Anda di halaman 1dari 22

Penentuan Nisbah Dan Profit Margin Dalam

Pembiayaan Syariah
Manajemen Pembiayaan Syariah
Dosen Pengampu : Saifudin, M.E.
Our Team Work

Ipung Setianingsih
01
63010180041

Qurotul Uyun 02
63010180139

Anggita March Kasturi


03
63010180158
Konsep Mudharabah & Bagi Hasil

Konsep Mudharabah Persyaratan dalam Akad Landasan Syariah


Mudharabah
Akad antara dua pihak dimana satu piha HR. Ibnu Majjah dari Suhaib (Nabi bersabda,
berperan sebagai pemilik modal (shahibul Peraturan Bank Indonesia Nomor: “Ada tiga hal yang mengandung berkah: Jual
mal) dan mempercayakan sejumlah modalnya beli tidak secara tunai mudharabah, dan
untuk dikelola oleh pihak kedua, yakni 7/46/PBI/2005 mencampur gandum dengan jemawut untuk
pengelola (mudharib) dengan tujuan keperluan rumah tangga bukan untuk dijual”)
mendapatkan keuntungan.

Konsep Bagi Hasil Sistem Bagi Hasil

Adalah distribusi beberapa bagian dari 1. Profit Sharing : Perhitungan bagi hasil didasarkan kepada hasil neto dari total pendapatan setelah
laba pada para pegawai pada suatu dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut
perusahaan. 2. Revenue Sharing: perhitungan bagi hasil yang didasarkan kepada total seluruh pendapatan yang
diterima sebelum dikurangi dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk memperoleh
pendapatan tersebut.
Faktor Yang Mempengaruhi Bagi Hasil

Faktor Langsung Faktor Tidak Langsung

1. Investment Rate
1. Penentuan Butir – Butir Pendapatan
2. Jumlah Dana Yang Tersedia
dan biaya bank, nasabah melakukan
3. Nisbah Bagi Hasil (Profit Sharing
share dalam pendapatan dan biaya
Ratio)
2. Kebijakan akunting
Definisi Nisbah
Bagi Hasil

Nisbah Bagi Hasil merupakan persentase


keuntungan yang akan diperoleh shahibul maal
dan mudharib yang ditentukan berdasarkan
kesepakatan antara keduanya.
Macam – Macam Nisbah

Nisbah Aktiva Tetap Nisbah Fi Ihtiyathi Nisbah Laba Nisbah Jumlah Nisbah Laba
Terhadap Modal Nisbah At-Tamwil Naqdi Bersih Terhadap Modal Nisbah Jariyah Terhadap Aktiva
Bersih wa al Wada’I Modal Bersih (ROA) Nisbah
Kas

Nisbah Laba Nisbah Likuiditas Nisbah Modal Nisbah Modal Nisbah Modal Nisbah Si’ri al- Nisbah Utang Nisbah
Terhadap Modal Primer Terhadap Sesuaian Terhadap Risiko Sahmi ila al-Ribhi Terhadap Modal Perputaran
Aset Aset Bersih
Karakteristik Nisbah Bagi Hasil

Persentase
Nisbah bagi hasil harus dinyatakan dalam
persentase (%), bukan dalam nominal akad
tertentu.
01
Bagi Untung dan Bagi Rugi Cara Menyelesaikan Kerugian
Pembagian keuntungan berdasarkan nisbah 02 Kerugian akan ditanggung dari keuntungan
yang telah disepakati, sedangkan pembagian
kerugian berdasarkan porsi modal masing-
05 terlebih dahulu karena keuntungan adalah
pelindung modal. Jika kerugian melebihi
masing pihak. keuntungan, maka akan diambil dari pokok
modal.

Jaminan 03 04
Jaminan yang akan diminta terkait dengan Besaran Nisbah
karakteristik resiko yang dimiliki oleh mudharib, Angka besaran nisbah bagi hasil muncul
karena jika kerugian diakibatkan oleh keburukan sebagai hasil tawar menawar yang dilandasi
mudharib, maka yang menanggung adalah oleh kata sepakat dari pihak shahibul maal dan
mudharib. mudharib.
Penetapan Nisbah Bagi Hasil Untuk Kegiatan Funding
(Pegumpulan Dana)
Bagi nasabah yang akan menginvestasikan dananya dalam bentuk Mudharabah,
maka investor akan mendapatkan bagi hasil yang didasarkan pada nisbah yang
dibuat oleh bank.

Komponen yang dihitung:


1. Hitung pendapatan bank per tahun
2. Hitung biaya – biaya
3. Over Head Cost
4. Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif

Tentukan Harapan Keuntungan (Pricing), dengan rumus:


Biaya Operasional / Total Aset X 100%

Dalam Praktiknya di Perbankan Modern, tawar-menawar nisbah


antara pemilik modal dan bank syariah hanya terjadi bagi
deposan/investor dengan jumlah besar, karena mereka ini memiliki
daya tawar menawar yang relatif tinggi.

Sedangkan untuk nasabah deposan kecil, besarnya tawar-menawar


tidak terjadi. Bank syariah mecantumkan nisbah yang ditawarkan,
setalh itu deposan boleh setuju/tidak.
Penetapan Nisbah Bagi Hasil Untuk Kegiatan
Pembiayaan (Financing)
Education
Plan Bank Syariah menerapkan nisbah bagi hasil terhadap produk-produk pembiayaan yang berbasis Natural
Uncertainty Contracts (NUC), yakni akad bisnis yang tidak memberikan kepastian return seperti akad
mudharabah dan murabahah. Dengan pertimbangan dua hal yakni:

Referensi Marjin keuntungan

Adalah penetapan marjin bagi hasil


pembiayaan berdasarkan usul,
rekomendasi, dan saran dari Tim Asset and
Liabilities Committe (ALCO), dengan
memenuhi kriteria
1. Direct Competitor Market Rate
(DCMR)
2. Indirect Competitor Market Rate
Perkiraan Tingkat Keuntungan (ICMR)
Usaha Yang Dibiayai 3. Expected Competitive Return for
Investor (ECRI)
Perkiraan tingkat keuntungan usaha dihitung 4. Acquiring Cost
dengan mempertimbangkan kriteria, antara lain: 5. Overhead Cost
1. Perkiraan Penjualan
2. Lama Cash to Cash Cycle
3. Perkiraan Biaya Langsung
4. Perkiraan Biaya Tidak Langsung
5. Delayed Factor
Metode Penentuan Nisbah Bagi Hasil Pembiayaan
2. Penentuan Nisbah Bagi Hasil
1. Penentuan Nisbah Bagi Hasil Keuntungan Pendapatan
 Nisbah bagi hasil bank ditentukan dengan cara
 Nisbah bagi hasil pembiayaan untuk bank membagi perkiraan pendapatan (perkiraan
ditentukan dengan cara membagi perkiraan tingkat keuntungan tanpa mempertimbangkan
keuntungan usaha mudharib dengan referensi biaya overhead) dengan referensi tingkat
tingkat marjin keuntungan. keuntungan.
 Maka, nisbah bagi hasil untuk mudharib adalah  Maka, nisbah bagi hasil untuk mudharib adalah
100% dikurangi dengan nisbah bagi hasil bank 100% - nisbah bagi hasil bagi bank.

Nisbah Bagi Hasil


Pembiayaan

4. Pendekatan Tawar - Menawar


 Dalam pendekatan ini, semakin tinggi nisbah
3. Penentuan Nisbah Bagi Hasil Penjualan bagi hasil yang disyaratkan oleh bank dan
 Nisbah bagi hasil pembiayaan untuk bank disetujui mudharib, semakin besar kesediaan
ditentukan dengan membagi perkiraan penerimaan bank untuk membiayai proyek tersebut.
 Sebaliknya untuk mudharib, semakin tinggi
penjualan dengan perkiraan pendapatan dan
referensi tingkat keuntungan nisbah bagi hasil yag disyaratkan oleh ban,
 Maka, nisbah bagi hasil untuk mudharib adalah semakin sulit kesediaan mudharib untuk
100% - nisbah bagi hasil bagi bank menerima dana dari bank, begitu pula
sebaliknya.
Bagi Untung dan Bagi Rugi
pada Akad Bagi Hasil

 Dalam kontrak mudharabah, return dan timing


cash flow tergantung pada kinerja sektor
riilnya. Bila labanya besar, maka kedua belah
pihak mendapat bagian besar pula dan
sebaliknya.
 Bila mendatangkan kerugian, maka
pembagian kerugian itu bukan didasarkan
atas nisbah, tetapi berdasarkan porsi modal
masing-masing pihak.
Cara Menyelesaikan Kerugian untuk Nisbah
Bagi Hasil

Ambil terlebih dahulu dari keuntungan,


karena keuntungan merupakan
pelindung modal

Bila kerugian melebihi keuntungan,


baru diambil dari pokok modal
Jaminan pada Kerugian Akad
Bagi Hasil
 Ketentuan pembagian kerugaian hanya berlaku bila kerugian
yang terjadi hanya murni diakibatkan oleh resiko bisnis, bukan
karena risiko arakter buruk mudharib.
 Terkait dengan jaminan, para fuqaha berpendapat bahwa pada
prinsipnya tisak perlu dan tidak boleh mensyaratkan agunan
sebagai jaminan.
 Jika mudharib melakukan keteledoran dala menjaga dana,
melakukan pelanggaran atau keluar dari ketentuan yang
disepakati, maka mudharib harus menanggung kerugian
mudharabah sebesar bagian kelalaiannya sebagai sanksi dan
tanggung jawabnya.
 Jadi tujuan pengenaan jaminan dalam akad mudharabah uakni
untuk menghindari moral hazard mushrib, bukan untuk
mengamankan nilai investasi karena faktor risiko bisnis. Maka,
bila kerugian yang timbul disebabkan karena risiko bisnis, maka
jaminan mudharib tidak dapat disita oleh shahibul al – mal.
Bagi Hasil Bagi Perkembangan Bank Syariah
01 02 03
Stabilitas dan pertumbuhan Perbankan Syariah di Meningkatnya peran perbankan syariah
perrbankan syariah yang Indonesia mampu bersaing dalam proses pembangunan nasional
ditopang oleh prtumbuhan dengan perbankan dalam bidang kemandirian ekonomi
ekonomi riil mayarakat konvensional di pasar masyarakat sehingga perbankan syariah
bebas. akan menjadi pilar pembangunan bangsa
PENENTUAN PROFIT
MARGIN DALAM
AKAD TIJARAH
Perbedaan Antara Kredit dan Margin
Keuntungan

Kredit adalah pinajaman dari bank kepada


seseorang ataupun perusahaan dengan limit
tertentu yang harus dikembalikan dengan
tambahan biaya bunga yang dibebankan
kepada peminjam dalam jangka waktu yang
disetujui kedua belah pihak

Margin keuntungan adalah rasio profatibilitas


yang mengukur efektifitas manajemen secara
keseluruhan yang ditunjukkan oleh besar
kecilnya keuntungan yang diperoleh dalam
hubungannya dengan penjualan dan investasi.
Faktor Yang Mempengaruhi Naik dan Turunnya Margin
Keuntungan

1. Biaya Overhead 2. Cost Of Loanable 3. Profit Target


Fund
Mekanisme dan Penetapan Margin Keuntungan
Education
Plan
Bank Syariah menetapkan margin
keuntungan terhadap produk – produk
pembiayaan yang berbasis Natural
Certainty Contracts (NCC) yakni akad
yang memberikan kepastian
pembayaran
Pembiayaan Salam
Murabahah

Ijarah Istishna
Secara teknis, yang dimaksu dengan
margin keuntungan adalah persentase
tertentu yang ditetapkan per perhitungan
margin keuntungan secara harian maka
jumlah hari dalam setahun ditetapkan Ijarah muntahiya
360 hari. Perhitungan margin
keuntungan secara bulana, maka bit tamlik
setahun ditetapkan 12 bulan.
Peranan Margin Keuntungan Bagi Perkembangan Bank
Syariah
Perkembangan Pembiayaan
Perolehan Margin Keuntungan
Produk murabahah menjadi produk dominan dalam
Diperoleh dari transaksi jual beli yang pada saat ini perbankan syariah di Indonesia juga dinegara –

S
perbankan syariah masih menemoatkan produk negara muslim lainnya.
murabahah yang dikenal prinsip margin financing
sebagai produk andalan.

T
W
Perkiraan Pembiayaan
Perkiraan pembiayaan mencapai 66% dari total
O Penggunaan Produk Pembiayaan
Tingginya penggunaan produk murabahah tentu akan
tinggi pula keuntungan yang diperoeh, dan tentunya
akan berpengaruh juga pada perkembangan bank.
pembiayaan di perbankan syariah
Penentuan Harga Jual dalam Jual Beli

Landasan Syariah
Fatwa DSN-MUI No. 04/DSN-
MUI/IV/2000: Harga Jual Bank:
1. Harga Beli, bank harus memberitahu secara Harga Beli Bank + (Waktu x Cost Recovery)
jujur harga pokok barang kepada nasabah. + Persentase Keuntungan
2. Harga Jual, bank menjal barang tersebut
kepada nasabah dengan harga jual lus
keuntungannya.
Simbol Formulasi:

Landasan Syariah HJB = HBB + (t * CR) + k

Fatwa DSN No. 16/IIX/2000:


“Harga dalam jual beli murabahah adalah harga Penggunaan penentuan
beli dan biaya yang dperlukan ditambah harga jual beli
keuntungan sesuai dengan kesepakatan
Dijelaskan dengan melakukan analisis
syariah yakni presentase keuntungan tidak
boleh berjalan mengikuti waktu. Namun biaya
dapat berjalan mengikuti waktu.
Uang Muka, Diskon dan Harga Jual
Harga jual murabahah dibank syariah akan bisa berubah untuk satu calon
nasabah dengan calon nasabah lainnya.

Pengaruh Perubahan Harga Rumus Harga Jual Bank :


1. Uang muka yang dibayarkan oleh HJB = (HBB-UM) + (t*CR) +k
calon nasabah saat pemesanan.
2. Diskon yang diberikan supplier
kepada bank syariah.

Jika Ada Diskon dalam jual-beli


Landasan Syariah
Murabahah
Fatwa DSN-MUI No. 16/IX/2000
HJB = (HBB – D – UM) + ( t*CR) + k

Penegasan Berdasarkan Landasan Keterangan Rumus:


 Harga jual beli dalam bank syariah akan  HJB = Harga Jual Bank
mengalami perubahan yaitu harga yang  HBB = Harga Beli Bank
harus dipartisipasikan oleh pihak bank.  UM = Uang Muka
 Tidak ada ketentuan tentag besaran uang  t = Waktu
muka yang harus disertakan oleh calon  D = Diskon
nasabah.  CR = Cost Recovery
 K = Margin Kentungan yang diharapkan
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai