Anda di halaman 1dari 8

1.

Mengenai Pancasila sebagai sistem filsafat, bagaimana pandangan Anda melihat


Pancasila melalui pendekatan dasar ontologis, epistemologis dan aksiologi dakam
kehidupan sehari-hari? Jelaskan jawaban Anda disertai contohnya ! (Bobot soal
15%)

Jawaban :

Menurut pandangan saya terkait pendekatan dasar ontologis ialah dimana


Secara ontologis pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk
mengetahui hakikat dasar dari sils-sila pancasila. Pancasila terdiri atas lima asas
yang berdiri sendiri- sendiri. Manusia merupakan pendukung pokok dari sila-
sila pancasila. Maksudnya pada hakikatnya manusia memiliki hakikat mutlak ,
Dasar ontologis Pancasila pada hakikatnya adalah manusia, yang memiliki hakikat
mutlak yaitu monopluralis, atau monodualis, karena itu juga disebut sebagai
dasar antropologis. Subyek pendukung pokok dari sila-sila Pancasila adalah
manusia , contohnya seperti adat istiadat

Menurut pandangan saya terkait pendekatan dasar epistemologis ialah Dasar


epistemologi Pancasila pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan
dengan dasar ontologinya. Pancasila sebagai suatu ideologi bersumber pada nilai-
nilai dasarnya yaitu filsafat Pancasila. Oleh karena itu, dasar epistemologi
Pancasila tidak dapat dipisahkan dengan konsep dasarnya tentang hakikat manusia
, Contoh epistemologi dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan
bagaimana kita mendapatkan ilmu pengetahuan contohnya yaitu kursi.

Menurut pandangan saya terkait pendekatan dasar aksiologi ialah Aksiologi


Pancasila pada hakekatnya membahas tentang nilai praktis atau manfaat suatu
pengetahuan tentangPancasila, karena sila-sila Pancasila sebagai suatu sitem
filsafat memiliki suatu kesatuan dasar aksiologis, maka nilai-nilai yang
terkandung didalamnya pada hakekatnya juga merupakan suatau kesatuan ,
contohnya dari aksiologi ialah Seseorang memiliki ilmu dan keterampilan untuk
membuat kursi, saat kursi selesai dibuat maka pengrajin ini bisa tahu kegunaan
kursi ini untuk apa saja. Misalnya bisa digunakan untuk duduk, digunakan untuk
memberi kenyamanan saat bekerja, menaruh barang seperti lipatan baju, dan lain
sebagainya. 
2.Jelaskan apa yang Anda ketahui tentang :

a) Alasan diperlukannya Pancasila sebagai Etika

jawaban :

Pancasila sebagai sistem etika diperlukan dalam kehidupan politik untuk


mengatur sistem penyelenggaraan negara. Bayangkan apabila dalam
penyelenggaraan kehidupan bernegara tidak ada sistem etika yang menjadi
guidance atau tuntunan bagi para penyelenggara negara, niscaya negara akan
hancur. Beberapa alasan mengapa Pancasila sebagai sistem etika itu diperlukan
dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara di Indonesia, meliputi hal-hal
sebagai berikut: Pertama, korupsi akan bersimaharajalela karena para
penyelenggara negara tidak memiliki rambu-rambu normatif dalam menjalankan
tugasnya. Para penyelenggara negara tidak dapat membedakan batasan yang boleh
dan tidak, pantas dan tidak, baik dan buruk (good and bad). Pancasila sebagai
sistem etika terkait dengan pemahaman atas kriteria baik (good) dan buruk (bad).
Archie Bahm dalam Axiology of Science, menjelaskan bahwa baik dan buruk
merupakan dua hal yang terpisah. Namun, baik dan buruk itu eksis dalam
kehidupan manusia, maksudnya godaan untuk melakukan perbuatan buruk selalu
muncul. Ketika seseorang menjadi pejabat dan mempunyai peluang untuk
melakukan tindakan buruk (korupsi), maka hal tersebut dapat terjadi pada siapa
saja. Oleh karena itu, simpulan Archie Bahm, ”Maksimalkan kebaikan,
minimalkan keburukan” (Bahm, 1998: 58). Kedua, dekadensi moral yang melanda
kehidupan masyarakat, terutama generasi muda sehingga membahayakan
kelangsungan hidup bernegara. Generasi muda yang tidak mendapat pendidikan
karakter yang memadai dihadapkan pada pluralitas nilai yang melanda Indonesia
sebagai akibat globalisasi sehingga mereka kehilangan arah. Dekadensi moral itu
terjadi ketika pengaruh globalisasi tidak sejalan dengan nilai-nilai Pancasila, tetapi
justru nilai-nilai dari luar berlaku dominan. Contoh-contoh dekadensi moral,
antara lainpenyalahgunaan narkoba, kebebasan tanpa batas, rendahnya rasa
hormat kepada orang tua, menipisnya rasa kejujuran, tawuran di kalangan para
pelajar. Kesemuanya itu menunjukkan lemahnya tatanan nilai moral dalam
kehidupan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, Pancasila sebagai sistem etika
diperlukan kehadirannya sejak dini, terutama dalam bentuk pendidikan karakter di
sekolah-sekolah. Ketiga, pelanggaran hak-hak asasi manusia (HAM) dalam
kehidupan bernegara di Indonesia ditandai dengan melemahnya penghargaan
seseorang terhadap hak pihak lain. Kasus-kasus pelanggaran HAM yang
dilaporkan di berbagai media, seperti penganiayaan terhadap pembantu rumah
tangga (PRT), penelantaran anak-anak yatim oleh pihak-pihak yang seharusnya
melindungi, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), dan lain-lain. Kesemuanya
itu menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat terhadap nilai-nilai Pancasila
sebagai sistem etika belum berjalan maksimal. Oleh karena itu, di samping
diperlukan sosialisasi sistem etika Pancasila, diperlukan pula penjabaran sistem
etika ke dalam peraturan perundang-undangan tentang HAM. Keempat, kerusakan
lingkungan yang berdampak terhadap berbagai aspek kehidupan manusia, seperti
kesehatan, kelancaran penerbangan, nasib generasi yang akan datang, global
warming, perubahan cuaca, dan lain sebagainya. Kasus-kasus tersebut
menunjukkan bahwa kesadaran terhadap nilai-nilai Pancasila sebagai sistem etika
belum mendapat tempat yang tepat di hati masyarakat. Masyarakat Indonesia
dewasa ini cenderung memutuskan tindakan berdasarkan sikap emosional, mau
menang sendiri, keuntungan sesaat, tanpa memikirkan dampak yang ditimbulkan
dari perbuatannya. Contoh yang paling jelas adalah pembakaran hutan di Riau
sehingga menimbulkan kabut asap. Oleh karena itu, Pancasila sebagai sistem etika
perlu diterapkan ke dalam peraturan perundang-undangan yang menindak tegas
para pelaku pembakaran hutan, baik pribadi maupun perusahaan yang terlibat.

b) Etika Politik Pancasila sebagai sebuah etika terapan (Bobot soal 20%)

jawaban :

Etika Politik Pancasila merupakan percabangan dari filsafat politik Pancasila yang
memandang baik dan buruknya suatu perbuatan maupun perilaku politik dengan dasar
Filsafat Politik Pancasila. Adapun definisi Filsafat Politik Pancasila yaitu segenap
keyakinan yang diperjuangkan penganutnya dalam bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara Indonesia berdasarkan Pancasila.
Nilai-nilai Etika dalam Pancasila

Seperti yang kita pahami, etika tentunya membantu manusia dalam hal penentuan
mengenai tindakan yang perlu dilakukan dan apa alasannya hal tersebut harus
dilakukan. Pancasila sebagai dasar negara merupakan etika bagi bangsa Indonesia
dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara. Sedangkan nilai-nilai
etika yang dapat kita temukan dalam Pancasila dimanifestasikan dalam bentuk
tatanan seperti berikut:

 Tatanan bermasyarakat memiliki nilai-nilai dasar seperti pelarangan akan


eksploitasi sesama manusia. Semua orang wajib untuk berperikemanusiaan
dan juga berkeadilan sosial.

 Tatanan bernegara memiliki nilai-nilai dasar merdeka, berdaulat, bersatu,


adil dan makmur.

 Tatanan luar negeri memiliki nilai ketertiban dunia, perdamaian abadi,


kemerdekaan, dan keadilan sosial.

 Tatanan pemerintah daerah dengan nilai-nilai permusyawaratan yang


mengakui asal-usul atau latar belakang keistimewaan daerah.

 Tatanan hidup beragama dengan kebebasan beribadah sesuai dengan


keyakinan masing-masing.

 Tatanan bela negara, hak dan kewajiban warga negara untuk membela
negara.

 Tatanan pendidikan, dengan tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa.

 Tatanan berserikat, berkumpul dan menyatakan pendapat.

 Tatanan hukum dan keikutsertaan dalam pemerintahan, dan

 Tatanan kesejahteraan sosial dengan nilai dasar kemakmuran bagi seluruh


masyarakat.
3. Dalam pengembangan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) diperlukan
Pancasila sebagai dasar pengembangan IPTEK. Berikan alasannya mengapa
Pancasila harus menjadi dasar untuk mengembangkan IPTEK di Indonesia!
(Bobot soal 15%)

Jawaban :

Pancasila telah dijadikan dasar nilai bagi pengembangan IPTEK demi


kesejahteraan hidup masyarakat Indonesia. Pengembangan IPTEK sebagai hasil
budaya masyarakat Indonesia harus didasarkan pada nilai moral ketuhanan dan
kemanusiaan yang adil dan beradab. Pada dasarnya sila-sila pada Pancasila
merupakan sumber nilai, kerangka pikir, dan dasar moralitas bagi pengembangan
IPTEK. Sehingga, silasila dalam Pancasila menunjukkan sistem etika dalam
pengembangan IPTEK. Berikut adalah penjabaran silasila Pancasila yang
dijadikan sebagai pedoman dalam pengembangan IPTEK yang dikemukakan oleh
Kaelan (2000).

Pertama, Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, mengimplementasikan ilmu


pengetahuan, mencipta, perimbangan antara rasional dengan irrasional, antara
akal, rasa, dan kehendak. Berdasarkan sila pertama ini, IPTEK tidak hanya
memikirkan apa yang ditemukan, dibuktikan, dan diciptakan, tetapi juga
dipertimbangkan tujuannya dan akibatnya, apakah merugikan manusia dengan
sekitarnya atau tidak. Pengolahan diimbangi dengan pelestarian. Sila pertama
menempatkan manusia di alam semesta bukan sebagai pusatnya melainkan
sebagai bagian yang sistematik dari alam yang diolahnya.

Kedua, Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, memberikan dasar-dasar


moralitas bahwa manusia dalam mengembangkan IPTEK haruslah secara beradab.
IPTEK adalah bagian dari proses budaya manusia yang beradab dan bermoral.
Oleh karena itu, pembangunan IPTEK harus didasarkan pada hakikat tujuan demi
kesejahteraan umat manusia IPTEK harus dapat diabdikan untuk peningkatan
harkat dan martabat manusia, bukan menjadikan manusia sebagai makhluk yang
angkuh dan sombong akibat dari penggunaan IPTEK.
Ketiga, Sila Persatuan Indonesia, memberikan kesadaran kepada bangsa Indonesia
bahwa rasa nasionalisme bangsa Indonesia akibat dari sumbangan IPTEK, dengan
IPTEK persatuan dan kesatuan bangsa dapat terwujud dan terpelihara,
persaudaraan dan persahabatan antar daerah di berbagai daerah terjalin karena
tidak lepas dari faktor kemajuan IPTEK. Oleh karena itu, IPTEK harus dapat
dikembangkan untuk memperkuat rasa persatuan dan kesatuan bangsa dan
selanjutnya dapat dikembangkan dalam hubungan masyarakat Indonesia dengan
masyarakat internasional.

Keempat, Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam


permusyawaratan/perwakilan, mendasari pengembangan IPTEK secara
demokratis. Hal ini berarti bahwa setiap ilmuwan haruslah memiliki kebebasan
untuk mengembangkan IPTEK. Selain itu, dalam pengembangan IPTEK setiap
ilmuwan juga harus menghormati dan menghargai kebebasan orang lain dan harus
memiliki sikap yang terbuka artinya terbuka untuk dikritik, dikaji ulang maupun
dibandingkan dengan penemuan teori lainnya.

Kelima, Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kemajuan IPTEK
harus dapat menjaga keseimbangan keadilan dalam kehidupan kemanusiaan, yaitu
keseimbangan keadilan dalam hubungannya dengan dirinya sendiri, manusia
dengan Tuhannya, manusia dengan manusia lain, manusia dengan masyarakat
bangsa dan negara serta manusia dengan alam lingkungannya.

4. Belum lama berselang, KUHP yang baru telah disahkan, meskipun masih dalam
tahap sosialisasi selama 3 tahun, terdapat pro kontra terhadap pengesahan ini.
Bagaimana sikap Anda sebagai mahasiswa, kaum intelektual, melihat fenomena
ini ? Jelaskan jawaban Anda! (Bobot soal 25%)

Jawaban :

Menurut saya sebagai mahasiswa setiap keputusan pasti akan menimbulkan pro
serta kontra , dimana setiap keputusan pasti akan memberikan keuntungan serta
kerugian tapi bagaimanapun suatu hukuman ataupun peraturan harus tetap
ditegakan dengan adil.
5. Saat ini kita telah melihat bahwa Pemerintah dalam melakukan pembangunan
daerah difokuskan ke daerah tertinggal, khususnya Papua, sarana prasarana telah
dibangun guna memperlancar proses distribusi bahan sembako agar harganya
tidak mahal.

Apa tanggapan Anda mengenai adanya gerakan separatis OPM, KKB (Kelompok
Kriminal Bersenjata) dan adanya pihak yang mendeklarasikan kemerdekaan
Papua Barat, REGULER bagaimana tanggapan Anda mengenai hal ini dan apa
saran Anda untuk Pemerintah dalam menghadapi berbagai dinamika yang ada?
Jelaskan jawaban Anda ! (Bobot soal 25%)

Jawaban :

Tanggapan saya terkait Gerakan separatis ini muncul karena Beberapa contoh
dampak tidak tercapainya kesejateraan umum di papua seperti: kasus Freeport,
limbah tailing, telah mencemari sumber ekonomi seperti Moluska, sumber protein
masyarakat Kamoro-Sempan di Omawita. Demikian pula eksploitasi sumber daya
laut seperti di Biak, Sorong, Merauke dan Fak-Fak juga merusak ekosistem dan
mengganggu populasi ikan, penduduk lokal yang masih menggunakan teknologi
penangkapan tradisional, makin sulit mengakses dan memanfaatkan sumber daya
laut bagi kesejahteraannya. Eksploitasi SDA oleh para investor di bawah fasilitasi
pemerintah, berlangsung secara cepat. Sementara, persiapan sosial yang dapat
membantu menyiapkan dan memfasilitasi penduduk asli agar mengakses
program-program atau proyek-proyek yang berhubungan dengan pengelolaan
SDA tidak terjadi. Akibatnya, masyarakat menjadi penonton dan terasing di
tanahnya sendiri. Masyarakat Papua sebagai komunitas lokal tidak dapat
berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi, karena memang tidak dipersiapkan,
dilatih, dan diberi kesempatan. Perlakuan yang kurang tepat terhadap masyarakat
Papua juga terjadi dalam bidang pemerintahan, dan prosesproses politik. Sadar
atau tidak, selama pemerintahan Orde Baru, orang Papua kurang diberikan peran
dalam bidang pemerintahan. Posisi-posisi utama selalu diberikan kepada orang
luar dengan dalih orang Papua belum mampu. Walaupun untuk sebagian peran,
dalih itu mungkin ada benarnya, tetapi pada umumnya untuk mencekal orang
Papua. Seleksi ketat yang dikenakan terhadap orang Papua dilatarbelakangi oleh
kecurigaan dan tuduhan terhadap semua orang Papua sebagai OPM. Adanya
kepentingan politik dari sejumlah elite di pemerintahan agar penduduk asli tidak
memiliki akses dan duduk di pemerintahan, tidak bisa bersuara untuk membela
hak dan kekayaan SDA-nya dengan menggunakan tuduhan OPM sebagai stigma.
Dominasi masyarakat pendatang bukan hanya pada sektor pemerintahan saja,
tetapi juga pada sektor swasta. Pada kegiatan di sektor industri manufaktur yang
memanfaatkan eksploitasi SDA sebagai bahan baku lebih banyak menggunakan
tenaga kerja dari luar, Sektor perbankan juga didominasi oleh pekerja dari kaum
pendatang.Dominasi dan tekanan tersebut makin mematangkan nasionalisme
Papua dan memungkinkan tuntutan Papua Merdeka makin gencar. Masing-masing
mempunyai tanggung jawab untuk membangun kesejahteraan sesama. Harus ada
komitmen dan kepercayaan pada semua aspek pemerintahan yang terlibat untuk
mewujudkan kesejahteraan umum di indonesia. Mulai dari pemerintah, daerah,
kota, kabupaten, desa dan sampai sektor yang paling kecil RT harus turut ambil
bagian dalam mewujudkan cita-cita bersama ini

Anda mungkin juga menyukai