Anda di halaman 1dari 15

1

MAKALAH

NEURO-BIOLOGIS DALAM BELAJAR

Disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah


PSIKOLOGI BELAJAR
Dosen Pengampu : Dr. Zaimudin, M.Ag.

Disusun oleh
 Ida Royani M (172520033)

JENJANG MAGISTER (S-2)


PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
PASCASARJANA INSTITUT PTIQ JAKARTA
1440 H/2019 M
2

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional pasal 3 tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Untuk mewujudkan tujuan tersebut maka pendidikan harus mampu
mengembangkan secara seimbang fungsi otak (kognitif, afektif, dan
psikomotorik). Sistem pendidikan yang berlaku saat ini hanya berfokus pada
otak luar bagian kiri, dan belum menyeimbangkan dengan penggunaan otak
kanan. Penemuan dalam neurosains membuktikan bahwa bagian-bagian
tertentu otak bertanggung jawab dalam menata jenis-jenis kecerdasan
manusia. Pengabaian terhadap sistem neurosains menyebabkan suasana
pembelajaran menjadi mati. Sebagai pendidk harus mampu membuat
suasana belajar menjadi menyenangkan. Agar tujuan pendidikan dapat
terwujud maka pendidik harus mampu mengoptimalkan implementasi
neurosains dalam pendidikan, agar anak mampu berkembang sesuai bakat
dan minatnya masing-masing.
3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Neuro-Biologi

Psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dan proses


mental. Perilaku yang dimaksud adalah aktivitas atau tindakan manusia yang
kelihatan maupun tidak kelihatan, yang disadari maupun tidak disadari
sebagai cara bereaksi terhadap segala sesuatu yang datang dari luar dirinya.
Contoh cara berbicara, cara berjalan, emosi, berpikir, mendengar, melihat,
dan persepsi.
Faal adalah ilmu yang mempelajari tentang proses otak dan fungsi
kerja alat-alat tubuh manusia secara biologis. Contoh peran sistem saraf
berinteraksi dengan hormon ataupun endokrin dalam mengontrol perilaku,
seperti tidur, agresif, emosi, proses sensasi, dan persepsi, memori, dan
belajar.
Dalam perkembangannya, psikologi faal sering juga disebut sebagai
biologi psikologi, biopsikologi, psikobiologi, dan neurosains perilaku.
Perspektif biologis merupakan salah satu kajian dalam mempelajari
psikologi. Perspektif biologis mempelajari bagaimana proses otak dan fungsi
tubuh mengatur perilaku. Untuk memahami proses otak dan fungsi-fungsi
tubuh, pada awalnya perlu dipahami tentang sistem saraf (neuro) dan sistem
endokrin dalam hal anatomi, proses yang terjadi, fisiknya, perkembangan,
serta fungsi-fungsinya yang dapat mempengaruhi perilaku manusia.1

1
Iriani Indri Hapsari dkk, Psikologi Faal, Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2013, hal 2.
4

Neurosains atau neuro-biologi berasal dari kata neuro (sistem saraf)


dan sciene (ilmu). Jadi neurosciene adalah ilmu yang mempelajari tentang
perilaku manusia dengan memberi perhatian pada sistem saraf, terutama otak
menurut perspektif biologi.2 Neurosains juga mengkaji mengenai kesadaran
dan kepekaan otak dari segi biologi, persepsi, ingatan, dan kaitannya dengan
pembelajaran. Dalam teori neurosains sistem syaraf dan otak merupakan asas
fisikal bagi proses pembelajaran manusia.
Manfaat dari mempelajari psikologi faal dalam bidang pendidikan
adalah untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam mempelajari
psikologi berbasis riset dan dalam praktiknya secara langsung membantu
kualitas prestasi belajar siswa. Dengan mempelajari psikologi faal, psikolog
pendidikan akan lebih memahami perbedaan antara nature dan nurture,
fungsi hemisfer otak kanan dan hemisfer otak kiri, fungsi otak kaitannya
dengan kemampuan verbal dan performance siswa, dan terapannya dalam
menangani anak-anak dengan kesulitan belajar atau berkebutuhan khusus.
Dalam mempelajari dan menerapkan psikologi faal, umumnya pasa psikolog
akan bekerja sama dengan neurology, psikiatri, pedagog, dan dokter.3

2
Taufik Pasiak, Tuhan dalam Otak Manusia, Bandung:PT.Mizan Pustaka, 2012, hal 337.
3
Iriani Indri Hapsari dkk, Psikologi Faal, hal 3.
5

B. Anatomi Otak dan Fungsinya

Otak terletak di dalam batok kepala dan melanjutkan diri menjadi


saraf tulang belakang (medulla spinalis). Berat otak kurang lebih 1300-1400
gr atau kurang dari 2% berat badan. Tidak ada hubungan langsung antara
berat otak dan besarnya kepala dengan tingkat kecerdasan. Otak merupakan
pusat kendali tubuh. Otak memiliki 3 bagian utama, yakni cerebrum (otak
besar), cerebellum (otak kecil) dan brainstem (batang otak).

Gambar 1 Anatomi Otak

1. Otak Besar (Cerebrum)

Cerebrum merupakan bagian otak yang terbesar. Cerebrum dibagi


menjadi dua bagian yakni belahan otak kanan dan belahan otak kiri. Kedua
6

belahan itu terhubung oleh serabut saraf di bagian bawahnya. Otak besar
dibagi menjadi 4 bagian yang disebut bagian yang disebut lobus, yakni lobus
frontal (depan), parietal (atas), temporal (samping), dan oksipital (belakang)
dengan fungsi sebagai berikut :4

1. Lobus frontal berfungsi mengendalikan perencanaan, penalaran,


dan ekspresi emosi.
2. Lobus Parietal berfungsi mengendalikan persepsi dan pengolahan
ruang.
3. Lobus Oksipital berfungsi dalam pengelolaan visual
4. Lobus Temporal berfungsi dalam proses auditori pendengaran,
pembelajaran, memori, dan emosi.

2. Otak Kecil (Cerebellum)

Cerebellum atau otak kecil terletak di bawah otak besar pada bagian
belakang otak, tepatnya di bawah lobus oksipital. Sama seperti otak besar,
otak kecil juga memiliki dua belahan otak dan berwarna abu-abu dan putih.
Otak kecil bertanggung jawab terhadap pengaturan gerakan, keseimbangan,
mengatur sikap atau posisi/postur tubuh, hingga koordinasi otot.

C. Sistem Saraf

Sistem saraf terdiri dari semua sistem yang bertanggung jawab untuk
penciuman, pengelohatan, pendengaran, dan gerakan. Dimana pengelolaan
informasi yang berinteraksi dengan neuron, merupakan bagian yang paling
penting dari sistem saraf. Setiap neuron memiliki kemampuan seperi

4
Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik Edisi Kesembilan Jilid 1,
diterjemahkan oleh Marianto Samosir, dari judul Educational Psychology: Theory and
Pracice, 9th ed. PT. Indeks: Jakarta, 2011. Hal 231.
7

pemerosotan computer dimana otak terdiri dari sekitar 100 miliar neuron,
yang bekerja pada waktu yang hampir bersamaan.5

D. Implikasi Neuro-Biologi dalam Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu usaha sadar yang dilakukan dengan


proses mendidik, yakni proses dalam mempengaruhi peserta didik agar
mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dalam lingkungannya sehingga
akan menimbulkan perubahan dalam dirinya. Dalam proses pendidikan
belajar merupakan salah satu bagian yang tak dapat dipisahkan. Dimana
belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku dan pola pikir yang
dialami seseorang.

Hakikat pendidikan adalah optimalisasi potensi. Seluruh potensi


manusia bertumpu pada otaknya. Pendidikan harus mengembangkan secara
seimbang fungsi otak (logika, emosi, dan motorik). Hal ini sesuai dengan
tujuan pendidikan nasional yaitu mengembangkan manusia yang cerdas,
terampil, dan berakhlak mulia. Pendidikan harus mempertimbangkan tipe
kecerdasan anak tersebut, bakat, dan keinginannya (multiple intelegences).

Sistem pendidkan yang berlaku saat ini hanya berfokus pada otak luar
bagian kiri dan tidak menyeimbangkan dengan penggunaan otak kanan. Otak
kiri berperan dalam pemrosesan logika, kata-kata, matematika, dan urutan
yang dominan untuk pembelajaran akademis. Otak kanan berurusan dengan
irama musik, gambar, dan imajinasi kreatif belum mendapat bagian secara
proporsional untuk dikembangkan.

5
Taruna Ikrar, Ilmu Neurosains Modern, Pustaka Pelajar: Yogyakarta, 2015,
hal 19.
8

Demikian juga dengan sistem limbik sebagai pusat emosi yang belum
dilibatkan dalam pembelajaran, padahal pusat emosi ini berhubungan erat
dengan sistem penyimpanan memori jangka panjang. Lebih dari itu
pemanfaatan seluruh bagian otak (whole brain) secara terpadu belum
diaplikasikan secara efektif dalam sistem pendidikan.
Memperhatikan hasil OECD International Conference tahun 2008,
ada tiga hal penting dari hasil Neuroscience dalam bidang pendidikan yaitu:

1. Praktek pendidikan perlu memperhatikan hasil-hasil penelitian


khususnya hasil penelitian mengenai aktivitas otak ketika manusia
sedang belajar.
2. Keadaan emosi yang sangat mempengaruhi sesorang dalam belajar.
3. Adanya perbedaan kemampuan belajar antar individu yang
disebabkan oleh faktor genetic dan pengaruh lingkungan.
Berikut implikasi neuroscience dalam pendidikan:
a. Mengoptimalisasikan Kecerdasan Peserta Didik
Otak terdiri dari kedua belah hemisfer yang simetris , yaitu hemisfer
kanan dan hemisfer kiri. Hemisfer kanan berfungsi pada aktivitas yang
melibatkan intuisi, kreativitas, seni, emosi, imajinasi, berpikir dengan
gambar, mengatur tubuh bagian kiri, sedangkan hemisfer kiri berfungsi
dalam aktivitasyang melibatkan aturan, analisis, hitungan, bahasa, logika,
dan mengatur tubuh bagian kanan.6
Optimalisasi kecerdasan (pendidikan sebaiknya mengembangkan
kecerdasan, bukan hafalan yaitu melalui stimulasi otak berpikir. Otak yang
cerdas meningkatkan kreatifitas dan daya cipta baru untuk menemukan hal
yang baru yang tidak pernah terfikirkan. Pendidikan hendaknya
mengembangkan otak kiri dan otak kanan secara seimbang. Pembelajaran

6
Iriani Indri Hapsari dkk, Psikologi Faal… hal 46.
9

yang bersifat eksploratori dan divergen, lebih dari satu kemungkinan,


jawaban benar akan mengembangkan kedua belahan otak tersebut. Misalkan
jika 1 + 1 = 2 ini adalah hafalan namun jika menggunakan menghitung ayam
otak anak akan lebih berkembang, lebih tereksplor, merangsang siswa belajar
lebih kreatif dan lebih kritis lagi.
Guru sebagai tenaga pendidik dan pengajar harus mampu
menggunakan metode neuroscience karena metode ini merupakan kunci
dasar untuk perkembangan anak di masa depan. Guru dituntut untuk
memiliki kreativitas yang tinggi agar mampu menciptakan pembelajaran
yang menyenangkan. Dibutuhkannya variasi pada setiap pembelajaran yang
dilakukan. Dengan pembelajaran yang menyenangkan siswa akan mampu
menerima informasi dengan baik dan akan masuk pada memori jangka
panjang. Siswa dalam mengolah informasi membutuhkan sebuah rangkaian
panjang atas langkah-langkah yang harus ditentukan. Dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar sebaiknya seorang guru dituntut untuk berkreasi
atau memiliki strategi dalam mengajar karena guru merupakan pusat
perhatian dan fasilitator inspiratif.7 Pembelajaran berbasis neuroscience
antara lain (1) model belajar anak dengan bermain, (2) model pembelajaran
fun learnig, (3) pembelajaran quantum teaching (4) pembelajaran multiple
intelegensi (2) pembelajran berbasis masalah.8
b. Mengembangkan Multiple Intellegence
9
Menurut Howard Gardener setelah melakukan penelitian bertahun-
tahun masing-masing manusia memiliki kecerdasan. Tidak ada manusia yang

7
.Hengki Wijaya, Pendidikan Neurosains dan Implikasinya dalam pendidikan masa kini
https://www.researchgate.net/publication/323114055_Pendidikan_Neurosains_Dan_Implik
asinya_Dalam_Pendidikan_Masa_Kini. Dsiakses 20 feb 2019 pukul 14:35.
8
Agus Setioko, Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Neurosains dalam Pembentukan
Karakter Berfikir dan Kerjasama, dalam Jurnal Inspirasi, – Vol.2, No.4 Juli – Desember
2018 ISSN 2598-4268. Hal 2.
9
Gardner, Howard. Multiple Intelligences : The Theory in Practice A Reader. New
York : Basic Books.1993, hal 13.
10

tidak cerdas. Paradigma ini menentang teori dikotomi cerdas-tidak cerdas


dari ahli terdahulu. Gardner juga menentang anggapan cerdas dari sisi IQ
(intelectual Quotion) yang hanya mengacu pada tiga kecerdasan, yakni
logiko-matematik, lingustik dan spasial. Howard Gardener dari Havard
University kemudian memunculkan multiple intelligences, yang kemudian
dikembangkan menjadi teori melalui pnelitian yang rumit melibatkan
antropologi, psikologi kognitif, psikologi perkembangan, psikometri, studi
biografi, fisiologi hewan, dan neuro anatomi.
Bagi para pendidik dan implikasinya pada pendidikan, multiple
intelligences melihat anak sebagai individu yang unik. Pendidika akan
melihat anak sebagai individu yang unik. Pendidik akan melihat bahwa ada
berbagai variasi dalam belajar, yang setiap variasi menimbulkan konsekuensi
dalam cara pandang dan evaluasinya. Semua kecerdasan dapat dieksploitasi,
ditumbuhkan, dan dikembangkan secara optimal. 9 kecerdasan dalam
multiple intelligences :
1. Kecerdasan Verbal-Linguistik
10
Ciri anak yang memiliki kecerdasan verbal-linguistik adalah
mampu berbicara dengan baik, pandai bercerita, dalam retorika, suka
mempengaruhi orang lain, pintar menyimak, bermain bahasa, cepat
menangkap informasi melalui kata-kata, mudah menghafal nama kosa kata
yang banyak, cepat mengeja, membaca, menulis, menyukai buku.
2. Kecerdasan Logika-Matematika
Kecerdasan logika-matematika berkaitan dengan kemampuan
mengolah angka atau kemahiran menggunakan logika. Anak-anak yang
mempunyai kelebihan dalam kecerdasan logika-matematika tertarik dengan
manipulasi lingkungan serta cenderung suka menerapkan strategi coba-ralat.

10
Thomas Armstrong, Kecerdasan Multipel di dalam Kelas, PT Indeks: Jakarta;2009. Hal
6-7.
11

Suka menduga-duga sesuatu, memiliki rasa ingin tahu yang besar tentang
peristiwa disekitarnya seperti mengapa telur berubah menjadi ayam, relative
cepat dalam kegiatan menghitung, gemar berhitung.
3. Kecerdasan Visual-Spasial
Kecerdasan visual-spasial berkaitan dengan kemampuan menangkap
warna, arah, dan ruang secara akurat serta mengubah penangkapannya
tersebut ke dalam bentuk lain seperti dekorasi, arsitektur, lukisan, patung.
Ciri anak yang memiliki kecerdasan visual-spasial memiliki kepekaan
terhadap warna, garis-garis, bentuk-bentuk ruang, dan bangunan. Memiliki
kemampuan membayangkan sesuatu, melahirkan ide secara spasi (dalam
bentuk yang terlihat mata). Suka mencoret-coret, membentuk gambar,
mewarnai, dan menyusun unsur-unsur bangunan seperti puzzle dan balok-
balok.
4. Kecerdasan Kinestetik
Kecerdasan gerak kinestetik berkaitan dengan kemampuan
menggunakan gerak seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan
perasaannya serta keterampilan mempergunakan tangan untuk mencipta atau
mengubah sesuatu. Kecerdasan ini eliputi kemampuan fisik yang spesifik,
seperti koordinasi, keseimbangan, keterampilan, kekuatan, kelenturan,
keepatan dan keakuratan menerima rangsang, sentuhan, dan tekstur.
5. Kecerdasan Musikal
Kecerdasan musical berkaitan dengan kemampuan menangkap bunyi-
bunyi, membedakan, mengubah, dan mengekspresikan diri melalui bunyi-
bunyi atau suara-suara yang bernada dan berirama. Kecerdasan ini meliputi
kepekaan pada irama, melodi, dan warna suara. Anak-anak yang cerdas
dalam musical cenderung cepat menghafal lagu-lagu dan bersemangat ketika
diperkenalkan lagu. Menikmati music dan mengerak-gerakan tubuhnya
sesuai dengan irama music tersebut. Suka menyanyi dan bersenandung.
12

6. Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan intrapersonal melibatkan kemampuan untuk memahami
dan bekerjasama dengan orang lain. Kecerdasan ini melibatkan banyak
kecakapan, yakni kemampuan berempati pada orang lain, kemampuan
mengorganisasi kelompok orang menuju ke tujuan suatu tujuan bersama,
kemampuan mengenali dan membaca pikiran orang lain, kemempuan
berteman atau menjalin kontak. Anak-anak yang memiliki kecerdasan
interpersonal cenderung mudah memahami perasaan orang lain, sering
menjadi pemimpin diantara teman-temannya, pandai mengorganisasi teman-
teman mereka dan pandai mengkomunikasikan keinginannya kepada orang
lain.11
7. Kecerdasan Intraspersonal
Kecerdasan intrapersonal berkaitan dengan aspek iternal dalam diri
seseorang, seperti, perasaan hidup, rentang emosi, kemampuan untuk
membedakan emosi-emosi, menandainya, dan menggunakannya untuk
memahami dan membimbing tingkah laku sendiri. Anak-anak yang dengan
kecerdasan intrapersonal yang baik terlihat lebih mandiri, memiliki kemauan
yang keras, penuh percaya diri, memiliki tujuan-tujuan tertentu12, tidak
mengalami masalah ketika bekerja sendiri karena mereka cenderung memilik
gaya belajar sendiri, suka menyendiri dan merenung.
8. Kecerdasan Naturalis
Kecerdasan naturalis berkaitan dengan kemahiran dalam mengenali
dan mengklasifikasikan flora dan fauna dalam lingkungannya. Kecerdasan
ini juga berkaitan dengan kecintaan seseorang pada benda-benda alam,
binatang, dan tumbuhan. Kecerdasan naturalis ditandai dengan kepekaan

11
Howard Gardner, Multiple Intelligences : The Theory in Practice A Reader. New
York : Basic Books. 1993. Hal 24-25.
12
Laurel Schmidt, Jalan Pintas Menjadi 7 Kali Lebih Cerdas, Bandung : Kaifa: 2002. Hal
36.
13

terhadap bentuk-bentuk alam seperti dedaunan, awan, batu-batuan. Anak-


anak yang memiliki kecerdasan naturalis cenderung menyukai alam terbuka,
akrab dengan hewan peliharaan, memiliki keingin tahuan besar terhadap
seluk beluk hewan dan tumbuhan. Cenderung suka mengkoleksi bunga-
bunga dan daun-daun kering.
9. Kecerdasan Eksitensi
Kecerdasan eksistensial berkaitan dengan kemempuan seseorang untuk
menempatkan diri dalam lingkup kosmos yang terjauh, dengan makna
hidup, makna kematian, nasib dunia jasmani maupun kejiwaan, dan dengan
makna pengalaman mendalam seperti cinta atau kesenian. Kecerdasan
eksistensal juga berkaitan dengan kemampuan merasakan, memimpikan,
dan menjadikan pemikir menyangkut hal-hal yang besar (menjadi
pemimpin). Anak-anak yang memiliki kecerdasan eksistensi cenderung
memiliki kesadaran akan hakikat sesuatu, menanyakan berbagai hal yang
mungkin sekali tidak terfikirkan oleh anak yang lain.
14

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Neuro-biologis dalam belajar adalah ilmu yang mempelajari tentang
syaraf terutama akal dalam perspektif biologi dan implikasinya terhadap
psikologi pendidikan khususnya dalam pembelajaran. Dengan mengetahui
neuro-biologi maka tujuan belajar dapat dengan mudah tercapai, dengan
mempelajari neuro-biologi maka pendidikan mampu mengatasi masalah-
masalah dalam pembelajaran dan psikologi anak. Pendidikan harus mampu
mengembangkan potensi yang dimiliki masing-masing peserta didik, karena
masing-masing peserta didik memiliki kecerdasan masing-masing, tidak
hanya mengembangkan otak kiri namun juga menyeimbangkan fungsi otak
kanan, serta membimbing potensi yang dimiliki peserta didik agar mereka
mampu mengembangkan bakatnya. Seorang pendidik harus mampu
membuat suasana belajar lebih hidup dan menyenangkan dengan berbagai
metode yang sudah banyak tersedia dalam dunia pndidikan saat ini.
15

DAFTAR PUSTAKA

Armstrong, Thomas. Kecerdasan Multipel di dalam Kelas. PT Indeks:


Jakarta;2009.
Gardner, Howard. Multiple Intelligences : The Theory in Practice A Reader.
New York : Basic Books. 1993.
Hapsari, Iriani Indri dkk. Psikologi Faal. PT.Remaja Rosdakarya: Bandung;
2013.
Ikrar, Taruna. Ilmu Neurosains Modern. Pustaka Pelajar: Yogyakarta, 2015.
Pasiak, Taufik, Tuhan dalam Otak Manusia, Bandung:PT.Mizan Pustaka,
2012.
Schmidt, Laurel. Jalan Pintas Menjadi 7 Kali Lebih Cerdas. Bandung :
Kaifa: 2002.
Slavin, Robert E. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik Edisi Kesembilan
Jilid 1, diterjemahkan oleh Marianto Samosir, dari judul Educational
Psychology: Theory and Practice, 9th ed. PT. Indeks: Jakarta, 2011
Setioko, Agus Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Neurosains dalam
Pembentukan Karakter Berfikir dan Kerjasama, dalam Jurnal
Inspirasi, – Vol.2, No.4 Juli – Desember 2018 ISSN 2598-4268.
Wijaya, Hengki. Pendidikan Neurosains dan Implikasinya dalam Pendidikan
MasaKinihttps://www.researchgate.net/publication/323114055_Pend
idikan_Neurosains_Dan_Implikasinya_Dalam_Pendidikan_Masa_Ki
ni. Diakses 20 feb 2019 pukul 14:35.

Anda mungkin juga menyukai