Lapisan piramid dalam atau lapisan ganglion, terdiri atas sel-sel piramid berukuran
besar yang dikenal sebagai sel Batz dan sel piramid berukuran sedang. Disamping itu,
juga terdapat sel stelata dan sel Martinotti. Sel martinet merupakan sel saraf
multipolar berukuran kecil dengan dendrit pendek yang mengarak kelapisan
diatasnya, dan aksonnya berjalan kearah lateral.
6. Lapisan multiform, terdiri atas sel-sel dengan macam-macam bentuk. Kebanyakan sel
yang terdapat pada lapisan ini adalah sel fusifom dengan dendritnya yang panjang
yang mengarah ke arah lapisan di atasnya.

Serebellum terdiri dari korteks atau subtansia grisea di sebelah luar danmedula atau
substansia alba disebelah dalam. Secara histologis, korteks serebelum terdiri atas 3 lapisan :

1. Lapisan molekular, tersusun atas sel-sel saraf berukuran kecil dengan jumlah yang
sedikit dan serat saraf tidak bermielin.
2. Lapisan purkinje, terletak diantara lapisan molekular dan lapisan granular. Lapisan ini
disusun Oleh sel-sel saraf berukuran besar dengan cabang-cabang yang ájelas yang
disebut sel purkinje.
3. Lapisan granular, Tampa padat disusun oleh sel-sel saraf berukuran kecil dengan
dendrit mengarah ke lapisan molecular.

Medula spinalis terdiri atas substansia grisea yang terdapat pada daerah berbentuk kupu-
kupu (huruf H) dan sustansia alba yang terdapat dişisi luarnya. Substansia grisea
mengandung sejumlah besar astrosit dan badan sel neuronal besar, terutama badan sel neuron
motorik (N) di kornu anterior. Mikrograf neuron motorik besar dikornu anterior
memperlihatkan inti yang besar,nucleoli yang mencolok, dan sitoplasma yang kaya akan
substansia kromatofilik (substansia nissl). Substansia alba mengelilingi substansia grisea dan
terutama mengandung oligodendrosit dan jaras akson bermielin yang berjalan disepanjang
bagian medulla. Kornu anterior medula spinalis tampak sebagai bagian sayap yang gemuk
12
yang merupakan daerah yang banyak mengandung neuron. Sel saraf yang terletak pada
daerah ini disebut sel saraf motoric. Sel ini mempunyai badan sel berbentuk polygonal. Inti
sel besar berbentuk bulat atau lonjong dengan anak inti yang jelas. Sitoplasmanya bercabang-
cabang terdiri atas satu cabang akson dan beberapa cabang dendrit. Badan sel dan dendrit
biasanya terlihat mengandung substansia nissl. Sedangkan akson tidak

2.5 Mekanisme Sistem saraf pusat

Mekanisme kerja sistem saraf pusat ada dua, yaitu gerak sadar dan gerak refleks.

Gerak sadar : Rangsangan → Reseptor → Saraf sensorik → Otak → Saraf motorik →


Efektor

Gerak refleks : Rangsangan → Reseptor → Saraf sensorik → Sumsum Tulang Belakang →

Sistem saraf pusat merupakan pusat suatu kendali dari semua mekanisme dan regulasi
pada tubuh. Sistem saraf pusat memiliki penggerak utama yaitu otak dan sumsum tulang
belakang. Tubuh memiliki dua macam gerakan dalam menghadapai rangsangan, yaitu gerak
sadar dan gerak refleks.

Berdasarkan jalannya rangsangan atau impuls, gerakan dibedakan menjadi dua yaitu :

Gerak sadar

Gerak sadar atau gerak biasa merupakan gerakan yang terjadi karena disengaja atau
disadari. Gerakan tubuh pada gerak sadar dikoordinasikan oleh otak. Ketika otak menerima
rangasangan, maka reseptor yaitu indra akan menerima kemudian disampaikan ke otak
melalui neuron sensorik. Kemudian rangsangan tersebut akan diproses oleh otak. Lalu otak
akan memberikan respon berupa efektor melalui neuron motorik. Hasilnya, efektor berupa
otot akan bergerak melaksanakan perintah otak. Contoh gerak sadar misalnya: menyapu,
menulis, mengambil makanan, berjalan.

Jalannya rangsangan pada gerak sadar adalah sebagai berikut

Rangsangan (Impuls) → Reseptor (Indra) → Saraf sensorik → Otak → Saraf motorik →


Efektor (Otot)

13
Gerak Refleks

Gerak refleks atau gerak tak sadar merupakan gerak yang tidak disengaja atau tidak
disadari. Gerakan tubuh pada gerak refleks di koordinasi oleh sumsum tulang belakang.
Perjalanan impuls pada gerak refles berlangsung sangat cepat, melewati jalur pendek (karena
dikoordinasi oleh sumsum tulang belakang dan tidak melewati otak). Gerak refleks biasanya
terjadi saat kita tiba-tiba terbentur, jatuh, menginjak duri, kelilipan atau gerakan saat
menghindari kecelakaan dan lain sebagainya.

Jalannya rangsangan pada gerak refleks adalah sebagai berikut

Rangsangan (Impuls) → Reseptor (Indra) → Saraf sensorik → Sumsum Tulang Belakang →


Saraf motorik → Efektor (Otot)

2.6 Mekanisme cara kerja sistem saraf tepi( Neuron Motorik dan Sensorik)

Sistem saraf tepi terdiri dari jutaan saraf yang saling terkait satu sama lain dari otot
hingga reseptor di seluruh tubuh. Anda bisa menganggapnya seperti suatu rangkaian kabel
listrik atau saluran telepon yang menghubungkan otak dan tubuh Anda yang memungkinkan
mereka berkomunikasi. Serat saraf itu seperti kawat yang mentransmisikan gerak ke seluruh
tubuh. Serat ini ditutupi oleh zat yang disebut myelin. Myelin melindungi serat saraf dan
membantu pengiriman pesan berjalan cepat melalui neuron.

 Saraf motorik mengkoordinasikan gerakan tubuh yang disadari yang akan langsung
merangsang otot Anda.
 Saraf sensorik bereaksi terhadap rangsangan dari luar dan memungkinkan Anda
merasakan sensasi seperti panas, dingin dan nyeri.
 Saraf otonom mengatur fungsi yang tak disengaja seperti detak jantung, berkeringat
dan pencernaan, serta mempengaruhi aktivitas organ dalam.

2.7 Karakteristik sistem saraf tepi

Sistem saraf perifer atau sistem saraf tepi merupakan sistem saraf yang
menghubungkan semua bagian tubuh dengan sistem saraf pusat. Sistem ini terdiri dari
jaringan saraf yang berada di bagian luar otak dan medulla spinalis (sumsum tulang
belakang) seperti daerah kulit, dan indra lainnya. Sistem ini juga mencakup saraf kranial yang

14
berasal dari otak, saraf spinal yang berasal dari medulla spinalis, ganglia, reseptor sensorik
yang berhubungan, dan sistem saraf otonom yang mempunyai dua divisi utama : sistem saraf
simpatis (torakolumnar) dan parasimpatis (kraniosakral) (Eser dkk, 2009).

Sistem saraf perifer terdiri atas sel-sel saraf yang berkelompok membentuk ganglion,
serabut saraf, dan badan akhir saraf.10 Saraf disusunan saraf perifer mengandung akson
motorik dan sensorik atau reseptor terletak pada organ, yang bertugas mendeteksi perubahan
lingkungan luar atau dalam tubuh, serta mengkomunikasikannya pada sistem saraf pusat
melalui saraf sensorik aferen.

Ganglion adalah kumpulan sel saraf (neuron) yang terletak diluar susunan saraf pusat.
Ganglion merupakan akumulasi kecil neuron dan sel glia penunjang yang dikelilingi oleh
kapsul jaringan ikat. Ada dua macam ganglion yaitu ganglion sensorik dan ganglion otonom.
Ganglion otonom terdiri atas ganglion simpatis dan parasimpatis. Ganglion sensorik
menerima impuls aferen yang menuju SSP. Neuron kedua rantai simpatis berada diganglion
kecil di sepanjang columna vertebralis, sedangkan neuron kedua rantai parasimpatis
ditemukan dalam ganglion yang sangat kecil yang selalu berada dekat atau di dalam organ
efektor. Pada ganglion, terdapat sel ganglion yang umunya berbentuk poligonal. Inti sel bulat
atau lonjong dengan anak inti yang jelas. Sitoplasma biasanya tidak terlihat jelas, disekitar sel
gaglion, dapat dijumpai sel satelit yang berbentuk gepeng atau kuboid. Sel-sel ini merupakan
sel penyokong serupa dengan sel neuroglia disusunan saraf pusat.

Pada serabut saraf perifer, akson diselubungi oleh sel schwann. Terdapat dua jenis
serabut saraf yaitu serabut saraf tak bermielin dan serabut saraf bermielin. Perbedaannya
adalah pada serabut saraf bermielin terdapat lapisan konsentris dari membrane plasma sel
schwann yang mengelilingi akson. Diantara sel-sel schwann yang berdekatan, selubung
myelin memperlihatkan celah kecil disepanjang akson yang disebut nodus Ranvier.

Akson dan sel schwann terselubungi di dalam lapisan jaringan ikat. Jaringan ikat
terdiri atas tiga lapisan :

1. Lapisan epineurium, merupakan lapisan jaringan ikat paling luar yang merupakan lapisan
selubung fibrosa kuat yang menyatukan semua fasikulus saraf.
2. Lapisan perineurium, membagi saraf menjadi satu atau lebih fasikulus saraf.
3. Lapisan endoneurium, yang menyelubungi masing-masing akson.

15
Badan akhir saraf dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu;

1. Badan akhir saraf yang berakhir pada epitel berupa ujung akhir saraf bebas.
2. Badan akhir saraf yang berakhir pada jaringan ikat, contohnya badan vater pacini
(pacinian corpuscle), badan meissner, dan sebagainya. Syalwa Meutia | Sistem Saraf
Pusat dan Perifer
3. Badan akhir saraf yang berakhir pada otot rangka, conto hnya cakram motoric.

2.8 Mekanisme kerja sistem saraf tepi

Mekanisme kerja system saraf tepi terbagi menjadi 3, yaitu:

1. Tranmisi sipnatik

Neuron menghasilkan dan menghantarkan potensial aksi ke neuron lain melalui


sinaps. Bentuk yang paling umum adalah sinaps yang terjadi antara akson sebuah neuron
dengan dendrit atau badan sel neuron kedua. Ketika akson mendekati sinaps, maka dapat
terjadi pe lebaran terminal (bouton terminal) atau perluasan serial yang mem bentuk
hubungan sinaps. Transmisi impuls pada sebagian besar sinaps melibatkan pelepasan dari
neurotransmiter (Groot,1997).

Pada keadaan istirahat dan tidak dirangsang, sebuah serabut sa raf berada terpolarisasi
dengan perbedaan potensial sekitar -80 Mv de ngan bagian dalam lebih negatif daripada
bagian luar. Potensial membran istirahat ini disebabkan oleh difusi ion natrium dan kalium
melalui kanal pada membran plasma dan dipertahankan oleh pompa Natrium-Kalium (Na-K)
dengan melibatkan transpor aktif yang membutuhkan Adenosine Tri Phospate (ATP)
(Snell,2006).

Sebuah potensial aksi dimulai oleh sebuah stimulus yang adekuat pada permukaan
neuron pada segmen inisial akson yang merupakan bagian akson yang paling peka. Stimulus
mengubah permeabilitas membran terhadap ion Na sehingga ion Na masuk ke akson dengan
cepat. Ion-ion positif diluar aksolema berkurang dengan cepat hingga mencapai nol disebut
dengan depolarisasi. Potensial istirahat -80 mV dengan bagian luar membran lebih positif
daripada bagian dalam, potensial aksi sekitar +40 mV dengan bagian luar membran lebih
negatif daripada bagian dalam. Potensial aksi saat ini bergerak sepanjang serabut saraf, ion
Na yang masuk kedalam akson berkurang dan permeabilitas aksolema terhadap ion K

16
meningkat. Sekarang ion K berdifusi keluar akson dengan cepat sehingga potensial membran
istirahat kembali seperti semula ion Na keluar akson dan ion K kedalam akson. Per mukaan
luar aksolema kembali lebih positif daripada permuka an dalamnya (Hackett ,1992).
Kecepatan konduksi epatan konduksi serabut saraf sebanding dengan daerah
penampang melintang akson, serabut saraf yang lebih tebal menghantarkan araf lebih cepat
daripada yang berdiameter lebih kecil. Serabut motorik besar (serabut alfa) dapat mencapai
kecepatan 70-120 meter per detik. Pada serabut saraf yang bermielin, selubung mielin
berfungsi sebagai insulator. Akibatnya serabut saraf bermielin hanya dapat distimulasi pada
nodus ranvier tempat akson terbuka dan po tensial aksi melompat dari satu nodus ke nodus
berikutnya (saltatory conduction). Mekanisme ini lebih cepat daripada mekanisme kon duksi
pada saraf yang tidak bermielin (Ganong,2003).

Neurotransmiter yang digunakan untuk melanjutkan impuls ke otot skletal adalah


asetilkolin. Asetilkolin dibentuk dalam mitokondria dari persenyawaan kolin dan asetil-koA,
dengan bantuan asetil kolin transferase. Asetil kolin disimpan dalam vesikel sinaptik pada
ujungujung saraf. Bila suatu impuls sampai pada membran presinaptik maka permeabilitas
dari membran tersebut akan bertambah untuk Ca++. Infl uks dari Ca++ ini menyebabkan
terlepasnya asetilkolin di dalam celah sinap tik. Dalam waktu singkat asetilkolin itu dapat
sampai pada membran postsinaptik dan diterima oleh reseptor tertentu. Tertangkapnya
asetilkolin oleh membran postsinap itu menyebabkan permeabilitas dari membran itu
bertambah untuk ion Na dan K. Meningkatnya ion Na di dalam otot akan menimbulkan
depolarisasi yang kemudian meluas keseluruh otot dan terjadilah kontraksi otot. Asetilkolin
kemudian diuraikan oleh asetilkolinesterase menjadi kolin dan asetat, sehingga membran post
sinaptik itu menjadi sensitif kembali terhadap rangsang yang berikutnya. Selain
neurotransmiter utama, dari membran prasinaps ke celah sinaps juga dikeluarkan zat-zat yang
mampu memodulasi dan memodifi kasi aktivitas neuron postsinaps dan disebut neuromo
dulator, seperti: asetilkolin (muskarinik), serotonin, histamin, neuropeptida, dan adenosin.
Fungsi neuromodulator ini menguatkan, memperpanjang, menghambat atau membatasi efek
neurotransmiter utama di membran postsinaps (Ngoerah,1991; Ganong,2003).

Inhibisi presinaptik dan postsinaptik biasanya disebabkan oleh adanya perangsangan


pada sistem tertentu yang bersinap konvergen pada suatu neuron post sinaptik (inhibisi
aferen). Neuron-neuron juga dapat menghambat dirinya sendiri dalam bentuk umpan balik
negatif (inhibisi umpan balik negatif). Setiap neuron motorik spinal biasanya memberikan

17
satu cabang kolateral yang bersinap dengan interneuron inhibisi yang bersinap di badan sel
neuron spinal itu dan neuron motorik spinal lain. Neuron inhibisi itu dinamakan sel Renshaw,
sesuai nama penemunya. Neurotransmiter yang digunakan dalam si naps sel Renshaw dengan
sel motoneuron adalah Gamma Amino Butiric Acid (GABA). GABA ini dibentuk di dalam
mitokondria dari sel

Renshaw dan disimpan dalam vesikel sinaptik pada ujung-ujung akson sel itu. Bila
ada impuls yang sampai pada ujung akson, maka GABA dilepas dicelah sinap dan
menyebrang ke membran postsinap. GABA menambah permeabilitas dari membran
postsinaptik, tapi hanya bagi ion kalium dan tidak bagi ion natrium. Kadar kalium dalam sel
otot akan menurun sehingga potensial membran dari otot itu akan meningkat
(hiperpolarisasi). Impuls yang berasal dari neuron motorik meng giatkan interneuron inhibisi
untuk melepaskan mediator inhibisi, yang memperlambat atau menghentikan pelepasan
impuls dari neu ron motorik. Inhibisi presinaptik yang disebabkan oleh adanya jalur desenden
yang berakhir di jalur aferen kornu dorsalis mungkin ber peran dalam pengaturan gerbang
pada transmisi nyeri (Ganong,2003).

Setiap serabut saraf bermielin alfa besar yang masuk ke otot rang ka bercabang-
cabang dan selanjutnya berakhir pada sambungan neuromuskular atau motor end plate.
Impuls saraf (potensial aksi) mencapai membran prasinaps motor end plate, membuka kanal-
kanal voltage gate calcium (Ca) yang memungkinkan ion Ca masuk kedalam akson. Keadaan
ini menstimulasi penggabungan beberapa vesikel sinaptik yang menyebabkan pelepasan
asetilkolin ke celah sinap. Ji ka saraf tepi campuran terganggu, hanya otot yang dipersarafi
oleh saraf ini yang mengalami paralisis, dan paralisis akan berhubungan dengan gangguan
sensorik yang disebabkan oleh interupsi serat aferen. Paralisisnya bersifat fl aksid. Otot tidak
hanya paralisis, tapi juga hipotonik dan arefl eks, karena interupsi dari refl eks regangan
mono sinaptik. Atrofi dari otot yang paralisis dimulai setelah beberapa minggu,
menggambarkan bahwa sel kornu anterior mempunyai pengaruh pada serat otot, yang
merupakan dasar dalam mempertahankan fungsi otot normal. Dengan menggunakan
Electromyography (EMG) untuk menilai kerusakan, memungkinkan untuk menentukan
apakah kornu ante rior, radiks anterior, pleksus atau saraf tepi yang terlibat (Snell, 2006).

18
2. Lengkung Refleks Refleks Monosinaptik (Refleks Regang)

Refleks adalah suatu respons involunter terhadap suatu stimulus. Refleks bergantung pada
keutuhan lengkung refl eks. Dalam bentuk yang paling sederhana, sebuah lengkung refleks
terdiri dari struktur anatomi: organ reseptor, neuron aferen, neuron efektor dan organ efektor.
Lengkung refleks seperti ini hanya memiliki satu sinaps di sebut lengkung refleks
monosinaptik. Bila suatu otot rangka dengan persarafan yang utuh diregangkan maka akan
timbul kontraksi yang disebut refl eks regang. Rangsangannya adalah regangan pada otot dan
responsnya berupa kontraksi otot yang diregangkan. Reseptornya ada lah kumparan otot
(muscle spindle). Impuls yang timbul akibat peregang an dihantarkan ke SSP melalui serat
saraf sensorik cepat yang langsung bersinap dengan neuron motorik otot yang teregang
(Ganong, 2003).

Beberapa persarafan segmental menimbulkan refl eks otot sederhana yaitu: refl eks
tendon biceps brakhii C5-6 (fl eksi sendi siku), refl eks tendon triceps C7-8 (ekstensi sendi
siku), refl eks abdominalis superfi sial atas (T6-7), tengah (T8-9), bawah (T10-12), refl eks
tendon patella (KPR) L2,3,4 (ekstensi sendi lutut), refl eks tendon achilles (APR) S1-2
(plantar fl eksi) (Duus,1996).

Serat otot ekstrafusal berada dalam panjang yang tetap selama istirahat. Bila otot
teregang, demikian juga gelendong otot, maka ujung saraf anulospiral segera bereaksi
terhadap peregangan dengan mengirimkan potensial aksi ke motoneuron besar dalam medulla
spinalis melalui serat aferen Ia konduksi cepat dan serat eferen tebal alfa1 yang konduksinya
juga cepat ke otot ekstrafusal. Begitu otot berkontraksi, maka panjang asalnya akan kembali.
Setiap regangan otot akan segera mencetuskan mekanisme ini. Dengan dikirimnya impuls
keneuron kornu anterior, perangsangan ini segera menyebabkan kontraksi singkat. Arkus
refleks melibatkan tidak lebih dari 1 atau 2 segmen medulla spinalis, sehingga merupakan
nilai diagnostik yang nyata dalam menentukan lokasi cedera (Duus, 1996).

3. Refleks Polisinaptik: Refleks Fleksor (Withdrawal Reflex)

Jalur refleks polisinaps bercabang secara kompleks dan jumlah sinaps di tiap cabang
bermacam-macam. Refleks fleksor merupakan refleks polisinaps khas yang terjadi sebagai
jawaban terhadap rangsang nosiseptif dan biasanya nyeri di kulit, jaringan subkutan serta
otot. Respons yang timbul berupa kontraksi otot fleksor dan inhibisi otot ekstensor, sehingga

19
bagian yang terkena melakukan fleksi dan tertarik dari rangsang tersebut. Respons ekstensor
menyilang (crossed extensor response) merupakan bagian dari refleks fleksor. Refleks
ekstensor silang menunjukkan stimulasi aferen pada lengkung refl eks menyebabkan fleksi
pada ekstremitas ipsilateral dan ekstensi pada ekstremitas sisi kontralateral (Ganong, 2003).

Berjalan di atas batu yang tajam dan runcing akan menyebabkan rasa sakit yang
segera menimbulkan gerakan terprogram. Kaki yang tangkas diangkat (fleksi) dan berat
badan dipindahkan ke tungkai lain. Perpindahan segera akan menyebabkan jatuh bila otot-
otot tubuh, bahu, leher dan lengan tidak segera mengkompensasi ketidak seimbangan dan
memastikan posisi tegak dari tubuh. Peristiwa ini membutuhkan sirkuit yang agak rumit di
medula spinalis yang berhubungan dengan daerah di pusat otak dan serebelum. Seluruh
urutan ini terjadi dalam waktu 1 detik, dan tidak terjadi sampai terasa adanya nyeri. Bagian
impuls dari otot, tendon, sendi dan jaringan yang lebih dalam, menuju serebelum melalui
traktus spinoserebelaris (Duus,1996).

Suatu refleks yang dibangkitkan pada satu sisi tubuh akan menyebabkan reaksi yang
berlawanan pada ekstremitas sisi kontralateral. Refl eks ekstensor silang menunjukkan
stimulasi aferen pada leng kung refl eks, menyebabkan fl eksi pada ekstremitas ipsilateral dan
ekstensi pada ekstremitas sisi kontralateral (Duus,1996).

2.9 Gangguan penyakit yang terjadi pada sistem saraf

1. Stroke
Stroke adalah kematian sel-sel otak disertai fungsinya karena terganggunyaaliran
darah di otak. Penyakit ini seringkali disebabkan oleh tekanan darahtinggi
yangmenyebabkan pecahnya pembuluh darah di otak. Selain itu,atheroskeosis juga
dapat menyebabkan penyumabatan pembuluh darah diotak. Gejala penyakit ini
bervariasi bergantung pada hebatnya stoke dan daerah otak yang terkena, misalnya
pusing-pusing, sulit bicara, tidak melihat, pingsan, lumpuh sebelah, bahkan kematian.
2. Tumor Otak
Stroke Stroke adalah kematian sel-sel otak disertai fungsinya karena saraf,maupun
jaringan penyokongnya. Adanya pertumbuhan tersebutmengakibatkan berbagai
gangguan, mulai dari pusing-pusing, kesulitan berjalan, kehilangan memori/ingatan,
sampai kematian.

20
3. Ayan (Epilepsi)

Penyakit ini ditandai dengan timbulnya kejang-kejang yang tidak terkendali. Penderita
epilepsy tidak diperkenankan berada di dekat lokasi yang berbahaya, seperti tepian
sungai, sumur, dan telaga. Bila berada di lokasitersebut dan mengalami kekambuhan,
dikawatirkan akan tenggelam karenatidak mampu mengendalikan gerakan tubuhnya.
Belum ada sebab yang jelasmengapa penyakit ini bis timbul, namun melihat gejala
kejang tersebut,diduga ada gangguan pada otak daerah motorik yang mengatur
gerakan tubuh.

21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Sistem saraf adalah suatu jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan saling
berhubungan satu dengan yang lain. Sistem saraf mengkoordinasi, menafsirkan dan
mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan lainnya. Sel saraf terdiri atas
milyaran sel neuron dan sel pendukung (neuroglia). Berdasarkan fungsinya, neuron dapat
dibagi menjadi neuron sensorik, motorik dan konektor. Berdasarkan bentuknya, neuron dapat
dibagi menjadi neuron unipolar, bipolar dan multipolar. Sistem saraf dibagi menjadi sistem
saraf pusat dan saraf tepi. Lapisan pada sistem saraf yakni :
a) Piamater. Merupakan selaput paling dalam yang menyelimuti sistem saraf pusat.
Lapisan ini banyak sekali mengandung pembuluh darah.
b) Arakhnoid. Lapisan ini berupa selaput tipis yang berada di antara piamater dan
duramater.
c) Duramater. Lapisan paling luar yang terhubung dengan tengkorak. Daerah di antara
piamater dan arakhnoid diisi oleh cairan yang disebut cairan serebrospinal. Fungsi
dari cairan ini yakni memberikan dukungan mekanik pada otak dan bekerja seperti
jaket pelindung dari air.
Cairan ini mengontrol eksitabilitas otak dengan mengatur komposisi ion, membawa
keluar metabolit-metabolit Sistem saraf pusat merupakan pusat dari seluruh kendali dan
regulasi pada tubuh, baik gerakan sadar atau gerakan otonom. Dua organ utama yang menjadi
penggerak sistem saraf pusat adalah otak dan sumsum tulang belakang. Saraf tepi terdiri atas
serabut saraf otak dan serabut saraf sumsum tulang belakang (spinal). Serabut saraf sumsum
dari otak, keluar dari otak sedangkan serabut saraf sumsum tulang belakang keluar dari sela-
sela ruas tulang belakang. Tiap pasang serabut saraf otak akan menuju ke alat tubuh atau otot,
misalnya ke hidung, mata, telinga, dan sebagainya.

3.2 Saran

Demikianlah makalah yang penulis buat ini, mudah-mudahan apa yang kami
paparkan bisa menjadi tambahan pengetahuan bagi kita semua tentang pengertian system
saraf, mekanisme kerja neutron, sistem Anatomi saraf pusat ( otak dan medulla spinalis ),
karakteristik sistem saraf pusat, mekanisme kerja sistem saraf pusat, cara kerja anatomi

22
sistem saraf tepi( neuron motorik dan sensorik ), karakteristik sistem saraf tepi, mekanisme
kerja saraf tepi, dan jenis-jenis penyakit yang berkaitan dengan sistem saraf. Penulis
menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini tentu masih belum sesuai apa yang
diharapkan, dan dengan ini kami berharap masukan yang lebih banyak lagi dari dosen mata
kuliah dan teman-teman semua.

23
DAFTAR PUSTAKA

Feriyawati, Lita. 2006. Anatomi Sistem Saraf dan Peranannya dalam Regulasi
Kontraksi Otot Rangka. Medan : Fakultas Kedokteran USU Irianto, Kus. 2004.
Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia Untuk Paramedis. Bandung : Yrama Widya Nur, Iis.
2013.
Sistem Saraf Pada Manusia. Bandung : Sekolah Tinggi Farmasi Sari, Mega. 2004.
Sistem Ventrikel dan Liquor Cerebrospinal. Medan : Fakultas Kedokteran USU Sinaga, Er
lintan dkk. 2011
Anatomi Fisiologi Manusia.

24

Anda mungkin juga menyukai