Anda di halaman 1dari 10

PENERAPAN MATA UANG DINAR SEBAGAI ALAT STABILITAS

EKONOMI DUNIA

Mata Kuliah : Politik Ekonomi Islam Internasional – Kelas C

Dosen Pengampu : Siti Muslikhati, S.IP., M.si.

Disusun Oleh:

Giani Arshya Humairha (20160510332)

Ofisyah Alawiyah (20160510265)

Priyanka Lailatul Fitriyani (20160510250)

Rifka Ayu Pradita (20160510285)

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2019
A. Sejarah dan Perkembangan Dinar

Dinar merupakan nilai tukar umat Islam pada masa lalu memiliki nilai intrinsik
berupa emas. Secara bahasa, dinar berasal dari bahasa Yunani “denarius”, yaitu mata
uang yang terbuat dari emas dan berlaku sebagai alat pembayaran. Sehingga dinar
bukanlah alat tukar dari bangsa Arab. Dinar merupakan alat transaksi yang dikeluarkan
oleh Kekaisaran Bizantium Romawi pada tahun 211 SM yang kemudian menyebar dan
beredar di Jazirah Arab karena adanya kegiatan perdagangan bangsa Arab. Kemudian
bangsa Arab pun mengadopsi dinar sebagai sistem mata uang mereka. Hal ini
berlangsung hingga zaman Nabi Muhammad SAW. Rasulullah dan para sahabat
menggunakan dinar sebagai mata uang mereka. Di samping sebagai alat tukar, dinar
juga dijadikan sebagai standar ukuran hukum-hukum shar’i, seperti zakat dan mas
kawin sebagaimana telah disyaratkan oleh syari’ah Islam. Dalam Islam, segala jenis
uang hanya berfungsi sebagai alat tukar. Haram jika dijadikan sebagai alat penimbun
kekayaan dan komoditas. (Dikarma, 2018)

Barulah pada zaman Abdul Malik bin Marwan pada tahun 75 Hijriah. Tepatnya,
sekitar 50 tahun pasca wafatnya Nabi Muhammad SAW. Pemerintah Islam mendirikan
tempat percetakan uang dan mata uang dicetak secara terorganisir dibawah pengawasan
pemerintah. Beliau mencetak dirham dengan corak Islam dan meninggalkan pola dinar
Romawi serta mengganti gambar-gambar dinar lama dengan tulisan dan lafaz-lafaz
Islam seperti, Allah SWT. Beliau juga menstandarisasi dinar dalam bentuk koin emas
seberat 4,25 gr dengan kemurnian 22 karat. Sejak itulah umat Islam memiliki dinar
Islam yang secara resmi digunakan sebagai mata uang dan alat transaksi. (Dikarma,
2018)

Meskipun dalam perkembangannya terjadi banyak perubahan pada setiap


pemerintahan. Dinar sebagai mata uang yang digunakan oleh umat Islam dinilai
memiliki nilai yang tetap dan stabil, sehingga tidak terdapat kendala dalam proses
perputaran uang tersebut. Hal ini terbukti dengan tidak terjadinya inflasi dan deflasi
yang cukup besar pada dinar dalam kurun waktu 1500 tahun. Sehingga pada masa
pemerintahan Imam Ali, dinar merupakan satu-satunya mata uang yang digunakan.
(Bagus, 2009)

Kendati demikian, penggunaan mata uang dinar ini berakhir seiring dengan
runtuhnya kekhalifahan Turki Utsmani pada 1924 bersamaan dengan berakhirnya
Perang Dunia I, pada saat itulah dunia dilanda era kolonialisme Barat yang gencar
menerapkan penggunaan mata uang kertas. Selain itu dengan runtuhnya sistem emas
(Bretton Wood) tahun 1971 semakin menenggelamkan eksistensi mata uang dinar.
Ketetapan Amerika yang menghilangkan kebijakan penggunaan mata uang berbahan
dasar, karena Amerika menyadai bahwa emas adalah sumber daya alam yang tidak
dapat diperbaharui serta jumlahnya yang sedikit sehingga dapat habis sewaktu-waktu.
Kebijakan ini menenekankan pada sistem nilai tukar mata uang tidak lagi bertumpu atas
emas, melainkan pada penetapan nilai mata uang yang berlaku di negara masing-
masing. (Marwan, 2015)

Kemudian pada tahun 1976 muncul sistem fiat money, dimana bank sentral
setiap negara mencetak uang kertas sebagai penjamin kepemilikan seseorang atas emas.
Bentuk dan besaran uang kertas tidak dibatasi dan disesuaikan dengan bank sentral
masing-masing negara. Namun seiring berjalannya waktu, uang kertas digunakan
sebagai alat tukar yang sah. Dibanding dengan sistem uang emas atau dinar, uang kertas
memiliki beberapa kekurangan yakni nilai intrinsiknya jauh lebih kecil dibanding
dengan nominal uang tersebut dan sangat rentan mengalami kenaikan dan penurunan
harga tukar di pasar. (Bagus, 2009)

Namun dinar telah mulai digunakan kembali oleh sebagian masyarakat Muslim
dan non-Muslim sejak tahun 1992, dimana dinar kembali dicetak di Granada, Spanyol
di salah satu kota bekas wilayah kekhalifahan Islam di Andalusia dan kemudian disebar
ke-22 negara oleh jamaah Murabitun. Indonesia juga turut ikut serta menerbitkan dinar
sejak tahun 1999 melalui PT. Aneka Tambang dibawah naungan BUMN. Jumlah dinar
yang disebar tidak begitu banyak, hanya sekitar 1.000 keping dinar. Eksistensi dinar
kembali mencuat saat Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Muhammad menyatakan
hendak menggunakan dinar sebagai alat tukar perdagangan Malaysia dengan negara-
negara muslim. (Sadzali, 2002)

Meskipun demikian, dinar tidak dapat mempertahankan eksistensinya kembali


sebagai mata uang yang sah. Hal ini dikarenakan uang kertas, terutama dolar semakin
kuat dalam memegang kendali penuh perekonomian dunia. Namun fenomena ini tidak
menjadi titik akhir bagi dinar sebagai alat transaksi dalam perekonomian. Umar Ibrahim
Vadillo menyatakan bahwa dunia saat ini dibanjiri terlalu banyak uang kertas yang pada
hakekatnya tidak mempunyai unsur intrinsik. Sehingga transaksi di pasar uang bersifat
maya, karena tidak ada barang yang diperdagangankan, kecuali uang itu sendiri. Maka
fenomena ini disebut sebagai ekonomi gelembung (bubble economy) dimana uang
kertas hanyalah kertas biasa yang diberi nominal dan diakui oleh bank sentral dan
negara sebagai alat transaksi yang sah, tapi sejatinya tidak ada unsur intrinsik yang
diperdagangkan. Sehingga ekonomi gelembung (bubble economy) suatu saat akan
meledak dan meruntuhkan ekonomi global. (Sadzali, 2002)

Berdasarkan penjelasan dari Umar Ibrahim Vadilo, maka dapat ditarik


kesimpulan jika masih ada peluang dalam menerapkan mata uang dinar dalam
perekonomian global dengan adanya keunggulan dinar yang memiliki nilai tetap dan
stabil. Sehingga dapat terhindar dari ancaman inflasi dan deflasi yang dapat berujung
pada krisis moneter suatu negara. (Sadzali, 2002)

B. Peluang Dinar dalam Perdagangan Internasional.


Penggunaan Dinar merupakan suatu solusi atas permasalahan yang di timbulkan
atas penggunan uang fiat terhadap perekonomian dunia yang dinilai tidak stabil saat ini.
Menurut Al-maqrizi, dinar dan dirham harus kembali digunakan untuk mengatasi
kondisi tersebut. Namun, untuk menjadikan Dinar sebagai mata uang dunia memiliki
bermacam macam tantangan, serta di perlukan langkah-langkah dan strategi bertahap
dalam mengimplementasi ke dalam perdagangan dunia. Langkah awal yang harus
dilakukan adalah mulai menggunakan Dinar sebagai alat transaksi perdagangan
multilateral ataupun bilateral. Namun yang harus diperhatikan adalah bahwasanya
penggunaan dinar sebagai alat transaksi hanya ditujukan untuk pembayaran
perdagangan bilateral saja dan tidak diperuntukan mengganti peran mata uang
domestik. Jadi pada intinya, uang domestik masih tetap dipakai sebagai alat transaksi
di dalam negeri. Selain itu Dinar tidaklah berbentuk fisik, tetapi hanya diukur dalam
dalam bentuk harga emas. Misalnya satu Dinar bernilai satu ons, maka satu ons emas
akan dihargai $290. Dan juga, emas tersebut bisa dihargakan dengan nilai mata uang
negara lain yang sudah ditetapkan oleh kedua negara. Selain itu pembayaran tidak
dilakukan dengan mentransfer dinar dari satu negara ke negara lain, tetapi hanya dengan
mentransfer ekuivalen emasnya ke bank kustodian yang telah disepakati. Hal ini
ditujukan untuk menghindari kesulitan untuk mentransfer emas dalam bentuk fisik serta
memberikan kemudahan bagi negara yang tidak memiliki sumber daya emas yang
cukup. (Iswan, 2008)
Peraturan mengenai batasan Dinar sebagai transaksi perdagangan luar negeri
saja juga terlihat dalam peraturan yang di buat IMF pada tahun 1976 yaitu the Second
Amendement to the Articles of Agreement dan efektif digunakan pada tahun 1978
hingga sekarang. Dalam aturan tersebut menjelaskan bahwa negara anggota dibolehkan
untuk mengkonversikan mata uangnya terhadap mata uang lain selain emas. Beberapa
negara ada yang mengkonversikan mata uangnya dengan Special Drawing Right (SDR)
yang dibuat IMF. Lalu berdasarkan Articles IV the Obligations Regarding Exchange
Arrangements, chapter 2 menjelaskan bahwa nilai tukar hanya dikonversikan kepada
SDR atau kepada mata uang negara lain selain emas. Secara tidak langsung, isi dari
artikel tersebut seakan melarang serta membatasi penggunaan emas sebagai sebuah
perjanjian nilai tukar. (Iswan, 2008)

Selain itu, Penggunaan Dinar diharuskan mempunya lembaga keuangan yang


akan menyukseskan implementasi dinar sebagai alat transaksi perdagangan
internasional. Dengan adanya lembaga keuangan seperti perbankan dengan berbagai
aturan akan mendukung penggunaan dinar dan menyesuaikan sistem operasionalnya.
Dalam hal ini, sudah ada bank sentral selaku otoritas moneter akan menjadi lembaga
yang mengawasi dan mengatur mekanisme sistem perbankan nasional. Sedangkan IDB
(Islamic Development Bank) berfungsi mengatur kebijakan umum moneter
internasional Khususnya OKI. (Khalieda, 2017)

Penerapan dinar dalam perdagangan internasional pun dinilai agak rumit karena
memerlukan keputusan politik yang juga rumit. Sehingga perlu kesabaran untuk terus
meyakinkan berbagai pihak, khususnya negara-negara muslim untuk akhirnya bisa
mencapai kesepakatan penggunaan Dinar. Selain itu, agar konsep Dinar sendiri dapat
terimplementasi dalam dalam perdagangan internasional, maka memerlukan berbagai
strategi seperti: (Iswan, 2008)

 Kesepakatan. negara-negara yang tergabung dalam anggota OKI harus membuat


kesepakatan dan peraturan tentang transaksi perdagangan internasional
menggunakan mata uang Dinar baik dalam kerjasama bilateral maupun multilateral.
Ini bertujuan untuk mendorong terwujudnya penerapan dinar dalam perdagangan
internasional. Menggunakan OKI atau organisasi membantu merealisasikan tujuan
yang dimaksud karena berdasarkan undang-undang atau peraturan yang dijadikan
payung hokum.
 Sistem. negara-negara yang tergabung dalam anggota OKI dan telah sepakat untuk
menggunakan Dinatr sebagai alat transaksi kemudian harus menentukan standar
ukuran umum mata uang Dinar yang akan digunakan sebagai mata uang.
 Lembaga keuangan. Setelah kedua tahap terselesaikan, saatnya untuk negara-
negara yang tergabung dalam anggota OKI menciptakan suatu lembaga yang akan
mengurus dan mengelola kendali moneter. Lembaga ini nantinya akan menjadi
Bank Sentral atau Bank Kustodian dari seluruh negara OKI, sebagai contoh sebut
saja IDB (Islamic Development Bank). IDB berfungsi mengatur kebijakan umum
moneter untuk seluruh negara OKI, mengatur operasi nilai tukar mata uang asing,
menyimpan cadangan devisa bagi negara OKI dan mempromosikan mekanisme
pembayaran yang stabil antar anggota.
 Sosialisasi. Selanjutnya, dengan telah dilakukannya beberapa tahap di atas, maka
para pemerintah negara OKI sudah semestinya mensosialisasikan kepada para
masyarakat khususnya para pengusaha ekspor maupun impor baik secara langsung
maupun tidak langsung. Hal ini ditujukan untuk memberi pemahaman kepada
masyarakat. Jika mayoritas masyarakat sudah memahami keunggulan mata uang
emas ini, maka lambat laun mereka akan menggunakannya untuk keperluan praktis
dan mengarah kepada praktik keseharian.

C. Dampak Dinar bagi perdagangan Internasional.


Dampak implementasi dinar dalam perdagangan internasional akan
memberikan berbagai keuntungan, diantaranya: (Khalieda, 2017)

a. Dinar dapat megurangi dan menghapus risiko perubahan yang akan mempengaruhi
aktivitas ekonomi dunia terutama perdagangan internasional. Dengan munculnya
Dinar kembali, di yakini akan menghapus setiap risiko yang ditimbulkan dari nilai
tukar karena dinar merupakan mata uang yang stabil dan menguntungkan bagi
kegiatan perdagangan di setiap negara. Selain itu, emas mempunya tingkat
perubahan fluktuasi yang kecil dibandingkan dengan tingkat fluktuasi uang kertas
saat ini.
b. Penggunaan Dinar akan mengurangi terjadinya spekulasi, manipulasi dan arbitrasi
terhadap mata uang nasional. Pada dasarnya situasi ekonomi dan politik sebuah
negara akan mempengaruhi nilai tukar mata uangnya dan akan berpengaruh pada
pasar dan aktivitas ekonomi, tetapi dengan dinar sebagai mata uang global, hal
tersebut tidak akan berpengaruh signifikan karena dinar bukan milik suatu negara
tertentu.
c. Penggunaan Dinar meminimalkan biaya transaksi perdagangan dan meningkatkan
perdagangan. Yang mana dengan jumlah dinar yang sedikit masih bisa melakukan
transaksi dalam jumlah besar serta memberikan peluang kepada negara yang tidak
memiliki cadangan devisa yang cukup sekalipun.
d. Penggunaan Dinar akan meningkatkan perdagangan dan meningkatkan kerjasama
antar negara peserta. Selain itu juga akan mempengaruhi kondisi mata uang
domestik yang pada akhirnya akan mempengaruhi sistem moneter nasional.
e. Penggunaan dinar dalam perdagangan internasional akan mengurangi kesenjangan
antara negara berkembang dan negara maju. Yang mana kita tahu sistem
perdagangan uang fiat memberikan peluang dan ruang kepada negara-negara maju
untuk menguasai perekonomian dunia dan mengeksploitasi negara miskin. Maka
dari itu dengan penggunaan Dinar ini diharapkan akan mengurangi ketergantungan
negara berkembang dan maju terhadap neara maju. Apalagi sebagian besar sumber
daya alam di dunia ini berada di negara-negara berkembang.

Sedangkan untuk kekurangan dari uang Dinar ini dinilai dari bahan baku.
emas/perak sebagai bahan baku uang dinilai kurang efisiens karena kemungkinan akan
kesulitan dalam menemukan bahan baku. Selain itu juga proses penyebar luasannya
sedikit terhambat. Dan juga apabila sudah menjadi mata uang suatu negara,
kemungkinan akan merepotkan masyarakat karena dinilai berat dan cukup banyak jika
dibawa kemana mana.

D. Kendala dalam penerapan mata uang dinar di era sekarang


Dalam penerapannya di era modern seperti sekarang, mata uang dinar memiliki
beberapa kendala yaitu :
1. Bahan baku
Emas/perak sebagai bahan baku uang diniliai kurang efisien karena
kemungkinan kesulitan dalam menemukan bahan baku, selain itu juga proses penyebar
luasannya sedikit terhambat. (Muklisin, 2013)
2. Tidak praktis dan fleksibel
Mata uang dinar dinilai tidak praktis dan fleksibel. Dalam sejarah, dinar
ditinggalkan karena factor tidak praktis dan sulit dibawa ke mana-mana karena dinilai
berat.
3. Belum memiliki alat pelengkap
Mata uang dinar belum memiliki alat tukar kelengkapannya, yakni alat tukar
yang lebih rendah nilainya, yaitu fulus. Fungsi fulus adalah sebagai alat tukar untuk
transaksi kecil. Fulus ini berbeda dari dinar, karena tidak terkena hukum zakat dan tidak
bisa dipakai untuk membayar zakat. Jadi, dinar emas itu untuk transaksi besar-besar
seperti jual beli mobil, rumah, dan barang-barang elektronik. Dirham perak untuk
transaksi harian, untuk konsumsi sehari-hari dan fulus untuk transaksi kecil.
4. Sarana dan prasarana
Selain itu sarana dan prasarana juga menjadi kendala mata uang dinar saat ini
seperti mekanisme transfer dan lainnya.
5. Pemahaman terhadap dinar
Pemahaman yang keliru tentang dinar juga turut menjadi kendala. Anggapan
bahwa dinar adalah alat investasi, ditabung, disimpan-simpan, untuk kemudian
ditukarkan kembali, masih banyak dianut masyarakat, sehingga ini harus diluruskan.
Dinar bukan alat investasi, bukan untuk ditukarkan kembali melainkan dinar untuk
menggantikan uang kertas. (Saidi, 2018)
KESIMPULAN
Pada masanya, dinar tidak hanya digunakan sebagai alat tukar, namun juga sebagai
standar ukuran hukum-hukum syar’i seperti zakat dan juga mas kawin. Dinar dinilai sebagai
mata uang yang memiliki nilai yang tetap dan stabil dalam proses perputaran uang, dibuktikan
dengan dalam kurun waktu 1500 tahun jarang sekali terjadi inflasi dan deflasi. Meski sempat
terhenti peredarannya, dinar digunakan kembali sebagai alat tukar walaupun dinar tidak dapat
mempertahankan eksistensinya.

Penggunaan dinar harus dibarengi dengan adanya suatu lembaga keuangan yang
bertujuan untuk menyukseskan implementasi dinar sebagai alat transaksi yang sah dalam
perdagangan internasional. Penggunaannya dalam perdagangan internasional dinilai rumit
karena memerlukan keputusan politik yang rumit pula sehingga membutuhkan waktu yang
tidak singkat untuk meyakinkan berbagai pihak untuk menyetujui penggunaan dinar tersebut.
Apalagi di era modern seperti sekarang, penggunaan dinar dianggap kurang fleksibel untuk
digunakan, karena terbuat dari emas ataupun perak, dinar dinilai kurang efisien serta tidak
praktis untuk dibawa. Dinar juga hanya bisa digunakan untuk transaksi secara besar, tidak
untuk transaksi kecil dan harian. Oleh karena itu, dinar terkalahkan oleh uang kertas karena
uang kertas dinilai semakin kuat dalam memegang kendali penuh perekonomian dunia,
terutama dollar.
References
Bagus, D. (2009, September 14). Mungkinkah Penerapan Dinar Emas dalam Perekonomian.
Retrieved from Detik News: https://news.detik.com/opini/d-1203386/mungkinkah-
penerapan-dinar-emas-dalam-perekonomian

Dikarma, K. &. (2018, December 6). Asal Muasal Dinar dan Dirham. Retrieved from Republika:
https://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-digest/18/12/06/pjbowp313-
asal-muasal-dinar-dan-dirham

Iswan, R. F. (2008). Peluang Dinar dalam Perdagangan Internasional dan Peluang Terhadap Sistem
Moneter Indonesia. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Retrieved Mei 05,
2019, from
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.uinjkt.ac.id/ds
pace/bitstream/123456789/7280/1/Rahmat%2520Fauzi%2520Iswan-
FSH_NoRestriction.pdf&ved=2ahUKEwih6cXGtYTiAhVw7nMBHWx7CaYQFjAAegQIAhAB&usg
=AOvVaw3is_nk1leChxArBiQGWzpx

Khalieda, F. (2017). Isu-isu Dinar dan Dihram. AL-INTAJ, III(1), 85-101. Retrieved Mei 05, 2019, from
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://ejournal.iainbengkulu.ac.i
d/index.php/Al-
Intaj/article/download/1164/988&ved=2ahUKEwjUm_z6uYTiAhWZ_XMBHdv_D-
wQFjACegQIBRAC&usg=AOvVaw34hxxdP1CpFZ_D2XDLImWF

Marwan, F. (2015, September 22). Emas dan Perak Sebagai Mata Uang Internasional, Yakin?
Retrieved from Kompasiana:
https://www.kompasiana.com/faizbmarwan/56003f484023bd850c8b4569/emas-dan-perak-
sebagai-mata-uang-internasional-yakin

Muklisin, M. (2013). Ikhtiar Menjadikan Dinar-Dirham Sebagai Mata Uang di Indonesia. Stain Kudus.

Sadzali, A. (2002, October 11). Pakai Dinar, Tinggalkan Dolar! Retrieved from Hidayatullah:
https://www.hidayatullah.com/berita/nasional/read/2002/10/11/192/pakai-dinar-
tinggalkan-dolar.html

Saidi, Z. (2018). Bagaimana Perkembangan Penerapan Dinar Dirham Saat ini? Retrieved from Zaim
Saidi: https://zaimsaidi.com/bagaimana-perkembangan-penerapan-dinar-dirham-saat-ini

Anda mungkin juga menyukai