Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KELOMPOK

PEMBELAJARAN NEUROSAINS DALAM


PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK

Oleh :

Kelompok 11

1. Evi Elfida (A1K1 18092)


2. Marwana (A1K1 18119)
3. Gunawan (A1K1 18)

PROGRAM STUDY PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melipahkan rahmat, hidayah
dan inayahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
“pembelajaran neurosains dalam pembentukan karakter peserta didik”.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat melancarkan pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca.

Kendari, September 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................3

1.1. Latar Belakang................................................................................................3

1.2. Rumusan masalah...........................................................................................4

1.3. Tujuan.............................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................5

2.1. Definisi pembelajaran neurosains.......................................................................5

2.2. Mekanisme kerja otak yang berkaitan dengan kecakapan belajar......................5

2.3. Aplikasi neurosains dalam pembelajaran............................................................8

2.4. Kelebihan dan kekurangan pembelajaran neurosains.........................................8

BAB III PENUTUP.....................................................................................................10

3.1. Kesimpulan.......................................................................................................10

3.2. Saran.................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Teori belajar neurosains adalah teori belajar yang menekankan pada kinerja
otak yaitu tentang bagaimana keseluruhan proses berfikir. Proses berfikir juga
mencakup hal yang luas, dari proses berpikir tersebut menghasilkan pengetahuan,
sikap, dan prilaku atau tindakan. Teori ini mempelajari mengenai otak dan
seluruh fungsi-fungsi syaraf.

Bila kita tinjau ketika manusia dilahirkan manusia dianugrahi dengan otak
yang sama, menurut Adi Gunawan (2006) otak terdiri dari sekitar satu triliun sel
otak yang masing-masing terdiri dari sekitar seratus milyar sel otak aktif dan
sisanya sekitar sembilan ratus milyar adalah sel otak pendukung. Namun
mengapa tingkat kecerdasan manusia berbeda-beda itu disebabkan karena
perbedaan dalam meningkatkan potensi yang telah dimiliki, kecerdasan manusia
tidak hanya ditentukan oleh banyaknya jumlah sel otak namun lebih kepada
berapa banyak koneksi yang bisa terjadi antara masing-masing sel otak. Hal ini
sangat penting terutama dalam proses belajar dan pembentukan karakter peserta
didik karena mampu atau tidaknya seseorang dalam menangkap informasi atau
ilmu pengetahuan yang disampaikan ditentukan oleh kesiapan otak untuk
menangkap informasi atau ilmu pengetahuan tersebut. Jika otak tidak siap maka
proses pembelajaran tidak akan pernah terjadi. Oleh karena itu, pengabaian
terhadap sistim ini menyebabkan suasana pembelajaran menjadi mati.
1.2. Rumusan masalah

1. Apakah definisi dari pembelajaran neurosains?


2. Bagaimana mekanisme kerja otak yang berkaitan dengan kecakapan belajar?
3. Bagaimana aplikasi neurosains dalam pembelajaran?
4. Apa kelebihan dan kekurangan pembelajaran neurosains?

1.3. Tujuan

1. Untuk menjelakan definisi neurosains


2. Untuk menjelaskan mekanisme kerja otak yang berkaitan dengan kecakapan
belajar
3. Untuk mengetahui aplikasi neurosains dalam pembelajaran
4. Untuk mengetahui kelebihan dakn kekurangan pembelajaran neurosains

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi Pembelajaran Neurosains

Neuro berarti saraf, dan sains berarti il mu. Neurosains adalah ilmu tentang
sistem saraf. Pembelajaran neurosains merupakan ilmu pengetahuan tentang
hubungan system saraf dengan pembelajaran dan perilaku.
Neurosains merupakan satu bidang kajian mengenai sistem saraf yang ada
di dalam otak manusia. Neurosains juga mengkaji mengenai kesadaran dan
kepekaan otak dari segi biologi, persepsi, ingatan, dan kaitannya dengan
pembelajaran. Bagi teori Neurosains, sistem saraf dan otak merupakan asas fisikal
bagi proses pembelajaran manusia. Neurosains dapat membuat hubungan diantara
proses kognitif yang terdapat di dalam otak dengan tingkah laku yang akan
dihasilkan. Hal ini dapat diartikan bahwa, setiap perintah yang diproses oleh otak
akan mengaktifkan daerah-daerah penting otak (Harun, 2003).

Neurosains adalah suatu bidang penelitian saintifik tentang sistem saraf,


utamanya otak. Neurosains merupakan penelitian tentang otak dan pikiran. Studi
tentang otak menjadi landasan dalam pemahaman tentang bagaimana kita merasa
dan berinteraksi dengan dunia luar dan khususnya apa yang dialami manusia dan
bagaimana manusia mempengaruhi yang lain (Schneider, 2011).

2.2. Mekanisme Kerja Otak yang Berkaitan dengan Kecakapan


Belajar

Secara garis besar, system saraf dapat dibagi menjadi dua yaitu system saraf
pusat dan system saraf tepi. Pada pembahasan ini akan menekankan kepada
system saraf pusat yang ada di otak secara umum, sistam saraf terdiri dari neuron
dan sel glia. Neuron terdiri atas satu badan sel, satu akson, dan sejumlah dendrit.
Sel glia berfungsi membantu neuron dalam menyampaikan pesan dengan
membentuk selaput myelin yang menyelubungi akson.

Proses komunikasi antar neuron disebut sinaptik. Proses ini terjadi ketika
akson melepaskan neurontransmitter kimiawi yang kemudian diterima oleh
dendrit melalui celah sianaptik. Kemudian informasi tersebut diubah menjadi
sinyal elektrik yang mengalir dalam neuron, dan melalui akson diubah lagi
menjadi neurontransmitter kimiawi untuk disampaikan ke neuron yang lain.
Bagian-bagian otak yaitu belahan otak kanan, belahan otak kiri, dan belahan
otak tengah. Belahan-belahan tersebut mempunyai fungsi yang berbeda-beda.
Pada belahan otak kiri manusia dirancang untuk memproses bagian-bagian (secara
berurutan), bagian otak kanan memproses keseluruhan (secara acak) dan pada
bagian otak tengah merupakan penyumbang sekitar 20% dari seluruh volume
otak, bertanggungjawab atas tidur, emosi, atensi, pengaturan bagian tubuh,
hormon, seksualitas, penciuman, dan produksi kimiawi otak.

Kedua bagian otak terlibat dalam hampir setiap aktivitas. Peristiwa-


peristiwa yang terjadi pada salah satu belahan dapat mempengaruhi
perkembangan yang terjadi pada saat yang sama di bagian paling jauh di bagian
otak yang lain. (Jerry Levy, Ph.D., (1983, 1985) : University of Chicago).

Disaat otak kiri bekerja menghafal rumus, berpikir kritis, dan otak kanan
tidak bisa bekerja, maka otak kanan akan mengganggu kerja otak kiri. Otak kanan
akan bekerja saat ada music klasik, gambar-gambar yang menarik, dan
sebagainya. Intinya seorang guru harus mampu memberikan pengajaran yang
menyeimbangkan kerja otak.

Sedangkan otak depan merupakan sumber rasio yang terdiri dari pusat-pusat
yang memahami apa yang diamati. Amygda adalah tempat menyimpan memori
emosi yang mempunyai peran penting dalam emosional. Amyda memungkinkan
adanya respon sebelum berfikir. Sebaiknya dalam memberikan pelajaran diawali
dengan pemanasan otak, agar individu mempersiapkan otaknya sehingga tercapai
hasil belajar yang optimal.

Singkatnya semua belahan otak digunakan semua pada hampir setiap waktu
dan tidak dapat dihentikan dalah satunya sama sekali. Otak bekerja begitu banyak
di luar kesadaran manusia.

Anak didik sebagai salah satu individu dalam pembelajaran dan merupakan
suatu pribadi yang berbeda satu sama lain. Pribadi yang berbeda itu lahir dari
kebiasaan belajar yang berbeda. Sesungguhnya, anak belajar dimana saja dan
kapan saja, tidak hanya disekolah tapi juga dirumah atau keluarga, lingkungan
bermain, lingkungan masyarakat.

Kebiasaan yang diberikan kepada anak akan membentuk kepribadiannya


sejak dini. Untuk membentuk kepribadian anak, langkah pertama adalah membuat
dia merasa diterima semua orang sehingga dia mampu menerima dirinya sendiri.
Perhatian kepadanya juga penting dan diperlukan sejak dia belum mampu
berbicara sekalipun. Anak harus sering diberikan pertanyaan-pertanyaan yang
memancing tumbuhnya kepribadian dan kenyamanan diri, dimulai dari anak yang
baru bisa berbicara.

Sama halnya dalam pembelajaran di sekolah, jika seorang guru memiliki


murid yang pendiam ataupun pemalu, guru bisa memancing berbicara anak didik
agar dia mempunyai keberanian untuk berbicara. Guru juga harus mampu
mengenali pribadi yang dimiliki anak didiknya. Sehingga guru dapat dengan
mudah memahami dan mengerti anak didiknya. Dan ketika muridnya sudah
mempunyai keberanian berbicara, guru harus mampu memahami dan
mendengarkan apa yang dia bicarakan, agar sekaligus mampu mengontrol siswa,
apakah yang dibicarakannya itu mampu membentuk kepribadian baik atau tidak.
Jika dia salah, sebaiknya guru tidak memarahi atau mengucapakan kata-kata yang
bisa membuat dia merasa rendah, bodoh, apalagi tidak berguna.

2.3. Aplikasi neurosains dalam pembelajaran

Penerapan Neurosains dalam kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan


penggunaan peta konsep (mind map). Pembelajaran dengan penggunaan peta
konsep ini mampu meningkatkan sikap kreatif dalam pemunculan ide-ide baru,
pemecahan masalah dengan cara yang khas, sikap imajinatif, dan meningkatkan
produktivitas (Buzan, 2005). Buzan (2005) mengungkapkan bahwa yang termasuk
pemikiran kratif adalah kefasihan dalam pemunculan ide-ide baru, fleksibilitas,
dan orisinalitas.
Buzan (2005) mengungkapkan bahwa, untuk menjadi pribadi yang jenius
kreatif, kita perlu membebaskan imajinasi dan mendorong otak untuk membuat
asosiasi-asosiasi yang baru dan lebih kuat di antara ide-ide yang sudah ada dan
ide-ide yang baru dimunculkan. Ketika kita mengembangkan keterampilan kreatif,
kita bukan saja memperbaiki kemampuan untuk menghasilkan ide-ide yang
inovatif dan jalan keluar dari permasalahan, keterampilan kreatif yang kuat akan
meningkatkan kemampuan untuk mengingat segala sesuatu. Hal ini dikarenakan
kreativitas dan ingatan adalah dua proses mental yang sama persis, dan akan
mencapai titik terbaik ketika kita menggunakan imajinasi dan asosiasi.

2.4. Kelebihan dan kekurangan pembelajaran neurosains

 Kelebihan

Rianawaty (2011) mengungkapkan bahwa sebagai suatu teori pembelajaran


berbasis kemampuan otak (Neuroscience), tentu saja memiliki kelebihan dan
kelemahan. Kelebihan-kelebihannya adalah sebagai berikut:

1. Memberikan suatu pemikiran baru tentang bagaimana otak manusia bekerja.

2. Memperhatikan kerja alamiah otak si pembelajar dalam proses pembelajaran.

3. Menciptakan iklim pembelajaran dimana pembelajar dihormati dan didukung.

4. Menghindari terjadinya pemforsiran terhadap kerja otak.

5. Dapat menggunakan berbagai model-model pembelajaran dalam


mengaplikasikan teori ini. Dianjurkan untuk memvariasikan model-model
pembelajaran tersebut, supaya potensi pebelajar dapat dibangunkan.

 Kekurangan
1. Tenaga kependidikan di Indonesia belum sepenuhnya mengetahui tentang
teori ini (masih baru).

2. Memerlukan waktu yang tidak sedikit untuk dapat memahami (mempelajari)


bagaimana otak kita bekerja.

3. Memerlukan biaya yang tidak sedikit dalam menciptakan lingkungan


pembelajaran yang baik bagi otak.

4. Memerlukan fasilitas yang memadai dalam mendukung praktek pembelajaran


teori ini.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

1. Neurosains merupakan bidang kajian mengenai kesadaran dan kepekaan otak


dari segi biologi, persepsi, ingatan, dan keterkaitannya terhadap pembelajaran

2. Kerja otak melibatkan aktivitas neuron, dimana impuls listrik mengalir dari
neuron menuju dendrit melalui akson dan berhenti pada ujung akson yang
membentuk sinapsis kemudian dilanjutkan oleh neutransmiter untuk diterima
oleh penerima khusus pada neuron berikutnya.
4. Penerapan Neurosains dalam kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan
penggunaan peta konsep (mind map).

5. Pembelajaran Neurosains memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya


salah satunya ialah memberikan suatu pemikiran baru tentang bagaimana
otak manusia bekerja. Salah satu kelemahannya adalah memerlukan waktu
yang panjang untuk memahaminya dan pembelajaran ini masih tergolong
baru.

3.2. Saran

Kami menyadari kekurangan dari makalah ini, sehingga kami menyarankan


kepada pembaca agar bisa memberikan kritik dan sarannya. Agar makalah ini bisa
menjadi lebih baik. Terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

 Wijaya. 2014. Teori belajar neuroscience


dihttp://jeckprodeswijaya.blogspot.com/2014/05/teori-belajar-
neuroscience.html#_. (diakses 11 september).
 Desi wulansari. 2013. Makalah neurosains di
http://desiwulansari166.blogspot.com/2013/04/makalah-neurosains.html.
(diakses 11 september).
 Schneider, Harry D. 2011. Neuroscience. (online).
(http://www.harrydschneidermd.com/html/neuroscience.html diakses tanggal
20 Oktober 2011).
 Tanto aljauharie. 2014. Pengembangan model pembelajaran berbasis
neurosains untuk meningkatkan karakter kreatif, kerja keras dan rasa ingin
tahu di http://digilib.uin-suka.ac.id/12835/2/BAB%20I%2C%20V%2C
%20DAFTAR%20PUSTAKA.pd. (diakses 11 september)
 Afid burhanuddin. 2014. Implementasi teori belajar kerja otak dalam
pembelajaran di
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2014/05/31/implementasi-teori-
belajar-kerja-otak-dalam-pembelajaran/. (diakses 11 september).

Anda mungkin juga menyukai