Anda di halaman 1dari 4

2.

3 Pancasila sebagai dasar etika kehidupan berbangsa dan bernegara


Pancasila sebagi sistem etika terbentuk karna pentingnya suatu negara untuk memiliki
dasar panutan dan pedoman sebagai dasar etika kehidupan berbangsa dan bernegara, Anda
dapat bayangkan apabila dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara tidak ada sistem etika
yang menjadi guidance atau tuntunan bagi para penyelenggara negara, niscaya negara akan
hancur, akan terombang ambing dan perlahan lahan kehilangan identitas dirinya sendiri.
Beberapa alasan mengapa Pancasila sebagai sistem etika itu diperlukan dalam
penyelenggaraan kehidupan bernegara di Indonesia, meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Dekadensi moral yang melanda kehidupan masyarakat, terutama generasi muda sehingga
membahayakan kelangsungan hidup bernegara. Generasi muda yang tidak mendapat
pendidikan karakter yang memadai dan juga dihadapkan pada keberagaman nilai yang
melanda Indonesia sebagai akibat globalisasimenjadikan mereka kehilangan arah.
Dekadensi moral itu terjadi ketika pengaruh globalisasi tidak sejalan dengan nilai-nilai
Pancasila, tetapi justru nilai-nilai dari luar berlaku dominan. Contoh-contoh dekadensi
moral, antara lain: penyalahgunaan narkoba, kebebasan tanpa batas, rendahnya rasa
hormat kepada orang tua, menipisnya rasa kejujuran, tawuran di kalangan para pelajar.
Kesemuanya itu menunjukkan lemahnya tatanan nilai moral dalam kehidupan bangsa
Indonesia. Oleh karena itu, Pancasila sebagai sistem etika diperlukan kehadirannya sejak
dini, terutama dalam bentuk pendidikan karakter di sekolah-sekolah.

2. korupsi akan merajalela karena para penyelenggara negara tidak memiliki rambu-rambu
normatif dalam menjalankan tugasnya. Para penyelenggara negara tidak dapat
membedakan batasan yang boleh dan tidak, pantas dan tidak, baik dan buruk (good and
bad). Pancasila sebagai sistem etika terkait dengan pemahaman atas kriteria baik (good)
dan buruk (bad). Archie Bahm dalam Axiology of Science, menjelaskan bahwa baik dan
buruk merupakan dua hal yang terpisah. Namun, baik dan buruk itu eksis dalam
kehidupan manusia, maksudnya godaan untuk melakukan perbuatan buruk selalu
muncul. Ketika seseorang menjadi pejabat dan mempunyai peluang untuk melakukan
tindakan buruk (korupsi), maka hal tersebut dapat terjadi pada siapa saja. Oleh karena itu,
simpulan Archie Bahm, ”Maksimalkan kebaikan, minimalkan keburukan” (Bahm, 1998:
58). 184

3. kurangnya rasa perlu berkontribusi dalam pembangunan melalui pembayaran pajak. Hal
tersebut terlihat dari kepatuhan pajak yang masih rendah, padahal peranan pajak dari
tahun ke tahun semakin meningkat dalam membiayai APBN. Pancasila sebagai sistem
etika akan dapat mengarahkan wajib pajak untuk secara sadar memenuhi kewajiban
perpajakannya dengan baik. Dengan kesadaran pajak yang tinggi maka program
pembangunan yang tertuang dalam APBN akan dapat dijalankan dengan sumber
penerimaan dari sektor perpajakan. Berikut ini diperlihatkan gambar tentang iklan
layanan masyarakat tentang pendidikan yang dibiayai dengan pajak.

4. pelanggaran hak-hak asasi manusia (HAM) dalam kehidupan bernegara di Indonesia


ditandai dengan melemahnya penghargaan seseorang terhadap hak pihak lain. Kasus-
kasus pelanggaran HAM yang dilaporkan di berbagai media, seperti penganiayaan
terhadap pembantu rumah tangga (PRT), penelantaran anak-anak yatim oleh pihak-pihak
yang seharusnya melindungi, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), dan lain-lain.
Kesemuanya itu menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat terhadap nilai- 185 nilai
Pancasila sebagai sistem etika belum berjalan maksimal. Oleh karena itu, di samping
diperlukan sosialisasi sistem etika Pancasila, diperlukan pula penjabaran sistem etika ke
dalam peraturan perundang-undangan tentang HAM (Lihat Undang-Undang No. 39
Tahun 1999 tentang HAM).

5. kerusakan lingkungan yang berdampak terhadap berbagai aspek kehidupan manusia,


seperti kesehatan, kelancaran penerbangan, nasib generasi yang akan datang, global
warming, perubahan cuaca, dan lain sebagainya. Kasus-kasus tersebut menunjukkan
bahwa kesadaran terhadap nilai-nilai Pancasila sebagai sistem etika belum mendapat
tempat yang tepat di hati masyarakat. Masyarakat Indonesia dewasa ini cenderung
memutuskan tindakan berdasarkan sikap emosional, mau menang sendiri, keuntungan
sesaat, tanpa memikirkan dampak yang ditimbulkan dari perbuatannya. Contoh yang
paling jelas adalah pembakaran hutan di Riau sehingga menimbulkan kabut asap. Oleh
karena itu, Pancasila sebagai sistem etika perlu diterapkan ke dalam peraturan
perundang-undangan yang menindak tegas para pelaku pembakaran hutan, baik pribadi
maupun perusahaan yang terlibat. Selain itu, penggiat lingkungan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara juga perlu mendapat penghargaan seperti
gambar Lingkungan hidup yang nyaman melahirkan generasi muda yang sehat dan bersih
sehingga kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara menjadi lebih bermakna
sebagaimana tercermin dalam gambar berikut.

2.4 Nilai-nilai pancasila sebagai nilai nilai Fundamental terhadap sistem etika Negara

Pancasila memberikan dasar-dasar yang bersifat fundamental dan universal bagi


manusia baik dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. di dalam etika
Pancasila terkandung nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan
keadilan. Pada Pembukaan UUD 1945 yang didalamnya memuat nilai-nilai Pancasila
mengandung empat pokok pikiran yang merupakan penjabaran dari nilai-nilai Pancasila itu
sendiri. Pokok pikiran pertama menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah negara
persatuan, yaitu negara yang melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia, mengatasi segala paham golongan maupun perseorangan.Ketentuan dalam
pembukaan UUD 1945 yaitu, “maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia dalam
suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia” menunjukkan sebagai sumber hukum. Nilai
dasar yang fundamental dalam hukum mempunyai hakikat dan kedudukan yang kuat dan
tidak dapat berubah mengingat pembukaan UUD 1945 sebagai cita-cita Negara, para pediri
bangsa sekaligus perumus konstitusi. Di samping itu, nilai-nilai Pancasila juga merupakan
suatu landasan moral etik dalam kehidupan kenegaraan yang ditegaskan dalam alinea
keempat Pembukaan UUD 1945 bahwa negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa
berdasar atas kemanusiaan yang adil dan beradab. Konsekuensinya dalam penyelenggaraan
kenegaraan antara lain operasional pemerintahan negara, pembangunan negara, pertahanan-
keamanan negara, politik negara serta pelaksanaan demokrasi negara harus senantiasa
berdasarkan pada moral ketuhanan dan kemanusiaan.Pancasila sebagai dasar filsafat bangsa
dan Negara Republik Indonesia merupakan nilai yang tidak dapat dipisah-pisahkan dengan
masing-masing silanya. Untuk lebih memahami nilai-nilai yang terkandung dalam masing-
masing sila Pancasila,maka dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa.


Meliputi dan menjiwai keempat sila lainnya. Dalam sila ini terkandung nilai
bahwa negara yang didirikan adalah wujud dari tujuan manusia sebagai mahluk
Tuhan Yang Maha esa. Bahwa Tuhan murapakan point penting yang tidak boleh
dilupakan dalam mewujudkan dasar negara yang akan menjadi pedoman dan
tuntutan kehidupan berbangsa dan benegara

2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.


Kemanusian berasal dari kata manusia yaitu mahluk yang berbudaya dengan
memiliki potensi pikir, rasa, karsa dan cipta. Potensi itu yang mendudukkan
manusia pada tingkatan martabat yang tinggi yang menyadari nilai-nilai dan
norma-norma. Kemanusiaan terutama berarti hakikat dan sifat-sifat khas manusia
sesuai dengan martabat.

3. Persatuan Indonesia.
Persatuan mengandung pengertian bersatunya bermacam-macam corak yang
beraneka ragam menjadi satu kebulatan. Persatuan Indonesia dalam sila ketiga ini
mencakup persatuan dalam arti ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan
keamanan. Persatuan Indonesia ialah persatuan bangsa yang mendiami seluruh
wilayah Indonesia. Persatuan Indonesia merupakan faktor yang dinamis dalam
kehidupan. Karna jika persatuan tidak terbentuk maka akan memiliki potensi
besar munculnya perpecahan yang dapat mengiring kepada konflik konflik dalam
negara itu sendiri.

4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksaaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan Kerakyatan.
Rakyat merupakan sekelompok manusia yang berdiam dalam satu wilayah
negara tertentu. Dimana demi tercapainya wilayah yang ditempati berlangsung
dengan nyaman, aman dan tentram maka haruslah segala sesuatu yang bertujuan
demi kepentingan bersama merupakan hasil kesepakatan atas semua orang yang
terlibat, bukan dari satu atau beberapa pihak saja. Dengan sila ini berarti bahwa
bangsa Indonesia menganut sistem demokrasi yang menempatkan rakyat di
posisitertinggi dalam hirarki kekuasaan.

5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.


Keadilan sosial berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat di segala
bidang kehidupan, baik materiil maupunspiritual. Seluruh rakyat Indonesia berarti
untuk setiap orang yang menjadi rakyat Indonesia.Adapun makna dan maksud
istilah beradab pada sila kedua, “Kemanusiaan yanga dil dan beradab” yaitu
terlaksananya penjelmaan unsur-unsur hakikat manusia, jiwaraga, akal, rasa,
kehendak, serta sifat kodrat perseorangan dan makhluk Tuhan YangMaha Esa
sebagai causa prima dalam kesatuan majemuk-tunggal. Hal demikian dilaksnakan
dalam upaya penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernagara yang
bermartabat tinggi.

Sumber :
 Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi Republik Indonesia. 2016. Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi
Cetakan 1.
 https://www.academia.edu/17078782/Pancasila_Sebagai_Nilai_Dasar_dan_Sistem_
Etika_Negara_Indonesia

Anda mungkin juga menyukai