Anda di halaman 1dari 9

Tugas Perbankan Syariah

Essay Tentang Perbankan Syariah Sebagai


Solusi Dalam Permasalahan Ekonomi Indonesia

Oleh:
Vatri Yulia Desvani (15059043)

Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Padang
2017
PERBANKAN SYARIAH SEBAGAI SOLUSI DALAM PERMASALAHAN
EKONOMI INDONESIA

Oleh: Vatri Yulia Desvani

Kemiskinan merupakan masalah ekonomi utama yang harus dipecahkan.


Menurut Komite Ekonomi Nasional (KEN) angka pertumbuhan GDP, pengagguran, dan
kemiskinan menunjukkan pertumbuhan yang baik.Namun sebaliknya, jurang kemiskinan
semakin mendalam. Pada tahun 2009 indeks jurang kemiskinan (indeks gini)
menunjukkan angka 0,37 kemudian pada tahun 2010 menunjukkan 0,38 hingga akhirnya
pada tahun 2011 menunjukkan angka 0,41. Hal ini menunjukkan terdapat ketidakadilan
dalam sebuah perekonomian bangsa ini.

Nampaknya kemiskinan merupakan imbas dari sebuah krisis ekonomi.


Sedangkan, sebuah krisis ekonomi disebabkan oleh sistem finansial yang buruk .Hal ini
dimulai pada saat bank pertama di Venice Italia dibangun. Kemudian peristiwa ini
berhasil mengambil hati masyarakat dunia karena melalui lembaga penyalur dana ini
perekonomian sebuah negara bergerak lebih cepat. Namun, fungsi lembaga penyalur
dana ini disalahgunakan oleh beberapa reformis liberal pada tahun 1600-1838.Tidak
hanya itu, mereka juga mampu mempengaruhi pelanggan perbankan untuk
menghalalkan riba.Hal ini kemudian diterapkan diberbagai lembaga keuangan. Tidak
hanya itu, pada tahun 1971 Amerika juga mengkhianati perjanjian Bretton Woods yang
berisi semua fiatmoney yang beredar harus ditopang oleh emas. Hal ini kemudian
memicu percetakan uang untuk mencetak uang lebih banyak lagi tanpa ada
penopang.Oleh karena itu lengkap sudah perangkap finansial setan yang terdiri dari fiat
money, reserve requirement, dan bunga.

Dasar dari masalah tersebut adalah fiat money. Namun sistem di dunia ini masih
menggunakan sistem kombinasi antara fiat money, reserve requirement, dan bunga
sehingga akan sangat sulit untuk mengubah pola piker masyarakat dunia yang sudah
terbiasa dengan sistem ini. Selain itu masih banyak masyarakat yang belum mengetahui
akan permasalahan ini sehingga untuk mengupas sistem finansial setan ini dibutuhkan
beberapa langkah. Salah satu langkah yang paling efektif adalah menghilangkan bunga
bank di sektor finansial.

Bunga bank sangatlah mengerikan.Bahkan dalam Al Quran disebutkan bahwa


manusia yang mengambil riba dari utang piutang seperti manusia yang kerasukan setan
hingga gila, bahkan tidak dapat berdiri dengan baik.Mereka semakin ketagihan dengan
kekayaan yang mereka dapatkan dari sistem riba. Oleh karena itu sistem riba ini akan
membawa kehancuran ekonomi

Sekali lagi bunga merupakan penyakit ekonomi yang sangat bebahaya.Pada


saat itu, banyak sekali terjadi penarikan tabungan oleh nasabah (rush) karena beredar isu
bahwa return bunga dari kreditur lebih kecil daripada return bunga dari bank ke debitur
(negative spread). Hal ini merupakan sebuah konsekuensi dari kebijakan peningkatan
suku bunga bank.

Sebagai contoh goncangan ekonomi yang dahsyat adalah krisis ekonomi 1997
yang melanda ASEAN.Krisis ini mengakibatkan kreditur banyak yang mengalami gagal
bayar.Oleh arena itu, Presiden Soeharto menggunakan cara meningkatkan suku bunga
untuk memulihkan perekonomian Indonesia.
Dengan melihat permasalahan yang terjadi dengan adanya bunga bank sebagai
penyebab terjadinya krisis ekonomi bahwa penulis semakin menyadari bahwa ekonomi
islam sebagai solusi atas masalah-masalah ekonomi, maka penulis dalam essay ini
menganggkat perbankan syariah sebagai solusi mengatasi krisis dan memajukan
ekonomi yang lebih baik.

Perbankan Syariah adalah suatu sistem perbankan yang dalam pelaksanaan


kegiatannya berdasar hukum Islam. Dasar pembentukan sistem ini berdasarkan dari
larangan yang diterapkan Islam untuk melakukan riba atau pemungutan keuntungan dari
pinjaman. Fungsi Bank Syariah secara garis besar tidak berbeda dengan bank
konvensional, namun terdapat perbedaan pokok yang terletak pada jenis keuntungan
yang diambil bank dari transaksi yang dilakukan. Bila bank konvensional mendasarkan
keuntungan dari pengambilan bunga, maka pada bank syariah terdapat imbalan berupa
jasa (fee-base income) maupun mark-up atau profit margin, serta bagi hasil (loss and
profit sharing).

Bank syariah lahir pada abad ke-20 dimana kemunculannya tidak terlepas dari
hadirnya dua gerakan renaisans Islam modern, yakni neorevivalis dan modernis. Pada
tahun 1940-an di Pakistan dan Malaysoa terdapat upaya pengelolaan dana jamaah haji
secara non konvensional. Kemudian pada tahun 1963 Islamic Rural Bank berdiri di desa
Mit Ghamr dengan menerapkan sistem bagi hasil tersebut.

Perbankan syariah memiliki tujuan yang sama seperti perbankan konvensional,


yaitu agar lembaga perbankan dapat menghasilkan keuntungan dengan cara
meminjamkan modal, menyimpan dana, membiayai kegiatan usaha, atau kegiatan
lainnya yang sesuai. Perbankan syariah juga memiliki prinsip dalam menjalankan
kegiatannya.

Menurut UU no. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, perbankan syariah


adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah,
mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan
kegiatan usahanya. Prinsip utama dalam praktek perbankan syariah adalah sistem bagi
hasil (Profit/Loss Sharing).

Riba secara bahasa berarti az-ziyadah (tambahan) (Antonio, 2011).Adapun


menurut kamus istilah ekonomi Islam Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah (PKES), riba
adalah transaksi dengan pengambilan tambahan, baik dalam transaksi pinjam-meminjam
atau jual-beli secara batil atau bertentangan dengan Islam.Secara umum riba ialah
tambahan yang timbul dari setiap kegiatan jual-beli atau utang-piutang yang
menimbulkan tambahan pada salah satu pihak saja.Bentuk riba yang umum ditemui
dalam kegiatan ekonomi modern adalah bunga pada bank konvensional

Solusi atas dihilangkannya bunga adalah bagi hasil dimana mekanisme tentang
bagi hasil. Bank syariah melakukan penghimpunan dana kepada nasabah dengan
berbagai akad seperti wadiah yad dhamanah dimana akadnya bahwa dana yang
dihimpun dapat di kelola oleh bank syariah., Mudharabah Mutlaqah akad ini
membebaskan bank syariah untuk melakukan berbagai investasi tetapi sesuai syariah,
ada pula akad ijarah, modal Dll. Dari berbagai akad ini penyaluran dana mempunyai
pembagian pos penyaluran dana sesuai prinsip masing-masing seperti Wadiah Yad
Dhamanah memiliki prinisp dana yaitu bagi hasil, mudharabah Mutlaqah mempunyai
prinsip jual beli, sedangkan akd seperti Ijarah, Modal dll memiliki prinsip sewa.

Mayoritas bank syaraih saat ini menggunakan akad Mudharabah Mutlaqah


yang berprinsip jual beli.pada saat Mudharib atau peminjam dana meminjam dari bank
syariah amak akan dilakukan perjajian untuk menentukan bagi hasil, maka dari
perjanjian tersebut bank syariah mendapat keuntungan dari bagi hasil yang telah di
sepakati diawal. Setelah mendapat kankeuntungan dari perjanjian tersebut maka
selanjutnya bank syaraih melakukan penghitungan bagi hasil dengan nasabah yang
mempercayakan dananya pada bank syariah. Lalu bagi hasil diserah kan pada pemilik
dana sesuai dengan akad yang telah dibuat, setlah itu dibuat laporan laba rugi nya. Dapt
dilihat disini bahwa konsep bagi hasil menguntungkan kedua belah pihak tanpa
merugikan salah satu pihak sehingga terjadi keseimbangan ekonomi baik.
Lembaga keuangan syariah bisa menjadi alternatif bagi negeri ini dalam
mengembangakan ekonomi syariah. Namun hal tersebut tidak mudah untuk dijalankan.
Salah satu tantangan besar dalam mengembangkan ekonomi syariah ialah keberadaan
bank kovensional dan mengubah bank tersebut menjadi bank yang berbasis syariah.
Bank konven ini seperti perampok sadis yang sesuka hatinya merampas kekayaan
dengan konsep bunga ribawinya. Teori keuangan konvensional mendasarkan argument
bunganya dengan konsep time value of money, dalam kasus ini ekonomi Islam hadir
dengan membantah validitas konsep time value of money dengan mengajukan konsep
yang lebih tepat economic value of time yang akan memberikan argumentasi ekonomi
atas pelarangan riba dalam Islam (Adiwarman A. Karim, 2011: 503).

Penyebab krisis moneter yang terjadi bisa karena lembaga keuangan yang
menjadi kekuatan perekonomian bergerak dengan rakus, tak memikirkan keadilan dan
rasa tanggung jawab yang ada didalam benaknya ialah mendapat keuntungan yang besar
dari dana segar masyarakat. Paradigma inilah yang salah, karena hal demikian tidak lah
menjadikan negeri ini sejahtera malah akan menambah masalah. Mengutamakan
keadilan dan rasa tanggung jawab ialah hal utama dalam pergerakan lembaga keuangan,
dan bank syariah mempunyai prinsip itu. Pendirian lembaga-lembaga keuangan syariah
disetiap penjuru negeri akan memberikan peluang kuatnya eksistensi ekonomi Islam.
Bank syariah bisa menjadi salah satu lembaga keuangan syariah yang dapat
mengembangkan ekonomi syariah, dengan lebih giat mensosialisasikan produk-produk
yang dimiliki.

Ada tiga strategi untuk memasarkan produk dan jasa perbankan syariah,
pertama, Entering New Market (Memasuki pasar baru) dengan cara Increasing Usage
(meningkatkan penggunaan produk-produk atau jasa-jasa bank syariah). Kedua,
Repositioning the Shariah brand (memposisikan ulang merk Syariah) dengan cara
augmenting the shariah products/services (menambah manfaat produk-produk atau jasa-
jasa perbankan syariah). Ketiga, Obseleting conventional business (membuat bank
konvensional jadi usang) dengan cara extended the shariah brand (memperluas
penggunaan merk syariah). (Hendri Tanjung, 2012: 96). Cara demikian dapat
memperbesar peluang ekonomi syariah dalam mempercepat perkembangan ekonomi
berbasis islam di negeri ini, jika sistem perbankan yang dijalankan tanpa sistem bunga,
maka perekonomian akan terkendali dengan prinsip kuat yang dimiliki, dan kebal akan
krisis yang nantinya akan tiba-tiba datang tanpa diundang.

Dalam mengembangkan ekonomi Islam di negeri ini, haruslah dengan


sentuhan-sentuhan langsung. Mulai dari orang berdasi sampai penjual nasi. Sentuhan
pertama bagi negeri ini ialah menetapakan hukum yang fundamental sebagai tolak ukur
dalam membenahi perekonomian, membentuk Dewan Syariah Nasional sebagai lembaga
yang menumbuh kembangkan penerapan nilai-nilai syariah dalam kegiatan
perekonomian pada umumnya dan sektor keungan pada khususnya. Selain pembenahan
dari segi sektor keuangan, juga menjadi perhatian pembenahan di sektor riil. Sentuhan
berikutnya ialah kaum menengah, dengan memperluas jaringan ekonomi Islam
diantaranya dengan mendirikan Baitul Mal wat Tamwil (BMT), lembaga ini merupakan
lembaga keuangan mikro syariah yang berperan dalam mengurangi kemiskinan dengan
menjalankan kegiatan sosial dan kegiatan bisnis. Fakta menyatakan lembaga ini mampu
memberdayakan masyarkat kelas paling bawah secara signifikan. Dalam satu dasawarsa
pertama (1995-2005). Di Indonesia telah tumbuh dan berkembang lebih dari 3.300
BMT, dengan asset lebih dari Rp 1 Triliun, melayani lebih dari 2 juta penabung dan
memberikan pinjaman terhadap 1,5 juta pengusaha mikro dan keci;. BMT sebanyak itu
telah mempekerjakan tenaga pengelola sebanyak 21.000 orang (data Pinbuk, 2005).
Kesuksesan BMT tersebut perlu diteladani agar gerakan pemberdayaan ekonomi ummat
dapat diwujudkan. Dan tugas negara adalah mendorong untuk menumbuhkembangkan
BMT di seluruh penjuru negeri ini, melihat dampak positifnya yang mengurangi
kemiskinan, proteksi sosial ini menjamin distribusi rasa kesejahteraan dari masyarakat
yang tidak punya kepada masyarakat yang punya. Disinilah BMT berperan sebagai
agent of asset distribution yang mampu memberdayakan ekonomi ummat (Amartya,
2000).
Sentuhan yang menjadi prioritas penting ialah dengan melirik calon-calon anak
negeri yang mampu membawa perubahan kearah yang menjanjikan. Dengan
memperluas perguruan-perguruan tinggi yang mempelajari ekonomi Islam didalamnya.
Setidaknya mereka memiliki bekal yang akan mereka bawa untuk menjadikan negeri ini
menaiki tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Dengan menambah perguruan tinggi
Islam, otomatis perluasan lapangan pekerjaan dibidang syariah harus diupayakan.
Walaupun untuk saat ini perguruan tinggi islam telah banyak berdiri, itu belum cukup
untuk menghantarkan Indonesia ke perekonomian yang menjanjikan. Haruslah mereka
ditempa agar benar-benar menjadi sosok yang akan membuat para musuh takut untuk
mendekat. Para pemuda yang berbakat adalah penting dalam pengembangan ekonomi
ini. Salah satu bentuk peran dari para pemuda di Indonesia ialah dengan didirikannya
sebuah organisasi yang menjadikan ekonomi syariah sebagai landasan fundamentalnya,
adalah FoSSEI, sebuah organisasi ekonomi syariah terbesar yang menjadikan para
pemuda sebagai tonggak mengembangkan ekonomi syariah. Melihat visi dan misi dari
FoSSEI ini, akan menjadi mudah dalam mengembangkan ekonomi Islam seantero negeri
ini. Hendri Tanjung pernah menulis Mereka adalah para pejuang ekonomi Syariah,
yang memiliki pandangan dan keyakinan yang sesuai dengan visi dan misi perbankan
syariah. Yang mampu bertindak efektif, memiliki semangat Isalami, fleksibel, serta
memiliki jiwa ingin tahu yang tinggi (Hendri tanjung, 2012: 221). Organisasi ini
mempunyai jaringan kuat diseluruh Indonesia dengan menerjunkan langsung para
ekonom muda ditengah masyarakat, dan mensosialisasikan ekonomi syariah beserta
keunggulan-keunggulannya dengan cara mendirikan pos-pos syariah sebagai wadah
sosialisasi bagi masyarakat yang awam. Apa salahnya negeri ini berkorban untuk
membuat pembangunan ekonomi lebih baik. Puskesmas keliling, internet keliling,
sekarang mengapa tidak, Pos Syariah keliling? Semua akan mudah jika saling bekerja
sama. Setiap sentuhan dilaksanakan dengan niat yang lurus dan keteguhan hati, yakinlah
bahwa perekonomian di negeri Merah Putih ini akan jauh lebih baik.

Jika memang sistem ekonomi dihadirkan untuk menciptakan sebuah


keseimbangan sosial dalam kehidupan manusia, terutama bagi anggota masyarakat suatu
bangsa, maka Islam-lah sistem kehidupan yang pertama kali meletakkan tonggak-
tonggak tersebut dalam kehidupan (Abdul Sami Al-Mishri, 2006: 128).

Berdasarkan penjelasan tentang mekanisme operasi perbankan syariah yang


telah dijelaskan sebelumnya, maka secara mikro dapat dikatakan bahwa perbankan
syariah sangat cocok sebagai lembaga intermediasi keuangan.Hal ini disebabkan
beragam akad/kontrak yang terdapat di perbankan syariah bertumpu pada kerjasama
pihak perbankan syariah dengan nasabah sehingga kezhaliman di antara para pihak dapat
diminimalkan bahkan dihilangkan.

Adapun secara makro, perbankan syariah sebagai lembaga inti dalam sistem
keuangan syariah di Indonesia dapat berperan sebagai lembaga yang berfungsi
menjalankan distribusi dan re-distribusi pendapatan di dalam masyarakat sesuai arahan
Alquran di surah Al Hasyr (59) ayat 7 yang berbunyi:
...supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di
antara kamu....

Fungsi distribusi pendapatan dapat dilakukan perbankan syariah berjalan


melalui mekanisme berbagai akad yang sifatnya tijari (komersial) yang terdapat di
dalam perbankan syariah.Fungsi re-distribusi pendapatan dapat dijalankan melalui
mekanisme akad-akad tabarru (kebajikan) dan melalui perangkat ZISWAF (zakat,
infaq, sedekah, dan wakaf) yang merupakan keunikan dari sistem ekonomi
Islam.Adanya dua fungsi di atas tidak terlepas dari sifat usaha perbankan syariah yang
terdiri atas.
1. Bisnis, terlihat pada akad-akad komersial
2. Sosial, terlihat pada akad-akad kebajikan
3. Dakwah, terlihat dari mekanisme ZISWAF dan tampilnya syiar Islam di dalam
perbankan syariah

Berdasarkan penjelasan di atas, maka perbankan syariah yang berjalan secara


optimal akan mampu memberikan manfaat bagi perekonomian Indonesia, yaitu:
1. Fungsi distribusi pendapatan akan memberi manfaat berupa pemerataan dana di
dalam masyarakat sehingga mampu meningkatkan tingkat investasi di
masyarakat. Maka, keinginan pemerintah untuk mewujudkan keuangan inklusif
dapat terwujud.
2. Fungsi re-distribusi pendapatan dapat membantu masyarakat yang mengalami
kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan dasar dan usaha sehingga daya beli
masyarakat dapat meningkat dan Indonesia dapat mewujudkan pemerataan
pendapatan yang berkeadilan dan menurunkan nilai indeks GINI.

Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa mekanisme
operasional perbankan syariah berprinsip pada sistem bagi hasil (profit/loss sharing).
Sistem ini dengan akad utama yaitu mudharabah akan mampu menguntungkan para
pihak yang terlibat dalam transaksi tersebut.

Perbankan syariah mampu berperan dalam mendorong perekonomian nasional


karena perbankan syariah memiliki fungsi distribusi dan re-distribusi pendapatan melalui
akad-akad yang bersifat komersial dan kebajikan. Hal ini akan mampu mendorong
terwujudnya pemerataan pendapatan secara adil dan berkeadilan

Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah islam, bukanlah hal yang sulit
untuk memperkenalkan dan menerapakan sistem ekonomi Islam pada setiap kegiatan
kehidupan berdasarkan hukum syara. . Tantangan pasti ada disetiap melakukan hal yang
benar, adanya tantangan menuntut untuk dilahirkannya strategi guna menjawab
tantangan tersebut. Memberikan sentuhan langsung dari kalangan atas hingga kalangan
menengah kebawah. Semua akan ikut akitif memiliki perannya masing-masing. Ekonom
muda-lah yang akan menentukan mau dibawa kemana negeri ini dimasa yang akan
datang. Selama ini perekonomian di Indonesia masih saja terbelenggu dengan sistem
perekonomian kapitalis (konvensional) yang sampai saat ini tidak mampu untuk
menahan gejolak-gejolak krisis ekonomi. Islam sebagai agama universal mengatur
semua kegiatan kehidupan manusia, ekonomi kesejahteraan tentunya. Untuk itu ekonomi
Islam sangat perlu dibumikan di negeri ini melihat selama ini kita masih saja terpuruk,
kesejahteraan dan keadilan yang ditawarkan Islam harus dilihat dengan kaca pembesar.
dan sesungguhnya Allah akan menolong siapa yang menolong agamanya.
Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Kuasa (QS Al-Hajj: 40). Allah berjanji
akan menolong umat-Nya yang berjuang dijalan-Nya. Ingin terbebas dari krisis yang
menakutkan, negeri ini harus segerah berpaling ke ekonomi Islam, sembuhkan ekonomi
saat ini bersama dalam membangun negeri.

Saran
1. Sosialisasi terkait perbankan syariah harus lebih digencarkan sehingga manfaat
dari perbankan syariah dapat dirasakan secara luas di masyarakat luas.

2. Perbankan syariah bersama para pemangku kebijakan harus mampu berkoordinasi


sehingga sistem perbankan syariah dapat menjalankan fungsinya sebagai sarana
pemberdayaan ekonomi dan pemerataan ekonomi masyarakat

3. Masyarakat harus berperan aktif agar peran perbankan syariah dapat terwujud
sehingga manfaatnya dapat kembali kepada masyarakat

Anda mungkin juga menyukai