Oleh :
Kelompok 11
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melipahkan rahmat, hidayah
dan inayahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
“pembelajaran neurosains dalam pembentukan karakter peserta didik”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat melancarkan pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................3
1.3. Tujuan.............................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................5
3.1. Kesimpulan.......................................................................................................10
3.2. Saran.................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
Teori belajar neurosains adalah teori belajar yang menekankan pada kinerja
otak yaitu tentang bagaimana keseluruhan proses berfikir. Proses berfikir juga
mencakup hal yang luas, dari proses berpikir tersebut menghasilkan pengetahuan,
sikap, dan prilaku atau tindakan. Teori ini mempelajari mengenai otak dan
seluruh fungsi-fungsi syaraf.
Bila kita tinjau ketika manusia dilahirkan manusia dianugrahi dengan otak
yang sama, menurut Adi Gunawan (2006) otak terdiri dari sekitar satu triliun sel
otak yang masing-masing terdiri dari sekitar seratus milyar sel otak aktif dan
sisanya sekitar sembilan ratus milyar adalah sel otak pendukung. Namun
mengapa tingkat kecerdasan manusia berbeda-beda itu disebabkan karena
perbedaan dalam meningkatkan potensi yang telah dimiliki, kecerdasan manusia
tidak hanya ditentukan oleh banyaknya jumlah sel otak namun lebih kepada
berapa banyak koneksi yang bisa terjadi antara masing-masing sel otak. Hal ini
sangat penting terutama dalam proses belajar dan pembentukan karakter peserta
didik karena mampu atau tidaknya seseorang dalam menangkap informasi atau
ilmu pengetahuan yang disampaikan ditentukan oleh kesiapan otak untuk
menangkap informasi atau ilmu pengetahuan tersebut. Jika otak tidak siap maka
proses pembelajaran tidak akan pernah terjadi. Oleh karena itu, pengabaian
terhadap sistim ini menyebabkan suasana pembelajaran menjadi mati.
1.2. Rumusan masalah
1.3. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Neuro berarti saraf, dan sains berarti il mu. Neurosains adalah ilmu tentang
sistem saraf. Pembelajaran neurosains merupakan ilmu pengetahuan tentang
hubungan system saraf dengan pembelajaran dan perilaku.
Neurosains merupakan satu bidang kajian mengenai sistem saraf yang ada
di dalam otak manusia. Neurosains juga mengkaji mengenai kesadaran dan
kepekaan otak dari segi biologi, persepsi, ingatan, dan kaitannya dengan
pembelajaran. Bagi teori Neurosains, sistem saraf dan otak merupakan asas fisikal
bagi proses pembelajaran manusia. Neurosains dapat membuat hubungan diantara
proses kognitif yang terdapat di dalam otak dengan tingkah laku yang akan
dihasilkan. Hal ini dapat diartikan bahwa, setiap perintah yang diproses oleh otak
akan mengaktifkan daerah-daerah penting otak (Harun, 2003).
Secara garis besar, system saraf dapat dibagi menjadi dua yaitu system saraf
pusat dan system saraf tepi. Pada pembahasan ini akan menekankan kepada
system saraf pusat yang ada di otak secara umum, sistam saraf terdiri dari neuron
dan sel glia. Neuron terdiri atas satu badan sel, satu akson, dan sejumlah dendrit.
Sel glia berfungsi membantu neuron dalam menyampaikan pesan dengan
membentuk selaput myelin yang menyelubungi akson.
Proses komunikasi antar neuron disebut sinaptik. Proses ini terjadi ketika
akson melepaskan neurontransmitter kimiawi yang kemudian diterima oleh
dendrit melalui celah sianaptik. Kemudian informasi tersebut diubah menjadi
sinyal elektrik yang mengalir dalam neuron, dan melalui akson diubah lagi
menjadi neurontransmitter kimiawi untuk disampaikan ke neuron yang lain.
Bagian-bagian otak yaitu belahan otak kanan, belahan otak kiri, dan belahan
otak tengah. Belahan-belahan tersebut mempunyai fungsi yang berbeda-beda.
Pada belahan otak kiri manusia dirancang untuk memproses bagian-bagian (secara
berurutan), bagian otak kanan memproses keseluruhan (secara acak) dan pada
bagian otak tengah merupakan penyumbang sekitar 20% dari seluruh volume
otak, bertanggungjawab atas tidur, emosi, atensi, pengaturan bagian tubuh,
hormon, seksualitas, penciuman, dan produksi kimiawi otak.
Disaat otak kiri bekerja menghafal rumus, berpikir kritis, dan otak kanan
tidak bisa bekerja, maka otak kanan akan mengganggu kerja otak kiri. Otak kanan
akan bekerja saat ada music klasik, gambar-gambar yang menarik, dan
sebagainya. Intinya seorang guru harus mampu memberikan pengajaran yang
menyeimbangkan kerja otak.
Sedangkan otak depan merupakan sumber rasio yang terdiri dari pusat-pusat
yang memahami apa yang diamati. Amygda adalah tempat menyimpan memori
emosi yang mempunyai peran penting dalam emosional. Amyda memungkinkan
adanya respon sebelum berfikir. Sebaiknya dalam memberikan pelajaran diawali
dengan pemanasan otak, agar individu mempersiapkan otaknya sehingga tercapai
hasil belajar yang optimal.
Singkatnya semua belahan otak digunakan semua pada hampir setiap waktu
dan tidak dapat dihentikan dalah satunya sama sekali. Otak bekerja begitu banyak
di luar kesadaran manusia.
Anak didik sebagai salah satu individu dalam pembelajaran dan merupakan
suatu pribadi yang berbeda satu sama lain. Pribadi yang berbeda itu lahir dari
kebiasaan belajar yang berbeda. Sesungguhnya, anak belajar dimana saja dan
kapan saja, tidak hanya disekolah tapi juga dirumah atau keluarga, lingkungan
bermain, lingkungan masyarakat.
Kelebihan
Kekurangan
1. Tenaga kependidikan di Indonesia belum sepenuhnya mengetahui tentang
teori ini (masih baru).
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
2. Kerja otak melibatkan aktivitas neuron, dimana impuls listrik mengalir dari
neuron menuju dendrit melalui akson dan berhenti pada ujung akson yang
membentuk sinapsis kemudian dilanjutkan oleh neutransmiter untuk diterima
oleh penerima khusus pada neuron berikutnya.
4. Penerapan Neurosains dalam kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan
penggunaan peta konsep (mind map).
3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA