40121100158
Resume modul 3
Sekarang ini, fintech mungkin menjadi salah satu hal yang sering kamu dengar. Kuatnya arus
teknologi dalam sistem pembayaran memang membuat fintech ini terus menerus menjamur.
Sayangnya sosialisasi regulasi fintech di Indonesia masih cukup terbatas.
Hingga pada akhirnya, masyarakat bingung memilih mana perusahaan yang sesuai dengan
kebutuhannya. Biasanya, pertimbangan yang dilakukan ketika memilih fintech adalah dari segi
legalitas.
Ada berbagai macam manfaat yang dimiliki fintech di lingkungan masyarakat seperti fintech bisa
membantu perkembangan baru pada bidang start up teknologi yang sedang menjamur. Sehingga,
hal ini bisa membantu meluasnya lapangan kerja serta pertumbuhan ekonomi.
Sebelum mengetahui masalah regulasi fintech ini, kamu harus mengenal fintech terlebih dulu.
Fintech adalah financial technology atau teknologi keuangan. Fintech menjadi alternatif investasi
yang menghadirkan pilihan untukmu yang ingin mengakses layanan keuangan dengan efisien,
praktis, ekonomis dan nyaman.
Regulasi fintech OJK yang pertama berkaitan dengan pinjam meminjam uang. Dibuatnya aturan
ini oleh OJK agar bisa mengatur sejumlah hal yang harus ditaati penyelenggara bisnis pinjaman
dari P2P lending atau pengguna ke pengguna.
Intinya, aturan ini memiliki tujuan melindungi konsumen berkaitan dengan keamanan dana serta
data, mengelola perusahaan fintech, mencegah pencucian uang serta mendanai kegiatan
terorisme.
Ketentuan ini juga mengatur mengenai modal minimal, batas kepemilikan saham, batas
maksimal pinjaman serta bunga, hingga keharusan untuk membuat escrow account dan sejumlah
prinsip yang harus diterapkan lainnya.
Adanya perkembangan fintech yang cukup pesat membuat Bank Indonesia mengeluarkan
peraturan ini. Terbitnya peraturan ini bertujuan agar bisa memenuhi kebutuhan masyarakat
termasuk bidang jasa serta sistem pembayaran.
Sistem ini mencakup sisi instrument, mekanisme, penyelenggara dan yang lainnya. Cakupan dari
peraturan ini meliputi penyelenggara serta pemrosesan transaksi pembayaran, persetujuan serta
perizinan dalam penyelenggaraan pemrosesan transaksi pembayaran, peralihan izin
penyelenggara jasa, sanksi, larangan dan lainnya.
Selain itu regulasi ini juga memiliki tujuan untuk mendukung terciptanya stabilitas sistem
keuangan, stabilitas moneter, sistem pembayaran yang lancar, efisien dan aman sebagai
pendukung pertumbuhan ekonomi nasional berkelanjutan.
Bukan hanya itu, BI juga menerbitkan ketentuan yang mengatur penyelenggaraan Teknologi
Finansial agar bisa mendorong inovasi pada bidang keuangan dengan menerapkan prinsip
perlindungan konsumen dan manajemen risiko.
Setelah mengetahui sejumlah regulasi dari fintech, berikutnya adalah memilih fintech yang tepat
untuk memenuhi kebutuhan yang kamu miliki.
Regita Katrianingtias
Resume Bab 5
Financial services atau layanan keuangan adalah ragam produk yang memudahkan masyarakat
untuk mengelola aset finansial yang dimiliki. Bentuknya bermacam-macam, mulai dari alat
untuk menampung uang, mendapatkan pinjaman uang, sampai mengembangkan uang melalui
skema investasi. Seiring perkembangannya, jenis layanan keuangan yang saat ini ada sudah
sangat bervariasi — disediakan oleh berbagai institusi, mulai dari perbankan, institusi nonbank,
sampai dengan startup teknologi finansial (fintech).
Simpanan atau tabungan menjadi produk keuangan paling mendasar yang telah digunakan oleh
pengguna selama bertahun-tahun. Dimulai dari cara manual dengan menyimpan uang di tempat
tertentu di rumah, sampai mempercayakan uang tersebut untuk di simpan ke lembaga tertentu.
Kendati yang paling populer adalah perbankan (baik konvensional ataupun syariah), namun ada
beberapa unit lain yang juga bisa dimanfaatkan masyarakat untuk menyimpan uangnya, misalnya
melalui koperasi atau BPR.
Untuk memberikan kenyamanan lebih, payung regulasi juga telah disiapkan pemerintah. Diatur
oleh institusi kredibel mulai dari Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, sampai Lembaga
Penjamin Simpanan.
Terkait digitalisasi, layanan perbankan juga turut bertransformasi. Salah satu fitur yang mungkin
sudah sangat akrab di masyarakat di antaranya mobile banking atau internet banking yang
memungkinkan pengguna mengelola transaksi melalui ponsel mereka. Jauh sebelum itu,
masyarakat juga sudah terbiasa bertransaksi dengan komputer melalui ATM (Anjungan Tunai
Mandiri) atau beberapa diantaranya juga memanfaatkan SMS Banking.
Dalam satu dekade terakhir, perbankan berkembang pesat hingga menghasilkan konsep baru
berbentuk “bank digital”. Berbeda dengan perbankan konvensional yang sangat mengandalkan
kantor cabang untuk operasional dan kegiatan administrasi, bank digital sepenuhnya
mengandalkan aplikasi — mulai proses pembukaan rekening sampai dengan memenuhi
kebutuhan transaksi. Bahkan, beberapa penyedia layanan bank digital tidak memiliki kantor
cabang dalam menjajakan layanannya. Di Indonesia, bank digital diregulasi melalui POJK No.12
& No.13/POJK.03/2021.
Contoh aplikasi bank digital yang cukup tenar: Bank Neo Commerce, Jenius, blu by BCA
Digital, Bank Jago, SeaBank, LINE Bank, dan lain sebagainya.
Produk keuangan berikutnya yang populer digunakan adalah layanan pembayaran nontunai.
Inovasinya dimulai dari model pembayaran dengan kartu debit/kredit melalui mesin EDC
(Electronic Data Capture) yang ada di toko ritel, kemudian berkembang menjadi sistem e-
money—baik berbasis chip ataupun server. E-money berbasis chip berbentuk seperti kartu
debit/kredit, hanya saja untuk melakukan transaksi tidak perlu melakukan autentikasi berulang
yakni cukup ditempelkan pada alat khusus yang telah dilengkapi teknologi NFC (Near Field
Communication).
Perkembangan berikutnya adalah e-money berbasis server yang tertanam pada sebuah aplikasi di
smartphone pengguna. Untuk menggunakannya (dalam pembayaran), bisa melalui sambungan
langsung ke aplikasi atau pemindaian kode QR khusus yang disediakan. Selain menjadi opsi
pembayaran standalone, e-money kini juga banyak diterapkan menjadi sistem pembayaran native
di sebuah aplikasi digital agar memudahkan pengguna dalam bertransaksi. Contoh layanan e-
money berbasis server yang banyak digunakan di antaranya: OVO, Gopay, Dana, ShopeePay,
LinkAja, dan lain-lain.
Seiring dengan peningkatan kebutuhan masyarakat akan produk keuangan ikut berkembang.
Salah satu yang kini menjadi populer digunakan adalah layanan investasi atau wealth
management. Di era sebelumnya, model investasi yang umum dilakukan masyarakat seperti
melalui pembelian emas atau tabungan deposito. Namun saat ini, layanan investasi digital
memberikan pilihan instrumen yang lebih luas untuk melengkapi opsi investasi yang ada.
Di Indonesia, layanan investasi diatur oleh beberapa pihak, termasuk OJK dan BAPPEBTI.
Adapun instrumen investasi yang telah diakomodasi melalui aplikasi digital di antaranya emas,
saham, reksa dana, kripto, surat berharga negara, hingga equity crowdfunding. Tidak dimungkiri
adopsinya masih di tahap awal, kendati dengan traksi yang sangat kencang. Untuk itu edukasi
juga tengah menjadi upaya yang masih terus digenjot oleh stakeholder.
Beberapa aplikasi investasi yang saat ini banyak digunakan di antaranya: Bibit/Stockbit, Ajaib,
Bareksa, Pluang, dan lain sebagainya.