Anda di halaman 1dari 48

MAKALAH KIMIA FARMASI I

HUBUNGAN STRUKTUR AKTIVITAS OBAT

STIMULAN SISTEM SARAF PUSAT

OLEH:

NAMA : ANDI IYANG SUCI MAUDY TENRI LOUSERI.M

NIM : NH0518007

KELAS :A

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

NANI HASANUDDIN

MAKASSAR

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT, karena atas ridho-Nya lah

sehingga kami sebagai penulis bisa menyelesaikan makalah ini sebagai salah satu

tugas mata kuliah kimia farmasi I.

Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mendapatkan dorongan

dan bimbingan dari berbagai pihak baik keluarga, dosen pembimbing maupun

teman-teman yang merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi saya.Oleh

karena itu, saya ucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang ikut

membantu dalam penyusunan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini penulis mencoba semaksimal mungkin

dalam penyusunannya.Namun tidak ada gating yang tak retak, begitupun dengan

makalah ini.Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari

pembaca guna memperbaiki makalah sederhana ini.

Demikianlah penyusunan makalah ini semoga bisa bermanfaat bagi saya sendiri

sebagai penulis maupun pembaca.Amin.

Makassar, Oktober 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................................

Daftar Isi ..............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................................

B. Rumusan Masalah ................................................................................

C. Tujuan ....................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Sistem Saraf .............................................................................

B. Sel-Sel dalam Sistem Saraf ...................................................................

C. Fungsi Sistem Saraf ..............................................................................

D. Struktur Sistem Saraf ...........................................................................

E. Sistem Saraf Pusat (SSP) ......................................................................

F. Sistem Saraf Tepi (SST) .......................................................................

G. Mekanisme Refleks Fisiologis ..............................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................

B. Saran ........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Farmasi adalah ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat

menjadi bentuk tertentu hingga siap digunakan sebagai obat, serta

perkembangan obat yang meliputi ilmu dan teknologi pembuatan obat dalam

bentuk sediaan yang dapat digunakan dan diberikan kepada pasien (Inggriani,

2016).

Farmakologi (pharmacology) berasal dari bahasa Yunani, yaitu

pharmacon yang berarti obat dan logos yang berarti ilmu.Farmakologi dapat

didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan ang mempelajari interaksi obat

dengan konstituen (unsure pokok) tubuh untuk menghasilkan efek terapi

(therapeutic) (Rahardjo, 2009).

Pengetahuan yang luas tentang bagaimana obat-obat berinteraksi

dengan komponen-komponen dalam tubuh untuk menghasilkan efek-efek

terapi disebut dengan istilah farmakologi.Istilah farmakologi mencakup

spectrum interaksi obat dalam tingkat molecular dengan tubuh secara

keseluruhannyayang sangat mengandalkan pengetahuan biokimia, fisiologi,

biologi molecular dan kimia organik (Rahardjo, 2009).

Sistem saraf adalah sistem koordinasi berupa penghantaran impuls

saraf ke susunan saraf pusat, pemrosesan impuls saraf dan pemberi tanggapan

rangsangan. Sistem atau susunan saraf merupakan salah satu bagian terkecil

dari organ dalam tubuh, tetapi merupakan bagian yang paling


kompleks.Susunan saraf manusia mempunyai arus informasi yang cepat

dengan kecepatan pemrosesan yang tinggi dan tergantung pada aktivitas listrik

(impuls saraf) (Bahrudin, 2013).

Sistem saraf pusat manusia adalah suatu jalinan jaringan saraf yang

kompleks, sangat khusus dan saling berhubungan satu sama lain. Sistem saraf

mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu dengan

lingkungan sekitarnya

Perangsang system saraf pusat adalah senyawa yang dapat

menimbulkan rangsangan tidak selektif pada system saraf pusat.Perangsang

system saraf pusat dibagi menjadi 4 kelompok yaitu analeptika, urunan

metilxanin, perangsang psikomoor dan halusinogen.

B. Rumusan Masalah

1. Definisi sistem saraf?

2. Apa saja sel-sel dalam sistem saraf?

3. Apa fungsi sistem saraf?

4. Bagaimana struktur sistem saraf?

5. Apa itu sistem saraf pusat?

6. Apa saja perangsang sistem saraf pusat?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa itu sistem saraf.

2. Untuk mengetahui sel-sel apa saja dalam sistem saraf.

3. Untuk mengetahui fungsi sistem saraf.


4. Untuk mengetahui struktur sistem saraf.

5. Untuk mengetahui apa itu sistem saraf pusat (SSP).

6. Untuk mengetahui apa saja perangsang sistem saraf pusat?


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Sistem Saraf

Sistem saraf adalah sistem koordinasi berupa penghantaran impuls

saraf ke susunan saraf pusat, pemrosesan impuls saraf dan pemberi tanggapan

rangsangan. Sistem atau susunan saraf merupakan salah satu bagian terkecil

dari organ dalam tubuh, tetapi merupakan bagian yang paling

kompleks.Susunan saraf manusia mempunyai arus informasi yang cepat

dengan kecepatan pemrosesan yang tinggi dan tergantung pada aktivitas listrik

(impuls saraf) (Bahrudin, 2013).

Jaringan saraf terdiri Neuroglia dan Sel schwan (sel-sel penyokong)

serta Neuron (sel-sel saraf). Kedua jenis sel tersebut demikian erat berkaitan

dan terintegrasi satu sama lainnya sehingga bersama-sama berfungsi sebagai

satu unit (Erlintan, 2011).

Alur informasi pada sistem saraf dapat dipecah secara skematis

menjadi tiga tahap. Suatu stimulus eksternal atau internal yang mengenai

organ-organ sensorik akan menginduksi pembentukan impuls yang berjalan ke

arah susunan saraf pusat (SSP) (impuls afferent), terjadi proses pengolahan

yang komplek pada SSP (proses pengolahan informasi) dan sebagai hasil

pengolahan, SSP membentuk impuls yang berjalan ke arah perifer (impuls

efferent) dan mempengaruhi respons motorik terhadap stimulus

(Bahrudin,2013).
Sistem saraf mengintegrasikan dan memantau aksi yang tak terbilang

banyaknya yang terjadi secara serentak di seluruh tubuh manusia.Sistem saraf

bersama sistem endokrin mengendalikan aktivitas bagian-bagian tubuh ang

berbeda (Suarnianti, 2016).

B. Sel-Sel pada Sistem Saraf

1. Neuron

Neuron adalah unit fungsional sistem saraf yang terdiri dari badan

sel dan perpanjangan sitoplasma.Neuron berperan mentransmisikan

impluls saraf. Neuron terdiri atas bagian-bagian berikut ini (Suarnianti,

2016) :

a. Badan sel (soma atau perikarion) mengandung inti dan organel sel

lainnya. Badan sel berperan mengendalikan metabolism keseluruhan

neuron.
b. Badan Nissl (zat kromatofilik) adalah kelompok reticulum endoplasma

kasar yang merupakan tempat sintesis protein.

c. Dendrit merupakan perpanjangan sitoplasma yang biasanya berganda

dan pendek yang berfungsi sebagai pengantar impuls ke sel tubuh.

Permukaan dendrite penuh dengan spina dendrit yang dikhususkan

untuk berhubungan dengan neuron lain.

d. Akson suatu proses tunggal, yang lebih tipis dan lebihpanjang dari

dendrite. Bagian ini menghantar impuls menjauhi badan sel ke neuron

lain, ke sel lain atau ke badan sel neuron yang menjadi asal akson.

Akson muncul dari badan sel pada akson hillock yang berbentuk

kerucut. Semua akson dalam sistem saraf dibungkus oleh lapisan

Schwan (neurolema) yang dihasilkan oleh sel-sel Schwan. Sel Schwan

menghasilkan myelin yang berfungsi sebagai insulator listrik dan

mempercepat hantaran impuls saraf.

Bentuk dan ukuran badan sel neuron berbeda-beda, demikian juga

dengan jenis, jumlah dan panjang tonjolannya.Neuron diklasifikasikan

berdasarkan struktur maupun fungsinya. Neuron secara strukrtural dibagi

menjadi 3 kelompok yaitu (Suarnianti, 2016) :


a. Neuron multipolar mempunyai satu akson dan beberapa banyak

dendrite. Sebagian besar neuron adalah jenis ini.

b. Neuron bipolar mempunyai satu akson dan satu dendrite. Neuron

bipolar muncul dari sisiyang berlawanan pada badan sel. Neuron

bipolar hanya ditemukan pada neuron sensori khusus pada mata,

telingan dan organ olfaktori.

c. Neuron unipolar mempunyai taju tunggal yang muncul dari badan sel

yang bercabang, berbentuk T, menjai dua taju. Kedua taju ini berfungsi

sama seperti akson tunggal. Dendrite muncul dari salah satu ujung

terminal akson. Zona pemicu pada neuron unipolar terletak pada

sambungan antara akson dan dendrite. Kebanyakan neuron unipolar

adalah neuron sensori.

Sedangkan klasifikasi neuron berdasarkan fungsinya terbagi juga

dalam tiga kelompok diantaranya (Suarnianti, 2016) :


a. Neuron sensori (neuron aferen) mentrasnmisikan impuls sensori dari

kulit dan indera lainnya atau dari tempat di dalam tubuh, menuju

sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang)

b. Neuron motorik (neuron eferen) mentransmisikan impuls saraf dari

sistem saraf pusat menuju efektor, sel-sel sasaran yang menghasilkan

semacam tanggapan. Yang termasuk efektor adalah otot, kelenjar

keringat dan kelenjar eksokrin.

c. Neuron asosiasi/neuron penghubung (interneuron) terletak pada sistem

saraf pusat dan mentransmisikan impuls dari neuron sensori ke neuron

motorik. Lebih dari 90% neuron dalam tubuh merupakan neuron

asosiasi.

2. Sel Neuroglia

Neuroglia (glia) adalah sel-sel yang mendukung, melindungi dan

member makan neuron.Terdapat 4 jenis utama sel glia, masing-msing

dengan peran spesifiknya.Sel yang paling kecil adalah microglia, yang

bersifat fagosit yang menyediakan fungsi perlindungan dengan memakan


jasad renik dan sisa-sisa sel. Sel ependimal melapisi rongga yang penuh

cairan serebospinal, yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang.

Sel glia lain menyekat akson dan dendrite adalah astrosit dan

oligodendrosit. Astrosit mempunyai banyak taju yang menyebabkan sel

tampak seperti bintang.Astrosit mempertahankan keseimbangan ion di

sekitar neuron dan mengendalikan pertukaran material antara pembuluh

darah dan neuron.Oligodendrosit mempunyai lebih sedikit taju

dibandingkan astrosit.Oligodendrosit melapisi taju sitoplasma di sekitar

neuron untuk menciptakan pelindung penyekat yang disebut selubung

myelin.Selubung myelin selain memberikan penyekatan di antara serat

saraf yang berdampingan, mencegah terjadinya persilangan impuls di

antara sebuah saraf dengan saraf yang berdekatan (Suarnianti, 2016).

Ada empat sel neuroglia yang berhasil diidentifikasi yaitu

mikroglia, ependimal, astroglia (astrosit), dan oligodendroglia

(oligodendrosit).

a. Microglia

Sekitar 5% dari sel-sel glia di SSp adalah mikroglia. Mikroglia

mempunyai sifat fagosit; bila jaringan saraf rusak, maka sel-sel ini

bertugas untuk mencerna sisa-sisa jaringan yang rusak. Sel jenis ini

ditemukan di seluruh SSP dan dianggap berperan penting dan proses

melawan infeksi.
b. Ependimal

Ependimal berperan dalam produksi cairan serebrospinal

(CSS). Ependimal adalah neuroglia yang membatasi sistem ventrikel

SSP. Sel-sel inilah yang merupakan epitel dari pleksus koroideus

ventrikel otak.

c. Astroglia

Astroglia atau astrosit (astro – bintang) merupakan sel glia terbesar.

Fungsi astrosit antara lain :

1) Sebagai barier darah – otak

2) Memperbaiki kerusakan jaringan neuron

3) Menjaga perubahan interstisial

d. Oligodendroglia

Oligodendroglia atau oligodendrosit, seperti astrosit memiliki

silinder sitoplasma yang panjang dan merupakan sel glia yang

bertanggung jawab menghasilkan mielin dalam SSP. Setiap

oligodendroglia mengelilingi beberapa neuron dan membran

plasmanya membungkus tonjolan neuron sehingga membentuk

selubung mielin. Mielin pada SST dibentuk oleh sel-sel Schwann.


3. Sel Schwan

Sel schwann membentuk mielin maupun neurolema saraf tepi.

Membran plasma sel Schwann secara kosentris mengelilingi tonjolan

neuron SST.

a. Mielin

Mielin merupakan suatu kompleks protein lemak berwarna

putih yang mengisolasi tonjolan saraf. Mielin menghalangi aliran ion

natrium dan kalium melintasi membran neuronal dengan hampir

sempurna. Selubung mielin tidak kontinu di sepanjang tonjolan saraf,

dan terdapat celah-celah yang tidak memiliki mierlin, yang disebut

nodus Ranvier. Tonjolan saraf pada SSP dan SST dapat bermielin

atau tidak bermielin.


4. Sistem Komunikasi Sel

Daya kepekatan dan daya hantaran merupakan sifat utama dari

makhluk hidup dalam bereaksi terhadap perubahan sekitarnya.Rangsangan

ini dinamakan stimulus, sedangkan reaksi yang dhasilkan dinamakan

respons.Alat penghantar stimulus yang berfungsi menerima rangsangan

disebut reseptor, sedangkan yang menjawabb stimulus disebut efektor

seperti otot, sel, kelenjar dan sebagainya (Suarnianti, 2016).

Hubungan reseptor dengan efektor terjadi melalui sistem sirkulasi

dengan perantara zat kimia yang aktif atau melalui hormone yang

melewati tonjolan protoplasma dari sat sel berupa benang serabut. Sel

yang merupakan tonjolan ini dinamakan neuron. Serangkaian neuron

terdiri dari neuro reseptor dan neuron efektor yang akan membentuk arkus

reflex. Ada 2 tonjolan neuron sensorik, yaitu ke syaraf perifer dan syaraf

pusat.Yang ke perifer berhubungan dengan organ ujung (otot dan kulit)

dikenal sebagai dendrite dan tonjolan ke pusat disebut akson (neurit)

(Suarnianti, 2016).

C. Fungsi Sistem Saraf

Sistem saraf mempunyai beberapa fungsi diantaranya adalah sebagai

berikut (Suarnianti, 2016) :

1. Menerima berbagai sensasi dari dalam tubuh.

2. Bereaksi pada sensasi tersebut, menghadapinya secara otomatis atau

merasakan dan memikirkannya.


3. Menyimpan memori dan melepaskannya bila dibutukan.

4. Mengekspresikan emosi.

5. Mengirimkan pesan untuk bagian sistem saraf lain seperti otot, kelenjar

endokrin dan organ lain.

6. Mengontrol tubuh dengan mempertahankan kesehatan, menghindari atau

menghadapi bahaya dan meningkatkan aktivitas yang menyenangkan.

D. Susunan Sistem Saraf

Sistem saraf terdiri atas dua bagian yaitu sistem saraf pusat (SSP) dan

sistem saraf tepi (SST) yang mencakup otak dan korda spinalis, dan sistem

saraf tepi (SST) yang mencakup serat-serat saraf yang membawa informasi

antara SSP dan bagian tubuh lain (perifer).SST dibagi lagi menjadi divisi

aferen dan eferen. Divisi aferen membawa informasi ke SSP, member tahu

tentang lingkungan eksternal dan aktivitas internal yang sedang diatur oleh

susunan saraf. Instruksi dari SSP disalurkan melalui divisi eferen ke organ
efektor (otot atau kelenjar yang melaksanakan perintah agar dihasilkan efek

yang sesuai) (Suarnianti, 2016).

Susunan sistem saraf terbagi secara anatomi yang terdiri dari saraf pusat

(otak dan medula spinalis) dan saraf tepi (saraf kranial dan spinal) dan secara

fisiologi yaitu saraf otonom dan saraf somatik (Bahrudin, 2013).

E. Sistem Saraf Pusat (SSP)

Susunan saraf pusat (SSP) yaitu otak (ensefalon) dan medula spinalis,

yang merupakan pusat integrasi dan kontrol seluruh aktifitas tubuh.Bagian

fungsional pada susunan saraf pusat adalah neuron akson sebagai penghubung

dan transmisi elektrik antar neuron, serta dikelilingi oleh sel glia yang

menunjang secara mekanik dan metabolik (Bahrudin, 2013).

Sistem saraf pusat manusia adalah suatu jalinan jaringan saraf yang

kompleks, sangat khusus dan saling berhubungan satu sama lain. Sistem saraf

mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu dengan

lingkungan sekitarnya. Susunan saraf pusat terdiri atas otak besar, batang otak,

otak kecil dan sum-sum tulang belakang dan diliputi oleh selaput otak (metix)

yang terdiri atas pachmenix dan leptomenix obat yang bekerja pada sistem

saraf pusat terbagi menjadi obat antikonvulsi, psikotropik, anestetik umum

hipnotik-sedatif, antiperkinson, analgesik – anti piretik serta anti inflamasi.

Obat hipnotik-sedatif dan penenang sering dicampurkan karena bebas

tumpang – tindihnya (Feriyawati, 2006).


Sistem saraf pusat memiliki peranan dalam mengatur berbagai

aktivitas tubuh, termasuk di dalamnya yaitu menerima berbagai rangsangan

sensorik, mengintegrasikan informasi satu dengan yang lain, mengambil

keputusan dan menghasilkan aktivitas motorik tubuh. Dalam pengaturan

koordinasi motorik di dalam tubuh terdapat keterlibatan dari berbagai daerah

pada sistem saraf pusat meliputi korteks serebral yang menstimulasi kontraksi

otot, serebelum yang berpengaruh terhadap ketepatan waktu dari aktivitas

motorik untuk menghasilkan efek yang cepat dari satu jaringan otot menuju

jaringan otot lainnya, serta ganglia basal yang membantu merencanakan dan

mengatur pola yang kompleks dari gerakan otot (Joyce, 1996).

1. Otak

Otak merupakan suatu alat tubuh yang sangat penting karena

merupakan pusat computer dari semua alat tubuh, bagian dari saraf sentral

ang terletak didalam rongga tengkorak yang dibungkus oleh selaput otak

yang kuat. Otak dihubungkan dengan sumsum tulang belakang, mengatur

baik proses tidak sadar dan mengkoordinasi sebagian besar gerakan yang

disadari (Suarnianti, 2016).

Otak merupakan alat tubuh yang sangat penting dan sebagai pusat

pengatur dari segala kegiatan manusia yang terletak di dalam rongga

tengkorak.Bagian utama otak adalah otak besar (cerebrum), otak kecil

(cereblum) dan otak tengah (Khanifuddin, 2012).

Otak besar merupakan pusat pengendali kegiatan tubuh yang

disadari.Otak besar ini dibagi menjadi dua belahan, yaitu belahan kanan
dan kiri.Tiap belahan tersebut terbagi menjadi 4 lobus yaitu frontal,

parietal, okspital, dan temporal.Sedangkan disenfalon adalah bagian dari

otak besar yang terdiri dari talamus, hipotalamus, dan epitalamus.Otak

belakang/ kecil terbagi menjadi dua subdivisi yaitu metensefalon dan

mielensefalon.Metensefalon berubah menjadi batang otak (pons) dan

cereblum. Sedangkan mielensefalonakan menjadi medulla oblongata. Otak

tengah/ sistem limbic terdiri dari hipokampus, hipotalamus, dan amigdala

(Khafinuddin, 2012).

a. Otak Depan

Otak depan terdiri atas otak besar (cerebrum), talamus, dan

hipotalamus.

1) Otak besar merupakan bagian terbesar dari otak, yaitu mencakup

85% dari volume seluruh bagian otak. Bagian tertentu merupakan

bagian paling penting dalam penerjemahan informasi yang anda

terima dari mata, hidung, telinga, dan bagian tubuh lainnya.

Bagian otak besar terdiri atas dua belahan (hemisfer), yaitu


belahan otak kiri dan otak kanan. Setiap belahan tersebut akan

mengatur kerja organ tubuh yang berbeda. Otakbesar terdiri atas

dua belahan, yaitu hemisfer otak kiri dan hemisfer otak kanan.

Otak kanan sangat berpengaruh terhadap kerja organ tubuh bagian

kiri, serta bekerja lebih aktif untuk pengerjaan masalah yang

berkaitan dengan seni atau kreativitas. Bagian otak kiri

mempengaruhi kerja organ tubuh bagian kanan serta bekerja aktif

pada saat anda berpikir logika dan penguasaan bahasaatau

komunikasi. Di antara bagian kiri dan kanan hemisfer otak,

terdapat jembatan jaringan saraf penghubung yang disebut dengan

corpus callosum.

2) Talamus Mengandung badan sel neuron yang melanjutkan


informasi menuju otak besar. Talamus memilih data menjadi

beberapa kategori, misalnya semua sinyal sentuhan dari tangan.

Talamus juga dapat menekan suatu sinyal dan memperbesar sinyal


lainnya. Setelah itu talamus menghantarkan informasi menuju

bagian otak yang sesuai untuk diterjemahkan dan ditanggapi.

3) Hipotalamus Mengontrol kelenjar hipofisis dan mengekspresikan


berbagai macam hormon. Hipotalamus juga dapat mengontrol

suhu tubuh, tekanan darah, rasa lapar, rasa haus, dan hasrat

seksual. Hipotalamus juga dapat disebut sebagai pusat kecanduan

karena dapat dipengaruhi oleh obatobatan yang menimbulkan

kecanduan, seperti amphetamin dan kokain. Pada bagian lain

hipotalamus, terdapat kumpulan sel neuron yang berfungsi sebagai

jam biologis. Jam biologis ini menjaga ritme tubuh harian, seperti

siklus tidur dan bangun tidur. Di bagian permukaan otak besar

terdapat bagian yang disebut telensefalon serta diensefalon. Pada

bagian diensefalon, terdapat banyak sumber kelenjar yang

menyekresikan hormon, seperti hipotalamus dan kelenjar pituitari

(hipofisis). Bagian telensefalon merupakan bagian luar yang

mudah kita amati dari model torso.


b. Otak Tengah

Otak tengah merupakan bagian terkecil otak yang berfungsi

dalam sinkronisasi pergerakan kecil, pusat relaksasi dan motorik, serta

pusat pengaturan refleks pupil pada mata.Otak tengah terletak di

permukaan bawah otak besar (cerebrum).Pada otak tengah terdapat

lobus opticus yang berfungsi sebagai pengatur gerak bola mata.Pada

bagian otak tengah, banyak diproduksi neurotransmitter yang

mengontrol pergerakan lembut. Jika terjadi kerusakan pada bagian ini,

orang akan mengalami penyakit parkinson. Sebagai pusat relaksasi,

bagian otak tengah banyak menghasilkan neurotransmitter dopamin.

c. Otak Belakang

Otak belakang tersusun atas otak kecil (cerebellum), medula

oblongata, dan pons varoli.Otak kecil berperan dalam keseimbangan

tubuh dan koordinasi gerakan otot. Otak kecil akan mengintegrasikan

impuls saraf yang diterima dari sistem gerak sehingga berperan

penting dalam menjaga keseimbangan tubuh pada saat beraktivitas.

Kerja otak kecil berhubungan dengan sistem keseimbangan lainnya,

seperti proprioreseptor dan saluran keseimbangan di telinga yang

menjaga keseimbangan posisi tubuh. Informasi dari otot bagian kiri

dan bagian kanan tubuh yang diolah di bagian otak besar akan

diterima oleh otak kecil melalui jaringan saraf yang disebut pons

varoli.
Di bagian otak kecil terdapat saluran yang menghubungkan

antara otak dengan sumsum tulang belakang yang dinamakan medula

oblongata.Medula oblongata berperan pula dalam mengatur

pernapasan, denyut jantung, pelebaran dan penyempitan pembuluh

darah, gerak menelan, dan batuk.Batas antara medula oblongata dan

sumsum tulang belakang tidak jelas.Oleh karena itu, medula

oblongata sering disebut sebagai sumsum lanjutan.

Pons varoli dan medula oblongata, selain berperan sebagai

pengatur sistem sirkulasi, kecepatan detak jantung, dan pencernaan,

juga berperan dalam pengaturan pernapasan. Bahkan, jika otak besar

dan otak kecil seseorang rusak, ia masih dapat hidup karena detak

jantung dan pernapasannya yang masih normal. Hal tersebut

dikarenakan fungsi medula oblongata yang masih baik.Peristiwa ini

umum terjadi pada seseorang yang mengalami koma yang

berkepanjangan.Bersama otak tengah, pons varoli dan medula

oblongata membentuk unit fungsional yang disebut batang otak

(brainstem).

2. Medulla Spinalis (Sumsum Tulang Belakang)

Korda spinalis adalah suatu silinder panjang langsung jaringan

saraf yang berjalan dari batang otak.Struktur ini memiliki panjang 45 cm

(18 inci) dan garis tengah 2 cm. sumsum tulang belakang memanjang

mulai dari dasar otak sampai ke bagian bawah tulang belakang

(lumbosakral).Berbentuk seperti tabung pipih dan hana lebih lebar sedikit


dari sebatang pensil, mengecil sampai menyerupai benang di bagian

dasar.Bercabang keluar dari sumsum tulang belakang adalah 31 pasang

saraf tulang belakang, yang terhubung dengan kulit, otot dan bagian lain

tungkai, dada dan perut. Saraf spinalis diberi nama sesuai dengan bagian

kolumna vertebralis tempat mereka keluar. Terdapat 8 saraf servikalis

(leher), 12 saraf torakalis (dada), 5 saraf lumbalis (abdomen), 5 saraf

sakralis (panggul) dan 1 saraf koksigeus (tulang ekor). Korda spinalis

memiliki 2 fungsi yaitu sebagai jaringan saraf penghubung antara otak dan

sistem saraf tepid an sebagai pusat integrasi untuk refleks spinal, termasuk

sebagian refleks postural dan protektif dasar serta refleks yang berkaitan

dengan pengosongan organ-organ panggul (Suarnianti, 2016).

Sumsum tulang belakang terletak memanjang di dalam rongga

tulang belakang, mulai dari ruas-ruas tulang leher sampai ruas-ruas tulang

pinggang yang kedua.Sumsum tulang belakang terbagi menjadi dua lapis

yaitu lapisan luar berwarna putih (white area) dan lapisan dalam berwarna

kelabu (grey area).Lapisan luar mengandung serabut saraf dan lapisan

dalam mengandung badan saraf.Di dalam sumsum tulang belakang

terdapat saraf sensorik, saraf motorik dan saraf penghubung.Fungsinya

adalah sebagai penghantar impuls dari otak dan ke otak serta sebagai pusat

pengatur gerak refleks (Khafinuddin, 2012).


F. Gangguan Sistem Saraf Pusat

1. Skizofrenia

Skizofrenia adalah suatu penyakit yang memengaruhi otak dan

menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi gerakan, dan perilaku

aneh dan terganggu. Skizofrenia sering disalahartikan oleh masyarakat,

penyakit ini ditakuti sebagai gangguan jiwa yang berbahaya dan tidak

dapat dikontrol dan pasien yang terdiagnosis digambarkan sebagai

individu yang mengalami masalah emosional atau psikologis yang tidak

terkendali.

Menurut WHO (2015), skizofrenia adalah gangguan mental yang

ditandai dengan perilaku sosial yang abnormal dan kegagalan untuk

memahami apa yang terjadi sebenarnya.


2. Guillain Barre Syndrome (GBS)

Guillain Barre Syndrome (GBS) atau dikenal dengan Acute

Inflammatory Idiopathic Polyneuropathy (AIIP) atau bisa juga disebut

sebagai Acute Inflammatory Demyelinating Polyneuropathy (AIDP)

adalah suatu penyakit pada susunan saraf yang terjadi secara akut dan

menyeluruh, terutama mengenai radiks dan saraf tepi, terkadang menyenai

saraf otak yang didahului oleh infeksi. Penyakit ini merupakan autoimun

dimana sistem imunitas tubuh menyerang sel sarafnya sendiri.

3. Ensefalitis

Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai sistem saraf pusat (SSP)

yang disebabkan oleh virus atau mikroorganisme lain yang nonporulen.

Penyebab tersering dari ensefalitis adalah virus, kemudian herpes

simpleks, arbovirus dan jarang disebabkan oleh enterovirus, gondongan,

dan adenovirus. Ensefalitis bisa juga terjadi pada pascainfeksi campak,

influenza, varisella, dan pancainvaksinasi Pertusis.

4. Abses Otak

Abses otak merupakan kumpulan dari unsur-unsur infeksius dalam

jaringan otak. Invasi kuman dapat terjadi melalui : 1)invasi otak langsung

dari trauma intrakranial atau pembedahan; 2) penyebaran infeksi dari

daerah lain seperti sinus, telinga dan gigi (infeksi sinus paranasal, otitis

media, sepsis gigi); serta 3) penyebaran infeksi dari organ lain (abses paru-

paru, endokarditis infektif), dan dapat menjadi komplikasi yang

berhubungan dengan beberapa bentuk abses otak.


5. Sindrom Guillain Barre

Sindrom Guillain Barre merupakan sindrom klinis yang

ditunjukkan oleh onset akut dari gejala-gejala yang mengenai saraf perifer

dan kranial. Proses penyakit mencakup demielinasi dan degenarasi selaput

mielin dari saraf perifer dan kranial.

G. Perangsang Sistem Saraf Pusat

Perangsang system saraf pusat adalah senyawa yang dapat

menimbulkan rangsangan tidak selektif pada system saraf pusat. Dua

mekanisme umuum yang terlibat pada rangsangan system saraf pusat adalah:

1. Pemblokan selektif hambatan saraf yaitu: pemblokan hambatan

postsinaptik dan pemblokan hambatan prasinaptik

2. Rangsangan langsung pada saraf

Perangsang system saraf pusat pada mumnya digunakan sebagai

analeptic atau perangsang pernapasan, penurun nafsu makan (anoreksia) untuk

pengobaan kegemukan, dan unuk pengobatan keadaan tertekan atau depresi

mental.Perangsang system saraf pusat juga digunakan untuk memelihara

kesadaran dan mempercepat pulihnya refleks normal setelah

anestesi.Perangsang system saraf pusat dibagi menjadi 4 kelompok yaitu

analeptika, urunan metilxanin, perangsang psikomotor dan halusinogen.

H. Analeptika

Analeptika juga sering disebut sebagai perangsang pernapasan, adalah

senyawa yang dapat meningkatkan ventilasi pulmonary, meningkatkan respon


rangsangan sensori dan mempercepat pulihnya reflex normal sesudah anestesi.

Analeptika digunakan sebagai obat pilihan untuk pengobatan depresi

pernapasan yang disebabkan oleh narkotika, senyawa pemblok saraf otot,

antagonis opiat atau senyawa antikolineserase. Golongan ini tidak

menunjukkan efek antagonis khas terhadap sedative-hipnotik.Analeptika

kurang efektif untk pengobatan depresi ventilasi yang disebabkan oleh henti

jantung, kesulitan jalan udara dan bronkospasma.Dalam dosis tinggi

analeptika dapa menyebabkan kejang.Selain menimbulkan efek rangsangan

pernapasan, analeptika juga merangsang system saraf pusa.

Obat analeptik lama seperti niketamid, pentilentetrazol dan pikrotoksin

relative kurang aman, karena batas antara dosis analeptic sangat

bervariasi.Pada dosis tinggi, analeptika dapat menyebabkan mual, muntah,

aritmia jantng dan kejang, serta menyebabkan reaksi psikotik seperti euphoria,

agitasi, kebingungan dan halusinasi. Contoh analeptika diantaranya adalah :

1. Niketamid, terutama bekerja sebagai perangsang pernapasan pada

medula, tetapi mekanisme kerja secara pasti masih belum diketahui.

Niketamid digunakan untuk pengobatan depresi pernapasan yang

disebabkan oleh obat penekan system saraf pusat, seperti turunan

barbiturate. Dosis I.V. atau I.M. : 0,375-3,75 g.

2. Doksapram HCl, mempunyai mekanisme kerja serupa dengan niketamid,

digunakan untuk pengobatan depresi pernapasan yang disebabkan oleh

obat anestesi. Doksapram diberikan secara intravena, efeknya berakhir


setelah 5-10 menit, waktu paruh rata-ratanya 3,4 jam. Dosis I.V. : 0,5-1

mg/kgbb, dapat diulang dengan selang 5 menit.

3. Pentilentetrazol (Cardiazol), dapat menimbulkan kejang dengan

merangsang eksitasi dan hambatan saraf. Pentilentetrazol digunakan untuk

pengobatan depresi pernapasan yang disebabkan oleh obat penekan system

saraf pusat, dan untuk syok terapi pada pengobatan depresi psikotik. Dosis

I.V. atau S.C. : 0,5 g, dapat diulang dengan selang 30 menit bila

diperlukan.

4. Pikrotoksin, terdapat pada biji tanaman Anamirta cacculus, mempunyai

efek perangsang pernapasan dan system saraf pusat yang kuat. Mekanisme

kerjanya dengan cara memblok hambatan prasinaptik dan merupakan

antagonis terhadap kerja GABA. Pirotoksin digunakan untuk pengobatan

depresi pernapasan yang disebabkan oleh kelebihan dosis turunan

barbiturate atau lain-lain obat penekan system saraf pusat. Sediaan: 3

mg/ml, dosis disesuaikan dengan keadaan penderita.

5. Striknin sulfat, terdapat pada biji yang masak dari tanaman Strychnos nux

vomica. Striknin dapat merangsang system saraf pusat dengan memblok

secara selekif hambatan postsinaptik. Pada umumnya striknin digunakan

sebagai campuran tonikum dan amarum. Dosis analepik: 2-8 mg.

6. Bemegrid, dapat merangsang system saraf pusat dengan bekerja sebagai

antagonis terhadap kerja GABA. Bemegrid digunakan untuk pengobatan

keracunan turunan barbiturat. Dosis I.V. : 50 mg.


I. Turunan Metilxantin

Turunan metilxantin mempunyai efek perangsang system saraf pusat

dan banyak digunakan sebagai obat adalah kafein, teofilin, dan

teobromin.Dalam dosis kecil turunan ini sering digunakan sebagai tonikum

dan minuman penyegar, terutama sebagai kopi, the, coklat dan minuman yang

mengandung cola, untuk meningkatkan kesegaran, mengurangi kelelahan,

mengurangi nyeri kepala dan sebagai diuretic.

Dalam dosis besar (200 mg), kafein digunakan untuk merangsang

pusat pernapasan.Sekarang tidak dianjurkan lagi karena menyebabkan

insomnia dan kegelisahan, serta menimbulkan takikardia, mual dan iriasi

saluran cerna.

1. Mekanisme Kerja

Turunan metilxantin dapat merangsang korteks serebral dan psat

medulla. Turunan ini, terutama teofilin dapat menghambat secara

kompetitif siklik nukleotida fosfodiesterase, suatu enzim yang

mengkatalisis konversi siklik 3’,5’-AMP menjadi 5’-AMP, sehingga kadar

3’,5’-AMP dalam jaringan meningkat dan menyebabkan rangsangan fisik

karena kadar glukosa dalam otak meningkat. Diduga pula bahwa turunan

meilxantin menimbulkan aktivitas dengan cara memblok reseptor adenosin

sehinggan mempengaruhi sejumlah besar fungsi fisiologis.

J. Perangsang Psikomotor

Perangsang psikomotor adalah senyawa yang dapat merangsang pusat

psikomotor sistem saraf pusat, digunkan terutama untuk meningkatkan


suasana hati dan harapan penderita depresi mental. Perangsang psikomotor

dibagi menjadi 2 kelompok yaitu perangsang pusat simpatomimetik dan

antidepresan.

1. Perangsang Pusat Simpatomimetik

Senyawa simpatomimetik dapat menimbulkan efek perifer atau

autonomik.Beberapa senyawa simpatomimetik, seperti turunan amfetamin

dapat merangsang kerja serebrospinal, mengurangi derajat depresi pusat

yang disebabkan oleh obat penekan sistem saraf pusat dan merangsang

pusat pernapasan medula.Perangsang pusat simpatomimetik digunakan

untuk pengobatan depresi ringan, sebagai analeptik pada depresi akibat

obat-obat anastesi, hipnotik, dan narkotik dan untuk mengontrol

kegemukan karena dapat menurunkan nafsu makan (anoreksia).

Perangsang pusat simpatomimetik yang digunakan sebagai

perangsang fisik antara lain adalah amfetamin sulfat, metamfetamin HCl,

fenkafamin (reactivan) dan metilfenidat HCl. Perangsang pusat

simpatomimetik juga digunakan untuk mengurangi kelalahn,

meningkatkan semangat dan menurunkan berat badan. Tetapi

penggunaannya masih ada disalahgunakan, misalnya dalam bidang

olahraga untuk doping. Perangsang pusat simpatomimetik dapat

menimbulkan ketergantungan fisik dan mental, serta dengan cepat

menimbulkan toeransi.Oleh karena itu golongan ini hanya dianjurkan

untuk membantu kontrol diet dalam jangka waktu yang pendek.


Senyawa anoreksigenik yang secara umum lebih baik adalah

dietilpropion, mazindol dan fetermin, dengan alternatif fenfluramin,

benzfetamin dan klorfentermin.Yang tidak dianjurkan anoreksigenik

adalah amfetamin, metamfetamin dan fenmetrazin.Efek samping

perangsang pusat simpatomimetik adalah nervous, insomnia, iritasi,

anroeksia dan jantung berdebar.

a. Mekanisme Kerja

Turunan fenilalkilamin berfungsi sebagai perangsang sistem

saraf pusat karena dapat meningkatkan pengeluaran katekolamin,

terutama dopamin dan norepinefrin, dari ooksidase.Selain itu turunan

fenilalkilamin juga menghambat mekanisme reuptake beberapa amin

biogenik dan secara langsung merangsang reseptor adrenergik.

Amfetamin dan beberapa turunannya dapat menurunkan

nafsu makan karena bekerjas ecara langsung pada pusat kenyang di

hipotalamus sehingga secara luas digunakan sebagai senyawa

anoreksigenik untuk mengatasi kegemukan dan menurunkan berat

badan.

Fenmetrazin Mazindol

Simpatomimetik dengan perangsang sistem saraf pusat:


R1 R2 R3 R4 Nama obat Dosis/hari

H H H H Amfetamin 15mg

H H CH3 H Metamfetamin 5mg

H CH3 H H Fentermin 25mg

H CH3 H H Klorfentermin 75mg

(X=p-Cl)

H H cH3 Benzfetamin 75mg

O *) H C2H5 C2H5 Dietilpropion 75mg

H H C2H5 H Fenfluramin 60mg

(X=m-CF3)

Keterangan: *) = gugus karbonil

b. Hubungan Struktur aktivitas

1) Substitusi suatu gugus metil pada gugus amin dapat meningkatkan

aktivitas. N-alkil yang lebih besar dari gugus metil akan

menurunkan aktifitas. N-metil dan N-alisiklikmempunyai peran

yang sangat penting karena adanya proteksi sterik terhadap gugus

amin akan memperlambat inaktivasi oleh enzimmonoamin

oksidase sehingga masa kerja obat menajdi lebih panjang.

2) Siklisasi pada rantai samping akan menurunkan efek perangsang

sistem saraf pusat tetapi tidak mempengaruhi efek anoreksianya.

3) Aktivitas akan maksimal jika jumlah atom C rantai samping 2,

bila ditingkatkan aktivitasnya akan menurun.


4) Modfikasi molekul untuk meningkatkan sifat hidrofil akan

menurunkan aktivitas. Sedangkan hidroliksasi pada cincin

arimatik akan menghilangkan aktivitas.

5) Reduksi cincin aromatik atau pergantian cincin aromatik dengan

gugus alkil alan menghilangkan altivitas.

6) Isomer dekstro mempunyai aktivitas 10-20 kali lebih besar

dibanding isomer levo.

7) Pemasukan gugus penarik elektron kuat, seperti CF3 atau CN

pada posisi α rantai samping akan menurunkan aktivitas.

Contoh :

a. Metilfenidat HCl, digunakan terutama untuk pengobatan narkolepsi,

absorpsi obat dalam saluran cerna cepat, awal kerja obat juga cepat,

aktivitas maksimum dicapai dalam 4-6 jam. Dosis 10mg 2-3 dd.

b. Fentermin HCl (Mirapront), digunakan sebagai penurun nafsu makan

untuk mengontrol kegemukan. Absorpsi obat dalam saluran cerna

cepat, kadar plasma tertinggi dicapai dalam ± 4 jam setelah pemberian

oral. Dosis 8mg 2 dd, ac.

2. Antidepresan

Antidepresan adalah senyawa yang dapat menimbulkan efek

antidepresi, digunakan secara luas untuk pengobatan pasien yang depesi

oleh berbagai sebab. Antidepresan dibagi menjadi tiga kelompok yaitu

penghambat monoamin oksidase, antidpresan trisiklik dan golongan lain.


a. Penghambat Monoamin Oksidase

Monoamin oksidase (MAO) adalah enzim yang berperan dalam

proses deaminasi oksidatif dari amin sekunder dan tersier, seperti

amin-amin transmiter, tiramin dan benzilamin, membentuk aldehid,

amonia dan hidrogen peroksida. Penghambatan enzim monoamin

oksidase secara umum dapt mencegah deaminasi oksidatif dari

senyawa amin biogenik, seperti dopamin, epinefrin, norepinefrin,

serotonin, triptamin dan tiramin, sehingga kadar amin biogenik dalam

tubuh meningkat, termasuk kadar serotonin dan norepinefrin di otak.

Peningkatan kadar monoamin biogenik dalam sistem saraf pusat inilah

yang diduga menimbulkan efek antidepresi.

Penghambat monoamin oksidase mempunyai aktivitas

antidepresi yang lebih rendah dibanding turunan depresan trisiklik dan

menimbulkan efek samping yang lebih serius. Efek samping golongan

ini antara lain adalah mulut kering, pusing, mual, konstipasi, postural

hipotensi, hepatotoksikk dan leukopenia.

1) Mekanisme Kerja

Penghambat monoamin oksidase mempunyai aktivitas

antidepresi yang lebih rendah dibanding turunan depresan trisiklik

dan menimbulkan efek samping yang lebih serius. Efek samping

golongan ini antara lain adalah mulut kering, pusing, mual,

konstipasi, postural hipotensi, hepatotoksikk dan leukopenia.


2) Hubungan Struktur dan Aktivitas

- Aktivitas analeptik penghambat monoamin oksidase akan

maksimal bila mempunyai struktur mirip dengan amfetamin.

Contoh: Feniprazin, isosterik nitrogen dari metamfetamin,

adalh senyawa yang aktif sebagai penghambat enzim

monoamin oksidase dan mempunyai aktivitas analeptik

sebanding dengan amfetamin.

- Substitusi inti aromatik, misal dengan gugus-gugus metoksi

atau metil, dan hidrogenasi cincin akan menurunkan aktivitas

penghambat monoamin oksidase dan analeptik.

- N-asilasi dan N-alkilasi dari gugus hidrazin akan menurunkan

aktivitas.

- Penggantian gugus fenil dengan beberapa cincin heterosiklik

akan mengurangi aktivitas penghambat monoamin oksidase

dan menghilangkan aktivitas analeptik.

- Penambahan atau pengurangan panjang rantai antara gugus

fenil dan hidrazin menyebabkan variasi dari aktivitas

penghambat monoamin oksidase dan analeptik. Contoh

:benzilhidrazin dan feniletilhidrazin, pada percobaan dengan

tikus menunjukkan akivitas penghambat monoamin oksidase

yang cukup bermakna tetapi tidak menimbulkan efek analeptik.

Struktur kimia dan potensi relatif beberapa senyawa

penghambat monoamin oksidase dapat dilihat pada table berikut.


b. Antidepresan Trisiklik

Antidepresan trisiklik digunakan secara luas untuk pengobatan

pasien yang depresi oleh berbagai macam sebab.Hal ini disebabkan

antidepresan trisiklik dapat meningkatkan suasana hati, meningkatkan

aktivitas fisik dan kesiapan mental, serta memperbaiki nafsu makan

dan pola tidur.

Antidepresan trisiklik lebih efektif dibanding senyawa

penghambat monoamin oksidase dan menimbulkan efek samping yang

lebih rendah. Efek samping tersebut antara lain adalah mulut kering,

mata kabur, konstipasi, takikardia dan hipotensi.

1) Mekanisme Kerja

Mekanisme kerja antidepresan trisiklik masih belum

sepenuhnya diketahui.Diduga bahwa efeknya disebabkan oleh

penghambatan reuptake dari pelepasan biogenik monoamin, seperti

norepinefrin dan serotonin di ujung saraf pada sistem saraf pusat.


2) Hubungan struktur dan aktivitas

Sejumlah sistem cincin trisiklik, seperti cinci dibenzazepin,

dibenzosiklohepten dan fenotiazin dengan modifikasi tertentu

dapat menimbulkan efek antidepresi.

a) Modifikasi rantai samping

- Senyawa menunjukkan aktivitas yang tinggi bila jumlah

atom C pada rantai samping=2 atau 3 (etilamin atau

propilamin). Bila jumlah rantai samping C=1 atau lebih

dari 3 dan ada percabangan pada rantai menyebabkan

senyawa menjadi tidak aktif.

- Pada rantai samping biasanya amin sekunder. Senyawa

akan aktif bila atom N tidak tersubstitusi atau

tersubstitusi oleh gugus metil. Substitusi dengan gugus

etil atau gugus alkil yang lebih tinggi akan menurunkan

aktivitas secara drastis dan menimbulkan toksisitas.


Jumlah atom C yang besar, toksisitas semakin

meningkat.

b) Modifikasi cincin trisiklik

- Adanya substituen 3-Cl, 10-metil dan 10,11-dimetil

dapat meningkatkan aktivitas.

- Jembatan pada posisi 10,11 dapat terbentuk dari –CH2-

CH2- (dihidrodibenzazepin, misal desipramin), -

CH=CH- (dibenzazepin) atau –S- (fenotiazin, misal

desmetilpromazin) dan ketiganya aktif sebagai anti

depresi

- Atom N cincin pada desipramin dapat diganti dengan

atom C (nortriptilin) dan tetap aktif sebagai

antidepresi. Penghilangan salah satu cincin benzene

menghilangkan aktivitas antidpresi.

- Dari 20 turunan fenotiazin, setelah diuji hanya

desmetilpromazindan desmetiltriflupromazin yang

akti sebagai antidepresi.

Contoh : maprotilin, mianserin, dan amoksapin.

1) Maprotilin HCl (Ludiomil), dapat menghambat secara selektif

uptake norepinefrin saraf dan mempunyai efek antikolinergik,

sedative an kardiotonik yang rendah.


2) Mianserin (Tolvon), strukturnya tidak berhubungan dengan

antidepresan trisiklik, yang aktif adalah gugus

piperazinoazepin.

3) Amoksin (Asendin), bekerja sebagai antidepresi dengan

menghambat reuptake norepinefrin. Dosis : 100 mg 1dd

c. Golongan Lain

1) Tradozon (Trazone), turunan triazolopiridin, mekanisme kerja

antidepresi pada manusia masih belum jelas, pada binatang dapat

menghambat uptake serotonin.

2) Amineptin HCl (suvector 100) , bekerja seabagi antidepresi dengan

menghambat reuptake dopamine, terutama bersifat sebagai

noradrenergic dan serotoninergic.

3) Moklobemid (Aurorix) bekerja sbagai antidepresi dengan

menghambat monoamine oksidase secara reversible.

4) Fluvoksamin maleat (Luvox) bekerja sebagai antidepresi dengan

menghambat reuptake serotonin, terutama untuk pengobatan

depresi endogen.

5) Sertralin HCl (Zoloft), bekerja sebagai antidepresi dengan

menghambat reuptake serotonin secara selektif.

6) Fluoksetin (Prozac)menghambatreuptake serotonin secara selektif.

7) Paroksetin (Serovat), bekerja sebagai antidepresi dengan

menghambat uptake serotonin (5-hidroksitriptamin) secara selektif.


K. Halusinogen

Halusinogen adalah senyawa yang dapat merangsang sitem saraf pusat,

mengubah suasana hati, pikiran, persepsi dan tingkah laku, serta menimbulkan

ilusi dan halusinasi yang mirip dengan keadaan psikosis.Halusinasi ditandai

dengan terjadinya eksitasi, euforia dan hilangnya identitas diri.Efek

halusinogenik juga dapat dihasilkan oleh penggunaan obat dosis tinggi dari

obat-obatan seperti bromida, amfetamin, kokain, dan skopolamin.

Halusinogenik dibagi menjadi dua kelompok yaitu turunan

feniletilamin dan turunan indol.

1. Turunan Feniletilamin

Turunan feniletilamin (R=H) yang aktif sebagai halusinogenik

hanyalah 3,4-dimetoksi, 3,4,5-trimetoksi (Meskalin), dan

2,3,4,5_tetrametoksifeniletilamin.

Hubungan struktur dan aktivitas turunan feniletilamin dijelaskan

sebagai berikut:

R1 R2 R3 R4 R5 Nama Potensi

Obat Relatif

H H OCH3 OCH3 OCH3 Meskalin 1

CH3 H OCH3 OCH3 OCH3 TMA 2,2


CH3 OCH3 H OCH3 H 5

CH3 OCH3 H H OCH3 8

CH3 H OCH3 OCH3 H <1

CH3 OCH3 OCH3 OCH3 H <2

CH3 OCH3 H OCH3 OCH3 TMA-2 17

CH3 H -O-CH2-O- H MDA 3

CH3 H OCH3 -O-CH2-O- MMDA 10

CH3 OCH3 H OC2H5 OCH3 15

CH3 OCH3 H CH3 OCH3 DOM 80

CH3 OCH3 H C2H5 OCH3 150

a. Adanya percabangan metil pada rantai samping (isopropil) dapat

meningkatkan aktivitas perangsang sistem saraf pusat dan

halusinogenik. TMA dan TMA2 mempunyai aktivitas yang lebih

tinggi dibandingkan meskalin.

b. Metoksilasi pada cincin benzen dapat meningkatkan aktivitas.

Aktivitas optimal didapat bila ada gugus metoksi atau alkil pada posisi

para (4). Substitusi gugus metoksi pada posisi meta secara umum dapat

menurunkan atau tidak mempengaruhi aktivitas, sedang substitusi pada

posisi orto atau para akan meningkatkan aktivitas.

c. Adanya gugus metilen dioksi pada cincin juga meningkaykan aktivitas.

MDA dan MMDA mempunyai aktivitas yang lebih tinggi dibanding

meskalin dan senyawa ini sering digunakan secara ilegal sebagai

halusinogen pengganti LSD.


d. DOM mempunyai aktivitas 80 kali lebih besar dibanding mesklain dan

lebih kurang 1/3 kali aktivitas LSD.

2. Turunan Indol

a. Turunan Indol sederhana

Beberapa halusinogen mempunyai struktur 3-(β-aminoetil)-

indol, yaitu struktur umum dari serotonin (5-hidroksitriptamin) dengan

penambahan turunan N,N-dimetil. Struktur amin ini karena sifat

lipofilnya, memudahkan penetrasi senyawa pada sistem saraf pusat dan

mencegah reaksi metabolik oksidatif sehingga memperpanjang masa

kerja obat.

Struktur kimia dan aktivitas beberapa turunan indol sederhana

yaitu:

R1 R2 R3 R4 Nama Obat Potensi

Relatif

N(CH3)2 H H H Dimetiltriptamin 4

N(CH3)2 OH H H Psilosin 31

N(CH3)2 H OH H Bufotenin*) ±

N(CH3)2 H OCH3 H 6- >31


Metoksidimetiltriptamin

N(C2H5)2 H H H Dietiltriptamin >4

N(C2H5)2 H H OH 6- 25

Hidroksidietiltriptamin

Keterangan: *) aktivitasnya masih kontroversial

b. Turunan Asam Lisergat

Turunan asam lisergat merupakan halusinogen yang sanagt

kuat, didapat terutama dari Claviceps purpurea, suatu jamur parasit

pada gandum.

Hubungan struktur dan aktivitas turunan asam lisergat

dijelaskan sebagai berikut:

R1 R2 Nama Obat Potensi relative

H NH2 d-Asam lisergat 10

amid

H N(C2H5) d-Asam lisergat 5

etilamid

CH3 N(C2H5) d-Asam 5

metillisergat

etilamid
COCH3 N(C2H5) dl-Asam 5

asetillisergat

etilamid

H N(C2H5)2 d-Asam lisergat 10

dimetilamid

H N(C2H5)2 d-Asam lusergat 100

dietilamid (LSD)

CH3 N(C2H5)2 dl-Asam 40

metillisergat

dietilamid

COCH3 N(C2H5)2 dl-Asam 100

asetillisergat

dietilamid

1) Adanya atom C asimetrik C8 dan C5 dapat menghasilkan empat

diastroisomer, yaitu d dan l-asam lisergat serta d dan l-isolisergat.

Dari empat isomer ini hanya d-asam lisergat yang mempunyai

aktivitas halusinogenik.

2) Turunan N-asetil dalam tubuh akan terhidrolisis menjadi senyawa

induk aktif.

3) Hidrogenasi pada ikatan rangkap C2-C3 akan menurunkan

aktivitas ± seperdelapan kali, sedang hidrogenasi pada C9-C10

dapat menghilangkan aktivitas.LSD merupakan turunan asam


lisergat yang banyak disalahgunakan dan termasuk obat terlarang

di banyak negara.

c. Turunan Marihuana

Marihuana adalah produk dari tanaman Canabis sativa(Ganja)

yang dapat menimbulkan halusinogen dan euforia serta banyak

digunakan secara ilegal.marihuana mengandung turunan kanabinoid

yang bervariasi, tetapi yang dianggap bertanggungjawab terhadap

aktivitas biologis terutama adalah kanabidol dan asam kanabidiolat.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perangsang system saraf pusat adalah senyawa yang dapat

menimbulkan rangsangan tidak selektif pada system saraf pusat.Perangsang

system saraf pusat dibagi menjadi 4 kelompok yaitu analeptika, urunan

metilxanin, perangsang psikomoor dan halusinogen.

B. Saran

Sebaiknya dosen pembibing dan pembaca member ktirik dan saran

yang membangun untuk menyempurnakan makalah yang sederhana ini.


DAFTAR PUSTAKA

Bahrudin, Mochammad. 2013. Neurologi Klinis. UMM Press: Malang

Bambang, soekardjo. 1995. kimia medisinal.Airlangga press : Surabaya

Dirjen POM. 1997. Farmakope Indonesia Edisi III. Kementerian Kesehatan RI :

Jakarta

Erlintan dkk. 2011. Anatomi Fisiologi Manusia. FMIPA Unimed : Medan

Feriyawati, Lita. 2006. Anatomi Sistem Saraf dan Peranannya dalam Regulasi

Kontraksi Otot Rangka. Fakultas Kedokteran USU: Medan

Inggriani, Rini. 2016. Kuliah Jurusan Apa? Jurusan Farmasi. PT. Gramedia

Pustaka Utama : Jakarta.

Katzung, Bertram G. 2002. FarmakologiDasar Dan Klinik. SalembaMedika :

Jakarta

Kee, Joyce L dan Hayes, DKK.,Farmakologi, Pendekatan Proses Keperawatan.

EGC: Jakarta

Khanifudin, Muhammad. 2012. Organ Pada Sistem Saraf. Universitas Negeri

Semarang : Semarang

Purwanto, SL dan Istiantoro, Yati. 1992. DOI (Data Obat Indonesia). PT.

Grafindian Jaya : Jakarta

Rahardjo, Rio. 2009. Kumpulan Kuliah Farmakologi. EGC: Jakarta

Suarnianti. 2016. Anatomi dan Fisiologi pada Tubuh Manusia. Indomedia

Pustaka: Yogakarta

Anda mungkin juga menyukai