Anda di halaman 1dari 23

Dosen Pengampu : H.Abdul Ghofur, M.

Ag

Disusun
Oleh Hanni
Salma : Khalilah Nasution
(12030223610)
Fariha Arum Aristianti
(12030223619)
Nurhafizah (12030221545)
PANCASILA SEBAGAI
PARADIGMA
BERBANGSA DAN
BERNEGARA
Pengertian paradigma
Istilah paradigma sebagai suatu konsep, kali pertama di perkenalkan oleh
Thomas
dalam KuhnThe structure of Scientific Revolution (1970:49), dan kemudian
bukunya
dipopulerkan dalam teori sosial oleh Robert Freidrichs
(1970).

Ia mengatakan intisari dari pengertian paradigma adalah asumsi-
asumsi
dan dasar
asumsi-asumsi teoritis yang umum, (merupakan suatu sumber nilai)
sehingga
merupakan suatu sumber hukum-hukum, metode, serta penerapan dalam ilmu
sehingga sangat menentukan sifat, ciri serta karakter ilmu pengetahuan itu

pengetahuan,
sendiri.
Istilah paradigma kemudian berkembang dalam berbagai
bidang manusia serta ilmu pengetahuan lainya , misalnya
kehidupan
politik,.
hukum, ekonomi, budaya serta bidang – bidang
lainnya

Istilah paradigma juga berkembang menjadi terminologi yang mengandung


konotasi pengertian: sumber nilai ,kerangka pikir, orientasi dasar, sumber asas,
serta arah dan tujuan dari suatu bidang tertentu, termasuk dalam bidang
pembangunan, reformasi maupun dalam pendidikan.

George ritzer membuat pengertian paradigma adalah suatu pandangan yang mendasar
dari para ilmuan tentang apa yang menjadi pokok sasaran yang semestinya di pelajari
olah suatu cabang atau disiplin ilmu pengetahuan. Dengan demikian paradigma
merupakan alat bantu bagi ilmuan dalam merumuskan tentang apa yang harus di
pelajari, persoalan–persoalan apa saja yang harus dijawab, bagaimana seharusnya
menjawabnya, serta aturan-aturan apa yang harus diikuti, dalam menginterpretasikan
informasi yang dipeloreh.
PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA
PEMBANGUNAN
Pembangunan pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan perubahan dari suatu
kondisi kearah kondisi yang lebih baik. Sedangkan tujuan pembangunan negara Indonesia
sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD 1945 adalah: ”melindungi segenap bangsa
dan seluruh tumpah darah Indonesia. dan memajukan kesejahteraan umum ,mencerdaskan
kehidupan bangsa“ Secara fisolofis hakikat kedudukan pancasila sebagai paradigma
pembangunan mengandung suatu kosenkuensi bahwa dalam segala aspek pembangunan , kita
harus mendasarkan pada hakikat nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila pancasila.
Demikian pula dalam mewujudkan tujuan pembangunan Indonesia, haruslah
dikembalikan pada dasar-dasar hakikat manusia itu sendiri, yaitu sebagai makhluk
yang”monoplularis”yang memiliki kodrat sebagai makluk individu dan makhluk
sosial, sebagai makluk pribadi yang berdiri sendiri dan sebagai makluk tuhan YME,
yang memiliki jiwa (rohaniyah: akal, rasa, kehendak) dan raga (jasmani).
Sedangkan pembangunan yang berdasarkan pada nilai-nilai pancasila
tersebut ,dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan maupun dalam
pengawasan. Demikian pula dengan pelaku pembangunan, segala aktifitasnya
hendaknya di upayakan untuk mencapai tujuan hidup bersama, bukan hanya demi
kepentingan hidup sesaat masing-masing pihak secara individu. Pancasila juga
harus dijadikan dasar berprilaku, serta bersikap pelaku pembangunan bila mana
hal itu tidak dilakukan maka mustahil pembangunan nasional dapat berhasil
Sila ketiga : “ Persatuan Indonesia”.
Sila ini mendasari bahwa IPTEK
hendaknya dapat menumbuhkan rasa
nasionalisme, rasa kebesaran bangsa,
serta rasa keluhuran bangsa sebagai
dari umat manusia di dunia .
Sila keempat : ”Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksaaan
dalam permusyawaratan/perwakilan“. Sila ini mendasari bahwa
perkembangan IPTEK itu haruslah bersifat demokratis. Artinya ilmuan
yang memiliki kebebasan untuk mengembangkan IPTEK. Namun ilmuan
juga harus menghormati dan menghargai kebebesan orang lain. Serta
memiliki sikap yang terbuka, terbuka untuk dikritik, dikaji ulang,
maupun dibandingkan dengan penemuan dari teori lainya.
Sila kelima : ”Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia”. Sila
ini sebagai dasar dalam pengembangan IPTEK dalam
menjaga keseimbangan keadilan dalam hubungan nya dengan
dirinya sendiri, dan manusia dengan tuhannya, serta antara
manusia dan manusia lain, manusia dengan masyarakat
bangsa dan negara, serta manusia dengan alam
lingkungannya.
Pancasila Sebagai Paradigma
Pembangunan
POLEKSOSBUD HANKAM
Pembangunan POLEKSOSBUD HANKAM sering juga diungkapkan dengan
pelaksanaan pembangunan manusia seutuhnya atau pembangunan manusia
secara lengkap, pembangunan seluruh unsur hakikat manusia sebagai
makhluk monopluralis atau dengan kata lain membangun martabat manusia.
Pancasila sebagai paradigma pengembangan bidang politik Pembangunan
perngembangan politik adalah:
a. Benar-benar untuk merealisasikan tujuan harkat dan
martabat manusia.
b. Menciptakan sistem yang menjamin hak-hak asasi
manusia.
c. Dalam rangka menciptakan kekuasaan negara yang berdasarkan kekuasaan rakyat , bukan
kekuasaan perorangan atau kelompok.
d. Untuk memberikan dasar moral supaya negara tidak berdasarkan kekuasaan, tetapi atas dasar
budi perketi kemanusiaan, serta memegang teguh cita-cita moral takyat yang luhur.
Demikian pula dalam sila-sila pancasila tersusun dalam urut-
urutan yang sistematis, bahwa dalam politik negara harus
berdasarkan pada : kerakyatan ( sila ke 4) adapun pengembangan
dan aktualisasi politik negara berdasarkan pada moralitas berturut-
turut mulai moral ketuhanan (sila ke 1), moral kemanusiaan (sila
ke 2) dan moral persatuan, yaitu ikatan moralitas sebagai suatu
bangsa (sila ke 3) dan aktualisasi dan perkembangan politik negara
demi tercapainya keadilan dalam hidup bersama ( sila ke 5).

Dapat disimpulkan bahwa pengembangan politik negara terutama dalam era


reformasi ini adalah didasarkan pada moralitas sebagaimana tertuang dalam
sila-sila pancasila. Sehingga praktek-praktek politik yang menghalalkan
segala cara, dengan menfitnah, memprovokasi, menghasut rakyat yang tidak
berdosa untuk diadu domba harus segera diakhiri.
PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PERGEMBANGAN
EKONOMI

Pradigma pengembangan ekonomi yang berdasarkan pancasila adalah pengembangan


ekonomi dengan sistem yang mendasarkan pada moralitas humanistic ,yaitu ekonomi
yang berkemanusiaan .yaitu pengembangan ekonomi yang berkerakyatan yang bertujuan
demi kesejahteraan rakyat secara luas. Paradigma perkembangan ekonomi berdasarkan
pancasila bukanlah hanya mengejar pertumbuhan saja, melainkan juga demi kemanusiaan,
dan demi kesejahteraan seluruh bangsa. Jadi perkembangan ekonomi bangsa berdasarkan
asas kekeluargaan seluruh bangsa.
Dan perkembangan ekonomi tidak dapat di pisahkan dengan nilai-
niali kemanusiaan. Karena hal tersebut didasarkan pada kenyataan,
bahwa tujuan ekonomi itu sendiri adalah untuk memenuhi
kebutuhan manusia, agar manusia menjadi lebih sejahtera. Dengan
kata lain kita semua harus menghindari diri dari pengembangan
ekonomi yang hanya mendasarkan persaingan bebas, monopoli dan
lainnya yang menimbulkan penderitaan pada manusia, .
menimbulkan penindasan atas manusia yang satu atau yang lainnya.
PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA
PENGEMBANGAN HANKAM
Negara hakikatnya adalah suatu masyarakat hukum. Demi tegaknya hak-hak warga
negara maka di perlukakan peraturan perundang-undangan negara. Karena pancasila
merupakan dasar negara, maka pancasila harus menjadi aturan dalam pengembangan
H A N K A M untuk mencapai tujuan Indonesia menjaga keamanan dan menegakkan
hukum.
PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PENGEMBANGAN
KEHIDUPAN BERAGAMA

Pada proses reformasi beberapa wilayah negara Indonesia mengalami konflik sosial yang
bersumber pada masalah SARA, terutama kehidupan beragama. Ini merupakan tugas yang
berat bagi bangsa Indonesia untuk mengembalikan perdamaian diantara umat beragama.
Pancasila telah memberikan dasar yang fundamental bagi umat yang beragama agar hidup
rukun ,damai ,saling menghormati, saling menghargai, tanpa memandang latar belakang
suku, agama, bahkan ras yang berbeda-beda. Pancasila telah memberikan dasar-dasar nilai
yang fundamental bagi bangsa Indonesia untuk hidup secara damai dalam kehidupan
beragama di negara Indonesia. Dalam pengertian ini maka negara menegaskan dalam pokok
pikiran ke IV bahwa “Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa”, ini berarti bahwa
kehidupan dalam negara mendasarkam pada nilai-nilai Ketuhanan.
PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA
REFORMASI

Arti reformasi secara etimologis berasal dari kata reformation,


Makna
dengan akar kata reform yang berarti “make or become better
Reformasi by removing or putting right what is bad or wrong”.
Secara harfiah
reformasi berarti “suatu gerakan untuk memformat ulang, menata ulang atau menata
kembali hal-hal yang menyimpang untuk dikembalikan pada format atau bentuk semula
sesuai dengan nilai-nilai ideal yang dicita-citakan rakyat” (Riswanda, 1998).
Pada hakikatnya reformasi adalah mengembalikan tatanan kenegaraan ke arah sumber nilai yang
merupakan platform kehidupan bersama bangsa Indonesia, yang selama ini diselewengkan demi
kekuasaan sekelompok orang, baik pada masa orde lama maupun orde baru.
Proses reformasi walaupun dalam lingkup pengertian reformasi harus memiki tujuan, dasar, cita-
cita, serta platform yang jelas bagi bangsa Indonesia, nilai-nilai Pancasila itulah yang merupakan
paradigma reformasi tersebut.
membuat atau menjadi lebih baik
dengan menghilangkan atau
memperbaiki apa yang buruk atau
salah
1. Gerakan
Reformasi.
Pelaksanan GBHN 1998 pada Pembangunan Jangka Panjang II Pelita ke tujuh bangsa Indonesia
menghadapi bencana hebat, yaitu dampak krisis ekonomi Asia terutama Asia Tenggara sehingga
menyebabkan stabilitas politik menjadi goyah. Sistem politik dikembangkan kearah sistem “Birokratik
Otoritarian” dan suatu sistem “Korporatik”.
Sistem ini ditandai dengan konsentrasi kekuasaan dan partisipasi dalam pembuatan keputusan-keputusan
nasional yang berada hampir seluruhnya pada tangan penguasa negara, kelompok militer, kelompok cerdik
cendikiawan dan kelompok pengusaha oligopolistik dan bekerjasama dengan masyarakat bisnis
internasional. Awal keberhasilan gerakan reformasi tersebut ditandai dengan mundurnya Presiden RI
Soeharto.
Pada tanggal 21 Mei 1998, yang kemudian digantikan oleh Wakil Presiden RI yaitu Prof. Dr. B.J. Habibie.
Dan pemerintahan B.J. Habibie inilah (sebagai pemerintahan transisi) yang mengantarkan Indonesia untuk
melakukan reformasi secara menyeluruh, terutama perubahan UU politik tahun 1985, kemudian diikuti
dengan reformasi ekonomi yang menyangkut perlindungan hukum. Yang lebih mendasar reformasi
dilakukan pada susunan DPR dan MPR yang dengan sendirinya harus dilakukan memalui Pemilu
secepatnya.
Gerakan Reformasi dan Ideologi
Masa OrdePancasila
Lama,
misalnya: terjadinya Gerakan Nasakom, Pengangkatan Presiden Soekarno sebagai presiden
seumur hidup, terjadinya praktek-praktek dictator dalam pemerintahan.

Masa Orde
Baru,
Pada Era ini Pancasila digunakan sebagai alat legitimasi politik oleh penguasa. Asas kekeluargaan
yang terkandung dalam panacasila disalah gunakan menjadi praktek Nepotisme, sehingga
merajalelanya Kolusi dan Korupsi dimana-mana.
Adapun syarat-syarat reformasi menurut pancasila
yaitu :karena adanya
Gerakan reformasi dilakukan
Suatu gerakan reformasi dilakukan dengan
penyimpangan-penyimpangan
Suatu gerakan reformasi dilakukan harus dengan suatu berdasarkan pada suatu kerangka struktural
cita-cita yang jelas (landasan ideologi) pancasila tertentu (dalam hal ini UUD 1945) sebagai
sebagai ideologi bangsa dan Negara Indonesia. kerangka acuan reformasi.
Reformasi dilakukan ke arah suatu perubahan kondisi Reformasi dilakukan dengan dasar moral dan
serta keadaan yang lebih baik dalam segala aspek etika sebagai manusia yang berketuhanan yang
anatara lain bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, maha esa, serta terjaminnya persatuan dan
serta kehidupan keagamaan kesatuan bangsa.
Pancasila sebagai Dasar Cita-cita Reformasi
Menurut Hamengkubuwono X, gerakan reformasi harus tetap diletakkan dalam kerangka
persepektif pancasila sebagai sebagai landasan cita-cita dan ideologi, sebab tanpa adanya suatu
dasar nilai yang jelas maka suatu reformasi akan mengarah pada suatu disintegrasi, anarkisme,
brutalisme, pada akhirnya menuju pada kehancuran bangsa dan negara Indonesia.

Maka reformasi dalam persepektif pancasila pada


hakikatnya harus berdasarkan pada nilai-nilai Ketuhan Yang
Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan
Indonesia, Berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serta
Berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pancasila
sebagai sumber nilai memiliki sifat yang reformatif artinya
memiliki aspek pelaksanaan yang senantiasa mampu
menyesuaikan dengan dinamika aspirasi rakyat. Dalam
mengantisipasi perkembangan zaman yaitu dengan jalan
menata kembali kebijaksanaan-kebijaksanaan yang tidak
sesuai dengan aspirasi rakyat.
2. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA
REFORMASI HUKUM
Setelah peristiwa 21 Mei 1998 saat runtuhnya orde baru, salah satu subsistem yang mengalami
kerusakan parah adalah bidang hukum. Produk hukum baik materi maupun penegaknya dirasakan
semakin menjauh dari nilai-nilai kemanusiaan, kerakyatan serta keadilan. Kerusakan atas subsistem
hukum yang sangat menentukan dalam berbagai bidang misalnya, politik, ekonomi, dan bidang
lainnya maka bangsa Indonesia ingin melakukan suatu reformasi menata kembali subsistem yang
mengalami kerusakan tersebut.
Pancasila sebagai Sumber Nilai Perubahan Hukum Pancasila sebagai paradigma dalam
melakukan reformasi di bidang hukum, maka pancasila dapat dipandang sebagai cita-cita
hukum yang berkedudukan sebagai staatsfundamentalnorm dalam negara Indonesia.

Oleh sebab itu cita-cita hukum pancasila dapat memenuhi fungsi konstitusif maupun regulatif.
Dengan fungsi regulatif pancasila menentukan dasar suatu tata hukum yang memberi arti dan makna
bagi hukum itu sendiri, sehingga tanpa dasar yang diberikan oleh pancasila maka hukum akan
kehilangan arti dan maknanya sebagai hukum itu sendiri.
Fungsi regulatif pancasila menentukan apakah suatu hukum positif sebagai produk yang adil ataukah tidak
adil.
Sebagai staatfundamentalnorm, pancasila merupakan pangkal tolak derivasi (sumber penjabaran) dari tertib
hukum di Indonesia termasuk UUD 1945.
Dalam pengertian inilah menurut istilah ilmu hukum disebut sebagai sumber dari segala peraturan perundang-
undangan di Indonesia.
Sementara sumber hukum tersebut meliputi dua macam pengertian, yaitu:
1) Sebagai sumber formal hukum, yaitu sumber hukum ditinjau daribentuk dan tata cara penyusunan
hukum, yang mengikat terhadapkomonitasnya.
Misalnya Undang-Undang, Peraturan Pemerintah,Peraturan Daerah, dan lain-lain.
2) Sebagai sumber material hukum, yaitu suatu sumber hukum yangmenentukan materi dan isi suatu
norma hukum. (Darmodihardjo.(1996: 206).

Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Pelaksanaan Hukum Bahwa untuk


pelaksanaan hukum yang baik, haruslah ditunjang oleh aparat penegak hukum yang
memiliki integritas, sesuai dengansumpah jabatan dan tanggung jawab moral
sebagai penegak hukum. Integritas dan moralitas para aparat penegak hukum
dengan sendirinya haruslah memiliki landasan nilai-nilai, serta norma yang
bersumber pada landasan filosofis negara, yaitu falsafah pancasila.
Oleh sebab itu pelaksanaan hukum adalah untuk:

1. Dalam era reformasi ini maka pelaksanaan hukum haruslah sesuai dengan nilai-nilai dari pancasila,
yaitu dalam rangka untuk melindungi hak-hak warganya, terutama yang berkaitan dengan hak asasi
manusia sebagai karunia dari Tuhan YME ( sila I dan II ).

2. Dalam mengembalikan supremasi hukum, yang menganut paham bahwa kekuasaan itu adalah berada di
tangan rakyat (sila ke IV) melalui MPR, yang dilakukan melalui PEMILU. Jadi kekuasaan itu bukan
berada ditangan perorangan atau kelompok.

3. Pelaksanaan hukum di era reformasi ini, haruslah benar-benar untuk mewujudkan negara yang
demokratis dengan supremasi hukum, sehingga dapat mewujudkan jaminan atas terwujudnya keadilan
(sila ke V) dalam negara Indonesia.

4. Terciptanya keseimbangan antara hak dan kewajiban bagi setiap warga negara, dengan tidak
memandang kepada pangkat, jabatan, golongan, etnis, maupun agama. Dan semuanya itu baru dapat
terlaksanakan bilamana semua penegak hukum (polisi, kejaksaan, dan kehakiman) benar-benar bersih
dari praktek KKN.
3. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA
REFORMASI POLITIK
Landasan aksiologi (sumber nilai) sistem politik Indonesia adalah dalam Pembukaan UUD 1945 alinea
IV yang berbunyi ”…..maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-
Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang
Berkedaulatan Rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil
dan Beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia”. Jika dikaitkan dengan makna alinea II tentang cita-cita negara dan kemerdekaan yaitu
demokrasi (bebas, bersatu, berdaulat, adil dan makmur). Dasar politik ini menunjukkan kepada kita
bahwa bentuk dan
Nilai demokrasi bangunan
politik kehidupan
sebagaimana masyarakat
terkandung yang bersatu
dalam pancasila sebagai(sila III), bangunan
pondasi demokrasinegara
(sila yang
IV),
berkeadilan (sila V) serta negara yang memiliki
dikehendaki dasar-dasar
oleh para pendiri moral
negaraketuhanan
kita dalamdan kemanusiaan.
kenyataan tidak dilaksanakan berdasarkan susunan kerohanian berdasarkan nilai-nilai tersebut. Berdasarkan
semangat dari UUD 1945 esensi demokrasi adalah:
1) Rakyat merupakan pemegang kedaulatan tertinggi dalam Negara
2) Kedaulatan rakyat dijalankan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.
3) Presiden dan Wakil presiden dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat dan karenanya harus tunduk dan
bertanggung jawab kepada MPR.
4) Produk hukum apapun yang dihasilkan oleh Presiden, baik sendiri mauoun bersama-sama lembaga lain
kekuatannya berada di bawah Majelis
Permusyawaran Rakyat atau produk-produknya. Prinsip-prinsip demokrasi tersebut bilamana kita
kembalikan pada nilai esensial yang terkandung
4. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA
REFORMASI
Pada Era Orde EKONOMI
Baru ekonomi Indonesia bersifat “birokratikotoritarian” , yang ditandai dengan
pemusatan kekuasaan, dan partisipasidalam pembuatan keputusankeputusan nasional sepenuhnya
berada di tangan penguasa bekerjasama dengan kelompok-kelompok militer dan kaum teknokrat.
Dan kelompok pengusaha “oligopolistik” (sekelompok kecil pengusaha yang berpolitik), didukung
oleh pemerintah bekerja sama dengan masyarakat internasional, dan lebih-lebih lagi kuatnya
pengaruh otoritas kekuasaan keluarga pejabat Negara termasuk Presiden. Kebijakan ekonomi
pemerintah hanya berdasarkan pada pertumbuhan, namun mengabaikan prinsip nilai kesejahteraan
bersama
Hal-hal seluruhyang
tersebutlah bangsa.Sehingga yang terjadi
mendorong perlunya adalah
reformasi kesejahteraan
dibidang tersebut
ekonomi, denganhanya terjadi Pancasila
menjadikan di
seputar
sebagai penguasa
paradigma, danreformasi
yaitu keluarga ekonomi yang berbasis pada ekonomi rakyat, yang berdasarkan pada nilai-
nilai pancasila yang mengutamakan kesejahteraan seluruh bangsa Indonesia, yang dapat dilakukan dengan:
1. Keamanan pangan dan mengembalikan kepercayaan, yaitu dengan melakukan program- program “Social
safety net”, atau yang lebihpopuler disebur dengan “Jaringan Pengaman Sosial” (JPS).
2. Melakukan program rehabilitasi dan pemulihan ekonomi. Upaya ini dilakukan dengan menciptakan
kondisi kepastian usaha, yaitu dengan diwujudkannya perlindungan hukum serta undang-undang
persaingan usaha yang sehat. Serta melakukan pembenahan terhadap dunia perbankkan dengan sebaik-
baiknya.
3. Melakukan transformasi struktural, yaitu guna memperkuat ekonomi rakyat maka perlu diciptakan sistem
untuk mendorong percepatan perubahan struktural (Struktural transformation). Dengan sendirinya
interverensi birokrat pemerintahan yang ikut dalam proses ekonomi melalui monopoli demi kepentingan
pribadi harus segera diakhiri. Dengan sistem ekonomi yang mendasarkan nilai pada upaya terwujudnya
D. AKTUALISASI
PANCASILA
Aktualisasi pancasila dapat dibedakan atas dua macam yaitu aktualisasi objektif dan subjektif .
Aktualisasi pancasila objektif yaitu aktualisasi pancasila dalam berbagai bidang kehidupan
kenegaraan yang meliputi kelembagaan negara antara lain legislative, eksekutif maupun yudikatif .
Selain itu juga meliputi bidang bidang aktualisasi lainnya seperti politik, ekonomi, hukum terutama
dalam penjabaran kedalam undang-undang, GBHN, pertahanan keamanan, pendidikan maupun
bidang kenegaraan lainnya. Adapun aktualisasi pancasila subjektif adalah aktualisasi pancasila pada
setiap individu terutama dalam aspek moral dalam kaitannya dengan hidup negara dan masyarakat.
Aktualisasi yang subjektif tersebut tidak terkecuali baik warga negara biasa, aparat penyelenggara
E.negara, penguasa
PANCASILA negara, terutama
SEBAGAI kalangan elit politik dalam kegiatan politik perlu wawas diri agar
PARADIGMA
memiliki moral
KEHIDUPAN ketuhanan dan kemanusiaan sebagaimana terkandung dalam pancasila.
KAMPUS
a. Tridharma Perguruan Tinggi Lembaga pendidikan tinggi memiliki tugas pokok yang disebut Tridharma
Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan tinggi, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
1. Pendidikan Tinggi Suatu lembaga pendidikan tinggi memiliki tugas yaitu untuk menyiapkan, membentuk
dan menghasilakn sumber daya manusia yang berkualitas.
2. Penelitian Sebagaimana nilai yang terkandung dalam pancasila, intelektual yang melakukan penelitian
harus bermoral ketuhanan dan kemanusiaan.
peneliti harus berpegang pada moral kejujuran yang bersumber pada ketuhanan dan kemanusiaan.
3. Pengabdian Kepada Masyarakat. Aktualisasi pengabdian kepada masyarakat ini pada hakikatnya
merupakan suatu aktualisasi pengembangan ilmu pengetahuan demi kesejahteraan umat manusia.Kegiatan
pengabdian kepada masyarakat sebenarnya merupakan suatu aktualisasi kegiatan masyarakat ilmiah
perguruan tinggi yang dijiwai oleh nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan sebagaimana terkandung dalam
b. Budaya Akademik Warga dari suatu perguruan tinggi adalah insan-insan yang memiliki wawasan dan
integritas ilmiah.Oleh karena itu masyarakat akademik harus senantiasa mengembangkan budaya
ilmiah yang merupakan esensi pokok dari aktivitas perguruan tinggi.
Terdapat sejumlah ciri masyarakat ilmiah sebagai budaya akademik sebagai berikut: Kritis, Kreatif,
Obyektif, Analitis, Konstruktif. Dinamis, Dialogis, Menerima kritik, Menghargai prestasi
ilmiah/akademik, Bebas dari prasangka, Menghargai waktu. Memiliki dan menunjang tinggi tradisi
c. ilmiah,
Kampus Beroirentasi ke masa
Sebagai Moral depan,
Force Kesejawatan/kemitraan.
• Pengembangan hukum dan HAM Masyarakat kampus harus senantiasa
bertanggung jawab secara moral atas kebenaran objektif, bertanggung jawab terhadap masyarakat, bangsa dan
negara, dan juga mengabdi terhadap kesejahteraan kemanusiaan.

Sikap masyarakat kampus tidak boleh tercemar oleh kepentingan-kepentingan politik penguasa sehingga benar-
benar luhur dan mulia. Dasar pijak masyarakat kampus adalah kebenaran yang bersumber pada hati nurani dan
sikap moral yang luhur yang bersumber pada ketuhanan dan kemanusiaan.
Dalam penyusunan hukum positif di Indonesia maka pancasila berkedudukan sebagai sumber materi.Hukum di
Indonesia harus bersumber pada nilainilai pada sila-sila yang ada pada pancasila.Aspirasi dan realitas
kehidupan masyarakat dan rakyat juga merupakan sumber materi dalam penyususunan dan pengembangan
hukum. • Kampus sebagai kekuatan moral pengembangan HAM Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hal
yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anugerahNya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan
setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat martabat manusia.
Dalam menegakkan HAM tersebut maka mahasiswa sebagai kekuatan moral harus bersifat objektif dan benar-
KESIMPUL
AN

1. pedoman kehidupan yang sangat relevan untuk negara Indonesia.pancasila diharapkan mampu
mendasari pembangunan sampai ke semua kehidupan, mencakup bidang politik ,hukum, ekonomi,
sosial budaya, hubungan antara umat beragama, sampai dengan IPTEK. Pembangunan yang
dilakukan harus berdasarkan sila-sila pancasila yang merupakan hasil pemikiran rakyat untuk menuju
tujuan bersama membangun bangsa yang lebih baik.
2. Pengaktualisasian pancasila dalam kehudupan kampus dapat dilakukan melalui pangembangan hukum
dan HAM dalam kehidupan serta
mengomposisikan kampus sebagai kekuatan moral. Hal tersebut bertujuan agar nantinya menumbuh
kembangnya generasi-generasi
baru yang memiliki moral dan budi perkerti yang luhur.
S eki a n
da n
Ter i m aka s i h

Anda mungkin juga menyukai