Disusun oleh :
Tidak lupa, kami berterima kasih kepada pihak – pihak di UIN Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung. Kepada:
1. Prof. Dr. Maftukhin, M. Ag, selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sayyid
Ali Rahmatullah Tulungagung.
2. Dr. Akhmad Rizqon Khamami, L.C., M.A, selaku Dekan Fakultas
Ushuluddin, Adab, dan Dakwah Universitas Islam Negeri Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung.
3. Dr. Hibbi Farihin, M, S.I selaku Kepala Jurusan Studi Ilmu Al-Qur’an Tafsir
Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
4. Prof. Dr. Abad Badruzzaman L.c, M. Ag selaku Dosen Pengampu Mata
Kuliah Sirah Nabiyah Quraniyah atas bimbingan dan arahannya selama proses
pembuatan makalah.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………….i
DAFTAR ISI…………………………………………………………...ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ............................................................................ 13
B. Daftar Pustaka ........................................................................ 14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perjalanan Rasulullah SAW ke Thaif ?
2. Bagaimana peristiwa berlangsungnya isra’ dan mi’raj ?
3. Apa dalil yang menjelaskan tentang peristiwa Isra’ dan Mi’raj ?
C. Tujuan Penulisan
1. mengetahui perjalanan Rasululloh SAW ke thaif.
2. mengetahui peristiwa Isra’ Mi’raj Rosululloh SAW.
3. mengetahui dalil-dalil yang menjelaskan isro’ mi’roj.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Rasulullah ke Thaif
1. Keberangkatan Nabi SAW ke Thaif
Setelah Abu Thalib selaku paman nabi, sekaligus orang yang selalu
mensuport dakwah nabi wafat, kaum Quraisy semakin gencar
melancarkan tekanan dan penganiayaan fisik terhadap beliau. Bahkan
mereka berani melakukan penganiayaan yang belum pernah mereka
lakukan semasa Abu Thalib hidup. Melihat kondisi demikian, Rasululloh
hijrah ke Thaif dengan maksud mencari pertolongan dan perlindungan
dari Bani Tsaqif, terhadap kekejian yang dilakukan kaum Quraisy
terhadapnya, sekaligus mengajak mereka ke dalam islam.
Sampainya Rasululloh di Thaif, beliau bertemu dengan para pemimpin
bani tsaqif kala itu, yaitu tiga bersaudara anak-anak Amru ibn Umair.
Mereka adalah Abdu yalail, Mas’ud, dan Hubaib. Rosululloh
memperkenalkan islam kepada ketiganya dan mengajak mereka untuk
masuk islam. Namun mereka menolak, bahkan mencaci maki beliau.
Melihat reaksi tersebut, Rasululloh merasa tidak akan mendapatkan
jaminan keamanan di wilayah mereka. Maka beliau meminta ketiganya
untuk merahasiakan apa yang terjadi diantara mereka berempat agar tidak
tersebar ke seluruh penduduk Thaif.1
Rasululloh hijrah ke Thaif pada bulan syawal, tahun kesepuluh dari
nubuwah, atau pada akhir-akhir bulan Mei atau awal-awal bulan Juni 619
M, Rasululloh pergi ke Thaif yang berjarak kurang lebih 60 mil dari
makkah. Beliau menuju kesana dengan berjalan kaki, begitu pula dengan
pulangnya. Beliau ditemani pembantunya Zaid bin Haritsah.2
1
Dr. Mahdi Rizqullah Ahmad, biografi rasululloh, Qisthi Pres, Jakarta, 2005, hlm 272.
2
Syaikh Shafiyurahman Al-Mubarakfuri,sirah nabawiyah, pustaka al-kautsar, jakarta
timur,Hlm 141.
3
2. Penganiayaaan penduduk Thaif terhadap Nabi Muhammad SAW
Ketika Nabi Muhammad SAW keluar dari rumah mereka, mereka
menyeru penduduk supaya mencaci serta menghina beliau. Kemudian
orang-orang di sekitar rumah itu keluar dan berbondong-bondong hendak
mengeroyok Nabi Muhammad SAW. Akan tetapi, Nabi Muhammad SAW
telah keluar dan pergi dari tempat tersebut.
Disuruhlah mereka berbaris di kanan kiri jalan untuk melempar batu
dan pasir ke arah beliau dan sahabatnya. Oleh karena orang yang
memerintahkan berbuat demikian adalah orang yang berkuasa, sudah
barang tentu perintah itu dilaksanakan. Lemparan batu di arahkan ke kaki
Nabi. Kedua kaki beliau luka dan mengeluarkan darah dan terpaksa beliau
berjalan dengan merangkak karena menahan sakit. Melihat beliau berjalan
terseok-seok dan merangkak, mereka lalu mengejek, menertawakan, dan
mencaci maki dengan perkataan yang kasar dan keji. Adapun kepala Zaid
bin Haritsah ketika itu terluka parah dan mengucurkan darah karena terkena
lemparan batu.3
3
K.H. Moenawar Chalil , kelengkapan tarikh nabi muhammad jilid 1, gema insani, jakarta,
2001,hlm 361.
4
memanggil pelayannya, seorang Nasrani bernama Addas, kemudian
diperintahkan: “Ambilkan buah anggur dan berikan kepada dua orang itu”
(yakni Rasulullah SAW dan Zaid).
Sambil menerima buah anggur Rasulullah berucap, “Bismillah”.
Kemudian dimakannya.
Mendengar ucapan beliau, Addas berkata:
“Kata-kata itu tidak pernah diucapkan oleh penduduk daerah ini!”
Rasulullah SAW bertanya, “Engkau dari daerah mana?”
“Saya seorang Nasrani dan Nainawi,” jawab Addas.
“Apakah engkau dari negerinya seorang saleh bernama Yunus anak Mata?”
tanya Rasulullah
“Bagaimana tuan bisa mengenal Yunus?” Addas bertanya.
Rasulullah SAW menerangkan, “Yunus adalah saudaraku. Ia seorang Nabi
dan aku pun seorang Nabi.”
Kemudian, Nabi Muhammad saw dengan tenang dan dengan suara yang
lantang membaca beberapa ayat al-qur’an yang didalamnya menceritakan
riwayat Nabi Yunus.
Seketika itu Addas berlutut di hadapan Rasulullah lalu mencium kaki
beliau, dan seketika itu pula Addas masuk islam.
Salah satu dari anak Rabi’ah itu berkata kepada yang satunya,
“Rupanya dia menghasut pelayan kita!”
Setelah Addas kembali, mereka menanyakan tindakannya. Addas
mengatakan, “Tidak ada orang yang sebaik dia.” Dua orang itu berusaha
menjelek-jelekkan Nabi SAW agar pelayan mereka tetap pada agamanya
semula.4
4 K.H. Moenawar Chalil , kelengkapan tarikh nabi muhammad jilid 1, gema insani,
jakarta, 2001,hlm 364.
5
1. Pertama, cobaan yang dihadapi oleh Nabi Muhammad SAW,
khusunya ketika Nabi hijrah ke Thaif merupakan contoh nyata
bagaimana caranya harus bersabar setiap menghadapi rintangan
dalam memperjuangkan agama Allah SWT.
2. Kedua, melindungi pemimpin dakwah berhukum wajib, walaupun
nyawa taruhannya, sebagaimana yang dilakukan oleh sahabat Zaid
bin haritsah yang rela terluka parah demi Rasululloh SAW.
3. Ketiga, Pertemuan Nabi dengan Addas pemuda Nasrani yang bisa
menjadi pelipur lara Nabi, sekaligus membangkitkan semangat
dakwah Nabi. Bahwa setiap usaha yang kita lakukan akan
membuahkan hasil.
4. Keempat, Dalam berdakwah tidak boleh bermalas-malasan, mudah
menyerah saat menghadapi cobaan atau rintangan.
5. Kelima, selalu memohon pertolongan dan menyadarkan diri kepada
Allah SWT dalam keadaan, maupun kondisi apapun baik susah
maupun sedih. 5
5
Dr. Muhammad Said Ramadhan al-buthi, fiqih siroh, al-anwar sarang, jawa tengah, 2021,
hlm 88.
6
Dr. Muhammad Said Ramadhan Al-buthy, sirah nabawiyah, robbani press, Hlm 74
6
SAW. Peristiwa Isra’ Mi’raj adalah benar sesuai dengan nash Al-
Qur’an. Allah swt berfirman :
سبحان الذي أسرى بعبده ليال من المسجد الحرام الى المسجد األقصى
الذي باركنا حوله لنريه من ءاياتنا إنه هو السميع البصير
” maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu
malam dari masjidil haram ke masjidil Aqsha agar kami perlihatkan
kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya
Dia adalah maha mendengar lagi maha melihat.7
Makna Isra’ adalah perjalanan yang mana dengan perjalanan
tersebut Allah memuliakan nabi-Nya, yaitu perjalanan dari masjid Al-
Haram di Makkah menuju masjid Al-Aqsha yang ada di Al-Quds
Palestina.
Sedangkan Mi’raj adalah naiknya Rasululloh SAW menembus
lapisan langit tertinggi hingga batas yang tidak bisa dijangkau oleh
pengetahuan makhluk baik malaikat, manusia dan jin. itu semua terjadi
hanya dalam satu malam.8
Pada saat Mi’raj Rasululloh SAW mengendarai Buraq yaitu
hewan yang tubuhnya sedikit lebih besar dari keledai dan lebih kecil
dari Bighal (Peranakan kuda dan keledai), binatang ini menginjakan
kuku kakinya pada jarak batas titik penglihatan matanya.
Sebelum melaksanakan Mi’raj Rasululloh SAW masuk ke
masjid Al-aqsha untuk melaksanakan sholat dua rakaat, setelah itu
malaikat Jibril datang membawa 2 gelas yang satu berisi arak, yang
satu lagi berisi susu, Nabi pun memilih gelas yang berisi air susu, Jibril
berkata: “ engkau telah memilih fitrah (kesucian)”.9
Pada peristiwa Isra’ Mi’raj lah perintah kewajiban sholat bagi
seluruh umat manusia yang memeluk agama islam harus dikerjakan
oleh setiap individu, awal-awal Rasululloh SAW menerima perintah
7
Qs. Al-isra’ .1
8
Dr. Muhammad Said Ramadhan al-buthy, fiqih sirah, al-anwar sarang, jawa tengah,
2021, hlm 89.
9
Dr. Muhammad Said Ramadhan al-buthy, fiqih sirah, al-anwar sarang, jawa tengah, 2021, hlm 89
7
sholat 50 waktu dalam sehari semalam, karena dirasa begitu berat bagi
umat Rasululloh SAW, maka Rasullloh SAW meminta keringanan
atau pengurangan jumlah sholat yang harus dikerjakan sehari semalam.
Akhirnya, Allah SWT menetapkan/mewajibkan 5 waktu dalam sehari
semalam yang harus dilaksanakan.
8
yang berpendapat pada tahun ke-12 dari Bi’tsah, ada ulama yang
berpendapat pada tahun sebelum Roslulloh saw hijrah ke Thaif, ada
yang berpendapat lain dari semua itu.10
Tentang bagaimana terjadinya isra’ mi’raj yang dijalani oleh nabi
SAW, yakni apakah dengan jasmani dan ruhani atau hanya dengan
ruhani saja, para ulama’ sejak dahulu hingga sekarang masih berselisih
pendapat tentang terjadinya isra’ dan mi’raj. Sebagian ulama’
berpendapat tentang Isra’ dan Mi’raj dilakukan dengan jasmani dan
ruhani, sebagian ulama’ berpendapat dengan ruhani saja, sebagian
ulama’. Sebagian ulama’ berpendapat dengan jalan wahdatul wujud,
sebagian ulama’ berpendapat dengan jasmani dan ruhani sedangkan
mi’raj dilakukan dengan ruhani saja. Pendapat terbanyak adalah Isra’
Mi’raj dilakukan dengan jasmani dan ruhani.11
10
K.H. Moenawar Chalil , kelengkapan tarikh nabi muhammad jilid 1, gema insani, jakarta,
2001,hlm 378.
11
Moenawar Chalil, Kelengkapan tarikh Nabi Muhammad jilid 1, Gema Insani Pres, Jakarta,
2001, hlm. 377
9
Makna yang terkandung di dalam ayat tersebut adalah
menceritakan tentang perjalanan Nabi Muhammad SAW dari masjidil
haram ke masjidil aqsa di waktu malam hari dengan durasi yang sangat
pendek, di tengah-tengah perjalanan, beliau sempat dipertemukan oleh
Allah SWT berkumpul dengan para Nabi, naik ke langit, melihat
keajaiban alam para malaikat, dan bermunajat langsung dengan Allah
SWT dengan izin-Nya.
10
untuk beriman. Dengan demikian, mukjizat sebagai sarana pendukung
bagi para Nabi dan Rasul untuk meyakinkan musuh-musuh mereka.
Namun begitu, kehidupan Rasulullah lebih tinggi daripada
kemukjizatan-kemukjizatan itu.
Kaum musyrikin pernah menuntut pembuktian supaya
Rasulullah SAW naik ke langit. Kemudian datanglah jawaban dari
Allah SWT berupa wahyu kepada beliau:
“Katakanlah (Hai Muhammad): “Maha Suci Tuhanku, bukankah aku
ini hanya manusia utusan (Rasulullah)?” (QS. Al-Isra’ : 93)
Akan tetapi beberapa waktu kemudian, setelah Rasulullah
benar-benar naik ke langit (Mi’raj), beliau sama sekali tidak pernah
menerangkan bahwa peristiwa itu untuk menjawab tantangan kaum
musyrikin. Dapat dikatakan, bahwa Isra’ dan Mi’raj itu semata-mata
merupakan penghormatan dan penambahan pengetahuan yang
diberikan Allah SWT pada Rasul-nya. Dengan peristiwa Isra’ dan
Mi’raj, ciri pertama agama Islam adalah agama yang fitrah. Fitrah
adalah inti sari agama Islam. Tidak mungkin pintu tujuh langit
dibukakan bagi seseorang yang berperangai buruk dan berhati cacat.
Pada saat Mi’raj Rasulullah menerima perintah shalat lima kali
sehari semalam. Ketentuan itu ditetapkan di langit, agar shalat menjadi
“mi’raj’ yang mengangkat martabaat manusia lebih tinggi, sanggup
menundukkan hawa nafsu yang dapat menarik manusia kedalam
martabat kehinaan. Shalat lima waktu yang diwajibkan Allah tidak
seperti yang dilakukan oleh kenyakan orang pada zaman sekarang. Ada
pun tanda-tanda orang yang menunaikan shalat engan benar adalah ia
mampu menjauhkan diri dari perbuatan tercela dan malu untuk
mengulangi perbuatan tersebut. Bilamana shalat dilakukan berulang-
ulang itu tidak mengangkat orang yang bersangkutan kepada martabat
seperti di atas, maka jelaslah bahwa shalat yang dilakukannya itu
kebohongan belaka.
11
Isra’ Mi’raj merupakan sebuah balasan dan hadiah dari Allah
swt kepada Nabi Muhammad saw atas kesabaran menghadapi cobaan
yang bermacam-macam, dan cobaan yang terbaru dialami oleh Nabi
Muhammad baru-baru ini ialah kekerasan yang dilakukan oleh
penduduk Thaif kepada Nabi Muhammad.
12
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Dalam peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad, begitu banyak ibrah
yang bisa kita ambil dalam menyelami samudra kehidupan. Banyak hal, yang
patut kita teladani dalam peristiwa hijrah Rasululloh SAW ke Thaif dan Isra’
Mi’raj. Banyak penderitaan yang dialami oleh Baginda Nabi Muhammad
SAW dalam menyampaikan ajaran islam, tetapi hati beliau masih tegar dan
tetap teguh dalam menjalankan perintah menyampaikan risalah yang sudah
diterimanya.
Keteguhan hati beliau, dalam menyampaikan risalah dikarenakan
keimanan beliau, Al-qur’an, dan senantiasa menyandarkan dirinya hanya
kepada Allah SWT. Nabi Muhammad merupakan seorang rasul yang begitu
sayang dan cinta kepada semua umatnya melebihi kecintaan beliau terhadap
keluarganya sendiri.
Banyak perbedaan pendapat dalam terjadinya Isro’ Mi’roj Rosululloh
SAW baik dalam hal tanggal, bulan dan hari. Tetapi itu semua merupakan
rahmat bagi seluruh umat manusia yang diberikan oleh Allah swt. Karena
perbedaan diantara para Imam merupakan Rahmat, sebagaimana sabda
Rasululloh SAW.
Meskipun terjadi banyak perbedaan pendapat dikalangan para imam
tidak mengurangi rasa cinta kita kepada Nabi Muhammad SAW, semoga
dengan cinta kita pada beliau, mampu mengantarkan kita pada derajat hamba
yang senantiasa dirindukan oleh beliau. Amiiin.
13
Daftar Pustaka
K.H. Moenawar Chalil , kelengkapan tarikh nabi muhammad jilid 1, gema insani,
jakarta, 2001.
Dr. Muhammad Said Ramadhan al-buthy, fiqih sirah, al-anwar sarang, jawa tengah,
2021.
Dr. Muhammad Said Ramadhan Al-buthy, sirah nabawiyah, robbani press, Jakarta
timur.
Syaikh Shafiyurahman Al-Mubarakfuri,sirah nabawiyah, pustaka al-kautsar, jakarta
timur, 2018.
Dr. Mahdi Rizqullah Ahmad, biografi rasululloh, Qisthi Pres, Jakarta, 2005.
14