Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“Pembelajaran Neurosaint”

Mata Kuliah: Strategi Belajar Mengajar


Dosen Pengampu: Dr. Syamsulrijal, M.T

Disusun Oleh Kelompok 10 :


Abdul Rahmat Lampay 200204502007
Irwanda 200204501001

FAKULTAS TEKNIK
PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR
 
Segala puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa atas rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Teori Pembelajaran Neurosains ini dengan baik. Selain itu juga saya ucapkan
terima kasih kepada Bapak Dr. Syamsulrijal, M.T selaku Dosen Pembimbing
Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar, teman-teman yang tidak bisa saya
sebutkan satu persatu yang telah memberikan saran dan masukan untuk
kesempurnaan portofolio ini.
Kami menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan yang terdapat pada
Makalah ini, sebagai akibat dari keterbatasan dari pengetahuan kami. Sehubungan
dengan hal tersebut,kami  akan selalu membuka diri untuk menerima segala kritik
dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Semoga Makalah ini bermanfaat
bagi kita semua.

i
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR..................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................ii 

BAB I PENDAHULUAN............................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Rumusan masalah............................................................................2
C. Tujuan...............................................................................................2    
BAB II PEMBAHASAN.............................................................3
A. Definisi Neurosains ..........................................................................3
B. Ruang Lingkup Neurosains.............................................................3
C. Tujuan Neurosains Dalam Pendidikan..........................................4
D. Proses Neurosains dalam Pendidikan.............................................5
E. Problematika dalam Pendidikan....................................................6
F. Solusi Untuk Problematika dalam Pendidikan.............................7
G. Implikasi Perkembangan Otak Dalam Pendidikan......................8
H. Kelebihan dan Kekurangan Neurosains........................................9

BAB III PENUTUP.....................................................................11    


A. Kesimpulan.......................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA..................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tidak ada seorang pun di dunia ini, yang ketika lahir telah dapat berbicara
lancar dengan menguasai 500 kosakata, mendapatkan IPK terbaik, menjadi
Dosen/ Ilmuwan Biologi tanpa adanya proses yang panjang. Proses inilah yang
melibatkan peran otak sebagai struktur yang kompleks. Rakhmat mengungkapkan
bahwa otak mengatur seluruh fungsi tubuh; mengendalikan kebanyakan perilaku
dasar manusia seperti halnya makan, tidur, dan menghangatkan tubuh. Otak
bertanggung jawab atas penciptaan peradaban, musik, seni, ilmu, dan bahasa.
Terdapat seratus miliar neuron atau sel saraf di dalam otak. Diperkirakan dalam
satu otak manusia, jumlah interkoneksi di antara sel-sel saraf lebih besar dari
jumlah atom di alam semesta.
Rakhmat mengungkapkan bahwa perkembangan otak hampir mirip
perkembangan alam semesta. Jika alam semesta lahir karena ledakan dahsyat, The
Big Bang, maka perkembangan otak juga dimulai dengan overproduksi neuron
pada minggu-minggu petama kehamilan.
Setiap hari diproduksi 250.000 neuroblast, sel saraf yang belum matang.
Bagian otak paling dalam menjadi penuh sesak. Neuron-neuron tersebut
bermigrasi ke lapisan otak paling luar. Rakhmat mengungkapkan bahwa neuron-
neuron yang menuju lapisan otak paling luar harus menempuh perjalanan panjang.
Neuron-neuron ini menempel pada sel glial, merayap dengan kecepatan 60 per
sejuta meter setiap jam, dan berhenti di berbagai tempat, tidak semuanya menuju
lapisan terluar otak. Pada saat mencapai daerah yang menjadi tujuannya, neuron-
neuron ini bergabung dengan neuron lain, membentuk koloni-koloni neuron
dengan masing-masing tugas yang khas. Terdapat koloni yang berperan sebagai
sistem visual, sistem pendengaran, dan sebagainya.
Profesor Marian Diamond mengungkapkan bahwa otak dapat berubah secara
positif jika dihadapkan pada lingkungan yang diberi rangsangan, dan otak akan
dapat menjadi negatif jika tidak diberi rangsangan. Berkaitan dengan hal tersebut,
maka sangat penting menghadirkan lingkungan yang mampu merangsang siswa

1
untuk dapat mengaktifkan otaknya. Lingkungan yang merangsang ini perlu
dihadirkan dalam kondisi yang bervariasi. Mekanisme kerja otak sangat
memberikan kedudukan yang penting dalam memahami setiap perubahan tingkah
laku belajar yang dilakukan oleh seseorang. Berkaitan dengan hal itulah, maka
penulis ingin memberikan penjelasan mengenai mekanisme kerja otak pada teori
Neurosains dalam pengaturan informasi yang akan mendukung peran kita sebagai
seorang pendidik.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah Nefinisi dari Neurosains?
2. Apa saja Ruang Lingkup Neurosains?
3. Apa Tujuan Neurosains dalam Pendidikan?
4. Bagaimana Proses Neurosains dalam Pendidikan?
5. Apa saja Problematika dalam Pendidikan?
6. Apa saja Implikasi Perkembangan Otak Dalam Pendidikan?
7. Apa saja Kelebihan dan Kekurangan Neurosains?

C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan Definisi dari Neurosains!
2. Untuk mengetahui Ruang Lingkup Neurosains!
3. Untuk mengetahui Tujuan Neurosains dalam Pendidikan!
4. Untuk mengetahui Proses Neurosains dalam Pendidikan!
5. Untuk mengetahui Problematika dalam Pendidikan dan Solusinya!
6. Untuk mengetahui Implikasi Perkembangan Otak Dalam Pendidikan!
7. Untuk mengetahui Kelebihan dan Kekurangan Neurosains!

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Defenisi Neurosains
Neurosains secara etimologi adalah ilmu neural (neural science) yang
mempelajari sistim syaraf, terutama mempelajari neuron atau sel syaraf dengan
pendekatan multidisipliner. Secara terminologi, neurosains merupakan bidang
ilmu yang mengkhususkan pada studi saintifik terhadap sistim syaraf. Dengan
dasar ini, neorosains juga disebut sebagai ilmu yang mempelajari otak dan seluruh
fungsi-fungsi syaraf belakang.
Neurosains merupakan satu bidang kajian mengenai sistem saraf yang ada di
dalam otak manusia. Neurosains juga mengkaji mengenai kesadaran dan kepekaan
otak dari segi biologi, persepsi, ingatan, dan kaitannya dengan pembelajaran. Bagi
teori Neurosains, sistem saraf dan otak merupakan asas fisikal bagi proses
pembelajaran manusia. Neurosains dapat membuat hubungan diantara proses
kognitif yang terdapat di dalam otak dengan tingkah laku yang akan dihasilkan.
Hal ini dapat diartikan bahwa, setiap perintah yang diproses oleh otak akan
mengaktifkan daerah-daerah penting otak.
Neurosains adalah suatu bidang penelitian saintifik tentang sistem saraf,
utamanya otak. Neurosains merupakan penelitian tentang otak dan pikiran. Studi
tentang otak menjadi landasan dalam pemahaman tentang bagaimana kita merasa
dan berinteraksi dengan dunia luar dan khususnya apa yang dialami manusia dan
bagaimana manusia mempengaruhi yang lain.

B. Ruang Lingkup Neurosains


Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, neurosains mempelajari manusia
secara utuh atau sains yang mempelajari manusia secara interdisipliner.
Neurosains memiliki beberapa dimensi antara lain:
1. Seluler-Molekuler
Lingkup kajian seluler-molekuler ini mempelajari berbagai macam sel
saraf dan bagaimana mereka melakukan fungsi-fungsi spesifik yang berbeda satu
dengan yang lain untuk menghasilkan pelbagai perilaku yang kompleks, seperti

3
emosi, kognisi, dan tindakan. Lebih singkatnya ketiganya adalah emosi dan rasio
yang menjadi satu kesatuan dalam jaringan neural dari akal sehat. Hal tersebut
memunculkan pengetahuan dan tindakan yang diakibatkannya.

2. Sistem Saraf
Biding sistem saraf mengkaji sel-sel saraf yang berfungsi sama dalam
sebuah sistem yang kompleks. Misalnya, masalah penglihatan dikaji dalam
"sistem visual"; masalah gerakan dikaji dalam "sistem isotonik" atau system
kinestetik; masalah pendengaran dikaji dalam "sistem auditori" dan seterusnya.

3. Neurosains Perilaku
Neurosains perilaku mengkaji bagaimana berbagai sistem syaraf bekerja
sebagaimana disebutkan di atas bekerja sama untuk menghasilkan perilaku
tertentu. Misalnya, bagaimana saraf visual, saraf auditori, saraf motorik
memproses informasi (materi pelajaran) secara simultan (meskipun hanya salah
satu yang dominan).
4. Neurosains Sosial (Sosiosains)
Bidang ini mempelajari bagaimana "otak sosial" manusia berperan dalam
membantu manusia membentuk hubungan dengan orang lain. Kemampuan
manusia untuk menjalin hubungan dengan orang lain merupakan nature-nya yang
tersimpan secara biologis dalam otak. Meskipun bukan merupakan sistem yang
terlokalisasi dan mudah diidentifikasi dengan jelas, "otak sosial" memiliki akar
yang kuat dalam interaksi antara pelbagai bagian. Komponen lobus frontal, seperti
cortex prefrontal, cortex orbitofrontal dan cortex ventromedial merupakan
komponen utama yang bertanggung jawab untuk itu. Instrumentasi Teknologi
Neurosains dan Implikasinya dalam Pembelajaran.

C. Tujuan Neurosains Dalam Pendidikan


Tujuan utama dari ilmu ini adalah mempelajari dasar-dasar biologis dari setiap
perilaku. Artinya, tugas utama dari neurosains adalah menjelaskan perilaku
manusia dari sudut pandang aktivitas yang terjadi di dalam otaknya. Penelitian
mutakhir di bidang neurosains menemukan sejumlah bukti hubungan tidak
terpisahkan antara otak dan perilaku (karakter) manusia. Melalui instrumen

4
Positron Emission Tomography (PET) diketahui bahwa terdapat enam sistem otak
(brain system) yang secara terpadu meregulasi semua perilaku manusia. Keenam
sistem otak tersebut adalah cortex prefrontalis, sistem limbik, gyros cingulatus,
ganglia basalis, lobus temporalis, dan cerebellum.
Keenam sistem otak tersebut mempunyai peranan penting dalam pengaturan
kognisi, afeksi, dan psikomotorik, termasuk IQ, EQ, dan SQ ( Pemisahan jasmani,
ruhani dan akal akan berimplikasi pada pengembangan ketiganya (IQ, EQ dan
SQ) yang secara otomatis melanggengkan ketidakseimbangan pada ranah kognisi,
afektif dan psikomotorik dalam pembelajaran. Bukti ilmiah ini memberi inspirasi
bahwa pendidikan karakter tidak ubahnya dengan mengembangkan potensi otak.
Semua sistem dalam otak bekerja secara padu untuk membangun sikap dan
perilaku manusia. Oleh karena itu, meregulasi kinerja otak secara normal akan
menghasilkan fungsi optimal sehingga perilaku dapat dikontrol secara sadar
dengan melibatkan dimensi emosional dan spiritual. Dengan demikian, endidikan
karakter dapat dijelaskan dalam mekanisme kerja otak pada tingkat molekuler,
khususnya enam sistem di atas. Atas dasar inilah neurosains yang disebut ilmu
yang menghubungkan antara otak dan pikiran (brain-mind connection) atau jiwa
dan badan, termasuk hati dan akal.

D. Proses Neurosains dalam Pendidikan


Seperti telah disebut, pola pendidikan yang ada sekarang terlalu berfokus ke
otak kiri, padahal untuk menjadi pintar otak kanan harus diberi pekerjaan seperti
otak kiri. Otak kiri dengan kata-kata dan bahasa, sedangkan otak kanan dengan
musik, gambar, dan warna. Ruangan kelas harus dikelola menjadi ruangan yang
santai dengan nuansa musik lembut, bau wangi, dan rasa humor tinggi.
Pemanfaatan pendekatan otak secara keseluruhan (Whole Brain Approach)
dengan mengacu pada belahan otak kiri dan kanan akan secara jelas
memperlihatkan tidak dapatnya dipisahkan masalah kognisi dengan emosi sebagai
satu kesatuan.
Memahami emosi dari peserta didik merupakan salah satu kunci untuk
membangun motivasi belajar mereka. Jika informasi hanya dikemas dalam bentuk
kata, ia anya disimpan dalam otak kiri, sedangkan apabila dikemas juga dalam

5
bentuk gambar yang penuh warna, otak kanan juga akan ikut menyimpannya.
Dengan demikian informasi yang disajikan dalam paduan kata dan gambar akan
lebih cepat terserap dan tersimpan (Dryden, 2001).
Pengolahan dan penyimpanan informasi akan sangat efektif apabila tubuh dan
otak dalam keadaan waspada yang relaks. Meditasi dengan bantuan musik dan
aroma yang menenangkan akan mempercepat seseorang untuk masuk kedalam
keadaan waspada yang relaks. Pada keadaan tersebut gelombang di otak menjadi
lambat (gelombang alfa) yang membuka pintu ke bawah sadar. Berbagai
penyelesaian permasalahan kehidupan sehari-hari akan lebih efektif pabila lewat
alam bawah sadar.

E. Problematika dalam Pendidikan


1. Peran pendidikan pada usia dini
Efektitivitas neurosains dalam pendidikan tergantung pada peran
pendidikan pada usia dini. Proses mencetak dan membentuk dalam otak ini
menunjukkan bahwa pendidikan anak usia dini itu sangat penting. Periode-periode
perkembangan bayi dan anak-anak usia prasekolah dapat mempersiapkan tahapan
untuk penguasaan kompetensi-kompetensi yang diperlukan dapat belajar dengan
baik di sekolah (Schunk, 2012; Byrnes & Fox, 1998).

2. Kompleksitas dari Proses-proses Kognitif


Gagasan bahwa pengajaran dan pengalaman-pengalaman pembelajaran
harus direncanakan supaya dapat memperhitungkan kompleksitas-kompleksitas
dari proses-proses kognitif seperti perhatian dan memori. Penelitian neurosains
telah menunjukkan bahwa perhatian bukan merupakan proses tunggal, tetapi
mencakup banyak komponen (misalnya bersiap terhadap suatu perubahan dalam
kondisi yang sedang dijalani, melokalisir sumber perubahan). Implikasinya adalah
pendidik tidak bisa berasumsi teknik pengajaran tertentu seperti “dapatkan
perhatian siswa” atau “bantu merekauntuk mengingat.” Kita harus lebih spesifik
tentang aspek-aspek perhatian apa yang akan akan disertakan dalam pelajaran dan
tipe memori apa yang akan diperhatikan.

6
3. Kesulitan-kesulitan belajar siswa (perhatian, keterlibatan, motivasi, emosi)
Penelitian otak menunjukkan bahwa kunci untuk memperbaiki
kekuarangan dalam pelajaran tertentu adalah mengetahui dalam aspek-aspek
pelajaran yang mana seorang siswa mengalami kesulitan dan kemudian berupaya
menanganinya secara khusus. Contohnya, pengajaran strategi kognitif untuk
kelemahan-kelemahan anak-anak dapat dipadukan dengan pengajaran membaca
tradisional (Schunk, 2012; Katzir & Parĕ-Blagoev, 2006).

4. Kompleksitas teori-teori pembelajaran


Penelitian terhadap otak telah menunjukkan bahwa-bahwa teori-teori
pembelajaran dengan banyak sisi tampak menangkap keadaan yang sebenarnya
dengan lebih baik dibanding model-model parsimoni. Ada banyak muatan yang
tidak diperlukan dalam fungsi otak yang menjelaskan temuan umum yang
menunjukkan bahwa ketika suatu wilayah otak yang diketahui berkaitan dengan
fungsi tertentu terkena trautama, fungsi tersebut bisa jadi tidak sepenuhnya hilang
(alasan lain mengapa perbedaan antara “otak kanan” dan “otak kiri” kurang kuat
kredibilitasnya).

F. Solusi Untuk Problematika dalam Pendidikan


Beberapa praktik-praktik adalah pembelajaran berbasis permasalahan,
simulasi dan permainan peran, diskusi aktif, tampilan visual, iklim yang positif.

1. Pembelajaran Berbasis Permasalahan


Pembelajaran berbasis permasalahan menarik keterlibatan siswa dalam
pembelajaran dan membantu memotivasi mereka. Ketika siswa belajar kelompok
mereka juga dapat meningkatkan keterampilan kerjasama mereka dalam belajar.
Pembelajaran dengan gaya ini mengharuskan siswa berpikir kreatif dan mengolah
pengetahuan mereka untuk digunakan dengan cara-cara yang khas. Metode ini
bermanfaat terutama untuk pengerjaan proyek-proyek yang tidak memiliki satu
solusi yang benar secara pasti.

7
2. Simulasi dan Permainan Peran
Simulasi dapat dilakukan melalui komputer, di kelas-kelas atau temapat-
tempat umum seperti museum. Permainan peran adalah suatu bentuk penyajian
model di mana para siswa saling mengamati. Baik simulasi maupun permainan
peran memberi kesempatan belajar yang tidak bisa didapatkan oleh siswa dengan
cara-cara biasa. Kedua metode ini memiliki manfaat motivational dan dapat
memusatkan perhatian siswa.

3. Diskusi Aktif
Siswa sebagai bagian dari sebuah diskusi, dipaksa untuk berpartisipasi.
Artinya siswa tidak bisa menjadi pengamat yang pasif. Tingkat keterlibatan
kognitif dan emosional yang meningkat ini, dapat menghasilkan pembelajaran
yang lebih baik. Aktivitas kognitif ini membantu siswa membangun koneksi-
koneksi sinaptif dan car-cara baru dalam menggunakan informasi.

4. Tampilan Visual
Tampilan-tampilan visual membantu meningkatkan perhatian,
pembelajaran dan mempertahankannya. Guru yang mengggunakan tampilan
visual dalam aktivitas mengajar mereka dengan menggunakan tampilan visual dan
mengajak siswanya untuk menggunakannya juga akan menonjolkan pengolah
informasi visual dan cenderung meningkatkan pembelajaran.

5. Iklim yang positif


Penelitian terhadap otak membuktikan efek-efek positif yang diberikan
oleh keterlibatan-keterlibatan emosional terhadap pembelajaran dan pembentukan
konekskoneksi sinaptik. Guru yang menciptakan iklim kelasa yang positif akan
menemukan bahwa persolan-persoalan perilaku dapat diminimalkan dan bahwa
siswa makin menjadi terlibat dalam pembelajaran.

G. Implikasi Perkembangan Otak Dalam Pendidikan


1. Optimalisasi Kecerdasan
Pendidikan sebaiknya mengembangkan kecerdasan, bukan hafalan, yaitu
melalui stimulasi otak untuk berpikir. Otak yang cerdas meningkatkan kreativitas

8
dan daya cipta baru untuk menemukan hal yang baru yang tidak pernah
terpikirkan.

2. Keseimbangan fungsi otak kanan dan kiri


Otak kanan dan otak kiri memiliki fungsi yang berbeda. Otak kanan lebih
bersifat intuitif, acak, tak teratur, divergen. Otak kiri bersifat linier, teratur, dan
konvergen. Pendidikan hendaknya mengembangkan kedua belahan otak itu secara
seimbang. Pembelajaran yang bersifat eksploratori dan divergen, lebih dari satu
kemungkinan jawaban benar akan mengembangkan kedua belahan otak tersebut.

3. Keseimbangan Otak Triune


Pendidikan harus mengembangkan secara seimbang fungsi otak atas,
tengah dan bawah (logika, emosi, dan motorik) yang sering disebut juga head,
heart, and hands. Hal itu sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yaitu
mengambangkan manusia yang cerdas, terampil, dan beakhlak mulia.

4. Pengembangan motorik tangan


Stimluasi melalui motorik tangan perlu dilakukan sejak dini. Koordinasi
tangan ini sifatnya berkebalikan, di mana tangan kiri dikendalikan otak bagian
kanan. Oleh karena itu tidak selayaknya kita melarang anak menggunakan tangan
kirinya karena hal itu justru sedang mengembangkan otak kanannya.

H. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Neurosains


Rianawaty mengungkapkan bahwa sebagai suatu teori pembelajaran berbasis
kemampuan otak (Neuroscience), tentu saja memiliki kelebihan dan kelemahan.
 Kelebihan-kelebihannya adalah sebagai berikut:
1. Memberikan suatu pemikiran baru tentang bagaimana otak manusia
bekerja.
2. Memperhatikan kerja alamiah otak si pembelajar dalam proses
pembelajaran.
3. Menciptakan iklim pembelajaran dimana pembelajar dihormati dan
didukung.
4. Menghindari terjadinya pemforsiran terhadap kerja otak.

9
5. Dapat menggunakan berbagai model-model pembelajaran dalam
mengaplikasikan teori ini. Dianjurkan untuk memvariasikan model-model
pembelajaran tersebut, supaya potensi pebelajar dapat dibangunkan.
 Kelemahan-kelemahannya adalah sebagai berikut:
1. Tenaga kependidikan di Indonesia belum sepenuhnya mengetahui tentang
teori ini (masih baru).
2. Memerlukan waktu yang tidak sedikit untuk dapat memahami
(mempelajari) bagaimana otak kita bekerja.
3. Memerlukan biaya yang tidak sedikit dalam menciptakan lingkungan
pembelajaran yang baik bagi otak.
4. Memerlukan fasilitas yang memadai dalam mendukung praktek
pembelajaran teori ini.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Neurosains secara etimologi adalah ilmu neural (neural science) yang
mempelajari sistim syaraf, terutama mempelajari neuron atau sel syaraf dengan
pendekatan multidisipliner. Secara terminologi, neurosains merupakan bidang
ilmu yang mengkhususkan pada studi saintifik terhadap sistim syaraf. Neurosains
merupakan bidang kajian mengenai kesadaran dan kepekaan otak dari segi
biologi, persepsi, ingatan, dan keterkaitannya terhadap pembelajaran.
Tujuan utama dari ilmu ini adalah mempelajari dasar-dasar biologis dari setiap
perilaku. Artinya, tugas utama dari neurosains adalah menjelaskan perilaku
manusia dari sudut pandang aktivitas yang terjadi di dalam otaknya.
Memahami emosi dari peserta didik merupakan salah satu kunci untuk
embangun motivasi belajar mereka. Jika informasi hanya dikemas dalam bentuk
kata, ia anya disimpan dalam otak kiri, sedangkan apabila dikemas juga dalam
bentuk gambar yang penuh warna, otak kanan juga akan ikut menyimpannya.
Dengan demikian informasi yang disajikan dalam paduan kata dan gambar akan
lebih cepat terserap dan tersimpan (Dryden, 2001).

11
DAFTAR PUSTAKA

http://staffnew.uny.ac.id/upload/131405898/pengabdian/
Neurosains+dan+Pembelajaran.pdf
https://media.neliti.com/media/publications/177272-ID-neurosains-dalam-
pendidikan.pdf
https://www.nobelprize.org/prizes/medicine/1906/cajal/article/
file:///C:/Users/Idul%20F.%20Lampai.%20S.Pd/Downloads/
PendidikanNeurosainsDanImplikasinyaBagiDuniaPendidikanMasaKini.pdf

12

Anda mungkin juga menyukai