MAKALAH
Disusun oleh
Ida Royani M (172520033)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional pasal 3 tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Untuk mewujudkan tujuan tersebut maka pendidikan harus mampu
mengembangkan secara seimbang fungsi otak (kognitif, afektif, dan
psikomotorik). Sistem pendidikan yang berlaku saat ini hanya berfokus pada
otak luar bagian kiri, dan belum menyeimbangkan dengan penggunaan otak
kanan. Penemuan dalam neurosains membuktikan bahwa bagian-bagian
tertentu otak bertanggung jawab dalam menata jenis-jenis kecerdasan
manusia. Pengabaian terhadap sistem neurosains menyebabkan suasana
pembelajaran menjadi mati. Sebagai pendidk harus mampu membuat
suasana belajar menjadi menyenangkan. Agar tujuan pendidikan dapat
terwujud maka pendidik harus mampu mengoptimalkan implementasi
neurosains dalam pendidikan, agar anak mampu berkembang sesuai bakat
dan minatnya masing-masing.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Neuro-Biologi
1
Iriani Indri Hapsari dkk, Psikologi Faal, Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2013, hal 2.
4
2
Taufik Pasiak, Tuhan dalam Otak Manusia, Bandung:PT.Mizan Pustaka, 2012, hal 337.
3
Iriani Indri Hapsari dkk, Psikologi Faal, hal 3.
5
belahan itu terhubung oleh serabut saraf di bagian bawahnya. Otak besar
dibagi menjadi 4 bagian yang disebut bagian yang disebut lobus, yakni lobus
frontal (depan), parietal (atas), temporal (samping), dan oksipital (belakang)
dengan fungsi sebagai berikut :4
Cerebellum atau otak kecil terletak di bawah otak besar pada bagian
belakang otak, tepatnya di bawah lobus oksipital. Sama seperti otak besar,
otak kecil juga memiliki dua belahan otak dan berwarna abu-abu dan putih.
Otak kecil bertanggung jawab terhadap pengaturan gerakan, keseimbangan,
mengatur sikap atau posisi/postur tubuh, hingga koordinasi otot.
C. Sistem Saraf
Sistem saraf terdiri dari semua sistem yang bertanggung jawab untuk
penciuman, pengelohatan, pendengaran, dan gerakan. Dimana pengelolaan
informasi yang berinteraksi dengan neuron, merupakan bagian yang paling
penting dari sistem saraf. Setiap neuron memiliki kemampuan seperi
4
Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik Edisi Kesembilan Jilid 1,
diterjemahkan oleh Marianto Samosir, dari judul Educational Psychology: Theory and
Pracice, 9th ed. PT. Indeks: Jakarta, 2011. Hal 231.
7
pemerosotan computer dimana otak terdiri dari sekitar 100 miliar neuron,
yang bekerja pada waktu yang hampir bersamaan.5
Sistem pendidkan yang berlaku saat ini hanya berfokus pada otak luar
bagian kiri dan tidak menyeimbangkan dengan penggunaan otak kanan. Otak
kiri berperan dalam pemrosesan logika, kata-kata, matematika, dan urutan
yang dominan untuk pembelajaran akademis. Otak kanan berurusan dengan
irama musik, gambar, dan imajinasi kreatif belum mendapat bagian secara
proporsional untuk dikembangkan.
5
Taruna Ikrar, Ilmu Neurosains Modern, Pustaka Pelajar: Yogyakarta, 2015,
hal 19.
8
Demikian juga dengan sistem limbik sebagai pusat emosi yang belum
dilibatkan dalam pembelajaran, padahal pusat emosi ini berhubungan erat
dengan sistem penyimpanan memori jangka panjang. Lebih dari itu
pemanfaatan seluruh bagian otak (whole brain) secara terpadu belum
diaplikasikan secara efektif dalam sistem pendidikan.
Memperhatikan hasil OECD International Conference tahun 2008,
ada tiga hal penting dari hasil Neuroscience dalam bidang pendidikan yaitu:
6
Iriani Indri Hapsari dkk, Psikologi Faal… hal 46.
9
7
.Hengki Wijaya, Pendidikan Neurosains dan Implikasinya dalam pendidikan masa kini
https://www.researchgate.net/publication/323114055_Pendidikan_Neurosains_Dan_Implik
asinya_Dalam_Pendidikan_Masa_Kini. Dsiakses 20 feb 2019 pukul 14:35.
8
Agus Setioko, Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Neurosains dalam Pembentukan
Karakter Berfikir dan Kerjasama, dalam Jurnal Inspirasi, – Vol.2, No.4 Juli – Desember
2018 ISSN 2598-4268. Hal 2.
9
Gardner, Howard. Multiple Intelligences : The Theory in Practice A Reader. New
York : Basic Books.1993, hal 13.
10
10
Thomas Armstrong, Kecerdasan Multipel di dalam Kelas, PT Indeks: Jakarta;2009. Hal
6-7.
11
Suka menduga-duga sesuatu, memiliki rasa ingin tahu yang besar tentang
peristiwa disekitarnya seperti mengapa telur berubah menjadi ayam, relative
cepat dalam kegiatan menghitung, gemar berhitung.
3. Kecerdasan Visual-Spasial
Kecerdasan visual-spasial berkaitan dengan kemampuan menangkap
warna, arah, dan ruang secara akurat serta mengubah penangkapannya
tersebut ke dalam bentuk lain seperti dekorasi, arsitektur, lukisan, patung.
Ciri anak yang memiliki kecerdasan visual-spasial memiliki kepekaan
terhadap warna, garis-garis, bentuk-bentuk ruang, dan bangunan. Memiliki
kemampuan membayangkan sesuatu, melahirkan ide secara spasi (dalam
bentuk yang terlihat mata). Suka mencoret-coret, membentuk gambar,
mewarnai, dan menyusun unsur-unsur bangunan seperti puzzle dan balok-
balok.
4. Kecerdasan Kinestetik
Kecerdasan gerak kinestetik berkaitan dengan kemampuan
menggunakan gerak seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan
perasaannya serta keterampilan mempergunakan tangan untuk mencipta atau
mengubah sesuatu. Kecerdasan ini eliputi kemampuan fisik yang spesifik,
seperti koordinasi, keseimbangan, keterampilan, kekuatan, kelenturan,
keepatan dan keakuratan menerima rangsang, sentuhan, dan tekstur.
5. Kecerdasan Musikal
Kecerdasan musical berkaitan dengan kemampuan menangkap bunyi-
bunyi, membedakan, mengubah, dan mengekspresikan diri melalui bunyi-
bunyi atau suara-suara yang bernada dan berirama. Kecerdasan ini meliputi
kepekaan pada irama, melodi, dan warna suara. Anak-anak yang cerdas
dalam musical cenderung cepat menghafal lagu-lagu dan bersemangat ketika
diperkenalkan lagu. Menikmati music dan mengerak-gerakan tubuhnya
sesuai dengan irama music tersebut. Suka menyanyi dan bersenandung.
12
6. Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan intrapersonal melibatkan kemampuan untuk memahami
dan bekerjasama dengan orang lain. Kecerdasan ini melibatkan banyak
kecakapan, yakni kemampuan berempati pada orang lain, kemampuan
mengorganisasi kelompok orang menuju ke tujuan suatu tujuan bersama,
kemampuan mengenali dan membaca pikiran orang lain, kemempuan
berteman atau menjalin kontak. Anak-anak yang memiliki kecerdasan
interpersonal cenderung mudah memahami perasaan orang lain, sering
menjadi pemimpin diantara teman-temannya, pandai mengorganisasi teman-
teman mereka dan pandai mengkomunikasikan keinginannya kepada orang
lain.11
7. Kecerdasan Intraspersonal
Kecerdasan intrapersonal berkaitan dengan aspek iternal dalam diri
seseorang, seperti, perasaan hidup, rentang emosi, kemampuan untuk
membedakan emosi-emosi, menandainya, dan menggunakannya untuk
memahami dan membimbing tingkah laku sendiri. Anak-anak yang dengan
kecerdasan intrapersonal yang baik terlihat lebih mandiri, memiliki kemauan
yang keras, penuh percaya diri, memiliki tujuan-tujuan tertentu12, tidak
mengalami masalah ketika bekerja sendiri karena mereka cenderung memilik
gaya belajar sendiri, suka menyendiri dan merenung.
8. Kecerdasan Naturalis
Kecerdasan naturalis berkaitan dengan kemahiran dalam mengenali
dan mengklasifikasikan flora dan fauna dalam lingkungannya. Kecerdasan
ini juga berkaitan dengan kecintaan seseorang pada benda-benda alam,
binatang, dan tumbuhan. Kecerdasan naturalis ditandai dengan kepekaan
11
Howard Gardner, Multiple Intelligences : The Theory in Practice A Reader. New
York : Basic Books. 1993. Hal 24-25.
12
Laurel Schmidt, Jalan Pintas Menjadi 7 Kali Lebih Cerdas, Bandung : Kaifa: 2002. Hal
36.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Neuro-biologis dalam belajar adalah ilmu yang mempelajari tentang
syaraf terutama akal dalam perspektif biologi dan implikasinya terhadap
psikologi pendidikan khususnya dalam pembelajaran. Dengan mengetahui
neuro-biologi maka tujuan belajar dapat dengan mudah tercapai, dengan
mempelajari neuro-biologi maka pendidikan mampu mengatasi masalah-
masalah dalam pembelajaran dan psikologi anak. Pendidikan harus mampu
mengembangkan potensi yang dimiliki masing-masing peserta didik, karena
masing-masing peserta didik memiliki kecerdasan masing-masing, tidak
hanya mengembangkan otak kiri namun juga menyeimbangkan fungsi otak
kanan, serta membimbing potensi yang dimiliki peserta didik agar mereka
mampu mengembangkan bakatnya. Seorang pendidik harus mampu
membuat suasana belajar lebih hidup dan menyenangkan dengan berbagai
metode yang sudah banyak tersedia dalam dunia pndidikan saat ini.
15
DAFTAR PUSTAKA