Anda di halaman 1dari 12

ARTIKEL TEOSOFI

ETIKA DALAM AKUNTANSI YANG BERNILAI


PANCASILA
Dosen Pengampu : Ahmad Fahruddin Alamsyah,SE., MM. Ak

Oleh :

Deny Wahyu Asmoro 18520046

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM

2020
Pancasila sebagai dasar negara mempunyai peran yang besar dalam
pembentukan karakter profesi akuntan di masa akan datang sebagai pondasi yang
kokoh, supaya profesional akuntan tidak ikut tergerus dalam pemilikran kapitalis yang
hanya memikirkan individual, namun ke nasionalis dan beretika. Sehingga dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, hati dan jiwa profesional akuntan ini tetap pada
kebangsaan Ke-Indonesiaan sebagai pijakan dasar. Hal itu diwujudkan dalam system
pendidikan akuntansi yang juga mengimplementasikan nilai pancasila dan etika.

Kehidupan beretika profesiakuntansi. Jika berbicara tentangakuntansi, atau


seorang akuntan, dalambenak semua orang akan meng-hubungkan itu dengan keuangan,
yangmempunyai kata dasar yaitu uang. Uangadalah sesuatu yang bisa menolong
atau juga malah bisa menghancurkan kehidupan seseorang. Saat manusia telah menjadi
budak uang, maka semua yangdia kerjakan hanyalah untuk uang, uang, dan uang.
Seperti orang kapitalis yang hanya mem-bicarakan untung dan rugi.Namun profesi
akuntan tidak seperti,atau tidak diharapkan menjadi seperti itu. Seorang akuntan
mempunyai kewajiban dan tanggung jawab atas perusahaan yang dia pegang, profesi
yang dia miliki, publik dan diri mereka sendiri untuk bisa berlaku secara etis.Akuntan
harus bisa menjaga integritas mereka, independensi mereka dalam bekerja, untuk masih
tetap bisa dipercaya oleh masyarakat dan menjaga kompetensi serta objektivitas.Semua
hal itu telah diatur dalam kode etika akuntan.

Tuhan adalah yang pertama dan Pertama untuk pribadi Bangsa Indonesia, dan
ketuhahanan adalah sifat yang melekat dalam diri bangsa Indonesia untuk
merealisasikan visi kehidupannya. Inilahyang membedakannya dengan bangsa lain
(khusunya bangsa Barat), yang visi kehidupannya hanya dibatasi pada dimensi
kepentingan diri yang sarat pertimbangan maetri (untung rugi).

Sila kedua adalah kemanusiaan yang adil dan beradab.Dalam sila ini bangsa Indonesia
diajarkan untuk mengakui dan memperlakukan setiap orang sebagai sesama manusia
yang memiliki martabatmulia serta hak-hak dan kewajiban asasimanusia. Dengan kata
lain, dalam sikapini adalah untuk menjunjung tinggimartabat dan hak-hak asasinya
ataubertindak adil dan beradap terhadapnya.Dalam kaitannya denganakuntansi,
diharapkan para profesiakuntan dapat secara adilmemperlakukanstakeholder ,
denganbermacam-macam kepentingan didalamnya tanpa memprioritaskan kepentingan
stake holder tertentu,tentunya kepentingan yang bersifatpositif dan membangun
untukkepentingan semua pihak. Dankeberadaban harus dimiliki oleh setiapakuntan
dalam menjalankan profesinyayang berkaitan erat dengan menjalankanetika untuk
kebaikan dirinya sendiriyang akan berdampak kepada orang laindisekitarnya,
terutamastakeholder. Dalam Prinsip kedua EtikaProfesi juga telah menjelaskan
tentangkepentingan publik yang berbunyi“kepentingan masyarakat dan institusiyang
dilayani oleh akuntan secarakeseluruhan” dan kepentingan publik lahmenjadi perhatian
utama seorangakuntan, yang untuk menyelaraskantujuan para
stakeholder keseluruhan,bukan secara perseorangan atauindividu. Sila kedua ini tidak
dapatdipisahkan dengan pertama tentangketuhanan, jika ketuhanan adalahhubungan
manusia dengan tuhan secaravertikal, sila ke dua ini menghubungkan manusia dengan
manusia, secarahorizontal, untuk tujuan kemanusiaanbersama.
Dari pernyataan tersebut dapatdiartikan bahwa seorang akuntan
harusdapat mengembangkan ilmupengetahuan secara bebas, bebas
untukmemilih mana yang benar dan manayang salah, yang benar harus
diikuti danyang salah harus ditinggalkan, dansecara aktif ikut berpartisipasi
dalampengembangan ilmu pengetahuantersebut. Secara internalisasi,
akuntanharus tetap memegang teguh dasarnegaranya, bertindak secara etis,
untukmeningkatkan dan mengharumkan namabangsa Indonesia di mata dunia
dengantidak melakukan kesalahan yangberhubungan dengan profesi yang
telahdiembannya.

Sila ketiga dalamPancasilayaituPersatuanIndonesia.Dapatdiambil


nilainya denganbangsaIndnesiaharusmenjunjungtinggipersatuanbangsa,
sehingga persatuan bangsaIndonesia ditempatkan di ataskepentingan sendiri.
Menumbuhkansikap masarakat yang mencintai tanahair,bangsa dan negara
Indonesia. Danpengorbanan untuk kepentingan bangsayang lebih
dipentingkan dari apdakepentingan pribadi.Dari sila ketiga
tersebutdiharapkan seorang akuntan yangmempunyai jiwa nasionalisme
terhadapnegara Indonesia, yang bekerja bukanhanya berorientasi untuk
dirinya sendiri,namun juga pengembanganperekonomian di Indonesia. Sila
ketigaini juga masih berkaitan dengan silakedua. Tidak ada dominasi
antarkelompok stakeholder atau malahperpecahan dalam kelompok.
Semuanya harus bersatu untuk dapatmengembangkan Indonesia menjadilebih
baik.Karena profesi akuntan yangdekat dengan pengelolaan materi,
jangansampai akan berdampak buruk padapersatuan bangsa Indonesia,
karenadengan uang bisa meruntuhkanpersatuan bangsa Indonesia,
sepertihalnya sapu lidi, jika itu hanya sendiri,maka betapa lemah sapu itu
untuk bisadiputuskan, namun jika sekumpulansapu lidi itu bersatu, siap yang
bisamemutuskannya, dalam sisi lainnya,sapu itu akan
memberikankebermanfaatan kepada orang lain.Begitu pula dengan akuntan
yangmerasa lebih baik dari pada yang lain,maka pemikirannya akan
mudahdibengkok kan, di putuskan.

Sila keempat Kerakyatan yang dipimpinoleh hikmat kebijaksaan


dalampermusyawaratan perwakilan. Dalamsila ini terkandung nilai
demokrasipancasila dalam kehidupan bernegara,bermusyawarah demi
mencapai tujuanbersama, bukan atas kekuasan kaummayoritas maupun
minoritas.Sila ini juga masih berkaitantentang sila-sila sebelumnya, tidak
adakelompok yang mendominasi, mayoritasatau minoritas, semuanya
terigrasisecara bersama-sama untuk menujukepentingan bersama. Dan
tidakdibenarkan untuk melakukan kejahatanwalaupun untuk
keberlangsungan suatukelompok tertentu. Karena itu bisamerugikan
kelompok yang lain, ataumalah merugikan keseluruhan. Dalam proses
pembelajaranakuntansi yang berbasis pancasila inidiharapkan kepada calon
akuntan untukmenjadi pribadi yang dapatmensejahterakan negara
Indonesia,bukan hanya kelompoknya. Seperti yangdisampaikan oleh
(Setiawan danKamayanti) yang menjelaskan sila keempat ini sarat dengan
demokrasiIndonesia untuk menciptakankemakmuran rakyat. Namun
demokrasitidak diharapkan untuk menjadi alatuntuk
melakukan fraud berjamaah, ataumusyawarah untuk mufakat
melakukankorupsi misalnya”. Dengan preventifuntuk menghindarkan para
calon profesiakuntan melakukan hal yang tidakdiinginkan tersebut, dengan
pendidikanakuntansi berdasarkan dasar pancasilayang lekat dengan etika
akuntan.

Sila kelima yaitukeadilan sosial bagi seluruh rakyatIndonesia. Sila ini mengajak
masyarakatIndonesia untuk aktif dalammemberikan sumbangan yang sesuaidengan
kemampuan dan kedudukanmasing-masing kepada negara demiterwujudnya
kesejateraan lahir danbathin untuk seluruh rakyat Indonesia.Setiap apapun profesi
diIndonesia, diharapkan untuk bisabermanfaat untuk pembangunan negaramaupun
kesejahteraan rakyat Indonesia.Calon profesi akuntan diharapkan dapatberlaku adil
dalam memperlakukanorang lain, tidak memandangmaterialitas dan kepentingan
yangdimiliki suatu individu atau kelompokterhadap dirinya. Dengan
begitupembangunan secara adil dan merata juga duharapkan dapat tercapai.

Proses pendidikan akuntansi yangdi dalamnya termasuk pancasila


tersebutmengharapkan para calon akuntanmenyadari hakikatnya manusia adalahbukan
individual, manusia adalahmakhluk sosial yang tidak bisa berdirisendiri tanpa ada orang
lain disekitarnya. Dan dari situ calon akuntan juga diharapkan untuk tidak berfikirsecara
individualisme, yang hanyamementingkan kepentingan dirinyadirinya sendiri, tanpa ada
timbal balikdengan orang lain, tanpa ada memberidan mengasihi. Karena bangsa
Indonesiamengajarkan masyarakatnya untukgotong royong, saling membantu,
demitercapainya tujuan bersama. Para calon akuntan diharapkanlebih mengutamakan
kewajiban yangharus diberikan atas profesinya kepadastakeholder, kepada masyarakat,
kepadanegara, dari pada pemenuhan atas hakdirinya sendiri. Tanpa
adanyakeseimbangan atau keadilan antarapenerimaan hak dengan kewajiban yangdia
lakukan kepada negara Indonesia

Dalam aspek ekonomi dan bisnispun, Pancasila juga perlu diletakkan sebagai
nafas utama untuk diamalkan secara objektif dan subjektif dalam kehidupan. Salah satu
ekonom terkemuka Indonesia, Mubyarto (2002), menegaskan bahwa Sistem Ekonomi
Pancasila bercirikan: (a) roda perekonomian digerakkan oleh dorongan ekonomi, sosial
dan moral, (b) kehendak kuat seluruh masyarkat ke arah pemerataan sosial berasaskan
nilai kemanusiaan, (c) prioritas kebangsaan atau nasionalisme menjiwai setiap kebijakan
ekonomi, (d) koperasi merupakan soko-guru perekonomian dan merupakan bentuk
konkrit dari usaha bersama, (e) terdapat keseimbangan yang jelas antara perencanaan
pembangunan di tingkat nasional dengan desentralisasi di daerah guna mendukung
pemerataan dan keadilan ekonomi sosial. Profesi akuntansi secara garis besar bergerak
dalam bidang bisnis dan ekonomi. Sebagai bagian dari sistem ekonomi dalam industri
jasa profesional, profesi akuntansi yang menjalankan pekerjaannya di wilayah Indonesia
perlu (dan wajib) menyesuaikan diri dengan nilai-nilai Sistem Ekonomi Pancasila.
Nilai-Nilai Pancasila seharusnya mewarnai dan menjiwai pengembangan profesi
akuntansi di Indonesia walaupun secara praksis ia tidak bisa dilepaskan dengan
globalisasi beserta seluruh turunannya. Hari ini, pertanyaan tentang nilai Pancasila ini
perlu diajukan (kembali) pada saat arus globalisasi begitu merasuki semua ruang publik
dan privat, tak terkecuali profesi akuntansi.

Secara umum, pernyataan yang mengatur perilaku akuntan untuk sejalan dengan
nilai-nilai kebaikan dan etika sudah cukup baik. Keseluruhan prinsip kode etik telah
berisikan nilai-nilai ideal yang seharusnya memang diinternalisasi dan
diimplementasikan oleh para akuntan yang berpraktik di Indonesia. Namun, ada
beberapa pertanyaan yang perlu diusung terkait apakah nilai-nilai Pancasila juga telah
diakomodasi dalam kode etik ini.

Bekal dari pendidikan danpenanaman Pancasila dan etika dalamdiri profesi


akuntan itulah yang dapatmenjaga kekokohan dan kekuatanpondasi berfikirnya tidak
mudahdipatahkan dan dimasuki oleh ajaranyang tidak sesuai dengan pemikirankapitalis.
Dengan tetap mengedepankankepentingan negara, kepentinganmasyarakat secara utuh,
tanpa adanyakecurangan atau fraud yang akan terjadi.Karena semuanya atas
dasarnasionalisme dan kesejahteraan bagiseluruh rakyat Indonesia.Dengan begitu,
profesi akuntanakan unggul dalam jati diri bangsaIndonesia sendiri, tanpa
terkontaminasioleh ajaran lain. Pemikiran
akuntanIndonesiaharusberkembangmengikuti jaman, namun Hati dan jiwa akuntantetap
berlandaskan, berpondasi kepadadasar negara Indonesia yaitu Pancasila.Sehingga
bangsa Indonesia tetap kokohberdiri tanpa digerogoti bangsa asingyang ingin mnguasai
Indonesia.

Dengan penanaman ilmu pengetahuanuntuk otaknya dan penanaman etika


dandasar Pancasila untuk hatinya,diharapkan para calon akuntan dapatmembawa
Indonesia menjadi lebih baik.Untuk kesejahteraan Indonesia padaumumnya, dan rakyat
pada umunya.Berjalan selaras dan seimbang antaratanggung jawab duniawi dan
tanggung jawab akhirat nya kelak, maka seorangakuntan akan menyadari
hakikathidupnya di dunia sebagai, sebagai agenperubahan, untuk merubah ke arah
yanglebih baik.

Dalam konteks profesi akuntansi, jika ada penegasan pertanggungjawaban


kepada Tuhan dalam kode etik, tentu ini menjadi standing point yang luar biasa di mata
masyarakat. Penghambaan dan ketaatan yang mewujud pada pertangungjawaban
akuntan yang utama (dan terutama) kepada Tuhan perlu dinyatakan secara eksplisit
dalam kode etik profesi. Ini akan mendorong para akuntan dalam setiap tindak
tanduknya akan selalu di “jalan” Tuhan. Efek dominonya, publik sebagai stake holder
jasa profesi akan melihat profesi akuntan semakin dapat dipercaya. Logikanya
sederhana, kepatuhan terhadap Kode Etik yang diarahkan kepada kepatuhan (terutama)
kepada Tuhan akan menghilangkan prasangka terhadap adanya tindakan menyimpang
atau negatif para akuntan.

Laporan keuangan tersebut ditujukan untuk mempermudah pengambilan


keputusan bagi pihak-pihak yang berkepentingan (menurut teori agensi adalah pemilik
modal/pemegang saham). Jika kemudian terjadi kesalahan dalam pengambilan
keputusan, maka akuntan akan menjadi pihak pertama yang disalahkan, karena tidak
memberikan laporan keuangan yang benar kepada pihak yang memiliki kepentingan
tersebut. Akuntan dituntut untuk jujur dan transparan dalam penyajian laporan keuangan
kepada pemilik modal, serta professional dalam bekerja meskipun telah dibantu oleh
teknologi perekaman data. Hal tersebut sebenarnya sesuai dengan nilai-nilai Pancasila
yang di dalamnya menjunjung tinggi keTuhanan dan kemanusiaan.

Lebih dalam tentang akuntansi, salah satu keputusan yang akan diambil oleh
pemangku kepentingan adalah masalah alokasi anggaran misalnya dalam dunia bisnis
jika jumlah penjualan yang dilaporkan terlalu rendah, maka dimungkinkan perusahaan
akan mengalokasikan biaya pemasaran yang lebih besar. Kesalahan dalam melakukan
alokasi dapat berdampak yang merugikan, misalnya dapat terjadi perpecahan antar
divisi dalam perusahaan. Pada lingkup yang lebih luas, akuntansi memiliki peran dalam
anggaran negara. Jika dalam level mikro (perusahaan) anggaran yang salah dalam
putusan alokasi dapat menimbulkan perpecahan, bagaimana jika hal tersebut terjadi
dalam skala makro (kenegaraan)?, dapat kita bayangkan apa yang terjadi?serta sila
keberapa dari Pancasila yang menjadi mandul nilainya dalam hal ini?

Pada skala makro akuntansi berfungsi membantu pengambilan keputusan


khususnya dalam penentuan kebijakan-kebijakan sosial yang dalam implementasinya
membutuhkan alokasi anggaran yang tepat. Karena penentuan kebijakan skala makro
tersebut harus dapat mengakomodasi kepentingan publik, maka akuntansi harus
memberikan informasi yang netral sehingga tidak hanya kepentingan pihak-pihak
tertentu saja yang terakomodasi. Hal tersebut merupakan penerapan sila ke-4 dalam
Pancasila. Kemudian pelaksanaan dari kebijakan sosial yang telah diambil bertujuan
untuk mewujudkan kesejahteraan public secara merata dan tidak timpang baik pada
wilayah maupun golongan tertentu.

Ulasan tersebut memberikan gambaran bahwa di dalam akuntansi terkandung


nilai-nilai yang terdapat dalam Pancasila yang seharusnya dijiwai oleh para akuntan di
Indonesia. Tetapi bagaimana dengan realitanya? Kita lihat bagaimana laporan keuangan
seringkali dimanipulasi karena di dalamnya terdapat kepentingan-kepentingan pihak
tertentu yang seringkali merugikan kepentingan publik. Kita lihat saja kasus-kasus
korupsi yang diawali dengan adanya kesepakatan untuk melakukan manipulasi terhadap
laporan keuangan, ketidak efisienan dalam penggunaan anggaran, serta
pertanggungjawaban atas dana baik investor dalam dunia bisnis, maupun dana publik
yang dihimpun dari masyarakat (pajak dan retribusi).

Cara Pandang Ketuhanan Merujuk pada kode etik IAI dan IAPI, profesi akuntan
Indonesia belum menjadikan ketuhanan dan nilai-nilai yang melekat di dalamnya
sebagai preferensi etisnya. Pun demikian, di berbagai dokumen standar profesi lainnya
dimensi ketuhanan belum ditemukan. Ini berangkat dari pola fully adoption kode etik
dan pandangan etis akuntan Indonesia dari luar negeri (Barat) yang berlatar belakang
sekuler atau mungkin ateis. Dalam cara pandang Pancasila, nilai-nilai ketuhanan
merupakan sumber etika dan spiritualitas (yang bersifat vertikal-transendental) bagi
Bangsa Indonesia. Ini adalah suatu kenyataan sejarah dalam mana Tuhan telah “hadir”
dalam ruang publik Nusantara, meski usaha-usaha untuk mencerabutnya pernah
dilakukan oleh kolonialis Belanda. Ini menunjukkan bahwa sejarah panjang perjuangan
mencapai dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, banyak dilandasi oleh
semangat keberagamaan ini. Etos perjuangan para pendahulu bangsa yang sangat kuat
dilandasi oleh semangat ketuhanan, antara lain dapat diperhatikan dalam pernyataan
Pembukaan UUD 1945 alinea ketiga yang berbunyi, “Atas berkat rahmat Allah Yang
Maha Kuasa …”, dan pekik gemuruh “Allahu Akbar” yang disuarakan oleh Bung Tomo
Unti Ludigdo 2012 Pidato Pengukuhan Guru Besar 18 saat menggelorakan semangat
juang rakyat pada perang kemerdekaan 10 Nopember 1945 di Surabaya. Nilai-nilai
ketuhanan merupakan sesuatu yang fundamental dan alamiah terdapat dalam kehidupan
individu akuntan Indonesia untuk menjalankan tugas profesi dan menuntaskan visi
hidupnya. Di alam Indonesia, Tuhan dianggap mempunyai peran penting untuk
mempromosikan sikap dan perilaku etis akuntan. Untuk itu akuntan harus selalu
didorong untuk menjaga komitmen dirinya kepada Tuhan dan kemudian menghasilkan
sikap dan perilaku menghindari perbuatan yang dilarang oleh Tuhan, serta sekaligus
menyebarkan rahmat kepada semesta. Seharusnyalah dengan disemangati oleh nilai-
nilai ketuhanan seperti ini, akuntan Indonesia akan merealisasikan berbagai prinsip dan
aturan etika lainnya.

Sangat penting untuk ditegaskan bahwa spirit ketuhanan haruslah menjadi


pondasi Akuntan Indonesia dalam menjalankan aktifitas profesionalnya. Ketulusan
akuntan dalam bekerja dan menunaikan tanggung jawab profesionalnya akan selalu
didasari oleh keyakinannya untuk mendapatkan keridhaan-Nya. Oleh karenanya maka
penghindaran maupun pengingkaran terhadap nilai-nilai ketuhanan dalam berbagai
bidang profesi akuntan, sejatinya adalah pengkhianatan terhadap nilai-nilai dasar bangsa
dan karakter asasi manusia Indonesia yang telah diperjuangkan oleh para pejuang dan
pendiri bangsa.

Cara Pandang Kemanusiaan Kode etik akuntan dalam berbagai prinsip dan
aturannya telah dengan baik menguraikan dimensi cara pandang kemanusiaan ini.
Pengutamaan kepentingan publik merupakan terminologi yang sangat menonjol dalam
elaborasi prinsip dan aturan etika. Terkait dengan ini Prinsip Kedua (01) Etika Profesi
IAI mendefinisikan kepentingan publik sebagai “kepentingan masyarakat dan institusi
yang dilayani oleh akuntan secara keseluruhan.” Disebutkan pula bahwa “tanggung
jawab seorang akuntan tidak semata-mata untuk memenuhi kebutuhan klien individual
atau pemberi kerja (06)”, sehingga kepentingan publik menjadi titik berat perhatian
akuntan. Unti Ludigdo 2012 Pidato Pengukuhan Guru Besar 20 Meskipun demikian
pemahaman atas terminologi ini harus diperkuat dengan cara pandang bahwa
pengutamaan kepentingan publik ini adalah dalam kerangka perwujudan keadilan sosial
dan pencapaian kemajuan peradaban dunia bukan pengertian yang terkooptasi
kepentingan liberaliskapitalis.

Cara Pandang Kebangsaan Oleh karena cara pandang globalnya, akuntan


Indonesia kurang mementingkan pandangan kebangsaannya dalam membangun Unti
Ludigdo 2012 Pidato Pengukuhan Guru Besar 24 standar profesi, termasuk etika
profesinya. Dengan ini akan sangat mungkin terjadi suatu situasi, apapun akan
dilakukan demi keterterimaan global daripada pengutamaan kepentingan nasional.
Disebutkan dalam sambutan Ketua Dewan Standar Profesional Akuntan Publik IAPI6 ,
percepatan atas proses pengembangan dan pemutakhiran Standar Profesi yang
dilakukan melalui penyerapan Standar Profesi Internasional bertujuan untuk
memastikan bahwa Standar Profesi yang digunakan di Indonesia dapat juga diterima
dan berlaku di dunia internasional. Jika diresapi, seharusnya pernyataan ini menandakan
pengembangan standar profesi dilakukan terlebih dahulu dengan mengeksplorasi nilai-
nilai utama bangsa, baru kemudian mengakomodasi nilai-nilai global sepanjang tidak
bertentangan dengan kepentingan nasional. Jika ini dilakukan, secara nilai, akuntan
Indonesia didorong untuk lebih mementingkan penyelamatan dan penjagaan aset bangsa
dibandingkan yang lainnya.

Cara Pandang Kedaulatan dan Musyawarah Profesi akuntan Indonesia


menempatkan keharusan internasional sebagai driver pengembangan profesi, termasuk
di dalamnya standar perilaku atau kode etik akuntan. Pengembangan berbagai standar
profesi, setidaknya sampai saat ini, masih harus terlebih dahulu mengacu pada yang
dimiliki oleh “orang lain” atau organisasi profesi internasional (IFAC). Berdasarkan
keharusan itu kemudian akuntan Indonesia mengembangkannya berdasarkan yang telah
dibuat oleh negara lain atau IFAC ini.

Perlu dipahami kembali bahwa dalam cara pandang Pancasila, prinsip


musyawarah mufakat tidak menghendaki situasi di mana suatu keputusan didikte oleh
kalangan mayoritas atau kekuatan elit politik dan pengusaha, serta sebaliknya oleh
minoritas kuat. Apalagi ini didikte oleh kekuatan dari luar negeri atau kekuatan industri
pasar modal global yang dikuasai oleh korporat multinasional yang secara halus bersifat
mendominasi atau menghegemoni (lihat Rodrigues dan Craig, 2007). Menjunjung tinggi
kedaulatan rakyat dalam semangat permusyawaratan yang dipimpin oleh
hikmah/kebijaksanaan haruslah merupakan aktualisasi dari Unti Ludigdo 2012 Pidato
Pengukuhan Guru Besar 28 nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan dan cita-cita kebangsaan
(Latif, 2011; 45). Ini memberikan perspektif etis kepada profesi akuntan yang tergabung
dalam IAI bahwa kedaulatan organisasi profesi akuntan, sebagai bagian sistem
organisasi kemasyarakatan di Indonesia, harus terjaga. Komitmen IAI yang dinyatakan
dalam pasal 5 tentang Sifat organisasi, yang berbunyi bahwa IAI adalah organisasi
profesi Akuntan di Indonesia yang bebas dan tidak terikat pada perkumpulan apapun,
harus dibuktikan. Demikian halnya secara tegas dalam alinea kedua Mukadimah
Anggaran Dasar IAI disebutkan, “Bahwa pembinaan dan pengembangan profesi
akuntan akan meningkatkan pengabdian profesi akuntan ini dalam pembangunan
nasional yang pada hakekatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan
pembangunan masyarakat Indonesia.” Demikian halnya dalam pengembangan standar
akuntansi tidak harus selalu menuruti kehendak lembaga-lembaga ekonomi
internasional maupun korporasi asing (sebagai pemegang kedaulatan ekonomi dunia),
namun yang lebih penting adalah memperhatikan kepentingan masyarakat Indonesia
dan khususnya pengusaha mikro, kecil dan menengah dalam mempertahankan dan
mengembangkan usahanya. Suara dan kepentingan mereka ini sulit terwakili dalam
komunitas besar dan elit. Oleh karena itu keberpihakan akuntan pada kepentingan
korporasi besar yang secara masif menggaungkan adopsi International Financial
Reporting Standards (IFRS) harus diimbangi dengan pengembangan standar ataupun
pedoman akuntansi yang cocok dengan karakter usaha di Indonesia, baik usaha besar,
menengah dan kecil

Cara Pandang Keadilan Sosial Alinea pertama Mukadimah Anggaran Dasar IAI
menyebutkan bahwa “Pembangunan Nasional Indonesia bertujuan untuk mewujudkan
suatu masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945, maka adalah kewajiban bagi setiap warga Negara Indonesia
untuk berdharma bakti sesuai dengan profesi dan keahlian masing-masing dalam
pembangunan nasional tersebut.” Ini merupakan pernyataan strategis untuk pemosisian
peran akuntan Indonesia dalam konteks kebangsaan. Meskipun demikian, substansi
pernyataan dalam mukadimah ini belum ditarik secara tegas sebagai referensi etis
profesi yang termaktub dalam kode etik akuntan Indonesia.
Lampiran

1. https://www.academia.edu/22289621/PROFESIONAL_AKUNTAN_YANG
_BERETIKA_DAN_PANCASILAIS_MELALUI_SISTEM_PENDIDIKAN
_AKUNTANSI
2. https://sinergibangsa.org/menemukan-nilai-nilai-pancasila-dalam-akuntansi/
3. http://multiparadigma.lecture.ub.ac.id/files/2014/09/Pidato-Pengukuhan-
Guru-Besar-Unti-Ludigdo.pdf

Anda mungkin juga menyukai