Anda di halaman 1dari 4

Pancasila Sebagai Ideologi Negara

Istilah ideologi berasal dari kata idea, yang artinya gagasan, konsep, pengertian dasar, cita-cita; dan
logos yang berarti ilmu. Ideologi secara etimologis, artinya ilmu tentang ideide (the science of ideas),
atau ajaran tentang pengertian dasar.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ideologi didefinisikan sebagai kumpulan konsep bersistem
yang dijadikan asas pendapat yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup. Ideologi
juga diartikan sebagai cara berpikir seseorang atau suatu golongan.

Ideologi dapat diartikan paham, teori, dan tujuan yang merupakan satu program sosial politik. Dalam
pengertian tersebut, Anda dapat 117 menangkap beberapa komponen penting dalam sebuah
ideologi, yaitu sistem, arah, tujuan, cara berpikir, program, sosial, dan politik.

Setelah Anda mengetahui pengertian ideologi, maka terlihat bahwa Pancasila sebagai ideologi
negara menghadapi berbagai bentuk tantangan. Salah satu tantangan yang paling dominan dewasa
ini adalah globalisasi. Globalisasi merupakan era saling keterhubungan antara masyarakat suatu
bangsa dan masyarakat bangsa yang lain sehingga masyarakat dunia menjadi lebih terbuka. Dengan
demikian, kebudayaan global terbentuk dari pertemuan beragam kepentingan yang mendekatkan
masyarakat dunia.

Sebagai warga negara, kita perlu memahami kedudukan Pancasila sebagai ideologi negara karena
ideologi Pancasila menghadapi tantangan dari berbagai ideologi dunia dalam kebudayaan global.
Pada bagian ini, perlu diidentifikasikan unsur-unsur yang memengaruhi ideologi Pancasila sebagai
berikut:

 Unsur ateisme yang terdapat dalam ideologi Marxisme atau komunisme bertentangan
dengan sila Ketuhanan Yang Maha Esa.
 Unsur individualisme dalam liberalisme tidak sesuai dengan prinsip nilai gotong royong
dalam sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
 Kapitalisme yang memberikan kebebasan individu untuk menguasai sistem perekonomian
negara tidak sesuai dengan prinsip ekonomi kerakyatan.

Pancasila sebagai ideologi, selain menghadapi tantangan dari ideologi-ideologi besar dunia juga
menghadapi tantangan dari sikap dan perilaku kehidupan yang menyimpang dari norma-norma
masyarakat umum. Tantangan itu meliputi, antara lain terorisme dan narkoba. Sebagaimana yang
telah diinformasikan oleh berbagai media masa bahwa terorisme dan narkoba merupakan ancaman
terhadap keberlangsungan hidup bangsa Indonesia dan ideologi negara.

Perlu diketahui bahwa selain warga negara, penyelenggara negara merupakan kunci penting bagi
sistem pemerintahan yang bersih dan berwibawa sehingga aparatur negara juga harus memahami
dan melaksanakan Pancasila sebagai ideologi negara secara konsisten. Magnis Suseno menegaskan
bahwa pelaksanakan ideologi Pancasila bagi penyelenggara negara merupakan suatu orientasi
kehidupan konstitusional. Artinya, ideologi Pancasila dijabarkan ke dalam berbagai peraturan
perundang-undangan.

Pancasila Sebagai Sistem Filsafat


Pancasila merupakan suatu sistem mendasar dan fundamental karena mendasari seluruh kebijakan
penyelenggaraan negara. Ketika suatu sistem bersifat mendasar dan fundamental, maka sistem
tersebut dapat dinamakan sebagai sistem filsafat.

Noor Bakry menjelaskan bahwa Pancasila sebagai sistem filsafat merupakan hasil perenungan yang
mendalam dari para tokoh kenegaraan Indonesia. Hasil perenungan itu semula dimaksudkan untuk
merumuskan dasar negara yang akan merdeka. Selain itu, hasil perenungan tersebut merupakan
suatu sistem filsafat karena telah memenuhi ciri-ciri berpikir kefilsafatan.

Sastrapratedja menegaskan bahwa fungsi utama Pancasila menjadi dasar negara dan dapat disebut
dasar filsafat adalah dasar filsafat hidup kenegaraan atau ideologi negara. Pancasila adalah dasar
politik yang mengatur dan mengarahkan segala kegiatan yang berkaitan dengan hidup kenegaraan,
seperti perundang-undangan, pemerintahan, perekonomian nasional, hidup berbangsa, hubungan
warga negara dengan negara, dan hubungan antarsesama warga negara, serta usaha-usaha untuk
menciptakan kesejateraan bersama. Oleh karena itu, Pancasila harus menjadi operasional dalam
penentuan kebijakan-kebijakan dalam bidang-bidang tersebut di atas dan dalam memecahkan
persoalan-persoalan yang dihadapi bangsa dan negara.

Pancasila sebagai dasar filsafat negara (Philosophische Grondslag) nilai-nilai filosofis yang
terkandung dalam sila-sila Pancasila mendasari seluruh peraturan hukum yang berlaku di Indonesia.
Artinya, nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan harus mendasari seluruh
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pada era pemerintahan Soekarno, Pancasila sebagai sistem filsafat dikenal dengan istilah
“Philosofische Grondslag”. Gagasan tersebut merupakan perenungan filosofis Soekarno atas
rencananya berdirinya negara Indonesia merdeka. Ide tersebut dimaksudkan sebagai dasar
kerohanian bagi penyelenggaraan kehidupan bernegara. Ide tersebut ternyata mendapat sambutan
yang positif dari berbagai kalangan, terutama dalam sidang BPUPKI pertama, persisnya pada 1 Juni
1945. Namun, ide tentang Philosofische Grondslag belum diuraikan secara rinci, lebih merupakan
adagium politik untuk menarik perhatian anggota sidang, dan bersifat teoritis. Pada masa itu,
Soekarno lebih 169 menekankan bahwa Pancasila merupakan filsafat asli Indonesia yang diangkat
dari akulturasi budaya bangsa Indonesia.

Pada era Soeharto, kedudukan Pancasila sebagai sistem filsafat berkembang ke arah yang lebih
praktis (dalam hal ini istilah yang lebih tepat adalah weltanschauung). Artinya, filsafat Pancasila tidak
hanya bertujuan mencari kebenaran dan kebijaksanaan, tetapi juga digunakan sebagai pedoman
hidup sehari-hari. Atas dasar inilah, Soeharto mengembangkan sistem filsafat Pancasila menjadi
penataran P-4.

Pada era reformasi, Pancasila sebagai sistem filsafat kurang terdengar resonansinya. Namun,
Pancasila sebagai sistem filsafat bergema dalam wacana akademik, termasuk kritik dan renungan
yang dilontarkan oleh Habibie dalam pidato 1 Juni 2011.

Pancasila Sebagai Sistem Etika

Pernahkah Anda mendengar istilah “etika”? Kalaupun Anda pernah mendengar istilah tersebut,
tahukah Anda apa artinya? Istilah “etika” berasal dari bahasa Yunani, “Ethos” yang artinya tempat
tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, watak, perasaan, sikap, dan cara
berpikir. Secara etimologis, etika berarti ilmu tentang segala sesuatu yang biasa dilakukan atau ilmu
tentang adat kebiasaan. Dalam arti ini, etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, tata cara
hidup yang baik, baik pada diri seseorang maupun masyarakat. Kebiasaan hidup yang baik ini dianut
dan diwariskan dari satu generasi ke generasi yang lain. Dalam artian ini, etika sama maknanya
dengan moral.

Etika Pancasila adalah cabang filsafat yang dijabarkan dari sila-sila Pancasila untuk mengatur perilaku
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia. Oleh karena itu, dalam etika
Pancasila terkandung nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan.
Kelima nilai tersebut membentuk perilaku manusia Indonesia dalam semua aspek kehidupannya.

Sila ketuhanan mengandung dimensi moral berupa nilai spiritualitas yang mendekatkan diri manusia
kepada Sang Pencipta, ketaatan kepada nilai agama yang dianutnya. Sila kemanusiaan mengandung
dimensi humanus, artinya menjadikan manusia lebih manusiawi, yaitu upaya meningkatkan kualitas
kemanusiaan dalam pergaulan antar sesama. Sila persatuan mengandung dimensi nilai solidaritas,
rasa kebersamaan (mitsein), cinta tanah air. Sila kerakyatan mengandung dimensi nilai berupa sikap
menghargai orang lain, mau mendengar pendapat orang lain, tidak memaksakan kehendak kepada
orang lain. Sila keadilan mengandung dimensi nilai mau peduli atas nasib orang lain, kesediaan
membantu kesulitan orang lain.

Etika Pancasila itu lebih dekat pada pengertian etika keutamaan atau etika kebajikan, meskipun
corak kedua mainstream yang lain, deontologis dan teleologis termuat pula di dalamnya. Namun,
etika keutamaan lebih dominan karena etika Pancasila tercermin dalam empat tabiat saleh, yaitu
kebijaksanaan, kesederhanaan, keteguhan, dan keadilan.

Kebijaksanaan artinya melaksanakan suatu tindakan yang didorong oleh kehendak yang tertuju pada
kebaikan serta atas dasar kesatuan akal – rasa – kehendak yang berupa kepercayaan yang tertuju
pada kenyataan mutlak (Tuhan) dengan memelihara nilai-nilai hidup kemanusiaan dan nilai-nilai
hidup religius. Kesederhaaan artinya membatasi diri dalam arti tidak melampaui batas dalam hal
kenikmatan. Keteguhan artinya membatasi diri dalam arti tidak melampaui batas dalam menghindari
penderitaan. Keadilan artinya memberikan sebagai rasa wajib kepada diri sendiri dan manusia lain,
serta terhadap Tuhan terkait dengan segala sesuatu yang telah menjadi haknya (Mudhofir, 2009:
386).

Pentingnya pancasia sebagai sistem etika bagi bangsa Indonesia ialah menjadi rambu normatif untuk
mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia. Dengan
demikian, pelanggaran dalam kehidupan bernegara, seperti korupsi (penyalahgunaan kekuasaan)
dapat diminimalkan.

Pancasila Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu

Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dewasa ini mencapai kemajuan pesat
sehingga peradaban manusia mengalami perubahan yang luar biasa. Pengembangan iptek tidak
dapat terlepas dari situasi yang melingkupinya, artinya iptek selalu berkembang dalam suatu ruang
budaya. Perkembangan iptek pada gilirannya bersentuhan dengan nilai-nilai budaya dan agama
sehingga di satu pihak dibutuhkan semangat objektivitas, di pihak lain iptek perlu
mempertimbangkan nilai-nilai budaya dan agama dalam pengembangannya agar tidak merugikan
umat manusia.

Pancasila sebagai ideologi negara merupakan kristalisasi nilai-nilai budaya dan agama dari bangsa
Indonesia. Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia mengakomodir seluruh aktivitas kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, demikian pula halnya dalam aktivitas ilmiah. Oleh karena
itu, perumusan Pancasila sebagai paradigma ilmu bagi aktivitas ilmiah di Indonesia merupakan
sesuatu yang bersifat niscaya.

Sebab, pengembangan ilmu yang terlepas dari nilai ideologi bangsa, justru dapat mengakibatkan
sekularisme, seperti yang terjadi pada zaman Renaissance di Eropa. Bangsa Indonesia memiliki akar
budaya dan religi yang kuat dan tumbuh sejak lama dalam kehidupan masyarakat sehingga manakala
pengembangan ilmu tidak berakar pada ideologi bangsa, sama halnya dengan membiarkan ilmu
berkembang tanpa arah dan orientasi yang jelas.

Pentingnya Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu bagi mahasiswa adalah untuk
memperlihatkan peran Pancasila sebagai rambu-rambu normatif bagi pengembangan ilmu
pengetahuan di Indonesia. Selain itu, pengembangan ilmu dan teknologi di Indonesia harus berakar
pada budaya bangsa Indonesia itu sendiri dan melibatkan partisipasi masyarakat luas.

dapus

Nurwardani, Paristiyanti dkk. 2016. Pendidikan Pancasila. Cetakan 1. Jakarta: Kementerian Riset,
Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai