Anda di halaman 1dari 7

Bahan Makalah FINTECH

A. Definisi FinTech
Fintech berasal dari istilah financial technology atau teknologi finansial. Menurut
The National Digital Research Centre (NDRC), fintech merupakan suatu inovasi pada
sektor finansial. Tentunya, inovasi finansial ini mendapat sentuhan teknologi modern.
Keberadaan fintech diharapkan dapat mendatangkan proses transaksi keuangan yang
lebih praktis dan aman. Proses transaksi keuangan ini meliputi proses pembayaran, proses
peminjaman uang, transfer, ataupun jual beli saham.
Dari konsep ini, kemudian muncullah startup yang bergerak di bidang fintech.Di
berbagai negara, startup fintech tengah menjadi tren terkini. Di Indonesia sendiri, startup
fintech juga sudah mulai banyak bermunculan dan diperkirakan akan menjadi tren di
tahun 2016 ini. Startup-startup fintech di Indonesia tersebut, misalnya CekAja,
UangTeman, Pinjam, CekPremi, Bareksa, Kejora, Doku, Veritrans, Kartuku, adalah
beberapa di antaranya. Bahkan, seiring dengan perkembangan startup-startup fintech di
Indonesia, September 2015 lalu telah diluncurkan pendirian asosiasi perusahaan
teknologi finansial bernama FinTech Indonesia.
Layanan yang diberikan oleh startup fintech pastinya berkaitan dengan
finansial.Namun, setiap startup fintech memiliki fokus yang berbeda-beda.Ada startup
yang fokus terhadap bisnis mikro, dengan menyediakan penjualan pulsa, pembayaran
tagihan, dan layanan keuangan.Kemudian ada juga startup yang fokus menyediakan
payment gateway untuk memudahkan berbagai macam urusan pembayaran. Ada juga
startup fintech yang fokus menyediakan produk finansial, seperti kartu kredit, asuransi,
dan investasi (ummi: 2016).
B. Manfaat FinTech
1) Kemudahan pelayanan finansial
Berkat kehadiran Fintech, proses transaksi keuangan menjadi lebih mudah.
Nasabah juga mendapatkan pelayanan finansial meliputi proses pembayaran,
pinjaman uang, transfer, ataupun jual beli saham dengan cara mudah dan aman.
Nasabah bisa mengakses pelayanan finansial melalui teknologi seperti ponsel
pintar maupun laptop. Sehingga tidak perlu datang langsung ke bank untuk
mendapatkan pinjaman demi memenuhi berbagai kebutuhan.Kehadiran teknologi
dalam urusan finasial seperti ini jelas membantu masyarakat dalam
memaksimalkan layanan finansial. Masyarakat yang memerlukan produk finansial
tertentu, cukup mengajukan melalui online. Kemudahan pelayanan finansial ini
tercermin dari proses kerja yang tergolong cepat serta minimnya kebutuhan
dokumen untuk mendapatkan produk finansial terkait.
2) Melengkapi rantai transaksi keuangan
Efek Fintech bagi perekonomian Indonesia salah satunya adalah melengkapi
rantai transaksi keuangan.Faktor kelahiran Fintech ini pun karena ada tuntunan
zaman dan pasar ekonomi. Melalui Fintech segala transaksi keuangan seperti
proses pembayaran, pembiayaan, jual beli dan transfer semakin praktis dan aman.
Pun, semuanya bisa diakses hanya melalui smartphone atau tablet.Peranan
Fintech bukan sebagai pengganti bagi bank konvensional, melainkan sebagai
pelengkap rantai transaksi keuangan. Hadirnya Fintech memperkuat ekosistem
keuangan di Indonesia karena bisa meningkatkan daya beli masyarakat terhadap
produk-produk finansial.Hal ini menjadi kesempatan emas dalam menjangkau
masyarakat yang selama ini belum terjangkau oleh berbagai layanan keuangan.
3) Meningkatkan taraf hidup
Selama ini hanya kalangan masyarakat menegah ke atas saja yang mumpuni
menikmati layanan finansial. Bagi MBR (Masyarakat Berpenghasilan Rendah),
mengajukan kartu kredit atau KTA bunga rendah saja sepertinya sulit. Hal ini
dipengaruhi oleh peraturan Bank Indonesia yang mewajibkan masyarakat harus
memiliki kartu kredit terlebih dahulu untuk mendapatkan kartu kredit atau
pinjaman. Pernyataan tersebut perlahan sirna karena Fintech memudahkan MBR
untuk mendapatkan pinjaman dana tunai hingga pembayaran dengan cara mudah.
Sehingga dengan adanya Fintech dapat mempercepat terwujudnya inklusi
keuangan seluruh masyarakat Indonesia, bahkan MBR sekalipun.Dan hal ini
sekaligus meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraan MBR.Mereka bisa
memperoleh pinjaman dengan bunga rendah untuk memenuhi berbagai
kebutuhannya.Pada akhirnya, Fintech turut mendorong perekonomian Indonesia
dengan mengentaskan kemiskinan.
4) Melawan lintah darat
Keberadaan lintah darat atau rentenir tentu meresahkan nasabah yang ingin
mengajukan produk finansial. Pasalnya, bagi masyarakat dengan penghasilan pas-
pasan yang kurang memenuhi syarat untuk mengajukan pinjaman di bank, mereka
kerap meminjam pada lintah darat atau rentenir dengan bunga tinggi. Ketika
muncul Fintech, hal-hal seperti itu dapat terhindari (ummi: 2016).

C. Dampak positif inovasi pengembangan keuangan digital di Indonesia dengan cara


penerapan FinTech
Dilihat dari pengertian dan beberapa manfaat dari Fintech, tidak dipungkiri
bahwa teknologi keuangan ini juga akan mampu membantu Indonesia dalam
mengembangkan teknologi di bidang keuangan. Di dukung oleh sifat masyarakat
Indonesia yang konsumsif, termasuk mengenai teknologi, maka inovasi perkembangan
keuangan digital di Indonesia akan cepat berkembang.
Manfaat positif dari penggunaan Fintech turut menarik perhatian masyarakat
untuk berbondong-bondong menggunakan teknologi tersebut. Beberapa dampak positif
pengembangan keuangan digital di Indonesia dengan cara penerapan Fintech antara lain:
kemudahan pelayanan finansial, melengkapi rantai transaksi keuangan, meningkatkan
taraf hidup, melawan lintah darat.
Fintech juga mumpuni menerbitkan sistem pinjaman uang dengan cara transparan.
Masyarakat bisa mengetahui berapa persen bunga yang harus dibayarkan, berapa cicilan
per bulannya dan berapa lama tenor pinjaman yang tersedia. Bahkan di Atur Duit, Anda
juga menghitung simulasi cicilan per bulan sesuai jumlah pinjaman yang diajukan. Jadi,
Fintech dapat meringankan persoalan finansial Anda. Secara khusus, keberadaan Fintech
membantu masyarakat dalam membuat keputusan keuangan.Saat inipun, Fintech jadi
salah satu sarana meningkatkan pemasaran produk di tengah industri keuangan, karena
produk online saat ini makin digemari publik.

D. Peranan FinTech
1) Memberi solusi struktural bagi pertumbuhan industri berbasis elektronik (e-
commerce ).
2) Mendorong pertumbuhan usaha kecil dan menengah serta lahirnya wirausahawan
(entrepreneur) baru.
3) Mendorong usaha kreatif (seperti artis, musisi, pengembang aplikasi, dsb.) untuk
meraih distribusi pasar yang luas (critical mass).
4) Memungkinkan pengembangan pasar, terutama yang masih belum terlayani jasa
keuangan dan perbankan konvensional (unbanked population).

E. Ancaman FinTech
1) Regulasi belum matang, aturan tumpang-tindih, berpotensi menimbulkan
penyelewengan (contoh: shadow banking, MLM, money game, dll).
2) FinTech membawa inovasi yang bersifat “merusak” (disruptive), berpotensi
membuat air menjadi keruh.
3) Percepatan problem klasik teknologi: polarisasi pekerjaan akibat disintermediasi
(job polarisation), melebarkan digital divide, dan “pengkultusan” sebagai jalan
potong (shortcut ) pertumbuhan ekonomi.

F. Permasalahan FinTech di Indonesia


Saat ini, di Indonesia tengah berkembang usaha teknologi keuangan (financial
technology/fintech). Fintech adalah istilah yang digunakan untuk menyebut suatu inovasi
di bidang jasa finansial. National Digital Research Centre (NDRC) mendefinisikan
konsep fintech mengadaptasi perkembangan teknologi yang dipadukan dengan bidang
finansial yang diharapkan bisa menghadirkan proses transaksi keuangan yang lebih
praktis, aman serta modern.
Sayangnya, hingga saat ini masih banyak isu dalam industri fintech. Mulai dari
soal perlindungan konsumen, risiko operasional hingga masalah hukum. Pasalnya, belum
ada regulasi yang spesifik mengatur fintech di Indonesia.
Terkait dengan kekosongan hukum, sementara ini industri fintech berpatokan
pada kitab undang-undang hukum perdata (KUHPer) yang mengatur urusan pinjam-
meminjam,
Kendati demikian, ketiadaan aturan membuat beberapa kendala. Dari sisi pemberi
dana muncul masalah mengenai risiko dana yang tidak dapat kembali. Meskipun,
berdasarkan pengalaman yang telah dijalankan oleh pelaku fintech, risiko kredit macet
sangat kecil.
Masalah lain adalah terkait perizinan, terutama ketika institusi tersebut ingin
mengurus kredit dan asuransi. Urusan izin perusahaan menjadi cukup pelik. Sebab,
menyangkut pula masalah rekening perusahaan. Selama ini sistem pencairan pinjaman
fintech dilakukan dengan transfer antar bank. Sehingga, sebelum dana dikucurkan kepada
debitur harus ditampung di dalam sebuah rekening.
Nyatanya, pelaku usaha fintech kerap menemui kesulitan dalam membuka
rekening atas nama perusahaannya. Sebab, salah satu syarat administrasi pembukaan
rekening itu adalah izin perusahaan. Pihak perbankan senantiasa mempertanyakan jenis
izin perusahaan fintech karena mengumpulkan dana dari masyarakat.
Sementara itu, dari sisi debitur juga perlu pengaturan yang jelas. Selama ini,
assessment terhadap pihak-pihak yang layak diberikan pinjaman belum baku. Assessment
yang dilakukan biasanya menggunakan jasa pihak ketiga dengan sistem tersendiri.
Oleh karena itu, perusahaan fintech harus memiliki aturan hukum yang jelas untuk
meminimalisir risiko yang bakal ditimbulkan di kemudian hari. Jika aturan hukum sudah
jelas, maka gerak perusahaan pun akan menjadi lebih leluasa untuk meningkatkan
performa kinerja perseroan. Ia optimis, pengembangan fintech bisa mendorong ekonomi
nasional dan terus semakin berkembang.
G. Perbedaan antara Fintech dengan Industri Perbankan
Perbedaan antara Fintech dengan Industri Perbankan, yaitu :
1) Financial Technology :
Kegiatan usaha Fintech sangat efisien, tidak perlu banyak karyawan, tidak
perlu gedung mewah, tapi cukup dengan kondisi small office saja.
Lebih efisien karena mampu menekan biaya operasional sehingga dapat
menyalurkan pinjaman dengan bunga kredit lebih rendah. Dan perusahaan
fintech yang sekarang tumbuh subur dikawasan Asia, yang jumlahnya
diperkirakan telah mencapai 2.500 perusahaan itu tampaknya sangat berpotensi
menggerus pasar Perbankan. Patut jadi perhatian pemilik bank di Indonesia.
Dengan biaya yang murah dan daya ekspansi yang cepat, FinTech dapat
menggeser kedudukan pasar perbankan.
Munculnya perusahaan-perusahaan keuangan berbasis teknologi atau
Financial Technology (FinTech) memaksa industri perbankan untuk berbenah
diri. FinTech tidak saja melayani pembayaran, pinjaman atau jasa keuangan lain
sebagaimana bisnis tradisional perbankan. Dengan kecanggihan teknologi dan
inovasi tiada henti, mereka dapat menjangkau nasabah yang selama ini tidak
punya akses ke sistem perbankan.
FinTech pun melayani secara lebih personal dan menjangkau ke
masyarakat yang selama ini sama sekali tidak dapat mengakses layanan
perbankan. Termasuk ke wilayah-wilayah pelosok, yang sulit dijangkau
perbankan.
2) Industri Perbankan :
Usaha perbankan kurang efisien, sehingga membuat beban operasional
cukup besar harus ditanggung dibandingkan hasil dari pendapatan
operasionalnya.
H. Dasar hokum FinTech
Di Indonesia saat ini ada dua lembaga yang berwenang mengatur fintech
yaitu Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Namun, sejauh ini
baru BI yang secara khusus menerbitkan berbagai peraturan soal penyelenggaraan
fintech. Berikut pengaturan fintech di Indonesia:
1. Peraturan Bank Indonesia No.18/40/PBI/2016 tentang Penyelenggaraan
Pemrosesan Transaksi Pembayaran
2. Peraturan Bank Indonesia No.19/12/PBI/2017 tentang Penyelenggaraan
Teknologi Finansial
3. Peraturan Anggota Dewan Gubernur No.19/14/PADG/2017 tentang
Ruang Uji Coba Terbatas(Regulatory Sandbox) Teknologi Finansial
4. Peraturan Anggota Dewan Gubernur No.19/15/PADG/2017 tentang Tata
Cara Pendaftaran, Penyampaian Informasi, dan Pemantauan
Penyelenggara Teknologi Finansial

Dalam Peraturan Bank Indonesia No.19/12/PBI/2017 tentang


Penyelenggaraan Teknologi Finansial (PBI Tekfin) telah ditegaskan definisi yang
digunakan oleh BI mengenai fintech hingga kategori dan kriterianya.

Sementara itu, OJK baru menerbitkan satu pengaturan yang berkaitan


dengan salah satu produk fintech melalui Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
No.77/POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis
Teknologi Informasi.

Anda mungkin juga menyukai