EKONOMI DUNIA
Disusun Oleh:
2019
A. Sejarah dan Perkembangan Dinar
Dinar merupakan nilai tukar umat Islam pada masa lalu memiliki nilai intrinsik
berupa emas. Secara bahasa, dinar berasal dari bahasa Yunani “denarius”, yaitu mata
uang yang terbuat dari emas dan berlaku sebagai alat pembayaran. Sehingga dinar
bukanlah alat tukar dari bangsa Arab. Dinar merupakan alat transaksi yang dikeluarkan
oleh Kekaisaran Bizantium Romawi pada tahun 211 SM yang kemudian menyebar dan
beredar di Jazirah Arab karena adanya kegiatan perdagangan bangsa Arab. Kemudian
bangsa Arab pun mengadopsi dinar sebagai sistem mata uang mereka. Hal ini
berlangsung hingga zaman Nabi Muhammad SAW. Rasulullah dan para sahabat
menggunakan dinar sebagai mata uang mereka. Di samping sebagai alat tukar, dinar
juga dijadikan sebagai standar ukuran hukum-hukum shar’i, seperti zakat dan mas
kawin sebagaimana telah disyaratkan oleh syari’ah Islam. Dalam Islam, segala jenis
uang hanya berfungsi sebagai alat tukar. Haram jika dijadikan sebagai alat penimbun
kekayaan dan komoditas. (Dikarma, 2018)
Barulah pada zaman Abdul Malik bin Marwan pada tahun 75 Hijriah. Tepatnya,
sekitar 50 tahun pasca wafatnya Nabi Muhammad SAW. Pemerintah Islam mendirikan
tempat percetakan uang dan mata uang dicetak secara terorganisir dibawah pengawasan
pemerintah. Beliau mencetak dirham dengan corak Islam dan meninggalkan pola dinar
Romawi serta mengganti gambar-gambar dinar lama dengan tulisan dan lafaz-lafaz
Islam seperti, Allah SWT. Beliau juga menstandarisasi dinar dalam bentuk koin emas
seberat 4,25 gr dengan kemurnian 22 karat. Sejak itulah umat Islam memiliki dinar
Islam yang secara resmi digunakan sebagai mata uang dan alat transaksi. (Dikarma,
2018)
Kendati demikian, penggunaan mata uang dinar ini berakhir seiring dengan
runtuhnya kekhalifahan Turki Utsmani pada 1924 bersamaan dengan berakhirnya
Perang Dunia I, pada saat itulah dunia dilanda era kolonialisme Barat yang gencar
menerapkan penggunaan mata uang kertas. Selain itu dengan runtuhnya sistem emas
(Bretton Wood) tahun 1971 semakin menenggelamkan eksistensi mata uang dinar.
Ketetapan Amerika yang menghilangkan kebijakan penggunaan mata uang berbahan
dasar, karena Amerika menyadai bahwa emas adalah sumber daya alam yang tidak
dapat diperbaharui serta jumlahnya yang sedikit sehingga dapat habis sewaktu-waktu.
Kebijakan ini menenekankan pada sistem nilai tukar mata uang tidak lagi bertumpu atas
emas, melainkan pada penetapan nilai mata uang yang berlaku di negara masing-
masing. (Marwan, 2015)
Kemudian pada tahun 1976 muncul sistem fiat money, dimana bank sentral
setiap negara mencetak uang kertas sebagai penjamin kepemilikan seseorang atas emas.
Bentuk dan besaran uang kertas tidak dibatasi dan disesuaikan dengan bank sentral
masing-masing negara. Namun seiring berjalannya waktu, uang kertas digunakan
sebagai alat tukar yang sah. Dibanding dengan sistem uang emas atau dinar, uang kertas
memiliki beberapa kekurangan yakni nilai intrinsiknya jauh lebih kecil dibanding
dengan nominal uang tersebut dan sangat rentan mengalami kenaikan dan penurunan
harga tukar di pasar. (Bagus, 2009)
Namun dinar telah mulai digunakan kembali oleh sebagian masyarakat Muslim
dan non-Muslim sejak tahun 1992, dimana dinar kembali dicetak di Granada, Spanyol
di salah satu kota bekas wilayah kekhalifahan Islam di Andalusia dan kemudian disebar
ke-22 negara oleh jamaah Murabitun. Indonesia juga turut ikut serta menerbitkan dinar
sejak tahun 1999 melalui PT. Aneka Tambang dibawah naungan BUMN. Jumlah dinar
yang disebar tidak begitu banyak, hanya sekitar 1.000 keping dinar. Eksistensi dinar
kembali mencuat saat Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Muhammad menyatakan
hendak menggunakan dinar sebagai alat tukar perdagangan Malaysia dengan negara-
negara muslim. (Sadzali, 2002)
Penerapan dinar dalam perdagangan internasional pun dinilai agak rumit karena
memerlukan keputusan politik yang juga rumit. Sehingga perlu kesabaran untuk terus
meyakinkan berbagai pihak, khususnya negara-negara muslim untuk akhirnya bisa
mencapai kesepakatan penggunaan Dinar. Selain itu, agar konsep Dinar sendiri dapat
terimplementasi dalam dalam perdagangan internasional, maka memerlukan berbagai
strategi seperti: (Iswan, 2008)
a. Dinar dapat megurangi dan menghapus risiko perubahan yang akan mempengaruhi
aktivitas ekonomi dunia terutama perdagangan internasional. Dengan munculnya
Dinar kembali, di yakini akan menghapus setiap risiko yang ditimbulkan dari nilai
tukar karena dinar merupakan mata uang yang stabil dan menguntungkan bagi
kegiatan perdagangan di setiap negara. Selain itu, emas mempunya tingkat
perubahan fluktuasi yang kecil dibandingkan dengan tingkat fluktuasi uang kertas
saat ini.
b. Penggunaan Dinar akan mengurangi terjadinya spekulasi, manipulasi dan arbitrasi
terhadap mata uang nasional. Pada dasarnya situasi ekonomi dan politik sebuah
negara akan mempengaruhi nilai tukar mata uangnya dan akan berpengaruh pada
pasar dan aktivitas ekonomi, tetapi dengan dinar sebagai mata uang global, hal
tersebut tidak akan berpengaruh signifikan karena dinar bukan milik suatu negara
tertentu.
c. Penggunaan Dinar meminimalkan biaya transaksi perdagangan dan meningkatkan
perdagangan. Yang mana dengan jumlah dinar yang sedikit masih bisa melakukan
transaksi dalam jumlah besar serta memberikan peluang kepada negara yang tidak
memiliki cadangan devisa yang cukup sekalipun.
d. Penggunaan Dinar akan meningkatkan perdagangan dan meningkatkan kerjasama
antar negara peserta. Selain itu juga akan mempengaruhi kondisi mata uang
domestik yang pada akhirnya akan mempengaruhi sistem moneter nasional.
e. Penggunaan dinar dalam perdagangan internasional akan mengurangi kesenjangan
antara negara berkembang dan negara maju. Yang mana kita tahu sistem
perdagangan uang fiat memberikan peluang dan ruang kepada negara-negara maju
untuk menguasai perekonomian dunia dan mengeksploitasi negara miskin. Maka
dari itu dengan penggunaan Dinar ini diharapkan akan mengurangi ketergantungan
negara berkembang dan maju terhadap neara maju. Apalagi sebagian besar sumber
daya alam di dunia ini berada di negara-negara berkembang.
Sedangkan untuk kekurangan dari uang Dinar ini dinilai dari bahan baku.
emas/perak sebagai bahan baku uang dinilai kurang efisiens karena kemungkinan akan
kesulitan dalam menemukan bahan baku. Selain itu juga proses penyebar luasannya
sedikit terhambat. Dan juga apabila sudah menjadi mata uang suatu negara,
kemungkinan akan merepotkan masyarakat karena dinilai berat dan cukup banyak jika
dibawa kemana mana.
Penggunaan dinar harus dibarengi dengan adanya suatu lembaga keuangan yang
bertujuan untuk menyukseskan implementasi dinar sebagai alat transaksi yang sah dalam
perdagangan internasional. Penggunaannya dalam perdagangan internasional dinilai rumit
karena memerlukan keputusan politik yang rumit pula sehingga membutuhkan waktu yang
tidak singkat untuk meyakinkan berbagai pihak untuk menyetujui penggunaan dinar tersebut.
Apalagi di era modern seperti sekarang, penggunaan dinar dianggap kurang fleksibel untuk
digunakan, karena terbuat dari emas ataupun perak, dinar dinilai kurang efisien serta tidak
praktis untuk dibawa. Dinar juga hanya bisa digunakan untuk transaksi secara besar, tidak
untuk transaksi kecil dan harian. Oleh karena itu, dinar terkalahkan oleh uang kertas karena
uang kertas dinilai semakin kuat dalam memegang kendali penuh perekonomian dunia,
terutama dollar.
References
Bagus, D. (2009, September 14). Mungkinkah Penerapan Dinar Emas dalam Perekonomian.
Retrieved from Detik News: https://news.detik.com/opini/d-1203386/mungkinkah-
penerapan-dinar-emas-dalam-perekonomian
Dikarma, K. &. (2018, December 6). Asal Muasal Dinar dan Dirham. Retrieved from Republika:
https://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-digest/18/12/06/pjbowp313-
asal-muasal-dinar-dan-dirham
Iswan, R. F. (2008). Peluang Dinar dalam Perdagangan Internasional dan Peluang Terhadap Sistem
Moneter Indonesia. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Retrieved Mei 05,
2019, from
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.uinjkt.ac.id/ds
pace/bitstream/123456789/7280/1/Rahmat%2520Fauzi%2520Iswan-
FSH_NoRestriction.pdf&ved=2ahUKEwih6cXGtYTiAhVw7nMBHWx7CaYQFjAAegQIAhAB&usg
=AOvVaw3is_nk1leChxArBiQGWzpx
Khalieda, F. (2017). Isu-isu Dinar dan Dihram. AL-INTAJ, III(1), 85-101. Retrieved Mei 05, 2019, from
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://ejournal.iainbengkulu.ac.i
d/index.php/Al-
Intaj/article/download/1164/988&ved=2ahUKEwjUm_z6uYTiAhWZ_XMBHdv_D-
wQFjACegQIBRAC&usg=AOvVaw34hxxdP1CpFZ_D2XDLImWF
Marwan, F. (2015, September 22). Emas dan Perak Sebagai Mata Uang Internasional, Yakin?
Retrieved from Kompasiana:
https://www.kompasiana.com/faizbmarwan/56003f484023bd850c8b4569/emas-dan-perak-
sebagai-mata-uang-internasional-yakin
Muklisin, M. (2013). Ikhtiar Menjadikan Dinar-Dirham Sebagai Mata Uang di Indonesia. Stain Kudus.
Sadzali, A. (2002, October 11). Pakai Dinar, Tinggalkan Dolar! Retrieved from Hidayatullah:
https://www.hidayatullah.com/berita/nasional/read/2002/10/11/192/pakai-dinar-
tinggalkan-dolar.html
Saidi, Z. (2018). Bagaimana Perkembangan Penerapan Dinar Dirham Saat ini? Retrieved from Zaim
Saidi: https://zaimsaidi.com/bagaimana-perkembangan-penerapan-dinar-dirham-saat-ini