Anda di halaman 1dari 22

Makalah Shirah Nabawiyah Dosen Pengampu

Tugas Kelompok 13 Ade Candoko Lc. M.Sy

AKHIR HAYAT DAN WAFATNYA RASULULLAH SAW


Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Terstruktur pada Mata Kuliah
Shirah Nabawiyah

Disusun Oleh :

Chintya Khairunnisa (12030221543)


Salma Hanni Khalilah Nasution (12030223610)

KELAS 5F
PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM
RIAU
1444 H/2022 M

1
KATA PENGANTAR
‫بِس ِْم هّٰللا ِ الرَّحْ مٰ ِن ال َّر ِحي ِْم‬

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, segala puji dan syukur penulis ucapkan


kehadirat Allah swt. yang telah mengaruniakan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas ini. Kemudian shalawat bertangkaikan salam
semoga dilimpahkan keharibaan junjungan alam, Nabi kita Muhammad saw. yang
mana beliau telah membawa kita pada jalan yang benar.
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas
yang diberikan oleh Ustadz Ade Candoko, Lc., M.Sy, pada Mata Kuliah Shirah
Nabawiyah. Maka disini penulis menyusun makalah ini yang berjudul: “Akhir
Hayat dan Wafatnya Rasulullah saw”.
Sejak pengumpulan bahan sampai tahap penyusunan makalah ini kami tidak
terlepas dari berbagai kesulitan, terutama dari segi literatur, kekurangan
pengalaman dan lain sebagainya. Namun karena usaha dan kesungguhan kami
serta bimbingan dan arahan juga bantuan dari berbagai pihak, akhirnya kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan sebaik mungkin. Oleh karenanya,
kami membutuhkan kritik sehat yang membangun, serta saran dari semua pihak
yang membaca makalah ini untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya, kami berserah diri kepada Allah SWT seraya memohon taufiq dan
hidayah-Nya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang
membacanya, Amin.

Pekanbaru, Desember 2022

Kelompok 13

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah...............................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan Masalah.............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................3
A. Pengangkatan Usamah Sebagai Komandan Perang..................................3
B. Berbondong-Bondong Bangsa Arab Masuk Islam.....................................4
C. Rasulullah Sakit dan Wafatnya Rasulullah................................................7
D. Durus wa Ibar..............................................................................................14
BAB III PENUTUP.....................................................................................................17
A. Kesimpulan..........................................................................................................17
B. Saran.....................................................................................................................18
BAB IV DAFTAR PUSTAKA...................................................................................iv

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sebagai umat Islam, mempelajari shirah Nabi Muhammad saw. merupakan
sebuah keharusan guna meneladani kiprah dakwah dan akhlakul karimah yang
dimiliki oleh pribadinya. Urgensi mempelajari shirah Nabi Muhammad saw.
salah satunya agar mendidik jiwa kita lebih dekat keharibaan Ilahi.
Perjuangan dakwah Rasululllah saw. telah sempurna, berbondong-
bondong bangsa Arab memasuki Islam. Yang ditandai dengan adanya firman
Allah pada Surah al-Ma’idah : 3, yang berbunyi :
ْ ‫ا فَ َم ِن‬Iۗ Iً‫اَل َم ِد ْين‬I‫ْت لَ ُك ُم ااْل ِ ْس‬
‫طُ َّر فِ ْي‬I‫اض‬ ِ ‫ت َعلَ ْي ُك ْم نِ ْع َمتِ ْي َو َر‬
Iُ ‫ي‬I‫ض‬ ُ ‫ت لَ ُك ْم ِد ْينَ ُك ْم َواَ ْت َم ْم‬ ُ ‫وْ َم اَ ْك َم ْل‬IIَ‫اَ ْلي‬
‫ف اِّل ِ ْث ۙ ٍم فَاِ َّن هّٰللا َ َغفُوْ ٌر َّر ِح ْي ٌم‬
ٍ ِ‫ص ٍة َغي َْر ُمتَ َجان‬ َ ‫َم ْخ َم‬
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-
cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama
bagimu.” (Q.S. Al-Ma’idah : 3)
Perjuangan Nabi Muhammad saw. dalam menyampaikan dakwah tidaklah
mudah, beliau melalui onak, duri, dan rintangan dari berbagai kaum, dan
penjuru daerah. Hingga sampai pada masa kesempurnaan dakwah Nabi saw.
dimana sudah banyak bangsa Arab yang berbondong-bondong datang
memasuki agama Islam.
Akan tetapi, dibalik kesempurnaan tersebut dalam peristiwa Haji Wada’
sebelumnya diisyaratkan mengenai telah dekatnya ajal beliau Rasulullah saw.
Dalam hal ini, diriwayatkan bahwa Rasulullah saw. menderita sakit menjelang
wafatnya. Untuk itu, penulis ingin mengkaji bagaimana kisah akhir hayat dan
wafatnya rasulullah saw. hingga dapat dijadikan pembelajaran bagi kehidupan
sehari-hari.

1
B. Rumusan Masalah
1. Mengapa Usamah diutus sebagai Komandan Perang?
2. Apa yang menyebabkan bangsa Arab berbondong-bondong masuk Islam?
3. Bagaimana kisah sakit dan wafatnya Rasulullah saw.?
4. Apa durus wa ibar yang bisa dipetik melalui kisah akhir hayat dan wafatnya
Rasulullah saw.?

C. Tujuan Masalah
1. Memahami alasan mengapa Usamah diangkat sebagai komandan perang
2. Mengetahui alasan bangsa Arab berbondong-bondong masuk Islam
3. Menelaah kisah sakit dan wafatnya Rasulullah saw.
4. Memetik durus wa ibar melalui kisah akhir hayat dan wafatnya Rasulullah
saw.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengangkatan Usamah Sebagai Komandan Perang


Tahun 11 H. merupakan tahun terakhir “hubungan langit dan bumi” inilah
tahun wafatnya Rasulullah saw. yang selama 22 tahun lebih menyampaikan
kepada umat manusia informasi dan tuntunan Allah swt. Peristiwa yang
terpenting pada tahun ini adalah fawatnya Rasulullah saw. Namun sebelum itu
Nabi saw., sang mujahid agung itu masih sempat menugaskan Usamah untuk
berangkat berjihad di jalan Allah swt.1
Keangkuhan Byzantium menjadi-jadi bukan saja kepada lawan-lawannya
tetapi juga terhadap penguasa menguasa kecil yang tidak memusuhinya dan
bermukim di sekitarnya. Nabi saw bermaksud memberi pelajaran konkret
kepada mereka bahwa ada kekuatan yang bersedia membela kaum lemah dan
menghentikan keangkuhan mereka. Apalagi sebelum ini dalam pertempuran
mut’ah mereka telah menewaskan sekian tokoh sahabat Nabi saw. antara lain
Ja’far ibn Abi Thalib, Zaid bin Haritsah, Ibnu Rawhah, dll.2
Ibnu Ishaq berkata: setelah menunaikan haji wada’, Rasulullah saw pulang
ke madinah dan menghabiskan sisa-sisa hidupnya di sana pada sisa bulan
Dzhulhijjah, Muharram dan Shafar. Rasulullah mengirim pasukan ke Syam
dengan Usamah bin Zaid bin Haritsah, mantan budak beliau sebagai
komandannya.3 Rasulullah menyuruhnya berangkat menuju Romawi dengan
melewati tempat terbunuhnya ayahnya, Zaid bin Haritsah. Beliau juga
memerintahkan agar pasukan berkuda masuk sampai ke Balqa dan Darum yang
menjadi bagian Palestina. Kala itu, Rasulullah saw. mulai menderita sakit yang
menjadi wafatnya Rasulullah saw.4
1
Quraish shihab, Membaca Sirah Nabi Muhammad Dalam Sorotan Al-Qur’an Dan Hadits-
Hadits Sahih, (Tangerang : Lentera Hati, 2018), hlm. 1017.
2
Quraish shihab, Membaca Sirah Nabi Muhammad Dalam Sorotan Al-Qur’an Dan Hadits-
Hadits Sahih, (Tangerang : Lentera Hati, 2018), hlm. 1017.
3
Al-Albani, Muhammad Nashiruddin, Sirah Nabawiyah Sejarah Lengkap Kehidupan
Rasulullah - Ibnu Ishaq, Ibnu Hisyam. Jakarta : Akbar Media, 2015)
4
Al-Buthy, The Greatest Episodes Of Muhammad Saw., (Bandung: Penerbit Noura Books),
hlm. 553-654.

3
Orang munafik enggan menerima penunjukan tersebut. mereka
mengatakan, beliau (Muhammad) menunjuk orang yang masih muda belia
sebagai panglima perang kaum Muhajirin dan Anshor yang berjumlah besar.5
Rasulullah saw. mendatangi orang banyak dengan kepala yang dibalut kain lalu
berpidato:
“Jika kalian meremehkan kepemimpinan Usamah bin Zaid, berarti kalian juga
meremehkan kepemimpinan ayahnya sebelumnya. Demi Allah, jiwa
kepemimpinan telah terpatri dalam dirinya. Demi allah, dia orang yang paling
aku cintai. Demi allah, Usamah diciptakan untuk menjadi pemimpin. Demi
Allah, jika orang yang paling aku cintai ini memilih pengganti setelahnya, aku
wasiatkan kepada kalian bahwa orang itu adalah yang terbaik di antara
kalian.”
Kaum muslimin pun bersiap-siap, lalu berangkatlah kaum Muhajirin dan
Anshar di bawah pimpinan Usamah.6 Namun karena mereka mendengar
tentang semakin parahnya sakit Nabi saw., maka di Juruf satu lokasi di luar
kota Madinah, mereka berkemah untuk melihat perkembangan kesehatan
beliau.7

B. Berbondong-Bondong Bangsa Arab Masuk Islam


Ibnul Qayyim berkata, "Ini adalah periode kemenangan besar bagi Islam,
Allah telah memuliakan agama, Rasul, dan para tentara-Nya serta orang-orang
yang beriman. Allah menyelamatkan negeri dan rumahNya dari cengkeraman
orang-orang kafir dan musyrik. Kemenangan yang membuat gembira
penduduk langit dengan gemerlap bintangnya, manusia berbondong-bondong
masuk ke dalam agama Islam, yang menerangi wajah bumi dengan sinar dan
kecerahan. Rasulullah berangkat dengan pasukan Islam pada tahun ke-8 H,
tanggal 10 bulan Ramadhan. Latar belakang dari pembebasan kota Mekah ini

5
Al-Buthy, The Greatest Episodes Of Muhammad Saw., (Bandung: Penerbit Noura Books),
hlm. 553-654.
6
Al-Buthy, The Greatest Episodes Of Muhammad Saw., (Bandung: Penerbit Noura Books),
hlm. 553-654.
7
Op. cit.

4
adalah karena pelanggaranyang dilakukan oleh orang-orang Quraisy terhadap
perjanjian Hudaibiyah.8
Penaklukan kota mekkah ini membuat orang arab tahu mana yang benar
dan mana yanga salah. Hilanglah keraguan yang dalam kurun waktu lama
menyelubungi hati mereka. Kini orang-orang arab saling berlomba-lomba
memeluk agama islam. Umar bin salamah menuturkan, “kami berada di tempat
sumber air yang sering dilalui manusia. Di depan kami, kala itu lewat
rombongan musafir yang menunggangi hewan tunggangannya. Kami pun
bertanya, orang-orang sedang apa? Ada apa dengan lelaki itu?’ mereka
menjawab, dia mengira allah telah mengutusnya, allah memberi wahyu
padanya, allah menurunkan wahyu begini begitu.’ Aku menghapal ucapan itu.
Ucapan itu seakan akan menancap di dadaku. Saat itu orang-orang arab
menangguhkan keislamannya sampai kaum muslimin mampu menaklukkan
mekah. Mereka berkata, tinggalkanlah Muhammad dan kaumnya. Kalau dia
bisa mengalahkan orang mekah, maka ia nabi yang benar.’
Maka setelah terjadi penaklukan, orang-orang arab saling berlomba-lomba
untuk lebih dahulu masuk islam. Termasuk ayahku, ia mendahului kaumnya
untuk masuk islam. Ketika datang ia telah berkata “Demi allah aku datang
dari menghadap nabi saw. sungguh beliau itu benar. Nabi Muhammad berkata
‘shalatlah shalat ini, pada waktu ini, dan sholatlah sholat ini, pada waktu ini,
dan sholat itu pada waktu itu. Ketika waktu sholat datang, maka
kumandangkanlah adzan oleh salah satu dari kalian. Yang menjadi imam
kalian adalah orang yang paling banyak mengahafal Al-Qur’an.”
Hadits ini menunjukkan, sejauh mana efek dari penaklukan mekah ini
dapat memengaruhi perkembangan keagungan islam, penentuan posisi orang
arab, dan kesadaran mereka untuk masuk islam. Situasi itu semakin
berkembang setelah perang tabuk. Oleh karena itu utusan yang datang menuju
madinah susul menyusul dalam rentang dua tahun ini, yakni tahun Sembilan

8
Prof. Dr. Zaid bin Abdul Karim az-Zaid, Fikih Sirah Nabawiyah terj. Muhammad Rum, dkk.,
(Jakarta: Darus Sunnah Press, 2022), hlm. 513

5
dan sepuluh hijriah. Dengan berbondong-bondong, orang-orang memeluk
agama islam.9
Utusan yang dikirim oleh daerah-daerah menuju madinah jumlahnya
mencapai tujuh puluh utusan. Utusan ini sebagian datang sebelum fathu
makkah dan sebagian setelah fathu makkah.
Ibnu Ishaq berkata, “Setelah Makkah ditaklukkan oleh Rasulullah Saw.,
Perang Tabuk, serta penduduk Suku Tsaqif memeluk Islam dan berbaiat,
beberapa utusan bangsa Arab berbondong-bondong datang dari segala arah
untuk memeluk Islam. Bangsa Arab melihat bahwa yang menghidupkan Islam
adalah Suku Quraisy. Jadi, merekalah pimpinan umat manusia dan tuan rumah
Baitul Haram. Dan, wajar anak keturunan nabi Ismail menjadi pemimpin
bangsa Arab. Ketika Makkah ditaklukkan, Kaum Quraisy mendekat Rasulullah
Saw. dan Islam memabukkan mereka, Bangsa Arab (akhirnya) menyadari
bahwa mereka tak mampu memerangi dan memusuhi Rasulullah Saw.
Sehingga mereka masuk Islam dengan berbondong-bondong, sebagaimana
difirmankan Allah,
َ ِّ‫ ِد َرب‬I‫بِّحْ بِ َح ْم‬I‫ فَ َس‬٢ ‫ا‬Iًۙ ‫ ْد ُخلُوْ نَ فِ ْي ِدي ِْن هّٰللا ِ اَ ْف َواج‬Iَ‫اس ي‬
‫ك‬ ‫ا َذا ج ۤاء ن ْ هّٰللا‬
َ َّ‫ َو َراَيْتَ الن‬١ ‫ ُر ِ َو ْالفَ ْت ۙ ُح‬I‫َص‬ َ َ ِ
)3-1 :110/‫ ( النصر‬٣ ࣖ ‫َوا ْستَ ْغفِرْ ۗهُ اِنَّهٗ َكانَ تَ َّوابًا‬
“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. Dan, kamu lihat
manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong maka bertasbihlah
dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya
Dia Maha Penerima taubat.” (QS Al-Nashr [110]: 1-3).10
Ketika Allah mengabulkan doa Rasulullah Saw., utusan Suku Tsaqif
datang ke Madinah. Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Al-Mughirah bin Syu’bah
berlomba menemui Rasulullah Saw. untuk memberitahukan kabar gembira itu.
Ketika mereka berdua mengetahui bahwa Rasulullah Saw. amat gembira, dia
memberitahukan bahwa Suku Tsaqif telah memeluk Islam dan mereka
memperoleh hidayah. Rasulullah Saw. keluar menyambut para utusan Tsaqif
dengan penuh kegembiraan dan penghormatan. Beliau mengajari, menasihati
9
Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri, Rahiq Al-Makhtum, Sirah Nabawiyah Sejarah Lengkap
Kehidupan Nabi Muhammad. (Jakarta: Qisthi Press, 2014) Hlm. 512.
10
Op. cit. hlm. 621-622.

6
mereka, dan memberi petunjuk. Ketika mereka membuat sebuah makar,
melontarkan kata-kata menyakitkan, dan rasa dengki yang sangat pekat
terhadap Rasulullah Saw., tetapi Rasulullah Saw. hanya menginginkan
kebaikan, kebahagian mereka di dunia dan akhirat.11

C. Rasulullah Sakit dan Wafatnya Rasulullah


Dalam sebuah riwayat, dinyatakan bahwa Rasulullah saw. tiba-tiba jatuh
sakit saat hendak mengikuti perjalanan keberangkatan pasukan Usamah ke
Palestina. Penyakit yang pernah dideritanya tidak lebih dari kehilangan nafsu
makan yang pernah dialaminya dalam tahun keenam Hijrah, tatkala ada tersiar
berita bahwa ia telah disihir oleh orang-orang Yahudi, dan satu penyakit lagi
yang pernah di deritanya sehingga karenanya ia berbekam, yaitu setelah
termakan daging beracun dalam tahun ketujuh Hijrah.
Cara hidupnya dan ajaran-ajarannya memang jauh dari gejala-gejala
penyakit dan akibat-akibat yang akan timbul karenanya. Dalam membatasi diri
perihal makanan, dan makannya yang hanya sedikit, kesederhanaannya dalam
berpakaian dan cara hidup: kebersihannya yang dipeliharanya luar biasa
dengan mengharuskan wudhu yang sangat disukainya, sampai pernah ia
berkata: kalau tidak karena khawatir akan memberatkan orang ia ingin
mewajibkan penggunaan siwak, lima kali sehari, kegiatannya yang tiada
pernah berhenti, kegiatan beribadat dari satu segi dan kegiatan olahraga dari
segi lain, kesederhanaan dalam segalanya terutama dalam kesenangan:
keluhurannya yang jauh dari segala hawa nafsu, dengan jiwa yang begitu tinggi
tiada taranya, komunikasinya dengan kehidupan juga dengan alam dalam
bentuk muamalah yang baik, Semua itu menjauhkan dirinya dari penyakit dan
dapat memelihara kesehatan. Bentuk tubuh yang sempurna tiada cacat,
perawakan yang tegap kuat, seperti halnya dengan Nabi Muhammad saw., akan
jauh selalu dari penyakit.12

11
Ibid.
12
Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad terj. Ali Audah, (Jakarta : Dunia
Pustaka Jaya, 1972), hlm. 615

7
Jadi kalau sekarang ia jatuh sakit, wajar sekali menimbulkan kekhawatiran
sahabat-sahabat dan orang-orang yang mencintainya. Ada suatu peristiwa yang
membuat mereka lebih cemas lagi. Pada malam pertama Nabi Muhammad saw.
merasa sakit ia tak dapat tidur, lama sekali tak dapat tidur. Dalam hatinya ia
berkata, bahwa ia akan keluar pada malam musim itu, musim panas yang
disertai hembusan angin di sekitar kota Madinah. Ketika itulah beliau keluar,
hanya ditemani oleh pembantunya, Abu Muwayhiba. Tahukah ke mana ia
pergi? Ia pergi ke Baqi’ al-Ghargad, pekuburan Muslimin di dekat Madinah. 13
Beliau berziarah ke Baqi’ dan memohonkan ampunan untuk keluarganya.
Beliau juga mendo’akan para sahabat yang gugur (syuhada) Uhud dan
berkhutbah di hadapan para sahabatnya seakan-akan beliau ingin
menyampaikan salam perpisahan kepada yang sudah meninggal dan juga yang
masih hidup.14
Di penghujung Safar tahun ke-11 H dalam perjalanan pulang dari Baqi’
ini, tiba-tiba beliau merasakan pusing dikepala dan panas tubuh yang langsung
naik. Orang-orang bisa melihat tanda panasnya suhu badan Rasulullah saw. itu
dari urat-urat nadi di kepala beliau. Sakit kepala yang semakin hari semakin
parah.
Beliau mengalami sakit selama tiga belas atau empat belas hari, dan tetap
shalat bersama orang-orang selama sebelas hari dari masa-masa sakitnya beliau
ini. Pada pekan terakhir masa sakitnya Rasulullah saw. semakin lama semakin
bertambah parah, sampai-sampai beliau bertanya kepada para istri beliau, “Di
mana giliranku besok? Di mana giliranku besok?” Mereka paham apa yang
beliau maksudkan, Maka mereka memberi kebebasan kepada beliau untuk
memilih. Akhirnya beliau memutuskan untuk berpindah ke rumah Aisyah.
Beliau berjalan dengan dipapah oleh Al-Fadhl bin Abbas dan Ali bin Ab
Thalib hingga tiba di rumah Aisyah. Beliau berada di sana pada pekan terakhir
dari kehidupan beliau. Sementara itu, Aisyah terus menerus membacakan ayat-

13
Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad terj. Ali Audah, (Jakarta : Dunia
Pustaka Jaya, 1972), hlm. 615
14
Prof. Dr. Zaid bin Abdul Karim az-Zaid, Fikih Sirah Nabawiyah terj. Muhammad Rum,
dkk., (Jakarta: Darus Sunnah Press, 2022), hlm. 573

8
ayat perlindungan dan doa-doa lain yang dihafalkannya dari Rasulullah saw.
sambil meniup ke tubuh beliau dan mengusap-usap tangan beliau,
mengharapkan berkah.15
Pada lima hari sebelum wafat, tepat di hari Rabu, yakni lima hari sebelum
Rasulullah saw. wafat, suhu badan beliau semakin tinggi, sehingga beliau
semakin demam dan menggigil. Beliau bersabda, “Guyurkan aku dengan air
tujuh geriba dari Sumur yang berbeda ke tubuhku, agar aku dapat menemui
orang-orang dan memberikan nasihat kepada mereka.” Mereka mendudukkan
beliau di atas bejana lalu mengguyurkan air ke tubuh beliau, hingga beliau
bersabda, “Cukup, cukup!”16
Setelah merasa agak ringan, beliau masuk ke masjid dengan kepala yang
diikat, hingga duduk di atas mimbar, lalu berpidato di hadapan orang-orang
yang duduk di depan beliau, Saat sakit, beliau menyampaikan beberapa
wasitat, diantaranya17 :
1. Agar kaum musyrikin dikeluarkan dari jazirah Arab.
2. Agar kaum muslimin menerima para delegasi yang datang kepada mereka.
3. Agar berpegang teguh pada kitab Allah.
4. Agar tetap melanjutkan pengiriman pasukan Usamah.
5. Agar orang-orang Anshar berlaku baik.
6. Agar senantiasa menjaga shalat dan memperhatikan kaum budak.
Beliau juga melaknat orang-orang Yahudi dan Nasrani yang telah
menjadikan kuburan para nabi sebagi tempat peribadatan. Beliau juga melarang
bagi kaum muslimin untuk menjadikan kuburannya sebagai berhala yang
disembah.
Beliau juga memerintahkan agar orang-orang Yahudi dikeluarkan dari
jazirah Arab. Beliau menyampaikan khutbah di hadapan manusia sebagai
perpisahan. Isinya mengingatkan agar mereka jangan berlomba-lomba dalam

15
Syaikh Safiyyurrahman al-Mubarakfuri, Ar-Rahiq al-Makhtum Sirah Rasulullah saw.terj.
Agus Suwandi, (Jakarta : Ummul Quro, 2022), hlm. 819
16
Syaikh Safiyyurrahman al-Mubarakfuri, Ar-Rahiq al-Makhtum Sirah Rasulullah saw.terj.
Agus Suwandi, (Jakarta : Ummul Quro, 2022), hlm. 819
17
Prof. Dr. Zaid bin Abdul Karim az-Zaid, Fikih Sirah Nabawiyah terj. Muhammad Rum,
dkk., (Jakarta: Darus Sunnah Press, 2022), hlm. 574

9
urusan dunia, agar tidak binasa karenanya, sebagaimana binasanya umat-umat
terdahulu. Beliau juga minta izin kepada para istrinya agar boleh dirawat di
rumah Aisyah dan permintaannya pun dikabulkan oleh para istri beliau.
Ketika sakitnya semakin parah, beliau berkata kepada para shahabatnya, di
antara mereka terdapat juga Umar, “Kemarilah, aku akan menuliskan untuk
kalian (yang dengannya) kalian tidak akar sesat selama-lamanya.” Umar
berkata, “Beliau sedang sakit keras, Pada kalian terdapat Al-Qur’an dan itu
sudah cukup untuk kalian.” Namun, para shahabat berselisih pendapat. Di
antara mereka, ada yang mengatakan “Mendekatiah, Rasulullah akan
menuliskan untuk kalian.” Sedangkan yang lainnya berpendapat seperti Umar.
Suasana pun semakin gaduh, Rasulullah berkata, “Menjauhlah kalian dariku.”
Saat Rasulullah tidak sanggup lagi keluar untuk mengimami kaum muslimin,
beliau memerintahkan Abu Bakar untuk menjadi imam. Abu Bakar pun
menjadi imam selama beberapa hari pada saat Rasulullah masih hidup.
Sehari sebelum wafat, beliau menyedekahkan beberapa dinar yang ada
padanya seraya berkata, “(Harta) kami tidak diwariskan. Dan apa-apa yang
kami tinggalkan menjadi sedekah.”18
Di hari terakhir dari kehidupan Rasulullah saw., dari Riwayat Anas bin
Malik, bahwa tatkala kaum Muslimin sedang melaksanakan shalat Subuh pada
hari Senin yang diimami oleh Abu Bakar, Rasulullah saw. tidak menampakkan
diri kepada mereka. Beliau hanya menyingkap tabir kamar Aisyah dan
memandangi mereka yang sedang berbaris dalam barisan shalat. Kemudian
beliau tersenyum. Abu Bakar mundur ke belakang hendak berdiri sejajar
dengan shaf, karena dia mengira Rasulullah akan keluar untuk shalat dan
menjadi imam.
Anas menuturkan, kaum Muslimin bermaksud hendak menghentikan
shalat karena merasa gembira terhadap keadaan beliau. Namun, beliau
memberi isyarat dengan tangan agar mereka menyelesaikan shalat. Kemudian
beliau masuk bilik dan menurunkan tabir. Setelah itu Rasulullah saw. tidak

18
Prof. Dr. Zaid bin Abdul Karim az-Zaid, Fikih Sirah Nabawiyah terj. Muhammad Rum,
dkk., (Jakarta: Darus Sunnah Press, 2022), hlm. 574

10
mendapatkan waktu shalat berikutnya! Waktu Dhuha semakin beranjak. Nabi
saw. memanggil putrinya, Fathimah, Lalu beliau membisikkan sesuatu
kepadanya hingga dia menangis. Kemudian beliau mendoakan Fathimah.
Setelah itu beliau membisikkan sesuatu kepadanya hingga dia tersenyum.19
Dalam kesempatan lain, kami menanyakan kejadian ini kepada Fathimah.
Dia menjawab, “Nabi saw. membisiki aku bahwa beliau akan meninggal
dunia,” lalu aku pun menangis. Kemudian beliau membisiki aku lagi, berisi
kabar gembira bahwa akulah anggota keluarga beliau yang pertama kali akan
menyusul beliau, maka aku pun tersenyum. Nabi saw. juga mengabarkan
kepada Fathimah, bahwa dia adalah pemimpin para wanita semesta alam.
Fathimah bisa melihat penderitaan yang amat berat pada diri Rasulullah
saw. Maka dia berkata, “Alangkah menderitanya engkau, wahai Ayah!” Beliau
menjawab, “Tidak ada penderitaan atas ayahmu setelah hari ini”. Kemudian
beliau memanggil Hasan dan Husain lalu memeluk keduanya dan memberikan
nasihat yang baik. Beliau juga memanggil para istri beliau, aemberi nasihat dan
peringatan kepada mereka.
Beliau juga memberikan nasihat kepada orang-orang, “Shalat, shalat dan
perhatikaniah budak-budak yang kalian miliki”. Beliau menyampaikan wasiat
ini hingga beberapa kali, maksudnya perintah memperhatikan dua hal ini.20
Tibalah detik-detik terakhir dari hayat Rasulullah saw. Aisyah menarik
tubuh beliau ke pangkuannya. Tentang hal ini dia pernah berkata,
“Sesungguhnya di antara nikmat Allah yang dilimpahkan kepadaku, bahwa
Rasulullah meninggal dunia di rumahku, pada hari giliranku, dan berada
dalam rengkuhan dadaku. Allah menyatukan antara ludahku dan ludah beliau
saat wafat.”
Abdurrahman bin Abu Bakar masuk ke dalam sambil memegangi siwak.
Saat itu aku merengkuh tubuh beliau. Aku melihat beliau melirik ke siwak di

19
Syaikh Safiyyurrahman al-Mubarakfuri, Ar-Rahiq al-Makhtum Sirah Rasulullah saw.terj.
Agus Suwandi, (Jakarta : Ummul Quro, 2022), hlm. 823-824
20
Syaikh Safiyyurrahman al-Mubarakfuri, Ar-Rahiq al-Makhtum Sirah Rasulullah saw.terj.
Agus Suwandi, (Jakarta : Ummul Quro, 2022), hlm. 824

11
tangan Abdurrahman. Karena aku tahu beliau sangat suka kepada siwak, maka
aku bertanya, ‘Apakah saya boleh mengambil siwak itu untuk Anda?
Beliau mengiyakan dengan isyarat kepala. Maka aku menyerahkannya
kepada beliau dan menggosokkannya ke mulut beliau. Rupanya gosokanku
terlalu keras bagi beliau. Aku bertanya, “Apakah aku harus menelankannya?
Beliau mengiyakan dengan isyarat kepala. Maka aku menggosok dengan pelan-
pelan sekali. Di dekat tangan beliau saat itu ada bejana berisi air. Beliau
mencelupkan kedua tangan ke dalam air lalu mengusapkannya ke wajah.
sambil bersabda, “Tiada Ilah yang berhak disembah selain Allah.
Sesungguhnya kematian itu ada sekaratnya',”
Usai bersiwak, beliau mengangkat tangan atau jari-jari, mengarahkan
pandangan ke arah langit-langit rumah dan kedua bibir beliau bergerak-gerak.
Aisyah masih sempat mendengar sabda beliau pada saat-saat itu, “Bersama
orang orang yang Engkau beri nikmat atas mereka dari pada nabi shiddiqin,
syuhada dan shalihin “Ya Allah, ampunilah dosaku dan rahmatilah aku,
pertemukantah aku dengan Kekasih Yang Maha Tinggi, Ya Allah, Kekasih
Yang Maha Tinggi.” Kalimat yang terakhir ini diulang hingga tiga kali yang
disusul dengan tangan beliau yang melemah,
Innalillahi wa inna ilaihi raji’uun. Beliau telah berpulang kepada Kekasih
Yang Maha Tinggi. Beliau wafat pada hari Senin 12 Rabi’ul Awwal 11 H.
Beliau wafat pada usia 63 tahun.21
Berita kematian beliau pun tersebar luas di kalangan para sahabat. Dunia
pun gelap seakan berduka atas perpisahan dengan kekasih Allah, Al-Musthafa
Muhammnad Shallallahu Alaihi wa Sallam. Kaum muslimin mengalami
keguncangan yang sangat dahsyat dan gempar dengan adanya berita wafatnya
Rasulullah. Di antara mereka, ada yang percaya dan ada juga yang tidak
percaya. Umar berdiri untuk menyampaikan pidatonya di hadapan orang
banyak, ia berkata, “Rasulullah tidak meninggal dan tidak akan meninggal
hingga Allah membunuh orang-orang munafik!”

21
Syaikh Safiyyurrahman al-Mubarakfuri, Ar-Rahiq al-Makhtum Sirah Rasulullah saw.terj.
Agus Suwandi, (Jakarta : Ummul Quro, 2022), hlm. 825

12
Kemudian datanglah Abu Bakar saat Umar sedang berpidato. Beliau
berkata, "Duduklah ya Umar!” Umar menolaknya untuk duduk. Orang-orang
pun pindah mengerumuni Abu Bakar. Abu Bakar berpidato, “Amma ba'du.
siapa di antara kalian yang menyembah Muhammad, sesungguhnya
Muhammad telah mati. Dan siapa yang menyembah Allah, sesungguhnya
Allah Maha Hidup dan tidak akan mati. Allah ta'ala berfirman,
ۗ ‫ابِ ُك ْم‬Iَ‫ل ا ْنقَلَ ْبتُ ْم ع َٰلٓى اَ ْعق‬I
َ ِ‫ا ِٕى ْن َّماتَ اَوْ قُت‬I۟ َ‫ ُل ۗ اَف‬I‫ ِه الرُّ ُس‬Iِ‫ت ِم ْن قَ ْبل‬ْ َ‫ ْد خَ ل‬Iَ‫وْ ٌۚل ق‬I‫َو َما ُم َح َّم ٌد اِاَّل َر ُس‬
:3/‫ران‬II‫ ( ٰال عم‬١٤٤ َ‫ ِك ِر ْين‬I‫الش‬ ّ ٰ ُ ‫ هّٰللا‬I‫يَجْ ِزى‬I‫ض َّر هّٰللا َ َش ْيـًٔا َۗو َس‬ ُ َّ‫َو َم ْن يَّ ْنقَلِبْ ع َٰلى َعقِبَ ْي ِه فَلَ ْن ي‬
)144
“Dan Muhammad hanyalah seorang Rasul: sebelumnya telah berlalu
beberapa rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh, kamu berbalik ke
belakang (murtad)? Barangsiapa berbalik ke belakang, maka ia tidak akan
merugikan Allah sedikit pun. Allah akan memberi balasan kepada orang yang
bersyukur.” (QS. Ali Imran: 144).
Perawi hadits ini berkomentar, “Demi Allah, seakan-akan manusia tidak
mengetahui sesungguhnya Allah telah menurunkan ayat ini hingga Abu Bakar
membacakannya kembali. Orang-orang pun dapat menerimanya. Tidak ada
satu orang pun yang mendengar ayat ini, melainkan ia akan membacakannya
kepada yang lainnya.”
Said bin Musayyab bercerita kepadaku bahwa Umar berkata, ”Demi Allah,
aku mendengarkan ayat yang dibacakan Abu Bakar. Aku pun duduk dalam
keadaan tidak berdaya ketika aku mendengar ayat tersebut dibacakan. Aku
pun sadar bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam telah meninggal dunia.”
Orang-orang berkumpul pada hari itu juga di sebuah tempat pertemuan
Bani Tsaqif. Mereka bersepakat untuk membaiat Abu Bakar pada hari
Selasanya, Abu Bakar dibaiat secara massal sebelum pemakaman Rasulullah.
Selesai pembaiatan, orang-orang bersiap untuk memakamkan Rasulullah
pada hari Selasa. Dalam Musnad Ahmad, Abu Asib berkata, “Ia (Abu Bakar)
ikut menshalati Rasulullah.” Mereka bertanya, “Bagaimana cara kita
menshalati jenazah Rasulullah?” Abu Bakar menjawab, “Masuklah secara

13
berkelompok-kelompok.” Mereka masuk dari salah satu pintu, lalu
menshalatkannya, lalu keluar dari pintu yang lain.”
Pada malam Rabu, Rasulullah dimakamkan di kamar Aisyah yang
memang dikhususkan untuknya. Terletak pada arah timur Mesjid Nabawi, di
sebelah barat arah kiblat.22
Dari Anas Radhiyallahu Anhu berkata, “Ketika Rasulullah tiba di
Madinah, maka semua menjadi terang. Namun, ketika beliau wafat, maka
semua menjadi gelap.”
Ibnu Hajar berkata, “Maksudnya mereka mendapati Madinah berubah dari
apa yang mereka rasakan semasa hidup Nabi berupa persahabatan, kebersihan
jiwa, dan kelembutan hati karena tiadanya orang yang dapat memberikan
pelajaran dan pendidikan akhlak.”
Hal ini diperkuat dengan sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam,
“Bintang-bintang adalah pengaman langit. Apabila bintang itu hilang, maka
datanglah apa yang dijanjikan bagi langit itu (hancur). Dan aku adalah
pengaman shahabat-shahabatku, apabila aku pergi, maka datang-lah apa yang
dijanjikan bagi mereka. Dan shahabat-shahabatku adalah penjaga bagi umatku.
Apabila shahabatku telah pergi, maka datanglah apa yang dijanjikan bagi
mereka.”23

D. Durus wa Ibar
Hikmah (pelajaran) yang bisa dipetik dari kisah wafatnya Rasulullah saw.
meliputi beberapa hal diantaranya, yakni24 :
1. Menjelaskan keutamaan Usamah bin Zaid.
2. Menerima wasiat-wasiat penting dan agung dari Rasulullah saw. di detik-
detik hayat akhir Rasulullah saw.
3. Menjelaskan tentang kondisi Rasulullah. Sekalipun dalam keadaan sakit
keras, beliau tetap berusaha untuk bermalam disetiap rumah para istrinya

22
Prof. Dr. Zaid bin Abdul Karim az-Zaid, Fikih Sirah Nabawiyah terj. Muhammad Rum,
dkk., (Jakarta: Darus Sunnah Press, 2022), hlm. 577
23
Prof. Dr. Zaid bin Abdul Karim az-Zaid, Fikih Sirah Nabawiyah terj. Muhammad Rum, dkk.,
(Jakarta: Darus Sunnah Press, 2022), hlm. 577
24
Prof. Dr. Zaid bin Abdul Karim az-Zaid, Fikih Sirah Nabawiyah terj. Muhammad Rum,
dkk., (Jakarta: Darus Sunnah Press, 2022), hlm. 578-590

14
hingga semakin berat sakitnya. Ini pelajaran besar tentang adil diantara
istri-istri dalam mabit (bermalam).
4. Penjelasan tentang keistimewaan Aisyah, putri Abu Bakar.
5. Penjelasan tentang keutamaan dan keistimewaan Abu Bakar.
6. Penjelasan agar waspada terhadap segala sesuatu yang bersifat duniawi.
7. Menerima wasiat keutamaan shalat
8. Laknat Rasulullah kepada Yahudi dan Nasrani yang menjadikan kuburan
sebagai tempat peribadatan.
9. Bencana wafatnya Rasulullah saw. menjadi pelajaran yang berharga bagi
kita bagaimana cara menyikapi suatu musibah.
10. Rasulullah saw. meninggalkan dunia dalam keadaan seperti ketika ia
datang ke dunia, tidak meninggalkan harta, dinar, dan dirham.
11. Berdakwah tidak harus terikat dengan figur. Tetapi, berdakwah berkaitan
dengan agama.
Kemudian, lebih lanjut dijelaskan oleh Musthafa ash-Shiba’i dalam
Bukunya yang berjudul Shirah Nabawiyah (Pelajaran dari Kehidupan Nabi
saw.) dijelaskan bahwa dari kisah akhir hayat dan wafatnya Rasulullah saw.
terdapat dua pelajaran berharga.25
Pertama, para sahabat tercengang dengan kematian Rasulullah saw.,
seakan-akan maut tidak akan mendatangi beliau, padahal maut adalah akhir
dari segala kehidupan. Hal ini tiada lain karena kecintaan mereka pada
Rasulullah saw., cinta yang telah menyatu dengan darah dan sel-sel mereka.
Keguncangan akibat kehilangan kekasih muncul menurut kadar cintanya. Kita
lihat orang yang kehilangan anak atau orang tua, bagaimana selama berhari-
hari ia tidak membenarkan bahwa anak atau orang tuanya telah tiada. Cinta
mana di dunia ini yang menandingi cinta para sahabat terpilih ini kepada
Rasulullah saw.
Sungguh, Allah telah memberi petunjuk pada mereka dengan Nabi,
menyelamatkan mereka dari kegelapan menuju cahaya, mengubah hidup

25
Musthafa ash-Shiba’i, Sirah Nabawiyah (Pelajaran dari Kehidupan Nabi saw.) terj.
Shalihin Rasyid, (Solo : Era Adicitra Intermedia, 2019), hlm. 197-198

15
mereka, membukakan akal dan pandangan mereka, serta mengangkat mereka
ke derajat-derajat pemimpin nan agung. Rasulullah kemudian selama hidupnya
adalah pendidik, hakim, petunjuk bagi mereka. Para sahabat mengungsi pada
Nabi dari segala musibah, memohon petunjuknya dalam segala masalah, serta
menerima wahyu Allah, hadits, dan pelajaran dari beliau. Ketika Rasulullah
Saw. wafat, semua itu menjadi terputus maka bencana manakah yang lebih
besar pengaruhnya dari ini?
Kedua, sikap Abu Bakar mengindikasikan bahwa beliau mengambil
manfaat dari keteguhan hati dan kekuatan jiwa ketika menghadapi segala
musibah yang tidak dimiliki oleh sahabat yang lain. Akhirnya, alasan ini
pulalah yang menjadikan Abu Bakar sebagai orang pertama yang
menggantikan (khalifah) Rasulullah Saw. Hal ini terbukti ketika ia menghadapi
gerakan pemurtadan di Jazirah Arab.26

BAB III

PENUTUP

26
Musthafa ash-Shiba’i, Sirah Nabawiyah (Pelajaran dari Kehidupan Nabi saw.) terj.
Shalihin Rasyid, (Solo : Era Adicitra Intermedia, 2019), hlm. 197-198

16
A. Kesimpulan
Ketika dakwah Rasulullah sudah sempurna, sampai saat itu ternyata
masih ada bangsa yang belum menerima kehadiran agama Islam, maka
Rasulullah saw. mengutus Usamah bin Zaid sebagai komandan yang akan
memerangi kaum-kaum tersebut. Usamah bin Zaid dipilih sebab keutamaan
yang ada pada dirinya. Akan tetapi, dalam pelaksanaan komando perang
tersebut Rasulullah mengalami sakit sehingga mereka menunda
keberangkatannya untuk beberapa waktu.
Sebagai tanda telah berhasilnya dakwah Rasulullah saw. orang-orang Arab
mulai berbondong-bondong masuk ke dalam Agama Islam. Sebagaimana
dalam firman Allah, Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan.
Dan, kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong
maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-
Nya. Sesungguhnya Dia Maha Penerima taubat (Q.S. Al-Nashr [110]: 1-3).
Maka dengan hal itu, telah sempurnalah dakwah dan risalah yang dibawa
oleh Rasulullah saw. Kemudian, semenjak peristiwa haji wada’ Rasulullah
saw. telah banyak mengisyaratkan bahwa keberadaan beliau tidak lagi lama
didunia ini. Kemudian, di penghujung bulan Shafar tahun ke-11 H beliau saw.
mengalami sakit, dan bertambah parah. Dalam detik-detik terakhir akhir hayat
hidup Rasulullah saw. beliau menitipkan wasiat-wasiat untuk ummatnya,
menyelesaikan perkara-perkara yang menyangkut urusan pribadinya.
Adapun mengenai durus wa ibar yang dapat dipetik melalui kisah akhir
hayat dan wafatnya Rasulullah saw. ini ialah kitab isa meneladani alasan
Usamah bin Zaid dipilih sebagai komandan perang, menerima wasiat-wasiat
penting dan agung dari Rasulullah saw. di detik-detik hayat akhir Rasulullah
saw, kisah wafatnya Rasulullah saw. menjadi pelajaran yang berharga bagi kita
bagaimana cara menyikapi suatu musibah. Rasulullah saw. meninggalkan
dunia dalam keadaan seperti ketika ia datang ke dunia, tidak meninggalkan
harta, dinar, dan dirham. Berdakwah tidak harus terikat dengan figur. Tetapi,
berdakwah berkaitan dengan agama.

17
B. Saran
Dengan disusunnya makalah yang membahas mengenai Akhir Hayat dan
Wafatnya Rasululullah saw. ini, semoga kita bisa semakin meneladani kisah
beliau Rasulullah saw. dan juga memetik hikmah dibalik kisah ini. Hingga
dapat menumbuhkan rasa cinta kita kepada beliau Rasulullah saw. dan kita
meneladani perangainya serta menjalankan sunnahnya dalam kehidupan sehari-
hari.
Kami juga menyadari bahwa makalah yang kami susun ini masih jauh dari
kata sempurna, oleh karenanya kritik yang membangun dari para pembaca
sangat dibutuhkan dalam hal ini. Semoga Allah merahmati dan meridhoi kita
semuanya.

18
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Al-Albani, Muhammad Nashiruddin. 2015. Sirah Nabawiyah Sejarah Lengkap


Kehidupan Rasulullah - Ibnu Ishaq, Ibnu Hisyam. Jakarta : Akbar Media
Al-Buthy, 2015. The Greatest Episodes Of Muhammad Saw. Bandung: Penerbit
Noura Books (PT Mizan Publika)
Al-Mubarakfuri, Shafiyurrahman. 2014. Al-Rahiq Al-Makhtum Sirah Nabawiyah
Sejarah Lengkap Kehidupan Nabi Muhammad Saw.Jakarta: Qisthi Press
Al-Mubarakfuri, Syaikh Safiyyurrahman. 2022. Ar-Rahiq al-Makhtum (Sirah
Rasulullah saw.) terj. Agus Suwandi. Jakarta : Ummul Quro
Ash-Shiba’i, Musthafa. 2019. Sirah Nabawiyah (Pelajaran dari Kehidupan Nabi
saw.) terj. Shalihin Rasyid,. Solo : Era Adicitra Intermedia
Az-Zaid, Zaid bin Abdul Karim. 2022. Fikih Sirah Nabawiyah terj. Muhammad
Rum, dkk. Jakarta: Darus Sunnah Press
Haekal, Muhammad Husain. 1972. Sejarah Hidup Muhammad terj. Ali Audah,
Jakarta : Dunia Pustaka Jaya
Shihab, Muhammad Quraish. 2018. Membaca Sirah Nabi Muhammad Dalam
Sorotan Al-Qur’an Dan Hadits-Hadits Shahih. Tangerang: Penerbit Lentera
Hati.

iv

Anda mungkin juga menyukai