Anda di halaman 1dari 35

Materi Pendidikan Pancasila

Pertemuan Kesebelas
 Perkembangan ilmu pengetahuan sangatlah pesat, sejalan dengan
kemajuan jaman, begitu pula dengan cara berpikir masyarakat yang
cenderung menyukai hal-hal yang dinamis.

 Semakin banyak penemuan-penemuan atau penelitian yang


dilakukan oleh manusia, tidak menutup kemungkinan adanya
kelemahan-kelemahan didalamnya, maka dari itu dari apa yang telah
diciptakan atau diperoleh dari penelitian tersebut ada baiknya
berdasar pada nilai-nilai yang menjadi tolok ukur kesetaraan dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, yaitu sila - sila Pancasila

 Dengan berpedoman pada nilai-nilai Pancasila, apapun yang


diperoleh manusia dalam mengembangkan ilmu pengetahuan akan
sangat bermanfaat untuk mencapai tujuan dalam bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara Indonesia guna melaksanakan
pembangunan nasional, reformasi, dan pendidikan pada khususnya.
 Pengertian Paradigma
 Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan
 Pancasila sebagai Paradigma Reformasi
 Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan
POLEKSOSBUDHANKAM
 Pancasila Sebagai Paradigma adalah sistem nilai
acuan, kerangka-acuan berpikir, pola-acuan
berpikir atau jelasnya sebagai sistem nilai yang
dijadikan sebagai kerangka landasan, kerangka
cara, dan sekaligus sebagai kerangka dalam
menentukan arah/tujan bagi yang
menyandangnya.
 Istilah Paradigma awalnya dipakai dalam filsafat
Ilmu Pengetahuan. Menurut Thomas Kuhn,
sebagai orang yang pertama kali mengemukakan
istilah tersebut yang menyatakan bahwa ilmu di
waktu tertentu didominasi oleh suatu paradigma.
 Paradigma adalah pandangan mendasar dari
para ilmuwan atas pokok persoalan suatu
cabang ilmu pengetahuan. Tidak hanya dalam
bidang ilmu pengetahuan, Paradigma
berkembang dan sering digunakan dalam
bidang politik, hukum, sosial, dan ekonomi.
 Lalu paradigma berkembang dengan
pengertian sebagai kerangka pikir, kerangka
bertindak, acuan, orientasi, sumber, tolok ukur,
parameter, arah dan tujuan. Hal dijadikan
paradigma berarti sesuatu itu dijadikan sebagai
kerangka acuan, tolok ukur, parameter, arah,
dan tujuan dari sebuah kegiatan.
 Tujuan negara yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai berikut
“Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia” hal ini
merupakan tujuan negara hukum formal, adapun rumusan “Memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa” hal ini merupakan
tujuan negara hukum material, yang secara keseluruhan sebagai tujuan khusus
atau nasional. Adapun tujuan umum atau internasional adalah “ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial”.
 Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional mengandung suatu
konsekuensi bahwa dalam segala aspek pembangunan nasional kita harus
mendasarkan pada hakikat nilai-nilai Pancasila.
 Karena nilai-nilai Pancasila mendasarkan diri pada dasar ontologis manusia
sebagai subyek pendukung Pancasila sekaligus sebagai subyek pendukung
negara.
 Unsur-unsur hakikat manusia “monopluralis” meliputi susunan kodrat manusia,
terdiri rokhani (jiwa) dan jasmani (raga), sifat kodrat manusia terdiri makhluk
individu dan makhluk sosial serta kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk
pribadi berdiri sendiri dan makhluk Tuhan YME.
 Saat ini Indonesia tengah berada pada era reformasi yang telah
diperjuangkan sejak tahun 1998.
 Bangsa Indonesia ingin menata kembali (reform) tatanan kehidupan yang
berdaulat, aman, adil, dan sejahtera.
 Namun dalam mencapai terwujudnya reformasi bangsa Indonesia harus
mengalami berbagai dampak, baik dampak sosial, politik, ekonomi, terutama
kemanusiaan.
 Namun demikian ada satu yang tersisa dari keterpurukan bangsa Indonesia,
yaitu keyakinan akan nilai yang dimilikinya, yaitu nilai yang berakar dari
pandangan hidup bangsa indonesia yaitu nilai-nilai Pancasila.
 Jadi reformasi yang dilakukan bangsa Indonesia adalah menata kehidupan
bangsa dan negara dalam suatu sistem negara dibawah nilai-nilai Pancasila,
bukan menghancurkan dan membubarkan bangsa dan negara Indonesia.
 Oleh karena itu Pancasila sangat tepat sebagai paradigma( acuan, kerangka )
dan tolak ukur gerakan reformasi di Indonesia.
 Reformasi yang berketuhanan YME, artinya gerakan reformasi berdasarkan
pada moralitas ketuhanan dan harus mengarah pada kehidupan yang baik
sebagai manusia makhluk Tuhan.
 Reformasi yang berperikemanusiaan yang adil dan beradab. Artinya, gerakan
reformasi berlandaskan pada moral kemanusiaan yang luhur dan sebagai
upaya penataan kehidupan yang penuh penghargaan atas harkat dan
martabat manusia.
 Reformasi yang berdasarkan nilai Persatuan. Artinya, gerakan reformasi
harus menjamin tetap tegaknya negara dan bangsa Indonesia sebagai satu
kesatuan. Gerakan reformasi yang menghindarkan diri dari praktik dan
perilaku yang dapat menciptakan perpecahan dan disintegrasi bangsa.
 Reformasi yang berakar pada asas kerakyatan. Artinya, seluruh
penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara harus dapat
menempatkan rakyat sebagai subyek dan pemegang kedaulatan.
 Reformasi yang bertujuan pada keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia, yaitu demi terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
Tujuan Reformasi dapat diuraikan sbb:
1. Melakukan perubahan secara serius dan bertahap
untuk menemukan nilai-2 baru dlm kehidupan
berbangsa dan bernegara.
2. Menata kembali seluruh struktur kenegaraan
termasuk perundangan dan konstitusi yang
menyimpang dari arah perjuangan dan cita-2
masyarakat dan bangsa.
3. Melakukan perbaikan di segala bidang kehidupan
Poleksosbushankam.
4. Menghapus dan menghilangkan cara-2 hidup dan
kebiasaan dalam masyarakat yang tidak sesuai lagi
dengan tuntutan reformasi.
1. Adanya pembatasan masa jabatan presiden
2. Terlaksananya amandemen UUD 1945

3. Kebebasan Pers
4. Pilpres secara langsung

5. Meningkatnya derajad bangsa Indonesia

6. Sifat terbuka Indonesia kpd dunia


Internasional
 Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan
Politik
 Warga Indonesia ditempatkan sebagai pelaku
atau subjek politik bukan objek politik. Pancasila
dalam pembangunan politik harus dapat
meningkatkan harkat dan martabat manusia
dengan menempatkan kekuasaan tertinggi
adalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat
dimana sistem politik indonesia yang sesuai
dengan pancasila sebagai paradigma adalah
sistem politik demokrasi.
 Sehingga, perlu dikembangkan berdasarkan
asar kerakyatan dalam sila IV Pancasila,
kemudian pada asas-asas moral dari pada sila-
sila Pancasila. Maka, secara berturut-turut,
sistem politik Indonesia dikembangkan atas
moral ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan dan keadilan. Moral tersebut
menjadi landasan warga dan penyelenggara
negara guna perilaku politik santun dan
bermoral.
 Sedangkan Pancasila sebagai paradigma
pengembangan sosial diartikan bahwa
pancasila bersifat sosial-politik bangsa dalam
cita-cita bersama yang ingin diwujudkan
dengan menggunakan nilai-nilai dalam
Pancasila.
 Pemahaman untuk implementasinya dilihat
secara berurutan terbalik:
 Penerapan dan pelaksanaan keadilan sosial
mencakup keadilan politik, budaya, agama, dan
ekonomi dalam kehidupan sehari-hari.
 Mementingkan kepentingan rakyat (demokrasi)
dalam pengambilan keputusan.
 Melaksanakan keadilan sosial dan penentuan
prioritas kerakyatan berdasarkan konsep
mempertahankan persatuan.
 Dalam pencapaiannya tujuan keadilan
menggunakan pendekatan kemanusiaan yang
adil dan beradab.
 Nilai-nilai keadilan sosial, demokrasi,
persatuan, dan kemanusiaan (keadilan
keberadaban) tersebut bersumber pada nilai
Ketuhanan Yang Maha Esa.
 Di era globalisasi informasi dari implementasi perlu
direkonstruksi kedalam perwujudan masyarakat warga
(civil society) yang mencakup masyarakat tradisional
(berbagai asal etnik, agama dan golongan), masyarakat
industrial, dan masyarakat purna industrial. Sehingga
nilai-nilai sosial politik yang dijadikan moral baru
masyarakat informasi adalah sebagai berikut…
 Nilai toleransi
 Nilai transparansi hukum dan kelembagaan
 Nilai kejujuran dan komitmen (tindakan sesuai dengan
kata)
 Bermoral berdasarkan konsensus (fukuyama dalam
Astrid: 2003:3)
 . Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Ekonomi
 Pancasila sebagai paradigma pembangunan ekonomi dengan
sistem ekonomi pada nilai moral daripada Pancasila. Secara
khusus, sistem ekonomi harus didasrkan pada dasar moralitas
ketuhanan pada Sila I Pancasila dan kemanusiaan pada Sila II
Pancasila yang menghasilkan sistem ekonom
berperikemanusiaan. Sistem ekonomi yang menghargai
hakikat manusia, baik dari segi selaku makhluk individu,
sosial, makhluk pribadi maupun makhluk tuhan.
Sistem ekonomi berdasar Pancasila berbeda dengan sistem
ekonomi liberal yang hanya menguntungkan individu-
individu tanpa perhatian pada manusia lain. Sistem ekonomi
ini berbeda dengan sistem ekonomi dalam sistem sosialis yang
tidak mengakui kepemilikan individu.
 Pancasila bertolak dari manusia sebagai
totalitas dan manusia sebagai subjek.
 Maka dari itu, sistem ekonomi harus dengan
sistem dan pembangunan ekonomi dengan
tujuan pada kesejahteraan rakyat secara
keseluruhan berasaskan kekeluargaan dengan
nilai-nilai kemanusiaan.
 Pembangunan ekonomi harus menghindarkan
diri dari bentuk persaingan bebas, monopoli
yang akan menimbulkan penindasan,
ketidakadilan, penderitaan, dan kesengsaraan
warga negara
 Pancasila sebagai paradigma pengembangan
ekonomi mengacu Sila IV Pancasila, sedangkan
pengembangan ekonomi pada sistem ekonomi
Indonesia yaitu Pembangunan Ekonomi
Kerakyatan atau Pembangunan Demokrasi
Ekonomi atau Sistem Ekonomi Pancasila yang
mana ekonomi untuk sebesarbesar
kemakmuran rakyat yang berkeadilan bagi
warga Indonesia dimana politik ekonomi
kerakyatan memberikan kesempatan,
dukungan, dan pengembangan ekonomi
rakyat mencakup koperasi, usaha kecil, dan
usaha menengah sebagai pilar utama
pembangunan ekonomi nasional.
 Oleh sebab itu, perekonomian disusun sebagai usaha
bersama berdasar asas kekeluargaan yang mampu
mengembangkan program-program kongkrit
pemerintah daerah di era otonomi daerah yang lebih
mandiri dan lebih mampu mewujudkan keadilan dan
pemerataan pembangunan daerah.
 Dengan demikian, Ekonomi kerakyatan akan mampu
memberdayakan daerah/rakyat dalam berekonomi,
sehingga lebih adil, demokratis, transaran, dan
partisipatif.
 Dalam ekonomi kerakyatan, Negara berperan
melindungi warga negara dengan mengingkatkan
kepastian hukum.
 Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Sosial
Budaya
 Pancasila bersifat humanistik karena memang Pancasila
bertolak dari hakikat dan kedudukan kodrat manusia
sendiri. Hal tersebut tertuang dalam sila Kemanusiaan
Manusia harus dapat mengembangkan dirinya dari
tingkat homo menjadi human. Berdasar sila persatuan
Indonesia, pembangunan sosial budaya dikembangkan
atas dasar penghargaan terhadap nilai sosial dan
budaya-budaya yang beragam di seluruh wilayah
Nusantara menuju pada tercapainya rasa persatuan
sebagai bangsa.
 Perlu ada pengakuan dan penghargaan
terhadap budaya dan kehidupan sosial
berbagai kelompok bangsa Indonesia sehingga
mereka merasa dihargai dan diterima sebagai
warga negara.
 Dengan demikian, pembangunan sosial budaya
tidak menciptakan kesenjangan, kecemburuan,
diskriminasi, dan ketidakadilan sosial.
 Paradigma baru dalam pembangunan nasional
berupa paradigma pembangunan
berkelanjutan, yang dalam perencanaan dan
pelaksanaannya perlu diselenggarakan dengan
menghormati hak budaya komuniti-komuniti
terlibat di samping hak negara untuk mengatur
kehidupan berbangsa dan hak asasi individu
pembangunan berkelanjutan, yang dalam
perencaan dan pelaksanaannya perlu
diselenggarakan dengan menghormati hak
budaya komuniti-komuniti yang terlibat,
disamping hak negara untuk mengatur
kehidupan berbangsa dan hak asasi individu
secara berimbang (sila kedua).
 Hak budaya komuniti dapat sebagai
perantara/penghubung/penengah antara hak
negara dan hak asasi individu.
 Paradigma tersebut dapat mengatasi sistem
perencanaan yang sentralistik dan yang
mengabaikan kemajemukan masyarakat dan
keanekaragaman kebudayaan Indonesia.
 Dengan demikian, era otonomi daerah tidak
akan mengarah pada otonomi suku bangsa
tetapi justru akan memadukan pembangunan
lokal/daerah dengan pembangunan regional
dan pembangunan nasional (Sila Keempat).
 Sehingga ia akan menjamin keseimbangan dan
kemerataan (Sila Kelima) dalam rangka
memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa
yang akan sanggup menegakan kedaulatan dan
keutuhan wilayah NKRI (Sila Ketiga).
 Sebenarnya nila-nilai Pancasila memenuhi
kriteria sebagai puncak-puncak kebudayaan,
sebagai kerangka acuan-acuan bersama, bagi
kebudayan-kebudayaan di daerah:
 Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Hukum

 Salah satu tujuan negara Indonesia adalah melindungi


segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia.
 Hal tersebut bermakna bahwa negara bertugas dan
bertanggung jawab atas seluruh rakyat Indonesia
sehingga perlu memperkuat pertahanan dan keamanan
dengan membangun pertahanan dan keamanan
Indonesia yang kini dikenal dengan sishankamrata
(sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta).
 Sistem pertahanan yang sifatnya semesta dengan
melibatkan seluruh warga negara, wilayah, dan sumber
daya nasional lainnya serta dengan mempersiapkan
secara dini oleh pemerintah dan diselenggarakan secara
total terpadu, terarah, dan berlanjut untuk menegakkan
kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan
segenap bangsa dari segala ancaman.
 Penyelenggaraan sistem pertahanan semesta
didasarkan pada kesadaran atas hak dan kewajiban
warga negara, serta keyakinan pada kekuatan sendiri.
 Sistem tersebut pada dasarnya sesuai dengan nilai-nila
Pancasila dimana rakyat memiliki hak dan kewajiban
yang sama dalam masalah pertahanan negara dan bela
negara. Pancasila sebagai paradigma pembangunan
pertahanan keamanan tertuang dalam UU No. 3 Tahun
2002 tentang pertahanan negara.
 Setelah ditetapkannya UUD 1945, NKRI telah memiliki
sebuah konstitusi yang dalamnya terdapat pengaturan
tiga kelompok materi muatan konstitusi yaitu sebagai
berikut…
1. Adanya perlindungan terhadap HAM
2. Adanya susunan ketatanegaraan negara yang
mendasar,
3. Adanya pembagian dan pembatasan tugas-tugas
ketatanegaraan yang mendasar.
 Sesuai dengan UUD 1945, yang terdapat rumusan
Pancasila, Pembukaan UUD 1945 sebagai bagian dari
UUD 1945 atau bagian dari hukum positif yang mana
kedudukan Pancasila mengandung segi positif dan
negatif.
 Segi positif kedudukan Pancasila adalah dapat
dipaksakan berlakunya oleh negara, sedangkan dalam
segi negatif adalah pembukaan dapat diubah oleh MPR
sesuai dengan ketentuan Pasal 37 UUD 1945.
 Hukum tertulis, contohnya UUD termasuk pada
perubahannya, UU dan peraturan perundang-
undangan mengacu pada dasar negara (sila-sila
Pancasila dasar negara).
 Dalam kaitannya dengan Pancasila sebagai paradigma
pengembangan hukum baik hukum
tertulis maupun hukum tidak tertulis tidak boleh
bertentangan dengan sila-sila pada Pancasila.
 Dengan demikian substansi hukum yang
dikembangkan merupakan perwujudan atau
penjabaran sila-sila yang terkandung dalam Pancasila.
Artinya substansi produk hukum merupakan karakter
 Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Kehidupan
Umat Beragama
 Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Kehidupan
Umat Beragama Bangsa Indonesia sudah dikenal dari
dulu sebagai bangsa ramah dan santun yang dikenal
dimata dunia Internasional. Indonesia dengan
kemajemukan, binneka dan plural. Indonesia juga terdiri
dari suku, etnis, bahasa dan agama namun terjalin kerja
sama untuk meraih dan mengisi kemerdekaan Republik
Indonesia kita.
 Namun, keramahan Indonesia kini mulai banyak
dipertanyakan karena banyak kasus kekerasan yang
bernuansa Agama.
 Paradigma toleransi antar umat beragama untuk
menciptakan kerukunan dalam beragama perspektif
Piagam Madina yang intinya adalah sebagai berikut..
 1. Semua umat Islam, meskipun dari banyak suku
merupakan satu komunitas (ummatan wahidah).
2. Hubungan antara sesama anggota komunitas Islam
dan antara komunitas Islam dan komunitas lain
didasarkan dari prinsip-prinsip yaitu:
 Bertetangga dengan rukun
 Saling membantu dalam menghadapi musuh bersama
 Membela yang teraniaya
 Saling menasehati
 dan menghormati mengenai kebebasan beragama
 Berdasarkan lima prinsip yang mengisyaratkan
bahwa:
1. Adanya persamaan hak dan kewajiban
antara sesama warga negara tanpa dengan
membedakan atas dasar suku dan agama
2. Adanya semangat persahabatan dan saling
berkonsultasi dalam menyelesaikan masalah
bersama serta saling membantu menghadapi
musuh bersama.
 Hal yang mendasar dalam memperkokoh
kerukunan hidup antara umat beragama adalah
dengan membangun dialog horizontal dan
vertikal.
 Dialog horizontal adalah interaksi antara manusia yang
berdasar dialog untuk mencapai saling pengertian,
pengakuan akan eksistensi manusia, dan pengakuan
akan sifat dasar manusia yang indeterminis dan
interdependen.
 Identitas indeterminis adalah sikap dasar manusia yang
menyebutkan bahwa posisi manusia berada pada
kemanusiaannya.
 Artinya, posisi manusia bukan sebagai benda mekanik,
melainkan sebagai manusia yang memiliki akal budi
kreatif dan berbudaya.
 Pancasila sebagai paradigma pembangunan dapat
diartikan sebagai kerangka berpikir, sumber nilai,
orientasi dasar, sumber asas serta arah tujuan dari
pembangunan.
 Oleh karena itu, penggalian terhadap nilai-nilai Pancasila
menjadi dasar syarat utama dalam perencanaan program-
program pembangunan yang dilakukan.
Semoga bermanfaat…

Anda mungkin juga menyukai