Anda di halaman 1dari 7

KETIK KUDA, BESILOA’AN ATAU SELODOR

Permainan Ketik Kuda atau yang populer dikenal dengan nama Ketik Bawi adalah salah
satu permaian tradisional daerah Lombok provinsi Nusa Tenggara Barat. Permainan ini baru
dikenal oleh masyarakat Sukaraja-Ampenan Utara kabupaten kota mataram dan masyarakat
Lombok Tengah.

A.       ASAL-USUL
Permainan tradisional adalah permainan yang telah diturunkan dari satu generasi ke generasi
berikutnya dan biasanya mengandung nilai-nilai positif (JC. Bishop & M. Curtis, 2005).
Permainan tradisional memuat sejumlah aspek manfaat bagi perkembangan mental dan fisik
seseorang.Aktifitas bermain mempunyai fungsi dalam aspek fisik, motorik kasar dan halus,
perkembangan sosial, emosi dan kepribadian, kognisi, ketajaman penginderaan, mengasah
ketrampilan, dan lain-lainnya. (MS Tedjasaputra, 2001).
Ketik Kuda, salah satu permainan tradisional daerah Lombok, merupakan permainan anak-
anak yang dapat dimainkan oleh golongan masyarakat mana pun. Selain bersifat menghibur,
permainan inipun mengandung unsur kependidikan, karena menuntut ketelitian,
kecekatan,keterampilan dan kejelian mata untuk menghidar dari ketik/kibasan ekor kuda yang di
buat dari kain sarung yang dililitkan pada pinggang pemain yang “Jadi”. Di samping
itu,permainan ini pun dapat mengajarkan kehati-hatian dan kecepatan.

B.       ALAT PERMAINAN
Permainan ini hanya membutuhkan peralatan sederhana seperti kain sarung, katuk (pecahan
genteng) dan tempat bermain yang agak luas. Permainan ini juga tidak perlu diiringi musik
maupun alat lainnya. Biasanya permainan ini diramaikan oleh bunyi sorak dari anak-anak yang
bermain, maupun sorak dan tawa anak-anak yang menonton.

C.       PESERTA PERMAINAN
Jumlah peserta/pelaku dalam permainan ini paling sedikit 3 orang anak, dan paling banyak
tidak terbatas. Usia para peserta/pelaku paling sedikit 6 tahun dan paling tua biasanya berumur
15 tahun.Permainan ini dapat dimainkan oleh kedua jenis kelamin, namun bisa juga dimainkan
sesama anak perempuan ataupun sesama anak lelaki, jadi tidak mengenal perbedaan jenis
kelamin.

D.       ATURAN/CARA PERMAINAN
Sebelum permainan dimulai, terdapat beberapa persiapan yang harus dilakukan terlebih
dahulu, diantaranya adalah : Menentukan lapangan tempat bermain, selanjutnya anak-anak
diminta untuk membuat lingkaran besar di tanah dengan kapur, dimana semua peserta permainan
bisa bergerak di dalam lingkara dan satu lingkaran kecil tempat mengumpulkan katuk (pecahan
genteng) yang akan di jaga oleh pemain yang “Jadi” dan akan diambil oleh pemain lainnya
Para pemain melakukan Hom Pim Pa / Suten untuk menentukan siapa yang “Jadi”. Setelah
ditentuka, maka yang “Jadi” dipakaikan kain sarung dengan satu ujungnya di tarik ke bagian
belakang pemain yang “Jadi” dan dipegang oleh pemain lainnya.Kain ditarik hingga ujung
depannya menempel pada dada pemain yang “Jadi”, Kemudian pemain yang “Jadi”
menggulung-gulungkan kain hingga terkumpul dibagian pinggang dan hingga bagian belakang
kain melilit dengan bentuk menyerupai ekor.
 Aturan permainan; Mula-mula pemain “Jadi ” berdiri di dekat lingkaran kecil dengan posisi
“berjaga-jaga” agar katuk (pecahan genteng) tidak terambil oleh pemain lain. Sedangkan pemain
yang lain berdiri agak jauh dari pemain yang “Jadi “, namun tidak boleh keluar dari garis batas
lingkaran dan waspada agar tidak terkena ketik/kibasan ekor kuda pemain “Jadi”.Jika ada yang
melewati/keluar dari batas garis lingkaran, maka ia akan menjadi pemain “Jadi”. Ketika aba aba
–Mulai- diperdengarkan, para pemain segera berlomba mengambil katuk/pecahan genteng yang
tengah dijaga oleh pemain “Jadi’.Dan pemain “Jadi” berusaha menjaga katuk (pecahan genteng)
dengan mengetikkan/mengibaskan ekornya agar mengenai pemain yang lain.Bila ada yang
terkena, maka si “Jadi” akan tergantikan posisinya.

E.       ASPEK-ASPEK YANG DIKEMBANGKAN


1.        Moral Agama
2.        Motorik kasar dan halus
3.        Sosial Emosional
4.        Kognitif
5.        Bahasa
SUNGKIT (Tek-Tekan) Atau CONGKLIK

Permainan ini menggunakan alat dari kayu yang sudah dibersihkan kulitnya kemudian
salah satu bagian kayu lebih panjang berukuran kira-kira 35 cm sedangkan satu bagian lagi lebih
pendek kira-kira 12 cm.
Permainan ini bisa dilakukan secara perorangan atau berkelompok untuk memulai
melakukan permainan biasa diadaakan dengan urutan sebagai berikut:

A.    PENGUNDIAN
Untuk menemukan siapakah yang akan memulai permainan maka terlebih dahulu para
pemain melakukan pengundian agar bisa mengetahui siapa yang lebih dahulu memulai
permainan.

B.     PENGUNGKITAN
1.      Pihak yang menang
Melakukan permainan dengan cara mengungkit kayu yang lebih pendek sekeras-kerasnya
kearah lawan.
2.      Pihak yang kalah
Melakukan penangkapan terhadap kayu yang telah diungkit oleh pihak yang menang tadi.
Jika, pihak yang kalah mampu menangkap kayu yang telah diungkit berarti pihak pengungkit
tidak mampu ditangkap kayunya oleh pihak yang kalah, maka pihak yang kalah melakukan
pelemparan ke kayu yang lebih panjang, jika kena berarti permainan terhenti tetapi bila tidak
kena maka permainan berlanjut.

C.    PEMUKULAN KAYU
Pihak yang menang melakukan pemukulan sekeras-kerasnya terhadap kayu yang lebih
pendek untuk ditangkap oleh pihak yang kalah (lawan), jika dapat ditangkap oleh pihak yang
kalah berarti permainan pihak yang menang menjadi kalah. Tetapi jika tidak mampu ditangkap,
maka pihak yang kalah harus melempar kayu yang panjang, jika kayu yang panjang kena maka
permainan dapat dimenangkan, tetapi jika tidak kena berarti permainan berlanjut ketahap
berikutnya.
D.    SANKSI
Sanksi atau hukuman akan diterima oleh pihak yang kalah sesuai dengan kesepakatan yang
telah ditentukan.
PERESEAN

  Tradisi Peresean merupakan  salah satu Tradisi warisan nenek moyang sebagai bagian Upacara


adat Suku Sasak (Orang Lombok), asal usul tradisi ini dimulai dari legenda pertarungan sampai
mati dua orang laki-laki yang merupakan tunangan dari Ratu Mandalika, disamping itu latar
belakang dari tradisi ini adalah pelampiasan Emosi Para Raja di Masa Lampau ketika berperang
melawan musuh.
       Dengan Melihat Latar belakang Tradisi Presean, mungkin kita bisa menebak bagaimana
bentuk Tradisi ini, bisa dikatakan ini adalah Tarian kuno yang merupakan upacara adat dari Suku
Sasak yang membawa falsafah tentang keberanian,ketangkasan dan ketangguhan orang-orang
lombok sebagai petarung (Pepadu).
        Dalam Tradisi Presean, para peserta tidaklah ditunjuk sebelumnya, dengan kata lain
para peserta diambil dari para penontonnya sendiri, dalam pencarian peserta Peresean terdapat
istilah Pakembar Tengaq (wasit) yang menunjuk langsung calon petarung dari para penonton,
istilah Pepadu yang menunjuk langsung calon lawannya dari penonton yang hadir. pemenang
ditentukan apabila ada salah seorang pepadu yang mengeluarkan darah, atau jika keduanya
mampu bertahan dan sama-sama kuat pemenang ditentukan melalui skor tertinggi dari
pertarungan yang berlangsung selama lima ronde.
        Dibawah ini adalah beberapa istilah serta alat yang menjadi bagian dari
berlangsungnya Tradisi Presean ini
a.       Alat pemukul yang terbuat dari rotan (penjalin)
b.      Ende sebuah tameng yang terbuat dari kulit sapi atau kerbau
c.     Gong Alat musik dengan ukuran besar berbentuk bulat dengan bundara kecil di bagian
tengahnya, akan menghasilkan suara mendengung apabila dipukul
d.      Kendang Alat Musik terbuat dari kayu yang berbentuk silinder dengan dua lubang ditengahnya,
kedua lubangnya ditutup oleh kulit sapi/kambing yang telah disamak
e.       Kajar (Sejenis Seruling)
f.       Rincik
g.      Pepadu (petarung) 
h.      Pakembar  Tengaq (wasit tengah)
i.        Pakembar  Sedi (wasit Pinggir)
    Tradisi Presean disamping bertujuan untuk menunjukkan keberanian, ketangkasan dan
ketangguhan, masyarakat sekitar percaya bahwa setiap darah yang menetes dapat menentukan
Hujan, semakin banyak tetesan darah semakin banyak peluang untuk terjadinya hujan di lombok,
bisa dikatakan Peresean merupakan Upacara Adat Suku Sasak Untuk mendatangkan hujan.
BEGASINGAN

Begasingan merupakan salah satu permainan yang mem-punyai unsur seni dan olah raga,
dan merupakan permainan yang ter-golong cukup tua di masyarakat Sasak. Begasingan ini
berasal dari dua suku kata yaitu Gang dan Sing yang artinya gang adalah lokasi lahadalah suara.
Nilai-nilai yang berkembang didalamnya selalu mengedepankan rasa saling menghormati
dan rasa kebersamaan yang cukup kuat serta utuh dalam melaksanakan suatu tujuan dan selalu
menjunjung tinggi nilai-nilai luhur yang menjadi kebanggaan jati diri. Permainan ini biasanya
dilakukan semua kelompok umur dan jumlah pemain tergantung kesepakatan kedua belah pihak
di lapangan.

DENGKLENG ATAU REMPAK


Dengkleng adalah permainan tradisional di Lingkungan Sebok, Kelurahan Dalam,
Kecamatan Taliwang, Kabupaten Sumbawa Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Permainan ini
mungkin sudah tidak asing lagi bagi kita, karena permainan in sudah pernah kita mainkan
khususnya anak perempuan, hanya saja penyebutannya yang berbeda-beda di setiap daerah yang
mempunyai permainan seperti ini. Permainan dengkleng adalah permainan yang memerlukan
keseimbangan yaitu melompat dengan satu kaki melewati kotak-kotak dengan langkah-langkah
dan aturan tertentu, Kotak-kotak itu berisi nomor-nomor yang harus dilewati.
Langkah-langkah dalam permainan dengkleng yaitu setiap kotak harus dilewati satu
persatu dengan cara melemparkan batu atau pecahan keramik sebagai tanda dengan syarat tidak
boleh menginjak kotak yang ada batunya, begitu seterusnya hingga ke puncak yaitu angka 9.
Apabila permainan telah selesai ke angka 9, pemain boleh memilih kotak yang boleh disinggahi
atau diiinjak dengan cara memilihnya dengan melempar batu, lalu ditandai dengan gambar
bintang. Apabila kotak sudah penuh dengan bintang (kecuali angka 9) maka permainan dianggap
selesai dan pemain yang dianggap menang apabila mempunyai banyak bintang di setiap
kotaknya.
Perilaku kehidupan sehari-hari yang dapat kita ambil dari permainan dengkleng ini adalah
menumbuhkan rasa kekerabatan dan kebersamaan yang terbentuk sau sama lain karea dapat
dimaiinkan oleh banyak orang. Mungkin di daerah Nusa Tenggara khususnya di pedalaman
permainan dengkleng itu masih dimainkan, tetapi di daerah kota-kota sudah jarang dimainkan
lagi karena sudah tersingkirkan oleh game online yang semakin merajalela. Maka dari itu kita
perlu melestarikan budaya Indonesia walaupun itu permainan yang sederhana.

DENGKLENG ATAU REMPAK

Dengkleng adalah permainan tradisional di Lingkungan Sebok, Kelurahan Dalam,


Kecamatan Taliwang, Kabupaten Sumbawa Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Permainan ini
mungkin sudah tidak asing lagi bagi kita, karena permainan in sudah pernah kita mainkan
khususnya anak perempuan, hanya saja penyebutannya yang berbeda-beda di setiap daerah yang
mempunyai permainan seperti ini. Permainan dengkleng adalah permainan yang memerlukan
keseimbangan yaitu melompat dengan satu kaki melewati kotak-kotak dengan langkah-langkah
dan aturan tertentu, Kotak-kotak itu berisi nomor-nomor yang harus dilewati.
Langkah-langkah dalam permainan dengkleng yaitu setiap kotak harus dilewati satu
persatu dengan cara melemparkan batu atau pecahan keramik sebagai tanda dengan syarat tidak
boleh menginjak kotak yang ada batunya, begitu seterusnya hingga ke puncak yaitu angka 9.
Apabila permainan telah selesai ke angka 9, pemain boleh memilih kotak yang boleh disinggahi
atau diiinjak dengan cara memilihnya dengan melempar batu, lalu ditandai dengan gambar
bintang. Apabila kotak sudah penuh dengan bintang (kecuali angka 9) maka permainan dianggap
selesai dan pemain yang dianggap menang apabila mempunyai banyak bintang di setiap
kotaknya.
Perilaku kehidupan sehari-hari yang dapat kita ambil dari permainan dengkleng ini adalah
menumbuhkan rasa kekerabatan dan kebersamaan yang terbentuk sau sama lain karea dapat
dimaiinkan oleh banyak orang. Mungkin di daerah Nusa Tenggara khususnya di pedalaman
permainan dengkleng itu masih dimainkan, tetapi di daerah kota-kota sudah jarang dimainkan
lagi karena sudah tersingkirkan oleh game online yang semakin merajalela. Maka dari itu kita
perlu melestarikan budaya Indonesia walaupun itu permainan yang sederhana.

GELENG

Maen geleng adalah salah salah satu permainan yang sering di temui pada masyarakat
lombok, inti dari permainan ini adalah saling menginjak benteng lawan yang di buat dari batu
bata, dan permainan menjadi salah satu permainan yang di gemari anak-anak kampung di
lombok tidak terkecuali di desa semparu banyak anak-anak dan remaja sering memainkan
permaina ini dengan asyiknya sehingga lupa waktu, biasanya di lakukan setelah semua personil
pulang sekolah, dan di mulailah permainan geleng ini sebagai penghibur setelah seharian
bersekolah.

Anda mungkin juga menyukai