Anda di halaman 1dari 12

KOLABORASI BANK DENGAN FINTECH

Dhea Aulia Febrianto


Fakultas Studi Islam – Universitas Muhammadiyah Riau
Email : dheaauliafebrianto@gmail.com
A. Pendahuluan
Pertumbuhan teknologi di Indonesia semakin cepat dengan kemunculan
perusahaan fintech. Fintech adalah layanan keuangan yang menggunakan
teknologi untuk mempermudah akses masyarakat di mana saja dan kapan saja.
Menurut Bank Indonesia (Bank Indonesia, 2017) fintech adalah penerapan
teknologi dalam sistem keuangan yang menghasilkan inovasi-inovasi, layanan,
teknologi, atau model bisnis baru yang dapat memengaruhi kestabilan moneter,
kestabilan sistem keuangan, serta efisiensi, kelancaran, keamanan, dan
keandalan sistem pembayaran.
Fintech menjadi alternatif bagi mereka yang tidak punya akun bank atau
tergantung pada layanan keuangan lainnya untuk mendapatkan dana
tambahan bagi usaha mereka. Persyaratan yang lebih sederhana dibandingkan
dengan perbankan menjadi faktor menarik bagi masyarakat sambil menjadi
tantangan bagi industri perbankan. Agar dapat pergi ke Bank, nasabah perlu
menghabiskan waktu, berbaris, mengisi formulir, membaca surat perjanjian,
dan melalui serangkaian prosedur lainnya. Belum lagi tahapan wawancara dan
survei yang harus dijalani oleh Bank. Saat menggunakan fintech, Anda hanya
perlu mengunggah foto dan kartu identitas tanpa perlu membaca atau
menandatangani sesuatu,
Diperkirakan bahwa fintech juga dapat menggantikan fungsi bank dengan
menyederhanakan transaksi, membantu nasabah dalam mengambil keputusan
keuangan, menawarkan berbagai pilihan, dan memberikan layanan yang
mudah. Akan tetapi, fintech juga memiliki kelemahan yakni tingkat suku bunga
yang ditawarkan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan sektor perbankan
lainnya. Inilah hal yang belum diketahui oleh masyarakat, sehingga nasabah
yang telah meminjam uang dari perusahaan fintech merasa terperangkap oleh
tingkat bunga, karena mereka tidak mencari tahu tentang syarat dan ketentuan
yang ada di perusahaan fintech.
Jika keduanya bekerja sama untuk menciptakan suatu ekosistem yang
bermanfaat bagi masyarakat, manfaat dan kelemahan dari masing-masing
pihak akan seimbang. Menurut Hendrikus Passagi (Umah, 2019) Direktur
Pengaturan, Perizinan, dan Pengawasan Fintech OJK, ada sekitar 100 juta
orang di Indonesia, termasuk nelayan, petani, pengrajin, dan individu lainnya,
yang membutuhkan pinjaman dengan kebutuhan total sebesar US$ 70 miliar di
seluruh negeri. Tentu saja, ini merupakan tantangan yang sekaligus membuka
peluang bagi perusahaan fintech dan dunia perbankan.

1
B. Pembahasan
a. Pengertian Fintech
Fintech atau teknologi keuangan adalah sebuah inovasi di sektor keuangan
yang semakin populer di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir, karena
masyarakat telah merasakan kemudahan yang ditawarkan oleh teknologi digital
dengan segala fitur dan kemudahannya. Fintech ini dapat menyediakan
layanan yang praktis, efisien, dan hemat biaya. Arti dari fintech sendiri adalah
suatu inovasi dalam industri jasa keuangan yang memanfaatkan teknologi.
Biasanya, fintech adalah bentuk produk yang diciptakan untuk melakukan
transaksi keuangan tertentu melalui suatu sistem. Fintech hadir agar dapat
memberikan kemudahan, efisiensi, kenyamanan, dan hemat dalam mengakses
layanan jasa keuangan. Fintech adalah solusi untuk masalah industri keuangan
tradisional yang tidak dapat memberikan layanan masyarakat yang luas
(Adiningsih, 2019).
b. Jenis-jenis Fintech
Secara umum, berbagai jenis fintech yang berkembang di Indonesia
dijelaskan. Di bawah ini ditunjukkan jenis yang dimaksud:
1. Pembayaran melalui internet (online payment), dengan fokus pada
layanan sistem pembayaran yang ditawarkan oleh sektor perbankan
seperti Sistem Kliring Nasional BI (SKNBI), Penyelesaian Bruto Real
Time BI, dan BI-SSSS. Kartuku, Doku, iPaymu, dan Finnet adalah
beberapa perusahaan fintech yang beroperasi di sektor ini.
2. Peer-to-peer lending adalah fintech yang memungkinkan investor atau
pemberi pinjaman dan calon peminjam bertemu. Dari dana yang akan
diberikan pinjaman, para investor akan memperoleh sedikit keuntungan.
Banyak perusahaan fintech di industri ini, termasuk MyFunds, Amartha,
Investree, dan KoinWorks. Insuretech merupakan inovasi teknologi yang
di desain untuk menekan penghematan dan efisiensi dari model industri
asuransi. Insuretech adalah asuransi teknologi yang terinspirasi dari
fintech. Contoh perusahaan ini adalah pasarpolis.com
3. Aggregator, adalah perusahaan fintech yang menghimpun dan
mengelola informasi yang digunakan oleh konsumen untuk pengambilan
keputusan, seperti Cekaja, KreditGogo, Tunaiku, dan Cermati.
4. Crowdfunding adalah strategi mengumpulkan dana dari sejumlah orang
untuk mendanai proyek atau usaha yang dilakukan melalui internet.
Salah satu contohnya adalah kitabisa.com dan wujudkan.com yang
merupakan fintech yang sedang berkembang.
c. Tujuan Fintech
Tujuan utama Fintech adalah untuk mengurangi biaya infrastruktur lembaga
keuangan. Fintech telah mengubah cara pembayaran di masyarakat dan telah
membantu usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) serta perusahaan-
perusahaan start-up dalam mengurangi biaya modal dan biaya operasional

2
yang tinggi pada tahap awal. Sasaran fintech adalah untuk memperluas akses
inklusi keuangan di Indonesia. Pada awalnya, fintech berfokus pada teknologi
yang digunakan di belakang sistem lembaga keuangan atau di backend. Tetapi,
seiring berjalannya waktu, inovasi fintech juga menyebar ke pelanggan
lembaga-lembaga keuangan tersebut.
Inovasi fintech, yang mencakup pelanggan dari bisnis ke bisnis (B2B) dan
dari bisnis ke konsumen (B2C), juga memengaruhi seluruh sektor industri yang
berhubungan dengan lembaga keuangan. Fintech juga membantu membuat
transaksi menjadi lebih mudah dan efisien. Selain itu, Fintech akan
meningkatkan pemahaman tentang keuangan dan membuat produk keuangan
lebih mudah diakses.
Tujuan fintech adalah:
1. Fintech memungkinkan orang untuk menggunakan layanan keuangan
seperti pembayaran, transfer uang, pengajuan pinjaman, dan aktivitas
ekonomi lainnya.
2. Membantu UMKM/UKM mendapatkan modal jika sebelumnya para
pelaku UMKM harus mengajukan pinjaman kepada bank sebagai modal
dan notabene, memiliki persayaratan yang rumit dengan tahapan yang
panjang. Dengan fintech pelaku UMKM bisa mengajukan pinjaman
sebagai modal dengan mudah dan cepat.
3. Setiap startup yang didirikan berusaha untuk berkembang lebih cepat
dan mendapatkan kepercayaan masyarakat untuk layanan mereka.
Selain itu, setiap perusahaan fintech berusaha untuk mematuhi semua
undang-undang yang ditetapkan oleh pemerintah, khususnya OJK, agar
mereka dapat beroperasi secara legal.
4. Membantu mendorong inklusi keuangan, istilah yang mengacu pada
situasi di mana individu memiliki akses langsung ke berbagai produk
keuangan, seperti teknologi, asuransi, pinjaman, investasi, perbankan,
dan sebagainya. Selain itu, upaya yang terus-menerus untuk
mempromosikan keuangan dan mendidik lebih banyak lapisan
masyarakat dapat memperkuat inklusi keuangan. Memberikan Referensi
Pinjaman Rendah Bunga dengan berkembangnya banyak fintech saat
ini, setiap perusahaan fintech bersaing untuk memberikan layanan
pinjaman bunga yang rendah agar bisa menggunakan layanan dan
jasanya. Dengan begitu, banyak referensi masyarakat yang
membutuhkan pinjaman dengan bunga rendah.
Selain itu fintech juga memiliki peran (Hadad, 2017) sebagai berikut:
1. Mendorong pemerataan tingkat kesejahteraan penduduk
2. Membantu pemenuhan kebutuhan pembiayaan dalam negeri yang masih
sangat besar
3. Mendorong distribusi nasional yang masih belum merata
4. Meningkatkan inklusi keuangan nasional.

3
5. Mendorong kemampuan ekspor UMKM yang saat ini masih rendah
Dalam hal sistem pembayaran, fintech berperan sebagai :
1. Menyediakan pasar bagi bisnis
2. Menjadi alat bantu untuk pembayaran, penyelesaian/settlement, dan
kliring
3. Membantu pelaksanaan investasi yang lebih efisien
4. mengurangi risiko dari sistem pembayaran konvensional dan
5. membantu orang yang membutuhkan untuk menabung, meminjam dana,
dan berpartisipasi dalam modal.
d. Kelebihan Fintech
Pemanfaatan teknologi yang mempermudah layanan keuangan sangat
bermanfaat bagi konsumen dan bisnis. Pelayanan ini sangat murah, cepat, dan
efektif. Untuk mengakses fintech, hanya perlu smartphone, tablet, atau
komputer yang terhubung ke internet. Kita tidak perlu mengurus keuangan
melalui perlu antrian atau langsung ke kantor yang bersangkutan. Lembaga
finansial mengembangkan teknologi yang dikenal sebagai fintech untuk
mempermudah transaksi keuangan, terutama yang berkaitan dengan bisnis.
Dengan tingkat keamanan tinggi fintech, pengguna tidak perlu khawatir
menggunakan aplikasi ini. Fintech biasanya memiliki mekanisme khusus dan
diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Teknologi fintech memengaruhi
gaya hidup masyarakat ekonomi secara signifikan. Perpaduan teknologi dan
efektivitas menguntungkan masyarakat pada umumnya. Perkembangan fintech
di Indonesia memiliki banyak keuntungan bagi penggunanya. Salah satu
manfaat fintech bagi pengusaha adalah mereka dapat membantu mendapatkan
modal usaha. Dengan adanya fintech, pengusaha dapat mendapatkan
pendanaan dengan lebih efisien dan efektif, sehingga menjadi lebih mudah
untuk menemukan calon investor yang dibutuhkan.
Menurut Otoritas Jasa Keuangan (2016), ada beberapa manfaat yang
dihasilkan oleh teknologi keuangan atau dikenal juga sebagai fintech, bagi
masyarakat. Manfaat tersebut meliputi:
1. Melayani masyarakat Indonesia yang tidak dapat dilayani oleh industri
keuangan tradisional karena peraturan yang ketat dan keterbatasan
industri tradisional dalam melayani masyarakat di wilayah tertentu.
2. Menjadi alternatif pendanaan untuk industri keuangan tradisional.
3. Proses akurat dan cepat. Di mana fintech menawarkan layanan
keuangan yang sangat cepat, seperti pembayaran dan transfer melalui
OVO atau Gopay. Selain itu, proses pengajuan kredit, seperti verifikasi
dokumen dan pencairan dana melalui platform seperti Investree,
Modalku, Amartha, dan lainnya, juga berlangsung cepat.

4
Menurut Bank Indonesia, pertumbuhan Fintech yang cepat di Indonesia
dapat memberikan banyak keuntungan bagi peminjam, investor, dan perbankan
di Indonesia.
1. Bagi peminjam, manfaat yang dapat dirasakan oleh peminjam termasuk
mendorong inklusi keuangan, memberikan pilihan pinjaman bagi debitur
yang belum memenuhi syarat kredit, proses yang mudah dan cepat, dan
persaingan yang ditimbulkan yang mendorong penurunan suku bunga
pinjaman.
2. Bagi investor Fintech, manfaat yang dapat dirasakan seperti peningkatan
jumlah uang yang dapat diinvestasikan dalam bisnis
3. Bagi perbankan, kolaborasi dengan Fintech dapat mengurangi
biaya melalui penggunaan skor kredit non-tradisional untuk memfilter
aplikasi kredit awal, menambah Dana Pihak Ketiga (DPK), meningkatkan
channel penyaluran kredit, dan merupakan opsi investasi alternatif.
Berikut adalah kelebihan-kelebihan fintech yang bisa diperoleh perusahaan
maupun konsumen sebagai berikut:
1. Mudah untuk Melayani Konsumen. Perusahaan yang menggunakan
fintech ini akan lebih mudah melayani konsumen. Perusahaan cukup
menyediakan konektivitas seluler untuk memungkinkan pelanggan
mengakses semua jenis layanan, sementara pelanggan fintech ini akan
lebih mudah mendapatkan layanan keuangan.
2. Informasi Cepat dan Murah. Fintech membantu mendapatkan informasi
dengan cepat dan murah, dan mereka menjamin uang Anda karena
membatasi paparan informasi Anda kepada orang lain. Informasi ini
terkait investasi.
3. Proses Cepat Fintech menawarkan layanan keuangan yang sangat
cepat, seperti dokumentasi keuangan, pinjaman, dan verifikasi skor
kredit. Proses ini lebih cepat dan sangat efisien.
4. Mudah Disetujui, dalam 24 Jam Tingkat persetujuan peminjaman uang
dengan fintech sangat cepat, proses persetujuan hanya menunggu
paling lama 24 jam. Peminjaman uang ini dapat berupa peminjaman
modal untuk buka usaha.
5. Pelayanan Efisien. Fintech memungkinkan pelanggan mendapatkan
layanan keuangan yang lebih nyaman dan efisien.
6. Notifikasi Pembayaran dan Nominal Akurat. Sistem pembayaran tagihan
fintech sangat akurat dan efisien. Jadi tidak perlu khawatir atau ragu
tentang berapa banyak yang akan dibayarkan. Karena ada informasi
atau jadwal pemberitahuan pembayaran untuk setiap pembayaran
tagihan, seperti yang disebutkan di atas.

5
e. Kekurangan Fintech
Semua teknologi memiliki kekurangan. Berikut adalah kekurangan fintech:
1. Pengusaha yang baru mulai memerlukan biaya yang besar untuk
memulai usahanya karena mereka harus memiliki komputer, tablet, atau
smartphone yang terhubung ke internet untuk mendapatkan layanan
teknologi keuangan ini.
2. Hanya untuk Pebisnis yang tertarik pada teknologi keuangan. Layanan
teknologi keuangan tidak dapat diakses oleh semua orang, terutama
bagi orang-orang yang tidak dapat mengakses internet dan belum tahu
tentang teknologi keuangan.
3. Rawan Penipuan. Meskipun tingkat keamanan yang tinggi merupakan
kelebihan dari layanan fintech, masih ada kemungkinan penipuan. Masih
ada banyak iming-iming yang menawarkan keuntungan tambahan
kepada pelanggan. Namun, kita harus berhati-hati saat memilih layanan
teknologi keuangan ini karena itu hanya modus penipuan.
4. Biaya Tinggi. Bunga pinjaman fintech lebih tinggi daripada bunga
keuangan konvensional. Sebelum memilih layanan keuangan ini,
nasabah harus mempertimbangkan hal-hal ini.
5. Dana yang ditawarkan terbatas. Ini terutama berlaku untuk bisnis baru.
Karena tidak sebesar bank dan dana yang mereka miliki juga terbatas.
Selain itu, kemungkinan pinjaman yang diberikan terbatas. Satu
transaksi tidak dapat mencapai puluhan juta.
6. Menutupi biaya layanan. Biaya layanan yang diterapkan cukup tinggi,
dan waktu pinjaman yang singkat. Namun, kebanyakan iklan
menampilkan bunga yang rendah. Meskipun beberapa fintech
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk melunasi, hanya beberapa
saja yang memberikan waktu pinjaman sekitar lima belas hari.
7. Mengambil risiko saat melakukan investasi. Karena fintech umumnya
berada di bawah bank, risiko mengalami masalah atau mungkin tutup
cukup besar. Jika hal ini terjadi, keamanan uang Anda masih diragukan
lagi.

f. Resiko Fintech
Menurut Muliaman Hadad, Ketua Dewan Komisioner OJK, tiga resiko yang
dihadapi oleh bisnis fintech ialah serangan peretas, gagal bayar bagi fintech
yang bisnisnya berfungsi sebagai perantara pembiayaan atau kredit, dan
penipuan. Risiko terakhir adalah kemungkinan data klien disalahgunakan.
Berikut ini adalah resiko fintech yang dijelaskan oleh OJK yang terfokus
pada pengguna dan pemilik fintech, bahkan negara:
1. Risiko cybercrime. Risiko cybercrime merupakan risiko paling
mungkin dan harus diperhatikan. Karena keamanan data rentan

6
terhadap berbagai kejahatan di dunia maya, seperti penipuan,
penyalahgunaan data klien, dan tanda tangan digital palsu,
2. risiko gagal bayar adalah hal yang cukup mengkhawatirkan bagi
pengguna fintech yang menjalankan bisnis pembiayaan atau kredit.
3. Risiko pencucian dana dan aksi terorisme. Pihak yang tidak
bertanggung jawab dapat masuk dengan mudah dan cepat melalui
fintech.
Menginvestasikan uang di sektor ini memiliki peluang besar untuk meraih
keuntungan besar karena perkembangan sistem keuangan berbasis digital di
Indonesia saat ini. Investasi Fintech adalah sistem penanaman uang atau
modal yang menggunakan teknologi finansial terutama yang berbasis digital.
Mereka dapat menginvestasikan uangnya ke dalam reksa dana, saham,
deposito, emas, bahkan menjadi pendana dalam pinjaman digital antar rekan.
Seluruh pihak yang terlibat menggunakan smartphone dan internet untuk
melakukan dan mengawasi semua proses investasi. Namun, seperti yang
diharapkan, investasi fintech tetap memiliki risiko yang cukup besar jika tidak
berhati-hati.
Beberapa risiko investasi fintech yang harus diperhatikan dan dipelajari
adalah sebagai berikut:
1. Kualitas Pengelola Masih Terbatas. Usia yang masih muda membuat
sulit untuk membedakan manajer yang berkualitas dengan manajer yang
belum berkualitas. Ini adalah salah satu risiko yang mungkin dihadapi
oleh perusahaan teknologi keuangan, khususnya bidang P2P lending di
Indonesia.
2. Investor Menanggung Sepenuhnya Jika Kreditur Menunggak Dalam P2P
Lending. Investor harus siap menanggung berbagai risiko, termasuk
ketika kreditur menunggak atau bahkan tidak melunasi kredit. Mereka
harus siap kehilangan seluruh dana yang dipinjamkannya tanpa harus
membayar pengelola sepeser pun.
3. Investor Menanggung Risiko Operasional. Selain menanggung risiko
kreditur gagal membayar pinjaman, investor startup fintech juga harus
menanggung risiko operasional dari pengelola. Risiko pertama terletak
pada kemungkinan pengelola yang tidak bertanggung jawab lari atau
menyalahgunakan dana investasi. Risiko kedua adalah kemungkinan
pengelola mengalami kegagalan keuangan. Oleh karena itu, sangat
penting untuk memulai dengan menilai kinerja dan kredibilitas pengelola.
4. Investor Tidak Bisa Menarik Investasi di Tengah Jalan. Ada risiko
tambahan yang perlu diperhatikan saat berinvestasi di sektor
pembiayaan P2P adalah dana yang telah ditanam tidak dapat diambil
begitu saja "di tengah jalan". Ketika kreditur melunasi kreditnya, investor
dapat mendapatkan uang baru.

7
g. Tantangan Fintech
Keberadaan teknologi keuangan, juga dikenal sebagai fintech, memainkan
peran penting dalam pertumbuhan industri jual beli dan jasa online.
Perkembangan fintech di Indonesia sungguh luar biasa. Hal ini menunjukkan
bahwa ada peluang yang sangat menjanjikan bagi perusahaan fintech untuk
berkembang di Indonesia. Meskipun fintech memiliki potensi yang luar biasa, itu
tidak berarti bahwa mereka tidak akan menghadapi masalah.
Di Indonesia saja, sejumlah faktor dianggap dapat menghambat
pertumbuhan industri fintech, termasuk:
1. Rendahnya kesadaran masyarakat. Meskipun pengguna internet aktif
dan pengguna smartphone hampir setiap orang di Indonesia, tidak
semua orang memanfaatkan teknologi fintech. Bahkan banyak pengguna
smartphone tanpa rekening bank. Karena inovasi produk teknologi
keuangan akan sia-sia jika tidak ada pelanggan.
2. Kurangnya dukungan pemerintah untuk infrastruktur. E-KTP adalah
salah satu infrastruktur yang diharapkan dapat mendukung teknologi
keuangan. Namun, keamanan dan kesolidan produk fintech tidak begitu
terjamin. Pemerintah tidak dapat segera memusatkan semua data
penduduknya. Penipuan dan penyalahgunaan tetap ada. Karena itu,
pemerintah harus menetapkan peraturan khusus untuk menjamin
keamanan kedua belah pihak agar fintech dapat berkembang dengan
baik. Dengan kata lain, pelanggan berfungsi sebagai pengguna fintech
dan pemilik bisnis berfungsi sebagai penyedia teknologi keuangan.
3. Fintech di Indonesia masih menjadi monopoli. Ada beberapa perusahaan
fintech di Indonesia yang membuat barang mereka dapat digunakan
pada smartphone tertentu. Namun, fintech harus dapat bekerja dengan
berbagai perangkat dan berkolaborasi dengan berbagai bank atau
lembaga keuangan jika ingin berkembang pesat. Memang, keuntungan
akan berlipat ganda dengan menjadi eksklusif.
h. Contoh Fintech di Indonesia
Menurut IDC financial highlights, perusahaan FinTech Indonesia adalah
yang paling populer dan mengalami pertumbuhan cepat. Perusahaan-
perusahaan ini tidak diragukan lagi kredibel karena telah terdaftar di OJK:
1. Kredivo. Fintech Indonesia yang menawarkan konsep pinjaman tanpa
kartu kredit dengan proses pendaftaran dan pencairan dana yang cepat.
Berbelanja tanpa kartu kredit dapat dilakukan di beberapa situs e-
commerce dan toko populer, seperti toko barang elektronik, pakaian,
perlengkapan rumah, dan jasa, oleh perusahaan pinjaman online ini.
Selain itu, kredivo menawarkan pinjaman tunai dengan bunga terendah
daripada perusahaan serupa.
2. Modalku. Modalku adalah contoh perusahaan fintech Indonesia
berikutnya, Modalku ini adalah platform pinjam-meminjam yang

8
memungkinkan UKM mengajukan pinjaman sebesar 50 juta hingga 500
juta rupiah dalam waktu tiga hingga dua belas bulan. Modalku akan
menampilkan pengajuan peminjaman jika di acc peminjamannya. Hal ini
dilakukan dengan tujuan agar investor dan calon pemberi pinjaman
dapat melihat kebutuhan para pelaku UKM.
3. Online Pajak. Online Pajak adalah aplikasi fintech yang memudahkan
bisnis untuk melakukan transaksi, mengelola gaji, dan memenuhi
kewajiban pajak seperti menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak
perusahaan.
4. OVO. OVO adalah contoh fintech Indonesia berikutnya dan dapat
dianggap sebagai kompetitor kuat untuk GO-PAY. Ini karena ada banyak
"perang cashback" antara keduanya di beberapa toko di Indonesia saat
ini. OVO dan GO-PAY adalah aplikasi dompet digital yang
memungkinkan pengguna melakukan transaksi non tunai. Salah satu
perusahaan fintech terbesar di Indonesia ini memiliki promo yang
memikat pelanggan dan telah bekerja sama dengan lebih dari 200.000
UKM di seluruh Indonesia.
5. GO-PAY. Untuk mendukung berbagai layanan yang ditawarkan oleh
aplikasi GO-JEK, GO-JEK akhirnya membuat layanan pembayaran non
tunai dengan nama GO-PAY. Awalnya, GO-PAY dikenal sebagai GO-
JEK credit, tetapi baru berubah nama satu tahun kemudian. Untuk
mendukung operasinya, GO-PAY saat ini telah mengakuisisi Ponsel Pay,
sebuah perusahaan yang memiliki lisensi e-money.
6. DANA. Perusahaan fintech berikutnya adalah Dana, yang merupakan
layanan keuangan digital yang didirikan pada tahun 2018 di Jakarta,
Indonesia. DANA memiliki empat lisensi di Bank Indonesia: uang
elektronik, dompet digital, Likuiditas Keuangan Digital (LKD), dan kirim
uang.
7. Spenmo. Software manajemen biaya yang membantu mengelola
keuangan Anda. Perusahaan fintech ini menawarkan berbagai fitur
dalam dasbornya, termasuk pembayaran tagihan otomatis, pembayaran
payroll gratis, kartu korporat, dan klaim pengeluaran karyawan.
8. Pace startup fintech pace, berasal dari Singapura. Pelanggan dapat
membayar barang mereka dalam tiga kali cicilan tanpa bunga melalui
platform pembayaran online perusahaan.
9. Whiz adalah contoh teknologi keuangan yang membantu orang belajar
tentang keuangan setiap hari dengan menggabungkan dompet digital,
alat pencatatan keuangan, dan celengan. Startup fintech dari Indonesia
ini bertujuan untuk meningkatkan literasi keuangan keluarga.

9
i. Kolaborasi Bank dengan Fintech
Cara terbaik bagi bank untuk mempertahankan pertumbuhan adalah
melalui kolaborasi atau co-innovation dengan fintech. Artinya, jika mereka ingin
memasuki pasar baru, bank harus mengubah strategi dan model bisnis mereka.
Sebaliknya, fintech juga akan mendapat manfaat dari dukungan permodalan,
data, pasar, dan peraturan perbankan. Pelayanan yang cepat, sederhana, dan
bermanfaat diharapkan dalam aktivitas sehari-hari. Misalnya, berbelanja
sekarang dapat dilakukan hanya dengan sekali klik pada perangkat komputer
atau ponsel. Transaksi perbankan, investasi, dan berbagai tagihan dapat
dilakukan melalui aplikasi smartphone. Menurut laporan Klynveld Peat Marwick
Goerdeler, ada tiga tingkat perubahan yang terjadi dalam industri perbankan.
Yang pertama adalah model bisnis yang menggabungkan banyak layanan
berbasis teknologi. Kedua, perubahan produk menjadi lebih fleksibel dan lebih
berorientasi pada konsumen. Menyediakan metode baru untuk mengelola
infrastruktur perbankan transaksi merupakan tugas terakhir.
Dengan demikian, langkah-langkah kebijakan yang disarankan untuk
merumuskan prinsip kehati-hatian bagi bank dalam kerjasama dengan fintech
lending adalah sebagai berikut:
1. Kebutuhan untuk mengatur bentuk kerjasama fintech dan bank.
Termasuk, tetapi tidak terbatas pada skema channeling atau keagenan,
dengan menetapkan batasan, seperti yang terlihat pada pengaturan
skema channeling pada POJK 35/2018 atau skema keagenan pada
POJK 19/2014.
2. Perlu ada peraturan yang jelas dan tegas tentang standar minimal
penerapan prinsip prudential oleh Fintech Lending. Peraturan ini harus
jelas dan tidak ambigu. Jika tidak ada peraturan minimum, uji coba di
Sandbox Regulatory atau pengawasan Asosiasi Fintech dengan kode
perilaku tidak akan berhasil. Misalnya, ada kebutuhan untuk menetapkan
standar minimal kredit scoring untuk analisis pembiayaan Fintech
Lending. Karena belum ada peraturan yang menetapkan standar minimal
untuk analisis pembiayaan Fintech Lending, penerapan kredit scoring
oleh masing-masing Fintech Lending akan menjadi tidak konsisten. Hal
ini membuat pengukuran risiko dalam analisis persetujuan kredit atau
pembiayaan sulit.

10
C. Kesimpulan
Perkembangan teknologi saat ini bergerak begitu cepat. Dengan total
populasi 268 juta jiwa pada Januari 2019 dan 150 juta pengguna aktif internet di
Indonesia, hal ini menjadi pasar bagi perusahaan teknologi finansial atau
fintech. Fintech menjadi solusi bagi unbankable untuk mendapatkan modal
tambahan bagi usahanya. Persyaratan yang jauh lebih sederhana dari
perbankan telah menjadi daya tarik bagi masyarakat sekaligus tantangan bagi
industri perbankan.
Fintech yang semula dianggap sebagai kompetitor, justru menjadi mitra
ketimbang lawan dengan perkembangan zaman dan teknologi. Oleh karena itu,
semakin banyak lembaga keuangan syariah yang siap bekerja sama dengan
fintech syariah di masa mendatang. Ke depannya, akan semakin banyak fintech
syariah yang bermunculan dan terdaftar di OJK. Menggabungkan kekuatan dan
kelemahan keduanya, kolaborasi ini akan menghasilkan ekosistem keuangan
baru untuk meningkatkan akses keuangan bagi masyarakat unbankable,
sehingga meningkatkan literasi keuangan dan literasi keuangan. Inklusivitas di
Indonesia tumbuh dengan satu tujuan, inklusi keuangan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Nurzianti, R. (2021). Revolusi lembaga keuangan syariah dalam teknologi dan


kolaborasi fintech. Jurnal Inovasi Penelitian, 2(1), 37-46.
Almaududi, A. (2021). FORMULASI PRUDENTIAL PRINCIPLE DALAM
KOLABORASI ANTARA BANK DAN FINTECH LENDING. Menara
Ilmu, 15(2).
Bank Indonesia. (2017). PBI No.19/12/PBI/2017
Umah, A. (2019). Pinjaman Dana Online OJK : Fintech Lending Ciptakan
Keadilan Sosial. 2019.
Adiningsih, S. (2019). Transformasi Ekonomi Berbasis Digital di Indonesia:
Lahirnya Tren Baru Teknologi, Bisnis, Ekonomi, dan Kebijakan di
Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Darman. (2019). Financial Technology (FinTech): Karakteristik dan Kualitas
Pinjaman pada Peer to Peer Lending di Indonesia . Jurnal Manajemen
Teknologi, 130-137.
Irfan, A. (2018). Dirut Bjb: Perbankan dan Fintech Bisa Bersinergi. 2018.
Palinggi, Sandryones dan Lutma Ranta Allolinggi. 2019. Analisa Deskriptif
Industri Fintech Di Indonesia: Regulasi Dan Keamanan Jaringan Dalam
Perspektif Teknologi Digital. Ekonomi dan Bisnis Vol. 6, No.2, 177-192.
Sastrowidodo, J. (2020, November 20). Dampak Positif Fintech Bagi
Masyarakat Indonesia. Retrieved April 15, 2022, from FintekAsia:
http://fintekasia.asia/dampak-positiffintech-masyarakat-indonesia/.
Ibnu. (2020, Oktober 21). Fintech adalah: Pengertian, Jenis, dan Manfaatnya
untuk Masyarakat. Retrieved Juli 30, 2023, from AccurateOnline:
https://accurate.id/ekonomikeuangan/fintech-adalah/

12

Anda mungkin juga menyukai