Anda di halaman 1dari 14

NEUROSAINS DAN PENDIDIKAN AUD

ANATOMI SISTEM SARAF PUSAT

Di Susun Oleh:

Yanti Maria (22.01.0057)


Harniansih Fitricahyati (22.01.0058)
Wulan Racthia Andrias (22.01.0059)

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM RAWA AOPA
KONAWE SELATAN
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam
memahami Neurosains dan pendidikan serta Anatomi sistem saraf pusat
Dalam makalah ini kami menjelaskan dan dan menerangkan beberapa pengertian dari
Neurologi dan pendidikan serta Anatomi sistem saraf pusat pada anak usia dini. Harapan kami
semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca,
sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini dan kedepanya dapat lebih
baik lagi.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

COVER…………………………………………………………

KATA PENGANTAR …………………………………………

DAFTAR ISI ……………………………………………….…..

BAB I PENDAHULUAN……………………………………..…
1.1 Latar Belakang….…………………………………………................…
1.2 Rumusan Masa……………………………………………………...….
1.3 Tujuan Penulis……………………………………………….………….

BAB II PEMBAHASAN………………………………………..…

2.1 Neurosains dan pendidikan Anak Usia Dini………………………….


2.2 Anatomi Sistem saraf pusat…………………………. ………………..

BAB III PENUTUP………………………………………………


3.1 Kesimpulan……………………………………………………………
3.2 Saran…………………….……………………………………………

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Neurosains secara etimologi adalah ilmu neural (neural science) yang mempelajari
sistem syaraf, terutama mempelajari neuron atau sel syaraf dengan pendekatan
multidisipliner. Sedangkan secara terminologi, Neurosains merupakan bidang ilmu yang
mengkhususkan pada studi saintifik terhadap sistem syaraf. Hakekat pendidikan adalah
optimalisasi potensi manusia atau peserta didik. Seluruh potensi manusia semua bertumpu
pada otaknya. Pengertian pendidikan dalam hal ini dibatasi pada pengembangan potensi
manusia, khususnya potensi yang bertumpu pada otaknya. Pendidikan secara umum
mengikuti jejak dalam neurosains, pendidikan tersebut dapat dilihat dalam upaya optimalisasi
fungsi otak untuk mencerdaskan peserta didik.
Anatomi berasal dari bahasa Yunani ana dan tome, yang berarti memotong/memisahkan.
Anatomi adalah ilmu yang mempelajari susunan atau struktur dari tubuh manusia dan
hubungan antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya.Sistem saraf adalah jaringan
kompleks yang terdiri dari serabut-serabut saraf untuk mengatur serta mengoordinasikan
seluruh aktivitas tubuh, seperti melihat, bergerak, hingga mengendalikan kerja dari berbagai
organ tubuh. Dalam menjalankan fungsinya, sistem saraf manusia terdiri dari beberapa
bagian, di antaranya adalah otak, sumsum tulang belakang, serta neuron atau sel-sel saraf.
Sistem saraf manusia bekerja dengan menerima informasi atau rangsangan dari tubuh serta
lingkungan luar. Lalu, informasi tersebut akan diproses untuk mengirimkan instruksi ke
seluruh tubuh serta memicu reaksi, seperti menggerakkan otot, bernapas, merasakan sakit,
dan lain sebagainya.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Neurosains
2. Apa kaitan Neurosains dan Pendidikan Anak Usia Dini
3. Apa yang dimaksud dengan Anatomi dan sistem saraf
4. Apa kaitan antara anatomi dan sistem saraf pusat
5. Bagaimana cara mengenalkan neurosains pada anak usia dini
1.3 Tujuan penulisan

1. Mengetehui tentang Neurosains


2. Mengetahui kaitan antara Neurosains dan Pendidikan anak usia dini
3. Dapat memahami tentang Neuronsains dan Pendidikan anak usia dini
4. Mengetahui tentang Anatomi dan Sistem Saraf Pusat
5. Dapat mengenalkan Neurosains pada Anak Usia Dini
6. Dapat memahami kaitan antara sistem saraf pusat dan anatomi tubuh
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Neurosains dan Pendidikan
A. Neurosains
Neurosains secara etimologi adalah ilmu neural (neural science) yang mempelajari sistem
syaraf, terutama mempelajari neuron atau sel syaraf dengan pendekatan multidisipliner.
Sedangkan secara terminologi, Neurosains merupakan bidang ilmu yang mengkhususkan pada
studi saintifik terhadap sistem syaraf. Dengan dasar ini, neurosains disebut juga sebagai ilmu
yang mempelajari otak dan seluruh fungsi- fungsi syaraf belakang.
Neurosains merupakan satu bidang kajian mengenai sistem syaraf yang ada di dalam otak
manusia. Neurosains juga mengkaji tentang kesadaran dan kepekaaan otak dari segi biologi,
persepsi, ingatan, dan kaitannya dengan pembelajaran. Sistem syaraf dan otak merupakan bagian
fisikal bagi proses pembelajaran manusia. Neurosains merupakan penelitian tentang otak dan
pikiran. Studi tentang otak menjadi landasan dalam pemahaman tentang bagaimana kita merasa
dan berinteraksi dengan dunia luar dan khususnya yang dialami manusia dan bagaimana manusia
mempengaruhi yang lain (Schneider , 2011).
Neurosains, secara sederhana adalah ilmu yang khusus mempelajari neuron (sel saraf).
Berdasarkan, hasil penelitian di bidang neurologi, bahwa pertumbuhan sel jaringan otak pada
anak usia 0-4 tahun mencapai 50%, hingga anak usia 8 tahun mencapai 80 % dan kematangan
pada usia 10-25tahun. Artinya, apabila pada urutan usia tersebut otak tidak mendapatkan
rangsangan yang optimal maka perkembangannya tidak akan maksimal. Semakin dini
penanganan dan bentuk rangsangan yang diberikan terhadap anak maka hasilnya akan semakin
baik. Sebaliknya, semakin lambat, maka semakin buruk hasilnya.
Sel-sel saraf ini menyusun sistem syaraf, baik susunan syaraf pusat yaitu otak dan syaraf
tulang belakang maupun syaraf tepi yaitu 31 pasang saraf spinal dan 12 pasang saraf kepala. Sel
saraf (neuron) adalah sinapsis yaitu titik pertemuan 2 sel saraf yang memindahkan informasi
neurotransmitter. Pada tingkat biologi molekuler, unit terkecilnya adalah gen-gen (kajian
genetik). Umumnya para neurosaintis memfokuskan pada sel saraf yang ada di otak.
Neurosains mempelajari manusia, diantaranya mempelajari perilaku (karakter) melalui
pemahaman terhadap cara kerja sel-sel syaraf, khususnya interaksi otak-pikiran, jiwa- badan, dan
hati-akal. Tumpuan utama neurosain adalah neuroatiatonzi dan fletiologi yaitu ilmu yang
membahas arsitektur dan fungsi khusus persyarafan dengan pendekatan yang lebih makro.
Dalam hal ini, termasuk struktur sel syaraf secara mikroskopis dan bagaimana sel syaraf tersebut
berhubungan satu dengan yang lainuntuk membentuk sebuah sirkuit (wiring diagram) dan masih
banyak cakupan dalam kajian neurosains

B. Neurosains dan pendidikan


Pendidikan dalam arti luas adalah segala sesuatu yang dikerjakan untuk mempengaruhi orang
lain, baik secara kelompok maupun individu, agar mampu mengerjakan dan sesuai tujuan yang
telah ditentukan sebelumnya. Pendidikan sebagai proses pembelajaran, pengetahuan,
keterampilan serta kebiasaan seseorang yang diwariskan melalui bentuk pengajaran, pelatihan,
atau penelitian. Pendidikan tidak hanya berlangsung dari proses bimbingan orang lain, tetapi juga
sifatnya bisa terjadi secara otodidak yang memberikan pengalaman bagi setiap orang dalam hal
berpikir, bertindak, dan bersikap. Pada hakikatnya pendidikan memiliki Dua tujuan, yaitu
membantu manusia untuk menjadi cerdas dan pintar (smart), dan membantu mereka menjadi
manusia yang baik (good).
Dalam teori neurosais ini, kualitas seorang anak dapat dinilai dari proses tumbuh kembang.
Proses tumbuh kembang merupakan hasil interaksi faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor
genetik atau keturunan adalah faktor yang berhubungan dengan gen yang berasal dari ayah dan
ibu, sedangkan faktor lingkungan meliputi lingkungan biologis, fisik, psikologi dan sosial.
Menurut teori pembelajaran neurosains, otak luar yang berfungsi yang berfungsi untuk berpikir
kritis dan kreatif pada otak anak usia dini belum berkembang maksimal sehingga belum bisa
merespon stimulus yang bersifat abstrak dan rasional. Karakteristik otak pada tahap ini baru bisa
menerima stimulus yang bersifat kongkrit dan empirik, seperti bermain. Berdasarkan keterangan
neurosains tersebut PAUD yang memberikan stimulus abstrak tidak sesuai dengan
perkembangan otak anak sehingga beresiko merusak otak anak.
C. Penerapan Neurosains dalam Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan anak usia dini ialah sarana untuk menggali serta mengembangkan berbagai potensi
anak agar dapat berkembang secara optimal. Pembelajaran berbasis Neurosains wajib
memperhatikan keseimbangan otak kanan dan otak kiri. Otak kanan serta otak kiri masing-
masing memiliki peran penting, sehingga keduanya wajib diberi stimulus secara seimbang. Hasil
dari kajian literatur menyatakan bahwa pembelajaran berbasis neurosains dalam pendidikan anak
usia dini sangat penting dan pelaksanaan pembelajaran berbasis neurosains dapat dilakukan
dengan berbagai cara.
Perkembangan neurosains sebagai sebuah pengetahuan mengenai sistem syaraf atau tentang
otak manusia saat ini mengalami kemajuan yang signifikan. Para pakar terus melakukan
penelitian mengenai hubungannya dengan kehidupan manusia termasuk dunia pendidikan
dimana keunikan dari perkembangan kemampuan otak sangat terkait dengan output capaian dari
sebuah proses pendidikan. Namun, terkadang manusia berpikir seperti teknologi- teknologi
tersebut dimana otak digunakan sebagai tempat penyimpanan semata. Padahal kenyataannya,
otak belajar dengan campuran berbagai emosi, ingatan, niat, dan sebagainya yang membentuk
kehidupan mentalnya. Untuk itulah, dalam proses pembelajaran, sebenarnya otaklah yang
memasukkan informasi ke dalam wadah yang sebelumnya telah berisi informasi- informasi yang
berkaitan sehingga membutuhkan restrukturisasi, penyusunan, dan penilaian kembali.
Disamping guru, orang tua juga perlu memahami teori neurosains. Orangtua merupakan guru
pertama anak. Secara teori pembentukan dan perkembangan sel dasar otak banyak dipengaruhi
oleh orang tua dan lingkungan.
Potensi kecerdasan berkembang dengan pesat apabila orangtua, guru, dan lingkungan
memahami neurosains dan memberikan stimulan secara optimal. Stimulan tersebut dapat
mempengaruhi dapat mempengaruhi kualitas anak dan memantau proses perkembangan
kemampuan anak. Berikut mengenai peran orangtua dan guru berdasarkan tahapan kecerdasan,
yaitu sebagai berikut :
1. Penglihatan, mendekatkan benda ke dekat mata bayi, terus menggerakkan benda tersebut
ke kiri, ke kanan, ke atas, dan ke bawah bahkan melingkar.
2. Berbicara, memperkenalkan beragam bunyi yang indah, menarik, dan spesifik seperti
lantunan ayat suci, musik, lagu, suara dan bunyi (binatang dan lingkungan sekitar).
Perhatikan respon bayi melalui mata, telinga, dan gerakan tubuhnya. Anak dapat meniru,
dang mengucapkan seperti yang didengar.
3. Emosi, untuk mengontrol emosi anak ciptakan suasana yang nyaman dan menyenangkan.
Mengarahkan memotivasi emosi anak ke hal yang positif, berupa bujukan, ajakan, dan
penjelasan logika sederhana.
4. Berpikir, melatih berpikir logika sederhana, berpikir kritis (sebab akibat), menghitung
dengan angka-angka rendah dan melatih daya ingat dengan pengulangan.
5. Keterikatan dan keterampilan sosial, memfasilitasi dan memotivasi anak belajar
keterampilan soft dan hard skill seperti menari, berenang, melukis, memainkan alat
musik, melakukan permainan yang melatih daya pikir. Melibatkan anak dalam kegiatan
rumah yang tidak membahayakan.
6. Motorik, kecerdasan motorik sudah terjadi sejak bayi dalam kandungan. Untuk
memfasilitasi motorik anak agar lebih terampil dan cekatan dengan membawa mereka ke
arena yang lebih luas agar bebas bergerak sambil mengingatkan bahaya yang mungkin
mereka temui.
7. Keterampilan sosial sebaya, berikan contoh yang membangun karakter, bekerjasama,
bertoleransi bersikap, disiplin dan saling menghargai.
8. Berbahasa, melatih bicara mulai dari kata sampai kalimat yang sederhana. Kalimat sebab
akibat dengan logika sederhana. Memotivasi dan menumbuh kembangkan minat
membaca, bercerita dan menulis. Perkenalkan anak dengan beragam objek dan minta
mereka bercerita. Orang tua khususnya bapak yang rajin berbicara kepada anaknya akan
mempercepat peningkatan kosa kata anaknya secara signifikan.
Pembelajaran berbasis kemampuan otak (neurosains) adalah pembelajaran yang dihubungkan
dengan otak yang dirancang alamiah untuk belajar. Setelah mempelajari teori ini, diharapkan
untuk dapat diterapkan dalam proses pembelajaran. Setelah dijelaskan hasil penelitian dari
berbagai tempat dalam forum konferensi tingkat tinggi yang dicetuskan oleh Jhon Hopkins
University, maka dapat diambil beberapa kesimpulan seperti para ahli menyarankan para orang
tua agar siswa mengikuti kegiatan seni musik, karena seni musik dapat merangsang otak,
meningkatkan kemampuan bersosialisasi, meningkatkan rasa empati, dan seterusnya. Semakin
banyak anak mendapatkan stimulus melalui seni, maka semakin cerdaslah anak tersebut. Seni
juga mempunyai beberapa manfaat, seperti : seni dapat membuat kepekaan anak terhadap alam.
Seni juga dapat memberikan kenangan dan dapat membantu mempeajari berbagai ketrampilan
sesuai dengan kemampuannya.

2.2 Anatomi, Sistem Saraf Pusat


Anatomi berasal dari bahasa Yunani ana dan tome, yang berarti memotong/memisahkan.
Anatomi adalah ilmu yang mempelajari susunan atau struktur dari tubuh manusia dan hubungan
antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya. Dari sudut medis, anatomi terdiri dari
berbagai pengetahuan tentang bentuk, letak, ukuran, dan hubungan berbagai struktur dari tubuh
manusia. Pada anatomi tubuh manusia, akan terlihat bahwa manusia memiliki banyak sekali
elemen-elemen yang menyusun satu tubuh manusia. Elemen tersebut adalah organ tubuh yang
terdiri atas jaringan dan tersusun lagi dari sel. Hal yang paling utama adalah sistem respirasi atau
pernapasan, sistem peredaran darah, dan sistem pencernaan.
Pengetahuan mengenai anatomi tubuh manusia sangatlah penting, terutama di usia dini agar
mereka dapat mengetahui struktur tubuh manusia. Kita dapat mengetahui proses normal dan
mengetahui kondisi yang buruk jika ada penyakit menyerang anatomi tubuh sehingga dapat
melakukan antisipasi berupa pencegahan demi kesehatan tubuh.
Dalam susunan atau struktur tubuh manusia ada yang namanya Sistem saraf. Sistem saraf
manusia merupakan jalinan jaringan saraf yang saling berhubungan, sangat khusus, dan
kompleks. Sistem saraf ini mengoordinasikan, mengatur, dan mengendalikan interaksi anggota
tubuh dimana saraflah yang mengatur kinerja dari anatomi struktur tubuh manusia. Sistem tubuh
yang penting ini juga mengatur aktivitas sebagin besar sistem tubuh lainnya. Tubuh mampu
berfungsi sebagai satu kesatuan yang harmonis karena pengaturan hubungan saraf diantara
berbagai system Sistem Saraf tersusun dari jutaan serabut sel saraf (neuron) yang berkumpul
membentuk suatu berkas (faskulum). Neuron adalah komponen utama dalam sistem saraf. Secara
umum sistem saraf sebagai sistem koordinasi mempunyai fungsi utama yaitu:
• Memelihara fungsi tubuh
• Mengatur kegiatan di dalam tubuh
• Menerima rangsangan eksternal dan internal
• Mengolah rangsangan yang diterima
• Merespon rangsangan yang diterima

Sistem saraf secara umum terbagi menjadi dua yaitu sistem saraf pusat dan sisem saraf tepi
Sistem saraf pusat
Sistem Saraf Pusat (SSP) memiliki kriteria yang sama dengan organ tubuh lainnya yaitu
kerjanya sangat bergantung pada aliran darah yang memadai untuk nutrisi dan pembuangan sisa-
sisa metabolismenya. Suplai darah ke otak merupakan suatu jalinan pembuluh-pembuluh darah
yang bercabang-cabang, berhubungan erat satu dengan yang lain sehingga dapat menjamin suplai
darah yang adekuat untuk sel. Suplai darah ini dijamin oleh dua arteria, yaitu a.carotis interna
dan a.vertebralis yang cabang-cabangnya beranastomosis membentuk sirkulus arteriosus willisi
a. Otak
Otak merupakan alat tubuh yang sangat penting dan sebagai pusat pengatur dari segala
kegiatan manusia. Otak terletak di dalam rongga tengkorak, beratnya lebih kurang 1/50 dari berat
badan. Bagian utama otak adalah otak besar (Cerebrum), otak kecil (Cerebellum), dan batang
otak.Otak terletak di dalam rongga kepala, yang pada orang dewasa sudah tidak dapat lagi
membesar, sehingga bila terjadi penambahan komponen rongga kepala akan meningkatkan
tekanan intra cranial.
1) Otak besar (Cerebrum)
Berfungsi untuk pengaturan semua aktivitas mental yaitu berkaitan dengan kepandaian
(intelegensi), ingatan (memori), kesadaran, dan pertimbangan.
2) Otak kecil (Cerebellum)
Otak kecil berfungsi sebagai pengatur keseimbangan tubuh dan mengkoordinasikan kerja otot
ketika seseorang akan melakukan kegiatan.
3) Otak Tengah (Mesensefalon)
Otak tengah berperan dalam mengontrol fungsi-fungsi otonomik (fungsi yang tidak disadari)
seperti pernapasan, pencernaan, detak jantung, fungsi pembuluh darah, serta menelan dan bersin.
4) Pelindung Otak
Otak terdiri dari rangka tulang bagian luar dan tiga lapisan jaringan ikat yang disebut meninges.
5) Sumsum Tulang Belakang (Medulla Spinalis)
Berfungsi sebagai Penghubung impuls dari dan ke otak dan Memungkinkan jalan terpendek pada
gerak refleks.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Pembelajaran berbasis Neurosains wajib memperhatikan keseimbangan otak kanan dan
otak kiri. Otak kanan serta otak kiri masing-masing memiliki peran penting, sehingga
keduanya wajib diberi stimulus secara seimbang.
2. pembelajaran berbasis neurosains dalam pendidikan anak usia dini sangat penting dan
pelaksanaan pembelajaran berbasis neurosains dapat dilakukan dengan berbagai cara.
3. Pembelajaran berbasis kemampuan otak (neurosains) adalah pembelajaran yang
dihubungkan dengan otak yang dirancang alamiah untuk belajar. Setelah mempelajari
teori ini, diharapkan untuk dapat diterapkan dalam proses pembelajaran.
4. Kita dapat mengetahui proses normal dan mengetahui kondisi yang buruk jika ada
penyakit menyerang anatomi tubuh sehingga dapat melakukan antisipasi berupa
pencegahan demi kesehatan tubuh.
5. Pengetahuan mengenai anatomi tubuh manusia sangatlah penting, terutama di usia dini
agar mereka dapat mengetahui struktur tubuh manusia.
3.2 Kritik dan Saran
Berbagai faktor dapat mempengaruhi perkembangan fisik maupun motorik anak, kita
sebagai guru dan orang tua wajib membimbing anak agar dapat tumbuh berkembang dengan
optimal. Demikian makalah ini kami susun semoga dapat bermanfaat. Kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Wathon, A. (2016). Neurosains dalam pendidikan. Jurnal Lentera: Kajian Keagamaan, Keilmuan
dan Teknologi, 14(1), 284-294.
Rivalina, R. (2020). Pendekatan Neurosains Meningkatkan Keterampilan Berpikir Tingkat
Tinggi Guru Pendidikan Dasar. Kwangsan, 8(1), 332456.
Yusmaliana, D., & Suyadi, S. (2019). Pengembangan Imajinasi Kreatif Berbasis Neurosains
dalam Pembelajaran Keagamaan Islam. Edukasia: Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, 14(2),
267- 296.
Gibson, John.2003.Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat.Buku Kedokteran EGC :
JakartaBuku Kedokteran EGC : Jakarta
Asrijal, 2011. Anatomi dan fisiologi manusia,Universitas Veteran RI Makassar

Anda mungkin juga menyukai