“Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah KKPMT III (P-TM)”
Disusun oleh :
KELOMPOK 4
PROGRAM STUDI
REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN
POLITEKNIK TEDC BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, dimana atas segala rahmat dan izin-nya,
penulis dapat menyelesaikan makalah tentang Patologi Pada System Syaraf ini.
Shalawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi
semesta alam Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir
zaman.
Akhir kata, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu hingga terselesainya makalah ini semoga segala upaya yang telah
dicurahkan mendapat berkah dari Allah SWT. Amin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................2
C. Tujuan Penelitian..............................................................................................................2
BAB II.......................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.......................................................................................................................3
A. Pengertian Sistem Syaraf.................................................................................................3
B. Fungsi Sistem Syaraf........................................................................................................4
C. Patologi pada Sistem Syaraf.............................................................................................4
1. Cerebral Palsy.................................................................................................................4
2. Imflamasi Meningen (Meningitis)..................................................................................8
3. Myastenia gravis...........................................................................................................12
4. Polyneuropathy.............................................................................................................15
5. Gangguan Neurotik.......................................................................................................18
6. Stress.............................................................................................................................22
7. Gangguan Samotaform.................................................................................................26
8. Skizofrenia....................................................................................................................28
BAB III....................................................................................................................................29
PENUTUP...............................................................................................................................29
A. Kesimpulan......................................................................................................................29
B. Saran................................................................................................................................29
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tubuh manusia merupakan satu kesatuan dari berbagai sistem organ. Suatu
sistem organ terdiri dari berbabagai organ tubuh atau alat-alat tubuh. Dalam
melaksanakan kegiatan fisiologisnya diperlukan adanya hubungan atau kerjasama
anatara alat-alat tubuh yang satu dengan yang lainnya. Agar kegiatan sistem-sistem
organ yang tersusun atas banyak alat itu berjalan dengan harmonis (serasi), maka
diperlukan adanya sistem pengendalian atau pengatur. Sistem pengendali itu disebut
sebagai sitem koordinasi.
Tubuh manusia dikendalikan oleh sistem saraf, sistem indera, dan sistem
endokrin. Pengaruh sistem saraf yakni dapat mengambil sikap terhadap adanya
perubahan keadaan lingkungan yang merangsangnya. Semua kegiatan tubuh
manusia dikendalikan dan diatur oleh sistem saraf. Sebagai alat pengendali dan
pengatur kegiatan alat-alat tubuh, susunan saraf mempunyai kemampuan menerima
rangsang dan mengirimkan pesan-pesan rangsang atau impuls saraf ke pusat susunan
saraf, dan selanjutnya memberikan tanggapan atau reaksi terhadap rangsang
tersebut. Impuls saraf tersebut dibawa oleh serabut-serabut saraf. (Kus Irianto. 2004)
Sistem saraf manusia adalah suatu jalinan-jalinan saraf yang kompleks,
sangat khusus dan saling berhubungan satu dengan yang lain. Sistem saraf
mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu dengan
lingkungan sekitarnya. Sistem tubuh yang penting ini juga mengatur kebanyakan
aktivitas sistem-sistem tubuh lainnya. Karena pengaturan saraf tersebut maka terjalin
komunikasi antara berbagai sistem tubuh hingga menyebabkan tubuh berfungsi
sebagai unit yang harmonis. Dalam sistem inilah berasal sagala fenomena kesadaran,
pikiran, ingatan, bahasa, sensasi dan gerakan. Jadi kemampuan untuk dapat
memahami, belajar dan memberi respon terhadap suatu rangsangan merupakan hasil
kerja integrasi dari sistem saraf yang puncaknya dalam bentuk kepribadian dan
tingkah laku individu.
Sistem saraf sangat berperan dalam iritabilitas tubuh. Iritabilitas
memungkinkan makhluk hidup dapat menyesuaikan diri dan menanggapi
perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya. Jadi, iritabilitas adalah
kemampuan menanggapi rangsangan.
Tubuh manusia terdiri atas organ-organ tubuh yang masing-masing
mempunyai fungsi tertentu. Agar organ-organ tubuh dapat bekerja sama dengan
baik, diperlukan adanya koordinasi (pengaturan). Pada manusia dan sebagian besar
hewan, koordinasi dilakukan oleh sistem saraf, sistem indra, dan sistem hormon.
Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas tentang sistem saraf.
1
2
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
Sistem saraf adalah suatu jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan
saling berhubungan satu dengan yang lain. Sistem saraf mengkoordinasi,
menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan lainnya.
Sistem tubuh yang pentng ini juga mengatur kebanyakan aktivitas system-system
tubuh lainnya, karena pengaturan saraf tersebut maka terjalin komunikasi antara
berbagai system tubuh hingga menyebabkan tubuh berfungsi sebagai unit yang
harmonis. Dalam system inilah berasal segala fenomena kesadaran, pikiran, ingatan,
bahasa, sensasi dan gerakan. Jadi kemampuan untuk dapat memahami, belajar dan
memberi respon terhadap suatu rangsangan merupakan hasil kerja integrasi dari
system saraf yang puncaknya dalam bentuk kepribadian dan tingkah laku individu.
Jaringan saraf terdiri Neuroglia dan Sel schwan (sel-sel penyokong) serta
Neuron (sel-sel saraf). Kedua jenis sel tersebut demikian erat berkaitan dan
terintegrasi satu sama lainnya sehingga bersama-sama berfungsi sebagai satu unit.
3
4
Sebagai alat pengatur dan pengendali alat-alat tubuh, maka sistem saraf
mempunyai 3 fungsi utama yaitu :
1. Sebagai Alat Komunikasi
Sebagai alat komunikasi antara tubuh dengan dunia luar, hal ini dilakukan
oleh alat indera, yang meliputi : mata, hidung, telinga, kulit dan lidah. Dengan
adanya alat-alat ini, maka kita akan dengan mudah mengetahui adanya
perubahan yang terjadi disekitar tubuh kita.
1. Cerebral Palsy
a. Definisi
bergerak dan meletakkan posisi tubuh disertai gangguan fungsi tubuh lainnya
akibat kerusakan / kelainan fungsi bagian otak tertentu pada bayi / anak dapat
terjadi ketika bayi dalam kandungan, saat lahir atau setelah lahir, sering
disertai dengan epilepsy dan ketidak normalan bicara, penglihatan, kecerdasan
kurang, buruknya pengendalian otot, kekakuan, kelumpuhan dan gangguan
fungsi saraf lainnya.
c. Faktor Resiko
Faktor-faktor resiko yang menyebabkan kemungkinan terjadinya CP
semakin besar antara lain adalah :
1) Letak sungsang.
2) Proses persalinan sulit
6
d. Patofisiologi
e. Gejala
Gejala biasanya timbul sebelum anak berumur 2 tahun dan pada kasus
yang berat,bisa muncul pada saat anak berumur 3 bulan.
Gejalanya bervariasi,mulai dari kejanggalan yang tidak tampak nyata
sampai kekakuan yang berat,yang menyebabkan bentuk lengan dan tungkai
sehingga anak harus memakai kursi roda. Gejalanya selalu mengiringi tipe dari
cerebral palsy. Gejala lain yang mungkin muncul adalah :
1) Kecerdasan dibawah normal
2) Keterbelakangan mental
3) Kejang/epilepsy (trauma pada tipe spastik)
4) Gangguan menghisap atau makan
5) Pernafasan yang tidak teratur
6) Gangguan perkembangan kemampauan motorik (misalnya menggapai
sesuatu, duduk , berguling ,merangkak , berjalan)
7) Gangguan berbicara (disatria)
8) Gangguan penglihatan
9) Gangguan pendengaran
10) Kontraktur persendian
11) Gerakan menjadi terbatas
f. Pencegahan
a. Definisi
b. Etiologi
c. Patofisiologi Meningitis
e. Pencegahan Meningitis
1) Pencegahan Primer
dosis. Jenis imunisasi ini tidak dianjurkan diberikan pada bayi di bawah
2 bulan karena dinilai belum dapat membentuk antibodi.
Meningitis Meningococcus dapat dicegah dengan pemberian
kemoprofilaksis (antibiotik) kepada orang yang kontak dekat atau
hidup serumah dengan penderita.
Vaksin yang dianjurkan adalah jenis vaksin tetravalen A, C,
W135 dan Y.35meningitis TBC dapat dicegah dengan meningkatkan
sistem kekebalan tubuh dengan cara memenuhi kebutuhan gizi dan
pemberian imunisasi BCG. Hunian sebaiknya memenuhi syarat
kesehatan, seperti tidak over crowded (luas lantai > 4,5 m2 /orang),
ventilasi 10 – 20% dari luas lantai dan pencahayaan yang cukup.
Pencegahan juga dapat dilakukan dengan cara mengurangi
kontak langsung dengan penderita dan mengurangi tingkat kepadatan
di lingkungan perumahan dan di lingkungan seperti barak, sekolah,
tenda dan kapal. Meningitis juga dapat dicegah dengan cara
meningkatkan personal hygiene seperti mencuci tangan yang bersih
sebelum makan dan setelah dari toilet.
2) Pencegahan Sekunder
3. Myastenia gravis
a. Definisi
b. Etiologi
d. Patofisiologi
14
4. Polyneuropathy
a. Definisi
Sistem saraf perifer terdiri dari bermacam-macam tipe sel dan elemen
yang membentuk saraf motor, saraf sensor, dan saraf autonom. Polineuropati
adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan sindroma yang terjadi dari
lesi yang mengenai saraf-saraf, dimana dimanifestasikan sebagai kelemahan,
kehilangan kemampuan sensor, dan disfungsi autonom (lipincott c103.p462)
b. Etiologi
1) Polineuropati Herediter
a) Hereditary motor and sensory neuropathies
b) Neuropathy with tendency to pressure palsy
c) Prophyria
d) Primary amyloidosis
2) Polineuropati karena kelainan metabolik
a) Diabetic neuropathy
b) Uremia
c) Cirrhosis
d) Gout
e) Hypothyroidism
3) Polineuropati karena penyakit infeksi
a) Leprosy
b) Mumps
c) Typhus
d) HIV infection
4) Polineuropati karena penyakit arteri
a) Polyarteritis nodosa
b) Atherosclerosis
16
c. Patofisiologi
e. Terapi
Terapi pasien dengan polineuropati dapat dibagi menjadi tiga cara: terapi
spesifik dilakukan bergantung kepada etiologi penyebab dari pasien tersebut,
terapi simptomatis, dan meningkatkan kemampuan pasien self-care. Terapi
simptomatis dari polineuropati terdiri dari mengurangi atau menghilangkan
dari nyeri yang diderita dan fisioterapi. Intubasi trakhea dan suport
pernafasan mungkin dibutuhkan untuk pasien SGB. Proteksi kornea
diberikan apabila terdapat kelemahan untuk menutup mata. Kasur tidur
tempat pasien selalu dibersihkan dan penutupnya dibuat halus untuk
mencegah cedera kulit pada kasus anesthetic skin. Fisioterapi termasuk pijat
untuk otot yang lemah dan melakukan pergerakan pasif terhadap semua
sendi. Ketika pasien sudah bisa untuk bergerak lagi, latihan otot dapat
18
5. Gangguan Neurotik
a. Definsi
Gangguan neurotik adalah gangguan di mana gejalanya membuat distres
yang tidak dapat diterima oleh penderitanya. Hubungan sosial mungkin akan
sangat terpengaruh tetapi biasanya tetap dalam batas yang dapat diterima.
Gangguan ini relatif bertahan lama atau berulang tanpa pengobatan.
Neurotik merupakan suatu penyakit mental yang lunak, dicirikan dengan
tanda-tanda: wawasan yang tidak lengkap mengenai sifat – sifat kesukarannya,
konflik-konflik batin, reaksi-reaksi kecemasan, kerusakan parsial atau sebagian
pada struktur kepribadiannya, seringkali, tetapi tidak selalu ada, disertai pobia,
gangguan pencernaan, dan tingkah laku obsesif kompulsif (Chaplin, 2002).
19
1) Gangguan fobik
2) Gangguan panik
3) Gangguan ansietas menyeluruh
4) Gangguan campuran ansietas dan depresi
5) Gangguan Obsesif kompulsif
6) Gangguan penyesuaian
7) Gangguan somatoform
c. Gejala-Gejala Neurotik
a. Gejala Utama:
1) Afek depresif
2) Kehilangan minat dan kegembiraan
3) Berkurangnya energi, mudah lelah dan menurunnya aktivitas.
b. Gejala Tambahan:
1) Konsentrasi dan perhatian berkurang
2) Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
3) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
4) Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
5) Gagasan/perbuatan yang membahayakan diri atau bunuh diri
6) Tidur terganggu
20
d. Penyebab Neurotik
Tujuan dari perawatan pada klien dengan gangguan neurotik antara lain :
1) Menurunkan atau menghilangkan gejala gangguan neurotik
2) Mengembalikan fungsi utama tubuh
3) Meminimalkan resiko relaps atau rekurens
1) Terapi Non-Farmakologi
a) Olahraga Teratur
b) Asupan Diet Berimbang
c) Hindari minum alcohol atau menggunakan narkoba dan pengobatan
yang tidak dianjurkan
d) Tidur yang cukup
21
2) Terapi Farmakologi
Jenis Obat lini Dosis Obat Lini Kedua Alternatif
Gangguan pertama
Gangguan Venlafaxin 75mg/hari Benzodiazepin Hidroksizin
kecemasan Paroksetin 20mg/hari Imipramin
umum Escitalopram 10mg/hari Buspiron
Gangguan Fluoksamin 20mg/hari Imipramin Fenelzin
kepanikan Fluoksetin 20mg/hari Klomipramin
Alprazolam
Klonazepam
Gangguan Paroksetin 20mg/hari Citalopram Busipron
kecemasan Sertralin 50mg/hari Escitalopram Gabapentin
social Venlafaxin XR 37,5/75mg/hari Fluvoxamin Fenelzin
Klonazepam
6. Stress
a. Definisi
b. Gejala
Stres sifatnya universiality, yaitu umum semua orang sama dapat
merasakannya, tetapi cara pengungkapannya yang berbeda atau diversity.
Sesuai dengan karakteristik individu, maka responnya berbeda- beda untuk
setiap orang. Seseorang yang mengalami stres dapat mengalami perubahan-
perubahan yang terjadi,
1) Fisik, yaitu sulit tidur atau tidak dapat tidur teratur, sakit kepala, sulit
buang air besar, adanya gangguan pencernaan, radang usus, kulit gatal-
gatal.
2) Emosional, yaitu marah-marah, mudah tersinggung, terlalu
sensitif,gelisah dan cemas, suasana hati mudah berubah-ubah, sedih,
mudah menangis.
3) Intelektual, yaitu mudah lupa, kacau pikirannya, daya ingat menurun,
sulit berkonsentrasi, suka melamun, pikiran hanya dipenuhi satu pikiran
saja.
4) Interpersonal, yaitu acuh, kurang percaya kepada orang lain, sering
mengingkari janji, suka mencari kesalahan orang lain, menutup diri,
mudah menyalahkan orang lain.
3) Berhenti Merokok
Berhenti merokok adalah bagian dari cara menanggulangi stres
karena dapat meningkatkan ststus kesehatan dan mempertahankan
ketahanan dan kekebalan tubuh.
6) Pengaturan Waktu
Pengaturan waktu merupakan cara yang tepat dalam mengurangi
dan menanggulangi stres. Dengan pengaturan waktu segala pekerjaaan
yang dapat menimbulkan kelelahan fisik dapat dihindari. Pengaturan
waktu dapat dilakukan dengan cara menggunakan waktu secara efektif
dan efisien serta melihat aspek prokdutivitas waktu. Seperti
menggunakan waktu untuk menghasilkan sesuatu dan jangan biarkan
waktu berlalu tanpa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.
7) Terapi Psikofarmaka
Terapi ini dengan menggunakan obat-obatan dalam mengalami
stres yang dialami dengan cara memutuskan jaringan antara psiko
neuro dan imunologi sehingga stresor psikososial yang dialami tidak
mempengaruhi fungsi kognitif afektif atau psikomotor yang dapat
25
8) Terapi Somatik
Terapi ini hanya dilakukan pada gejala yang ditimbulkan akibat
stres yang dialami sehingga diharapkan tidak dapat mengganggu sistem
tubuh yang lain.
9) Psikoterapi
Terapi ini dengan menggunakan teknik psikologis yang
disesuaikan dengan kebutuhan seseorang. Terapi ini dapat meliputi
psikoterapi suportif dan psikoterapi redukatif di mana psikoterapi
suportif memberikan motivasi atau dukungan agar pasien mengalami
percaya diri, sedangkan psikoterapi redukatif dilakukan dengan
memberikan pendidikan secara berulang. Selain itu ada psikoterapi
rekonstruktif, psikoterapi kognitif dan lain-lain.
11) Homeostatis
Merupakan suatu keadaan tubuh untuk mempertahankan
keseimbangan dalam menghadapi kondisi yang dialaminya. Proses
homeostatis ini dapat terjadi apabila tubuh mengalami stres yang ada
sehingga tubuh secara alamiah akan melakukan mekanisme pertahanan
diri untuk menjaga kondisi yang seimbang, atau juga dapat dikatakan
bahwa homeostatis adalah suatu proses perubahaan yang terus menerus
untuk memelihara stabilitas dan beradaptasi terhadap kondisi
lingkungan sekitarnya.
7. Gangguan Samotaform
a. Definisi
Gangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang
memiliki gejala fisik (sebagai contohnya, nyeri, mual, dan pusing) dimana
tidak dapat ditemukan penjelasan medis yang adekuat.
Pada gangguan somatoform, orang memiliki simptom fisik yang
mengingatkan pada gangguan fisik, namun tidak ada abnormalitas organik
yang dapat ditemukan sebagai penyebabnya. Gejala dan keluhan somatik
menyebabkan penderitaan emosional/gangguan pada kemampuan pasien
untuk berfungsi di dalam peranan sosial atau pekerjaan. Gangguan
somatoform tidak disebabkan oleh pura-pura yang disadari atau gangguan
buatan.
27
b. Etiologi
2) Faktor Psikososial
Penyebab gangguan melibatkan interpretasi gejala sebagai suatu
tipe komunikasi sosial, hasilnya adalah menghindari kewajiban,
mengekspresikan emosi atau untuk mensimbolisasikan suatu perasaan
atau keyakinan (contoh: nyeri pada usus seseorang).
c. Manifestasi Klinis
8. Skizofrenia
a. Definisi
Skizofrenia adalah gangguan terhadap fungsi otak yang timbul akibat
ketidakseimbangan dopamine ( salah satu sel kimia dalam otak , dan juga
disebabkan oleh tekanan yang dialami oleh individu. Merupakan gangguan
jiwa psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau
respons emosional dan menarik diri dari hubungan sosial. Sering kali diikuti
dengan delusi (keyakinan yang salah) dan halusinasi (persepsi tanpa ada
rangsang pancaindra). Skizofrenia paranoid adalah yang terbanyak dialami
oleh penderita skizofrenia. Terapi pada pasien ini bertujuan untuk
mengembalikan fungsi sosial sehingga dapat memiliki peran sosial di
masyarakat. Adapun jenis farmakoterapi yang diberikan harus melalui
beberapa pertimbangan tertentu.Seperti pada kasus di bawah pada pasien
skizofrenia paranoid diberikan Risperidone sebagaiutamapengobatannya.
b. Etiologi
1) Keturunan
Telah dibuktikan dengan penelitian bahwa angka kesakitan bagi
saudara tiri 0,9-1,8 %, bagi saudara kandung 7-15 %, bagi anak
dengan salah satu orang tua yang menderita Skizofrenia 40-68 %,
kembar 2 telur 2-15 % dan kembar satu telur 61-86 % (Maramis, 1998;
215 ).
2) Endokrin
Teori ini dikemukakan berhubung dengan sering timbulnya
Skizofrenia pada waktu pubertas, waktu kehamilan atau puerperium
dan waktu klimakterium., tetapi teori ini tidak dapat dibuktikan.
3) Metabolisme
Teori ini didasarkan karena penderita Skizofrenia tampak pucat,
tidak sehat, ujung extremitas agak sianosis, nafsu makan berkurang dan
29
1) Gejala Primer
a) Gangguan proses pikir (bentuk, langkah dan isi
pikiran). Yang paling menonjol adalah gangguan asosiasi dan terjadi
inkoherensi
b) Gangguan afek emosi
(1) Terjadi kedangkalan afek-emosi
(2) Paramimi dan paratimi (incongruity of affect / inadekuat)
(3) Emosi dan afek serta ekspresinya tidak mempunyai satu kesatuan
(4) Emosi berlebihan
(5) Hilangnya kemampuan untuk mengadakan hubungan emosi
yang baik
c) Gangguan kemauan
(1) Terjadi kelemahan kemauan
(2) Perilaku Negativisme atas permintaan
(3) Otomatisme : merasa pikiran/perbuatannya dipengaruhi oleh
orang lain
2) Gejala Psikomotor
a) Stupor atau hiperkinesia, logorea dan neologisme
b) Stereotipi
c) Katelepsi : mempertahankan posisi tubuh dalam waktu yang lama
d) Echolalia dan Echopraxia
3) Gejala sekunder
a) Delusi
b) Halusinasi
c) Cara bicara/berfikir yang tidak teratur
d) Perilaku negatif, misalkan: kasar, kurang termotifasi, muram,
perhatian menurun.
d. Patofisiologi
1) Peningkatan ukuran ventrikular, penurunan ukuran otak, dan asimetri
otak telah dilaporkan. Penurunan ukuran hipokampus mungkin
berhubungan dengan penurunan uji neuropsikologi dan respon yang
lebih buruk terhadap antipsikotik generasi pertama (FGAs).
2) Hipotesa dopaminergik ; Psikosis dapat berasal dari hiper- atau
hipoaktivitas dari proses dopaminergik pada daerah otak tertentu.
3) Disfungsi glutamatergik ; Saluran glutamatergic berinteraksi dengan
saluran dopaminergik. Kekurangan aktivitas glutamatergic menghasilkan
gejala-gejala mirip dengan hiperaktif dopaminergik dan mungkin yang
terlihat pada skizofrenia.
31
A. Kesimpulan
Sistem saraf adalah suatu jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan
saling berhubungan satu dengan yang lain. Sistem saraf mengkoordinasi,
menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan lainnya.
Sistem tubuh yang pentng ini juga mengatur kebanyakan aktivitas system-system
tubuh lainnya, karena pengaturan saraf tersebut maka terjalin komunikasi antara
berbagai system tubuh hingga menyebabkan tubuh berfungsi sebagai unit yang
harmonis. Dalam system inilah berasal segala fenomena kesadaran, pikiran, ingatan,
bahasa, sensasi dan gerakan. Jadi kemampuan untuk dapat memahami, belajar dan
memberi respon terhadap suatu rangsangan merupakan hasil kerja integrasi dari
system saraf yang puncaknya dalam bentuk kepribadian dan tingkah laku individu.
Terlepas dari itu semua, sistem saraf mempunyai banyak sekali gangguan.
Beberapa diantaranya adalah yang dibahas dimakalah ini yaitu : Cerebral Palsy,
Meningitis, Myastenia Gravis, Polyneuropathy, Gangguan Neurotik, Stress,
Somatoform, dan Schizofrenia.
B. Saran
29