Oleh :
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
2020
Pancasila sebagai dasar negara mempunyai peran yang besar dalam
pembentukan karakter profesi akuntan di masa akan datang sebagai pondasi yang
kokoh, supaya profesional akuntan tidak ikut tergerus dalam pemilikran kapitalis yang
hanya memikirkan individual, namun ke nasionalis dan beretika. Sehingga dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, hati dan jiwa profesional akuntan ini tetap pada
kebangsaan Ke-Indonesiaan sebagai pijakan dasar. Hal itu diwujudkan dalam system
pendidikan akuntansi yang juga mengimplementasikan nilai pancasila dan etika.
Tuhan adalah yang pertama dan Pertama untuk pribadi Bangsa Indonesia, dan
ketuhahanan adalah sifat yang melekat dalam diri bangsa Indonesia untuk
merealisasikan visi kehidupannya. Inilahyang membedakannya dengan bangsa lain
(khusunya bangsa Barat), yang visi kehidupannya hanya dibatasi pada dimensi
kepentingan diri yang sarat pertimbangan maetri (untung rugi).
Sila kedua adalah kemanusiaan yang adil dan beradab.Dalam sila ini bangsa Indonesia
diajarkan untuk mengakui dan memperlakukan setiap orang sebagai sesama manusia
yang memiliki martabatmulia serta hak-hak dan kewajiban asasimanusia. Dengan kata
lain, dalam sikapini adalah untuk menjunjung tinggimartabat dan hak-hak asasinya
ataubertindak adil dan beradap terhadapnya.Dalam kaitannya denganakuntansi,
diharapkan para profesiakuntan dapat secara adilmemperlakukanstakeholder ,
denganbermacam-macam kepentingan didalamnya tanpa memprioritaskan kepentingan
stake holder tertentu,tentunya kepentingan yang bersifatpositif dan membangun
untukkepentingan semua pihak. Dankeberadaban harus dimiliki oleh setiapakuntan
dalam menjalankan profesinyayang berkaitan erat dengan menjalankanetika untuk
kebaikan dirinya sendiriyang akan berdampak kepada orang laindisekitarnya,
terutamastakeholder. Dalam Prinsip kedua EtikaProfesi juga telah menjelaskan
tentangkepentingan publik yang berbunyi“kepentingan masyarakat dan institusiyang
dilayani oleh akuntan secarakeseluruhan” dan kepentingan publik lahmenjadi perhatian
utama seorangakuntan, yang untuk menyelaraskantujuan para
stakeholder keseluruhan,bukan secara perseorangan atauindividu. Sila kedua ini tidak
dapatdipisahkan dengan pertama tentangketuhanan, jika ketuhanan adalahhubungan
manusia dengan tuhan secaravertikal, sila ke dua ini menghubungkan manusia dengan
manusia, secarahorizontal, untuk tujuan kemanusiaanbersama.
Dari pernyataan tersebut dapatdiartikan bahwa seorang akuntan
harusdapat mengembangkan ilmupengetahuan secara bebas, bebas
untukmemilih mana yang benar dan manayang salah, yang benar harus
diikuti danyang salah harus ditinggalkan, dansecara aktif ikut berpartisipasi
dalampengembangan ilmu pengetahuantersebut. Secara internalisasi,
akuntanharus tetap memegang teguh dasarnegaranya, bertindak secara etis,
untukmeningkatkan dan mengharumkan namabangsa Indonesia di mata dunia
dengantidak melakukan kesalahan yangberhubungan dengan profesi yang
telahdiembannya.
Sila kelima yaitukeadilan sosial bagi seluruh rakyatIndonesia. Sila ini mengajak
masyarakatIndonesia untuk aktif dalammemberikan sumbangan yang sesuaidengan
kemampuan dan kedudukanmasing-masing kepada negara demiterwujudnya
kesejateraan lahir danbathin untuk seluruh rakyat Indonesia.Setiap apapun profesi
diIndonesia, diharapkan untuk bisabermanfaat untuk pembangunan negaramaupun
kesejahteraan rakyat Indonesia.Calon profesi akuntan diharapkan dapatberlaku adil
dalam memperlakukanorang lain, tidak memandangmaterialitas dan kepentingan
yangdimiliki suatu individu atau kelompokterhadap dirinya. Dengan
begitupembangunan secara adil dan merata juga duharapkan dapat tercapai.
Dalam aspek ekonomi dan bisnispun, Pancasila juga perlu diletakkan sebagai
nafas utama untuk diamalkan secara objektif dan subjektif dalam kehidupan. Salah satu
ekonom terkemuka Indonesia, Mubyarto (2002), menegaskan bahwa Sistem Ekonomi
Pancasila bercirikan: (a) roda perekonomian digerakkan oleh dorongan ekonomi, sosial
dan moral, (b) kehendak kuat seluruh masyarkat ke arah pemerataan sosial berasaskan
nilai kemanusiaan, (c) prioritas kebangsaan atau nasionalisme menjiwai setiap kebijakan
ekonomi, (d) koperasi merupakan soko-guru perekonomian dan merupakan bentuk
konkrit dari usaha bersama, (e) terdapat keseimbangan yang jelas antara perencanaan
pembangunan di tingkat nasional dengan desentralisasi di daerah guna mendukung
pemerataan dan keadilan ekonomi sosial. Profesi akuntansi secara garis besar bergerak
dalam bidang bisnis dan ekonomi. Sebagai bagian dari sistem ekonomi dalam industri
jasa profesional, profesi akuntansi yang menjalankan pekerjaannya di wilayah Indonesia
perlu (dan wajib) menyesuaikan diri dengan nilai-nilai Sistem Ekonomi Pancasila.
Nilai-Nilai Pancasila seharusnya mewarnai dan menjiwai pengembangan profesi
akuntansi di Indonesia walaupun secara praksis ia tidak bisa dilepaskan dengan
globalisasi beserta seluruh turunannya. Hari ini, pertanyaan tentang nilai Pancasila ini
perlu diajukan (kembali) pada saat arus globalisasi begitu merasuki semua ruang publik
dan privat, tak terkecuali profesi akuntansi.
Secara umum, pernyataan yang mengatur perilaku akuntan untuk sejalan dengan
nilai-nilai kebaikan dan etika sudah cukup baik. Keseluruhan prinsip kode etik telah
berisikan nilai-nilai ideal yang seharusnya memang diinternalisasi dan
diimplementasikan oleh para akuntan yang berpraktik di Indonesia. Namun, ada
beberapa pertanyaan yang perlu diusung terkait apakah nilai-nilai Pancasila juga telah
diakomodasi dalam kode etik ini.
Lebih dalam tentang akuntansi, salah satu keputusan yang akan diambil oleh
pemangku kepentingan adalah masalah alokasi anggaran misalnya dalam dunia bisnis
jika jumlah penjualan yang dilaporkan terlalu rendah, maka dimungkinkan perusahaan
akan mengalokasikan biaya pemasaran yang lebih besar. Kesalahan dalam melakukan
alokasi dapat berdampak yang merugikan, misalnya dapat terjadi perpecahan antar
divisi dalam perusahaan. Pada lingkup yang lebih luas, akuntansi memiliki peran dalam
anggaran negara. Jika dalam level mikro (perusahaan) anggaran yang salah dalam
putusan alokasi dapat menimbulkan perpecahan, bagaimana jika hal tersebut terjadi
dalam skala makro (kenegaraan)?, dapat kita bayangkan apa yang terjadi?serta sila
keberapa dari Pancasila yang menjadi mandul nilainya dalam hal ini?
Cara Pandang Ketuhanan Merujuk pada kode etik IAI dan IAPI, profesi akuntan
Indonesia belum menjadikan ketuhanan dan nilai-nilai yang melekat di dalamnya
sebagai preferensi etisnya. Pun demikian, di berbagai dokumen standar profesi lainnya
dimensi ketuhanan belum ditemukan. Ini berangkat dari pola fully adoption kode etik
dan pandangan etis akuntan Indonesia dari luar negeri (Barat) yang berlatar belakang
sekuler atau mungkin ateis. Dalam cara pandang Pancasila, nilai-nilai ketuhanan
merupakan sumber etika dan spiritualitas (yang bersifat vertikal-transendental) bagi
Bangsa Indonesia. Ini adalah suatu kenyataan sejarah dalam mana Tuhan telah “hadir”
dalam ruang publik Nusantara, meski usaha-usaha untuk mencerabutnya pernah
dilakukan oleh kolonialis Belanda. Ini menunjukkan bahwa sejarah panjang perjuangan
mencapai dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, banyak dilandasi oleh
semangat keberagamaan ini. Etos perjuangan para pendahulu bangsa yang sangat kuat
dilandasi oleh semangat ketuhanan, antara lain dapat diperhatikan dalam pernyataan
Pembukaan UUD 1945 alinea ketiga yang berbunyi, “Atas berkat rahmat Allah Yang
Maha Kuasa …”, dan pekik gemuruh “Allahu Akbar” yang disuarakan oleh Bung Tomo
Unti Ludigdo 2012 Pidato Pengukuhan Guru Besar 18 saat menggelorakan semangat
juang rakyat pada perang kemerdekaan 10 Nopember 1945 di Surabaya. Nilai-nilai
ketuhanan merupakan sesuatu yang fundamental dan alamiah terdapat dalam kehidupan
individu akuntan Indonesia untuk menjalankan tugas profesi dan menuntaskan visi
hidupnya. Di alam Indonesia, Tuhan dianggap mempunyai peran penting untuk
mempromosikan sikap dan perilaku etis akuntan. Untuk itu akuntan harus selalu
didorong untuk menjaga komitmen dirinya kepada Tuhan dan kemudian menghasilkan
sikap dan perilaku menghindari perbuatan yang dilarang oleh Tuhan, serta sekaligus
menyebarkan rahmat kepada semesta. Seharusnyalah dengan disemangati oleh nilai-
nilai ketuhanan seperti ini, akuntan Indonesia akan merealisasikan berbagai prinsip dan
aturan etika lainnya.
Cara Pandang Kemanusiaan Kode etik akuntan dalam berbagai prinsip dan
aturannya telah dengan baik menguraikan dimensi cara pandang kemanusiaan ini.
Pengutamaan kepentingan publik merupakan terminologi yang sangat menonjol dalam
elaborasi prinsip dan aturan etika. Terkait dengan ini Prinsip Kedua (01) Etika Profesi
IAI mendefinisikan kepentingan publik sebagai “kepentingan masyarakat dan institusi
yang dilayani oleh akuntan secara keseluruhan.” Disebutkan pula bahwa “tanggung
jawab seorang akuntan tidak semata-mata untuk memenuhi kebutuhan klien individual
atau pemberi kerja (06)”, sehingga kepentingan publik menjadi titik berat perhatian
akuntan. Unti Ludigdo 2012 Pidato Pengukuhan Guru Besar 20 Meskipun demikian
pemahaman atas terminologi ini harus diperkuat dengan cara pandang bahwa
pengutamaan kepentingan publik ini adalah dalam kerangka perwujudan keadilan sosial
dan pencapaian kemajuan peradaban dunia bukan pengertian yang terkooptasi
kepentingan liberaliskapitalis.
Cara Pandang Keadilan Sosial Alinea pertama Mukadimah Anggaran Dasar IAI
menyebutkan bahwa “Pembangunan Nasional Indonesia bertujuan untuk mewujudkan
suatu masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945, maka adalah kewajiban bagi setiap warga Negara Indonesia
untuk berdharma bakti sesuai dengan profesi dan keahlian masing-masing dalam
pembangunan nasional tersebut.” Ini merupakan pernyataan strategis untuk pemosisian
peran akuntan Indonesia dalam konteks kebangsaan. Meskipun demikian, substansi
pernyataan dalam mukadimah ini belum ditarik secara tegas sebagai referensi etis
profesi yang termaktub dalam kode etik akuntan Indonesia.
Lampiran
1. https://www.academia.edu/22289621/PROFESIONAL_AKUNTAN_YANG
_BERETIKA_DAN_PANCASILAIS_MELALUI_SISTEM_PENDIDIKAN
_AKUNTANSI
2. https://sinergibangsa.org/menemukan-nilai-nilai-pancasila-dalam-akuntansi/
3. http://multiparadigma.lecture.ub.ac.id/files/2014/09/Pidato-Pengukuhan-
Guru-Besar-Unti-Ludigdo.pdf