Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Ujian Akhir Semester Bahasa Indonesia
Disusun Oleh:
Ipung Setianingsih / 63010180041 / 2B
PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2019
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan sejatinya merupakan hak manusia yang wajib diberikan. Pada
zaman modern ini orang tua semakin sadar bahwa pendidikan merupakan salah satu
kebutuhan pokok yang tidak bisa ditawar-tawar. Oleh karena itu tidak
mengeherankan semakin banyak orang tua yang merasa perlu memasukkan
anaknya ke sekolah sejak usia dini.
Pendidikan yang utama tentu berada dalam lingkungan keluarga, yaitu sejak
dalam kandungan. Pendidikan orang tua terhadap anak akan sangat berpengaruh
terhadap perkembangan kreativitas anak. Anak yang memiliki bakat tertentu, jika
tidak diberikan motivasi dan dukungan dari orang tua dan lingkungannya, tidak
akan mampu memlihara, apalagi mengembangkan bakatnya.
Di bidang pendidikan, hasil penelitian menunjukkan bahwa keterlibatan orang
tua dalam memberikan alat permainan yang sesuai dengan anak, dan pemberian
stimulasi yang bervariasi dalam aktivitas keseharian menjadi pemicu terhadap IQ
anak.
Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia telah mengalami perkembangan yang
sangat baik dengan semakin banyakya pihak yang berpartisipasi dalam upaya
mendidik anak usia dini di berbagai lapisan masyarakat. Dengan demikian, anak
Indonesia diharapkan akan tumbuh dan berkembang dengan identitas diri yang
kuat, dalam arti memiliki pandangan positif terhadap diri sendiri, bahwa dirinya
sebaik dan setara dengan orang lain.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep pendidikan anak usia dini?
2. Bagaimana peran orang tua bagi pendidikan anak sebagai lembaga pendidikan
pertama?
3. Bagaimana Peran Orang Tua dalam memotivasi Anak?
4. Bagaimana Bentuk-Bentuk Dukungan Orang Tua Di Rumah?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui konsep pendidikan anak usia dini
2. Untuk mengetahui peran orang tua bagi pendidikan anak sebagai lembaga
pendidikan pertama
3. Untuk mengetahui bagaimana peran orang tua dalam memotivasi anak
4. Untuk mengetahui bentuk-bentuk dukungan orang tua di rumah
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DI INDONESIA
1. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan
yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang
dilakukan melalu pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (UU No.20 Th 2003 Ttg
Sisdiknas).
Masa usia dini disebutkan para ahli (Montessori) sebagai “masa peka”,
yang merupakan masa munculnya berbagai potensi tersembunyi atau suatu
kondisi dimana suatu fungsi jiwa membutuhkan rangsangan tertentu untuk
berkembang. Pertumbuhan sel-sel syaraf dan masa peka diperjelas dengan
munculnya masa eksplorasi.
2. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
a. Memberikan pengaruh positif yang diharapkan akan menjadi kerangka
dasar (fundasi) bagi anak untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya serta bagi pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya.
b. Intervensi dini dengan memberikan rangsangan edukasi sehingga
menumbuhkan potensi-potensi yang tersembunyi serta mengembangkan
potensi tampak yang terdapat pada diri anak.
c. Melakukan diteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya gangguan
dalam pertumbuhan dan perkembangan potensi-potensi anak.
3. Fungsi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
a. Fungsi Adaptasi, yakni berperan dalam membantu anak melakukan
penyesuaian diri dengan berbagai kondisi lingkungan serta
menyesuaikan dengan keadaan dalam dirinya.
b. Fungsi Pengembangan, yakni berkaitan dengan pendidikan anak usia
dini dalam mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki oleh anak.
c. Fungsi Bermain, yakni peran pendidikan anak usia dini dalam
memberikan kesempatan pada anak untuk bermain.
B. PENTINGNYA PERAN ORANG TUA BAGI PENDIDIKAN ANAK
SEBAGAI LEMBAGA PENDIDIKAN PERTAMA
1. Orang Tua Sebagai Guru Pertama Anak
Benyamin S.Bloom, profesor pendidikan dari Univeritas Chicago,
menemukan fakta yang cukup mengejutkan ternyata 50% dari semua potensi
idup manusia terbentuk ketika kita berada dalam kandungan sampai usia 4
tahun. Lalu 30% potensi berikutnya terbentuk pada usia 4-8 tahun, ini berarti
80% potensi dasar manusia terbentuk sebagian besar dirumah, sebelum mulai
masuk sekolah.
Sehingga, seperti apa kemampuan, nilai-nilai hidup, kebiasaan,
kepribadian dan sikap seseorang 80% tergantung pada hasil pendidikan orang
tuanya. Baik dibentuk secara sengaja atau pun tidak sengaja. Artinya, akan jadi
siapa anak kita, bagaimana berpikir dan bersikapnya ditentukan sepenuhnya
oleh informasi dan pengetahuan apa yang tersimpan diotaknya.
Semua bahasa komunikasi anak (dalam bentuk gerakan, tangisan, dan
kerewelan) adalah alat-alat ia dalam belajar. Hal pertama yang langsung kita
sadari adalah sebagai ayah dan ibu, kita adalah guru pertama dari anak-anak
kita. Adapun semua tempat dapat digunakan sebagai media dan wahana belajar
bagi si anak itu sendiri. Bukanlah menjadi alasan bagi si anak untuk tidak
belajar. Pasalnya proses belajar anak adalah di saat dia melihat dan merasakan
apa yang dia dapati. Artinya, berangkat dari pengalaman yang mereka lihat dan
mereka temukan dihadapannya merupakan proses belajar seorang anak.
Menurut dr. Ariani (2009), ketika anak di antara usia 3-4 tahun anak
sedang mengembangkan pemahaman tentang informasi yang diberikan masing-
masing indra. Pemahaman tersebut amat berguna, antara lain:
Pertama, membantu memecahkan masalah. Anak dapat memecahkan
masalah secara tepat dan cepat. Misalnya jika anak paham penciuman
hidunglah yang memberitahu aneka bau, maka ia bisa segera menutup
hidung ketika ada bau tidak sedap, sebelum ia ingin muntah.
Kedua, mempermudah eksplorasi. Anak bisaa mengeksplorasi
lingkungan lebih cepat. Begitu diberi tahu “bunga melati kecil, warna
putih, dan baunya wangi” anak bisa cepat menemukan melati di antara
aneka bunga. Ia tidak bingung mencarinya, karena sudah paham bahwa
ia hanya perlu mengandalkan indra penciuman dan penglihatan.
Jika anak kita dibiasakan untuk berbuat baik, maka ia akan menjadi baik
dan kedua orang tuanya juga ikut merasakan kebaikan yang telah mereka
ajarkan. Sebaliknya, apabila anak terbiasa berbuat buruk maka tak pelak lagi ia
akan tumbuh dengan kebiasaan yang buruk pula, dan sudah barang tentu orang
tua pun akan turut merasakan akibat buruknya juga.