Anda di halaman 1dari 66

ANATOMI DAN FISIOLOGI PADA SISTEM SARAF

Guna Memenuhi Tugas Anatomi Fisiologi dan Patofisiologi Sistem

Penginderaan Saraf dan Gangguan Jiwa dan Perilaku

Disusun oleh :

1. Afifah Nur Cahyanti

(180205236)

2. Agustina Shinta

Zizdhea M

(180205237)

3. Alma Shinta Palupi (180205238)

PRODI D3 REKAM MEDIS DAN INFORMATIKA KESEHATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS DUTA BANGSA SURAKARTA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik, dan

hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Anatomi dan

Fisiologi Pada Sistem Saraf”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada

nabi besar alam kita yaitu, Nabi Muhammad SAW. Adapun tujuan makalah ini disusun untuk

menambah pengetahuan penulis dan juga semoga bermanfaat bagi pembaca.

Kami menyadari bahwasanya dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata

sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh sebab itu, kami

mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari dosen mata kuliah

guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik lagi di masa yang

akan datang. Aamiin.

Penulis,

Surakarta, 20 September 2019

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Anatomi Sistem Persarafan Pada Manusia................................................................4
2.2. Struktur dan Fungsi Jaringan Neuron ...................................................................... 5
2.3.Susunan Sistem Saraf dan Klasifikasi Neuron ...........................................................9
2.4.Struktur dan Fungsi Medulla Spinalis serta Saraf Spinalis ........................................16
2.5.Lokasi Area Sensorik dan Hubungannya dengan Korteks Serebri..............................19
2.6. Reseptor – Reseptor Sensorik ..................................................................................19
2.7. Sensasi Somatik .......................................................................................................22
2.8. Mata ...........................................................................................................................26
2.9. Lokasi Area Motorik dan Berhubungan dengan Korteks serebri ............................35
2.10. Fungsi Motorik Medulla Spinalis ............................................................................36
2.11. Anatomi dan Fisiologi Serebelum dan Ganglia Basalis ..........................................36
2.12. Anatomi dan Fisiologi Korteks Serebri ...................................................................42
2.13. Aktivitas Otak ..........................................................................................................47
2.14. Sistem Saraf Otonom ...............................................................................................48
2.15.Fisiologi Aliran Darah, Cairan Sebrospinal, dan Metabolisme Otak.......................50
2.16 Proses Regenerasi Neuron.........................................................................................54
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan.................................................................................................................57
3.2. Saran ..........................................................................................................................59
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................60

iii
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sistem saraf adalah sistem koordinasi berupa penghantaran impuls saraf ke susunan

saraf pusat, pemrosesan impuls saraf dan pemberi tanggapan rangsangan (Feriyawati, 2006).

Sistem atau susunan saraf merupakan salah satu bagian terkecil dari organ dalam tubuh, tetapi

merupakan bagian yang paling kompleks. Susunan saraf manusia mempunyai arus informasi

yang cepat dengan kecepatan pemrosesan yang tinggi dan tergantung pada aktivitas listrik

(impuls saraf) (Bahrudin, 2013).

Alur informasi pada sistem saraf dapat dipecah secara skematis menjadi tiga tahap.

Suatu stimulus eksternal atau internal yang mengenai organ-organ sensorik akan menginduksi

pembentukan impuls yang berjalan ke arah susunan saraf pusat (SSP) (impuls afferent),

terjadi proses pengolahan yang komplek pada SSP (proses pengolahan informasi) dan sebagai

hasil pengolahan, SSP membentuk impuls yang berjalan ke arah perifer (impuls efferent) dan

mempengaruhi respons motorik terhadap stimulus (Bahrudin,2013).

Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan bersambungan serta terdiri

terutama dari jaringan saraf. Dalam mekanisme sistem saraf, lingkungan internal dan

stimulus eksternal dipantau dan diatur. Sistem saraf mengkoordinasi, menafsirkan, dan

mengontrol interaksi antara individu dan lingkungan sekitarnya. Sistem tubuh yang penting

ini juga mengatur kebanyakan aktivitas sistem-sistem tubuh lainnya. Karena pengaturan saraf

tersebut maka terjalin komunikasi antara berbagai sistem tubuh hingga menyebabkan tubuh

berfungsi sebagai unit yang harmonis. Dalam sistem inilah berasal segala fenomena

kesadaran, pikiran, ingatan, bahasa, sensasi dan gerakan.


Sistem saraf juga berperan dalam iritabilitas atau kemampuan untuk menanggapi

rangsangan. Kemampuan khusus seperti iritabilitas, atau sensitivitas terhadap stimulus, dan

konduktivitas, atau kemampuan untuk mentransmisi suatu proses terhadap stimulasi, diatur

oleh sistem saraf dalam tiga cara utama. yaitu, input sensorik, aktivitas integratif dan outpur

motorik .

Susunan saraf dibagi atas dua bagian penting yaitu susunan saraf pusat atau sistem

serebrospinal dan susunan saraf otonom yang mencakup susunan saraf simpatik dan susunan

saraf parasimpatik. Susunan saraf pusat terdiri atas otak, sumsum tulang belakang dan urat-

urat saraf atau sarf cabang yang tumbuh dari otak dan sumsum tulang belakang yang disebut

urat saraf perifer (urat saraf tepi).

Tubuh manusia terdiri atas berbagai organ tubuh yang memiliki fungsi-fungsi tertentu

yang berbeda. Pengaturan atau koordinasi sangat penting untuk mengatur organ-organ tubuh

tersbut agar dapat bekerja sama dengan baik, sehingga dalam makalah ini akan dibahas

tentang anatomi dan fisiologi sistem persarafan.

2
1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Anatomi Sistem Persarafan pada manusia?

2. Bagaimana Struktur dan Fungsi Jaringan Neuron?

3. Bagaimana Susunan Sistem Saraf dan Klasifikasi Neuron?

4. Bagaimana Struktur dan Fungsi Medulla Spinalis serta Saraf Spinalis?

5. Bagimana Lokasi Area Sensorik dan Hubungannya dengan Korteks Serebri?

6. Apa saja Reseptor – Reseptor Sensorik?

7. Apa yang dimaksud dengan Sensasi Somatik ( pengaturan umum, sensasi nyeri, nyeri

kepala dan suhu)?

8. Apa yang dimaksud dengan Mata serta Sifat Optik Mata dan bagaimana Fisiologi

Penglihatan?

9. Bagaimana Lokasi Area Motorik dan Berhubungan dengan Korteks serebri?

10. Apa Fungsi Motorik Medulla Spinalis?

11. Bagaimana anatomi dan fisiologi Serebelum dan Ganglia Basalis?

12. Bagaimana anatomi dan fisiologi Korteks Serebri?

13. Bagaimana Aktivitas Otak ?

14. Apa yang dimaksud dengan Sistem Saraf Otonom dan bagaimana struktur dan fungsi

Saraf Simpatis?

15. Bagaimana Fisiologi Aliran Darah Otak, Cairan Serebrospinal, dan Metabolisme pada

otak?

16. Bagaimana proses dari Regenerasi Neuron?

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Anatomi Sistem Saraf

Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan bersambungan serta terdiri

terutama dari jaringan saraf. Dalam mekanisme sistem saraf, lingkungan internal dan

stimulus eksternal dipantau dan diatur. Kemampuan khusus seperti iritabilitas, atau

sensitivitas terhadap stimulus, dan konduktivitas, atau kemampuan untuk mentransmisi suatu

respons terhadap stimulasi, diatur oleh sistem saraf dalam tiga cara utama yaitu sebagai

berikut :

1. Input Sensorik

Sistem saraf menerima sensasi atau stimulus melalui reseptor, yang terletak di tubuh

baik eksternal (reseptor somatic) maupun internal (reseptor viseral).

2. Antivitas Integratif

Reseptor mengubah stimulus menjadi impuls listrik yang menjalar di sepanjang saraf

sampai ke otak dan medulla spinalis, yang kemudian akan menginterpretasi dan

mengintegrasi stimulus, sehingga respon terhadap informasi bisa terjadi.

3. Output Motorik

Input dari otak dan medulla spinalis memperoleh respon yang sesuai dari otot dan

kelenjar tubuh , yang disebut sebagai efektor.

Susunan sistem saraf terbagi secara anatomi yang terdiri dari saraf pusat (otak

dan medula spinalis) dan saraf tepi (saraf kranial dan spinal) dan secara fisiologi yaitu

saraf otonom dan saraf somatik (Bahrudin, 2013).

Pembagian sistem saraf secara anatomis atau secara struktural dibedakan atas 2 divisi

anatomi yaitu :

4
1. Sistem Saraf Pusat (sentral) terdiri dari otak dan medulla spinalis (sumsum tulang

belakang) yang dilindungi tulang kranium dan kanal vertebral.

2. Sistem Saraf Perifer meliputi seluruh jaringan saraf lain dalam tubuh. Sistem ini terdiri

dari saraf cranial dan saraf spinal. Yang menghubungkan otak dan medulla spinalis

dengan reseptor dan efektor. Secara fungsional sistem saraf perifer terbagi menjadi

sistem aferen dan sistem eferen yaitu :

a. Saraf Aferen (sensorik) mentransmisi informasi dari reseptor sensorik ke Sistem

Saraf Pusat

b. Saraf Eferen (motorik) mentransmisi informasi dari SSP ke otot dan kelenjar.

Sistem eferen dari sistem saraf perifer memiliki dua subdivisi :

a) Divisi somatic (volunter) berkaitan dengan perubahan lingkungan eksternal

dan pembentukan respons motorik volunter pada otot rangka.

b) Divisi otonom (involunter) mengendalikan seluruh respon involunter pada

otot polos, otot jantung dan kelenjar dengan cara mentransmisi impuls saraf

melalui dua jalur .

 Saraf Simpatis berasal dari area toraks dan lumbal pada medulla

spinalis

 Saraf parasimpatis berasal dari area otak dan sacral pada medulla

spinalis.

 Sebagian besar organ internal di bawah kendali otonom memiliki

inervasi simpatis dan parasimpatis.

2.2. Struktur dan Fungsi Jaringan Neuron

Neuron atau sel saraf adalah unik struktural dan fungsional dari sistem saraf.

Neuron mempunyai kemampuan dalam konduktivitas (penghantar) dan kemampuan

5
eksistabilitas (dapat dirangsang), serta kemampuan merespon ransangan dengan

sangat baik. Neuron terdiri atas beberapa bagian-bagian yang setiap jenisnya berbeda

antara satu dengan yang lain. Di otak terdapat sekitar 100 milliar neuron dan sel  glial.

Neuron berkomunikasi melalui persimpangan neuron yang disebut sinapsis. 

Gambar 2.8 Struktur Neuron (Anonim)

Bagian - bagian Sel Saraf (Neuron) adalah sebagai berikut :

1. Badan Sel atau Perikarion

Badan sel (soma) memiliki satu atau beberapa tonjolan. Soma berfungsi untuk

mengendalikan metabolisme keseluruhan dari neuron. Badan sel (soma) mengandung

organel yang bertanggung jawab untuk memproduksi energi dan biosintesis molekul

organik, seperti enzim-enzim. Pada badan sel terdapat nukleus, daerah disekeliling

nukleus disebut perikarion. Badan sel biasanya memiliki beberapa cabang dendrit

Badan sel yaitu suatu neuron yang mengendalikan metabolisme keseluruhan neuron

serta berfungsi untuk menerima impuls (rangsangan) dari dendrit dan meneruskan ke

Akson (neurit). Bagian ini tersusun dari komponen berikut :

6
a) Satu nucleus tunggal, nucleolus yang menanjol dan organel lain seperti kompleks

golgi dan mitokondria, tetapi nucleus ini tidak memiliki sentriol dan tidak dapat

bereplikasi.

b) Badan nissl, terdiri dari reticulum endoplasma kasar dan ribosom-ribosom bebas

serta berperan dalam sintesis protein.

c) Neurofibril, yaitu neurofilamen dan neurotubulus yang dapat dilihat melalui

mikroskop cahaya jika diberi pewarnaan dengan perak.

2. Dendrit

Dendrit adalah serabut sel saraf pendek dan bercabang-cabang serta

merupakan perluasan dari badan sel. Dendrit berfungsi untuk menerima dan

menghantarkan rangsangan ke badan sel. Dendrit adalah perpanjangan sitoplasma

yang biasanya berganda dan pendek, serta berfungsi dendrit berfungsi untuk

menghantar impuls ke sel tubuh. Permukaan dendrit penuh dengan Spina dendrit yang

dikhususkan untuk berhubungan dengan neuron lain. Khas dendrit adalah sangat

bercabang dan masing-masing cabang membawa proses yang disebut dendritic spines

(Bahrudin, 2013).

3. Akson

Akson adalah tonjolan tunggal dan panjang yang menghantarkan informasi keluar

dari badan sel. Di dalam akson terdapat benang-benang halus disebut neurofibril dan

dibungkus oleh beberpa lapis selaput mielin yang banyak mengandung zat lemak dan

berfungsi untuk mempercepat jalannya rangsangan. Selaput mielin tersebut dibungkus

oleh sel-sel Schwann yang akan membentuk suatu jaringan yang dapat menyediakan

makanan dan membantu pembentukan neurit. Bagian neurit ada yang tidak dibungkus

oleh lapisan mielin yang disebut nodus ranvier (Khafinudin, 2012).

7
Akson adalah suatu prosesus tunggal, yang lebih tipis dan lebih panjang dari

dendrit. Bagian ini menghantar impuls menjauhi badan sel ke neuron lain, ke sel

lain (sel otot atau kelenjar) atau ke badan sel neuron yang menjadi asal akson.

Akson memiliki bagian-bagian spesifik. Bagian-bagian akson adalah sebagai

berikut:

a. Neurofibril : Neurofibril adalah bagian terdalam dari akson, berupa serabut-

serabut halus. Bagian-bagian pada akson inilah yang mempunya tugas pokok

atau funsi yaitu untuk meneruskan impuls

b. Selubung Mielin : Selubung mielin merupakan bagian yang tersusun atas sel-sel

pipih yang juga disebut dengan sel Schwann. Selubung Mielin adalah bagian

paling luar dari akson. Fungsi Selubung Mielin adalah untuk melindungi akson.

Selain dari itu, selubung mielin memberikan nutrisi dan bahan-bahan yang

diperlukan untuk mempertahankan kegiatan dari akson

c. Nodus Ranvier : Nodus ranvier adalah bagian akson yang menyempit dan tidak

dilapisi oleh selubung mielin. Bagian dari akson ini tersusun dari sel-sel pipih.

Dengan adanya bagian-bagian ini, nodus ranvier terlihat seperti berbuku-buku.

Fungsi nodus ranvier adalah sebagai loncatan untuk mempercepat impuls saraf

ke otak atau sebaliknya. 

4. Sel Schwann

Sel Schwann merupakan sel yang menjadi pembungkus selubung mielin. Sel

Schwann memiliki fungsi untuk menghasilkan lemak berkali-kali hingga terbentuklah

selubung mielin. Fungsi dari sel schwann sendiri adalah untuk mempercepat

pergerakan rangsangan, membantu dalam menyediakan persediaan makanan untuk

akson dan juga membantu neurit dalam melakukan regenerasi.

8
2.3. Susunan Sistem Saraf dan Klasifikasi Neuron

A. Susunan Sistem Saraf

Susunan sistem saraf manusia tersusun dari sistem saraf pusat dan sistem saraf

tepi. Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang. Sedangkan

sistem saraf tepi terdiri atas sistem saraf somatis dan sistem saraf otonom.

1. SSP (Sistem Saraf Pusat)

Susunan saraf pusat (SSP) yaitu otak (ensefalon) dan medula spinalis, yang

merupakan pusat integrasi dan kontrol seluruh aktifitas tubuh. Bagian fungsional

pada susunan saraf pusat adalah neuron akson sebagai penghubung dan transmisi

elektrik antar neuron, serta dikelilingi oleh sel glia yang menunjang secara mekanik

dan metabolik (Bahrudin, 2013).

a. Otak

Otak merupakan alat tubuh yang sangat penting dan sebagai pusat

pengatur dari segala kegiatan manusia yang terletak di dalam rongga tengkorak.

Bagian utama otak adalah otak besar (cerebrum), otak kecil (cereblum) dan otak

tengah (Khanifuddin, 2012).

9
Otak besar merupakan pusat pengendali kegiatan tubuh yang disadari. Otak

besar ini dibagi menjadi dua belahan, yaitu belahan kanan dan kiri. Tiap belahan

tersebut terbagi menjadi 4 lobus yaitu frontal, parietal, okspital, dan temporal.

Sedangkan disenfalon adalah bagian dari otak besar yang terdiri dari talamus,

hipotalamus, dan epitalamus.

Gambar 2.3 Bagian-bagian Otak (Nugroho, 2013)

10
Pada otak terdapat suatu cairan yang dikenal dengan cairan

serebrospinalis. Cairan cerebrospinalis ini mengelilingi ruang sub araknoid

disekitar otak dan medula spinalis. Cairan ini juga mengisi ventrikel otak. Cairan

ini menyerupai plasma darah dan cairan interstisial dan dihasilkan oleh plesus

koroid dan sekresi oleh sel-sel epindemal yang mengelilingi pembuluh darah

serebral dan melapisi kanal sentral medula spinalis. Fungsi cairan ini adalah

sebagai bantalan untuk pemeriksaan lunak otak dan medula spinalis, juga

berperan sebagai media pertukaran nutrien dan zat buangan antara darah dan otak

serta medula spinalis

Otak merupakan alat tubuh yang sangat penting dan sebagai pusat

pengatur dari segala kegiatan manusia. Otak terletak di dalam rongga tengkorak,

beratnya lebih kurang 1/50 dari berat badan. Bagian utama otak adalah otak besar

(Cerebrum), otak kecil (Cerebellum), dan batang otak. Otak dibagi menjadi

beberapa bagian, di antaranya adalah cerebrum, mesenchepalon, dienchephalaon,

thalamus, lobus frontalis, lobus temporalis, lobus parientalis, lobus oksipitalis,

pons varoli, hipotalamus, ganglia basalis.

Otak dilapisi oleh selaput otak yang disebut selaput meninges. Selaput

meninges terdiri dari 3 lapisan, yaitu lapisan durameter, lapusan araknoid, dan

lapisan piameter.

1) Lapisan durameter yaitu lapisan yang terdapat di paling luar dari otak dan

bersifat tidak kenyal. Lapisan ini melekat langsung dengan tulang

tengkorak. Berfungsi untuk melindungi jaringan-jaringan yang halus dari

otak dan medula spinalis.

2) Lapisan araknoid yaitu lapisan yang berada dibagian tengah dan terdiri dari

lapisan yang berbentuk jaring laba-laba. Ruangan dalam lapisan ini disebut

11
dengan ruang subaraknoid dan memiliki cairan yang disebut cairan

serebrospinal. Lapisan ini berfungsi untuk melindungi otak dan medulla

spinalis dari guncangan.

3) Lapisan piameter yaitu lapisan yang terdapat paling dalam dari otak dan

melekat langsung pada otak. Lapisan ini banyak memiliki pembuluh darah.

Berfungsi untuk melindungi otak secara langsung.

b. Medula Spinalis (Sumsum Tulang Belakang)

Sumsum tulang belakang terletak memanjang di dalam rongga tulang

belakang, mulai dari ruas-ruas tulang leher sampai ruas-ruas tulang pinggang

yang kedua. Sumsum tulang belakang terbagi menjadi dua lapis yaitu lapisan

luar berwarna putih (white area) dan lapisan dalam berwarna kelabu (grey

area).

Lapisan luar mengandung serabut saraf dan lapisan dalam mengandung

badan saraf. Di dalam sumsum tulang belakang terdapat saraf sensorik, saraf

motorik dan saraf penghubung. Fungsinya adalah sebagai penghantar impuls

dari otak dan ke otak serta sebagai pusat pengatur gerak refleks.

2. SST (Sistem Saraf Tepi / Perifer)

Sistem saraf tepi merupakan sistem saraf yang  menghubungkan semua

bagian  tubuh dengan sistem saraf pusat. Ada 2 sistem saraf tepi yaitu:

a. Sistem Saraf Somatis (Sistem Saraf Sadar)

Sistem saraf somatik terdiri dari 12 pasang saraf kranial dan 31 pasang
saraf spinal. Proses pada saraf somatik dipengaruhi oleh kesadaran. Sistem saraf
sadar atau somatik merupakan sistem saraf yang  kerjanya berlangsung secara
sadar/diperintah oleh otak.  Dibedakan menjadi dua yaitu :

12
1) Saraf Kranial

Sistem saraf pada otak, merupakan sistem saraf yang berpusat pada

otak dan dibedakan menjadi 12 pasang saraf.

Gambar 2.5 Distribusi Saraf Kranial (Anonim)

2) Saraf Spinal

Sistem saraf sumsum spinalis, merupakan sistem saraf yang berpusat

pada medula spinali (sumsum tulang belakang) yang berjumlah 31 pasang

saraf yang terbagi sepanjang medula spinalis. 31 pasang saraf medula

spinalis.

13
Gambar 2.6 Saraf Spinalis (31 pasang) beserta nama dan letaknya (Bahrudin, 2013).

b. Sistem Otonom (Sistem Saraf Tak Sadar)

Sistem saraf otonom, mengatur kerja jaringan dan organ tubuh yang tidak

disadari atau yang tidak dipengaruhi oleh kehendak kita. Jaringan dan organ

tubuh diatur oleh sistem saraf otonom adalah pembuluh darah dan jantung.

Sistem saraf otonom terdiri atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf

parasimpatik.

14
Gambar 2.7 Sistem Saraf Otonom (Parasimpatik-Simpatik) (Nelson, 2015)

1) Sistem saraf simpatik

Disebut juga sistem saraf torakolumbar, karena saraf preganglion

keluar dari tulang belakang toraks ke-1 sampai dengan ke-12. Sistem saraf

ini berupa 25 pasang ganglion atau simpul saraf yang terdapat di sumsum

tulang belakang. Fungsi dari sistem saraf simpatik adalah untuk

mempercepat denyut jantung, memperlebar pembuluh darah, memperlebar

bronkus, mempertinggi tekanan darah, memperlambat gerak peristaltis,

memperlebar pupil, menghambat sekresi empedu, menurunkan sekresi

ludah, dan meningkatkan sekresi adrenalin.

2) Sistem saraf parasimpatik

Disebut juga dengan sistem saraf kraniosakral, karena saraf

preganglion keluar dari daerah otak dan daerah sakral. Susunan saraf

15
parasimpatik berupa jarring-jaring yang berhubung-hubungan dengan

ganglion yang tersebar di seluruh tubuh. Urat sarafnya menuju ke organ

tubuh yang dikuasai oleh susunan saraf simpatik. Sistem saraf

parasimpatik memiliki fungsi yang berkebalikan dengan fungsi sistem

saraf simpatik. Misalnya pada sistem saraf simpatik berfungsi

mempercepat denyut jantung, sedangkan pada sistem saraf parasimpatik

akan memperlambat denyut jantung (Suyitno, 2007: 34-40).

B. Klasifikasi Neuron

Sel saraf (neuron) bertanggung jawab untuk proses transfer informasi pada

sistem saraf (Bahrudin, 2013). Sel saraf berfungsi untuk menghantarkan impuls.

Setiap satu neuron terdiri dari tiga bagian utama yaitu badan sel (soma), dendrit dan

akson (Feriyawati, 2006)

a. Neuron diklasifikasi secara fungsional berdasar arah transmisi impulsnya yaitu :

1. Neuron Sensorik (aferen) menghantarkan impuls listrik dari reseptor pada

kulit, organ indera atau suatu organ internal ke sistem saraf pusat.

2. Neuron Motorik menyampaikan impuls dari sistem saraf pusat ke efektor.

3. Interneuron (neuron yang berhubungan) ditemukan seluruhnya dalam sistem

saraf pusat. Neuron ini menghubungkan neuron sensorik dan motorik atau

menyampaikan informasi ke interneuron lain.

b. Neuron diklasifikasi secara struktural berdasarkan jumlah prosesusnya yaitu :

1. Neuron Multipolar memiliki satu akson dan dua denderit atau lebih. Sebagian

besar neuron motorik, yang ditemukan dalam otak dan medulla spinalis,

masuk dalam golongan ini.

16
2. Neuron Bipolar memiliki satu akson dan satu dendrit. Neuron ini ditemukan

pada organ indera, seperti mata, telinga, dan hidung.

3. Neuron Unipolar kelihatannya memiliki sebuah prosesus tunggal, tetapi

neuron ini sebenarnya bipolar.

2.4. Struktur dan Fungsi Medulla Spinalis serta Saraf Spinalis (Spinal Cord)

Sumsum tulang belakang (medula spinalis) merupakan perpanjangan dari

sistem saraf pusat. Seperti halnya dengan sistem saraf pusat yang dilindungi oleh

tengkorak kepala yang keras, sumsum tulang belakang juga dilindungi oleh ruas-ruas

tulang belakang. Sumsum tulang belakang memanjang dari pangkal leher, hingga ke

selangkangan.

Bila sumsum tulang belakang ini mengalami cidera ditempat tertentu, maka

akan mempengaruhi sistem saraf disekitarnya, bahkan bisa menyebabkan kelumpuhan

di area bagian bawah tubuh, seperti anggota gerak bawah (kaki).

A. Anatomi Sumsum Tulang Belakang

Secara anatomis, sumsum tulang belakang merupakan kumpulan sistem

saraf yang dilindungi oleh ruas-ruas tulang belakang. Sumsum tulang belakang

atau biasa disebut medulla spinalis ini, merupakan kumpulan sistem

saraf dari dan ke otak. Secara rinci, ruas-ruas tulang belakang yang melindungi

sumsum tulang belakang ini adalah sebagai berikut:

Sumsum tulang belakang terdiri dari 31 pasang saraf spinalis yang berawal

dari korda melalui radiks dorsal (posterior) dan ventral (anterior). Pada bagian

17
distal radiks dorsal ganglion, dua radiks bergabung membentuk satu saraf spinal.

Semua saraf tersebut adalah saraf gabungan (motorik dan sensorik), membawa

informasi ke korda melalui neuron aferen dan meninggalkan korda melalui neuron

eferen.

Gambar 2.4 Bagian Area Medula Spinalis

Terdapat 31 pasang saraf spinalis yang terdiri dari :

1. Vertebra Servikalis (ruas tulang leher) yang berjumlah 7 buah dan membentuk

daerah tengkuk.

2. Vertebra Torakalis (ruas tulang punggung) yang berjumlah 12 buah dan

membentuk bagian belakang torax atau dada.

3. Vertebra Lumbalis (ruas tulang pinggang) yang berjumlah 5 buah dan

membentuk daerah lumbal atau pinggang.

18
4. Vertebra Sakralis (ruas tulang kelangkang) yang berjumlah 5 buah dan

membentuk os sakrum (tulang kelangkang).

5. Vertebra koksigeus (ruas tulang tungging) yang berjumlah 4 buah dan

membentuk tulang koksigeus (tulang tungging)

B. Fungsi Sumsum Tulang Belakang

Secara fungsi, sumsum tulang belakang bekerja secara sadar dan tak sadar (saraf

otonom). Sumsum tulang belakang yang bekerja secara sadar di atur oleh otak sedangkan

sistem saraf tidak sadar (saraf otonom) mengontrol aktivitas yang tidak diatur oleh kerja

otak seperti denyut jantung, sistem pencernaan, sekresi keringat, gerak peristaltic usus,

dan lain-lain. Selain itu fungsi sumsum tulang belakang adalah sebagai berikut:

1. Menghubungkan sistem saraf tepi ke otak. Informasi melalui neuron sensori

ditransmisikan dengan bantuan interneuron (impuls saraf dari dan ke otak).

2. Memungkinan jalan terpendek dari gerak refleks. Sehingga sumsum tulang

belakang juga biasa disebut saraf refleks.

3. Mengurusi persarafan tubuh, anggota badan dan kepala.

2.5. Lokasi Area Sensorik dan Hubungannya dengan Korteks Serebri

Dalam area fungsional korteks serebri terdapat area sensorik korteks yang terdiri dari :

1. Area Sensorik Primer, terdapat dalam girus postsentral disini neuron menerima

informasi sensorik umum yang berkaitan dengan nyeri, tekanan, suhu, sentuhan, dan

propriosepsi dari tubuh.

2. Area Visual Primer, terletak dalam lobus oksifital dan menerima informasi dari retina

mata.

19
3. Area Auditori Primer, terletak pada tepi atas lobus temporal , menerima implus saraf

yang berkaitan dengan pendengaran.

4. Area Olfaktori Primer, terletak pada permukaan medial lobus temporal, berkaitan

dengan indera penciuman.

5. Area Pengecap Primer (Gustatory), terletak dalam lobus parletal dekat bagian inferior

girus postsentral , terlibat dalam persepsi rasa.

2.6.  Reseptor – Reseptor Sensorik

Input ke sistem saraf diberikan oleh reseptor sensorik yang mendeteksi rangsangan

sensorik seperti sentuhan, suara, cahaya, dingin, dan hangat. Mekanisme dasar reseptor ini

mengubah rangsangan sensorik menjadi isyarat saraf sebagaimana rangsangan sensorik dan

kekuatan dideteksi oleh otak. Reseptor merupakan sel atau jaringan dengan kekhususan

tinggi. Dengan alat ini sistem saraf mendeteksi perubahan berbagai bentuk energi di

lingkungan dalam dan lingkungan luar. Reseptor ini dapat diklasifikasikan berdasarkan

sumber stimulus yang memperngaruhi ujung reseptor, jenis sensasi yang terdeteksi reseptor,

distribusi reseptor, atau ada tidaknya lapisan pada ujung reseptor.

1. Sumber (lokasi) sensasi

a) Eksteroseptor

Sensitif terhadap stimulus eksternal, terhadap tubuh dan terletak pada atau di

dekat permukaan tubuh. Misalnya, sentuhan, tekanan, nyeri pada kulit dan suhu,

penciuman, penglihatan, serta pendengaran.

b) Proprioseptor

20
Terletak dalam tubuh dalam otot, tendon, dan persendian, juga mencakup

reseptor ekuilibrium pada area telinga dalam. Jika distimulasi, bagian tersebut akan

menyampaikan kesadaran akan posisi bagian tubuh, besarnya tonus otot, dan

ekuilibrium.

c) Interoseptor

Dipengaruhi oleh stimulus yang muncul dalam organ viseral dan pembuluh

darah yang memiliki inervasi motorik dari SSO. Contohnya adalah stimulus yang

tejadi akibat perubahan selama proses digesti, eksresi, dan sirkulasi.

2. Jenis Reseptor Sensorik

a) Mekanoreseptor

Reseptor mekanik dari berbagai kelompok reseptor sensorik yang mendeteksi

perubahan bentuk reseptor atau sel di dekat reseptor ( misalnya, kulit, otot rangka,

persendian, dan organ viseral ).

b) Termoreseptor

Mendeteksi perubahan suhu. Beberapa reseptor mendeteksi suhu dingin dan

panas yang merupakan aliran saraf bebas dalam kulit dan sensitif akan berubahan

suhu dalam darah

c) Nosiseptor

Mendeteksi nyeri, biasanya disebabkan kerusakan fisik maupun kerusakan

kimia , terdapat hipotalamus otak.

d) Reseptor Elekromaknetik

Mendeteksi perubahan cahaya pada retina mata. Perubahan cahaya akan

membuat perubahan gelombang spektrum elektromaknetik.

21
e) Kemoreseptor

Mendeteksi pengecapan dalam mulut, bau dalam hidung, kadar oksigen dalam

darah arteri, osmolitas cairan tubuh , konsentrasi karbondioksida, dan faktor bahan

kimia tubuh.

3. Distribusi Reseptor

a. Penginderaan Umum : Mengacu pada informasi dari tubuh sebagai satu kesatuan.

b. Penginderaan Khusus : Mengacu pada organ indera yang terletak dalam kepala.

4. Ujung Reseptor Sensorik

Biasanya terbagi menjadi 2 yaitu :

a. Ujung Saraf Bebas: tidak memiliki lapisan selular dan terdapat dalam kulit,

jaringat ikat, dan pembuluh darah. Saraf ini merasakan nyeri, sentuhan ringan,

dan suhu.

b. Ujung Saraf Berkapsul: terbungkus dalam bermacam jenis kapsul dan terletak di

kulit, otot, tendon, persendian, dan organ tubuh.

Reseptor berikut ini berkapsul :

a) Korpuskel Pacinian, mendeteksi stimulus dan tekanan vibratori. Korpuskel

ini banyak terdapat pada jari tangan, genetalia ekternal, dan payudara.

b) Korpuskel Meissner dan Diskus Merkle, mendeteksi sentuhan.

c) Korpuskel Ruffini, responsif terhadap tegangan di sekitar jaringan ikat dan

memantau tekanan. Korpuskel ini ditemukan terutama pada permukaan

palntar kaki.

22
d) Ujung Bulbus Krause, tipis berkapsul dan dipercaya berkontribusi terhadap

tekanan sentuhan, kesadaranakan posisi dan kesadaran akan gerakan.

e) Spindel Neuromuskular, memantau tonus otot (regangan dan tegangan )

dalam otot dan organ tendon golgi memantau tegangan dalam tendon.

2.7. Sensasi Somatik ( pengaturan umum, sensasi nyeri, nyeri kepala dan suhu)

1. Sensasi Somatik

Sensasi Somatik merupakan kemampuan seseorang untuk mendiagonis berbagai

penyakit bergantungan pada pengetahuan mengenai berbagai sifat berbagai sifat rasa

nyeri, dan bagaimana nyeri dapat di alihkan Dari suatu bagian tubuh yang lain. nyeri

adalah suatu mekanisme protektif bagi tubuh yang timbul bila jaringan sedang rusak

yang menyebabkan individu bereaksi untuk menghilangkan rasa nyeri tersebut.

Sifat nyeri:

a. Nyeri tertusuk

Bila suatu jarum ditusukkan kedalam kulit dirasakan daerah kulit

mengalami iritasi kuat.

b. Nyeri terbakar

Nyeri yang dirasakan bila kulit terbakar merupakan jenis nyeri yang paling

kuat menyebabkan penderitaan.

c. Pegal

23
Suatu nyeri dalam dengan berbagai tingkat gangguan dan intensitas rendah

di daerah tubuh yang tersebar luas dapat, bersatu menjadi suatu sensasi yang

sangat tidak enak.

Reseptor nyeri di dalam kulit dan jaringan merupakan ujung saraf bebas

yang tersebar luas dalam lapisan superfisial kulit. Jaringan dalam tertentu tidak

dipersarafi secara luas oleh ujung tetapi mendapatkan persarafan yang lemah.

Setiap kerusakan jaringan yang tersebar menyebabkan pegal pada saerah ini.

Perangsangan sangat ringan pada ujung saraf nyeri bila dihambat dengan anastesi

atau dengan menekan saraf fenomena geli atau gatal akan lenyap. Sensasi gatal

dapat dibangkitkan melalui refleks menggaruk dan berkurangnya gatal dapat

bangkitkan melalui refleks menggaruk dan berkurangnya gatal dapat terjadi

dengan menggaruk,garukan yang kuat menimbulkan rasa nyeri.

Nyeri dari berbagai visera perut dan ada merupakan salah satu dari

beberapa kriteria yang digunakan untuk mendiagnosis penyakit, peradangan dan

gangguan visera lain. Pada umumnya visera tidak mempunyai reseptor sensoris

untuk modalitas sensasi selain nyeri. Nyeri viseral berbeda dengan nyeri

permukaan. Jenis kerusakan sangat teralokasi, pada visera jarang menyebabkan

nyeri hebat.

Pada permukaan visera, spasme otot polos dalam suatu visera berongga

menyebabkan peregangan ligamentum. Isyarat nyeri berasal dari rongga dada

atau rongga perut dihantarkan melalui serabut saraf sensoris yang berjalan dalam

simpatis nyeri spastik dalam bentuk kejang dan terjadi secara ritmis, tiap

beberapa menit menyebabkan nyeri otot iskemik.

Nyeri kepala merupakan nyeri alihan ke permukaan kepala dari struktur-

struktur dalam otot kepala. Sebagai besar nyeri kepala bukan karena kerusakan di

24
dalam otak, sebaiknya tarikan pada sinus venosus dan kerusakan membran yang

menutupi otak dapat menyebabkan nyeri hebat yang dikenal sebagai nyeri kepala.

Macam-macam nyeri kepala:

a) Nyeri kepala pada meningitis

Salah satu nyeri kepala terhebat yang disebabkan oleh penyakit

meningitis (peradangan selaput otak).

b) Nyeri kepala migren

Nyeri kepala jenis khusus yang disebabkan fenomena vaskuler,

hilangkanya lapangan penglihatan, aura visceral, atau halusinasi sensoris

lain.

c) Nyeri kepala alkoholik

Terjadi setelah minuman keras alcohol, menimbulkan toksik terhadap

jaringan langsung mengiritasi dan menyebabkan nyeri serebral.

d) Nyeri kepala konstipasi

Akibat dari produksi toksik diabsorpsi yang menimbulkan perubahan

dalam sistem sirkulasi,kehilangan plasma untuk sementara waktu dalam

dinding usus, dan buruknya aliran darah ke kepala menimbulkan nyeri

kepala.

e) Nyeri kepala karena iritasi struktur hidung

Membran mukosa hidung dan sinus nasal iritasi menyebabkan nyeri

alih ke belakang mata, permukaan frontal dahi, dan kulit kepala

f) Nyeri kepala gangguan mata

Kesulitan dalam memfokuskan mata menyebabkan kontraksi

berlebihan otot silaris berusaha mendapatkan penglihatan yang lebih jelas

25
meskipun otot ini sangat kecil kontraksi tonik menjadi penyebab nyeri kepala

retro-orbital.

2. Sensasi Suhu

Manusia dapat merasakan berbagai gradasi dingin dan gradasi panas, progresif

dingin dari sejuk ke dingin sampai membekukan, progresif panas dari hangat ke panas

membakar. Tingkatan suhu dibedakan oleh tiga jenis organ akhir yaitu reseptor dingin,

reseptor hangat, dan dua subtipe reseptor nyeri (reseptor nyeri dingin dan reseptor nyeri

panas). Reseptor dingin dan reseptor hangat terletak tepat di bawah kulit. Pada titik

yang terpisah masing-masing mempunyai diameter stimulasi sekitar 1mm. Pada bagian

terbesar tubuh jumlah reseptor hangat tiga kali jumlah reseptor dingin.

Bila suatu reseptor suhu mengalami perubahan tiba-tiba ia menjadi terangsang

dengan kuat tetapi perangsangan ini menghilang dengan cepat . Pada menit pertama

secara progresif lebih lambat selama setengah jam berikutnya beradaptasi tetapi tidak

seluruhnya. Bila suhu kulit turun secara aktif, orang merasa jauh lebih dingin, jika suhu

meningkat secara aktif ia merasa jauh lebih hangat dari pada yang dirasakan.

Reseptor suhu terangsang oleh perubahan kecepatan metabolik, karena suhu

mengubah kecepatan reaksi kimia intrasel 2 kali untuk tiap perubahan suhu 10 derajat

Celcius. Deteksi suhu mungkin tidak disebabkan oleh perangsangan tidak langsung,

tetapi perangsangan kimia dari ujung saraf tersebut karena diubah oleh suhu.

Isyarat suhu ditransmisikan dalam lintasan yang hampir sama dengan nyeri,

dengan memasuki medulla spinalis. Isyarat dihantarkan oleh beberapa segmen ke atas

atau ke bawah, kemudian diproses neuron medulla spinalis, akhirnya memasuki serat

s4h4 yang panjang menyeberang ke traktus spinotalamikus ke antekolateralis. Beberapa

isyarat dihantarkan ke korteks somestetik dari kompleks ventrobasal suatu neuron dalam

26
daerah sensoris somestetik yang bereaksi terhadap rangsangan dingin dan hangat dalam

daerah kulit tertentu.

2.8.  Mata ( Sifat Optik Mata dan Fisiologi Penglihatan )

Mata adalah sistem optik yang memfokuskan berkas cahaya pada

fotoreseptor , yang mengubah energi cahaya menjadi impuls saraf.

A. Struktur Mata

1. Lapisan Terluar (tunika fibrosa)

Lapisan terluar yang keras pada bola mata adalah tunika fibrosa. Bagian

posterior tunika fibrosa adalah sklera opaque yang berisi jaringan ikat fibrosa

putih.

a) Sklera memberi bentuk pada bola mata dan memberikan tempat perlekatan

untuk ekstrinsik.

b) Kornea adalah perpanjangan anterior yang transparan pda sklera di bagian

depan mata. Bagian ini mentransmisi cahaya dan memfokuskan berkas

cahaya.

2. Lapisan Tengah (tunika vaskular)

Lapisan tengah bola mata disebut tunika vaskular (uvea) tersusun dari :

a) Lapisan Koroid, adalah bagian yang sangat terpigmentasi untuk mencegah

refleksi internal berkas cahaya. Bagian ini juga sangat tervaskularisasi

untuk memberikan nutrisi pada mata, dan elastik sehingga dapat menarik

ligamen suspensori.

b) Badan Siliaris, suatu penebalan di bagian anterior lapisan koroid,

mengandung pembuluh darah dan otot siliaris. Otot meleka pada ligamen

suspensorik, tempat perlekatan lensa. Otot ini penting dalam akomodasi

27
penglihatan, atau kemampuan untuk mengubah fokus dari objek berjarak

jauh ke objek nberjarak dekat di depan mata.

c) Iris, merupakan perpanjangan sisi anterior koroid, dan merupakan bagian

mata yang berwarna bening. Bagian ini terdiri dari jaringan ikat dan otot

radialis serta sirkulasi yang berfungsi untuk mengendalikan diameter pupil.

d) Pupil, adalah ruangan terbuka yang bulat dan iris yang harus dilalui cahaya

untuk dapat masuk ke interior mata.

3. Lensa Mata

Lensa, adalah struktur bikonveks yang bening tepat di belakang pupil.

Elastisitasnya sangat tinggi, suatu sifat yang akan menurun seiring proses

penuaan.

4. Rongga Mata

Rongga mata, lensa memisah interior mata menjadi dua rongga yaitu

rongga anterior dan rongga posterior.

a) Rongga Anterior terbagi menjadi :

1) Ruang anterior terletak di belakang kornea dan di depan iris dan Ruang

Posterior terlatak di depan lensa dan di belakang iris.

2) Ruang tersebut berisi aqueous humor, suatu cairan bening yang

diproduksi prosesus siliaris untuk mencukupi kebutuhan nutrisi lensa dan

kornea. Aqueous mengalir ke saluran Schlemm dan masuk ke sirkulasi

darah vena.

3) Tekanan intraokular, pada aqueous humor penting untuk

mempertahankan bentuk bola mata. Jika aliran aqueous humor terhambat

28
, tekanan akan meningkat dan mengakibatkan kerusakan penglihatan ,

suatu kondisi yang disebut glaukoma.

b) Rongga Posterior, terletak di anatara lensa dan retina dan berisi viterous

humor. Semacam gel transparan yang juga berperan untuk mempertahankan

bentuk bola mata dan mempertahankan posisi retina terhadap kornea.

5. Retina (lapisan dalam mata)

Retina adalah lapisan yang tipis dan transparan. Lapisan ini terdiri dari

lapisan terpigmentasi luar, dan lapisan jaringan saraf dalam yaitu sebagai berikut :

a) Lapisan terpigmentasi luar

Pada retina melekat pada lapisan koroid lapisan ini lapisan tngga sel

epitel kuboidal yang mengandung pigmen melanin dan berfungsi untuk

menyerap cahaya berlebih dan mencegah refleksi internal berkas cahaya

yang melalui bola mata. Lapisan ini juga menyimpan vitamin A.

b) Lapisan jaringan saraf dalam (optikal)

Lapisan ini terletak bersebelahan dengan lapisan terpigmentasi, adalah

struktur kompleks yang terdiri dari berbagai jenis neuron yang tersusun

dalam sedikitnya sepuluh lapisan terpisah, di antaranya adalah :

1) Sel batang dan Kerucut, adalah reseptor fotosensitif yang terletak

berdekatan dengan lapisan terpigmentasi.

2) Neuron Bipolar, membentuk lapisan tengah dan menghubungkan sel

batang dan sel kerucut ke sel – sel ganglion.

3) Sel ganglion, mengandung akson yang berhubungan pada regia

khusus dalam retina untuk membentuk saraf optik

29
4) Sel Horizontal dan Amakrin, merupakan sel lain yang ditemukan

dalam retina. Sel ini berperan untuk menghubungkan sinaps – sinaps

lateral.

5) Cahaya masuk melalui lapisan ganglion, lapisan bipolar, dan badan

sel batang serta kerucut untuk menstimulasi prosesus dendrit dan

memicu impuls daraf. Kemudian impuls saraf menjalar dengan arah

terbalik melalui kedua lapisan sel saraf.

c) Bintik Buta (diskus optik)

Bintik buta adalah titik keluar saraf optik. Karena tidak ada

fotoreseptor pada area ini, maka tidak ada sensasi penglihatan yang terjadi

saat cahaya jatuh ke area ini.

d) Lutea buta

Lutea buta merupakan area kekuningan yang terletak agak lateral

terhadap pusat.

e) Fovea Makula

Fovea makula adalah pelekukan sentral makula yang tidak memilik sel

batang dan hanya mengandung sel kerucut. Bagian ini adalah pusat visual

mata, bayangan yang terfokus disini akan diinterpretasi dengan jelas dan

tajam oleh otak.

f) Jalur visula ke otak

30
1) saraf optik terbentuk fari akson sel – sel ganglion yang keluar dari mata

dan bergabung tepat di sisi superior kelenjar hipofisis membentuk

kiasma optik.

2) Pada kiasma optik, serabut neuron yang berasal dari separuh bagian

temporal ( lateral ) setiap retina tetap berada di sisi yang sama

sementara serabut neuron yang ebrasal dari separuh bagian nasal

( medial ) setiap retina menyilang ke sisi yag berlawanan.

3) Setelah kiasma optik, serabut akson membentuk traktus optik yang

memanjang untuk bersinapsis dengan neuron dalam nuklei genikulasi

lateral talamus. Aksonnya menjalar ke korteks lobus oksipital.

4) Sebagian akson berhubungan dengan kolikuli superior, okulomotorik,

dan nuklei pratektumuntuk berpartisipasi dalam refleks pupilaris dan

siliaris.

B. Karakteristik atau Sifat Optik Mata

1. Refraksi

Refraksi adalah defleksi, atau pembelokan, berkas sinar saat melewati salah

satu medium menuju medium lain yang memiliki densitas optik berbeda. Semakin

koveks suatu permukaan, maka akan semakin reflaktif dayanya.

a. Kornea : bertanggung jawab untuk sekitar 70% daya refraktif dan merupakan

alat penyesuaian kasar pada mata

b. Lensa : berperan dalam sebagian besar aktivitas refraktif yang tersisa dan

merupakan alat penyesuaian halus pada mata.

c. Cairan aquous dan vitreus : bertanggung jawab untuk refraksi minimal.

2. Akomondasi

31
Akomodasi adalah proses penyesuaian otomatis pada lensa untuk

memfokuskan objek secara jelas pada jarak yang beragam.

a. Lensa Konveks (tebal di tengah dan tipis di perifer) lebih bundar,

mengumpulkan berkas sinar, dan fokusnya pada objek yang dekat.

b. Lensa konkaf (tipis di tengah dan tebal di perifer) membiaskan berkas sinar,

mendatar dan fokusnya pada objek berjarak jauh.

c. Pada emetropia atau akomodasi normal , kontraksi otot siliaris mengurangi

tarikan ligamen suspensorik pada lensa, yang kemudian menonjol ke luar

sehingga semakin konveks , atau membulat untuk penglihatan dekat. Relaksasi

otot siliaris memperkuat tarikan ligamen suspensorik pada lensa, sehingga

semakin memipihkan lensa untuk penglihatan jauh.

d. Daya akomodasi: suatu refleks tak sadar, akan menurun seiring pertambahan

usia akibat penurunan elastisitas lensa, yang tidak dapat menonjol ke luar lagi

sebanyak di usia muda. Kondisi seperti ini disebut presbiopia dan diperbaiki

dengan lensa bifocal.

e. Konvergensi: bola mata saat mengamati objek yang dekat membantu proses

akomodasi dengan memastikan bahwa bayangan dalam kedua mata jatuh pada

bagian koresponden retina.

f. Konstriksi pupil: juga terjadi secara refleks salam proses akomodasi untuk

menampilkan berkas sianr yang paling terbias pada layar dan memungkinkan

pembentukan bayangan yang jelas pada retina.

3. Defek Visual

a. Miopi (rabun dekat)

32
1) Bola mata yang memiliki daya refraktif terlalu panjang, atau sistem lensa

yang terlalu kuat, menyebabkan fokus bayangan jatuh pada titik di depan

retina.

2) Akibatnya adalah rabun dekat disebut demikian karena mata hanya dapat

berfokus pada objek yang dekat.

3) Miopia diperbaiki dengan lensa konkaf yang diletakkan di depan mata,

sehingga didapatkan refraksi yang cukup untuk memfokuskan objek berjarak

jauh ke retina

b. Hiperopia (rabun jauh)

1) Bola mata dengan sistem lensa yang terlalu pendek atau terlalu lemah

mengakibatkan bayangan jatuh dibelakang retina. Sehingga penglihatan

buram terhadap objek yang berjarak dekat.

2) Hiperopia diperbaiki dengan lensa konveks yang diletakkan di depan mata

sehingga fokus benda jatuh pada retina

3) Astigmatisme

a. Jika lengkungan kornea atau lensa tidak seimbang, berkas sinar yang

melewati juga tidak terefraksi dengan merata sehingga bayangan

menjadi buram di salah satu lempeng.

b. Astigmatisme dapat diperbaiki dengan lensa khusus yang memiliki

lengkung perbaikan berbeda untuk lempeng yang tepat.

C. Fisiologi Penglihatan

1. Rodopsin (visual ungu) adalah pigmen yang terkandung dalam sel batang yang

memiliki dua sub-unit.

33
a. Retinal, disebut juga retinen atau retinaldehid, disintesis dari vitamin A. zat

ini ada dalam dua bentuk isomer; sebuah 11-cis-retinal bengkok dan sebuah

all-trans retinal lurus.

b. Opsin atau skotopsin, adalah protein dalam ikatan kimia lemah dengan 11-

cis-retinal.

2. Pemutihan rodopsin darin ungu menjadi merah muda terjadi saat cahaya masuk ke

retina. Cahaya menyebabkan 11-cis-retinal yang berkaitan dengan opsin berubah

bentuk menjadi bentuk all-trans, sehingga bentuk tersebut terlepas dari opsin.

a. Pemisahan opsin dan retinal memicu potensial saraf dalam sel batang

(reseptor), yang menyebabkan stimulasi sel-sel bipolar dan ganglion retina.

Stimulasi ini ditransmisi ke otak melalui saraf optik.

b. Tidak seperti membrane sel saraf lainnya, saluran Na +


pada membran sel

batang akan terbuka jika tidak ada stimulasi (cahaya). Dengan demikian,

dalam gelap, aliran masuk Na+ akan mengakibatkan depolarisasi dan pelepasan

transmiter inhibitorik. Neuron bipolar dan sel ganglion tidaknterstimulasi.

c. Jika sel batang stimulasi oleh cahaya, pelepasan Ca++ dari dalam sel batang

menyebabkan saluran Na+ menutup. Karena konduksi Na+ menurun, maka

bagian sel menjadi semakin negatif. Atau hiperpolarisasi. Pelepasan transmiter

inhibitorik berkurang dan sel-sel bipolar berdepolarisasi.

d. Potensial aksi terjadi akibat hiperpolarisasi membrane bukan akibat

depolarisasi membran.

3. Resintesis rodopsin terjadi dalam gelap, yaitu saat semua all-trans retinal diubah

kembali menjadi 11-cis-retinal dan berikatan dengan opsin. Reaksi ini membutuhkan

energi dan enzim.

34
4. Sel batang berfungsi dalam intensitas cahaya rendah karenanya reaksi ptihan

hanya membutuhkan sedikit cahaya.

5. Adaptasi terhadap gelap dan terang adalah penyesuaian penglihatan secara

otomatis terhadap intensitas cahaya yang memasuki nretina saat bergerak dari

tempat gelap ke tempat terang atau sebaliknya.

a. Waktu yang dibutuhkan untuk adaptasi terhadap kegelapan (kemampuan

melihat dalam cahaya redup) sebagian ditentukan dari waktu yang

dibutuhkan untuk meresintesis dan mengumpulkan cadangan rodopsin.

b. Dalam cahaya terang, semua rodopsin yang akan terurai dengan cepat dan

hanya tersisa sedikit untuk membentuk potensial aksi dalam sel batang; mata

disebut beradaptasi terhadap terang. Waktu yang dibutuhkan untuk adaptasi

terang dari cahaya remang adalah sekitar 20 menit.

c. Sintesis rodopsin dan iodopsin (pigmen pada sel kerucut) membutuhkan

vitamin A suatu prekursor untuk retinal.

d. Kekurangan asupan vitamin A dapat menyebabkan abnormalitas penglihatan

akbat degenerasi sel batang dan kerucut.

1) Rabun senja, suatu kondisi yang sensitivitasnya terhadap cahaya

ber24rang, biasanya terjadi pada tahap awal defisiensi vitamin A. Hal ini

paling jelas terlihat pada malam hari ketika hanya ada sedikit cahaya

untuk penglihatan yang adekuat.

2) Defisiensi vitamin A berkepanjangan juga mempengaruhi sel kerucut.

Pengobatan dengan vitamin A dapat mengembalikan fungsi retinal jika sel

batang dan sel kerucut belum rusak.

3) Vitamin B juga berperan penting untuk mendukung fungsi sempurna

retina dan semua jaringan saraf.

35
e. Adaptasi terhadap gelap dan terang juga melibatkan refleks pupilaris, untuk

menentukan banyak sedikitnya cahaya yang memasuki bagian interior mata.

6. Penglihatan warna

a. Setiap mata mengandung 6 sampai 7 juta sel kerucut bipolar yang

bertanggung jawab untuk kejelasan pandangan dan penglihatan warna.

b. Sel kerucut mengandung iodopsin, yaitu retinal yang terikat pada opsin yang

berada dengan opsin dalam sel batang.

c. Iodopsin ini bisa saja bersifat sensitif-biru, sensitif-merah, ata4 sensitif-hijau,

sehingga setiap sel kerucutb memiliki sensitivitas selektif untuk membedakan

warna.

d. Proses dekomposisi pigmen dalam sel batang untuk membentuk potensial

aksi juga terjadi dalam sel kerucut. Karena pigmen iodopsin tidak merespons

dalam cahaya yang redup, maka sel kerucut hanya dapat berfungsi dalam

cahaya yang terang.

2.9.  Lokasi Area Motorik dan Berhubungan dengan Korteks serebri

Area fungsional korteks serebral meliputi area motorik primer, area sensorik primer,

dan yang berdekatan dengan area primer dan berfungsi untuk integrasi dan interpretasi

tingkat tinggi.

1. Area Motorik Primer Korteks

a. Area Motorik Primer terdapat dalam glrus presentra. Di sini, neuron (piramidal)

mengendalikan kontraksi vlunter otot rangka. Aksonnya menjalar dalam traktus

piramidal.

36
b. Area Pramotorik Korteks terletak tepat di sisi anterior girus presentral. Neuron

(ekstrapiramidal) mengendalikan aktivitas motorik yang terlatih dan berulang,

seperti mengetik

c. Area Broca terletak di sisi anterior area premotorik pada tepi bawahnya. Area ini

mungkin hanya terdapat pada satu hemisfer saja (biasanya sebelah kiri). Dan

hubungannya dengan kemampuan wicara.

2.10.   Fungsi Motorik Medulla Spinalis

Medula spinalis sebagai pusat saraf mengintegrasikan sinyal sensoris yang

datang dan mengaktifkan respons motorik secara langsung tanpa campur tangan otak.

Fungsi ini terlihat pada kerja reflek spinal untuk melindungi tubuh dari bahaya dan

menjaga pemeliharaan tubuh. Sebagai pusat perantara,antara susunan saraf tepi dan otak

(susunan saraf pusat). Semua komando motorik volunter dari otak dikomunikasikan

terlebih dahulu pada pusat motorik spinal akan memproses sinyal sebagaimana mestinya

sebelum mengirimkannya ke otot. Demikian juga sinyal sensoris di medula spinalis.

Pada medula spinalis sinyal sensoris sebagian besar diproses dan diintegrasikan. Oleh

karena itu medula spinalis dikatakan sebagai tempat komunikasi dua arah antara otak dan

medula spinalis.

2.11.   Serebelum dan Ganglia Basalis

1. Serebelum (Otak kecil)

Serebelum (otak kecil) terletak dalam fossa kranial posterior , dibawah

tentorium serebelum bagian posterior dari pons varolli dan medula oblongata.

Serebelum mempunyai dua hemisfer yang dihubungkan oleh vermis . Serebelum

dihubungkan dengan otak tengah oleh pedunkulus serebri superior , dengan pons varolli

37
oleh pedunkulus serebri media dan dengan medulla oblongata oleh pedunkulus serebri

inferior. Lapisan permukaan setiap hemisfer serebri disebut korteks yang disusun oleh

subtansia grisea. Lapisan – lapisan korteks sereberi ini dipisahkan oleh fisura

transverses yang tersusun rapat. Kelompok massa substansia grisea tertentu pada

serebelum tentanam dalam substansia alba yang paling besar dikenal sebagai nucleus

dentatus.

Serebelum berfungsi dalam melakukan tonus otot dan mengkoordinasikan

gerakan otot pada sisi tubuh yang sama. Serebelum juga berfungsi untuk

mempertahankan postur. Berat serebelum ± 150 gram ( 8% -9% ) dari otak seluruhnya .

sama seperti lobuli serebelum , vermis juga dibagi dalam beberapa bagian dari depan ke

belakang yaitu :

1. Lobulus quadrangularis anterior lingua

2. Lobus sentralis kulmen

3. Quadrangularis posterior deklive

4. Lobules semilunaris inferior tuber

Potongan melintang serebelum dibagi atas 3 bagian :

a. Arkhi Serebelum, lobus otak kecil merupakan bagian kolumna aferen somatic.

Lobus ini menerima input langsung lewat serabut saraf vestibularis dan nucleus

vestibularis medialis inferior, berperan sebagai tonus otot keseimbangan dan

sikap tubuh.

b. Paleoserebelum, bagian terbesar dari vermis superior hemisfer otak kecil di depan

visura prima . bagian ini merupakan input dari susunan saraf vestibular ang

ber[eran pada pengaturan tonus otot.

c. Neoserebelum, bagian utama dari otak kecil , bagian vermisnya merupakan suatu

bangunan neokorteks serebelum, nucleus pons, dan nucleus oliveri inferior

38
principal pada medula oblongata . input diperoleh dari indra penglihatan ,

pendengaran , dan kulit . peranan secara mendasar adalah menjaga kehalusan

kontraksi otot serta ketetapan kekuatan arah dan besarnya garapan gerakan

volunter.

Struktur internal . serebelum terdiri atas korteks substansia grisea dan

korteks substansia alba, di dalamnya terdapat kumpulan nuclei pada tiap-tiap

hemisfer nuklei :

a. Nucleus dentatus : menerima serabut dari bagian neoserebelum lobus

posterior dan lobus anterior , lalu mengirim serabut ke nucleus ruber ( red

nucleus dan nucleus netro lateral talamus ).

b. Nucleus interpolaris : terdiri atas nucleus globulus dan nukleus

Emboliformis. Kedua nukleus ini menerima serabut dari paleo sebelum dan

mengirim serabut ke nukleus ruber.

c. Nukleus Fastigii ( fastioginal nukleus ) : menerima serabut dari lobus

flokulonodulus ( lobus flocculonodularis ), lalu mengirim serabut ke nukleus

vestibularis dan nukleus retikularis melalui fesikulus unsinatus ( fasciculus

uncinatus )

Substansia alba serebelum Mengandung 3 kelompok serabut proyeksi yang

berpasangan sebagai berikut.

1. Pedunkulus Serebelaris Superior ( Brachium Conjunctivum )

a. Serabut dentatorubral dan dentatotalamikus membawa implus dari nukleus

dentatus ke nukleus ruber kontra lateral dan ke talamus.

b. Traktus spinoserebelaris ventaris, masuk ke serebelum dari medula spinalis

dan berakhir pada korteks paleo serebelum.

39
c. Fasikulus unisinatus (hook bundle of russell),melalui fasikulus ini serabut dari

nukleus fastagii berakhir pada nukleus vestibularis.

2. Pedunkulus Serebralis Medialis ( Brachium Pontis ), merupakan bagian terbesar,

tempat berjalannya serabut dari nuklei di pons yang menuju ke neoserebelum

kontralatera.

3. Pedunkulus Sereberalis Medialis (Rrestiform Body )

a. Traktus olivo sereberalis, berasal dari nukleus oliverius inferior kontralateral

menuju ke korteks hemisfer dan vermis serebelum.

b. Traktus spinoserebelaris dorsalis, mengandung serebut dari medula spinalis

menuju ke korteks lobus anterior dan ke bagian piramidal dan

paleoserebelum.

c. Serabut arkuatus eksterna dorsalis, berasal dari nuklei funikulus grasilis dan

kuneatus.

Serebelum memiliki suatu mekanisme umpan balik yang bertujuan untuk

mengendalikan pergerakan-pergerakan saat pergerakan sedang berlangsung. Fungsi

utamanya adalah mengembalikan tonus otot di luar kesadaran merupakan suatu

mekanisme saraf yang berpengaruh dalam pengaturan dan pengendalian terhadap

perubahan ketegangan dalam otot, untuk mempertahankan keseimbangan dan sikap

tubuh, terjadinya kontraksi dengan lancar dan teratur pada pergerakan di bawah

pengendalian kemauan dan mempunyai aspek keterampilan.

Setiap pergerakan memerlukan suatu koordinasi dalam kegiatan sejumlah

otot. Otot antagonis harus mengalami relaksasi secara teratur, sedangkan otot sinergis

berusaha memfiksasi sendi sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan oleh bermacam-

macam pergerakan.

40
2. Ganglia Basalis (Basal ganglia)

Basal Ganglia terdiri atas beberapa kumpulan subtansia grisea padat yang

terbentuk dalam hubungan yang erat dengan dasar ventrikulus lateralis. Ganglia basalis

merupakan nuklei subkortikalis yang berasal dari telensefalon. Pada otak manusia,

ganglia basalis terdiri atas beberapa elemen saraf sebagai berikut :

1. Nukleus Kaudatus dan Putamen

Nukleus kaudatus sering disebut korpus striatum, sedangkan putamen dan

globus palidus disebut nukleus lentikularis / lentiformalis.

a. Korpus Striatum : merupakan suatu kumpulan substansia grisea di sebelah

anterior kaput nuklei kaudatus berhubungan dengan nukleus lentiformalis.

Fungsi korpus striatum adalah pengendalian gerakan-gerakan tertentu dan

tonus otot tidak bekerja sendiri tapi merupakan bagian penting dari sistem

ekstrapiramidal tetapi tetap dibawah pengendalian korpus striatum.

b. Nukleus Lantiformalis : merupakan lapisan subtansia yang tipis di antara

korteks dan permukaan lateral putamen.

c. Globus Pallidus, terdiri atas dua bagian yaitu globus palidus medialis dan

globus palidus lateralis. Globus palidus terletak di sebelah lateral kapsula

interna dan dikenal sebagai paleostriatum.

d. Korpus Amigdaloideum (corpus amygdaloideum), dikenal sebagai

arkhistriatum (archistriatum), terletak di sebelah dalam lobus temporalis dan

mempunyai hubungan olfaktorik dengan hipotamulus,dan fungsi-fungsi viseral.

Hubungan tersebut di antaranya :

1) Hubungan Aferen : langsung melalui serat traktus olfaktorius lateralis

untuk mencapai bagian anterior, kelompok nuklei pars kortikomedialis,

dan tidak langsung mencapai kelompok nuklei pars basolateralis.

41
2) Hubungan Eferen : stria terminalis berjalan melengkung sepanjang tepi

medial nukleus kaudatus dan berakhir dalam nukleus hipotalamus

ventromedialis dan fibrae amygdalo. Beberapa serat ini mencapai nukleus

medialis dorsalis talami, girus paraterminalis, dan girus cinguli.

Secara fungsional basal ganglia merupakan satu satuan fungsi dari :

a. Nukleus kaudatus, putamen, dan globus pallidus

b. Nuleus subtalmikus

c. Subtansia nigra

d. Nukleus ruber (red nucleus)

Hubungan antara nukleus basal ganglia ini sangat kompleks, Nuklei basal

ganglia mendapat implus dari daerah motorik dan premotorik. Fungsi yang tepat dari

basal ganglia belum jelas. Perangsangan pada umumnya juga tidak memperlihatkan

hasil yang jelas tetapi perangsangan pada nukleus kaudatus menghambat stretch

reflex. Hambatan ini mungkin terjadi dengan cara pengaktifan area inhibisi pada

korteks melalui jalur umpan balik talamo kortikal. Basal ganglia aktif pada gerakan

lambat dan mantap, sedangkan pada gerakan cepat dan tiba- tiba basal ganglia tidak

aktif. Basal ganglia sudah mulai aktif sebelum gerakan dimulai karena berperan

dalam penataan dan perencanaan gerakan yaitu dalam proses konversi pikiran

menjadi gerakan voluter. Aktivitasnya disalurkan melalui talamus menuju korteks

dan jarak kortikospinalis merupakan jalur akhir menuju ke neuron motorik.

Kerusakan pada ganglia basalis pada manusia ke neuron motorik di antaranya :

1. Hiperkinetik: terjadinya gerakan- gerakan abnormal yang berlebihan.

2. Hipokinetik : berkurangnya gerakan misalnya kekakuan.

42
2.12.   Korteks Serebri

Korteks serebri adalah lapisan permukaan hemisfer yang disusun oleh

subtansia grisea. Korteks serebri berlipat lipat, disebut girus, dan celah diantara dua

lekuk disebut sulkus (fisura). Beberapa daerah tertentu dari korteks serebri telah

diketahui memiliki fungsi spesifik. Pada tahun 1909 Brodmann (seorang

neuropsikiater bangsa jerman) membagi korteksn selebri menjadi 47 area bersarkan

struktru selukar. Telah dilakukan banyak usaha untuk menjelaskan berbagagai makna

fungsinonal tertentu dari area-area tersebut.

Hemisfer otak dibagi dalam beberapa lobus atau daerah sesuai dengan tulang

kranium.Lapisan korteks terdiri dari:

1. Lamina Molekularis : Mengandung sedikit sel berjalan secara horizontal dengan

permukaan korteks terdapat percabangan akhir dendrit dari lappisan yang lebih

dalam.

2. Lamina Granularis Externa : Lapisan mengandung sel neuoron berbentuk segi

tiga memadati lapisan ini.

3. Lamina Piramidalis : Lapisan ini mengandung sel berbentuk piramid. Diantara sel

piramid terdapat sel-sel granural dengan akson yang berjalan naik ke arah lapisan

superfisial.

4. Lamina Granularis Interna : Terdiri dari sel neoron berbentuk bintang berukuran

kecil dengan akson yang pendek mencapai lapisan superfisial.

5. Lamina Ganglionaris : Sel neuron granular ,sel neuron yang naik mencapai

lamina molekullaris akson dari sel ini memasuki subtansia alba.

43
6. Lamina Multiformis : Sel-sel nya berbentuk kumparan dengan sumbu panjang

tegak lurus terhadap permukaan korteks.Akson mencapai subtansia alba sebagai

serat proyeksi aferent dan asosiasi.

Permukaan hemisfer diliputi oleh cekungan-cekungan yang berupa sulkus,

fisura, dan tonjolan yang disebut dengan gisrus. Oleh karena adanya sulkus dan

fisura-fisura ini ,maka korteks cerebri dibagi menjadi beberapa lobus :

1. Lobus Frontalis

a. Area 4 (area motortik primer), sebagian besar girus presentalis dan

bagian anterior lobus parasentralis

b. Area 6 adalah bagian sirkuit traktus piramidalis (area premotorik)

mengatur berakan motortik dan prematorik

c. Area 8 mengatur gerakan mata dan perubahan pupil

d. 9, 10, 11, 12 (area asosiasi frontalis)

Lobus frontalis terletak didepan serebrum,bagian belakang

dibatasi oleh sulkus sentralisRolandi.Bagian lateral lobus frontalis terbagi

dalam girus frontalis superior,girus frontalis media,dan girus frontalis

inferior.Bagian basal lobus frontalis terdapat girus orbitalis sebelah lateral

dan girus rektus sebelah medial.

2. Lobus Parientalis

a. Area 3,1,2 adalah area sensorik primer (area postsentral), meliput girus

sentralis dan meluas kearah anterior sampai mencapai dasar sulkus

sentralis.

b. Area 5,7 (area asosiasi somatosensorik), meliputi sebagian permukaan

medial hemisfer serebri .

44
Permukaan bagian atas dan lateral terdiri dari girus pariental

posterior, giruspariental superior girus supramarginalis, girus angularis,

dan bagian media lobus parasentralis.

3. Lobus Oksipitalis

a. Area 17 (korteks visual primer) : Permukaan medial lobus oksipitalis

sepanjang bibir superior dan inferior sulfus kalkanius.

b. Area 18,19 (area asosiasi visual) : Sejajar dengan area 17 meluas sampai

meliputi permukaan lateral lubus oksipitalis. Bagian lateral terdiri dari

girus oksipitalis lateralis, bagian medial girus lingualis, bagian basal

diantara kuneus dan girus lingalis terdapat fisura kalkarina.

4. Lobus Temporalis

a. Area 41 (korteks audiotori primer) : Meliputi girus temporalis superior

meluas sampai ke permukaan lateral girus temporalis

b. Area 42 (area asosiasi auditorik ): Korteks area sedikit meluas sampai ke

pada permukaan girus termporalus superior

c. Area 38, 40, 20, 21, 22 (area asosiasi) : Permukaan lateral dibagi

menjadi girus temporalis superior, girus temporalis media,dan girus

temporalis inferior. Pada bagian basal terdapat girus fusiformis.

5. Area Broka (area bicara motoris) : Terletak sulkus latelaris, mengatur

gerakan berbicara

6. Area Visualis : Terdapat pada polus posterior dan aspek medial hemisfer

cerebri di daerah sulkus kalkaneus,merupakan daerah menerima visual.

45
7. Insula Reili : Bagian serebrum yang membentuk dasar fisura silvi yang

terdapat diantara lobus frontalis, lobus parientalis, dan lobus oksipitalis.

Bagian otak ini ditutupi oleh girus temporalis dan girus frontalis inferior

8. Girus Singuli : Bagian meidal hemisfer terletak diatas korpus kolosum

a. Fungsi Korteks Serebri :

1. Korteks motorik primer (area 4, 6, 8)

a. Mengontrol gerakan volunter otot dan tulang pada sisi tubuh kontralateral.

Implusnya berjalan melalui akson-akson dalam traktus kortikobulber dan

kortikospinal, menuju nuklei saraf-saraf serebrospinal. Proyeksi motorik dari

berbagai bagian tubuh terutama daerah kaki terletak di atas,sedangkan daerah

wajah bilateral terletak di bawah. Daerah lain unilateral berbagai bagian

tubuh sesuai dengan tingkat perbandingan ketermpilan dari bagian tubuh,

keterampilan yang tinggi mempunyai gambaran yang luas.

b. Lesi area 4 akan mengakibatkan paralisis kontralateral dari kumpulan otot

yang disarafi.

c. Area 6 dan 8 pada perangsang akan timbul gerakan mata dan kepala.

2. Korteks sensorik primer (area 3, 4, 5)

a. Penerima sensasi umum (area somestesia).

b. Menerima serabut saraf : Radiasi talamikus yang membawa implus sensoris

dari kulit, otot sendi, dan tendo di sisi kontralateral.Lesi daerah ini dapat

menimbulkan gangguan sensasi pada sisi tubuh kontralateral.

c. Terdapat homunkulus sensorik : Menggambarkan luas daerah proyeksi

sensorik dari bagian-bagian tubuh di sisi tubuh kontralateral.Luasnya

46
daerah sensorik suatu bagian tubuh, sebanding dengan jumlah reseptor di

bagian tubuh tersebut.

3. Korteks visual (penglihatan) area 17

a. Terletak di lobus oksipitalis pada fisura kalkarina.

b. Lesi iritatif menimbulkan halusinasi visual.

c. Lesi destruktif menimbulkan gangguan lapangan pandang.

d. Menerima impuls dari radio-optika.

4. Korteks auditorik (pendengaran) primer area 41

a. Terletak pada transvers temporal temporal girus di dasar visura latelaris

selebri.

b. Menerima impuls dari radiasiaudiotorik yang bersal dari korpus genikulatum

medialis.

c. Lesi area ini hanya menimbulkan ketulian ringan kecuali bila lesinya

bilateral.

5. Area penghidu ( area reseptif olfakturis)

a. Terletak di daerah yang berdekatan dengan girus parahipotalamus lobus

temporalis.

b. Kerusakan jalur olfaktoris menimbulkan anosmia (tidak mampu mneghidu).

c. Lesi iritasi menimbulkan halusinasi olfaktoris. Pada keadaan ini penderita

dapat menghidu bau yang aneh atau mengecap rasa yang aneh.

6. Area asosiasi

47
a. Korteks yang mempunyai hubungan dengan area sensorik maupun motorik,

dihubungkan oleh serabut asosiasi.

b. Pada manusia penting untuk aktivitas mental yang tinggi, seperti berbicara,

menuliskan kata-kata, dsb.

c. Pada manusia terdapat tiga daerah asosiasi yang penting, yaitu daerah

frontal (di depan korteks motorik), daerah temporal (antara girus temporalis

superior dan korteks limbuk) dan daerah parieto-oksipital (antara korteks

somestik dan korteks visual).

d. Kerusakan daerah asosiasi akan menimbulkan gangguan dengan gejala

yang sesuai dengan tempat kerusakan. Misalnya, pada area 5,7 akan

menimbulkan asteriognosis (tidak mengenali bentuk benda yang diletakan

ditangan dengan mata tertutup) karena area ini merupakan pusat asosiasi

sensasi (indera) kulit.

2.13.   Aktivitas Otak atau Kerja Otak

Setiap belahan otak, baik otak kiri maupun otak kanan pada hakikatnya mempunyai

mempunyai tanggung jawab dan fungsi masing-masing. Misalnya, Otak kiri berkaitan dengan

akademik, seperti perbedaan, angka, urutan, tulisan, bahasa, hitungan dan logika, sedangkan

Otak kanan berfungsi dalam hal persamaan, khayalan, kreativitas, bentuk atau ruang, emosi,

musik dan warna. Namun, aktifitas kerja kedua otak tersebut tidak terpisah. Aktivitas kedua

otak itu saling menyatu dan juga saling membangun.

Sebagai contoh, ketika melihat beberapa pohon dengan dedaunannya yang

berguguran, tanah yang kering, dan cuaca yang teramat panas. Kita akan memerikan,

menganalisis, dan menggeneralisasikan semua hal tersebut dengan belahan otak kanan.

Setelah hal tersebut dilakukan oleh otak kanan, maka belahan otak kirilah kemudian yang

48
mengkomunikasikannya secara verbal. Misalnya, ketika kita berkata, “dedaunan itu banyak

berguguran, tanah yang disekitarnya kering, dan ternyata sekarang adalah musim kemarau”.

Belahan otak kirilah yang bertanggung jawab terhadap pengolahan bahasa dan mengutarakan

konsep-konsep yang ada dalam persepsi seseorang. Namun, semua merupakan hasil dari

penggeneralisasian yang dilakukan oleh belahan otak kanan. (Restak, 2004:97) Dengan

contoh di atas, dapat disimpulkan sebenarnya dalam setiap aktivitas otak yang dilakukan oleh

manusia selalu melibatkan dua fungsi otak, yaitu belahan otak kiri dan belahan otak kanan.

Otak kiri untuk melakukan pemikiran, persepsi, sedangkan otak kanan untuk memberikan

gambaran secara visual. Jika seseorang hanya mengaktifkan salah satu belahan otaknya

dalam beberapa aktivitas, terjadi ketidakseimbangan fungsi kerja otak pada manusia, maka

orang tersebut akan mudah menghadapi kesulitan terutama kesehatan mental yang kurang

baik. Seperti yang dikemukakan DePorter (2004: 38), “Sesungguhnya, jika Anda termasuk

kategori otak kiri dan Anda tidak melakukan upaya tertentu memasukkan beberapa aktivitas

otak kanan dalam hidup Anda, ketidakseimbangan yang dihasilkan dapat mengakibatkan

Anda stressdan juga kesehatan mental dan fisik yang buruk.”

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pentingnya

menyeimbangkan fungsi kedua belah otak dalam melakukan aktivitas yang memang

membutuhkan kerja otak, sehingga tercapai tujuan yang optimal.

2.14.   Sistem Saraf Otonom

Saraf Otonom adalah saraf yang mempersarafi alat- alat dalam tubuh seperti kelenjar,

pembuluh darah, paru, lambung, usus, dan ginjal. Alat ini mendapat dua jenis persarafan

otonom yang fungsinya saling bertentangan kalau yang satu merangsang yang lainya

menghambat dan sebaliknya, kedua susunan sitem saraf ini disebut saraf simpatis dan

parasimpatis .

49
Fungsi saraf otonom mengatur motilitas dan sekresi pada kulit, pembuluh darah, dan

organ viseral dengan cara merangsang pergerakan otot polos dan kelenjar eksokrin. Regulasi

dibawa oleh serabut saraf simpatis dan parasimpatis.

1. Saraf Simpatis

Saraf simpatis adalah saraf yang berpangkal pada sumsum tulang belakang

(medula spinalis) di daerah dada dan pinggang. Saraf simpatis merupakan bagian

dari sistem saraf otonom yang cenderung bertindak berlawanan terhadap sistem saraf

parasimpatik dan umumnya berfungsi untuk memacu dan mempercepat kerja organ-

organ tubuh, seperti mempercepat detak jantung dan menyebabkan kontraksi

pembuluh darah. Sistem ini mengatur fungsi kelenjar keringat dan merangsang

sekresi glukosa dalam hati. Sistem saraf simpatik diaktifkan terutama dalam kondisi

stres. Sistem saraf simpatik disebut juga sistem saraf torakolumbar, karena saraf

preganglion keluar dari tulang belakang toraks ke-1 sampai dengan ke-12. Sistem

saraf ini berupa 25 pasang ganglion atau simpul saraf yang terdapat di sumsum

tulang belakang.

Fungsi dari sistem saraf simpatik adalah sebagai berikut :

a. Mempercepat denyut jantung

b. Mempersempit diameter pembuluh darah

c. Memperlambat proses pencernaan

d. Memperkecil bronkus

e. Menurunkan tekanan darah

f. Memperlambat gerak peristaltis

g. Memperlebar pupil

h. Menghambat sekresi empedu

i. Menurunkan sekresi ludah

50
j. Meningkatkan sekresi adrenalin.

2. Saraf Parasimpatik

Saraf parasimpatik adalah saraf yang berpangkal pada sumsum lanjutan

(medula oblongata) dan dari sakrum yang merupakan saraf pre-ganglion dan post-

ganglion.  Sistem saraf parasimpatik disebut juga dengan sistem saraf kraniosakral,

karena saraf preganglion keluar dari daerah otak dan daerah sakral. Fungsi saraf

parasimpatik umumnya memperlambat kerja organ-organ tubuh. Susunan saraf

parasimpatik berupa jaring- jaring yang berhubung-hubungan dengan ganglion yang

tersebar di seluruh tubuh. Urat sarafnya menuju ke organ tubuh yang dikuasai oleh

susunan saraf simpatik.

Sistem saraf parasimpatik memiliki fungsi yang berkebalikan dengan fungsi

sistem saraf simpatik. Misalnya pada sistem saraf simpatik berfungsi mempercepat

denyut jantung, sedangkan pada sistem saraf parasimpatik akan memperlambat denyut

jantung. Berikut adalah fungsi dari sistem saraf parasimpatik :

a. Menghambat denyut jantung

b. Memperlebar diameter pembuluh darah

c. Mempercepat proses pencernaan

d. Memperlebar bronkus

e. Menaikkan tekanan darah

f. Mempercepat gerak peristaltis

g. Mempersempit pupil

h. Mempercepat sekresi empedu

i. Menaikkan sekresi ludah

j. Meninurunkan sekresi adrenalin.

51
2.15.   Fisiologi Aliran Darah Otak, Cairan Serebrospinal, dan Metabolisme pada

otak

1. Fisiologi Aliran Darah Otak

Sistem saraf pusat (SSP) diisi oleh jaringan yang kaya pembuluh darah untuk

memenuhi kebutuhan yang berubah-rubah dari metabolisme saraf lokal dan regional.

Aliran darah otak (CBF) dapat dilihat dari 2 sudut pandang: ciri umum, dan gambaran

unik dari SSP.

Ciri Umum Aliran Darah Sifat alami darah adalah bahwa substansi tertentu

(leukosit, eritrosit, dan trombosit) tersuspensi dalam plasma. Komponen darah

cenderung untuk berkumpul di bagian tengah aliran, dan akan bervariasi sesuai ukuran

lumen, sehingga sifat darah di arteri yang lebih besar tidak dapat disamakan dengan

pembulih darah yang lebih kecil. Lebih jauh lagi, pernyataan tentang tekanan darah,

aliran darah, dan perfusi jaringan harus dipertimbangkan sesuai pulsasi aliran darah.

Faktor-faktor lain juga mempengaruhi aliran darah, meliputi suhu lokal dan

pH, tekanan oksigen dan karbondioksida, K+, H+, HCO3- pada jaringan dan darah;

hematokrit, cardiac output, tekanan darah, faktor neurogenik, tahanan vaskuler, dan

lainnya termasuk mediator saraf dan kimiawi.

2. Cairan Serebrospinal

Cairan ini disalurkan oleh pleksus koroid ke dala ventrikel yang ada dalam otak

kemudian masuk ke dalam kanalis sumsum tulang belakang, lalu ke ruang

subarakhnoid melalui ventrikularis. Setelah melintasi seluruh ruangan otak dan sumsum

tulang belakang, akan kembali ke sirkulasi melalui granulasi arakhnoid pada sinus

52
sagitalis superior. Perjalanan cairan serebrospinalis , setelah meinggalkan ventrikel

lateralis I dan II, cairan otak dan sumsum tulang belakang akan menuju ventrikel III

melalui Foramen monro masuk ke ventrikel IV melalui akuaduktus Sylvius, kemudian

cairan dialirkan ke bagian medial foramen megendie ( foramen of Magendie )

selanjutnya ke sisterna magna. Cairan tersebut akan membasahi bagian – bagian dari

otak dan akan diabsorbsi oleh vili-vili yang terdapat pada arakhnoid. Jumlah cairan ini

tidak tetap, berkisar 80-200 cc dan mempunyai sifat alkalis. Komposisi cairan

serebrospinalis terdiri atas air, protein, glukosa, garam-garam, sedikit limfosit dan

karbondioksida.

Beberapa fungsi cairan serebrospinalis adalah sebagai berikut :

a. Memberikan kelembaban otak dan medulla spinalis.

b. Melindungi alat - alat dalam medulla spinalis dan otak dari tekanan.

c. Melicinkan alat – alat dalam medulla spinalis dan otak.

3. Metabolisme Otak

Berat otak manusia normal berkisar antara 1200-1400 gram, merupakan 2%

dari berat badan total manusia. Dalam keadaan istirahat otak memerlukan oksigen

sebanyak 20% dari seluruh kebutuhan oksigen tubuh dan memerlukan 70% glukosa

tubuh. Adanya kebutuhan oksigen yang tinggi tersebut disertai dengan aktifitas

metabolik otak yang terjadi secara terusmenerus memerlukan aliran darah yang konstan

ke dalam otak, sehingga otak memerlukan makanan yang cukup dan teratur. Dalam

setiap menit otak memerlukan 800 cc oksigen dan 100 mg glukosa sebagai sumber

energi. berkurang atau hilangnya suplai darah ke otak dalam beberapa menit akan

menimbulkan adanya gangguan pada jaringan otak yang bervariasi dari ringan hingga

yang berat berupa kematian sel otak.

53
Secara normal otak memerlukan glukosa untuk menghasilkan energi melalui

proses glikolisis dan siklus krebs serta membutuhkan +- 4 x 10 21 ATP per menit.

Glukosa merupakan sumber utama yang dibutuhkan sel otak disamping oksigen.

Kecepatan metabolisme glukosa di otak adalah 30umol/10 g otak adalah 165umol/100g

otak/menit atau 3.5ml/100g otak/menit. Metabolisme glukosa terjadi terutama di

mitokondria yang akan menghasilkan senyawa fosfat berenergi tinggi seperti ATP 7.

Maka jaringan otak sangat rentan terhadap gangguan suplai glukosa dan oksigen.

Kebutuhan akan glukosa dan oksigen dihantarkan melalui aliran darah secara konstan.

Neuron-neuron otak neuron - neuron otak mendapatkan seluruh sediaan energi

dari metabolisme oksidatif glukosa. Untuk melakukan fungsi - fungsinya otak

memerlukan seperempat kebutuhan oksigen yang digunakan oleh tubuhb per menit.

Neuron yang menggunakan energi yang besar ini dibangkitkan dalam mitokondria,

untuk dua kelompok fungsi:

1. Energi diperlukan untuk mempertahankan integritas sel membran dan konsentrasi

ion intra dan ekstra seluler, juga diperlukan untuk membuang produk toksis dari

siklus biokimiawi molekuler.

2. Untuk melakukan peran serebral dalam sintesis, penyimpanan, transport dan

pelepasan neurotransmiter serta dalam mempertahankan respon elektrik.

Metabolisme aerob glukosa sangat efektif untuk meghasilkan energi yang

diperlukan. Satu molekul glukosa menghasilkan 38 molekul ATP, sedangkan

metabolisme anaerob hanya menghasilkan 2 molekul ATP dengan adanya kerugian

dihasilkannya ion laktat dengan konsekuensi adanya perubahan pH intrasel.

Kebutuhan energi neuron bervariasi menurut aktivitasnya. Peningkatan

penggunaan energi memerlukan pengiriman oksigen dan glukosa dari darah. Hal ini

54
dapat tercapai dengan meningkatkan aliran darah ke daerah tersebut dengan

meningkatkan aktivitas atau dengan meningkatkan ekstraksi oksigen dari darah.

Kebutuhan otak secara umum adalah konstan, tetapi secara lokal bervariasi dan

mampu beradaptasi terhadap pasokan darah. Hal ini mencegah perubahan - perubahan

yang mungkin timbul dalam tekanan perfusi yang dipengaruhi oleh sistem sirkulasi

sentral dengan autoregulasi. Hal ini dapat dicapai melalui kontraksi otot polos

terhadap berbagai tingkat resistensi arteri dan arteriole sesuai dengan tekanan luminal.

Hal ini diduga akibat respon langsung mekanisme distensi dari otot polos atau suatu

reflek neurogenik sistem simpatis. Melalui autoregulasi yang memungkinkan neuron

dapat mempertahankan aliran darah otak total diatas rentang yang luas dari tekanan

perfusi.

Pada orang dewasa normal mempunyai aliran darah otak antara 50- 55 ml/ 100

gr otak / menit. Bila aliran darah otak turun hingga kurang dari 18 ml/ 100 gr/ menit

merupakan ambang atas dari gagahnya pompa ion. Bila aliran darah serebral 8 ml/100

gr/menit merupakan ambang bawah gagahnya pompa ion. Penumbra iskemik adalah

keadaan iskemik otak diantara kedua amabnag tersebut, dimana neuron - neuron

secara fungsional tidak melakukan aktifitas namun secara struktural masih intak dan

bisa diselamatkan.

2.16. Proses Regenerasi Neuron

Sel saraf sulit sekali untuk melakukan regenarasi setelah mengalami

kerusakan. Dalam sel body (inti sel/ sel tubuh), bagian kromatofilik menghilang

dan nukleus keluar dari pusat sel. Jika neuron berfungsi normal kembali, sel

tersebut pelan-pelan akan kembali pada keadaan normal. Jika suplai oksigen

atau nutrisi dihambat, seperti yang selalu terjadi pada stroke atau trauma

55
mekanik mengenai neuron, seperti yang selalu pada kerusakan medula spinalis

atau perifer, neuron tidak akan mengalami perbaikan kecuali sirkulasi baik atau

tekanan turun dalam waktu beberapa menit atau jam. Jika keadaan stress ini

terjadi terus menerus, neuron yang mengalami kerusakan akan benar-benar

mengalami kerusakan permanen.

Pada SST, sel Schwann berperan dalam memperbaiki neuron yang

rusak. Proses ini dinamakan degenaration wallerian, bagian distal akson yang

semakin memburuk dan migrasi makrofag pada sel tersebut untuk proses

fagositosis sel mati tersebut. Sel Schwann di area yang putus membentuk

jaringan padat memanjang yang menyambung pada bagian akson yang

sebenarnya. Selain itu, sel Schwann juga mengelurkan growth factor untuk

merangsang pertumbuhan kembali akson. Jika akson telah putus, akson yang

baru akan mulai muncul dari bagian proksimal bagian yang putus dalam

beberapa jam. Pada sebagian kerusakan yang biasa pada proksimal akson yang

rusak akan mati dan menyusut beberapa sentimeter sehingga tunas muncul

lambat sekitar beberapa minggu. Ketika neuron terus mengalami perbaikan,

akson tersebut akan tumbuh kesisi yang mengalami kerusakan dan sel Schwann

membungkus disekitarnya.

Jika akson terus tumbuh di daerah perifer sepanjang saluran sel

Schwann, ini akan secepatnya mengembalikan hubungan antar sinapnya. Jika

tidak tumbuh lagi atau menyimpang, fungsi normalnya tidak akan kembali.

Akson yang tumbuh mencapai tujuannya, jika bagian distal dan proksimal

bagian yang rusak bertemu. Ketika sebuah saraf perifer mengalami kerusakan

seluruhnya, relatif hanya beberapa akson yang akan sukses mengembalikan

hubungan sinap yang normal, sehingga fungsi saraf akan selamanya rusak.

56
Regenerasi yang terbatas disebabkan karena :

1. Banyak akson yang terdegenarasi

2. Astrosit menghasilkan jaringan parut sehingga mencegah pertumbuhan

akson di daerah yang rusak

3. Astrosit melepaskan bahan kimia yang dapat menghambat pertumbuhan

kembali akson

GBS merupakan bagian atau salah satu dari penyakit neuromuskular, penyakit

ini jarang dijumpai. Gangguan neuromuskular memiliki spektrum gejala dan tanda

yang cukup khas. Mulai dari kesemutan diujung jari, kelumpuhan ekstremitas,

hingga kegagalan saluran pernafasan yang dapat mengancam nyawa. Oleh

karenanya, mengenali penyakit ini sejak awal sangatlah penting. Penyakit

neuromuskular sifat kelumpuhannya adalah lower motor neuron (LMN). Maka dari

itu yang pertama kali diperkirakan bila mencurigai pasien dengan penyakit

neuromuskular adalah memastikan bahwa kelainan pada pasien tersebut bukan

upper motor neuron (UMN). Untuk memperjelas perbedaan antara lesi LMN dan

UMN dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel II.1 Perbedaan lesi LMN dan UMN (Bahrudin, 2013)


LMN UMN
Bentuk kelumpuhan Kelemahan pada otot Hemiparesis,
tertentu sesuai distribusi quadriparesis,
radiks atau pleksus paraparesis
Atrofi Atropi akibat denervasi Disuse atrophy (muncul
(muncul lebih cepat dan belakangan dan tidak
jelas) terlalu jelas)
Fasikulasi (kedutan + -
otot) dan Fibrilasi
Refleks Fisiologis Menurun atau hilang Meningkat
Klonus - +

57
Tonus Hipotonus Hipertonus
Refleks Patologis - +

58
59

BAB III
PENUTUP

3.1.  Kesimpulan

Secara anatomis sistem saraf dibagi menjadi dua yaitu sistem saraf pusat yang terdiri

dari otak dan sumsum tulang belakang dan sistem saraf tepi yang terdiri dari saraf kranial dan

saraf spinal, sementara secara fungsional sistem saraf dibagi menjadi dua juga yaitu saraf

sensorik dan saraf motorik. Saraf motorik dibagi lagi menjadi dua divisi yaitu divisi somatic

dan dan divisi otonom , divisi otonom dibagi menjadi dua yaitu simpatis dan parasimpatis.

Sel saraf atau disebut juga neuron adalah unik struktural dan fungsional dari sistem saraf,

bagian dari jaringan neuron antara lain : badan sel, dendrit, akson, selubung meilin, badan

nissl, neuofibril, nukleus , dan sel schwam. Adapun klsifikasifikasi neuron secara fungsional

berdasarkan arah transmisi implusnya yaitu Neuron Sensorik, Neuron Motorik, Interneuron,

dan secara struktural berdasarkan jumlah prosesusnya terdiri dari Neuron multipolar, Neuron

Bipolar, dan Neuron Unipolar.

Sumsum tulang belakang (medulla spinalis) merupakan perpanjangan dari sistem

saraf pusat. Sumsum tulang belakang memanjang dari pangkal leher, hingga ke

selangkangan. Sumsum tulang belakang terdiri dari 31 pasang saraf spinalis yaitu : 7 Vetebra

Servikalis, 12 Vetebra Torakalis, 5 vetebra Lumbalis, 5 vetebra Sakralis dan 4 vetebra

Koksigeus. fungsinya Menghubungkan sistem saraf tepi ke otak, Memungkinan jalan

terpendek dari gerak refleks, dan Mengurusi persarafan tubuh.

Lokasi area sensorik dan hubungannya dengan korteks serebri terdiri dari Area

Sensorik Primer, Area Visual Primer, Area Auditori Primer, Area Olfaktori Primer, Area

Pengecap Primer (Gustatory). Sedangkan lokasi area motorik dan hubungannya dengan
60

korteks serebri terdiri dari Area Motorik Primer , Area Pramotorik Korteks , Area Broca .

Reseptor Sensorik
merupakan mekanisme dasar reseptor yang mengubah rangsangan sensorik menjadi isyarat

saraf sebagaimana rangsangan sensorik dan kekuatan dideteksi oleh otak. Jenis Reseptor

Sensorik terdiri dari mekanoreseptor, termoreseptor, nosiseptor, reseptor, elekromaknetik,

kemoreseptor. Sensasi somatik kemampuan seseorang untuk mendiagonis berbagai penyakit

bergantungan pada pengetahuan mengenai berbagai sifat berbagai sifat rasa nyeri, dan

bagaimana nyeri dapat di alihkan dari suatu bagian tubuh yang lain. Mata adalah sistem optik

yang memfokuskan berkas cahaya pada fotoreseptor, yang mengubah energi cahaya menjadi

implus saraf.

Serebelum (otak kecil) terletak dalam fossa kranial posterior , dibawah tentorium

serebelum bagian posterior dari pons varolli dan medula oblongata. Serebelum mempunyai

dua hemisfer yang dihubungkan oleh vermis . Ganglia basalis merupakan nuklei subkortikalis

yang berasal dari telensefalon. Adapun korteks serebri adalah lapisan permukaan hemisfer

yang disusun oleh subtansia grisea. Korteks serebri berlipat lipat , disebut girus , dan celah

diantara dua lekuk disebut sulkus ( fisura ). Dalam setiap aktivitas otak yang dilakukan oleh

manusia selalu melibatkan dua fungsi otak, yaitu belahan otak kiri dan belahan otak kanan.

Otak kiri untuk melakukan pemikiran, persepsi, sedangkan otak kanan untuk memberikan

gambaran secara visual. Saraf Otonom adalah saraf yang mempersarafi alat- alat dalam

tubuh seperti kelenjar, pembuluh darah, paru, lambung, usus, dan ginjal. sedangkan Saraf

parasimpatik adalah saraf yang berpangkal pada sumsum lanjutan (medula oblongata) dan

dari sakrum yang merupakan saraf pre-ganglion dan post-ganglion.

61
3.2. Saran

1. Untuk memahami sistem saraf selain membaca dan memahami materi-materi dari
sumber keilmuan yang ada di buku, internet, dan lain-lain kita harus dapat
mengaitkan materi-materi tersebut dengan kehidupan kita sehari-hari, agar lebih
mudah untuk paham dan akan selalu diingat.
2.
3.

62
DAFTAR PUSTAKA

Sloane, Ethel. 2012. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta : EGC.

Syaifuddin. 2012. Anatomi dan Fisiologi : Kurikulum Berbasis Kompetensi Untuk

Keperawatan dan Kebidanan, Edisi 4. Jakarta : EGC.

Syaifuddin. 2004. Anatomi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan, Edisi 2.

Jakarta : EGC.

63

Anda mungkin juga menyukai