Sumber: www.bi.go.id/id/edukasi-perlindungan-konsumen
Bagi pemain FinTech (pedagang produk atau jasa), FinTech memberi manfaat:
8. Apa saja yang dilakukan Bank Indonesia dalam menjaga ketertiban lalu lintas
pembayaran terkait FinTech?
Dalam hal penyediaan pasar bagi pelaku usaha, Bank Indonesia memastikan
perlindungan terhadap konsumen, khususnya mengenai jaminan kerahasiaan data dan
informasi konsumen lewat jaringan keamanan siber.
Dalam hal tabungan, pinjaman dan penyertaan modal, Bank Indonesia mewajibkan
setiap pelaku usaha untuk patuh kepada peraturan makroprudensial, pendalaman
mengenai pasar keuangan, sistem pembayaran sebagai pendukung operasi dan
keamanan siber untuk menjaga data dan informasi konsumen.
Dalam hal investasi dan manajemen risiko, Bank Indonesia juga mewajibkan setiap
pelaku usaha untuk patuh kepada peraturan makroprudensial, pendalaman mengenai
pasar keuangan, sistem pembayaran sebagai pendukung operasi dan keamanan siber
untuk menjaga data dan informasi konsumen.
Dalam hal pembayaran, penyelesaian/settlement dan kliring, Bank Indonesia
memastikan perlindungan terhadap konsumen, khususnya mengenai jaminan
kerahasiaan data dan informasi konsumen lewat jaringan keamanan siber.
9. Apa bentuk inisiatif Bank Indonesia terkait FinTech?
Bank Indonesia menjamin keamanan dan ketertiban lalu lintas pembayaran dengan
menjadi:
Fasilitator. Bank Indonesia menjadi fasilitator dalam hal penyediaan lahan untuk lalu
lintas pembayaran
Analis bisnis yang intelligent. Melalui kerjasama dengan otoritas dan agen-agen
internasional, Bank Indonesia menjadi analis bagi para pelaku usaha terkait FinTech
untuk memberikan pandangan dan arahan tentang bagaimana menciptakan sistem
pembayaran yang aman dan tertib.
Asesmen. Bank Indonesia melakukan monitoring dan penilaian (assessment) terhadap
setiap kegiatan usaha yang melibatkan FinTech dan sistem pembayarannya
menggunakan teknologi.
Koordinasi dan Komunikasi. Bank Indonesia menjaga hubungan dengan otoritas
terkait untuk tetap mendukung keberadaan FinTech sistem pembayaran di Indonesia.
Bank Indonesia juga berkomitmen untuk mendukung para pelaku usaha di Indonesia
dengan memberikan pengarahan secara berkala mengenai FinTech.
Apa itu FinTech Indonesia?
Sumber: www.finansialku.com
Ternyata bisnis online tidak melulu hanya e-commerce (toko online) atau situs portal berita.
Ada sebuah industri baru bernama financial technology atau nama kerennya FinTech
Indonesia.
Definisi tersebut memiliki pengertian yang sangat luas, perusahaan fintech dapat menyasar
segment perusahaan (B2B) maupun ritel (B2C). Bagaimana dengan fintech Indonesia?
FinTech Indonesia memiliki banyak jenis, antara lain startup pembayaran, peminjaman
(lending), perencanaan keuangan (personal finance), investasi ritel, pembiayaan
(crowdfunding), remitansi, riset keuangan.
Pembayaran (Payments)
Di Indonesia perusahaan startup FinTech yang paling banyak didominasi oleh:
Investasi
Indonesia memiliki beberapa startup yang memberikan kemudahan akses di bidang
investasi, seperti Bareksa (Marketplace Reksa Dana) dan IpotFund (Supermarket Reksa
Dana), XDana.com.
Perencanaan Keuangan
Pembiayaan (Lending)
Startup yang satu ini bergerak dalam pembiayaan. Pembiayaan yang dimaksud adalah
pembiayaan dalam:
Riset Keuangan
Startup di bidang riset keuangan memang belum berkembang pesat di Indonesia. Salah
satu perusahaan yang melayani riset dan data adalah Infovesta.com.
Lainnya
Beberapa start up fintech yang berada di luar kategori di atas:
Secara umum, Fintech adalah sebuah bisnis yang menggunakan teknologi IT dalam
memberikan jasa keuangan. Fintech itu adalah sebuah inovasi yang berhasil
mentransformasi suatu sistem atau pasar yang telah ada, dengan memperkenalkan
kepraktisan, kemudahan akses, kenyamanan, dan biaya yang ekonomis.
Indonesia yang menempati peringkat salah satu negara Terbesar yang menggunakan
teknologi IT seperti Facebook, Instagram, Twitter, Mobile Phone (atau Handphone) di dunia
ini menjadikan Financial Technlogy memiliki peluang yang besar.
Pada tahun 2015-2016 sudah tercatat ada 165 perusahaan Fintech di Indonesia, dan
angka itu akan terus meningkat di tahun-tahun berikutnya..
Menurut Muliaman D. Hadad selaku Ketua Dewan Komisaris Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) mengemukakan bahwa setidaknya ada lima peranan FinTech di Indonesia:
Melihat beberapa keuntungan peranan dari FinTech itu sendiri sesuai yang dipaparkan di
atas. Memang sangatlah menguntungkan jika menggunakan FinTech di zaman digital
sekarang ini. Apalagi generasi millenial yang pada saat masih kecil telah terbiasa dengan
hal – hal teknologi, bukan tidak mungkin di masa depan mereka lebih mengerti cara
penggunaan uang digital dibanding dengan uang konvensional.
Pemanfaatan Fintech pun tak luput dari pengawasan BI, maka BI membagi manfaat
FinTech dalam tiga kategori:
1. Manfaat bagi konsumen:
Perluasan pilihan produk
Peningkatan kualitas layanan
Penurunan harga
2. Manfaat bagi pelaku bisnis:
Memperpendek rantai transaksi
Meningkatkan efesiensi modal dan resiliensi operasional
Meningkatkan iklusi keuangan
Memperlancar arus informasi
3. Manfaat bagi ekonomi:
Mempercepat transmisi kebijakan moneter
Meningkatkan kecepatan uang beredar
Meningkatkan pertumbuhan ekonomi
Sesuatu hal yang baru memang tidak datang begitu saja tanpa membawa sebuah
ancaman dalam kemunculannya baik itu langsung maupun tidak langsung, di bawah ini
akan dipaparkan beberapa ancaman dari FinTech yang dikemukakan oleh Nofie Iman:
Dalam mencapai tujuan utama tersebut, Fintech Office akan beroperasi dengan 4 fungsi,
yaitu fungsi katalisator atau fasilitator, fungsi business intelligence, fungsi asesmen, serta
fungsi koordinasi dan komunikasi. Bank Indonesia Fintech Office dilengkapi pula
dengan regulatory sandbox, yang memungkinkan unit usaha fintech melakukan kegiatan
secara terbatas, tentunya setelah memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Berbekal kolaborasi dan dukungan regulasi yang tepat, pemerintah dalam hal ini Bank
Indonesia optimis pelaku Fintech dapat berjalan beriringan dengan institusi keuangan
tradisional yang lebih dulu ada. Adaptasi yang dilakukan oleh institusi keuangan
konvensional, serta bergabungnya Fintech menjadi bagian sistem keuangan BI yakini akan
mendorong kompetisi yang sehat dan memberikan nilai tambah serta alternatif bagi
masyarakat.
Berbagai inovasi Bank Indonesia di bidang sistem pembayaran tersebut diharapkan dapat
terus meningkatkan perkembangan inovasi keuangan berbasis teknologi di Indonesia,
dengan tetap menjaga perlindungan konsumen serta mitigasi risiko.
Selain itu, dalam salah satu jurnal yang penulis kutip mengenai Fintech, tertulis bahwa
setidaknya ada tiga fungsi krusial pada bank retail. Pada tingkat yang paling sederhana,
bank ritel menyediakan tiga fungsi penting, yaitu:
“Take deposits and provide customers with a secure place to store cash and earn
interest, backed by deposit insurance and significant regulation”. Mengambil
deposito dan menyediakan tempat yang aman untuk menyimpan uang tunai dan
mendapatkan bunga, didukung oleh asuransi deposito dan peraturan yang
signifikan.
“Facilitate payments through a range of systems, including cash, cards, and
transfers”. Memfasilitasi pembayaran melalui berbagai sistem, termasuk uang
tunai, kartu, dan transfer.
“Lend money”.Meminjamkan uang.
Setelah melihat tiga fungsi krusial pada bank retail kita dapat melihat apa sebenarnya
akibat yang ditimbulkan dari hukum FinTech ini.
Walaupun telah ada regulasi mengenai perlindungan konsumen, namun regulasi ini tidak
secara menyeluruh untuk industri e-commerce. Saat ini, e-commerce hanya diatur melalui
UU Transaksi Elektronik dan UU Perdagangan. Dapat dilihat memang bahwa tidak mudah
untuk terus mengikuti perkembangan FinTech dan membuat regulasinya.
Karena menggunakan teknologi digital yang dimana inovasi berkembang sangat pesat
adalah salah satu hal yang mempengaruhi mengapa pembuatan ataupun pembaharuan
regulasi terhadap FinTech ini terhambat. Perkembangan FinTech tidak terlepas dari
berbagai tantangan maupun risiko yang dihadapi oleh pihak yang terlibat, baik dari
konsumen maupun pelaku fintech. Di Indonesia sendiri, tantangan besar yang mesti
dihadapi adalah soal beragamnya tingkat pendidikan yang dimiliki konsumen serta tingkat
literasi keuangan yang masih cukup rendah.
Namun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tengah merancang aturan terkait industri jasa
keuangan berbasis aplikasi online atau FinTech. OJK memastikan aturan yang muncul
nanti tidak akan memberatkan, karena sebagian dari aturan tersebut juga berasal dari
masukan pelaku usaha.
Ada enam poin yang coba diatur dalam POJK tentang Fintech. Keenam poin itu, antara lain
mengenai kelembagaan, kepengurusan, cakupan usaha, pembinaan dan pengawasan,
kewajiban pelaporan, serta permodalan. Namun saat ini, OJK masih belum memiliki
kewenangan mengeluarkan pendaftaran kepada pelaku Fintech. Selain itu, rancangan
POJK tentang Fintech rencananya akan diberlakukan tahun kedua. Artinya, ada masa
transisi selama dua tahun untuk penyesuaian.
Kesimpulan